tugas paper s d m
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seorang antropolog Amerika, Mattiebelle Gittinger (1979) menulis tentang batik Indonesia
dengan judul “Splendid Symbols”, sebagai benda seni yang mengandung pula simbol atau
perlambangan falsafah-falsafah hidup (Joseph Fischer, 1978, buku yang ditulisnya berjudul “Threads
of Tradition”).
Seni batik menjadi sangat penting dalam kehidupan, karena kain batik telah terjalin erat ke
dalam lingkaran budaya hidup masyarakat. Sejak lahir, menjalani hidup di dunia hingga meninggal
dunia “dibungkus” dengan kain batik. Proses pembatikan, sejak dikemplong, ditulis hingga dilorod,
hampir seluruhnya terdapat unsur simbolis yang pekat pada falsafah-falsafah hidup pada budaya Jawa.
Berikut ini dituliskan hasil penelitian tentang Ethos (jiwa khas suatu bangsa) dengan etos kerja SDM
(Sumber Daya Manusia) pada perusahaan-perusahan batik di Jawa Tengah.
Gambaran menyeluruh tentang pembentukan Seni Kriya Batik (Pulau Jawa) di Indonesia dapat
dituliskan secara garis besar melalui skema sederhana berikut ini.
Budaya Indonesia Purba
Kebudayaan Besar Adaptasi Estetika Budha, Hindu, Islam, Kristen dll (Local Genius)
Budaya Asimilasi Seni Batik yang merupakan(the culture) sintesis filosofis terbentuk dan terpelihara
Jika mengkaji budaya batik dari segi simbolisasi, dapat dilakukan dari 2 (dua) pendekatan:
a. Simbolisasi Pattern/ragam hias termasuk falsafah-falsafahnya (pendekatan budaya).
b. Simbolisasi User/pemakainya (pendekatan sosiologi dan antropologi).
1
B. PERUMUSAN MASALAH
Tulisan ini memerlukan kajian dan analisis yang lebih dalam, penulis mencatatkan
beberapa pertanyaan, yang mungkin melalui penelitian ini hanya dapat terjawab secara micro
sample saja, namun tidak secara valid komprehensif pada semua lintas budaya Nusantara.
- Apakah budaya etos kerja yang erat di latarbelakangi budaya atas seni kriya batik ini
(yang merupakan budaya normatif Sumber Daya Manusia-nya) berlaku KUMULATIF
terhadap Finansial perusahaan batik dimana mereka bekerja?
Pertanyaan Lanjutan :
- Bila KUMULATIF, Apakah mungkin ethos kerja budaya-budaya yang berlainan di
Nusantara ini dapat dikembangkan dalam suatu desain etos lingkungan kerja yang spesifik
sesuai masing-masing etnic character genetics-nya dan mendapat perlindungan hukum?
Salah satu alasan kuat yaitu bangsa Indonesia telah lama mengikuti etos kerja bangsa-
bangsa lain yang tidak memiliki hubungan etnic character genetics dengan jiwa khas
budaya kerja masyarakat Indonesia itu sendiri, bahkan pada lingkungan-lingkungan kerja
PMA tertentu dipaksa memakai/mengikuti etnic working habit yang di baku-kan bangsa
asing tesebut (contoh: Kaizen, Karoshi, Capitalist Virtues).
“Knowledge is power, but Character is much more important”
C. PEMBATASAN MASALAH
Pada penelitian ini, penulis melakukan pembatasan masalah dimana pengukuran
prestasi kinerja dengan kultur Ethos Kerja (Adiluhung) dilakukan penulis hanya pada PT
Batik Danar Hadi dan PT Batik Semar di Surakarta, Jawa Tengah. Hal inipun dilakukan
dengan keterbatasan pertimbangan biaya dan waktu yang tersedia.
2
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengukuran prestasi kinerja SDM
PT Batik Danar Hadi dengan PT Batik Semar di Surakarta dengan konsep kultur Ethos
Kerja (Adiluhung).
E. MANFAAT PENELITIAN
Paper ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan
ethos kerja khususnya yang berkaitan dengan perbandingan kinerja Sumber Daya
Manusia yang menggunakan kultur ethos kerja budaya setempat, dengan yang tidak
menggunakan kultur ethos kerja budaya setempat/budaya bangsa lain.
2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini akan menambah pemahaman tentang konsep
society character dengan human resource development, khususnya ethnology.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Mode Produksi
B. Ethos Kerja
3
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah, Visi dan Misi masing-masing perusahaan
B. Hubungan Ethos Kerja Karyawan dengan Hasil Finansial Perusahaan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB IILANDASAN TEORI
A. MODE PRODUKSI
Mode Of Production Karl Marx ,1850
“MODE OF PRODUCTION =
SOCIAL RELATION OF PRODUCTION +
PRODUCTIVE FORCE”
Social Relation = Common social characteristic of a group of people.
Productive Force = Natural resources and intelectual human labour.
Teori mode produksi dirancang oleh Karl Marx sekitar tahun 1850-an awal. Inti
dari teori ini telah digambarkan bahwa beberapa masyarakat yang memiliki alam keras
akan memiliki karakter bertahan hidup yang keras pula , beberapa masyarakat yang
memiliki alam yang subur akan memiliki karakter bertahan hidup yang tidak keras pula
terhadap alam hidupnya. Masyarakat yang memiliki alam keras tersebut akan memiliki
karakter karakter bertahan hidup yang tinggi, yang akan terpaksa mengambil surplus dari
masyarakat yang memiliki alam yang tidak keras tapi memiliki karakter bertahan hidup
yang tidak keras pula/lunak. Beberapa menolak seluruh konsep atas dasar bahwa formasi
sosial-ekonomi pra-kapitalis Eropa tidak sama/berbeda dari orang-orang Eropa feodal
5
dalam beberapa penjajahan khusus/kolonial seperti tersebut di atas. Selain dari Marx,
Friedrich Engels juga komentator antusias pada teori MP ini. Mereka berdua
memfokuskan diri pada basis sosial-ekonomi MP pada semua masyarakat di dunia ini.
