tugas agraria

6
Kasus pertanahan di Provinsi Sumatera Utara terbanyak di Indonesia. Hal itu dikatakan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia (SPI), Hendry Saragih, di Medan Menurut dia, terbanyaknya kasus tanah di Sumut, karena provinsi itu memiliki perusahaan perkebunan terbanyak di Indonesia. Penyebab lain adalah masyarakat di Sumut telah berfikir ulang dan menyadari bahwa tanah merupakan lahan untuk mencari nafkah. Kepala Operasional Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Sumut, Herdensi Adnin mengatakan, masalah pertanahan selalu terkait dengan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM). Menurut dia, jika masalah pertanahan tidak diselesaikan pemerintah dengan memberikan jalan keluar yang adil, maka korban pelanggaran HAM di Indonesia semakin meningkat. "Pelanggaran HAM tersebut, bisa berupa penggusuran paksa, intimidasi dan kekerasan fisik," ujarnya. (Ant/OL-06) Medan (SIB) Sebanyak 870-an kasus pertanahan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara (Kanwil BPN Sumut), akan diselesaikan secara terjadwal. Saat ini, telah masuk dalam jadwal mingguan 30 kasus, akan, termasuk 10 kasus yang harus kerjasama dengan pihak Poldasu. Sebenarnya, kenyataan di lapangan, masalah pertanahan bisa terjadi lebih banyak dari yang terdaftar di Sumut. Penyebabnya dipicu oleh beberapa hal seperti kesejarahan pemanfaatan tanah yakni perkebunan, register dan masalah Pantai Timur, Tapteng dan Tapsel. Pimpinan BPN telah menganggarkan dana untuk penyelesaian kasus tanah di tanah air, dan khusus untuk Sumatera Utara anggarannya terbesar untuk 50 ribu bidang. Kepala Kanwil BPN Sumut Ir Horasman Sitanggang mengungkapkan hal itu, Sabtu (14/6) pada acara Sosialisasi/Dialog Reforma Agraria Sumut di Kompleks Sekretariat Koordinator Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Nasional Sumut Jl Klambir Lima Tanjung Gusta Medan. Dalam dialog yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai

Upload: muhammad-mujahidin-za-muja

Post on 14-Jun-2015

268 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas agraria

Kasus pertanahan di Provinsi Sumatera Utara terbanyak di Indonesia. Hal itu dikatakan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia (SPI), Hendry Saragih, di Medan Menurut dia, terbanyaknya kasus tanah di Sumut, karena provinsi itu memiliki perusahaan perkebunan terbanyak di Indonesia. Penyebab lain adalah masyarakat di Sumut telah berfikir ulang dan menyadari bahwa tanah merupakan lahan untuk mencari nafkah.

Kepala Operasional Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Sumut, Herdensi Adnin mengatakan, masalah pertanahan selalu terkait dengan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM).

Menurut dia, jika masalah pertanahan tidak diselesaikan pemerintah dengan memberikan jalan keluar yang adil, maka korban pelanggaran HAM di Indonesia semakin meningkat. "Pelanggaran HAM tersebut, bisa berupa penggusuran paksa, intimidasi dan kekerasan fisik," ujarnya. (Ant/OL-06)Medan (SIB)Sebanyak 870-an kasus pertanahan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara (Kanwil BPN Sumut), akan diselesaikan secara terjadwal. Saat ini, telah masuk dalam jadwal mingguan 30 kasus, akan, termasuk 10 kasus yang harus kerjasama dengan pihak Poldasu.Sebenarnya, kenyataan di lapangan, masalah pertanahan bisa terjadi lebih banyak dari yang terdaftar di Sumut. Penyebabnya dipicu oleh beberapa hal seperti kesejarahan pemanfaatan tanah yakni perkebunan, register dan masalah Pantai Timur, Tapteng dan Tapsel.Pimpinan BPN telah menganggarkan dana untuk penyelesaian kasus tanah di tanah air, dan khusus untuk Sumatera Utara anggarannya terbesar untuk 50 ribu bidang.Kepala Kanwil BPN Sumut Ir Horasman Sitanggang mengungkapkan hal itu, Sabtu (14/6) pada acara Sosialisasi/Dialog Reforma Agraria Sumut di Kompleks Sekretariat Koordinator Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Nasional Sumut Jl Klambir Lima Tanjung Gusta Medan.Dalam dialog yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai daerah di Sumut yang terdiri dari pemerhati, LSM dan Kepala dan pejabat lain Kantor Pertanahan (Kantah) menampilkan dua narasumber yaitu Kakanwil BPN Sumut Ir Horasman dan Sekjen KPA Pusat Usep Setiawan: DPRD Sumatera Utara melalui Komisi A Bidang Pemerintahan menilai kebijakan Gubernur H Syamsul Arifin sangat menentukan dalam penyelesaian masalah pertanahan di daerah itu.

