makalah aa tsan

30
SIFAT DAN PERILAKU KEHIDUPAN PARA SAHABAT RASULULLOH MAKALAH Disampaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak Tsanawiyah Semester V Dosen Pengampu: Wida Datul Ulya, S.Ag., M.Pd.I. Disusun Oleh: Agus Suyitno (NIM. 132320095) Nina Kurniasih (NIM. 132320117) FAKULTAS TARBIYAH

Upload: agussuyitno

Post on 02-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

membahas sifat para sahabat

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah AA Tsan

SIFAT DAN PERILAKU KEHIDUPAN PARA SAHABAT

RASULULLOH

MAKALAH

Disampaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak

Tsanawiyah Semester V

Dosen Pengampu:

Wida Datul Ulya, S.Ag., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Agus Suyitno (NIM. 132320095)

Nina Kurniasih (NIM. 132320117)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG)

CILACAP

2015

Page 2: Makalah AA Tsan

SIFAT DAN PERILAKU KEHIDUPAN PARA SAHABAT

RASULULLOH

MAKALAH

Disampaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak

Tsanawiyah Semester V

Dosen Pengampu:

Wida Datul Ulya, S.Ag., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Agus Suyitno (NIM. 132320095)

Nina Kurniasih (NIM. 132320117)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG)

CILACAP

2015

i

Page 3: Makalah AA Tsan

KATA PENGANTAR

Segala puji kami sembahkan kepada Alloh Zat Yang Maha Sempurna dan

Maha Suci dari segala kekurangan, salawat dan salam bahagia semoga terlimpah

kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang mempunyai syafa’atul ‘uzhma

(pembelaan umum) kelak pada hari kiamat, juga kepada keluarga, para sahabat,

para tabi’in dan tabi’ut tabi’in serta semua pengikut-Nya sampai hari kiamat.

Makalah ini berjudul “Sifat Dan Perilaku Kehidupan Para Sahabat

Rosululloh” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Ibu Wida Datul

Ulya S.Ag, M.Pd.I. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Aqidah Akhlak

Tsanawiyah.

Permasalahan yang akan dibahas adalah tentang sifat dan perilaku terpuji yang

dimiliki oleh para sahabat, seperti sifat tegas, pemberani, dermawan, cerdas, dan

lain sebagainya. Sifat dan perilaku terpuji tersebutlah yang harus diketahui dan

diteladani oleh seorang muslim pada masa sekarang, yakni masa yang krisis akan

akhlak dan perilaku sosial.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan demi sempurnanya makalah kami selanjutnya.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

mendukung kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunannya dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih, dan harapan akhir kami semoga

makalah ini bermanfaat, amin.

Cilacap, 25 September 2015

Tim Penyusun

ii

Page 4: Makalah AA Tsan

DAFTAR ISI

Halaman Judul Dalam.....................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi........................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan..........................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1B. Rumusan Masalah...............................................................................1C. Tujuan Penulisan................................................................................1

Bab II Pembahasan.........................................................................................2

A. Pengertian Para Sahabat Rosululloh SAW......................................2-3B. Sifat dan Perilaku Kehidupan Para Sahabat Rosululloh SAW......3-12

Bab III Kesimpulan.......................................................................................13

Daftar Pustaka...............................................................................................14

iii

Page 5: Makalah AA Tsan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan penduduk islam terbesar didunia, dengan

penduduk islam yang besar ini seharusnya kehidupan masyarakat indonesia jauh

dari krisis moral, karena didalam agama islam mengajarkan banyak sekali

mengajarkan sifat-sifat dan perilaku kehidupan terpuji. Namun pada

kenyataannya, dalam tatanan kehidupan masyarakat indonesia masih banyak

sekali dijumpai permasalahan-permasalahan, baik permasalahan sosial, politik,

budaya, dan sebagainya. Hal ini tentunya sangat berbahaya bila dibiarkan begitu

saja.

Ditambah lagi dengan berkembangnya teknologi yang dengan hal itu

informasi sangat mudah untuk didapat, menyebabkan bayak sekali pengadopsian

budaya-budaya luar yang dirasa kurang baik tetap ditiru masyarakat indonesia, ya

walaupun tidak semuanya budaya luar itu jelek.