Prinsip Teori Mode Produksi Marx berfokus pada organisasi kerja dan
tergantung pada perbedaan di antara berikut:
PRODUCTIVE FORCE
=
Hal-hal seperti tanah, sumber daya alam, intelektual manusia yang diperlukan
untuk produksi barang-barang materi.
SOCIAL RELATION
=
Sosial orang-orang yang menggunakan Productive Force.
Marx bersama-sama menyusun mode produksi dalam era sejarah, kemudian membedakan
sosial ekonomi dalam hal mode produksi yang berbeda, Capitalist dan Comunist. Marx dan
Engels menyoroti dan menekankan bahwa peran karakter sosial masyarakat adalah sangat
dominan dan ini diperhitungkan baik pada monopoli suatu negara atas kepemilikan tanah di
negara lain, semata-mata bertumpu pada kekuatan politik dan militer. Teori mereka
mendominasi pemikiran-pemikiran negara-negara dengan sumber daya alam yang terbatas,
dengan sifat pemilikan tanah komunal, negara-negara tersebut mengisolasi penduduk yang
satu yang berbeda satu sama lainnya dan kemudian menjajahnya.
6
Mode produksi adalah sebuah gagasan yang telah menjadi subjek banyak pertimbangan pada
Marxis dan non-Marxis. MP telah mengalami banyak kontroversi dari banyak sarjana dan
merupakan modus yang paling diperdebatkan yang digariskan dalam karya-karya Marx dan
Engels. Status berikutnya dari konsep MP telah bervariasi dengan perubahan dalam
lingkungan politik. Teori ini sangat dipakai di Eropa untuk penjajahan negara lain pada
periode antara dua perang dunia yaitu pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
B. ETHOS KERJA
a. Pengertian ETHOS
ETHOS didefinisikan sebagai JIWA KHAS SUATU BANGSA. Etos sendiri
berasal dari bahasa Yunani yang berarti adat dan kebiasaan. Menurut Jansen Sinamo,
maka etos merupakan kunci dan fondasi keberhasilan suatu masyarakat atau bangsa
diterima secara aklamasi. Beberapa pengertian lain :
1. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku fanatik bagi
seseorang,sekelompok orang atau sebuah institusi.
2. Etos Kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi,
mencangkup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar,
pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-
aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, standar-standar.
3. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental
dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral.
Etos kerja atau semangat kerja orang-orang Jepang-Korea-China yang dikenal sangat
tinggi, sangat menarik untuk dikaji secara mendalam.
7
"Memahami tingginya etos kerja bangsa Jepang-Korea-China merupakan salah satu
bekal 'soft skill' untuk dijadikan tauladan bagi para mahasiswa dalam menuntut ilmu dan
memasuki dunia kerja nantinya," ungkap Suhartini SS MA Kaprodi Bahasa Jepang
Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), dalam acara diskusi yang bertempat di kampus
FIB (Fakultas Ilmu Bahasa) UTY Jalan Prof Dr Soepomo SH (Janturan) Yogyakarta bertema
''Etos Kerja Bangsa Jepang, Korea, dan China''.
Para narasumber yang terdiri atas Lucinda MLett peneliti budaya Jepang, Yuliawati
Dwi Widyaningrum MA peneliti budaya Korea, dan Drs Erwan Tirta seorang praktisi budaya
China menyampaikan, bahwa Jepang-Korea-China merupakan tiga negara di kawasan Asia
timur yang memiliki kesamaan ras, sejarah, dan kondisi alam.
Mereka berasal dari ras Mongoloid, yang dalam sejarahnya diikat oleh satu faham
Konfusianisme yang sangat menjunjung tinggi penghormatan pada tradisi nenek moyang.
Adapun kondisi alam ketiga negara tersebut merupakan daratan yang tandus dengan
perubahan iklim yang ekstrim.
Selain itu, etos merupakan syarat utama bagi semua upaya peningkatan kualitas tenaga
kerja atau SDM, baik pada level individual, organisasional, maupun sosial. Selain itu, metode
pembangunan integritas bangsa harus dilakukan secara fokus dan serius, membawa misi
perbaikan dalam proses berkesinambungan, serta keterlibatan total dari seluruh elemen
masyarakat..Indonesia.
Kerja sebagai kehormatan, dan karenanya kita wajib menjaga kehormatan itu dengan
menampilkan kinerja yang unggul (excellent performance). Kehormatan itu berakar pada
kualitas dan keunggulan. Misalnya, Singapura, meskipun negeri kecil dari segi ukuran, tetapi
tinggi dari segi mutu birokrasi, nyaris bebas KKN, dan unggul di bidang SDM dan pelayanan
sehingga memperoleh status terhormat dalam percaturan..bangsa-bangsa.
Yang utama adalah keunggulan budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan
kinerja yang unggul pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang
manusia Mahakarya. Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai
upaya menciptakan keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka
hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai
pelayanan memerlukan kemampuan transendensi yang bersifat melampaui ruang gerak
8
manusia..yang..kecil. Selain itu, terdapat ruang interaksi dan sinergi dengan keluarga dan
masyarakat. Adanya interaksi dan sinergi ini diharapkan dapat menciptakan manusia
Indonesia yang dirindukan pada abad mendatang, yaitu manusia yang memiliki kualitas
SDM-nya..serta..mentalitasnya.
Jika dimensi ini benar-benar tercipta sudah barang tentu ia sudah siap menghadapi bahkan
siap sebagai pelaku di era teknologi itu karena salah satu agenda penting bagi bangsa kita di
abad 21 adalah mengusahakan agar kualitas tenaga kerja kita menjadi tenaga kerja bersaing
dengan kemapanannya. Sumber daya manusia bangsa ini perlu dikembangkan hingga
mencapai kualitas yang setara dengan bangsa-bangsa yang telah maju terlebih dahulu
dibandingkan Indonesia. Hal ini semakin penting, karena selain masalah ekonomi yang
menjadi penyakit akut di Indonesia, sesungguhnya kualitas SDM menjadi titik kritis sentral
dalam proses tata kemajuan peradaban suatu bangsa secara luas baik dilihat secara politik,
teknologi,..kultural,..maupun..manajerial.