"Peran gubernur sangat penting. Selesai atau tidaknya masalah pertanahan tergantung kebijakan gubernur," kata anggota Komisi A DPRD Sumut, Syamsul Hilal pada rapat dengar pendapat dengan jajaran Pemprov Sumut dan Kanwil BPN, di Medan, Kamis.

Di Sumut kini terdapat ratusan kasus pertanahan yang tidak pernah dapat dituntaskan.

Semua kasus tersebut dikhawatirkan tidak akan pernah dapat diselesaikan mengingat belum terlihat "political will" Pemprov Sumut khususnya gubernur untuk

Page 2: tugas agraria

menuntaskannya.

"Jika kebijakan Pemprov Sumut dalam menangani masalah pertanahan belum juga berubah, terutama berkaitan sengketa lahan antara rakyat dengan pengusaha, maka kasus tanah di daerah ini tidak akan pernah selesai sampai kapan pun," katanya.

Anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan itu mengaku pernah meminta ketegasan mantan Gubernur Sumut Rudolf M Pardede dalam menyelesaikan persoalan pertanahan, namun tidak pernah mendapat tanggapan sebagaimana diharapkan.

"Dua hari lalu saya juga sudah menelepon Gubernur Syamsul Arifin minta ketegasan Pemprov Sumut terkait kasus-kasus pertanahan. Soalnya, selama ini sama sekali belum terlihat keberpihakan pemerintah daerah dalam masalah pertanahan, apakah membela rakyat kecil atau justru membela pemilik modal," katanya.

Sejumlah kasus pertanahan seperti pendistribusian 5.800 hektare lahan bekas hak guna usaha (HGU) PTPN II yang hingga kini belum terelalisasi.

Rencana pendistribusian lahan kepada rakyat yang berhak tersebut belum juga terlaksana, karena belum mendapat persetujuan pelepasan aset dari Meneg BUMN.

Padahal, Pemprov Sumut sudah diberi kewenangan mendistribusikannya. Akibat berlarut-larutnya masalah ini, sebagian lahan itu bahkan sudah diserobot pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dia juga menyebutkan sejumlah konflik pertanahan antara rakyat dengan perusahaan pemegang HGU di sejumlah kabupaten, seperti di Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat dan Simalungun.

Sengketa kebanyakan berakhir konflik yang merugikan rakyat karena diusir dari lahan yang sudah mereka kelola bertahun-tahun.

Sehubungan dengan itu Syamsul Hilal berharap DPRD Sumut bersama Pemprov Sumut dan BPN membentuk semacam kelompok kerja yang bertugas menyelesaikan kasus-kasus pertanahan di Sumut.

Kepala Kanwil BPN Sumut, Setia Boedi mengungkapkan, hingga kini masih ada sekitar 540 kasus pertanahan yang belum terselesaikan di daerah itu

Jadi menurut saya setelah membaca permasalahan tanah yang terjadi di sumut diakibatkan kurang bekerjanya para instansi pemerintahan dalam menangani kasus pertanahan di sumatera utara ini.itu kita lihat dari kebanyakan kasus yang terjadi pemerintah lebih memihak pengusaha dikarenakan mengharapkan perekonomian di sumut meningkat dengan mendirikan PTPN Yang ada. Yang mengakibatkan rakyat jadi sengsara dikarenakan pengambilan hak atas tanah oleh pemerintah

Page 3: tugas agraria

Namun demikian pemerintah tidak sepenuhnya disalahkan karena masyarakat di sumatera utara belum terlalu memikirkan pembuatan surat ranah yang mengakibatkan penagmbilan hak atas tanah oleh pemerintah