Sesuai judul makalah ini “Memahami sifat dan perilaku terpuji Para Sahabat

Rosululloh SAW” ini mungkin bisa menjadi salah satu upaya pencegahan

masalah-masalah diatas. Sehingga walaupun tidak semua permasalahn hilang,

akan tetapi satidaknya bisa untuk dikurangi.

B. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Siapakah yang disebut sebagai Para Sahabat Rosululloh SAW?

2. Bagaimanakah sifat dan perilaku kehidupan Para Sahabat Rosululloh

SAW?

C. Tujuan Penulisan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Agar Mahasiswa memahami siapa yang disebut Sahabat Rosululloh SAW.

2. Agar Mahasiswa memahami sifat dan perilaku para Sahabat Rosululloh

SAW.

1

Page 6: Makalah AA Tsan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Para Sahabat Rosululloh SAW

Para Sahabat Rosululloh SAW adalah “Orang-orang Islam yang hidup pada

zaman Rosululloh, dan mereka bertemu langsung dengan Rosululloh, mereka

adalah orang-orang yang ikut berjuang bersama Rosululloh dalam

memperjuangkan agama islam, dan mereka meninggal dalam keadaan muslim”.

Orang-orang yang hidup pada masa rosululloh tetapi tidak pernah bertemu

dengan rosululloh tidak bisa disebut dengan Sahabat Rosululoh SAW, begitu juga

dengan orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada Alloh

SWT dan Rosululloh SAW walaupun mereka pernah menjadi orang islam dan

hidup di zaman Rosululloh SAW, serta bertemu langsung dengan Rosululloh

SAW juga tidak bisa disebut dengan sahabat Rosululloh SAW.

Menurut al-Hakim dalam Mustadrak, Sahabat terbagi dalam beberapa

tingkatan, yaitu:

1. Para sahabat yang masuk Islam di Mekkah, sebelum melakukan hijrah,

seperti Khulafa'ur Rasyidin

1. Khadijah binti Khuwailid

2. Ali bin Abi Thalib

3. Zaid bin Haritsah

4. Abu Bakar ash-Shiddiq

5. Umar bin Khattab

6. Utsman bin Affan

7. Abbas bin Abdul Muthalib

8. Hamzah bin Abdul Muthalib

9. Ja'far bin Abi Thalib

2. Para sahabat yang mengikuti majelis Darunnadwah

3. Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah

2

Page 7: Makalah AA Tsan

4. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Aqabah pertama

5. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Aqabah kedua

6. Para sahabat yang berhijrah setelah sampainya rasulullah ke Madinah

7. Para sahabat yang ikut serta pada perang Badar

8. Para sahabat yang berhijrah antara perang Badar dan perjanjian

Hudaibiyyah

9. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Ridhwan

10. Para sahabat yang berhijrah antara perjanjian Hudaibiyyah dan fathu

Makkah

1. Khalid bin Walid

2. Amru bin Ash

11. Para sahabat yang masuk Islam pada fathu Makkah,

1. Abu Sufyan

2. Mu'awiyah bin Abu Sufyan

3. Ikrimah bin Abu Jahal

12. Bayi-bayi yang telah lahir dan anak-anak yang pernah melihat rasulullah

pada fathu Makkah

Demikian pembahasan tentang Para Sahabat Rosululloh SAW, untuk lebih

mengenal tentang Para Sahabat Rosululloh SAW.

B. Sifat dan Perilaku Para Sahabat Rosululloh SAW

Sahabat adalah manusia pilihan terbaik yang pernah ada pada peradaban

manusia, mereka adalah manusia-manusia terpuji yang langsung mendapat

pendidikan dari Rosululloh SAW, dari para sahabat inilah tercermin sifat-sifat

mulia rosululloh SAW. Dalam makalah ini tidak akan membahas semua tentang

sifat dan perilaku para sahabat Rosululloh SAW, akan tetapi kami batasi hanya

pada empat sahabat utama rosululloh saja, yaitu Abu Bakar As sidiq, Umar Bin

Khatab, Utsman Bin Afan, Dan Ali Bin Abi Thalib, itupun tidak semua sifat dan

perilaku para sahabat tadi di bahas secara terperinci, hanya sebagian saja sifat dan

perilaku para sahabat yang diangkat dalam makalah ini.

