tugas ahmad s. refreshing3

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keahlian yang dibutuhkan untuk memperoleh riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik kepala dan leher merupakan suatu hal dasar serta hanya menyita sedikit waktu pemeriksa, namun demikian sangat berarti secara klinis. Banyak penyakit sistemik yang bermanifestasi di daerah telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher, begitu juga sebaliknya. Untuk mendapatkan keahlian dan keterampilan ini, perlu latihan yang berulang. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang, tersedia sebuah meja kecil tempat meletakkan alat-alat pemeriksaan dan obat-obatan atau meja khusus ENT instrument unit yang sudah dilengkapi dengan pompa penghisap, kursi pasien yang dapat berputar dan dinaikturunkan tingginya serta kursi untuk pemeriksa dan meja tulis. Untuk pemeriksaan pada bagian leher tersendiri, memang biasanya tidak memerlukan peralatan khusus apa pun. Yang lebih dibutuhkan adalah kesensitivitasan jari- jari tangan saat meraba bagian-bagian organ tubuh yang terdapat pada leher yang dapat diperiksa dari luar. I.2 Tujuan 1

Upload: giegiemutz66128546

Post on 26-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mmm

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Keahlian yang dibutuhkan untuk memperoleh riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik kepala dan leher merupakan suatu hal dasar serta hanya menyita sedikit waktu pemeriksa, namun demikian sangat berarti secara klinis. Banyak penyakit sistemik yang bermanifestasi di daerah telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher, begitu juga sebaliknya. Untuk mendapatkan keahlian dan keterampilan ini, perlu latihan yang berulang.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang, tersedia sebuah meja kecil tempat meletakkan alat-alat pemeriksaan dan obat-obatan atau meja khusus ENT instrument unit yang sudah dilengkapi dengan pompa penghisap, kursi pasien yang dapat berputar dan dinaikturunkan tingginya serta kursi untuk pemeriksa dan meja tulis.

Untuk pemeriksaan pada bagian leher tersendiri, memang biasanya tidak memerlukan peralatan khusus apa pun. Yang lebih dibutuhkan adalah kesensitivitasan jari-jari tangan saat meraba bagian-bagian organ tubuh yang terdapat pada leher yang dapat diperiksa dari luar. I.2 Tujuan

Dokter muda diharapkan mampu menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi suatu organ pada tubuh serta mampu menjelaskan penyebab, patomekanisme, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, hingga prognosis dari suatu penyakit yang terdapat pada organ tersebut.BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Anatomi & Fisiologi

Pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas yang memisahkan toraks dari kepala. Leher dibentuk seperti jantung, di mana berasal dari bawah foregut yang bermigrasi ke rongga toraks dan aparatus brankial berkembang menjadi bentuk yang sekarang. Migrasi dari jantung merupakan sebab mengapa beberapa struktur dari leher bermigrasi terakhir. Pada masa embrio awal, terdapat beberapa tonjolan sepanjang tepi dari foregut yang juga dapat dilihat dari luar. Tonjolan ini adalah aparatus brankialis.

Secara filogenetik terdapat enam arkus brankialis, namun arkus kelima tidak pernah berkambang pada manusia dan hanya membentuk ligamentum arteriosum. Normal muara dari arkus kedua, ketiga, dan keempat diliputi oleh pertumbuhan dari daerah yang disebut tonjolan epiperikardial. Syaraf pada daerah ini adalah syaraf asesorius spinalis dan mesenkimnya membentuk otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Bila dari luar, maka leher dapat terbagi menjadi beberapa regio seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Leher terdiri dari berbagai macam otot yang mengelilinginya serta tulang vertebra cervicalis pada bagian posterior sehingga leher dapat ditegakkan. Selain itu, leher juga merupakan tempat jalur perdarahan penting baik dari dan atau ke otak, yaitu terdapatnya arteri carotis communis dan vena jugularis. Di leher juga terdapat benyak kelenjar getah bening dan terdapat sekitar 75 buah kelenjar limfe pada setiap sisi leher.

