tr_tka

70
KODE MA : 1.170 DIKLAT PEMBENTUKAN AUDITOR TERAMPIL TEKNIK KOMUNIKASI AUDIT 2007 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN T K A EDISI KEEMPAT

Upload: wiji-sari-putiati

Post on 23-Jun-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TR_TKA

KODE MA : 1.170

DIKLAT PEMBENTUKAN AUDITOR TERAMPIL

TEKNIK KOMUNIKASI

AUDIT

2007

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

T K A

EDISI KEEMPAT

Page 2: TR_TKA

Judul Modul : Teknik Komunikasi Audit

Penyusun : Agus Tri Prasetyo, Ak.

R. Bramantyo, S.E., Ak.

Pereviu : Linda Ellen Theresia, S.E., M.B.A.

Editor : Riri Lestari, Ak

Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka Diklat Sertifikasi JFA Tingkat Pembentukan Auditor

Anggota Tim

Edisi Pertama : Tahun 1998

Edisi Kedua (Revisi Pertama) : Tahun 2000

Edisi Ketiga (Revisi Kedua) : Tahun 2003

Edisi Keempat (Revisi Ketiga) : Tahun 2007

ISBN 979-3873-08-6

Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP.

Page 3: TR_TKA

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………. Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………………………… B. Tujuan Pembelajaran Umum …………………………………………...….... C. Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................ D. Deskripsi Singkat Modul ............................................. E. Metodologi Pembelajaran........................................... BAB II PENGERTIAN DAN KONSEP KOMUNIKASI AUDIT A. Manfaat Komunikasi dalam Audit .................................. B. Proses Komunikasi.................................................... C. Jenis Komunikasi...................................................... D. Bentuk Teknik Komunikasi Audit................................... E. Faktor Penting dalam Komunikasi.................................. BAB III MEMPERSIAPKAN DIRI DAN MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN

PIHAK LAIN A. Persiapan Berkomunikasi ............................................ B. Mengekspresikan Diri secara Efektif................................ C. Membangun Hubungan dengan Orang Lain ....................... BAB IV KOMUNIKASI EFEKTIF, EMPATIK, DAN PERSUASIF A. Komunikasi Efektif, Empatik, dan Persuasif....................... B. Mendengarkan Secara Aktif ......................................... C. Memahami Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh................... BAB V KOMUNIKASI SELAMA PELAKSANAAN AUDIT A. Komunikasi Internal Tim............................................. B. Komunikasi antara Auditor dengan Auditan...................... C. Komunikasi Auditor dengan Pihak Lain yang Terkait............ BAB VI TEKNIK KOMUNIKASI AUDIT A. Teknik Wawancara.................................................... B. Teknik Presentasi ....................................................

i ii

1 1 1 2 3

4 6 7 9

11

15 17 20

22 26 29

31 34 39

42 48

Page 4: TR_TKA

iii

C. Komunikasi Tertulis ................................................ BAB VII MENGELOLA KONFLIK....................................................

A. Pengertian Konflik ................................................... B. Sumber Konflik ...................................................... C. Bentuk Konflik ...................................................... D. Mengelola Konflik.................................................... E. Kasus Konflik .........................................................

Lampiran ............................................................................

52

57 58 59 60 65

Page 5: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Modul Teknik Komunikasi Audit (TKA) ini disusun sebagai bahan pemelajaran dalam

kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) pembentukan jabatan fungsional auditor

terampil dan auditor ahli selama 20 jam pelatihan (jamlat), dan masuk dalam kelompok

mata ajaran penunjang, sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Kepala BPKP

Nomor: KEP-06.04.00-847/K/1998 tentang Pola Pendidikan dan Pelatihan Auditor Bagi

Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah memelajari modul ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami teknik-

teknik komunikasi dalam rangka penugasan audit.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Berdasarkan tujuan pembelajaran umum di atas, maka tujuan pembelajaran khusus

adalah, peserta diklat diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian, arti penting, proses komunikasi, dan faktor-faktor

manusia dalam komunikasi.

2. Menjelaskan persiapan diri dalam berkomunikasi, ekspresi diri yang efektif,

dan menerapkan cara membangun hubungan dengan orang lain.

3. melakukan komunikasi efektif, empatik, dan persuasif, mendengarkan secara

aktif, dan memahami bahasa tubuh.

Page 6: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 2

4. Menjelaskan pelaksanaan komunikasi intern dalam satu tim, antara auditor

dengan auditan dan pelaksanaan komunikasi auditor dengan pihak lain yang

terkait.

5. Melakukan teknik wawancara, presetasi, dan komunikasi audit tertulis.

6. Menjelaskan pengertian, sumber dan bentuk, dan proses komunikasi serta

faktor-faktor manusia dalam komunikasi.

D. DESKRIPSI SINGKAT MODUL

Kerangka bahasan modul Teknik Komunikasi Audit ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan pemelajaran umum, tujuan pemelajaran

khusus, deskripsi singkat modul, serta metodologi pemelajaran.

BAB 2 PENGERTIAN DAN KONSEP KOMUNIKASI AUDIT

Bab ini menjelaskan tentang manfaat komunikasi dalam audit, proses

komunikasi, jenis dan bentuk teknik komunikasi, serta faktor penting dalam

komunikasi.

BAB 3 MEMERSIAPKAN DIRI DAN MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN PIHAK

LAIN

Bab ini menjelaskan tentang memersiapkan diri untuk berkomunikasi,

mengekspresikan diri secara efektif, dan membangun hubungan/keakraban

dengan orang lain.

BAB 5 KOMUNIKASI EFEKTIF DAN EMPATIK

Bab ini menjelaskan tentang komunikasi efektif dan komunikasi empatik,

mendengarkan secara aktif, dan memahami bahasa tubuh.

BAB 6 TEKNIK KOMUNIKASI AUDIT

Bab ini menjelaskan tentang teknik wawancara, teknik presentasi, dan

komunikasi tertulis.

Page 7: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 3

BAB 7 MENGELOLA KONFLIK

Bab ini menjelaskan tentang sumber konflik dan mengelola konflik

BAB 8 KOMUNIKASI SELAMA PELAKSANAAN AUDIT

Bab ini menjelaskan tentang komunikasi internal tim, komunikasi dengan

auditan, dan komunikasi dengan pihak lain.

E. METODOLOGI PEMELAJARAN

Materi diklat ini disampaikan dengan menggunakan pendekatan pemelajaran orang

dewasa, dengan metode:

1. Ceramah

2. Curah pendapat

3. Diskusi

4. Latihan/simulasi/peragaan

Page 8: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 4

BAB 2

PENGERTIAN DAN KONSEP KOMUNIKASI AUDIT

A. MANFAAT KOMUNIKASI DALAM AUDIT

Teknik Komunikasi Audit (TKA) adalah penerapan komunikasi di dalam audit. Di

dalam TKA akan dibahas tentang keterampilan berkomunikasi dan penerapannya di

dalam kegiatan audit.

Komunikasi adalah bagian integral dalam audit.

Mulai dari perencanaan penugasan, pelaksanaan

pengujian, hingga pemantauan tindak lanjut, semuanya

memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk

menghasilkan yang terbaik.

Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi,

pelaksanaan audit akan berjalan secara efektif dan

efisien, (efektif dalam arti, audit dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan; efisien

karena proses audit dapat dilaksanakan dengan lancar sehingga sumber daya audit

benar-benar digunakan untuk mencapai tujuan audit), dalam hal:

1. Memeroleh data dan informasi yang diperlukan dalam pengujian audit. Audit dapat dipandang sebagai proses pengumpulan dan pengujian informasi

untuk menghasilkan simpulan dan rekomendasi. Pemilik data dan informasi

Setelah mempelajari bab ini peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan pengertian, arti penting, proses komunikasi, dan faktor-faktor manusia dalam komunikasi.

Page 9: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 5

adalah auditan, jika perolehan data dan informasi tidak memadai, maka audit

tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

2. Mengendalikan dan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan tim audit. Audit

dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari individu-individu. Audit juga

menjalankan aktivitas-aktivitas yang saling terkait. Komunikasi yang baik

dalam tim akan membuat interaksi individu dan rangkaian aktivitas dalam

audit dapat berjalan dengan baik. Masalah-masalah dapat diselesaikan

bersama sehingga hambatan dalam proses audit dapat diminimalkan.

3. Meningkatkan mutu audit. Jika aktivitas-aktivitas dasar dalam audit, seperti

pengumpulan informasi, pengujian, dan penyampaian hasil audit dapat

berjalan dengan lancar, maka konsentrasi tim audit dapat diarahkan pada

usaha peningkatan mutu audit. Misalnya, jika perolehan informasi menjadi

mudah dan cepat, maka tim audit dapat berkonsentrasi untuk memilih proses

analisis yang lebih tepat.

4. Memerbaiki citra auditor internal. Selama ini, auditor telah dicitrakan secara

keliru, sebagai sosok yang tidak ramah, sibuk sendiri, bahkan sering dianggap

sewenang-wenang. Citra-citra tersebut menyulitkan auditor dalam menjalin

kerjasama dengan auditan. Auditan yang mempunyai citra yang keliru tentang

auditor akan cenderung untuk tertutup, tidak mau bekerjasama, menghindar,

bahkan dapat mendorong mereka untuk menghambat pekerjaan auditor.

Dengan keterampilan komunikasi antar pribadi, citra ini dapat dikurangi,

kemudian dibangun citra auditor yang lebih terbuka, siap bekerja sama, dan

memosisikan auditan sebagai mitra dalam pelaksanaan auditnya.

Aktivitas: Ceritakan hambatan yang pernah ditemui dalam pelaksanaan audit atau

pekerjaan lainnya. Bagaimana cara menyelesaikan hambatan tersebut?

Page 10: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 6

B. PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai transmisi informasi dan pemahaman

melalui penggunaan simbol-simbol biasa atau umum. Proses komunikasi merupakan

tahap-tahap antara komunikator dengan komunikan yang menghasilkan pentransferan

dan pemahaman makna. Menurut Stephen P. Robbins proses komunikasi meliputi 7

(tujuh) bagian, yakni:

1. Sumber komunikasi;

2. Pengkodean;

3. Pesan;

4. Saluran;

5. Pendekodean;

6. Penerima;

7. Umpan balik.

Ketujuh bagian dari suatu proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Proses Komunikasi

Sumber komunikasi atau komunikator mengawali proses komunikasi dengan

pesan yang dikemas dengan pengkodean tertentu berupa simbol-simbol. Pesan adalah

sesuatu yang dikomunikasikan. Semuanya itu disampaikan dengan kemasan kode

tertentu. Pengemasan suatu pesan melalui proses encoding memberikan kontribusi

Komunikator Encoding

Komunikator

Decoding Komunikator

Umpan Balik

Pesan

Pesan

Page 11: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 7

yang berarti atas keberhasilan suatu komunikasi. Encoding adalah proses untuk

memilih simbol-simbol yang digunakan untuk membentuk pesan. Simbol-simbol ini bisa

berbentuk verbal dan non verbal.

Kemudian pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran yang disebut

media penyaluran pesan. Penyaluran pesan secara umum dapat dibagi menjadi

saluran tatap muka dan melalui media. Saluran tatap muka terjadi saat komunikator

dengan komunikan dapat bertemu langsung dan bertatap muka tanpa media perantara.

Sedangkan contoh komunikasi melalui media adalah surat, dokumen, telepon, dan e-

mail. Pertemuan jarak jauh menggunakan real-time video atau dikenal dengan

teleconference, dapat digolongkan sebagai saluran melalui media.

Sebelum pesan diterima, komunikan harus menerjemahkan simbol-simbol yang

diterima ke dalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh komunikan. Inilah yang

disebut sebagai decoding pesan. Sebagaimana saat encoding, tahap decoding juga

dipengaruhi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya.

Tahapan terakhir dari proses komunikasi adalah umpan balik. Tahap ini

merupakan pengecekan atas keberhasilan pentransferan pesan dimaksud. Tahapan ini

sangat penting dalam kegiatan organisasi termasuk kegiatan pelaksanaan audit. Peran

monitoring dan reviu pelaksanaan audit oleh Ketua Tim atau Pengendali Teknis

merupakan salah satu media umpan balik atas penugasan audit.

C. JENIS KOMUNIKASI

Komunikasi dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang. Di sini kita

akan klasifikasikan komunikasi dalam 3 sudut pandang saja, yaitu menurut cara komunikasi, pihak yang terlibat dalam komunikasi, dan kode yang digunakan.

Aktivitas: Berikan satu contoh komunikasi. Dapatkah Anda tunjukkan unsur-unsur

komunikasinya!

Page 12: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 8

Klasifikasi komunikasi menurut caranya terdiri dari komunikasi lisan dan tulisan.

Komunikasi lisan adalah komunikasi dimana komunikatornya yang menyampaikan

pesan secara langsung oleh pihak komunikan tanpa media berupa tulisan atau teks.

Termasuk dalam komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, wawancara,

komunikasi lewat telepon, presentasi dan teleconference. Sedangkan komunikasi tulisan adalah penyampaian pesan secara tertulis dari komunikator kepada

komunikannya. Termasuk dalam komunikasi tulisan adalah surat-menyurat,

dokumentasi kegiatan dalam bentuk tertulis, konfirmasi, sms, dan penyampaian laporan

tertulis.

Komunikasi dapat diklasifikasikan menurut pihak yang terlibat dalam komunikasi,

yaitu:

1. Komunikasi intrapersonal. Komunikasi ini melibatkan diri sendiri sebagai

komunikator dan komunikannya. Contohnya, ketika berintrospeksi diri, maka

akan terjadi dialog di dalam pikiran seseorang. Dialog ini adalah bentuk dari

komunikasi intrapersonal.

2. Komunikasi interpersonal. Komunikasi ini melibatkan lebih dari satu orang

sebagai pihak komunikatornya dan komunikannya. Misalnya, ketika seorang

anggota tim menyampaikan kesulitannya dalam melaksanakan pengujian

kepada ketua tim, maka di sini terlihat bahwa ada 2 orang yang terlibat dalam

komunikasi, 1 orang berperan sebagai komunikator, seorang lagi menjadi

komunikan. Komunikasi kelompok termasuk dalam jenis komunikasi ini.

Contoh komunikasi kelompok adalah rapat tim audit untuk menyepakati hasil

audit atau presentasi hasil audit kepada para pimpinan auditan.

3. Komunikasi Massa. Komunikasi ini melibatkan pihak komunikan dalam

jumlah besar, kepada masyarakat umum atau biasa kita sebut publik. Contoh

komunikasi ini adalah siaran radio, berita koran, acara TV, temu pers, dan

sebagainya.

Komunikasi juga dapat diklasifikasikan menurut kode yang digunakan, yaitu

komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang

menggunakan kode-kode bahasa seperti kata-kata dan kalimat. Contoh komunikasi

Page 13: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 9

Aktivitas: Berikan satu contoh komunikasi. Termasuk komunikasi jenis apa

jika dilihat dari (1) cara komunikasi, (2) pihak yang terlibat dalam komunikasi

dan (3) kode yang digunakan?

verbal adalah surat dan percakapan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah

komunikasi yang tidak menggunakan kode-kode bahasa. Contoh komunikasi non

verbal adalah foto, gerak tubuh, sirine, dan sebagainya.