nanmun demikian masalah ini terjadi kembali lagi pada pemerintah karena dalam pengurusan tanah banyak syarat yang harus dipenuhi oleh pemilik tanah untuk mendapatkan haknya, seolah-olah pemerintah mempersulit masyarakat untuk pembuatan surat tanah.dan akhirnya masyarakat kurang peduli dalam mengurus tanahnya dan akhirnya terjadi sengketa. Namun belakangan ini saya melihat pemerintah sudah mulai memperbaiki keadaan. Ini saya lihat di iklan ditelevisi yang menggambarkan para pengrus tanah dari pemerintah langsung turun kedesa-desa untuk pengurusan surat tanah. Dengan menggunakan mobil khusus. Mudah-mudahan cara ini bias menyelesaikan masalah pertanahan di Indonesia terutama di sumatera utara.Pertumbuhan ekonomi yang terjadi yang berdampak kepada kebutuhan akan tanah mengakibatkan terjadinya peningkatan perbenturan kepentingan dalam perebutan tanah sehingga terjadi sengketa tanah, hal ini terlihat dari banyaknya jenis-jenis dan tipologi sengketa tanah di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Dengan banyaknya tipologi sengketa pertanahan di Sumatera Utara, maka akan dapat diketahui jenis-jenis dan tipologi yang ada di Pengadilan Negeri Medan, karena pengadilan merupakan penyelesaian yuridis dan juga merupakan solusi terakhir dalam penyelesaian sengketa pertanahan yang menjadi ancaman terwujudnya tertib administrasi pertanahan tidak dapat dihindari karena banyak sengketa tanah yang tidak dapat diselesaikan diluar Pengadilan. Kota Medan yang merupakan kota terbesar di Sumatera Utara degan jumlah penduduk kota Medan yang terdiri dari berbagai etnis suku bangsa, tentunya banyak dijumpai sengketa pertanahan dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Sumatera Utara. Penulisan Tesis bertujuan untuk mengetahui tipologi sengketa pertanahan di Pengadilan Negeri Medan, dan faktor-faktor penyebab yang dominan. Dengan diketahui tipologi dan faktor-faktor penyebab yang dominan maka kaedah hukum yang dipakai oleh Hakim dalam menyelesaikan sengketa pertanahan akan diketahui. Dengan diketahuinya kaedah hukum maka akan dapat diketahui apakah peraturan-peraturan yang ada sudah efektif dalam pelaksanaannya, jika belum efektif diupayakan usaha-usaha untuk meminimalisasi sengketa pertanahan sehingga seugketa pertanahan yang ada dapat diminimalisasikan. Penelitian ini bersifat yuridis normatif karena hanya menggunakan data sekunder melalui studi dokumen yang menggunakan metode deskripsi analisis untuk menggambarkan tipologi seugketa pertanahan di Pengadilan Negeri Medan dan peudekatan yuridis normatif untuk menganalisis faktor-faktor penyebab yang dominan, yang memfokuskan data dari kasus-kasns sengketa pertanahan, selain data pustaka dan data lainnya. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan peuarikan kesimpulan dengan peudekatan induktif dan deduktif. . Hasil peuelitian ini ditemukan 11 tipologi sengketa pertanahan dari 11 tipologi ini 8 tipologi yang sama dengan tipologi yang telah ditemukan oleh pakar hukum Boedi Harsono dan pakar hukum USU. Tipologi yang sama yaitu tipologi tumpang tindih hak, tipologi pemberian hak, tipologi penerbitan sertifikat, tipologi pemindahan hak, tipologi ganti kerugian, tipologi pemegang hak, tipologi batas-batas tanah dan tipologi pengosongan tanah. Kemudian ditemukan juga 3 macam tipologi yang bam yaitu tipologi pengalihan hak, tipologi penyerobotan hak/penguasaan hak dan tipologi perjanjian,

Page 4: tugas agraria

Faktor penyebab yang dominan berdasarkan persentase yang ada dari 34 perkara yang dianalisis dan dari jenis-jenis serta tipologi yang ditemukan adalah 4 macam yaitu, faktor terbatasnya pengetahuan teknis, dan kurangnya pemahaman hukum dalam bidang pertanahan serta kekeliruan dalam menerapkan peraturan yang ada, kemudian faktor penyimpangan hukum, faktor ingkar janji dan faktor penipuan. Disarankan kepada Kepala Lembaga Penelitian agar 3 tipologi yang baru ditemukan dapat dipakai sebagai bahan kajian kedepan untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang dapat memberikan andil bagi peningkatan pembangunan dan disiplin Ilmu Hukum yang khususnya hukum Agraria dibidang pertanahan. Karena faktor yang paling menonjol tentang pengalihan haknya, maka setiap perolehan hak yang benar hams mengacu kepada ketentuan yang lebih tinggi yaitu yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Agar tidak terjadi perolehan hak yang tumpang tindih dilapangan, maka perlu ditingkatkan penyuluhan hukum di lapangan dan pembinaan institusi peraturan bagi lingkup problem pertanahan dan juga disarankan kepada instansi pemerintah yang terkait dengan perolehan hak atas tanah agar konsisten dan konsekwen dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada.