tugas aa asma
DESCRIPTION
rTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki
maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik di negara maju
maupun negara berkembang prevalensi asma meningkat.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita asma di
dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan meningkat hingga 400 juta
pada tahun 2025. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat asma merupakan penyakit yang
underdiagnosed. Menurut Global Intiatif For Asthma (GINA). Dan menurut laroran para ahli
internasional pada hari peringatan asma sedunia tanggal 04 Mei 2004 yang lalu diperkirakan
penderita asma di seluruh dunia mencapai 400 juta orang, dengan pertambahan 180.000
setiap tahun.
Hasil penelitian Study on Asthma and Alergies in Childhood International pada tahun
2005 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2
persen menjadi 5,4 persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat
dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun
mendatang. WHO memperkirakan di tahun 2005 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia
karena asma.
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal
ini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di
Indonesia.Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai
berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 80% pada anak dan 3-5% pada
dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%.Penyebab pada asma sampai
saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran
nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap
rangsangan.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian
Asma Bronkial adalah penyakit yang umum, yang mempengaruhi sekitar 5% dari
populasi. Pria dan wanita tampaknya sama-sama terpengaruh. Setiap tahun, di rumah sakit
Amerika Serikat sekitar 470.000 dan 5000 kematian dikaitkan dengan asma. Asma banyak
menyerang orang kulit hitam dan anak-anak dan tingkat kematian untuk asma secara
konsisten tertinggi pada orang kulit hitam berusia 15-24 tahun.
Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas dan obstruksi aliran udara yang
ditandai dengan terjadinya tanda mengi, sesak dada, sesak napas (dyspnea) dan batuk. Asma
ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : Seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat.
B. Etiologi
Asma Bronkial adalah penyakit paru kronis yang paling umum, yang mempengaruhi
sebanyak 15-17% dari beberapa populasi. Tingkat prevalensi tertinggi dilaporkan di Australia
dan Selandia Baru di Amerika Serikat, prevalensi adalah 3-5%. Asma lebih sering terjadi
pada anak-anak dan terjadi lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan. Penyakit ini
yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita
oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan
dapat mematikan. Lebih dari seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita asma dengan
peningkatan prevalensi pada anak-anak.
Data yang berhubungan dengan kematian akibat asma tidak lengkap dan tetapi
cenderung tingkat mortalitas meningkat pada baru-baru ini. meskipun ketersediaan yang lebih
besar dari pengobatan farmakologis efektif. Beberapa mempengaruhi asma, termasuk efek
samping obat-obatan dan meningkatnya eksposur polutan industri.
Atopi, atau produksi antibodi IgE dalam menanggapi paparan alergen, adalah umum
pada penderita asma dan memainkan peran dalam evolusi penyakit. Asma telah
konvensional dibagi menjadi asma ekstrinsik dan intrinsik tergantung pada ada atau tidaknya
atopi. Ada beberapa perbedaan karakteristik antara kedua kelompok seperti pada asma
intrinsik, usia kemudian di awal, kurangnya sensitisasi alergi jelas dengan menguji dan
kecenderungan arah keparahan penyakit yang lebih besar. Namun, dua jenis saham fitur
patologis dari saluran napas, hyperresponsiveness peradangan dan penyumbatan sehingga
perbedaan tersebut belum terbukti bermanfaat secara klinis.
Kelainan mendasar pada asma meningkat reaktivitas saluran udara terhadap
rangsangan. Ada banyak agen provokatif dikenal untuk asma. Ini dapat dikategorikan
sebagai (1) fisiologis atau mediator farmakologis dari respon saluran napas asthematic, (2)
alergen yang dapat menyebabkan inflamasi saluran nafas dan reaktivitas pada individu peka
dan (3) agen fisikokimia eksogen atau rangsangan yang menghasilkan respon asthmaties saja
(misalnya, olahraga, adenosin), sementara yang lain menghasilkan khas diperbesar tanggapan
dalam asthmaties yang dapat digunakan untuk membedakan mereka dari normals di bawah
kondisi pengujian yang dikendalikan (misalnya, histamin, methacholine). Asthmaties
biasanya memiliki tanggapan awal dan akhir terhadap rangsangan provokatif. Dalam
resposen asma awal, awal penyempitan saluran napas dalam 10-15 menit setelah pajanan dan
peningkatan sebesar 60 menit. Hal ini terkadang bisa diikuti oleh tanggapan asthematic
terlambat, yang muncul 4-8 jam setelah terjadinya stimulus awal. Meskipun mekanisme
memproduksi dua tanggapan yang berbeda, mereka adalah bagian dari suatu radang saluran
napas proces umum.