D. BENTUK TEKNIK KOMUNIKASI AUDIT

Teknik komunikasi yang umum digunakan dalam audit adalah:

1. Wawancara. Wawancara merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan

secara lisan dengan metode tanya jawab yang mempunyai tujuan.

Wawancara digunakan oleh auditor untuk memeroleh data ataupun fakta yang

diperlukan. Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk memeroleh

informasi, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, masa depan ataupun

tanggapan seseorang mengenai sesuatu hal, karena auditor dapat

menangkap aksi, reaksi seseorang dalam bentuk gerak-gerik dan ekspresi

saat wawancara berlangsung.

2. Daftar pertanyaan (kuesioner). Daftar pertanyaan adalah metode

pengumpulan informasi yang mengajukan pertanyaan secara tertulis dan

mengharapkan jawaban secara tertulis pula. Apabila tim audit secara

geografis berjauhan atau apabila dibutuhkan data kuantitatif, teknik kuesioner

dapat menjadi media yang paling berguna. Kuesioner memungkinkan individu

untuk menuliskan apa yang mereka rasa tidak pantas untuk diungkapkan

secara lisan. Lebih dari itu, kuesioner dapat dianalisis secara akurat dan

dapat memberikan data kuantitatif yang solid untuk mendukung temuan data

kualitatif.

Page 14: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 10

3. Konfirmasi. Konfirmasi adalah permintaan penegasan kepada pihak ketiga

mengenai kebenaran suatu data atau informasi. Sebagai contoh, auditor

meminta penegasan atas informasi bahwa pihak A di provinsi lain telah

menerima kiriman barang, maka auditor mengkonfirmasi ada tidak

penerimaan barang yang dilakukan oleh pihak A.

4. Data terbuka. Data terbuka adalah metode pengumpulan data menggunakan

pertemuan kelompok. Sebagai contoh, auditor ingin mendapatkan informasi

dari beberapa orang anggota koperasi tentang jumlah pinjaman yang diterima

dan jumlah biaya yang harus dibayar oleh mereka, maka auditor mengadakan

pertemuan dengan mereka. Auditor tidak melakukan wawancara satu per

satu, melainkan menanyakan langsung kepada seluruh peserta pertemuan.

5. Presentasi. Presentasi adalah penyampaian pesan berupa ide atau gagasan

kepada khalayak atau sekelompok orang. Presentasi adalah komunikasi yang

dilaksanakan dengan tatap muka. Dalam presentasi bukan hanya pesan

verbal yang dapat ditangkap, pesan non verbal juga penting untuk

diperhatikan.

6. Rapat. Rapat adalah komunikasi kelompok yang digunakan untuk bertukar

pikiran dalam memahami sesuatu atau menyelesaikan masalah. Rapat adalah

bentuk komunikasi yang lazim kita temui di dunia kerja. Dalam audit, rapat ini

bisa dilaksanakan intern tim, atau melibatkan pihak auditan.

7. Laporan Hasil Audit. Laporan hasil audit adalah media penyampaian hasil

audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara tertulis. Setiap

penugasan audit harus menghasilkan laporan, meskipun untuk penugasan

yang tidak mencapai tujuan sebagai akibat dari berbagai faktor, misalnya

sangat buruknya sistem pengendalian auditan yang menyebabkan auditor

kesulitan dalam menentukan validitas dokumen-dokumen yang ditemuinya.

Page 15: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 11

Tidak semua bentuk komunikasi tersebut akan dibahas dalam modul ini. Bentuk

komunikasi yang akan dibahas lebih jauh adalah wawancara, presentasi, dan

konfirmasi.

E. FAKTOR PENTING DALAM KOMUNIKASI

Ada 2 faktor penting yang harus diperhatikan dalam komunikasi. Pertama, faktor

manusia, dan kedua, hambatan dalam proses komunikasi.

Manusia adalah faktor penting pertama yang harus diperhatikan karena komunikasi

selalu melibatkan manusia. Saat Anda menulis pesan-pesan di atas secarik kertas,

harus diingat bahwa surat tersebut pada akhirnya akan dibaca oleh komunikan untuk

mewakili kehadiran anda. Anda harus memerhatikan pilihan kata dan susunan kalimat

agar komunikan dapat menangkap pesan dengan jelas dan menanggapinya secara

tepat.

Setiap individu memiliki keunikan. Tiap individu memiliki ciri fisik dan psikis yang

berbeda, bahkan kembar identik. Perbedaan antar individu harus dimengerti agar dapat

melaksanakan komunikasi dengan baik. Individu dapat berbeda dalam hal:

1. Ciri fisik. Perbedaan ras hingga perbedaan suku bangsa menyebabkan tiap

individu memiliki ciri fisik yang berbeda. Perbedaan fisik individu dapat terlihat

dari wajah, bentuk dan ukuran tubuh.

2. Konsep diri. Konsep diri adalah persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri.

Tiap individu memiliki konsep diri yang akan berbeda dengan individu lain.

Ada orang yang punya konsep diri, “Saya pemalu.”, tetapi individu lain punya

konsep diri, “Saya senang bergaul.” Perbedaan ini sering tidak tampak dalam

pertemuan yang singkat. Konsep diri baru bisa dinilai karena adanya

Aktivitas: Menonton video klip wawancara. Apa informasi yang ingin diperoleh

oleh auditor? Apa emosi yang ditunjukkan oleh auditan? Apa emosi yang

ditunjukkan oleh auditor?

Page 16: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 12

kecenderungan individu untuk menghadapi secara konsisten berbagai situasi

yang berbeda sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya.

3. Keyakinan. Keyakinan yang dimaksud di sini adalah sikap mental atas segala

sesuatu yang diyakini sebagai hal yang benar dan salah. Seseorang bisa

memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang lain terhadap masalah yang

sama. Sebagai contoh, auditor yakin bahwa suatu penyimpangan dari

prosedur baku tidak perlu dilakukan agar tidak terjadi konsekuensi yang buruk

bagi organisasi. Sebaliknya, auditan bisa punya keyakinan bahwa jika

penyimpangan tidak dilakukan, maka akan terjadi konsekuensi yang lebih

buruk bagi organisasi.

4. Kepribadian. Kepribadian adalah suatu organisasi dinamis dalam diri individu

yang sistem psikofisiknya menentukan karakteristik, tingkah laku, serta cara

berpikir seseorang. 1 Contoh perbedaan kepribadian adalah adanya tipe

kepribadian menurut Carl Gustav Jung yang membagi kepribadian

berdasarkan arah perhatian. Tipe-tipe tersebut adalah introverse, ekstroverse,

dan ambiverse. Jika perhatiannya lebih ditujukan keluar dari dirinya yakni

sekelilingnya, maka orang tersebut digolongkan sebagai tipe extroverse. Jika

perhatiannya lebih dominan ditujukan ke dalam dirinya sendiri, maka tipe

kepribadian orang tersebut adalah introverse. Sedangkan tipe ambiverse

memiliki arah perhatian yang berada di antara 2 titik ekstrim tipe ekstroverse

dan tipe introverse.

5. Sikap dan perilaku. Secara umum sikap dan perilaku seseorang ditentukan

oleh konsep diri dan keyakinan, tetapi pada kondisi dan situasi tertentu,

seseorang dapat bersikap dan berperilaku yang tidak konsisten dengan

konsep diri dan keyakinannya. Hal ini biasa terjadi saat seseorang merasa

perlu melindungi dirinya. Sebagai contoh, seseorang sehari-hari berperilaku

terbuka, tetapi ketika ditanyakan sesuatu yang menyangkut kesalahan yang

pernah dilakukannya, dia berubah menjadi tertutup sekali.

1 Kepribadian menurut definisi G.W. Allpont seperti dikutip oleh Euis Winarti dalam bukunya “Pengembangan Kepribadian”, 2007.

Page 17: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 13

Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan dalam komunikasi adalah adanya

hambatan dalam proses komunikasi. Hambatan-hambatan tersebut dapat

diidentifikasikan berdasarkan elemen-elemen komunikasi, yaitu:

1. Hambatan pada komunikator dan komunikan. Hambatan ini disebabkan

oleh adanya perbedaan individu, perbedaan peran dan kedudukan

organisasional, dan perbedaan budaya. Sebagai contoh, seorang auditor

yang kurang pengalaman merasakan kecemasan yang tinggi saat harus

mewawancarai pimpinan auditan. Kecemasan tersebut membuat situasi

wawancara menjadi sangat kaku. Auditan pun menjadi bersikap tertutup,

karena ingin berhati-hati agar keterangannya tidak menyulitkan di kemudian

hari.

2. Hambatan pada kode-kode yang digunakan. Tiap profesi memiliki istilah

teknis yang berbeda. Beberapa memiliki kesamaan istilah tetapi berbeda

makna. Misalnya, istilah konfirmasi, bagi auditor konfirmasi adalah komunikasi

tertulis untuk menegaskan sesuatu, sedangkan auditan memahami istilah

konfirmasi sebagai penegasan terhadap suatu informasi, tanpa memerhatikan

hal tersebut dilaksanakan secara tertulis atau lisan.

3. Hambatan pada saluran komunikasi. Hambatan pada saluran komunikasi

ini umumnya bersifat teknis. Contohnya, wawancara terganggu karena

ruangan yang terlalu bising, komunikasi telepon yang tidak jelas karena

kerusakan pada pesawat telepon, dan sms yang tidak dapat terkirim karena

sinyal komunikasi yang buruk.

4. Hambatan situasi komunikasi. Hambatan ini berkaitan dengan suasana

psikologis yang terjadi saat komunikasi berlangsung. Hambatan ini bisa

berupa konflik, prasangka, ketegangan, kekakuan, dan kebosanan.

Perbedaan antar individu dan hambatan-hambatan komunikasi perlu menjadi

pertimbangan komunikator dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

komunikasi. Misalnya, ketika komunikator menyadari adanya kemungkinan perbedaan

arti pada istilah-istilah teknis yang digunakan, maka dia perlu mengurangi penggunaan

istilah teknis. Dalam pelaksanaan, komunikator perlu meyakinkan bahwa antara dia

Page 18: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 14

dengan komunikan memiliki pengertian yang sama atas suatu istilah. Selanjutnya,

ketika mengevaluasi hasil komunikasi, komunikator harus memerhatikan umpan balik

dari auditan untuk memastikan bahwa istilah-istilah, bahkan kalimat-kalimat, telah

dipahami dengan arti yang sama.

Contoh lain, ketika komunikator mengetahui bahwa suhu ruangan terlalu panas dan

menimbulkan perasaan tidak nyaman, artinya terjadi hambatan pada saluran

komunikasi, maka komunikator perlu meminta kesediaan komunikan untuk pindah

ruangan.

Page 19: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 15

BAB 3

MEMERSIAPKAN DIRI DAN MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN PIHAK LAIN

A. PERSIAPAN BERKOMUNIKASI

Bagi sebagian orang, terutama yang cenderung berkepribadian introverse,

berkomunikasi secara tatap muka adalah hal yang dapat menimbulkan perasaan tidak

nyaman. Bahkan sebagian kecil orang mengalami kesulitan, karena komunikasi bagi

mereka menjadi hal yang menegangkan dan mencemaskan. Ketegangan dan

kecemasan akan terlihat oleh komunikan, karena tanpa disadari gerak tubuh dan

ekspresi wajah akan mengekspresikan emosi seseorang.

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan agar seseorang dapat mengendalikan

dirinya dengan baik saat melakukan komunikasi, terutama komunikasi lisan, adalah:

1. Memeriksa keyakinan tentang komunikasi. Keyakinan bersifat netral, tidak ada yang baik,

dan tidak ada yang buruk. Kita hanya perlu

mengetahui keyakinan-keyakinan apa yang dapat

menghambat perilaku kita. Beberapa keyakinan

bersifat menghambat, misalnya, keyakinan bahwa

“setiap orang punya pandangan sendiri-sendiri

tentang sesuatu hal, dan pandangan tersebut

Setelah memelajari bab ini peserta diklat diharapkan mampu melakukan persiapan diri untuk berkomunikasi, ekspresi diri yang efektif, dan menerapkan cara membangun hubungan dengan orang lain.

Page 20: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 16

tidak bisa dipertemukan”. Keyakinan ini akan menimbulkan ketegangan yang

tidak disadari, ketika seorang komunikator yang memiliki keyakinan seperti itu

harus menanyakan bagaimana pandangan komunikan atas suatu masalah,

agar dapat dipertemukan dengan pandangannya. Keyakinan tersebut

membuat dia cemas sehingga komunikasi menjadi tidak efektif. Jika kita

mengetahui adanya keyakinan yang menghambat, kita bisa mengubahnya

dengan keyakinan yang mendukung. Misalnya, dengan membangun

keyakinan baru bahwa “memang sulit mempertemukan pandangan yang

berbeda, tapi jika bisa dilakukan, maka kita berkesempatan mendapatkan

solusi baru bagi masalah yang ada.”

2. Membangun konsep diri yang positif. Sama dengan keyakinan, konsep diri

memengaruhi perilaku kita. Sebagai contoh, seseorang punya konsep diri

bahwa “Saya tidak pandai presentasi. Saya sering kehilangan kata-kata jika

berhadapan dengan orang banyak.” Orang tersebut akan mengalami

ketegangan atau kecemasan saat harus melakukan presentasi. Hasilnya

adalah ketegangan tersebut membuat dia sulit berbicara, dan karena sibuk

meredakan ketegangan, dia lupa apa yang akan disampaikan. Membangun

konsep diri positif memerlukan proses, tetapi proses tidak akan berjalan, jika

kita tidak mau memulainya. Orang tersebut hanya perlu belajar bagaimana

melakukan presentasi yang baik, sehingga dia bisa mengubah konsep

menjadi “Saya bisa presentasi”. Jika perlu dia bisa terus belajar hingga ke

konsep diri “Saya ahli presentasi”.

3. Melepaskan ketegangan dan kecemasan. Ketegangan dan kecemasan bisa

dikurangi jika kita mempunyai kendali atas situasi. Karenanya, kita bisa

mengurangi kecemasan dengan persiapan yang baik. Kita perlu tahu

suasana yang akan terjadi, siapa komunikan kita, kemudian kita rencanakan

tindakan-tindakan kita, dan rencanakan kapan perlu melanjutkan atau

menghentikan komunikasi. Setelah persiapan maksimal kita lakukan,

kecemasan bisa dikurangi dengan menghadirkan suasana hati yang gembira. Suasana hati (mood) dapat dipengaruhi oleh musik, bacaan, film,

Page 21: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 17

atau melakukan aktivitas yang menyenangkan. Jika suasana hati kita

gembira, maka ketegangan dan kecemasan dapat dikurangi.

Komunikasi akan efektif jika emosi kita sedang tenang dan positif. Emosi tetap

penting meskipun komunikasi dilaksanakan secara tertulis, karena pilihan kata dan

struktur kalimat dapat terpengaruh oleh emosi.