Otot-otot superficialis pada leher adalah otot-otot yang terdekat dengan kulit dan biasanya dapat terlihat saat leher digerakkan. Otot-otot utama pada bagian ini adalah musculus trapezius, musculus sternocleidomastoideus, dan musculus platysma. Otot-otot dalam pada leher akan membagi setiap sisi leher menjadi 2 trangular, yaitu triangular anterior dan triangular posterior. Yang memisahkan kedua trangular tersebut adalah musculus sternocleidomastoideus.Leher pada manusia berfungsi untuk menopang kepala. Dengan adanya tulang vertebra cervicalis, maka kepala dapat ditegakkan. Selain itu, vertebra cervicalis juga memiliki persendian sedemikian rupa sehingga kepala yang tersanggah oleh leher dapat mengangguk, menoleh ke arah kanan atau kiri, dan berputar. Leher juga berfungsi untuk melindungi beberapa organ penting di bagian tengahnya, seperti trakea, esofagus, pita suara, dan kelenjar tiroid.II.2 Ruang Leher Dalam

Berdasarkan lokasinya dari os. Hyoid, maka ruang leher dalam terbagi menjadi tiga, yaitu:

A. Sepanjang leher

1) Ruang retrofaringealTerletak di bagian posterior dari faring esofagus. Merupakan bagian anterior dari lapisan alar dari fascia dalam. Meluas dari dasar tengkorak hingga setinggi T1/T2. Infeksi pada ruang ini dapat sangat mudah menyebar ke mediastinum.

2) Danger spaceBagian depan dibatasi oleh lapisan alar dari fascia dalam. Bagian belakang dibatasi oleh lapisan prevertebra. Meluas dari dasar tengkorak hingga ke diafragma. Diberi nama tersebut karena berisikan jaringan areolar longgar dan kurang resisten terhadap penyebaran infeksi.

3) Ruang prevertebraBagian depan dibatasi oleh fascia prevertebral. Bagian posterior dibatasi oleh otot-otot leher dalam. Meluas sepanjang leher dari kolumna vertebra. Infeksi pada ruang ini biasanya akan terlokalisasi dikarenakan tebalnya lapisan fibrosa antara fascia dan otot-otot dalam.

4) Ruang pembuluh darah viseralMerupakan ruang yang membungkus arteri karotis. Sama seperti ruang prevertebra, lapisan ini resisten terhadap penyebaran infeksi. Lapisan ini meluas dari dasar tengkorak hingga ke mediastinum. Ruang ini menerima kontribusi dari semua 3 lapisan fascia dalam sehingga sangat mudah terkena infeksi secara sekunder dari ruang-ruang lainnya.

B. Suprahyoid

1) Ruang submandibularBagian anterior dan lateral dibatasi oleh mandibula. Bagian superior dibatasi oleh mukosa. Bagian inferior dibatasi oleh lapisan superfisial dari fascia dalam. Bagian posterior dibatasi oleh hyoid. Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dab ruang submylohyoid.

2) Ruang parafaringealBagian superior dibatasi oleh dasar tengkorak. Bagian inferior dibatasi oleh hyoid. Bagian anterior dibatasi oleh raphe ptyergomandibular. Posterior dibatasi oleh fascia prevertebra. Bagian medial dibatasi oleh fascia buccofaringeal. Bagian lateral dibatasi oleh lapisan superfisial dari fascia dalam. Ruang ini terhubung dengan ruang submandibula, ruang retrofaringeal, ruang parotid, dan ruang mastikator

3) Ruang peritonsilBagian medial dibatasi oleh kapsula tonsila palatina. Bagian lateral dibatasi oleh muskulus konstriktor faringeal superior. Bagian superior dibatasi oleh pilar tonsil anterior. Bagian inferior dibatasi oleh pilar tonsil posterior. Ruang ini berisikan jaringan areolar longgar.

4) Ruang mastikular dan temporalDibentuk oleh lapisan superfisial dari fascia servikal dalam. Ruang ini terdiri dari muskulus masseter, muskulus pterygoid, dan muskulus temporalis. Ruang ini terhubung secara langsung dengan ruang temporal.

5) Ruang parotidDibentuk oleh lapisan superfisial dari fascia dalam dan septum tebal dari

kapsula dalam kelenjar. Ruang ini berisikan limfe nodus parotis, syaraf fasial, vena fasial posterior. Ruang Parotis terhubung secara langsung dengan ruang parafaringeal.

C. Infrahyoid

1) Ruang viseral anterior

Dibentuk oleh lapisan tengah dari fascia dalam. Ruang ini berisikan tiroid, trakea, dan esofagus. Ruang viseral anterior terhubung dengan ruang retrofaringeal di bagian lateral.