3

Page 8: Makalah AA Tsan

Berikut ini adalah sedikit dari beberapa banyak sifat-sifat yang dimiliki oleh

Para Sahabat Rosululloh SAW:

1. Sifat dan Perilaku Abu Bakar As Sidiq

Adapun kepribadian Abubakar As-Sidiq yang patut kita teladani sebagai

berikut;

1. Pemberani, Abu Bakar orang yang memiliki sikap pemberani. Hal itu

dapat dilihat sewaktu menyertai Rasulullah saw hijrah ke Madinah dimana

orangorang kafir Quraisy berupaya untuk membunuh beliau. Juga pada

setiap peperangan yang terjadi, Abu Bakar senantiasa mendapingi beliau,

bahkan tubuhnya dijadikan perisai untuk melindungi Rasulullah dari

serangan panah dan tombak kaum kafir.

2. Adil, Abu Bakar dalam menyelesaikan segala permasalahan diselesaikan

dengan adil. Begitu pun dengan penyelesaian perselisihan senantiasa

berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bila tidak ditemukan dalam

As-Sunnah, ia memanggil para sahabat untuk bermusyawarah, barulah ia

menetapkan hukum.

3. Amanah, Abu Bakar orangnya sangat amanah, artinya dapat dipercaya.

HaL itu dapat dilihat pada waktu menjabat sebagai khalifah, ia

menggunakan uang negara sesuai pada tempatnya. Dan setelah ia tidak

menjabat sebagai khalifah semua harta negara dikembalikan kepada baitul

mal.

4. Pemurah, Abu Bakar orangnya dermawan dan murah hati. Hal itu dapat

dilihat dari kedermawanannya untuk memerdekakan budak-budak yang

hendak masuk Islam dari penganiayaan majikannya. Juga

menyumbangkan seluruh hartanya untuk kepentingan Allah dan Rasul-

Nya. Tawadu’, Abu Bakar orang tawadu’, artinya tidak sombong dan tidak

angkuh, baik sebelum menjadi maupun setelah menjadi khalifah. Ia

berlaku lemah lembut kepada siapa saja.

5. Pengasih, Abu Bakar sangat menaruh rasa kasih sayang kepada siapa saja.

Ia sangat memperhatikan keperluan orang-orang miskin, terutama para

janda pejuang Islam.

4

Page 9: Makalah AA Tsan

6. Sopan santun, Abu Bakar berperilaku sopan santun. Dalam suatu majelis

beliau mempersilakan Ali bin Abi Talib duduk di antara dirinya dan Nabi,

padahal Ali jauh lebih muda.

7. Suka minta maaf, suatu ketika Abu Bakar berselisih dengan sahabat yang

bernama Rabiah dan mengeluarkan kata-kata sehingga Rabiah

tersinggung. Setelah Abu Bakar menyadari kesalahannya, maka ia segera

minta maaf kepada Rabiah. Abu Bakar mohon kepada Rabiah agar ia

mengeluarkan kata-kata seperti apa yang diucapkan kepadanya.

2. Sifat dan Perilaku Shahabat Umar Bin Khattab

Tatkala ‘Umar ibn al-Khaththâb r.a. diangkat menjadi Khalifah,

ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan

kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abû Bakar r.a. Pada suatu saat, harga-

harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin

seperti ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati

sesuatu.

Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah baiknya jika kita

mengusulkan kepada ‘Umar agar tunjangan hidup untuk beliau

dinaikkan.Jika ‘Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan

tunjangan hidup beliau.” ‘Alî kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika

usulan seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah lalu.”Setelah itu,

mereka berangkat menuju rumah ‘Umar. Namun, Utsmân menyela seraya

berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada

‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu melalui puteri beliau,

Hafshah. Sebab, saya khawatir, ‘Umar akan murka kepada kita.”Mereka

lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya memintanya

untuk bertanya kepada ‘Umar, yakni tentang bagaimana pendapatnya jika

ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan

bagi Khalifah ‘Umar.“Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan

menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta

kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun di antara kami,”

5

Page 10: Makalah AA Tsan

demikian kata mereka.Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada ‘Umar,

beliau murka seraya berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk

menanyakan usulan ini?”Hafshah menjawab, “Saya tidak akan

memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat

Ayah tentang usulan itu”.

Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa

orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah

orang itu.”Setelah itu, ‘Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi

saw., “Demi Allah, ketika Rasulullah saw. masih hidup, bagaimanakah

pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?”Hafshah menjawab, “Di

rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk

menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari.”‘Umar

bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh

Rasulullah?”Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang

kasar dan minyak samin.”‘Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah

mempunyai kasur di rumahnya?”Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau

hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim

panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh,

separuhnya lagi digunakan sebagai alastidur.”‘Umar kemudian

melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa

Rasulullah saw. selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau

bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku punakan

mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu

Rasulullah dan Abû Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan.

Salah seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan,

sedangkanyang kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya

sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan

bekal kedua kawannya yangterdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang

ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya,

bergabung dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun,

6

Page 11: Makalah AA Tsan

jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua

kawannya itu di akhirat.” (Sumber: Târîkh ath-Thabarî, jilid I, hlm. 164).

3. Sifat-Sifat dan Perilaku Shahabat Utsman Bin Affan

Utsman adalah bagian dari sahabat terbaik Nabi S.A.W, ia tumbuh

menjadi pribadi yang lembut kepada sesama mukmin. Hatinya sering

tersentuh menyaksikan keadaan mereka. Ia selalu berusaha membantu

kesulitan rakyat dan menghilangkan kesedihan mereka, rajin menyambung

silaturrahim, memuliakan tamu, memberi pekerjaan kepada orang fakir,

membantu yang lemah dan berusaha menghindarkan kesulitan mereka. Ia

dikenal penyabar, ramah, dan murah hati, selalu memaafkan kesalahan orang

lain. Teladan seluruh tingkah lakunya adalah Rasulullah SAW. Ia mencontoh

perkataan, perbuatan dan perilaku Nabi SAW.

Ada banyak peristiwa yang menunjukkan kesabaran dan ketabahan

jiwanya. Dalam setiap kesempatan, ia selalu mendahulukan sikap santun dan

maaf, murah hati dan tidak bergantung pada dunia. Alih-alih diperbudak

dunia, ia menjadikan dunia sebagai sarana untuk mengamalkan akhlak mulia,

terutama sikap mengutamakan orang lain di atas kepentingan sendiri. Ia tidak

dikuasai dunia sehingga ia tidak menjadi orang yang egois yang

mengutamakan kepentingan pribadi dan mengorbankan kepentingan orang

lain.

Materi dunia yang melimpah tak mampu mengikat atau membelenggu

Utsman ibn Affan untuk mencintai dunia. Ia selalu menempatkan Allah dan

Rasul-Nya di urutan yang paling tinggi. Hatinya tak pernah terikat kepada

dunia sehingga ia dapat setiap saat melepaskan semua miliknya demi

kepentingan Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, ia termasuk orang yang paling

berhak atas apa yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an: “dan barang

siapa terjaga dari sikap kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung”

(Q.S. AtTaghabun).

Tentu saja ia berhak mendapatkan balasan yang mulia itu karena ia

terbiasa membebaskan seorang budak setiap Jumat. Suatu hari Thalhah

menyusul Utsman sekeluarnya dari masjid. Thalhah berkata, “Aku sudah

7

Page 12: Makalah AA Tsan

punya lima puluh ribu dirham yang kupinjam darimu. Aku akan mengutus

seseorang untuk menyerahkannya kepadamu.”Utsman menjawab, “Biarlah

semua itu kuberikan kepadamu, karena kebaikan akhlakmu.”

Juga dikisahkan bahwa sebelum Nabi datang ke Madinah, di sana ada

sumur yang disebut sumur Rawmah. Air sumur itu sangat tawar. Setiap orang

yang ingin minum dari sumur itu harus membelinya. Sumur itu milik seorang

Yahudi. Ketika umat Islam semakin berat dihimpit kesulitan, Rasulullah

menyerukan tawaran, “Barang siapa membeli sumur Rawmah, baginya

surga.”

Mendengar pernyataan itu, Utsman bergegas ingin mendapatkan surga. Ia

memberanikan diri membeli sumur itu seharga 35.000 dirham. Ia

menggratiskan siapa saja untuk memanfaatkan air sumur itu, baik yang kaya,

miskin, atau pun para musafir. Inilah

Pada masa pemerintahan Al-Faruq, kaum muslim dilanda paceklik. Karena

beratnya kehidupan yang harus dihadapi, tahun itu disebut tahun kelabu.

Ketika nestapa semakin memuncak, orang-orang menghadap Umar r.a. dan

berkata, “Wahai Khalifah, langit tak menurunkan hujan dan enggan

menumbuhkan tanaman. Kita hampir binasa. apa yang harus kita

lakukan?”Umar memandangi mereka dengan wajah pilu. Ia berkata, “Sabar

dan bertahanlah. Aku berharap Allah memberikan jalan keluar dari keadaan

ini sebelum malam tiba.”

Sore harinya terdengar kabar bahwa kafilah dagang Utsman ibn Affan

telah kembali dari Syria dan akan tiba di Madinah esok pagi. Usai shalat

Subuh, orang-orang menyambut kafilah itu. Seribu unta membawa gandum,

minyak samin, dan kismis. Seluruh rombongan kafilah dan kendaraannya

berkumpul di depan rumah Utsman ibn Affan r.a. Ketika para buruh sibuk

menurunkan barang dagangan, para pedagang bergegas menemui Utsman.

Mereka berkata, “Kami akan membeli semua yang engkau bawa, wahai Abu

Amr.”

Utsman menjawab, “Dengan senang hati dan aku merasa terhormat. Tetapi,

berapa kalian akan memberiku keuntungan?” Mereka berkata, “Untuk satu

8

Page 13: Makalah AA Tsan

dirham yang engkau beli, kami memberimu dua dirham.” “Aku bisa

mendapat lebih dari itu.jawab Utsman”. Lalu mereka kembali menaikkan

harga. Utsman berkata, “Aku masih bisa mendapat lebih dari yang kalian

tawarkan.” Mereka menaikkan harga lagi. Utsman berkata, “Aku masih bisa

mendapatkan lebih dari itu.” Mereka berkata, “Wahai Abu Amr, Siapakah

yang berani memberimu keuntungan lebih dari tawaran kami?.”

Utsman menjawab: “Allah SWT. memberiku keuntungan sepuluh kali lipat

dari setiap dirham yang kubelanjakan. Adakah diantara kalian yang berani

memberiku keuntungan lebih dari itu?” “Tidak, wahai Abu Amr.”

“Aku bersaksi kepada Allah, semua yang dibawa kafilah ini kusedekahkan

kepada fakir miskin di kalangan umat Islam. Aku tidak mengharapkan

bayaran sepeser pun. Kulakukan semua itu semata-mata mengharapkan

pahala dan keridhoan Allah SWT”. Inilah karakter Usman bin Affan yang

termaktu dalam firman Allah:

“"Dan mereka mendahulukan kepentingan orang lain

(rakyat) di atas kepentingan mereka sendiri. Dan barang

siapa yang terjaga dari kekikiran dirinya, maka dialah orang-

orang yang beruntung (Q.S AlHasyr: 9)

Itu gambaran keimanan dan kedermawanan Utsman ibn Affan. Sebanyak

apapun harta dunia yang dimiliki, semuanya tidak berarti di hatinya. Bagi para

sahabat Nabi, dunia ini tidak artinya. Kendati hidup bergelimang harta, ia

tetap mengutamakan akhirat. Hasan Al-Bashri bercerita, “Aku pernah melihat

Khalifah Utsman ibn Affan berbicara di masjid. Ketika ia berdiri, bekas-

bekas tanah terlihat di punggungnya. Seseorang berkata, ‘Inilah Amirul

Mukminin…Inilah Amirul Mukminin…..’ Sungguh mengagumkan, ia

memberikan makanan yang baik-baik kepada orang lain, sedangkan ia hanya

makan cuka dan minyak samin. Ia membiarkan lambungnya bekerja keras.”

4. Sifat-Sifat dan Perilaku Shahabat Ali Bin Abi Thalib

Beliau adalah salah satu –selain Abu Bakar,Umar,dan Usman- diantara 10

sahabat yang dijamin masuk surga sebagaimana sabada rasulullah SAW.

lulusan terbaik dari madrasah Nubuwwah, yang dididik semenjak kecil oleh

9

Page 14: Makalah AA Tsan

Rasulullah SAW. Diantara keistimewaan belaiu adalah Allah

menganugerahkan kecerdasan di atas rata-rata,sampai-sampai rasulullah

bersabda “aku adalah kotanya ilmu,sedangkam Ali adalah pintunya”

Di antara kisahnya adalah perselisihan beberapa sahabat tentang ilmu

berhitung.

Dua orang sehabat melakukan perjalanan bersama. Disuatu tempat, mereka

berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah masing-masing

membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang

orang yang kedua membawa lima potong roti.Ketika keduanya telah siap

untuk makan, tiba-tiba datang seorang musafir yang baru datang ini pun duduk

bersama mereka.

“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,”kata salah

seorang dari dua orang tadi.“Aduh…saya tidak membawa bekal,” jawab

musafir itu.

Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti bersama-sama. Selesai

makan, musafir tadi meletakkan uang delapan dirham di hadapan dua orang

tersebut seraya berkata: “Biarkan uang ini sebagai pengganti roti yang aku

makan tadi.” Belum lagi mendapat jawaban dari pemilik roti itu, si musafir

telah minta diri untuk melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.

Sepeninggal si musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi

uang yang diberikan. “Baiklah, uang ini kita bagi saja,” kata si empunya lima

roti. “Aku setuju,”jawab sahabatnya. “Karena aku membawa lima roti, maka

aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga dirham. “Ah, mana

bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan apa-apa, maka kita bagi

sama, masing-masing empat dirham.” “Itu tidak adil. Aku membawa roti lebih

banyak, maka aku mendapat bagian lebih banyak” .

Alhasil, kedua orang itu saling berbantah. Mereka tidak berhasil mencapai

kesepakatan tentang pembagian tersebut. Maka, mereka bermaksud

menghadap sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. untuk meminta pendapat. Di

hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah yang mereka hadapi.

Imam Ali mendengarkannya dengan seksama. Setelah orang itu selesai

10

Page 15: Makalah AA Tsan

berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada orang yang mempunyai tiga

roti: “Terima sajalah pemberian sahabatmu yang tiga dirham itu!” “Tidak!

Aku tak mau menerimanya. Aku ingin mendapat penyelesaian yang seadil-

adilnya, “Jawab orang itu. “Kalau engkau bermaksud membaginya secara

benar, maka bagianmu hanya satu dirham!” kata Imam Ali lagi. “Hah…?

Bagaimana engkau ini, kiranya. Sahabatku ini akan memberikan tiga dirham

dan aku menolaknya. Tetapi kini engkau berkata bahwa hak-ku hanya satu

dirham?” “Bukankah engkau menginginkan penyelesaian yang adil dan benar?

,kalau begitu, bagianmu adalah satu dirham!”. “Bagaimana bisa begitu?”

Orang itu bertanya.

Imam Ali menggeser duduknya. Sejenak kemudian ia berkata:”Mari kita

lihat. Engkau membawa tiga potong roti dan sahabatmu ini membawa lima

potong roti.” “Benar.”jawab keduanya. “Kalian makan roti bertiga, dengan si

musafir.” ‘Benar”. “Adakah kalian tahu, siapa yang makan lebih banyak?”.

“Tidak.”. “Kalau begitu, kita anggap bahwa setiap orang makan dalam jumlah

yang sama banyak”. “Setuju, “jawab keduanya serempak. “Roti kalian yang

delapan potong itu, masing-masingnya kita bagi menjadi tiga bagian. Dengan

demikian, kita mempunyai dua puluh empat potong roti, bukan?” tanya Imam

Ali. “Benar,”jawab keduanya.

“Masing-masing dari kalian makan sama banyak, sehingga setiap orang

berarti telah makan sebanyak delapan potong, karena kalian bertiga.”

“Benar.” “Nah… orang yang membawa lima roti, telah dipotong menjadi tiga

bagian mempunyai lima belas potong roti, sedang yang membawa tiga roti

berarti mempunyai sembilan potong setelah dibagi menjadi tiga bagian,

bukankah begitu?” “Benar, jawab keduanya, lagi-lagi dengan serempak. “si

empunya lima belas potong roti makan untuk dirinya delapan roti, sehingga ia

mempunyai sisa tujuh potong lagi dan itu dimakan oleh musafir yang

belakangan. Sedang si empunya sembilan potong roti, maka delapan potong

untuk dirinya, sedang yang satu potong di makan oleh musafir tersebut.

Dengan begitu, si musafir pun tepat makan delapan potong roti sebagaimana

kalian berdua, bukan?”