Langkah selanjutnya dalam komunikasi adalah mengekspresikan diri secara efektif.

B. MENGEKSPRESIKAN DIRI SECARA EFEKTIF

Komunikator yang mampu mengekspresikan diri secara efektif adalah komunikator

yang baik. Ekspresi diri adalah cara mengungkapkan suasana hati, emosi, dan pikiran

ke dalam kata-kata, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan. Jadi ekspresi diri

kita dikatakan efektif, jika kata-kata, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan kita

dapat mengungkapkan apa yang menjadi suasana hati, emosi, dan pikiran kita.

Ekspresi diri yang positif tidak lain adalah perilaku yang tulus, jujur, terbuka dan

spontan.

Perilaku yang tulus, jujur, terbuka dan spontan akan membuat suasana komunikasi

menjadi kondusif. Orang merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan pihak yang

menunjukkan ketulusan, keterbukaan, dan spontanitas. Jika perilaku ini sudah menjadi

kebiasaan, maka bisa ditingkatkan menjadi ekspresi simpati dan peduli, sehingga orang

akan bersedia mengungkapkan pikiran dan emosi yang sebenarnya kepada kita.

Ekspresi diri pada dasarnya tidak akan pernah efektif, jika tidak ada ketulusan.

Demikian pula, jika sikap terbuka terhadap orang lain bukan bagian dari sikap mental

kita, maka usaha ekspresi diri secara efektif tidak akan berhasil. Penyebabnya adalah

jika kita tidak tulus, jujur, terbuka, dan spontan, maka kata-kata lisan kita menjadi tidak

selaras dengan ekspresi wajah dan gerak tubuh kita. Misalnya, saat seseorang yang

sedang kecewa diminta tersenyum, maka senyumnya pasti bukan senyum yang

menyenangkan, melainkan senyum kecut.

Page 22: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 18

Berikut ini disarikan penjelasan Terry Felber dalam bukunya “Kiat Praktis

Komunikasi: dalam Kehidupan Keluarga dan Profesional” (2007), tentang kiat-kiat

mengekspresikan diri secara efektif.

1. Wajah adalah cermin pikiran. Cara membaca pikiran seseorang adalah

dengan melihat wajahnya. Wajah kita terdiri dari ribuan otot sehingga dapat

mengekspresikan berbagai emosi dan perasaan. Pastikan ekspresi positif ada

di wajah kita. Ekspresi wajah yang negatif mengatakan, “Hidup telah

membuatku susah.”, sementara ekpresi wajah positif mengatakan, ”Saya

menemukan kebahagiaan dari hari ke hari.”

2. Senyum itu menular, jadilah penyebarnya. Senyum mengomunikasikan

persetujuan, rasa cinta, penghargaan, serta kemurnian. Senyum juga ekspresi

bahwa kita adalah orang yang bersyukur. Dalam komunikasi senyum adalah

cara untuk mendekatkan diri kepada orang lain, membuat mereka nyaman,

serta menyemangati mereka.

3. Tataplah seseorang tepat di matanya. Mengalihkan pandangan mata dan

menghindari kontak mata menunjukkan ketidaksukaan atau penolakan, dan

keragu-raguan. Ketika kita benar-benar ingin menjalin komunikasi dengan

orang lain, usahakan sebaik mungkin untuk menatap tepat pada mata

mereka. Memang perlu sekali-kali mengerjapkan mata atau mengalihkan

pandangan, karena terlalu lama menatap mata seseorang dapat menimbulkan

perasaan tidak nyaman. Tetapi kita perlu mengomunikasikan rasa hormat dan

perhatian dengan beberapa kali membuat kontak mata.

4. Berkomunikasilah dengan berhadapan langsung dengan lawan bicara.

Berdiri menyamping apalagi membelakangi menandakan bahwa anda sedang

tidak ingin diajak berkomunikasi, sedang “dingin”. Berhadapan langsung

mengomunikasikan bahwa anda siap menerima kehadiran teman komunikasi

anda.

Page 23: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 19

5. Postur tubuh yang baik menunjukkan rasa percaya diri. Postur tubuh

yang baik adalah keadaan badan dan kepala yang tegak. Posisi membungkuk

menunjukkan sikap kurang percaya diri.

6. Berikan jabat tangan yang meyakinkan. Jabat tangan yang baik adalah

mengenggam tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, melakukan kontak

mata saat berjabat tangan, dan tersenyum. Ini adalah komunikasi tentang

penghargaan, penerimaan kehadiran, dan ucapan terima kasih. Jabat tangan

juga berarti dukungan.

7. Berpenampilan sebagai seorang pemenang. Penilaian pertama saat

berkomunikasi pasti akan diberikan pada penampilan kita. Kita tidak pernah

mendapat kesempatan kedua untuk membuat kesan pertama. Kesan pertama

yang positif akan memudahkan kita membangun komunikasi. Jika kesan

pertama negatif, maka perlu upaya lebih agar komunikasi dapat terbangun

dengan baik. Penampilan yang rapi dan bersih cukup untuk membuat kesan

pertama yang positif. Sempurnakan penampilan anda, maka emosi anda pun

akan positif sempurna.

Apa yang disampaikan di atas adalah komunikasi non verbal, berupa bahasa tubuh

dan ekspresi wajah. Komunikasi non verbal sangat penting dalam komunikasi lisan.

Psikolog Albert Mehrabian mengatakan, “7% pesan dari pembicara disampaikan

melalui ucapan, 35% dari kedudukannya, dan 55% dari bahasa tubuh.”

Hal yang penting untuk dipahami adalah bahasa tubuh dipengaruhi faktor budaya.

Misalnya, di suatu budaya postur yang tegap bukan dinilai sebagai percaya diri tapi

menunjukkan keangkuhan, sementara di lingkungan budaya lain membungkuk tidak

menunjukkan kesopanan melainkan kelemahan. Jadi kita perlu menyesuaikan bahasa

tubuh kita dengan nilai-nilai budaya yang berbeda.

Kondisi ini tentu berbeda dengan komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, kita

mengekspresikan diri 100% melalui pilihan kata, efektifitas kalimat, alur pikir, tata

bahasa, dan format penyajian. Kata-kata dan kalimat adalah saluran verbal. Ketika

menulis kita perlu memerhatikan pilihan kata, efektifitas kalimat, alur pikir, aturan tata

bahasa dan format penyajian, karena hal-hal tersebut merepresentasikan diri kita. Surat

Page 24: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 20

adalah pengganti kehadiran kita. Jadi jangan mau dihadirkan dengan kesan bodoh,

dangkal, dan tidak tahu aturan, hanya karena salah memilih kata dan menggunakan

tanda baca.

C. MEMBANGUN HUBUNGAN/KEAKRABAN DENGAN ORANG LAIN

Jika diri, pengendalian bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan telah siap,

maka kini kita siap untuk membangun keakraban dengan orang lain. Keakraban akan

terbangun jika kawan komunikasi merasa:

1. dimengerti / diperhatikan,

2. disambut baik,

3. merasa penting, dan

4. merasa aman dan nyaman.

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membangun keakraban yang disarikan

dari berbagai buku referensi.

1. Tersenyumlah. Senyum kita mengomunikasikan pengertian, sambutan,

penghormatan, dan memberikan keyakinan bahwa kita tidak membahayakan.

2. Sapalah nama, jika kita sudah mengenal namanya. Sapaan nama akan

membuat kawan komunikasi kita dihargai dan disambut baik.

3. Ucapkan salam. Salam adalah cara kita mengomunikasikan perhatian kita.

Salam juga akan memberi perasaan aman dan nyaman. Contoh salam adalah

selamat pagi, selamat siang, apa kabar, dan assalamualaikum.

4. Bicarakan hal ringan yang merupakan zona nyamannya. Zona nyaman

seseorang pada umumnya adalah tempat tinggal, tempat bekerja, hobi, dan

keluarga. Membicarakan zona nyaman seseorang akan membuat kawan

komunikasi kita merasa dimengerti dan aman.

Page 25: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 21

5. Jagalah jarak nyaman bagi kawan komunikasi kita. Secara umum jarak

kurang dari 1 meter adalah jarak intim, hanya individu yang dianggap sebagai

teman yang bisa masuk zona ini. Jadi berusahalah mendekat, jika terlihat

reaksi mundur dari kawan komunikasi kita, maka itu berarti kita telah

memasuki batas zona intim, artinya itu bukan jarak nyaman bagi kawan

komunikasi kita, jika kita dinilai bukan sebagai teman.

6. Utamakan mendengar kawan komunikasi kita berbicara. Pahamilah

kawan komunikasi kita dengan tulus dan terbuka. Menatap mata dan

mengangguk-angguk adalah cara kita mengkomunikasikan pengertian,

sambutan, dan penghormatan.

7. Berusahalah mencari persamaan. Keakraban lebih mudah terjalin jika

terdapat banyak kesamaan antara komunikator dengan komunikan.

Yang terpenting dari semua langkah itu adalah ketulusan untuk berhubungan

dengan orang lain. Jika kita dapat menjadikan apa yang penting bagi orang lain

sebagai sesuatu yang penting bagi kita, maka keakraban telah terbangun.

Page 26: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 22

BAB 4

KOMUNIKASI EFEKTIF, EMPATIK, DAN PERSUASIF

A. KOMUNIKASI EFEKTIF, EMPATIK, DAN PERSUASIF

Kita dapat membedakan komunikasi berdasarkan interaksi yang terjalin antara

komunikator dengan komunikannya, yaitu:

1. Komunikasi Efektif,

2. Komunikasi Empatik, dan

3. Komunikasi Persuasif.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat

memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan

umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak

selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa

ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya pesan dengan

benar oleh komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan

bahwa pesannya telah dimengerti oleh komunikan. Sebagai contoh, auditor meminta

data anggaran kepada auditan. Auditan mengerti permintaan auditor, tetapi menolak

memberikan data tersebut, maka komunikasi yang terjadi telah efektif. Komunikasi

tersebut efektif, meskipun umpan balik tidak sesuai keinginan auditor, karena pesan

telah dimengerti dengan benar dan diberikan umpan balik.

Setelah memelajari bab ini peserta diklat diharapkan mampu melakukan komunikasi yang efektif, empatik dan persuasif, mendengarkan secara aktif, dan memahami bahasa tubuh.

Page 27: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 23

Agar komunikasi efektif terjadi terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Keselarasan elemen-elemen komunikasi dengan pesan. Elemen-elemen

komunikasi harus mendukung isi pesan. Elemen-elemen komunikasi tersebut

adalah komunikator, encoding, saluran, decoding, dan komunikannya.

Komunikasi akan efektif jika terdapat keselarasan isi pesan dengan elemen-

elemen lain dari proses komunikasi.

2. Minimalisasi hambatan komunikasi. Komunikasi akan efektif jika hambatan

berhasil diminimalkan. Hambatan komunikasi dapat terjadi pada tiap elemen

komunikasi termasuk pada situasi komunikasi, seperti telah dibahas pada Bab

2.

Berikut ini ilustrasi ketika keselarasan elemen-elemen komunikasi tidak diperhatikan

yang mendorong komunikasi menjadi tidak efektif.

Seorang auditor memerlukan data anggaran belanja suatu kantor. Untuk itu, dia

meminta seorang petugas kebersihan kantor tersebut untuk meminta data anggaran

belanja ke bagian keuangan. Maka, petugas kebersihan tersebut mendatangi salah

seorang staf keuangan, dan meminta anggaran belanja. Kemudian, petugas kebersihan

kembali ke tempat auditor dan menyerahkan anggaran belanja kepada si auditor.

Ketika anggaran tersebut dibaca oleh auditor, maka yang terbaca oleh auditor adalah

daftar rencana belanja alat-alat dan bahan-bahan kebersihan satu tahun mendatang.

Komunikasi ini tidak efektif karena staf keuangan sebagai komunikan tidak memahami

pesan dengan benar. Hal ini disebabkan ketidakselarasan elemen komunikator, yaitu

petugas kebersihan, dengan isi pesan.

Komunikasi Empatik adalah komunikasi yang menunjukkan adanya saling

pengertian antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini menciptakan

interaksi yang membuat satu pihak memahami sudut pandang pihak lainnya. Sebagai

contoh, auditor meminta kerjasama dari auditan berupa penyediaan data secara

lengkap. Setelah berkomunikasi, akhirnya auditan memahami kebutuhan auditor dan

mengerti bahwa tanpa bantuannya, maka auditor akan mengalami kesulitan dalam

penyelesaian tugas. Dalam kondisi ini, auditan telah berempati terhadap kebutuhan

auditor.

Page 28: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 24

Komunikasi empatik bisa dipahami dari kata empati. Empati adalah kemampuan

seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut

pandang dan perspektif orang lain tersebut1. Jadi komunikasi empatik dapat menjadi

sarana untuk menjalin saling pengertian antara dua pihak. Berkaitan dengan audit,

komunikasi empatik dapat dijadikan sarana untuk menghapus salah persepsi auditan

atas tujuan audit. Auditan sering mempersepsikan pekerjaan audit sebagai pekerjaan

cari-cari kesalahan. Jika auditor berhasil mengembangkan komunikasi empatik, maka

diharapkan auditan dapat memahami bahwa tujuan utama dari audit adalah agar

auditan dapat menyelesaikan tanggung jawabnya secara lebih efektif.

Agar komunikasi empatik tercipta, maka komunikator harus memperlihatkan:

1. Ketertarikan terhadap sudut pandang komunikan. Sikap ini akan

mendorong komunikan untuk lebih terbuka.

2. Sikap sabar untuk tidak memotong pembicaraan. Banyak informasi yang

didapat jika komunikator bersabar untuk memeroleh penjelasan detail dari

sudut pandang komunikan. Jika informasi yang diperoleh telah cukup dan

komunikan hanya berputar-putar menjelaskan hal yang sama, maka

komunikator perlu menyampaikan kembali pengertian yang telah didapatnya

dan menarik perhatian komunikan pada masalah berikutnya.

3. Sikap tenang, meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat. Beberapa sudut pandang bersifat sangat pribadi, sehingga saat

mengungkapkannya keterlibatan emosi tidak dapat dihindari. Sebagai contoh,

komunikan mengungkapkan kemarahannya saat menceritakan

ketidaksetujuannya terhadap suatu keputusan rapat.

4. Bersikap bebas prasangka, atau tidak evaluatif, kecuali jika sangat diperlukan. Untuk dapat memahami sudut pandang orang lain, kita hindari

sikap evaluatif. Sikap evaluatif dapat membuat komunikan menyeleksi hal-hal

yang perlu disampaikan dan tidak, dengan pertimbangan apakah sudut

pandangnya akan diterima atau tidak, disetujui atau tidak, oleh komunikator.

1 Definisi dari Henry Backrack, seperti dikutip oleh Tommy Suprapto dalam bukunya, Teknik Jitu Persuasi dan Negosiasi, Cetakan 1, Yogyakarta: Media Pressindo, 2008.

Page 29: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 25

Jika ini terjadi, maka kita tidak dapat mengerti sudut pandang komunikan

dengan benar. Sikap evaluatif diperlukan ketika komunikan mendesak

komunikator untuk menilai pandangan komunikan.

5. Sikap awas pada isyarat permintaan pilihan atau saran. Sikap ini

memperlihatkan adanya dukungan atau bantuan yang bisa diharapkan

komunikan dari komunikator. Pemberian dukungan dan bantuan akan

mengembangkan empati pada diri auditan, kesiapan untuk membalas

dukungan dan bantuan yang diterimanya.

6. Sikap penuh pengertian. Sebagai contoh, komunikan mendesak untuk

memperoleh persetujuan dari komunikator atas sudut pandangnya.

Komunikator tidak setuju. Komunikator cukup menyatakan bahwa dia dapat

mengerti sudut pandang tersebut, tidak perlu menyatakan persetujuan atau

ketidaksetujuannya.

Komunikasi persuasif dapat dilihat sebagai derajat interaksi yang lebih tinggi

dibanding komunikasi efektif dan empatik. Komunikasi persuasif bertujuan untuk

membuat komunikan memberikan umpan balik sesuai keinginan komunikator.

Pengertian persuasif sendiri adalah perubahan sikap akibat paparan informasi dari

pihak lain. 2 Dalam audit, komunikasi persuasif banyak digunakan, mulai dari

permintaan kesediaan auditan untuk membantu kelancaran audit, hingga mendorong

auditan untuk melaksanakan rekomendasi audit.

Agar komunikasi persuasif terjadi, maka komunikator perlu mengembangkan

komunikasi efektif dan empatik. Komunikasi persuasif dapat dikembangkan melalui:

1. Kejelasan penyampaian pesan. Agar pesan dapat tersampaikan dengan

jelas, maka perlu memerhatikan keselarasan elemen-elemen komunikasi dan

meminimalkan hambatan komunikasi.

2. Pemahaman sudut pandang dan keinginan komunikan. Komunikator

dapat meminta komunikan melakukan sesuatu sesuai keinginan komunikator,

hanya jika, komunikan melihat bahwa tindakan tersebut sesuai dengan

2 Definisi dari Severin dan Tankard, seperti dikutip oleh Tommy Suprapto, ibid.

Page 30: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 26

keinginan si komunikan sendiri. Untuk mengetahui sudut pandang komunikan

dan keinginan auditan, komunikasi empatik dapat dilaksanakan terlebih

dahulu, sebelum meningkatkannya menjadi komunikasi persuasif.

Dari uraian tentang komunikasi persuasif, kita dapat mengambil suatu kesimpulan

bahwa syarat komunikasi persuasif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara

efektif dan empatik. Komunikasi-komunikasi ini dapat dikembangkan jika auditor

memiliki keterampilan untuk menyusun dan menyampaikan pesan dalam kode verbal

dan nonverbal, serta keterampilan mendengarkan.

B. MENDENGARKAN SECARA AKTIF

Komunikasi merupakan suatu interaksi dinamis antara komunikator dan komunikan.

Interaksi terjadi dengan baik, jika komunikan dapat memahami pesan dan komunikator

dapat memahami umpan balik dari komunikan. Dalam komunikasi tertulis, kalimat, tata

bahasa, dan format penyajian pesan harus diperhatikan kedua pihak sehingga pesan

dan umpan balik dapat dipahami. Sedangkan dalam komunikasi lisan dan tatap muka

maka mendengarkan adalah cara untuk memahami pesan bagi komunikan dan

memahami umpan balik bagi komunikator. Berbeda dengan komunikasi tertulis di

mana pemahaman bisa tercapai dengan membaca ulang, mendengarkan memerlukan

perhatian lebih karena pengulangan akan menyebabkan gangguan dalam komunikasi.

Karena itu, baik komunikator maupun komunikan perlu mendengarkan secara aktif,

sehingga pesan maupun umpan balik dapat dipahami dengan benar.

Charles J. Stewart dan William B. Cash, Jr3 menjelaskan 4 pendekatan yang dapat

digunakan untuk mendengarkan secara aktif, yaitu mendengarkan untuk:

3 Charles J. Stewart dan William B. Cash, Jr, Interviewing: Principles and Practices, 11th edition, McGraw-Hill Co., 2006.

Aktivitas: Menonton video klip Komunikasi Empatik. Apakah komunikasi empatik

dapat diterapkan dalam pekerjaan audit? Apa keuntungan yang bisa didapat?

Page 31: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 27

1. Pemahaman. Mendengarkan untuk pemahaman adalah pendekatan utama

dalam menerima, memahami, dan mengingat pesan secara akurat dan

lengkap. Tujuan mendengarkan untuk pemahaman adalah untuk

berkonsentrasi pada pesan atau umpan balik agar mengerti dan tetap

obyektif, serta menghindari sikap menilai. Berikut ini panduan mendengarkan

untuk pemahaman:

a. Dengarkan pertanyaan dengan seksama, sebelum menjawab. Dan

sebaliknya, dengarkan jawaban, sebelum mengajukan pertanyaan

berikutnya.

b. Tenang, tidak terburu-buru.

c. Dengarkan isi dan ide pesan atau umpan balik.

d. Catat hal-hal penting untuk mempertahankan informasi.

e. Gunakan pertanyaan untuk mengklarifikasi informasi.

2. Empati. Mendengarkan untuk empati adalah suatu cara untuk menunjukkan

perhatian yang tulus, pengertian, dan keterlibatan. Mendengarkan untuk

empati adalah usaha untuk memosisikan diri kita dalam sudut pandang

komunikan guna mengerti dan mengapresiasi apa yang dipikir dan dialami

komunikan. Panduan mendengarkan untuk empati, sebagai berikut:

a. Tunjukkan ketertarikan.

b. Jangan memotong pembicaraan.

c. Tetap tenang, meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat.

d. Tetap tidak evaluatif, kecuali jika sangat diperlukan.

e. Saat mendengarkan tetap awas pada isyarat permintaan pilihan atau

saran.

f. Menjawablah dengan taktis dan penuh pengertian.

3. Evaluasi. Mendengarkan untuk evaluasi bertujuan untuk menilai apa yang

didengar dan dilihat saat berkomunikasi. Mendengarkan untuk evaluasi

adalah tingkatan berikut dari mendengarkan untuk pemahaman dan empati,

Page 32: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 28

karena kita tidak siap untuk menilai sebelum kita memahami dengan benar

pesan verbal dan nonverbal dari mitra komunikasi kita. Panduan

mendengarkan untuk evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Dengarkan secara seksama seluruh pesan dan umpan balik sebelum

menilai.

b. Dengarkan dengan seksama simbol verbal dalam bentuk kata-kata,

pernyataan maupun argumentasi, dan perhatikan simbol nonverbal

berupa raut wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh.

c. Jika belum yakin, bertanyalah untuk meminta penjelasan.

d. Hindari bersikap defensif. Misalnya, ada pernyataan dari komunikan

bahwa kita belum mengerti permasalahannya, maka tidak perlu kita

menolak dengan mengatakan bahwa kita sudah tahu, ini sikap defensif.

Sebaiknya kita mempersilahkan komunikan untuk menjelaskan

bagaimana persoalan yang sebenarnya menurut dia.

4. Kesepakatan. Mendengarkan untuk kesepakatan (resolusi) bertujuan untuk

mendapatkan kesepakatan yang berfokus pada masalah bersama, bukan

pada masalah masing-masing pihak, guna kesepakatan dan penyelesaian

untuk kepentingan bersama. Mendengarkan untuk kesepakatan biasanya

digunakan untuk rapat, negosiasi, dan pengambilan keputusan kelompok.

Panduan mendengarkan untuk kesepakatan adalah sebagai berikut:

a. Dorong pertukaran yang seimbang antar pihak yang berkomunikasi.

b. Tumbuhkan kepercayaan bahwa tiap pihak dapat berkontribusi dalam

pencapaian kesepakatan dan pemecahan masalah.

c. Berfokuslah pada komunikasi, bukan pada masalah psikologi. Misalnya,

jangan terjebak pada pembahasan kebutuhan masing-masing pihak

terlalu dalam, tetapi berfokuslah pada apakah kebutuhan masing-masing

pihak telah tersampaikan dan dimengerti pihak lain.

Page 33: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 29

d. Berfokus pada apa yang dapat dilaksanakan saat ini. Tidak perlu fokus

pada apa yang telah terjadi, atau terlalu banyak memertimbangkan

asumsi masa datang yang menjurus pada sikap berandai-andai.

e. Saling memberikan dukungan atas kontribusi masing-masing pihak

dalam upaya pencapaian kesepakatan, pengambilan keputusan, dan

pemecahan masalah.

Keterampilan mendengarkan adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Agar

mampu berkomunikasi dengan baik, maka kita perlu berlatih menggunakan pendekatan

mendengarkan yang sesuai dengan pendekatan komunikasi yang kita hadapi.

Misalnya, untuk komunikasi yang empatik, kita gunakan pendekatan mendengarkan

untuk empati. Untuk komunikasi persuasif, kita gunakan pendekatan mendengarkan

untuk kesepakatan.

C. MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH DAN BAHASA TUBUH

Pesan dalam komunikasi menempati posisi sentral. Pesan tidak lain adalah

stimulus-stimulus informatif dari komunikator kepada komunikan. Stimulus ini

disampaikan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Untuk menghasilkan stimulus verbal

yang informatif, maka kita perlu menyampaikan pesan secara sederhana, ringkas,

lengkap, dan sistematis. Dalam komunikasi tatap muka, pesan dalam bentuk verbal

tidak dapat dipisahkan dari pesan nonverbal yang disampaikan melalui ekspresi wajah

dan bahasa tubuh. Pemahaman atas ekspresi wajah dan bahasa tubuh akan

membantu komunikator untuk:

1. Menjaga keselarasan kode verbal dalam pesan dengan kode nonverbal

ekspresi wajah dan bahasa tubuh agar komunikasi efektif.

2. Memahami umpan balik komunikan.

3. Menilai kesesuaian kode verbal dan nonverbal komunikan untuk menentukan

validitas informasi.

Ekspresi wajah adalah gerakan wajah yang menyampaikan emosi dan sikap

tertentu. Emosi yang terlihat dari ekspresi wajah bersifat universal. Ekspresi wajah

Page 34: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 30

bahagia dari orang Mesir akan sama dengan ekspresi wajah bahagia orang Indonesia.

Emosi-emosi yang dapat dikenali dari ekspresi wajah adalah:

1. Senang / Bahagia.

2. Sedih.

3. Marah.

4. Tidak suka.

5. Jijik.

6. Takut.

7. Terkejut.

Ekspresi wajah dan emosi yang terkait dapat dilihat pada Lampiran.

Bahasa tubuh adalah gerakan-gerakan anggota tubuh yang merupakan perwujudan

dari “informasi dan perintah” otak. 4 Gerakan-gerakan ini bersifat spontan karena

merupakan hasil belajar seseorang berdasarkan pengaruh-pengaruh genetik dan

kebudayaan. Berikut ini contoh-contoh sederhana bahasa tubuh:

1. Kita mengangguk jika setuju.

2. Kita berjongkok karena ketakutan.

3. Kita tertunduk dan menggelengkan kepala saat merasa prihatin.

4. Kita membusungkan dada dan mencondongkan badan ke depan untuk

memberikan tantangan atau menyatakan siap menyambut tantangan.

4 Euis Winarti, Pengembangan Kepribadian, Edisi Kedua, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Page 35: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 31

BAB 5

KOMUNIKASI SELAMA PELAKSANAAN AUDIT

A. KOMUNIKASI INTERNAL TIM

Setelah memelajari komunikasi dari berbagai aspek, kita siap untuk memelajari

komunikasi selama pelaksanaan. Komunikasi selama pelaksanaan audit terjadi antara:

1. Auditor dengan rekan-rekan intern timnya.

2. Auditor dengan pihak auditan.

3. Instansi auditor dengan pihak-pihak luar.

Berikut ini penjelasan masing-masing komunikasi tersebut.

Sebelum berhubungan dengan pihak luar, auditor harus sudah memiliki mekanisme

komunikasi intern yang memadai sehingga tim audit menjadi kompak dan memiliki

persepsi serta tujuan yang sama.

Keberhasilan komunikasi internal dalam satu tim audit sangat menunjang

kelancaran pelaksanaan audit sehingga kegiatan audit dapat diselesaikan tepat waktu

dan tepat kualitas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, masing-masing auditor

dalam tim audit perlu memerhatikan aturan perilaku antar auditor berikut ini.

1. Penggalangan kerjasama yang sehat. Manusia punya kecenderungan

untuk menolong sesama. Kecenderungan ini dapat didorong untuk muncul

Setelah memelajari bab ini peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan pelaksanaan komunikasi intern dalam satu tim, pelaksanaan komunikasi antara auditor dengan auditan, dan pelaksanaan komunikasi auditor dengan pihak lain yang terkait.

Page 36: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 32

dalam perilaku jika disadari dengan jelas keuntungan yang didapat dari

bekerja sama. Para anggota tim audit harus menyadari bahwa tujuan audit

akan lebih mudah tercapai jika mereka saling bekerja sama, dibanding

bekerja secara individual. Penggalangan kerjasama yang sehat juga dapat

terjadi jika ada suasana saling menghargai. Para anggota tim saling

menyadari kontribusi masing-masing dalam mencapai tujuan audit dan

menghargai kontribusi tersebut. Cara paling cepat menggalang kerjasama

yang sehat adalah dengan mulai membantu rekan anggota tim untuk

menyelesaikan tugasnya.

2. Memiliki rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan. Setiap orang memiliki

keinginan untuk diterima kehadirannya dalam suatu kelompok. Ketika

sekelompok orang menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan tujuan dan

identitas, maka suasana kebersamaan dan rasa kekeluargaan akan timbul.

Suasana tersebut rusak, jika ada individu dalam kelompok memanfaatkan

anggota kelompok lain untuk kepentingan pribadinya, dan menonjolkan diri di

hadapan auditan dengan mengecilkan kehadiran anggota tim lainnya.

Komunikasi intern tim terjadi mulai dari tahap perencanaan audit hingga pelaporan.

Berikut ini ciri-ciri penting komunikasi intern tim yang terjadi dalam tahap-tahap audit:

1. Komunikasi Pada Tahap Perencanaan Audit. Komunikasi intern dalam satu

tim umumnya dimulai saat surat tugas audit diterima tim. Komunikasi yang

terjadi pada tahap ini adalah:

a. Pengarahan oleh pengendali mutu tentang bagaimana melakukan audit

yang baik, cara menjalin hubungan yang sehat dan harmonis dengan

pihak auditan dan pihak ketiga yang relevan.

b. Pemberian motivasi oleh pengendali teknis agar tiap anggota tim dapat

bekerja secara maksimal dan kompak. Kerjasama yang sehat dan

kekompakan akan memudahkan usaha pencapaian tujuan-tujuan audit.

c. Penyamaan persepsi antara pengendali teknis, ketua tim, dan anggota

tim tentang tujuan, ruang lingkup, dan metodologi audit yang dilakukan.

Page 37: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 33

d. Penyusunan audit program oleh ketua tim dibantu para anggota tim yang

menjadi sarana pembagian tugas dan pengendalian pelaksanaan audit.

2. Komunikasi Selama Pelaksanaan Audit. Tujuan komunikasi selama

pelaksanaan audit antara lain untuk mengetahui apakah tim audit:

a. Melaksanakan program audit sebagaimana mestinya;

b. Mengidentifikasi permasalahan yang dijumpai dalam audit; dan

c. Mengatasi masalah yang dijumpai dalam audit.

Salah satu sarana komunikasi yang penting dalam tahap ini adalah kertas

kerja audit. Dari kertas kerja audit dapat diketahui sejauh mana pelaksanaan

program kerja audit, permasalahan apa saja yang dijumpai dalam audit, dan

langkah-langkah apa yang telah ditempuh tim untuk menyelesaikannya.

Komunikasi intern tim yang terjadi pada tahap ini adalah:

a. Cetusan keluhan tentang kesulitan kerja dari anggota tim kepada ketua

tim atau dari ketua tim kepada pengendali teknis.

b. Pembahasan kemajuan pekerjaan audit oleh ketua tim atau pengendali

teknis.

c. Pengarahan oleh ketua tim atau pengendali teknis sebagai umpan balik

atas keluhan tentang kesulitan kerja yang dihadapi tim.

d. Tukar menukar informasi antar anggota tim.

e. Pemecahan masalah yang ditemui tim.

f. Penyamaan pengertian atau pemahaman tentang suatu permasalahan.

g. Upaya untuk menjembatani perbedaan antara anggota tim supaya tidak

timbul konflik dalam pelaksanaan audit.

h. Rekonsiliasi data antar anggota tim agar didapat informasi yang benar.

i. Pengembangan rasa kebersamaan atau kekompakan.

Page 38: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 34

3. Komunikasi pada Penyiapan Konsep Laporan Hasil Audit. Komunikasi

intern tim yang dilakukan pada tahap penyiapan konsep laporan hasil audit

bertujuan antara lain:

a. Untuk mencapai kata sepakat mengenai seluruh temuan audit final;

b. Untuk memeroleh tanggapan dan persetujuan final dari pengendali

teknis bahwa seluruh temuan audit itu obyektif dan rekomendasi yang

diberikan layak dan dapat dilaksanakan;

c. Untuk memastikan bahwa kertas kerja audit telah disusun secara

memadai dan substansi kertas kerja auditnya cukup sebagai bahan

untuk menyusun laporan hasil audit .

Komunikasi yang terjadi pada tahap ini antara lain adalah:

a. Kesepakatan tim atas hasil-hasil audit.

b. Penyusunan laporan hasil audit.

c. Reviu kertas kerja audit dan laporan oleh pengendali teknis dan

pengendali mutu.

B. KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR DENGAN AUDITAN

Komunikasi antara auditor dengan auditan adalah hal yang tidak bisa diabaikan,

karena keberhasilan pelaksanaan audit memerlukan dukungan dan kerjasama dari

auditan. Pengumpulan informasi terhambat jika auditan bersikap tertutup dan tidak mau

bekerja sama. Komunikasi antara auditor dengan auditan juga perlu untuk mengurangi

kesan keliru bahwa auditor adalah pihak yang “mencari-cari kesalahan semata” yang

menjadi sumber terjadinya sikap tertutup, menghindar, atau menghambat dari auditan.

Agar terwujud komunikasi yang baik dengan auditan, setiap auditor perlu

memerhatikan aturan perilaku auditor dalam interaksi dengan pihak auditan yang

meliputi:

1. Menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya sebagai auditor.

Page 39: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 35

a. Berpakaian rapi, sederhana, sopan sesuai dengan kelaziman;

b. Gaya bicara yang wajar, tidak berbelit-belit dan menguasai pokok

permasalahan;

c. Rambut tersisir rapi;

d. Nada suara yang wajar, sopan, dan tidak membentak-bentak;

e. Cara duduk yang sopan.

2. Menjalin interaksi yang sehat dengan auditan

a. Berkomunikasi secara persuasif;

b. Memperlakukan pihak auditan sebagai subyek, bukan obyek;

c. Memahami kesibukan auditan dengan tetap menjaga kelancaran dan

ketepatan pelaksanaan audit.

3. Menciptakan iklim kerja yang sehat dengan auditan

a. Menjaga independensinya terhadap auditan dengan cara menolak

melaksanakan penugasan audit terhadap auditan yang memiliki

hubungan pribadi atau kekeluargaan, keuangan, dan hubungan lainnya

dengan dirinya;

b. Tidak memanfaatkan auditan sebagai sumber untuk memeroleh

keuntungan pribadi;

c. Mencari informasi atau data dengan tidak berbelit-belit atau mengada-

ada;

d. Menumbuhkan dan membina sikap positif.

4. Menggalang kerja sama yang sehat dengan auditan

a. Tidak mencari informasi dari pihak yang tidak kompeten tentang

masalah dan atau orang yang diaudit;

b. Tidak membicarakan hal-hal negatif pihak auditan kepada pihak yang

tidak berkepentingan;

Page 40: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 36

c. Saling memercayai, menghargai dan dapat bekerja sama dengan

auditan sesuai dengan tujuan audit;

d. Bersifat mendidik atau membina terhadap auditan dengan cara

membantu, mendorong, dan membimbing bila ada permasalahan yang

timbul dalam pekerjaannya dengan tidak merusak integritas dan

obyektivitas dalam pelaksanaan audit;

e. Tidak memberikan perintah yang sifatnya pribadi kepada auditan.

Sebagaimana halnya komunikasi intern tim, komunikasi dengan auditan dapat

dikaitkan dengan tahapan dalam audit. Berikut ini ciri-ciri penting komunikasi intern tim

yang terjadi dalam tahap-tahap audit:

1. Komunikasi pada awal pelaksanaan audit. Komunikasi pada awal

pelaksanaan audit belum dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

mengenai substansi permasalahan yang akan diaudit. Komunikasi pada tahap

ini terutama dimaksudkan untuk memeroleh kesamaan persepsi mengenai

mekanisme pelaksanaan audit dan memperoleh kesediaan auditan untuk

bekerja sama selama pelaksanaan audit. Dalam melakukan komunikasi pada

tahap ini auditor perlu berusaha menimbulkan kesan positif dari auditan.

Kesan positif ini penting didapat agar keengganan auditan untuk bekerjasama

dapat dikurangi. Agar dapat menimbulkan kesan positif tersebut, auditor,

antara lain, perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Datang ke tempat pertemuan tepat waktu.

b. Menjaga penampilan dengan sebaik-baiknya, antara lain: kerapihan

berpakaian dan kesopanan dalam sikap duduk dan berbicara.

c. Selalu mengingat kesepakatan tentang pembagian tugas dan

mekanisme jalannya pembicaraan.

d. Pembicaraan perlu diawali dengan perkenalan dan pembicaraan hal-hal

umum yang menarik agar tercipta suasana yang akrab dan santai.

e. Kepada pihak auditan perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan

hal-hal yang menurut pendapatnya perlu disampaikan, namun apabila

Page 41: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 37

pembicaraan telah menyimpang terlalu jauh dari tujuan pertemuan,

auditor perlu mengusahakan agar pembicaraan kembali ke jalur yang

seharusnya.

f. Tim audit harus menghindari pembicaraan yang dapat memersulit atau

menyinggung perasaan pihak auditan.

g. Auditor yang ditunjuk sebagai notulen hendaknya mengikuti

pembicaraan dengan cermat.

h. Sebelum pembicaraan diakhiri oleh pemimpin tim audit yang hadir, hal-

hal penting yang muncul dimintakan peneguhan dari pihak auditan.

i. Pada akhir pembicaraan perlu disampaikan kata penutup berupa ucapan

terima kasih dari tim audit atas kesediaan bekerja sama dari pihak

auditan.

2. Komunikasi selama pelaksanaan audit. Komunikasi selama pelaksanaan audit

antara auditor dengan auditan pada dasarnya bertujuan agar auditor dapat

memeroleh bukti audit yang cukup, kompeten, dan relevan sebagai dasar

untuk menyusun kesimpulan dan rekomendasi. Selama audit berlangsung,

terbuka kesempatan untuk melakukan komunikasi antara auditor dengan

auditan. Namun demikian, auditor perlu memertimbangkan saat yang tepat.

Pertimbangan tentang waktu dilakukannya komunikasi antara lain dengan

memerhatikan hal-hal berikut:

a. Komunikasi yang terlalu dini akan berakibat kurang tuntasnya

penyelesaian masalah, sedangkan bila terlalu lambat akan berakibat

telah basi (out-of-date) nya masalah yang bersangkutan.

b. Komunikasi yang terlalu sering akan dapat mengganggu kesibukan

auditan, sedangkan bila terlalu jarang dapat berakibat bertumpuknya

masalah yang dikomunikasikan sehingga penyelesaiannya menjadi tidak

tuntas.

3. Komunikasi pada akhir pelaksanaan audit. Komunikasi pada akhir

pelaksanaan audit terutama bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dan

persetujuan final dari pihak auditan atas seluruh temuan dan rekomendasi

Page 42: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 38

audit yang diperoleh yang nantinya akan dimuat di dalam laporan hasil audit.

Tanggapan dan persetujuan final ini sangat penting untuk meyakinkan auditor

bahwa seluruh temuan adalah obyektif dan semua rekomendasi layak dan

memungkinkan untuk dilaksanakan. Pelaksanaan komunikasi ini hendaknya

dilakukan dengan memertimbangkan kemungkinan diperlukannya tambahan

waktu untuk memeroleh bukti tambahan yang dibutuhkan sehingga perlu

diusahakan agar tidak dilakukan pada waktu pelaksanaan audit benar-benar

telah selesai.

4. Komunikasi tindak lanjut hasil audit. Komunikasi tindak lanjut hasil audit

bertujuan untuk meyakinkan bahwa auditan benar-benar telah melakukan

tindak lanjut rekomendasi audit secara tepat waktu sesuai dengan

kesanggupan dari auditan. Hal ini sejalan dengan Standar Audit Aparat

Pengawasan Fungsional Pemerintah yang menyatakan bahwa: Aparat

Pengawasan Fungsional Pemerintah harus memantau tindak lanjut atas

temuan beserta rekomendasi7.

5. Komunikasi tindak lanjut hasil audit dilakukan sejak diterbitkannya laporan

hasil audit beserta dokumen permintaan informasi pelaksanaan tindak lanjut

hasil audit dari Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) kepada pihak

auditan. Apabila tindak lanjut telah dilaksanakan, maka dokumen tersebut diisi

sesuai dengan rekomendasi yang telah ditindaklanjuti dan dikirimkan kembali

kepada APIP untuk didokumentasikan sebagai temuan yang telah

ditindaklanjuti. Sarana komunikasi lain berkaitan dengan tindak lanjut hasil

audit dapat berupa dilaksanakannya gelar pengawasan dan pemutakhiran

data/informasi tindak lanjut yang memertemukan seluruh pihak auditan

dengan APIP dan dilakukannya rekonsiliasi catatan temuan, rekomendasi,

serta tindak lanjutnya.

7 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Standar Audit Aparat Pengawasan

Fungsional Pemerintah, 1996

Page 43: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 39

C. KOMUNIKASI AUDITOR DENGAN PIHAK LAIN YANG TERKAIT

Selain dengan auditan, auditor juga berkomunikasi dengan pihak-pihak lain yang

terkait dengan penugasan audit. Komunikasi dengan pihak-pihak tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Komunikasi auditor dengan Instansi Teknis. Tujuan dilakukannya komunikasi

auditor dengan instansi teknis yang terkait adalah:

a. Untuk memeroleh informasi yang kompeten tentang suatu permasalahan

yang dijumpai oleh tim audit yang memerlukan penjelasan. Sebagai

contoh, auditor meminta penjelasan kepada Departemen Perhubungan

tentang batas minimal kedalaman suatu sungai untuk dapat dilayari oleh

suatu kapal dengan bobot tertentu.

b. Untuk meminta konfirmasi atau penegasan tentang suatu permasalahan

yang diduga akan menimbulkan kontroversi dengan pihak auditan.

Sebagai contoh, auditor meminta penegasan kepada Kepala Dinas

Kehutanan tentang tingkat rendemen minimal untuk hasil kayu olahan

dibandingkan dengan kayu log.

Komunikasi dengan instansi teknis terkait pada umumnya dilakukan secara

tertulis dan formal yang ditandai dengan dilakukannya komunikasi dalam

bentuk surat menyurat secara resmi. Namun demikian, untuk hal-hal yang

memerlukan penjelasan secara panjang lebar dapat juga dilakukan secara

lisan melalui pertemuan antara tim audit dengan pejabat instansi teknis terkait

yang hasilnya dituangkan dalam bentuk tertulis. Komunikasi dengan instansi

teknis terkait sifatnya ad hoc (tidak terjadwal) tetapi dapat dilakukan kapan

saja sepanjang terdapat cukup alasan dilakukannya komunikasi tersebut.

2. Komunikasi auditor dengan pihak ketiga yang ada hubungan kerja dengan

auditan. Komunikasi auditor dengan pihak ketiga yang memiliki hubungan

kerja dengan pihak auditan dimaksudkan untuk melakukan konfirmasi tentang

suatu data hasil audit guna memeroleh keyakinan tentang suatu masalah.

Komunikasi tersebut pada umumnya dilakukan secara tertulis. Karena secara

Page 44: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 40

formal auditor tidak memiliki hubungan kerja dengan pihak ketiga tersebut,

maka komunikasi ini dilakukan dengan sepengetahuan auditan, bahkan

secara formal yang meminta informasi itu adalah auditan. Tetapi jawaban

pihak ketiga tersebut hendaknya dapat langsung diterima oleh auditor tanpa

melalui auditan.

3. Komunikasi auditor dengan nara sumber/Pakar. Tujuan komunikasi auditor

dengan nara sumber/pakar pada prinsipnya tidak berbeda dengan tujuan

komunikasi dengan instansi teknis terkait, yaitu dalam rangka memeroleh

informasi yang kompeten dan konfirmasi tentang suatu permasalahan yang

diduga akan menimbulkan kontroversi dengan pihak auditan. Komunikasi

dengan nara sumber atau pakar perorangan pada umumnya dilakukan secara

tertulis dan dilakukan secara formal, yaitu dengan melakukan komunikasi

dalam bentuk surat menyurat secara resmi. Namun demikian, untuk hal-hal

yang membutuhkan penjelasan secara panjang lebar dan luas, dapat pula

dilakukan secara lisan, yaitu melalui suatu seminar dengan meminta nara

sumber sebagai pembicara tentang masalah yang diinginkan. Hasil seminar

tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis.

4. Komunikasi auditor dengan instansi penyidik (Kejaksaan/ Kepolisian).

Komunikasi dengan pihak instansi penyidik dimaksudkan untuk meningkatkan

keberhasilan penanganan penyelamatan keuangan/ kekayaan negara/daerah

serta guna meningkatkan daya cegah atas kemungkinan timbulnya perbuatan

yang dapat merugikan keuangan atau kekayaan negara/daerah di kemudian

hari. Komunikasi dengan pihak instansi penyidik dapat dilakukan baik secara

lisan maupun secara tertulis dan bersifat formal. Komunikasi secara lisan

dapat dilakukan antara lain berupa:

a. Pemaparan indikasi awal pada masa proses audit khusus atas suatu

kasus.

b. Pemberian informasi dalam rangka sebagai saksi ahli dalam suatu

kasus.

Page 45: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 41

Komunikasi secara tertulis antara lain berupa penyerahan laporan hasil audit

khusus yang di dalamnya memuat indikasi tindak pidana khusus dan tindak

perdata yang menimbulkan kerugian keuangan atau kekayaan negara/daerah.

Komunikasi ini dilakukan segera setelah laporan audit khusus selesai

ditandatangani oleh penanggung jawab audit.

Selain itu, komunikasi dengan pihak instansi penyidik dapat dilakukan

pada saat adanya permintaan bantuan penyelidikan suatu kasus, misalnya

berupa menghitung jumlah kerugian negara/daerah. Komunikasi dalam

rangka pemaparan indikasi awal dilakukan segera setelah diperoleh informasi

yang berindikasi adanya tindak pidana yang menurut pertimbangan tim audit

memerlukan pandangan atau pendapat dari pihak instansi penyidik guna

menguatkan tim audit tentang terpenuhinya unsur tindak pidana dalam kasus

yang bersangkutan.

Komunikasi dalam rangka sebagai saksi ahli dan pemberian bantuan

penyelidikan dilakukan sesuai dengan permintaan dari pihak instansi penyidik,

sedangkan komunikasi berupa penyerahan laporan dilakukan oleh

pejabat/petugas yang memiliki tanggung jawab untuk itu sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Komunikasi dalam rangka pemaparan indikasi awal dilakukan oleh tim

audit yang menangani kasus yang bersangkutan, sedangkan untuk

komunikasi dalam rangka sebagai saksi ahli dan pemberian bantuan

penyelidikan dilakukan oleh pejabat/petugas yang ditunjuk secara khusus

untuk itu.

Page 46: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 42

BAB 6

TEKNIK KOMUNIKASI AUDIT

A. TEKNIK WAWANCARA

Pelaksanaan audit memerlukan berbagai bentuk teknik komunikasi audit. Bentuk

komunikasi yang akan dibahas dalam modul ini adalah wawancara, presentasi, dan

konfirmasi.

Wawancara merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan dengan secara lisan

dengan menggunakan metode tanya jawab yang mempunyai tujuan. Selain kegiatan

audit seperti observasi, wawancara juga selalu digunakan oleh auditor untuk

memeroleh data ataupun fakta yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk memeroleh informasi,

pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, masa depan ataupun tanggapan seseorang

mengenai sesuatu hal. Wawancara juga berguna untuk menangkap aksi, reaksi

seseorang dalam membentuk gerak-gerik dan ekspresi seseorang dalam pembicaraan

sewaktu tanya jawab sedang berlangsung. Untuk itu auditor perlu mampu membaca

reaksi yang timbul dari auditan sehingga dapat turut membantu pencarian informasi

yang akan diperoleh.

Selanjutnya dalam proses wawancara selalu ada 2 (dua) pihak yang masing-

masing mempunyai kedudukan yang berlainan, pihak yang satu dalam kedudukan

Setelah memelajari bab ini peserta diklat diharapkan mampu melakukan teknik wawancara, presentasi, dan teknik komunikasi audit tertulis.

Page 47: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 43

sebagai pencari informasi sedangkan pihak lain dalam kedudukannya sebagai pemberi

materi informasi.

Dalam audit, wawancara memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai metode primer. Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat

pengumpul data atau metode utama dalam serangkaian metode

pengumpulan data lainnya, maka metode wawancara memiliki ciri sebagai

metode primer.

2. Sebagai metode pelengkap. Apabila wawancara digunakan sebagai alat

untuk mencari informasi yang dapat diperoleh dengan cara lain, maka ia akan

berfungsi sebagai metode pelengkap.

3. Sebagai kriterium. Apabila wawancara digunakan orang untuk tujuan menguji

kebenaran dan kemantapan suatu yang telah diperoleh dengan cara lain,

seperti: observasi, daftar pertanyaan, pengujian, maka ia akan berfungsi

sebagai kriterium.

Suasana psikologi antara Pewawancara dan Pihak Pemberi Keterangan perlu

diperhatikan. Suasana psikologi dalam wawancara ditandai dengan suasana kerja

sama yang baik, penuh persahabatan, ramah tamah, saling menghargai, saling

mempercayai, merasa aman, nyaman dan merasa tidak terancam.

Suasana ini penting diciptakan dalam suatu wawancara karena hanya dalam

suasana seperti inilah informasi dapat diperoleh secara baik dan sesuai dengan tujuan

wawancara. Dalam hal ini, tugas seseorang pewawancara tidak terbatas hanya untuk

memeroleh informasi saja, tetapi juga mencari jalan ke arah pembentukan suatu

wawancara yang sebaik-baiknya.

Untuk dapat menciptakan suasana psikologi yang konduksif serta memeroleh

informasi yang optimal, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

wawancara:

1. Penampilan pewawancara akan menimbulkan kesan baik atau buruknya

pihak pewawancara dari pihak yang diwawancarai.

2. Pembicaraan pembukaan yang ramah tamah pada permulaan wawancara.

Page 48: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 44

3. Kemukakan tujuan wawancara dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh

pihak yang diwawancarai dan kemukakan dengan segala kerendahan hati

dan bersahabat.

4. Tariklah minatnya ke arah pokok-pokok persoalan yang akan ditanyakan.

5. Timbulkan suasana yang bebas sehingga pihak yang diwawancarai tidak

merasa tertekan, baik oleh pertanyaan yang diajukan maupun oleh suasana

wawancara yang berlangsung.

6. Pewawancara tidak boleh memerlihatkan sikap yang tergesa-gesa, sikap

kurang menghargai jawaban atau sikap yang kurang percaya.

7. Berikan dorongan kepada pihak yang diwawancarai, yang dapat menimbulkan

perasaan bahwa ia adalah orang yang penting dan diperlukan sekali dalam

kerjasama serta bantuannya untuk memberikan informasi.

Berikut ini uraian bagaimana melakukan wawancara.

1. Pertanyaan Pembukaan. Pada tahap permulaan dari wawancara hendaknya

pertanyaan berkisar pada masalah yang netral dan ringan. Pertanyaan yang

to the point dapat mengejutkan pihak yang diwawancarai, begitu pula

pertanyaan yang terlalu berat. Hal ini dapat mengakibatkan pihak yang

diwawancarai menjadi terkejut dengan sikap menarik diri, melawan atau

bahkan menolak. Hal ini tentunya harus dihindari dalam suasana wawancara.

2. Gaya Bicara. Gaya bicara dalam wawancara hendaknya tersusun baik,

jangan berbelit-belit.

3. Nada dan Irama. Penggunaan kata-kata yang monoton, tidak ada nadanya

dapat menimbulkan suasana yang membosankan dalam wawancara. Nada

berfungsi agar orang yang kita wawancarai dalam keadaan “bangun” dan

dapat mengisyaratkan bagian mana dari pembicaraan yang penting dan

meminta perhatian yang lebih banyak. Selain nada, irama bicara juga dapat

membantu dalam kelancaran wawancara. Jangan bicara terlalu lambat

ataupun terlalu cepat sehingga kesannya mendapat pertanyaan yang bertubi-

Page 49: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 45

tubi yang dapat mengakibatkan pihak yang diwawancarai kurang memiliki

kesempatan untuk menyelesaikan suatu jawaban secara lengkap.

4. Sikap Pewawancara. Sikap pewawancara idealnya dapat menimbulkan

suasana penuh keakraban, suasana yang bebas dan tidak kaku serta penuh

kehangatan. Suasana ini tidak akan diperoleh bilamana:

a. Pewawancara bersikap sebagai seorang polisi yang menginterogasi

seorang tertuduh.

b. Pewawancara bersikap sebagai seorang maha guru yang sedang

memberikan ceramah.

c. Pewawancara bersikap kurang menghargai, kurang percaya atau

berulang-ulang memberikan celaan terhadap jawaban yang kurang ia

senangi.

5. Uraian dengan kata-kata sendiri (paraphrase). Peranan pewawancara

adalah harus dapat membentuk pihak yang diwawancarai agar dapat

merumuskan keterangannya dalam kata-kata yang lebih tepat dan begitu juga

pewawancara terhadap dirinya sendiri. Tetapi hal ini harus dilakukan secara

hati-hati, jangan sampai mengubah hitam menjadi putih atau sebaliknya.

6. Mengadakan Penggalian (Probing). Probing adalah penggalian yang lebih

mendalam dari suatu wawancara. Hal ini dapat dilihat bilamana pihak yang

diwawancarai telah memberikan pernyataan atau jawaban yang cukup jelas,

akan tetapi pewawancara ingin mengetahui lebih dalam mengenai jawaban

yang telah diberikan.

7. Membuat Catatan. Buatlah catatan dari hasil wawancara yang diperoleh agar

mendapatkan data yang seobyektif mungkin.

8. Menilai Jawaban. Ketelitian dari pencatatan dan paraphrase tergantung

kepada ketepatan penilaian pewawancara terhadap jawaban ataupun

informasi yang diberikan pihak yang diwawancarai.

9. Terdapat 2 (dua) hal penting berkaitan dengan menilai jawaban:

Page 50: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 46

a. Sikap phenomenologi, artinya: kesediaan untuk menanggalkan semua

konsepsi awal (preconceptions), prasangka (prejudice), dan motif

subyektif lainnya.

b. Sikap faktual, artinya: tidak terkurung oleh jalan pikiran (reasoning)

sendiri serta tidak menarik kesimpulan tanpa dasar suatu fakta yang

obyektif.

Salah satu bentuk teknik komunikasi dalam audit yang banyak dilakukan adalah

wawancara yang dituangkan dalam Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK).

Menurut pasal 184 Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

disebutkan bahwa untuk membuktikan suatu tindak pidana, terdapat 5 (lima) alat bukti

yang dapat diajukan, yaitu: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan

keterangan terdakwa. Terhadap keterangan saksi, keterangan ahli maupun keterangan

terdakwa, penyidik menuangkannya ke dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang

nantinya menjadi satu dokumen dalam berkas penuntutan.

Bagi pelaksanaan pekerjaan audit, seorang auditor menghimpun data/informasi

yang dituangkan ke dalam Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK). Media ini tidak

berfungsi atau memiliki kekuatan hukum seperti BAP yang dibuat penyidik, akan tetapi

dalam proses penyidikan BAPK dapat dimanfaatkan oleh penyidik untuk

pengembangan dalam mencari alat-alat bukti yang memenuhi persyaratan hukum di

persidangan.

BAPK dibuat dengan tujuan mendokumentasikan proses wawancara dengan pihak-

pihak yang terkait dengan kasus penyimpangan/kejahatan yang diaudit, baik tersangka,

saksi-saksi maupun pihak korban, yang dapat dipergunakan sebagai:

1. Bukti konfirmasi atas materi temuan hasil audit kepada pihak-pihak yang

diduga bertanggungjawab dan atau terkait atas suatu kasus

penyimpangan/kejahatan;

2. Bukti pelengkap dalam penyajian/pengungkapan fakta-fakta dan proses

kejadian (modus operandi penyimpangan).

Page 51: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 47

Permintaan keterangan dalam rangka audit investigasi adalah tanya jawab

(wawancara) dengan seseorang (auditan) atau pihak-pihak lain yang diperlukan untuk

dimintai keterangan dalam rangka audit suatu kasus penyimpangan melalui pengajuan

pertanyaan secara lisan yang bersistem. Sedangkan BAPK adalah dokumen yang

merekam tanya jawab dimaksud, meliputi waktu dan tempat terjadinya permintaan

keterangan, pihak yang diminta keterangan serta materi tanya-jawab yang terjadi.

Perbedaan antara teknik wawancara dengan BAPK yang dapat diklasifikasikan

sebagai teknik interogasi terletak pada tujuannya. Teknik wawancara adalah proses

tanya-jawab yang bertujuan untuk memeroleh sebanyak mungkin informasi mengenai

suatu penyimpangan/kejahatan yang terjadi. Sedangkan interogasi merupakan proses

wawancara yang bertujuan untuk memeroleh pengakuan dari tersangka serta

mendapatkan penjelasan mengenai fakta-fakta penyimpangan/ kejahatan yang terjadi.

Tujuan interogasi terdiri dari tujuan primer dan tujuan sekunder. Tujuan primer dari

teknik interogasi adalah:

1. Memastikan secara rinci kapan dan bagaimana suatu

kejahatan/penyimpangan terjadi;

2. Untuk mengetahui berapa orang yang tersangkut dalam kejahatan/

penyimpangan itu dan peranan masing-masing;

3. Untuk memeroleh data yang cukup sebagai dasar melakukan interogasi

lanjutan jika diperlukan;

4. Untuk memersempit ruang lingkup orang-orang yang diduga melakukan

kejahatan/penyimpangan, sehingga tercegah penindakan terhadap orang

yang tidak bersalah.

Sedangkan tujuan sekundernya adalah:

1. Mengungkapkan pola kejahatan/penyimpangan yang dilakukan seseorang

yang bersalah dan pelaku peserta yang bekerja untuk pelaku utama yang

mungkin adalah residivis;

2. Untuk menemukan hasil-hasil kejahatan.

Page 52: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 48

Jenis pertanyaan yang biasa dipakai dalam BAPK adalah:

1. Pertanyaan umum/biasa (general questions). Pertanyaan jenis ini berkaitan

dengan hal-hal yang bersifat umum yang tidak terfokus kepada masalah

penyimpangan yang sedang diaudit. Biasanya dimulai dengan pertanyaan

tertutup, yaitu jawaban yang diperoleh berbentuk pernyataan “ya, tidak, tidak

tahu” dan sebagainya. Selanjutnya diikuti dengan pertanyaan terbuka yang

jawabannya berbentuk kalimat penjelasan.

2. Pertanyaan khusus (specific questions). Pertanyaan jenis ini terfokus pada

aspek-aspek kasus penyimpangan yang sedang diaudit. Pada pertanyaan ini

juga biasanya diawali dengan pertanyaan tertutup dan diteruskan dengan

pertanyaan terbuka.

3. Pertanyaan bersifat umpan (bait questions). Pertanyaan jenis ini biasanya

dirancang untuk menggiring atau menjebak pihak yang diwawancarai.

Biasanya pertanyaan jenis ini dikembangkan dari hasil investigasi atau dari

wawancara sebelumnya dengan pihak yang diwawancarai atau pihak-pihak

lain yang terkait.

Dalam melaksanakan teknik interogasi setiap pertanyaan harus efektif, artinya

mempunyai tujuan yang jelas, tidak sekedar ingin tahu. Pertanyaan haruslah

sederhana, tidak langsung, dan bersifat netral, tidak berbelit-belit serta jangan

membingungkan. Auditor harus meyakinkan pihak yang diwawancarai, terutama

terhadap saksi, jangan sampai memersulit posisi dan keamanannya, sehingga akan

diperoleh informasi yang dapat dipercayai.

B. TEKNIK PRESENTASI

Media lain dalam berkomunikasi adalah presentasi, yaitu menyampaikan pesan

berupa ide atau gagasan kepada khalayak atau sekelompok orang melalui teknik

presentasi. Terdapat beberapa keuntungan dilakukannya penyampaian suatu pesan

melalui presentasi, yaitu:

Page 53: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 49

1. Teknik presentasi merupakan teknik yang efisien, karena dapat menghemat

waktu dibandingkan apabila pesan berupa ide atau gagasan disampaikan

dalam bentuk proposal tertulis.

2. Teknik presentasi adalah teknik yang efektif, karena dengan komunikasi tatap

muka tersebut umpan balik verbal maupun non verbal segera diperoleh.

3. Teknik presentasi adalah teknik yang memiliki pengaruh yang besar. Melalui

komunikasi lisan dengan media teknik presentasi memungkinkan penyaji

memiliki peluang untuk memengaruhi para komunikannya. Sebagai contoh,

sebagian besar orang sulit untuk mengatakan “tidak” secara pribadi

dibandingkan melalui surat atau memorandum. Antusiasme, penampilan,

isyarat vokal, dan faktor-faktor lain dapat meningkatkan kelebihan teknik ini

sehingga teknik presentasi ini memiliki tingkat probabilitas keberhasilan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan teknik lain.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam merencanakan suatu presentasi antara lain:

1. Kaji tujuan anda. Anda dapat bertanya kepada orang yang meminta anda

berbicara, untuk meyakinkan bahwa anda berdua berada pada “panjang

gelombang yang sama”. Pengkajian tujuan memaksa anda menentukan apa

yang anda inginkan dari para penyimak dengan tepat. Contoh: anda

memerlukan persetujuan pimpinan atas 5 (lima) obyek audit (auditan) yang

dipilih dari sejumlah auditan sebagai usulan rencana audit di lingkungan

Page 54: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 50

bidang anda. Tujuan harus ditulis dalam kalimat yang sederhana, jelas, dan

singkat yang memenuhi kriteria: deskriptif, spesifik, dan realistis.

2. Menganalisis khalayak. Penyaji harus memahami sifat badan atau pihak

pengambil keputusan yang meliputi:

a. Apa nama kelompok atau orang yang anda akan hadapi?

b. Apa fungsi pengambil keputusan mereka?

c. Siapa yang akan mengatur kelompok? Apa tanggung jawab pekerjaan

mereka? Seberapa besar pengaruh yang akan dimiliki setiap orang

dalam keputusan?

d. Apa yang diketahui kelompok tentang anda?

e. Apa kesan kelompok terhadap bidang yang anda wakili?

f. Apa tanggapan terhadap proposal sebelumnya?

3. Mengembangkan gagasan utama. Pengembangan ide atau gagasan utama

merupakan hal yang penting seiring dengan pengembangan awal dalam

tujuan dan analisis khalayak. Tujuan ini selalu terpusat pada khalayak atau

pihak yang akan disajikan. Contoh: Pelatihan keterampilan presentasi

diperlukan supaya para ketua tim audit dapat lebih efisien dan efektif dalam

memaparkan hasil auditnya kepada pengawas, pengendali mutu, maupun

kepada pihak luar.

4. Mengembangkan pokok-pokok utama. Langkah berikutnya dalam

persiapan adalah mengembangkan pokok-pokok utama atau kunci yang

membentuk tulang punggung pesan atau yang merencanakan garis besar

subdivisi utama. Setiap pokok utama harus mendukung, menggambarkan,

atau memperjelas gagasan pokok dari suatu pesan. Karena para komunikan

(penyimak) benar-benar perlu mengingat dan memahami pokok-pokok kunci,

maka penyaji harus mengutarakannya dengan bahasa yang jelas, sederhana,

dan ringkas. Pokok-pokok utama dapat menaati rangkaian perintah yang

bersifat:

Page 55: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 51

a. Kronologis apabila tujuan penyaji berlaku selama rangkaian waktu

tertentu. Pola ini adalah pola yang praktis untuk ringkasan informatif,

namun dapat pula diadaptasi untuk proposal persuasif.

b. Topikal. Pola ini berhubungan dengan topik. Topik utama dibagi ke

dalam beberapa kategori. Seringkali, pola ini terkait dengan pembuatan

daftar alasan yang membenarkan penerimaan proposal.

c. Spasial. Pola ini disusun secara berurutan yang sistematis dari suatu

topik utama. Pola ini lebih praktis untuk penyajian yang bersifat informatif

walaupun dapat pula diadaptasi untuk membuat proposal persuasif.

d. Kausal. Pola ini membahas penyebab suatu masalah dan

mempertimbangkan akibat-akibatnya. Penyaji juga dapat membahas

secara terbalik, yaitu dengan cara memeriksa kondisi yang sudah

diketahui beserta akibatnya dan kemudian memberikan penjelasan

mengenai penyebabnya.

e. Pemecahan masalah. Pola ini membagi topik menjadi 2 (dua) hal, yaitu:

mendiagnosis masalah dan memberikan suatu cara untuk memecahkan

masalah. Pola ini sangat cocok untuk proposal yang bersifat persuasif.

f. Pemikiran bijaksana. Pola ini mencakup 6 (enam) tahapan, yakni: (1)

mendefinisikan dan membatasi masalah; (2) menganalisis masalah; (3)

menghasilkan pemecahan yang memungkinkan; (4) menilai pemecahan

yang disarankan; (5) memilih pemecahan terbaik; dan (6) pelaksanaan

pemecahan.

g. Sekuen termotivasi. Pola ini menggunakan sekuen gagasan yang

melalui proses normal pemikiran manusia, akan memotivasi khalayak

untuk menanggapi tujuan penyaji. Pola ini menggunakan 5 (lima)

langkah, yakni: (1) perhatian; (2) kebutuhan; (3) pemuasan; (4)

visualisasi; dan (5) tindakan.

5. Mengonsultasikan sumber-sumber informasi. Mengkonsultasikan sumber

informasi yang tersedia untuk menambah pengetahuan dan wawasan penyaji

merupakan langkah persiapan selanjutnya. Setelah memertimbangkan

Page 56: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 52

pengetahuan dan pengalaman anda sendiri, buatlah daftar pokok-pokok yang

anda belum ketahui namun anda butuhkan, kemudian lakukan penyelidikan

yang menyeluruh untuk memeroleh informasi tersebut. Anda dapat

mendelegasikan tugas pengumpulan informasi ini kepada orang lain.

6. Mencatat data. Ketika mengumpulkan data, anda perlu mencatat data itu

dalam bentuk yang akurat dan sistematis sehingga memudahkan anda

memperoleh sumber-sumber untuk pembuktian atau referensi mendatang.

Hal yang bijaksana apabila anda mengumpulkan lebih banyak informasi

daripada informasi yang seharusnya anda gunakan dalam penyampaian

pesan. Informasi tambahan ini berguna apabila anda tertantang oleh seorang

anggota khalayak (komunikan) selama atau setelah presentasi.

7. Membuat sketsa presentasi. Setelah mengumpulkan dan membuat daftar

materi, sketsa (garis besar/outline) harus anda susun secara berurutan yang

logis. Buatlah sketsa dari semua materi dalam bentuk yang menurut anda

paling berguna untuk menyusun kata-kata dan menyampaikan presentasi.

Pada saat melakukan presentasi, keterampilan mengekspresikan diri secara efektif

dan membangun keakraban tetap penting. Sebagian kesuksesan presentasi ditentukan

oleh keterampilan-keterampilan tersebut di samping kejelasan isi.

C. KOMUNIKASI TERTULIS

Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang diungkapkan kepada komunikan

dengan cara tertulis. Komunikasi tertulis ini dituangkan dalam bentuk surat, kertas

kerja, memo, dan laporan.

Yang patut diperhatikan dalam komunikasi tertulis adalah penulisan yang baik.

Penulisan harus diusahakan agar tidak menimbulkan salah pengertian yang dapat

menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi. Persyaratan penulisan yang baik

adalah:

1. Ditulis dalam format atau bentuk yang menarik;

Page 57: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 53

2. Memiliki maksud dan tujuan;

3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti;

4. Penggunaan bahasa yang baik dan benar;

5. Penggunaan bahasa disesuaikan dengan kemampuan pemahaman dari pihak

pembaca;

6. Mencerminkan pengertian terhadap masalah-masalah yang dihadapi atau

yang dituju;

7. Hindari penggunakan kata atau kalimat yang dapat membingungkan

pembaca; dan

8. Menunjukkan budi bahasa dan kewibawaan penulis.

Bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam audit antara lain adalah:

1. Laporan Hasil Audit.

2. Kertas Kerja Audit.

3. Daftar Pertanyaan (Kuesioner).

4. Konfirmasi.

Apabila tim audit secara geografis berjauhan atau apabila dibutuhkan data

kuantitatif, teknik kuesioner dapat menjadi media yang paling berguna. Daftar

Pertanyaan memungkinkan individu anggota tim untuk menuliskan apa yang mereka

rasa tidak pantas untuk diungkapkan secara lisan. Lebih dari itu, kuesioner dapat

dianalisis secara akurat dan dapat memberikan data kuantitatif yang solid untuk

mendukung temuan data kualitatif. Contoh kuesioner adalah sebagai berikut:

Audit dilakukan terhadap proyek pemberantasan hama wereng pada lahan pertanian seluas 30 hektar di daerah Kabupaten X pada tahun anggaran 2005. Kuesioner diberikan kepada sejumlah petani berjumlah 90 orang. Contoh pertanyaan-pertanyaannya sebagai berikut:

Page 58: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 54

No. Pertanyaan Jawaban Keterangan

Ya Tidak

1. Apakah lahan pertanian yang bapak kelola memberikan hasil yang buruk karena terserang hama wereng?

2. Jenis pestisida yang dipakai dalam pemberantasan hama: - Alami/organik? - Kimiawi?

3. Apakah selama ini bapak telah diberikan penyuluhan mengenai pemberantasan hama wereng oleh petugas penyuluhan?

4. Jika jawaban nomor 3: ya, apakah frekuensi penyuluhan telah diberikan sebanyak 2 kali ke atas?

5. Setelah dilakukan penyem-protan hama, apakah ada peningkatan hasil panen? Sampai jumlah berapa ton?

6. Apakah jenis pestisida yang diberikan benar-benar cocok dan dapat memberantas hama wereng sehingga tuntas?

7. Berapa kali dalam 1 (satu) tahun anggaran ini diberikan bantuan pestisida?

8. Apakah bantuan pestisida dari pemerintah

telah memadai? Dalam jumlah berapa bantuan pestisida yang dibutuhkan?

Konfirmasi adalah surat permintaan penegasan dengan pihak ketiga mengenai

suatu data atau informasi sehingga auditor akan meyakini kebenaran dari angka-angka

pembukuan, bukti-bukti pengeluaran maupun bukti-bukti penerimaan dan bukti-bukti

lainnya. Sebagai contoh, Catatan Bendaharawan Proyek Pengadaan untuk lahan

seluas 20 ha di Kabupaten X menunjukkan saldo bank per 15 Februari 2007 sebesar

Rp 17.500.000,00. Untuk lebih meyakinkan auditor, apakah saldo bank tersebut sesuai

dengan yang tersimpan di Bank, maka diadakan konfirmasi dengan Bank yang

bersangkutan.

Page 59: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 55

Contoh konfirmasi yang dibuat dan dikirim oleh Bendaharawan sebagai berikut:

AKTIVITAS:

Yth. Pimpinan Bank XYZ di Kabupaten X Dengan hormat, Sehubungan dengan adanya audit yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah Kabupaten X dengan surat tugas No. ST-005.BWD/2003 tanggal 5 Februari 2007, maka dengan ini kami mohon dapat diberikan keterangan tertulis saldo bank per 15 Februari 2007 atas rekening Proyek Pengadaan Pembibitan untuk lahan seluas 20 ha di Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat. Keterangan tertulis tersebut dapat Saudara kirim langsung ke kantor kami. Atas kerjasamanya, kami sampaikan terima kasih. Jakarta, 14 Februari 2003 Bendaharawan Proyek Pengadaan Pembibitan Lahan 20 ha Kab. Pandeglang Jawa Barat (Ali Syamsuddin, SE)

NIP .............

Page 60: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 56

KASUS WAWANCARA I : APAKAH SANG AUDITOR KOMPETEN?

Tim Anda sedang melaksanakan tugas audit terhadap BUMD yang bergerak di

bidang pabrikasi. Produk utama BUMD tersebut adalah mainan anak-anak.

Karakteristik utama pabrikasi mainan anak-anak adalah proses produksi yang

menggunakan 4 mesin yang dapat diubah-ubah kombinasi urutan prosesnya.

BUMD tersebut mempunyai Satuan Pengawas Intern (SPI). Kepala SPInya seorang

yang pemalu dan cenderung pendiam. Anda merasa perlu melakukan pengujian

substantif terhadap kompetensi Kepala SPI. Karena itu, siapkan wawancara untuk

mendapatkan informasi tentang pendidikan, pelatihan atau informasi lainnya untuk

menilai apakah Kepala SPI memiliki kompetensi yang memadai untuk menjadi

auditor.

Siapkan daftar pertanyaan wawancara, lakukan wawancara dengan instruktur

berperan sebagai Kepala SPI.

KASUS WAWANCARA II : APAKAH HASIL PELATIHAN DIMANFAATKAN?

Tim Anda sedang mengaudit kegiatan pelatihan Standar Pelaksanaan Audit untuk para

auditor Satuan Pengawas Intern (SPI) BUMD. Standar pelaksanaan audit mengharuskan

auditor untuk merencanakan audit dengan cermat, yaitu:

1. Mengawasi secara memadai pelaksanaan tugas anggota tim.

2. Mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten.

3. Mendokumentasikan pelaksanaan kerja dengan baik.

Anda merasa perlu melakukan pengujian substantif terhadap pemanfaatan hasil

pelatihan, dengan cara mewawancara peserta. Peserta yang Anda wawancarai adalah

seorang ekstrovert. Informasi yang harus Anda kumpulkan adalah apakah pengetahuan

yang dimiliki peserta telah dimanfaatkan dalam melaksanakan audit.

Siapkan daftar pertanyaan wawancara, lakukan wawancara dengan instruktur berperan

sebagai Auditor SPI.

Page 61: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 57

BAB 7

MENGELOLA KONFLIK

A. PENGERTIAN KONFLIK

William dan Hocker5 dalam bukunya Interpersonal Conflict (2001) mendefinisikan

konflik sebagai berikut:

konflik adalah suatu pertentangan antara sedikitnya 2 (dua) pihak yang

saling memiliki ketergantungan satu sama lain namun mempunyai tujuan

atau sasaran yang tidak sama, memiliki keterbatasan sumber daya, dan

campur tangan pihak lain dalam mencapai sasarannya masing-masing.