Genetik cenderung mempengaruhi terjadinya asma. Faktor terkuat predisposisi
diidentifikasi untuk pengembangan asma adalah atopi. Paparan pasien sensitif terhadap
inhalasi alergen meningkatkan peradangan saluran napas, hiperresponsivitas saluran napas,
dan gejala. Pasien mungkin mengalami gejala-gejala segera (respon asma langsung) atau 4-6
jam setelah eksposur mereka (akhir respon asma). aeroallergens umum meliputi tungau debu
rumah (sering ditemukan pada bantal, kasur, furnitur kain, karpet, dan tirai), kecoa, kucing,
dan serbuk sari musiman. Mengurangi terpaparnya secara substansial mengurangi temuan
patologi dan gejala klinis. precipitants nonspesifik asma termasuk olahraga. Infeksi saluran
pernafasan, rhinitis, sinusitis, postnasal drip, aspirasi, gastro esophageal reflux, perubahan
cuaca, dan stres. Paparan terhadap tembakau gejala asma lingkungan asap meningkat dan
kebutuhan obat-obatan dan mengurangi fungsi paru-paru. Peningkatan tingkat partikel udara
terhirup, ozon, SO, dan NO2 gejala asma endapan dan kunjungan darurat meningkatkan
departemen dan rawat inap. Dipilih individu mungkin mengalami gejala asma setelah
terpapar aspirin, dan non obat anti-inflamasi steroid, atau pewarna tartrazine. obat tertentu
lainnya juga dapat menimbulkan gejala asma. Kerja asma dipicu oleh berbagai agen di tempat
kerja dan dapat terjadi minggu tahun setelah paparan awal dan sensitisasi. Perempuan
mungkin mengalami kucing asma kasar pada saat predicable selama siklus
menstruasi. Latihan bronkokonstriksi diinduksi biasanya dimulai dalam waktu 3 menit
setelah akhir pocks latihan dalam 10-15 menit dan kemudian menyelesaikan dengan 60
menit. Fenomena ini dianggap sebagai konsekuensi dari upaya napas untuk menghangatkan
dan melembabkan peningkatan volume udara kadaluarsa selama latihan "asma jantung"
adalah bronkospasme endapan oleh gagal jantung kongestif kompensasi. Temuan Klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat bervariasi dari pasien ke pasien serta individu dari waktu ke
waktu. Umum temuan klinis pada pasien asma yang stabil tercantum di bawah ini; temuan
terlihat selama eksaserbasi asma.
C. Patogenesis
Serangan asma terjadi karena adanya gangguan pada aliran udara akibat penyempitan
pada saluran napas atau bronkiolus. Penyempitan tersebut sebagai akibat adanya
arteriosklerosis atau penebalan dinding bronkiolus, disertai dengan peningkatan ekskresi
mukus atau lumen kental yang mengisi bronkiolus, akibatnya udara yang masuk akan
tertahan di paru-paru sehingga pada saat ekspirasi udara dari paru-paru sulit dikeluarkan,
sehingga otot polos akan berkontraksi dan terjadi peningkatan tekanan saat bernapas. Karena
tekanan pada saluran napas tinggi khususnya pada saat ekspirasi, maka dinding bronkiolus
tertarik kedalam (mengerut) sehingga diameter bronkiolus semakin kecil atau
sempit.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest.
A. Gejala Klinis
Gejala dan tanda-tanda merupakan variabilitas indikasi tingkat keparahan penyakit
asma dari yang tingkat asma ringan hingga berat yaitu asma fatal. Asma ditandai dengan
kesulitan episodik bernafas, sesak dada, dan batuk. Berikut ini gejala dari penyakit asma
menurut Clifford yaitu sebagai berikut :
1. Batuk-batuk akibat dari penyempitan saluran napas, hipersekresi lendir, dan peningkatan
reaksi saraf aferen yang dilihat karena adanya peradangan saluran napas. Batuk juga dapat
terjadi sebagai akibat infeksi saluran nafas oleh virus. Pada pasien asma, batuk akan
mendorong lendir atau lumen kental yang menyumabat bronkiolus. Akibat dari tekanan
yang tinggi dari gejala batuk tersebut maka dapat menimbulkan edema pada didnding
bronkiolus. Batuk pada asma dapat berupa batuk kronis kering atau batuk produktif yang
terjadi secara terus menerus. Frekuensi batuk biasanya meningkat pada malam hari. Secara
fisik terjadi pembengkakan mukosa hidung dikarenakan peningkatan sekresi hidung, dan
hidung polyp sering terlihat pada pasien dengan asma alergi, eksim, gangguan kulit
atropic, bahu membungkuk.
2. Wheezing (nafas yang berbunyi) dari kontraksi otot halus bersamaan dengan hipersekresi
lendir dan retensi saluran nafas. Nafas yang mengi (mencuit-cuit) sebagai akibat dari
penyempitan bronkiolus baik pada salurannapas kecil, sedang maupun yang besar karena
adanya lendir atau lumen kental pada bronkiolus sehingga pada saat ekspirasi udara sulit
dikeluarkan dan menimbulkan nada mengi. Gejala mengi menandakan ada penyempitan di
saluran nafas besar.
3. Dyspnea atau sesak dada terjadi karena peningkatan kerja otot pada dinding dada dalam
mengatasi resistensi jalan napas. Penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi tetapi
kesulitan dalam melakukan ekspirasi sebab secara fisiologis saluran nafas menyempit pada
fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obtruksi terjebak tidak
bisa diekspirasi
4. Takipnea, takikardia-takipnea dan takikardia umumnya terjadi pada penyakit asma akut.
5. Pulsus Paradoxus adalah penurunan lebih dari 10 mm / Hg tekanan arteri sistolik selama
inspirasi dan terjadi pada asma akut.
6. Hipoksemia yaitu penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah.
E.Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya menurut Cunningham,asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe,yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi.Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan (campuran alergik dan non-alergik)
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
Selain berdasarkan gejala klinis, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
serangan asma yaitu:
1 Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa
berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
2 Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih
suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang
terdengar pada saat inspirasi,
3 Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang
lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar
tanpa stetoskop,
4 Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar
mengi dan timbul bradikardi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Alotaibi penegakan diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, gejala klinis
dan pemeriksaan tambahan yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan anamnesis keluhan episodik batuk kronik berulang, mengi, sesak
dada,kesulitan bernafas,
2. Faktor pencetus dapat berupa iritan (debu), pendinginan saluran nafas, alergen dan emosi,
sedangkan perangsang (inducer) berupa kimia, infeksi dan alergen.
3. Pemeriksaan fisik sesak nafas (dyspnea), mengi, nafas cuping hidung pada saat inspirasi
(anak), bicara terputus putus, agitasi, hiperinflasi toraks, lebih suka posisi duduk. Tanda-
tanda lain sianosis, ngantuk, susah bicara, takikardia dan hiperinflasi torak,
4. Pemeriksaan uji fungsi paru sebelum dan sesudah pemberian metakolin atau bronkodilator
sebelum dan sesudah olahraga dapat membantu menegakkan diagnosis asma.
Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah umur 3 tahun. Untuk anak yang sudah
besar (>6 tahun) pemeriksaan fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang
sederhana dengan peak flow meter atau yang lebih lengkap dengan spirometer, uji yang lain
dapat melalui provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering
dan dingin, atau dengan NaCl hipertonis. Penggunaan peak flow meter merupakan hal
penting dan perlu diupayakan, karena selain mendukung diagnosis, juga mengetahui
keberhasilan tata laksana asma, selain itu dapat juga menggunakan lembar catatan harian
sebagai alternative.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) 2006, pemeriksaan penunjang penyakit asma
dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b.Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d.Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e.Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle
branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih
dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi
juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
G. Faktor Resiko
Secara umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, faktor risiko
yang berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor risiko yang
berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger faktor
atau faktor pencetus). Adapun faktor risiko pencetus asma bronchial menurut Global
Initiative for Asthma (GINA) 2006, yaitu:
1. Asap Rokok
Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan
campuran gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis
kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon
monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein.
2. Perokok pasif
Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit saluran nafas
bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma dan serangan asma. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa risiko munculnya asma meningkat pada anak yang
terpapar sebagai perokok pasif.
3. Perokok aktif
Merokok dapat menaikkan risiko berkembangnya asma karena pekerjaan pada pekerja
yang terpapar dengan beberapa sensitisasi di tempat bekerja. Namun hanya sedikit bukti-
bukti bahwa merokok aktif merupakan faktor risiko berkembangnya asma secara umum.
4. Tungau Debu Rumah
Asma bronkial disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu rumah
yang masuk ke dalam saluran nafas seseorang sehingga merangsang terjadinya reaksi
hipersentitivitas Tipe I. Tungau debu rumah ukurannya 0,1 - 0,3 µm dan lebar 0,2 µm,
terdapat di tempat-tempat atau benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya
debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak
dibersihkan, juga dari tumpukan koran-koran, buku-buku, pakaian lama.
5. Jenis Kelamin
Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan asma bervariasi, tergantung usia dan
mungkin disebabkan oleh perbedaan karakter biologi. Penyakit asma 2 kali lebih sering
terjadi pada anak laki-laki usia 2-5 tahun dibandingkan perempuan sedangkan pada usia
14 tahun risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering dan kunjungan ke rumah sakit 3
kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia tersebut, tetapi pada usia 20 tahun
kekerapan asma pada laki-laki merupakan kebalikan dari insiden ini.
Peningkatan risiko pada anak laki-laki mungkin disebabkan semakin sempitnya
saluran pernapasan, peningkatan pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada
laki-laki yang cenderung membatasi respon bernapas. Predisposisi asma pada laki-laki
lebih tinggi dari pada anak perempuan, akan tatapi prevalensi asma pada anak perempuan
lebih tinggi dari pada laki-laki. Aspirin lebih sering menyebabkan asma pada perempuan.
6. Binatang Peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung dapat
menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang
ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki
ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga
menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui.
7. Jenis Makanan
Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang,
berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durian berperan menjadi
penyebab asma. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misal: tartazine),
pengawet (metabisulfit), vetsin (monosodum glutamat-MSG) juga bisa memicu asma.
Penderita asma berisiko mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi makanan fatal yang
dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal
tersebut adalah kacang, ikan laut dan telur. Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis
sebagai salah satu pencetus asma meskipun penelitian membuktikan alergi makanan
sebagai pencetus bronkokontriksi pada 2% - 5% anak dengan asma.
Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu dan perkembangan
asma masih diperdebatkan, tetapi bayi yang sensitif terhadap makanan tertentu akan
mudah menderita asma kemudian, anak-anak yang menderita enteropathy atau colitis
karena alergi makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Alergi makanan lebih
kuat hubungannya dengan penyakit alergi secara umum dibanding asma.
8. Perabot Rumah Tangga
Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi bahan pencemar biologis (virus,
bakteri, jamur), formadehyde, volatile organic coumpounds (VOC), combustion products
(CO, NO2, SO2) yang biasanya berasal dari asap rokok dan asap dapur. Sumber polutan
VOC berasal dari semprotan serangga, cat, pembersih, kosmetik, Hairspray, deodorant,
pewangi ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai propelan dan
pengencer (solvent) seperti thinner. Sumber formaldehid dalam ruangan adalah bahan
bangunan, insulasi, furnitur, karpet. Paparan polutan formaldehid dapat mengakibatkan
terjadinya iritasi pada mata dan saluran pernapasan bagian atas. Partikel debu, khususnya
respilable dust disamping menyebabkan ketidaknyamanan juga dapat menyebabkan reaksi
peradangan paru.
9. Perubahan Cuaca
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya kelembaban
dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi lebih
parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya konsentrasi partikel alergenik.
Dimana partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara.
Perubahan tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran
lendir yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama
musim dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernafasan.
10. Riwayat Penyakit Keluarga (Genetik)
Risiko orang tua dengan asma mempunyai anak dengan asma adalah tiga kali lipat
lebih tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu atopi.
Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak dengan satu
orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi
sekitar 50% jika kedua orang tua asmatik. Asma tidak selalu ada pada kembar
monozigot, labilitas bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar identik, tetapi tidak
pada kembar dizigot. Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibanding dengan
bapak. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan
orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila anak alergi terhadap tungau debu rumah.
11. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
12. Olah raga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
H. Pencegahan
Menurut penelitian Ruth A. Etzel (2010) dan WHO (2002) disebutkan bahwa
pencegahan terhadap penyakit asma diantaranya pendidikan kesehatan atau konseling dari
pelayanan kesehatan, menghindari dari lingkungan yang memngkinkan terjadinya eksposure
atau terpapar faktor resiko asma. Berikut ini pencegahan terhadap penyakit asma berdasarkan
faktor resiko :
1. Genetik
Melakukan konsultasi kesehatan apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit asma, sebab sebagian besar penyakit asma merupakan penyakit yang
bersifat genetic.
2. Mengurangi dan menghindari merokok, terutama apabila memiliki anggota keluarga bayi
atau balita, sebab asap rokok dapat meningkatkan sensitivitas IgE sehingga meningkatkan
sensitivitas terhadap allergen. Selain itu, menghidari anak dari polusi udara seperti asap
kendaraan dan pabrik.
3. Lingkungan rumah baik indoor maupun outdoor selalu bersih dari debu atau bahan allergen
lainnya.
4. Melakukan diagnosis dini, terutama pada individu yang memiliki faktor resiko asma.
5. Menghindarkan diri dari stress dan mengurangi aktivitas yang berat.
6. Mengurangi olahraga yang berlebihan
I. Pengobatan
Banyak obat asma dapat diberikan secara langsung atau dengan inhalasi. Obat Asma
dapat dibagi menjadi kontrol jangka panjang dan obat cepat-lega. Obat kontrol jangka
panjang digunakan setiap hari untuk mengontrol asma persisten yaitu menghaluskan
peradangan saluran udara dan merelaksasikan otot polos. Prinsip umum pengobatan asma
bronchial yaitu :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan
dokter atau perawat yang merawatnnya.
Adapun pengobatan terhadap penyakit asma terbagi menjadi 2 menurut Global Initiative for
Asthma (GINA) 2006, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus (resiko)
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Memberi O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik/ Andrenergik (Adrenalin dan Efedrin)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan
dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler)
atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk
selanjutnya dihirup.
Santin (Teofilin)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat seperti : Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard) dan
Teofilin (Amilex). Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu
hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara
oral.
J. Prognosis
Prognosis penyakit asma bronkiale adalah dapat menimbulkan komplikasi, asma
bronkiale akut bahkan dapat menimbulkan kematian.
K.Komplikasi
Berikut ini berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Atelektasis
Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
b. Hipoksemia (atau Hypoxaemia)
Secara umum didefinisikan sebagai penurunan tekanan parsial oksigen dalam
darah, kadang-kadang khusus kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin.
c. Pneumothoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleural antara pleura parietal
dan viseral.
d. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan
saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme, hiper
sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan
dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
Alotaibi, Sultan 2000. Diagnosis of Occupational Asthma: Review Vol. 22, No. 1,
March 2000. www.bahrainmedicalbulletin.com/march_2000/Asthma.pdf. Diakses
tanggal 20 november 2010.
Anonim. 2010. Asthma Bronchiolus. Wikipedia. www.wikipedia.org. Diakses pada
tanggal 30 November 2010
Clifford, dkk. 1987. Symptoms, atopy, and bronchial response to methacholine in
parents with asthma and their children. www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/.../pdf/archdisch00702-0072.pdf. Diakses tanggal 20 november 2010.
Cunningham, Gary. 2003. Williams Obstetrics 21 Edition. McGraw-Hill Companies :
USA.