11

Page 16: Makalah AA Tsan

Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak

sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut. Sejenak kemudian mereka

berkata:”Benar, kami mengerti.” “Nah, uang yang diberikan oleh di musafir

adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya lima roti sebab

si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu dirham untuk si

empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu potong roti dari milik

orang itu” “Alhamdulillah…Allahu Akbar,” kedua orang itu berucap hampir

bersamaan. Mereka sangat mengagumi cara Imam Ali menyelesaikan masalah

tersebut, sekaligus mengagumi dan mengakui keluasan ilmunya.

“Demi Allah, kini aku puas dan rela. Aku tidak akan mengambil lebih dari

hak-ku, yakni satu dirham,” kata orang yang mengadukan hal tersebut, yakni

si empunya tiga roti. Kedua orang yang mengadu itu pun sama-sama merasa

puas. Mereka berbahagia, karena mereka berhasil mendapatkan pemecahan

secara benar, dan mendapat tambahan ilmu yang sangat berharga dari Imam

Ali bin Abi Thalib as.

Demikianlah kecerdasan Ali,meski demikian, beliau adalah orang yang

mempunyai rasa tawadlu’ yang tinggi. Beliau pernah berucap : yang artinya:

“aku (berkenan) menjadi pelayan pada orang yang mengajarku walaupun

hanya satu huruf”.

12

Page 17: Makalah AA Tsan

BAB III KESIMPULAN

Para Sahabat Rosululloh SAW adalah “Orang-orang Islam yang hidup pada

zaman Rosululloh, dan mereka bertemu langsung dengan Rosululloh, mereka

adalah orang-orang yang ikut berjuang bersama Rosululloh dalam

memperjuangkan agama islam, dan mereka meninggal dalam keadaan muslim”.

Orang-orang yang hidup pada masa Rosululloh SAW tetapi tidak pernah

bertemu dengan rosululloh tidak bisa disebut dengan Sahabat Rosululoh SAW,

begitu juga dengan orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak beriman

kepada Alloh SWT dan Rosululloh SAW walaupun mereka pernah menjadi orang

islam dan hidup di zaman Rosululloh SAW, serta bertemu langsung dengan

Rosululloh SAW juga tidak bisa disebut dengan sahabat Rosululloh SAW.

Sifat dan perilaku kehidupan Para sahabat Rosululloh SAW yang harus kita

tiru antara lain adalah:

1. Sifat dan perilaku sahabat Abu Bakar As-sidiq adalah; Pemberani, Adil, Amanah, Pemurah, Pengasih, Sopan santun, Suka minta maaf.

2. Sifat sahabat Umar bin Khattab adalah peduli terhadap kaum muslimin,

memiliki rasa khauf yang tinggi terhadap Alloh SWT

3. Sifat sahabat Utsman Bin Affan adalah orang yang memiliki rasa malu

yang tinggi, sangat menghargai dan menerapkan sopan santun.

4. Sifat sahabat Ali bin Abi Thalib adalah orang yang cerdas, pandai

mengontrol emosi, dan bersikap adil dalam memutuskan perkara.

13

Page 18: Makalah AA Tsan

Demikian makalah pembahasan tentang sifat dan perilaku para sahabat

Rosululloh SAW, semoga dengan mengkaji sifat dan perilaku beliau kita bisa

semakin paham dan bisa mengaplikasikannya pada kehidupan sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

H. Zainudin Harnidy, (1991). Tafsir Quran, Klang, Selangor, Malaysia: Klang Book Centre

Kementrian Agama Republik Indonesia, (2014). Sejarah Kebudayaan Islam MTS Kelas VII, Jakarta: Kementrian Agama

Kementrian Agama Republik Indonesia, (2014). Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas X, Jakarta: Kementrian Agama

Maulana M.Z. Al-kandhalawi rah.a., Himpunan Kitab Ta’lim: Fadhilah Amal, Bandung, Pustaka Ramadhan

--,Ebook, Buku Pegangan Guru Aqidah Akhlak Kurikulim 2013 MTS Kelas VII

--,Ebook, Buku Pegangan Guru Aqidah Akhlak Kurikulim 2013 MTS Kelas IX

--,Ebook, Buku Siswa Aqidah Akhlak Kurikulim 2013 MTS Kelas VIII

--,Ebook, Buku Siswa Aqidah Akhlak Kurikulim 2013 MTS Kelas IX

14