Studi-studi sosiologi dan manajemen dalam beberapa dekade belakangan bermuara pada satu
kesimpulan yang mengaitkan antara etos kerja manusia (ataukomunitas) dengan
keberhasilannya: bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh sikap,
perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu manusia di dalam komunitas atau
konteks..sosialnya.
Melalui pengamatan terhadap karakteristik masyarakat di bangsa-bangsa yang mereka
pandang unggul, para peneliti menyusun daftar tentang ciri-ciri etos kerja yang penting.
Misalnya etos kerja Bushido dinilai sebagai faktor penting dibalik kesuksesan ekonomi
Jepang di kancah dunia. etos kerja Bushido ini mencuatkan tujuh..prinsip,..yakni:
1. GI - keputusan yang benar diambil dengan sikap yang benar berdasarkan kebenaran; jika
harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, sebab kematian yang demikian adalah
kematian yang terhormat:
2. YU - berani dan bersikap kesatria:
3. JIN - murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama:
4. RE - bersikap santun, bertindak benar:
5. MAKOTO - bersikap tulus yang setulus-tulusnya, bersikap sungguh dengan sesungguh-
sungguhnya dan tanpa pamrih:
9
6. MELYO - menjaga kehormatan, martabat dan kemuliaan, serta
7. CHUGO - mengabdi dan loyal.
Begitu pula keunggulan bangsa Jerman, menurut para sosiolog, terkait erat dengan etos
kerja Protestan, yang mengedepankan enam prinsip, yakni:
1. Rasional,
2. Disiplin tinggi,
3. Kerja keras,
4. Berorientasi pada kekayaan material,
5. Menabung dan berinvestasi, serta
6. Hemat, bersahaja dan tidak mengumbar kesenangan.
Pertanyaannya kemudian adalah seperti apa etos kerja bangsa Indonesia ini. Apakah etos kerja
kita menjadi penyebab dari rapuh dan rendahnya kinerja sistem sosial, ekonomik dan kultural,
yang lantas berimplikasi pada kualitas kehidupan? Ataukah etos kerja yang kita miliki
sekarang ini merupakan bagian dari politik republik tercinta?
10
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
A.1. PT BATIK SEMAR
PT. Batik Semar mulai didirikan pada tahun 1947 oleh keluarga Kasigit dengan
tujuan mempertahankan seni warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yaitu seni
membatik. Batik yang dikerjakan saat itu adalah batik tulis yaitu batik yang dikerjakan
dengan lukisan tangan dan bercorak klasik. Usaha batik tersebut dilakukan di kota Solo
dan diberi nama “Bodronoyo”.
Nama “Bodronoyo” merupakan sosok panutan dalam dunia wayang yang juga
dikenal dengan nama “Semar”. Tokoh “Semar” dari Karang Tumaritis adalah pengasuh
dan penasihat keluarga Pandawa yang merupakan jelmaan dari dewa yang sakti dan
tampan berjuluk “Batara Ismaya”.
Pada tahun 1966 nama “Bodronoyo” diganti dengan nama “Batik Semar”. Nama
“Semar” diartikan sebagai berikut.
Sarwi : Sama-sama
Ening : Suci bersih
Marsudi : Usaha tanpa putus asa
Ajuning : Perkembangan
Rasa : Seni
11
Penjabaran dari nama “Semar” diatas dapat diartikan bahwa PT Batik Semar
merupakan usaha batik yang dibangun bersama-sama oleh seluruh anggota organisasi
didalamnya dengan kerja keras dan tanpa putus asa untuk menghasilkan produk batik
yang berkualitas demi memenuhi kebutuhan sandang masyarakat dan melestarikan
budaya nenek moyang bangsa Indonesia.
Tahun 1974 adalah era baru dalam industri batik karena mulai diproduksinya batik
printing oleh PT. Batik Semar, hal tersebut sekaligus merupakan perkembangan yang
pesat dalam perusahaan yang kemudian disebut sebagai industri batik modern.
Corak batik yang dihasilkan oleh perusahaan juga mengalami perkembangan,
sehingga produksi yang dihasilkan bukan hanya corak Solo saja tetapi juga memproduksi
corak-corak Pekalongan, Cirebon (cirebonan), Lasem (Laseman), dan lain-lain.
Perusahaan juga mengalami perkembangan dari segi corak dan warna batik, terbukti
dengan telah mampunya diproduksi batik-batik dan corak-corak seperti kontemporer
batik, batik kombinasi, dan printing dengan motif batik.
1. Visi
Visi merupakan pernyataan yang memuat nilai-nilai yang dianggap paling
penting, memberi corak khas, dan akan mewarnai setiap perilaku anggota organisasi.
Visi akan memberikan arah organisasi tentang bagaimana organisasi memberdayakan
dirinya dalam menghadapi tantangan perubahan dan memotivasi orang dalam
mewujudkannya.
2. Misi
Misi adalah pernyataan pokok mengenai alasan eksistensi organisasi dan peta
umum arah dan pola organisasi di masa depan, juga berisi pernyataan yang lebih
12
umum kepada pihak luar mengenai keinginan-keinginan perusahaan yang ingin
dicapai.
PT Batik Semar mempunyai misi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat,
bangsa dan negara melalui pemenuhan kebutuhan sandang berkualitas untuk
masyarakat umum.
3. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah semua hasil-hasil yang diinginkan atau ditargetkan
oleh perusahaan. Visi dan misi perusahaan digunakan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Tujuan PT Batik Semar beroperasi adalah sebagai berikut.
a) Memaksimalkan laba.
b) Meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
c) Melestarikan budaya seni batik.
d) Menunjang industri tekstil Indonesia.
e) Menambah devisa negara melalui ekspor nonmigas berupa batik dan konveksi.
4. Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja PT Batik Semar Surakarta saat ini adalah 400 orang, terdiri dari
250 orang tenaga kerja wanita dan 150 orang tenaga kerja pria.