II.3 Pemeriksaan Kelenjar Limfe

Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua bentuk radang atau keganasan pada kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar limfe leher. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa setidaknya terdapat 75 buah kelenjar limfe pada setiap sisi leher, kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior, media, dan inferior. Selain itu, terdapat pula kelompok kelenjar limfe lainnya, seperti submental, submandibula, servikalis superfisial, retrofaring, paratrakeal, skalenus anterior, dan supraklavikula.

Keluhan yang biasanya disampaikan oleh pasien adalah benjolan pada daerah leher. Hal-hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis pada kasus gangguan kelenjar limfe adalah, sudah berapa lama hal tersebut dirasakan, seberapa besar benjolan yang dirasakan, apakah benjolan semakin bertambah besar, apakah terasa nyeri, apakah ada demam yang dirasakan, apakah pasien ada batuk, apakah pasien ada pilek, apakah pasien menderita sakit gigi, apakah ada gusi yang bengkak.

Selain pengelompokkan di atas, dikenal pula pengelompokkan letak kelenjar limfe leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classification yang dibagi menjadi 5 daerah penyebaran kelompok kelenjar, yaitu:I. Kelenjar yang terletak di trigonum submental dan submandibular.

II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfe jugularis superior, kelenjar digastrik, dan kelenjar servikal posterior superior.

III. Kelenjar limfe jugularis di antara bifurcasio carotis dan persilangan musculus omohioid dangan musculus sternocleidomastoideus dan batas posterior musculus sternocleidomastoideus.

IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula.

V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.

Pasien dengan penyakit pada leher dan wajah dapat mempunyai banyak gejala yang bervariasi. Keluhan-keluhan ini harus digolongkan seperti dimana tempat yang sesungguhnya, waktu awitan, lamanya, dan gejala-gejala yang menyertai baik lokal mau pun sistemik. Palpasi leher dan wajah harus dilakukan dengan sistematis. Kelenjar limfe leher dan metastasis seringkali terletak pada segitiga leher depan. Daerah ini perlu diinspeksi secara cermat.

Langkah-langkah pemeriksaan fisik kelenjar limfe leher pada pasien:

1. informed consent, beri tahu kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan dan mintalah persetujuan akan tindakan tersebut.

2. siapkan ruang pemeriksaan dengan penerangan yang sesuai.

3. tempatkan pasien pada posisi duduk tegak yang nyaman, tapi tidak bersandar.

4. lakukanlah cuci tangan rutin sebelum melakukan pemeriksaan.

5. pemeriksa berdiri di belakang pasien dan beri tahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai.

6. pemeriksa mulai melakukan palpasi/perabaan pada kelenjar limfe secara sistematis; dimulai dari regio preauricula, postauricula, occipitale, submandibula, submental, musculus sternocleidomastoideus, supraclavicula, dan infraclavicula.

7. lakukan pada kedua sisi secara bersamaan, dextra dan sinistra, hal ini berguna untuk membandingkan antara sisi kanan dan sisi kiri, serta mengefisienkan waktu pemeriksaan. 8. lakukan cuci tangan rutin kembali setelah selesai pemeriksaan.

Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe, maka tentukanlah ukuran, bentuk, konsistensi, jumlah limfe yang membesar, perlekatan dengan jaringan sekitar, dan terasa nyeri atau tidak. II.3 Pemeriksaan Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea. Merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar. Kelenjar ini normalnya memiliki berat 15-20 gram pada orang dewasa. Kelenjar tiroid memiliki 2 buah lobus yang dihubungkan oleh istmus yang tipis. Secara embriologis kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitel faring yang membawa pula sel-sel dari kantung faring lateral. Evaginasi ini berjalan ke bawah dari pangkal lidah menuju leher hingga mencapai letak anatomiknya yang terakhir. Tiroid menyekresi 2 macam hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Selain itu, kelenjar tiroid juga menyekresikan hormon kalsitonin yang penting bagi metabolisme kalsium.

Untuk dapat membentuk tiroksin dalam jumlah normal, setiap tahunnya dibutuhkan kira-kira 50 mg yodium. Dengan melakukan serangkaian proses di dalam kelenjar tiroid, sehingga yodium akan menjadi hormon tiroksin dan triiodotironin.