TABEL I.1.JUMLAH KARYAWAN TAHUN 2000 – 2003
Tahun Jumlah Karyawan
2000 399 orang
2001 402 orang
2002 397 orang
2003 400 orang
Sumber: PT Batik Semar Surakarta
13
TABEL I.2.TINGKAT PENDIDIKAN KARYAWAN TAHUN 2000 – 2003
Tahun Tingkat Pendidikan Jumlah
SD SMP SMU D3 S1
2000 44 135 183 26 11 399 orang
2001 44 136 184 27 11 402 orang
2002 44 132 181 29 11 397 orang
2003 42 132 183 30 13 400 orang
Sumber: PT Batik Semar Surakarta
5. Jam kerja karyawan
TABEL I.3.JAM KERJA KARYAWAN PT BATIK SEMAR
Jenis Shift Jam Kerja Jam Istirahat
Day Shift 08.00 – 17.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB
Shift Pagi 06.00 – 14.00 09.30 – 10.30
Shift Siang 14.00 – 22.00 17.30 – 18.30
Shift Malam 22.00 – 06.00 01.30 – 02.30
Sumber: PT Batik Semar Surakarta
Sistem kerja karyawan pada PT Batik Semar untuk karyawan borongan ditetapkan
lamanya jam kerja lain dengan karyawan bagian staff dan karyawan harian. Jam kerja
untuk karyawan borongan ditetapkan hanya selama 40 jam per minggu. Jam kerja
operasional produksi dilakukan selama 24 jam per hari, kecuali pada hari Jumat yaitu
22,5 jam. Pada saat hari libur dan hari besar keagamaan tidak dilakukan pekerjaan atau
kegiatan. Jam kerja produksi dibagi dalam shift berikut ini.
a. Shift pagi (Shift A)
Jam kerja dimulai dari jam 06.00 – 14.00 WIB, dengan waktu istirahat selama 30
menit (jam 12.00 WIB) yang digunakan untuk makan dan beribadah.
b. Shift siang (Shift B)
14
Jam kerja dimulai dari jam 14.00 – 22.00 WIB, dengan waktu istirahat selama 30
menit (jam 18.00 WIB) yang digunakan untuk makan dan beribadah.
c. Shift malam (Shift C)
Jam kerja dimulai dari jam 22.00 – 06.00 WIB, dengan waktu istirahat selama 30
menit (jam 03.00 WIB) yang digunakan untuk makan dan beribadah.
d. Kecuali hari Sabtu dari jam 08.00 – 13.00 WIB
Perputaran atau pergantian urut-urutan shift dilakukan setiap satu minggu sekali,
sedangkan jam kerja administrasi mengikuti jam kerja biasa yaitu jam 08.00 –
17.00 WIB, dengan waktu istirahat selama 1 jam (60 menit) yaitu antara jam 12.00
– 13.00 WIB.
PT Batik Semar Surakarta selama ini melakukan pengukuran kinerja berdasarkan
pengukuran kinerja tradisional yang hanya menitikberatkan pada aspek keuangan saja.
Pengukuran ini dirasakan tidak memberikan hasil yang memuaskan untuk jangka waktu
panjang, karena tidak dilakukan pengukuran pada aspek yang lain yang juga sangat
mempengaruhi kinerja finansial. Aspek tersebut adalah aspek karyawan.
Perusahaan berusaha mengatasi kelemahan dari pengukuran kinerja tradisional tersebut
dengan cara mulai menerapkan karyawan untuk pencapaian profit dalam jangka panjang.
1. Perusahaan menganggap karyawan sebagai aset penting yang ikut menentukan
keberhasilan perusahaan sehingga perlu dilakukan pengembangan kemampuan
karyawan.
Human capital yang dibutuhkan perusahaan adalah karyawan yang memiliki
kapabilitas dan komitmen yang tinggi. Tolok ukur dari human capital adalah produktivitas
karyawan dan retensi karyawan.
15
TABEL V.4.PERTUMBUHAN PENDAPATAN
Tahun 2000 2001 2002 2003
Pendapatan Rp. 550.650.000 Rp. 572.141.000 Rp. 463.850.000 Rp. 537.985.000
Pertumbuhan Pendapatan - 3,90% (18,93%) 15,98%
Sumber: data diolah
TABEL V.5.PERUBAHAN BIAYA
Tahun 2000 2001 2002 2003
Biaya Rp. 46.552.000 Rp. 47.995.000 Rp. 49.601.000 Rp. 56.605.500
Rasio perubahan biaya - 3,10% 3,35% 14,12%
Sumber: data diolah
TABEL V.6.OPERATING RATIO
Tahun 2000 2001 2002 2003
Biaya Rp. 46.552.000 Rp. 47.995.000 Rp. 49.601.000 Rp. 56.605.500
Pendapatan Rp. 550.650.000 Rp. 572.141.000 Rp. 463.850.000 Rp. 537.985.000
Operating Ratio 8,45% 8,39% 10,69% 10,52%
Sumber: data diolah
TABEL V.7.RETURN ON INVESTMENT RATIO
Tahun 2000 2001 2002 2003
Laba usaha Rp. 126.933.100 Rp. 133.046.865 Rp. 98.085.435 Rp. 120.940.610
Total aktiva Rp. 948.398.745 Rp. 993.372.375 Rp. 872.765.700 Rp. 995.043.375
ROI 13,39% 13,39% (11,23%) 12,15%
Sumber: data diolah
TABEL V.8.ROE
Tahun 2000 2001 2002 2003
Laba bersih Rp. 126.933.100 Rp. 133.046.865 Rp. 98.085.435 Rp. 120.940.610
Modal sendiri Rp. 697.606.695 Rp. 734.421.675 Rp. 617.275.500 Rp. 725.987.250
ROE 18,20% 18,12% (15,89%) 16,66%
Sumber: data diolah
16
TABEL V.9.CURRENT RATIO
Tahun 2000 2001 2002 2003
Aktiva lancar Rp. 214.314.900 Rp. 224.318.000 Rp. 225.382.250 Rp. 229.701.025
Utang jangka pendek Rp. 250.792.050 Rp. 258.950.700 Rp. 255.490.200 Rp. 269.056.125
Current ratio 0,85 0,87 0,88 0,85
Sumber: data diolah
TABEL V.10.LEVERAGE RATIO
Tahun 2000 2001 2002 2003
Total utang Rp. 250.792.050 Rp. 258.950.700 Rp. 255.490.200 Rp. 269.056.125
Total aktiva Rp. 948.398.745 Rp. 993.372.375 Rp. 872.765.700 Rp. 995.043.375
Leverage ratio 0,26 0,26 0,29 0,27
Sumber: data diolah
TABEL V.11.RASIO PERPUTARAN AKTIVA
Tahun 2000 2001 2002 2003
Pendapatan Rp. 550.650.000 Rp. 572.141.000 Rp. 463.850.000 Rp. 537.985.000
Total aktiva Rp. 948.398.745 Rp. 993.372.375 Rp. 872.765.700 Rp. 995.043.375
Perputaran aktiva 0,58 0,58 0,53 0,54
Sumber: data diolah
TABEL V.12.RASIO PERPUTARAN PERSEDIAAN
Tahun 2000 2001 2002 2003
CGS Rp. 325.805.000 Rp. 337.101.050 Rp. 278.372.950 Rp. 310.782.200
Inventory/Persediaan Rp. 214.314.900 Rp. 224.318.000 Rp. 225.382.250 Rp. 229.701.025
Perputaran persediaan 1,52 1,50 1,24 1,35
Sumber: data diolah
TABEL V.13.DATA PELANGGAN KAIN JADI
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah pelanggan/customer 78 76 74 83
Customer menjadi non customer - 2 2 -
Prosentase - 2,56% 2,41% -
Prosentase retensi pelanggan - 97,44% 97,37% -
Sumber: data diolah
17
TABEL V.14.DATA RETENSI PELANGGAN GARMENT
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah pelanggan/customer 62 61 56 63
Customer menjadi non customer - 1 5 -
Prosentase - 1,61% 8,20% -
Prosentase retensi pelanggan - 98,39% 91,80% -
Sumber: data diolah
TABEL V.15.TOTAL TINGKAT RETENSI PELANGGAN
Tahun 2000 2001 2002 2003
Kain Jadi - 97,44% 97,37% 100%
Garment - 98,39% 91,80% 100%
Total % retensi pelanggan - 97,91% 94,70% 100%
Sumber: data diolah
TABEL V.16.DATA AKUISISI PELANGGAN KAIN JADI
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah pelanggan 78 76 74 83
Non customer menjadi customer - - - 9
Prosentase akuisisi - - - 12,16%
Sumber: data diolah
TABEL V.17.DATA AKUISISI PELANGGAN GARMENT
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah pelanggan 62 61 56 63
Non customer menjadi customer - - - 7
Prosentase akuisisi - - - 12,50%
Sumber: data diolah
TABEL V.18.JUMLAH KELUHAN PELANGGAN
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah keluhan 15 12 13 9
Jumlah keluhan yang ditangani 13 8 10 8
Rasio penanganan keluhan 86,67% 66,67% 76,92% 88,89%
Sumber: data diolah
18
TABEL V.19.PROFITABILITAS PELANGGAN
Tahun 2000 2001 2002 2003
Pendapatan Rp. 550.650.000 Rp. 572.141.000 Rp. 463.850.000 Rp. 537.985.000
Jumlah pelanggan 140 137 130 146
Profitabilitas pelanggan Rp. 3.933.214 Rp. 4.176.212 Rp. 3.568.077 Rp. 3.684.829
Rasio profitabilitas pelanggan - 6,18% (14,56%) 3,27%
Sumber: data diolah
TABEL V.20.JUMLAH JENIS PRODUK
Tahun 2000 2001 2002 2003
Kain jadi 11 13 15 17
Garment 15 17 19 21
Sumber: PT Batik Semar Surakarta
a) Proses inovasi
Tabel dibawah ini menunjukkan data inovasi yang dilakukan PT Batik Semar
Surakarta.
TABEL V.21.DATA INOVASI
Tahun 2000 2001 2002 2003
Kain jadi 2 2 2 2
Garment 2 2 2 2
Sumber: PT Batik Semar Surakarta
TABEL V.22.PRODUKSI KAIN JADI
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah kain jadi yang diproduksi 17.866.000 yard 17.980.700 yard 16.585.000 yard 17.753.000 yard
Pemasaran Dalam Negeri (90%) 16.079.400 yard 16.182.630 yard 14.926.500 yard 15.977.700 yard
Pemasaran Luar Negeri (10%) 1.786.600 yard 1.798.070 yard 1.658.500 yard 1.775.300 yard
Rasio produksi kain jadi - 0,64% (7,76%) 7,04%
Sumber: data diolah
TABEL V.23.PRODUKSI GARMENT
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah garment yang diproduksi 675.000 potong 710.200 potong 638.150 potong 712.400 potong
19
Pemasaran Dalam Negeri (90%) 607.500 potong 639.180 potong 574.335 potong 641.160 potong
Pemasaran Luar Negeri (10%) 67.500 potong 71.020 potong 63.815 potong 71.240 potong
Rasio produksi garment - 5,21% (10,15%) 11,64%
Sumber: data diolah
TABEL V.24.RASIO KAIN JADI RUSAK
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah kain jadi yang diproduksi 17.866.000 yard 17.980.700 yard 16.585.000 yard 17.753.000 yard
Jumlah kain jadi yang rusak 1.393.548 yard 1.157.120 yard 875.200 yard 942.621 yard
Rasio kain jadi yang rusak 7,80% 6,44% 5,28% 5,31%
Sumber: data diolah
TABEL V.25.RASIO GARMENT RUSAK
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah garment yang diproduksi 675.000 potong 710.200 potong 638.150 potong 712.400 potong
Jumlah garment yang rusak 64.125 potong 58.946 potong 44.351 potong 39.952 potong
Rasio garment yang rusak 9,50% 8,30% 6,95% 5,61%
Sumber: data diolah
TABEL V.26.MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY KAIN JADI
Tahun Waktu Waktu Waktu Waktu MCE
Pengolahan Pemeriksaan Penyimpanan Pemindahan
2000 921 menit 377 menit 451 menit 272 menit 45,57%
2001 945 menit 377 menit 422 menit 269 menit 46,94%
2002 951 menit 381 menit 401 menit 281 menit 47,19%
2003 942 menit 371 menit 402 menit 265 menit 47,57%
Sumber: data diolah
TABEL V.27.MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY GARMENT
Tahun Waktu Waktu Waktu Waktu MCE
Pengolahan Pemeriksaan Penyimpanan Pemindahan
2000 692 menit 405 menit 347 menit 265 menit 40,49%
2001 687 menit 391 menit 317 menit 257 menit 42,28%
2002 685 menit 378 menit 319 menit 241 menit 42,21%
2003 686 menit 388 menit 297 menit 269 menit 41,83%
Sumber: data diolah
TABEL V.28TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN
20
Tahun 2000 2001 2002 2003
Pendapatan Rp. 550.650.000 Rp. 572.141.000 Rp. 463.850.000 Rp. 537.985.000
Jumlah Karyawan 399 402 397 400
Produktivitas Karyawan Rp. 1.380.075 Rp. 1.423.236 Rp. 1.168.388 Rp. 1.344.963
Rasio Produktivitas Karyawan - 3,13% (17,91%) 15,11%
Sumber: data diolah
TABEL V.29.EMPLOYEE TURNOVER
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah karyawan 399 402 397 400
Employee turnover - 0,03% (0,05%) 0,03%
Sumber: data diolah
TABEL V.30.RASIO KARYAWAN YANG DILATIH
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah pelatihan 2x 2x 2x 4x
Jumlah karyawan 399 402 397 400
Jumlah karyawan yang dilatih 70 82 84 115
Rasio karyawan yang ikut pelatihan 17% 20% 21% 29%
Rasio kenaikan karyawan yang dilatih - 17,14% 2,44% 36,90%
Sumber: data diolah
Berikut ini adalah pelatihan atau seminar yang diikuti karyawan PT Batik Semar
Surakarta.
1) Pelatihan komputer
2) Seminar Kaizen
3) Pelatihan Pelaporan dan Pencatatan
4) Pelatihan Pengawasan Mutu Tekstil dan Garment
5) Pelatihan Produktivitas Perusahaan
6) Seminar Pengembangan SDM Melalui Pembinaan HIP di Perusahaan Swasta
21
Pada aspek motivasi, pemberdayaan dan keselarasan individu tolok ukur yang
digunakan adalah jumlah karyawan yang mengetahui visi, misi, dan tujuan
perusahaan. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan rasio jumlah karyawan yang
mengetahui visi, misi, dan tujuan perusahaan.
TABEL V.31.KARYAWAN YANG MENGETAHUI VISI, MISI, DAN TUJUAN PERUSAHAAN
Tahun 2000 2001 2002 2003
Jumlah karyawan 399 402 397 400
Jumlah karyawan yang mengetahui visi, misi, dan tujuan perusahaan 72 85 130 180
Rasio karyawan yang mengetahui visi, misi, dan tujuan perusahaan 18,05% 21,14% 32,74% 45%
Sumber: data diolah
A.2. PT BATIK DANAR HADI
Sejarah Perusahaan
SEJARAH BATIK KARYA ADILUHUNG INDONESIA.
Seni membatik adalah teknologi kuno yang berkembang di Indonesia sejak berabad silam, di
tanah Jawa batik berkembang menjadi ekspresi yang mengakar pada mitologi, filosofi, dan
dunia lambang seputar siklus kehidupan identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai
meninggal, hal itu terlihat dari bayi yang digendong dengan kain batik bercorak simbol-
simbol sampai dengan yang meninggal ditutup dengan kain batik. Sebagai kewajiban moral
dan kotribusi material untuk melestarikan seni budaya kita yang adiluhung ini keberadaan
Batik Danar Hadi untuk melestarikan seni tradisional kita yang bersejarah untuk generasi
berikutnya. Sejak tahun 1976 pengembangan pasar dalam negeri yang merupakan mayoritas
(±90%) dibarengi dengan usaha pengembangan pasar ke luar negeri (±10%) , Jepang yang
saat ini merupakan importir batik terbesar. Ekspor Batik Danar Hadi sempat merajai pasar
Australia selama 1977-1985, demikian juga pasar Italia di tahun 1985.
22
1. Visi & Misi Perusahaan
MASA DEPAN BATIK DANAR HADI, MASA DEPAN BATIK INDONESIA
Kelompok Usaha Danar Hadi, dengan pencapaian dalam kualitas dan keahlian,
memiliki masa depan cerah dalam industri batik. Semua itu di dukung filosofi
perusahaan yang mengakar kuat pada seni tradisional yang diusungnya, fasilitas,
pengalaman, dan keahlian dalam manajemen usahanya. Berpijak pada idealisme
mendasar untuk menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisioanl batik,
pengembangan produk Batik Danar Hadi bersifat multidimensional yang taat asas.
Batik Danar Hadi akan berusaha lebih keras untuk menembus pasar mancanegara pada
pasar domestik yang terus berkembang.
TABEL 1.1KEPEMILIKAN SAHAMPT. BATIK DANAR HADI
Nama Pemegang SahamJumlah Saham
Jumlah Nominal
Persero R.H Santosa 3432 Rp 3.432.000.000,00
Persero Ny. Hj. Danarsih Ssntosa 3408 Rp 3.408.000.000,00
Persero Ny. Hj. Diana Kusuma Dewanti 120 Rp
120.000.000,00
Persero H. Dian Kusuma Hadi 120 Rp
120.000.000,00
Persero H. Dewanto Kusuma Wibawa 120 Rp
120.000.000,00
Sumber: PT.Batik Danar Hadi Solo
2. Etos Kerja
MEMBANGUN SUMBER DAYA PROFESIONAL
SINERGI SENI TRADISIONAL & MANAJEMEN MODERN
Meski kini telah memasuki abad industri, batik tetaplah berakar pada seni
tradisional yang Adiluhung sehingga elemen kreativitas setiap individu - dalam hal
ini pengrajin batik - menentukan kualitas tiap-tiap helainya. Sejak awal, Batik
Danar Hadi menyadari pentingnya membangun suatu etos kerja , etos memberikan
yang terbaik bagi dunia batik bukanlah sebuah jargon semata, sikap mental ini
23
sudah menjadi jalan hidup sejak karya hasta ini masih berada di palungan seni
budaya ratusan tahun yang lampau.
Adiluhung merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual
bagi kalangan raja-raja Mataram : Serat Wulangreh, Cibolek, Wedhatama, dan Centhini,
serta Suluk Cipta Waskitha dan Haspiya. Dalam falsafah Jawa tempat berkembangnya
tradisi batik, motif ,warna,corak memiliki nilai filosofis tersendiri berikut etika-etika nya.
- SEPI PAMRIH RAMEIN GAWE, MEMAYU HAYUNING BUWONO.
Sepi pamrih, memiliki arti jauh dari dorongan untuk hanya mengejar kepentingan sendiri.
Ramein gawe, berarti bergiat dalam hal melaksanakan kewajiban. Sementara mamayu
hayuning buwono, melengkapinya dengan arti ikut serta dalam memperindah dunia
- TATA, TITI, TITIS DAN TATAS.
Piwulang jawa yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat
perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas.
Tabel II.2
Jumlah Karyawan dan Pembagian Kerja
Bagian Jumlah Karyawan
I. Karyawan Bulanan
a. bagian personalia
- administrasi dan satpam
b. bagian design
c. bagian umum
d. bagian produksi
e. bagian pengadaan
24
f. bagian pembelian
g. bagian akuntansi
h.bagian keuangan
i. bagian EDP
j. bagian konveksi
k. bagian pemasaran
l. bagian eksport
m. Karyawan Harian
n. Karyawan Borongan
65 orang
11 orang
27 orang
40 orang
15 orang
14 orang
44 orang
11 orang
6 orang
78 orang
52 orang
16 orang
148 orang
350 orang
Jumlah 877 orang
(Sumber : Bagian Personalia 2009)
Table II.3
Jadwal Jam Kerja dan Istirahat
25
PT Batik Danar Hadi
NO Daftar Shift Jam Istirahat
1. 08.00 – 16.00 11.30 – 12.30
08.00 – 16.00 11.30 – 12.30
2. 08.00 – 15.00 11.30 – 12.30
2. WAKTU KERJA PT. BATIK DANAR HADI SURAKARTA
Waktu kerja yang diterapkan pada PT. Batik Danar Hadi
Surakarta, yaitu 5 (lima) hari kerja secara jam kerja, sebagai
berikut :
Senin sampai dengan jum’at : Jam 08.00 – 16.00
Sabtu : Libur
Minggu dan Hari Libur : Libur
Dengan Istirahat selama 1 jam dari jam 11.30 WIB sampai
dengan 12.30 WIB, kecuali Hari Jum’at, istirahat dari jam 11.30
WIB sampai dengan 13.30 WIB.
Tabel 3
Jumlah Karyawan Bagian Desain PT Batik Danar Hadi
No. Divisi
Jumlah
Karyawan
1. Desain motif 24
2. Bordir 9
3. House hold 7
Jumlah Total 40
Menurut pakar pemasaran, Rheinal Kasali, kelebihan Danar Hadi ada dua hal :
Pertama, konsentrasi dan fokus Danar Hadi tetap konsisten, yaitu mempertahankan jalur
batik tradisional, tidak seperti perusahaan batik lain yang telah merubah fokus dari produk
26
batik menjadi kerajinan nusantara.
Kedua, Danar Hadi telah membagi dua segmen pasar, yaitu kelas atas dan kelas bawah.
Sumber: Data Sekunder
27
NO. KETERANGAN TAHUN 2002 (Rupiah)TAHUN 2001
(Rupiah)
1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
a. Penerimaan
1. Penerimaan kas dari pelanggan 48.995.071.150,68 57.633.911.764,57
2. Penerimaan kas dari jasa giro dan lainnya 33.741.524,13 88.097.006,94
Jumlah Penerimaan dari Aktivitas Operasi 49.028.812.674,81 57.722.008.771,51
b. Pengeluaran
1. Pengeluaran kas untuk karyawan (21.592.662.154,52) (11.619.935.761,57)
2. Pengeluaran kas untuk pemasok (16.261.166.478,64) (30.627.009.558,39)
3. Pengeluaran kas untuk pemasaran (4.872.022.540,45) (7.088.481.987,08)
4. Pengeluaran kas untuk administrasi dan umum (960.248.413,97) (2.370.500.961,24)
5. Pengeluaran kas untuk bunga bank dan lainnya (3.689.974.380,00) (3.450.511.649,60) 6. Pembayaran pajak penghasilan (203.333.600,00) (170.142.500,00)
Jumlah Pengeluaran dari Aktivitas Operasi (47.579.407.567,58) (55.326.582.417,88)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 1.449.405.107,23 2.395.426.353,64
2. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penambahan Aktiva Tetap (1.014.114.412,98) (1.397.385.475,00)
3. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan (Pembayaran) Hutang Pemegang Saham (525.705.551,23) (287.367.314,53)
Penerimaan (Pembayaran) Hutang Non Pemegang Saham (32.222.355,23) -
Arus Kas Bersih dari aktivitas Pendanaan (557.927.906,46) (287.367.314,53)
Kenaikan (Penurunan) Kas dan Bank (122.637.212,21) 710.673.564,11
Kas dan Bank Awal Periode 4.769.398.247,58 4.058.724.683,47
Kas dan Bank Akhir Periode 4.646.761.035,37 4.769.398.247,58
TABEL II.2PT. BATIK DANAR HADI
LAPORAN ARUS KASPERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2002
(DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2001)
28
NO. KETERANGAN TAHUN 2003 (Rupiah) TAHUN 2002 (Rupiah)
1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
a. Penerimaan
1. Penerimaan kas dari pelanggan 52.241.044.371,31 48.995.071.150,68
2. Penerimaan kas dari jasa giro dan lainnya 55.526.794,76 33.741.524,13
Jumlah Penerimaan dari Aktivitas Operasi 52.296.571.166,07 49.028.812.674,81
b. Pengeluaran
1. Pengeluaran kas untuk karyawan (18.896.807.671,19) (21.592.662.154,52)
2. Pengeluaran kas untuk pemasok (21.731.963.487,21) (16.261.166.478,64)
3. Pengeluaran kas untuk pemasaran (5.463.253.378,46) (4.872.022.540,45)
4. Pengeluaran kas untuk administrasi dan umum (1.137.453.913,50) (960.248.413,97)
5. Pengeluaran kas untuk bunga bank dan lainnya (3.206.943.291,00) (3.689.974.380,00)
6. Pembayaran pajak penghasilan (232.719.800,00) (203.333.600,00)
Jumlah Pengeluaran dari Aktivitas Operasi (50.669.141.541,36) (47.579.407.567,58)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 1.627.429.624,71 1.449.405.107,23
2. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penambahan Aktiva Tetap (657.510.876,88) (1.014.114.412,98)
3. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan (Pembayaran) Hutang Pemegang Saham (83.962.815,51) (525.705.551,23)
Penerimaan (Pembayaran) Hutang Non Pemegang Saham (182.210.284,95) (32.222.355,23)
Arus Kas Bersih dari aktivitas Pendanaan (266.173.100,46) (557.927.906,46)
Kenaikan (Penurunan) Kas dan Bank 703.745.647,37 (122.637.212,21)
Kas dan Bank Awal Periode 4.646.761.035,37 4.769.398.247,58
Kas dan Bank Akhir Periode 5.350.506.682,74 4.646.761.035,37
Sumber: Data Sekunder
Tabel II.4PT. BATIK DANAR HADI SURAKARTA
ANALISIS COMMON SIZE HORISONTAL LAPORAN ARUS KAS
PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2002 DAN 2001
KETERANGAN Tahun 2002 Tahun 2001 Kenaikan (penurunan)
TABEL II.3PT. BATIK DANAR HADI
LAPORAN ARUS KASPERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2003
(DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2002)
1
(Rupiah) (Rupiah) Debet Kredit
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
a. Penerimaan:
1. Penerimaan kas dari pelanggan 48.995.071.150,68 57.633.911.764,57 - 8.638.840.613,89
2. Penerimaan kas dari jasa giro dan lainnya 33.741.524,13 88.097.006,94 - 54.355.482,81
Jumlah Penerimaan dari Aktivitas Operasi 49.028.812.674,81 57.722.008.771,51 - 8.693.196.096,70
b. Pengeluaran:
1. Pengeluaran kas untuk karyawan (21.592.662.154,52) (11.619.935.761,57) 9.972.726.392,95 -
2. Pengeluaran kas untuk pemasok (16.261.166.478,64) (30.627.009.558,39) - 14.365.843.079,75
3. Pengeluaran kas untuk pemasaran (4.872.022.540,45) (7.088.481.987,08) - 2.216.459.446,63
4. Pengeluaran kas untuk administrasi dan umum (960.248.413,97) (2.370.500.961,24) - 1.410.252.547,27
5. Pengeluaran kas untuk bunga bank dan lainnya (3.689.974.380,00) (3.450.511.649,60) 239.462.730,40 -
6. Pembayaran pajak penghasilan (203.333.600,00) (170.142.500,00) 33.191.100,00 -
Jumlah Pengeluaran dari Aktivitas Operasi (47.579.407.567,58) (55.326.582.417,88) - 7.747.174.850,30
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 1.449.405.107,23 2.395.426.353,64 - 946.021.246,41
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
a. Penerimaan - - - -
b. Pengeluaran:
Penambahan Aktiva Tetap (1.014.114.412,98) (1.397.385.475,00) - 383.271.062,02
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Batik Danar Hadi dibuktikan dengan diraihnya sejumlah penghargaan, baik
skala nasional maupun internasional,:
a. Piala Kualitas Internasional XII, Madrid, tahun 1984
b. Piala Kualitas Internasional XIII, Madrid, tahun 1985
c. Piala Kualitas Internasional IX, Madrid, tahun 1986
d. Penghargaan Internasional VI, Tokyo, tahun 1986
e. Penghargaan Internasional VII, Jakarta, tahun 1987
f. Penghargaan Emas, terbaik kategori “Budaya Indonesia” (Tradisi Sebuah
Perjalanan),
k. Penghargaan Upakarti, tahun 1985, kepada pimpinan Batik Danar Hadi
BAB VI
2
KESIMPULAN
3
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan, karena
dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan. Pengukuran kinerja yang
selama ini digunakan oleh PT Batik Semar Surakarta adalah pengukuran kinerja
tradisional yang hanya menitikberatkan pada ukuran keuangan saja. Pengukuran kinerja
tradisional memiliki kelemahan, yaitu ketidakmampuannya mengukur aset tidak
berwujud (intangible assets) dan aset intelektual yang dimiliki perusahaan seperti
sumber daya manusia.
Kelemahan-kelemahan dalam pengukuran kinerja tradisional tersebut dapat diatasi
dengan menggunakan Balanced Scorecard yang mengukur kinerja perusahaan tidak
hanya dari aspek finansial saja tetapi juga aspek-aspek non finansial.
Balanced Scorecard menilai peningkatan kinerja sebuah organisasi dari empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif tersebut
saling mendukung satu sama lain dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Pengukuran terhadap keempat perspektif tersebut secara seimbang akan
menentukan peningkatan kinerja yang berlipat ganda, karena peningkatan kinerja
pertumbuhan dan pembelajaran akan mendorong peningkatan kinerja proses bisnis
internal dan pelanggan yang akan mendorong kinerja keuangan perusahaan secara
keseluruhan sehingga akan terjadi pelipatgandaan kinerja perusahaan.
4
PT Batik Semar Surakarta merupakan salah satu perusahaan tekstil yang selama
ini masih menggunakan sistem pengukuran kinerja tradisional, yaitu dengan mengukur
aspek keuangan saja. Adanya keterbatasan dalam pengukuran kinerja tradisional
mendorong PT Batik Semar Surakarta untuk mulai menggunakan Balanced Scorecard
sebagai alat pengukur kinerja perusahaan. Melalui Balanced Scorecard, perusahaan
dimungkinkan untuk mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan
nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan dimasa yang
akan datang.
5