Langkah-langkah pemeriksaan fisik kelenjar tiroid pada pasien:

1. informed consent, beri tahu kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan terhadapnya dan mintalah persetujuan akan tindakan tersebut.

2. siapkan ruang pemeriksaan dengan penerangan yang sesuai.

3. tempatkan pasien pada posisi duduk tegak yang nyaman, tapi tidak bersandar.

4. lakukanlah cuci tangan rutin sebelum melakukan pemeriksaan.

5. mulailah pemeriksaan secara inspeksi terlebih dahulu pada jarak beberapa meter dari pasien, agar dapat mengetahui letak kelenjar tiroid mintalah pasien untuk melakukan gerakan menelan.6. setelah inspeksi, baru lakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan posisi pemeriksa berada di belakang pasien.

7. tempatkan jari-jari kedua tangan agak sedikit ke bawah pada sisi kanan dan sisi kiri kartilago tiroid / adams apel pasien.

8. mintalah pasien untuk melakukan gerakan menelan, maka kelenjar tiroid akan ikut bergerak mengikuti irama gerak menelan.

9. lakukan interpretasi hasil pemeriksaan kelenjar tiroid.

10. lakukanlah cuci tangan rutin setelah melakukan pemeriksaan.

Ada pun interpretasi hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut: derajat 0 = subjek tanpa gondok derajat 1 = subjek dengan gondok yang dapat diraba (palpable)

derajat 1a = subjek dengan gondok teraba membesar, tetapi tidak terlihat meski leher sudah ditengadahkan maksimal

derajat 1b = subjek dengan gondok teraba membesar, tetapi terlihat dengan sikap kepala biasa (tidak perlu ditengadahkan)

derajat 2 = subjek dengan gondok terlihat (visibel) pada jarak dekat

derajat 3 = subjek dengan gondok besar sekali terlihat pada jarak jauh

selain melakukan pemeriksaan fisik, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu anamnesis, seperti sudah berapa lama keluhan dirasakan, seberapa besar benjolan dirasakan, apakah benjolan semakin bertambah besar, apakah pasien sering keringatan, apakah pasien sering merasa lapar dan makan, tapi berat badan pasien tetap turun, apakah ada terasa nyeri, apakah badan terasa semakin membesar tapi terasa lemah.BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Leher merupakan bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk menopang dan menegakkan kepala serta untuk melindungi berbagai organ yang berada pada bagian dalamnya, seperti organ tiroid, trakea, esofagus, dan pembuluh darah otak. Untuk menjalankan fungsinya tersebut, maka leher memiliki beberapa struktur yang kokoh yang terdiri dari tulang vertebra servikalis dan juga berbagai macam otot yang mengelilinginya. Cukup banyak penyakit tubuh, baik lokal mau pun sistemik yang dapat bermanifestasi pada leher, terutama pada kelenjar limfe (kelenjar getah bening) leher. Selain itu, organ pada leher, seperti kelenjar tiroid sendiri juga dapat bermanifestasi pada bagian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pemeriksaan khusus pada leher untuk memastikan manifestasi klinis tersebut.

III.2 Saran

Pemeriksaan kelenjar limfe dan juga pemeriksaan kelenjar tiroid pada pasien sebaiknya dilakukan secara bersamaam dalam suatu pemeriksaan secara bergantian. Selain mengefisienkan waktu pemeriksaan, tidak jarang pula gangguan pada kelenjar tiroid dapat bermanifestasi pada kelenjar limfe yang berada di sekitarnya.DAFTAR PUSTAKA

1. Boies, Lawrence R., dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT Ed.6. Jakarta: EGC2. Guyton, Arthur C., dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi KedokteranEd.11. Jakarta: EGC

3. Price, Sylvia A., dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Vol.2 Ed.6.

Jakarta: EGC

4. Putz, R., dan R. Pabst. 2006. Sobotta Jil.1 Ed.22. Jakarta: EGC

5. Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala, dan Leher Ed.7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

6. http://www.healthline.com/human-body-maps/neck

Regio

Cervicalis Lateralis

Regio

Cervicalis Posterior

Regio

Sternocleidomastoidea

Trigonum Musculare

Trigonum Submandibulare

Trigonum Submentale

PAGE 17