Secara singkat konflik dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak sama atau tidak

sesuai diantara pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda. Konflik atau

ketegangan dapat terjadi dalam pelaksanaan audit karena adanya perbedaan

kepentingan dan individual. Untuk mencapai suatu kerjasama yang harmonis dalam

pelaksanaan audit, seorang auditor harus mewaspadai terjadinya konflik karena akan

dapat merusak keharmonisan kerja, dan memiliki keterampilan untuk merespon konflik

dengan baik.

5 Wilmot, William W., Hocker, Joyce L., Interpersonal Conflict, McGraw-Hill, 6th edition, 2001

Setelah memelajari bab ini peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan pengertian, sumber dan bentuk, dan proses komunikasi serta faktor-faktor manusia dalam komunikasi.

Page 62: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 58

B. SUMBER KONFLIK

Berikut ini adalah beberapa sumber konflik atau pemicu terjadinya konflik:

1. Perbedaan kepentingan atau tujuan. Tiap individu memiliki kepentingan yang

berbeda di dalam organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan peran

masing-masing. Contoh sederhana, auditor berkepentingan untuk

mengungkap adanya kinerja yang buruk, sementara auditan berkepentingan

untuk mencapai kinerja yang baik. Kondisi ini dapat memicu konflik.

2. Perbedaan individual. Adanya perbedaan dalam pola pikir, kepribadian, sikap,

dan perilaku, juga berpotensi memicu terjadinya konflik. Sebagai contoh,

auditor muda dengan sedikit pengalaman audit menekan auditor senior untuk

melaksanakan pengujian pengendalian, sementara auditor senior menolak

melaksanakan pengujian pengendalian, karena dia yakin pengujian substantif

secara langsung akan memadai untuk proses pembuktian. Perbedaan pola

pikir ini bersifat individual dan dapat memicu konflik.

3. Perbedaan nilai dan keyakinan. Adanya perbedaan dalam nilai dan keyakinan

dapat membuat pertentangan mengenai yang baik dan buruk atas hal yang

sama. Sebagai contoh, Adi menilai bahwa kegiatan makan siang dengan

auditan adalah kegiatan yang buruk yang harus dihindari oleh auditor.

Sementara Badu menilai kegiatan makan siang bersama auditan adalah

kegiatan yang positif, karena dapat menimbulkan suasana kerjasama.

4. Keterbatasan sumberdaya. Usaha pencapaian tujuan selalu memerlukan

penggunaan sumberdaya. Konflik dapat terjadi ketika keterbatasan

sumberdaya dapat menghambat usaha pencapaian tujuan dari masing-

masing pihak yang berkonflik. Contoh, konflik antar anggota yang terjadi

karena ketersediaan biaya perjalanan dinas hanya memungkinkan 1 orang

saja yang berangkat, sementara anggota tim lain menjadi kesulitan untuk

menyelesaikan tugas jika tidak tersedia biaya untuk perjalanan dinas.

Page 63: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 59

C. BENTUK KONFLIK

Beberapa bentuk konflik yang mungkin timbul dalam pelaksanaan audit adalah:

1. Konflik di dalam individu sendiri. Konflik ini terjadi dalam batin individu.

Pemicu konflik umumnya adalah adanya perbedaan tujuan, kepentingan, nilai,

dan keyakinan.

2. Konflik antar pribadi (konflik individu dengan individu). Konflik ini terjadi antara

seorang individu atau lebih yang sifatnya dapat substantif atau emosional.

Contoh konflik semacam ini sering terjadi dalam bermasyarakat, baik formal

maupun informal. Seorang memiliki pandangan, persepsi, kepercayaan yang

berbeda dengan orang lain. Apabila sikap seseorang tersebut tidak mudah

bertoleransi, maka konflik antar individu tersebut mudah sekali terjadi.

3. Konflik antar kelompok. Situasi konflik ini muncul dalam organisasi sebagai

suatu jaringan kerja kelompok-kelompok yang saling kait mengait. Konflik ini

merupakan hal yang lazim terjadi dalam organisasi. Konflik ini dapat

menyebabkan upaya koordinasi dan integrasi menjadi sulit dilaksanakan.

Contoh: Pada suatu lembaga pengawasan tertentu memiliki beberapa bidang

pengawasan. Masing-masing bidang memiliki sasaran agar seluruh

penugasan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil pengawasan yang

prima. Konflik antar bidang terjadi ketika sumber daya lembaga pengawasan

tersebut menjadi terbatas. Masing-masing bidang menginginkan jumlah

anggaran yang memadai dan tenaga pengawas yang berkualitas, padahal

total anggaran yang tersedia tidak mencukupi dan jumlah tenaga pengawas

tidak banyak dan variatif dari segi kemampuan dan keterampilannya.

4. Konflik antar organisasi. Konflik dapat pula terjadi antara organisasi dengan

organisasi. Konflik umumnya dipicu karena adanya persaingan dan konflik ini

berskala besar dibandingkan dengan konflik-konflik lainnya. Contoh yang

paling banyak terjadi ada di lingkungan unit-unit usaha swasta. Namun di

lingkungan sektor publik pun konflik tersebut dapat saja terjadi. Misalnya,

keputusan penetapan standar akuntansi keuangan daerah melibatkan

Page 64: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 60

kepentingan dari beberapa instansi pemerintah seperti: Departemen

Keuangan, Departemen Dalam Negeri, dan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) serta instansi lain.

D. MENGELOLA KONFLIK

Konflik harus dikelola, karena ada dua kemungkinan akibat yang ditimbulkan oleh

konflik. Kemungkinan pertama, konflik memberi akibat negatif berupa kacaunya

suasana, gangguan atau terputusnya hubungan antar manusia bahkan menghalangi

tercapainya tujuan. Sedangkan kemungkinan kedua, konflik berakibat positif berupa

adanya dorongan berkompetisi, dan memberi kemungkinan lahirnya inovasi. Sebagai

contoh, adanya pertentangan pendapat dari masing-masing pihak jika ditangani dengan

baik justru dapat mengungkapkan berbagai gagasan inovatif. Jadi penting bagi kita

untuk mengetahui berbagai cara menangani konflik, agar akibat negatif konflik dapat

dikurangi, sedangkan peluang mendapatkan manfaat konflik ditingkatkan.

Prof. DR. Winardi, SE dalam bukunya Manajemen Konflik mengungkapkan 5 (lima)

macam gaya manajemen konflik, yaitu:6

1. Tindakan menghindari. Gaya ini bersikap tidak kooperatif dan tidak asertif

(unsur memaksa), menarik diri dari situasi yang berkembang dan atau

bersikap netral dalam segala macam “cuaca”.

2. Kompetisi atau komando otoritatif. Gaya ini bersikap tidak kooperatif tetapi

asertif (unsur memaksa), bekerja dengan cara menentang keinginan pihak

lain, berjuang untuk mendominasi dalam suatu situasi “menang-atau-kalah”,

dan atau memaksakan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan

tertentu dengan menggunakan kekuasaan yang ada.

3. Akomodasi atau meratakan. Gaya ini bersikap kooperatif tetapi tidak asertif

(unsur memaksa), membiarkan keinginan pihak lain menonjol, meratakan

6 Winardi, Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan), Mandar Maju, 1994

hal. 18–19

Page 65: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 61

perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni yang diciptakan

secara buatan.

4. Kompromis. Gaya ini bersikap cukup kooperatif dan asertif (unsur memaksa),

namun tidak sampai pada tingkat yang ekstrim. Bekerja menuju ke arah

pemuasan kepentingan parsial semua pihak yang berkepentingan,

melaksanakan upaya tawar menawar untuk mencapai solusi yang dapat

diterima (akseptabel) tetapi bukan pemecahan optimal sehingga tidak seorang

pun merasa bahwa ia menang atau kalah secara mutlak.

5. Kolaborasi (kerjasama) atau pemecahan masalah. Gaya ini bersikap

kooperatif dan asertif (unsur memaksa), berupaya untuk mencapai kepuasan

benar-benar setiap pihak yang berkepentingan dengan jalan bekerja melalui

perbedaan-perbedaan yang ada, mencari dan memecahkan masalah

sedemikian rupa sehingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai

hasilnya.

Gambar 7.1. menggambarkan kelima macam gaya manajemen konflik tersebut

dalam dimensi derajat kerjasama dan asertivitas.

Page 66: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 62

Gambar 7.1

Skema Gaya Manajemen Konflik

Beberapa hal yang harus diperhatikan seorang auditor dalam memecahkan suatu

konflik meliputi:

1. Identifikasi sumber konflik atau ketegangan. Dalam penugasan audit,

konflik dapat terjadi antara sesama anggota tim audit, yakni: antara ketua tim

dengan anggota tim, ketua tim dengan pengendali teknis, pengendali teknis

dengan pengendali mutu dan sebagainya. Demikian pula konflik dapat terjadi

antara auditor dengan auditan. Untuk memecahkan masalah konflik perlu

dipertimbangkan ciri-ciri kepribadian, sikap dan perilaku, serta motivasi orang

yang terlibat dalam situasi konflik tersebut.

2. Tindakan yang perlu dilakukan oleh pemimpin saat terjadinya konflik,

misalnya konflik terjadi antara ketua tim audit dengan pihak auditan.

a. Hindari sikap mencari “kambing hitam” tetapi mencari inti permasalahan.

Sebagai contoh, ada auditan yang merasa disalahkan karena ada

pembelian fiktif yang dapat dibuktikan oleh auditor bahwa kantor telah

membeli komputer beserta printe , namun secara fisik barang tersebut

tidak ada. Pihak auditan bersikeras bahwa barang tersebut ada namun

Asertivitas

Akomodasi

Kompetisi / Otoritatif

Menghindar

Kolaborasi Tinggi

Moderat

Rendah

Rendah Moderat Tinggi

Kompromi Asertivitas

Page 67: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 63

telah didistribusikan ke daerah tanpa dapat menunjukkan bukti tanda

terima penyerahan barang atau pengiriman barang. Untuk mencari

solusinya dilakukan pemeriksaan fisik ke lapangan, yaitu ke daerah

dimana barang tersebut diserahkan. Ternyata barang tersebut memang

tidak dijumpai di daerah yang diklaim telah menerima pendistribusian

tersebut. Untuk itu, pihak auditan bersama auditor membuat berita acara

pemeriksaan fisik sebagai bukti yang mendukung atas temuan audit

sehingga temuan audit tersebut tidak dapat dielakkan lagi oleh

penanggung jawab kantor auditan.

b. Pengendali teknis diminta melakukan komunikasi secara sportif. Sebagai

contoh, temuan ketua tim audit mengungkapkan bahwa bahan yang

digunakan untuk pembuatan gedung tidak sesuai dengan spesifikasi

yang tercantum dalam kontrak. Bahan kayu untuk kusen pintu, jendela,

serta daun pintunya terbuat dari kayu jati. Hasil audit menunjukkan

bahwa bahan kayu yang dipakai terbuat dari kayu kamper. Kenyataan ini

menimbulkan adanya perbedaan harga antara kayu jati dengan kayu

kamper, sehingga rekomendasi yang disampaikan auditor adalah

kontraktor harus mengganti kusen yang terbuat dari bahan kayu kamper

dengan bahan kayu jati. Pengendali teknis atau ketua tim harus

melakukan komunikasi secara sportif (jujur) kepada pengawas lapangan

agar mereka dapat berkomunikasi secara persuasif sehingga kontraktor

dapat segera mengganti bahan-bahan tersebut sesuai dengan

spesifikasinya.

c. Penyampaian notisi audit atau temuan audit kepada auditan untuk

memeroleh tanggapan. Melalui penyampaian secara tertulis notisi audit

atau temuan audit yang mengungkapkan permasalahan yang dijumpai

auditor, maka permasalahan dapat segera diselesaikan. Contoh: setelah

diaudit ternyata dijumpai adanya perbedaan antara realisasi keuangan

dengan pembukuan pemegang kas (bendaharawan). Permasalahan

tersebut disampaikan kepada pihak auditan dan mereka mengakui

adanya oknum yang memanfaatkan uang muka namun tidak dapat

mempertanggungjawabkannya. Untuk itu pengendali teknis/ketua tim

Page 68: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 64

dapat berkomunikasi secara persuasif dengan pihak auditan yang

bersalah untuk segera mengganti selisih kurang uang tersebut sebelum

diproses lebih lanjut sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Pengendali teknis atau ketua tim tidak mempermasalahkan siapa yang

kalah atau siapa yang menang. Apabila dalam pelaksanaan tugas

ternyata auditan lalai dalam melaksanaan tugas yang dipercayakan

kepadanya, maka pengendali teknis atau ketua tim mengungkapkan itu

dalam laporan tanpa harus mengungkapkannya kepada pihak-pihak

yang tidak berwenang. Demikian pula, apabila auditor telah

mengemukakan temuan audit yang ternyata setelah disanggah memang

tidak cukup didukung oleh bukti yang memadai dan dalam pemeriksaan

selanjutnya tidak terbukti, maka temuan audit tersebut tidak dapat

dimasukkan ke dalam laporan hasil audit.

Page 69: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 65

KASUS KONFLIK I

Aminah adalah auditor baru. Dia baru saja menyelesaikan sebuah penugasan audit

bersama rekan-rekan timnya, Budi, Cahyo, dan Ketua Timnya, Deni. Saat selesai

melakukan pembicaraan akhir (closing conferrence), pimpinan auditan memberikan

kepada tim uang terima kasih kepada Deni.

”Mohon jangan ditolak, ini hanya sebagai tanda terima kasih kami atas pelaksanaan

audit yang telah memberikan rekomendasi-rekomendasi berharga bagi kemajuan

organisasi kami. Sekadar untuk biaya transport dan oleh-oleh untuk keluarga di

rumah.” Kata-kata pimpinan auditan terngiang-ngiang di telinga Aminah.

Deni akan membagi sama rata uang terima kasih tersebut. Aminah tahu bahwa tidak

ada temuan audit yang terpengaruh oleh pemberian tersebut. Audit sudah selesai,

pimpinan auditan setuju untuk menindaklanjuti semua rekomendasi yang

disampaikan. Tapi dia juga tahu bahwa pemberian uang tersebut merupakan bentuk

gratifikasi yang dilarang untuk diterima.

Ketika ketua tim audit dan para anggota berkumpul, Aminah resah karena belum

tahu apa yang harus dilakukan mengingat selama ini, tim telah bekerja dengan

efektif dan kompak.

Diskusikan kasus tersebut dan presentasikan:

1. Pandangan kelompok atas kasus tersebut.

2. Saran untuk Aminah.

Page 70: TR_TKA

Teknik Komunikasi Audit

Pusdiklatwas BPKP - 2007 66

KASUS KONFLIK II

Heri sedang melaksanakan audit dengan Gunawan (ketua tim) dan Candra rekan

sesama anggota tim. Heri sangat kesal dengan perilaku Gun dan Candra. Dalam

pandangan Heri, kedua rekannya tersebut terlalu santai dalam bekerja. Setelah 2

hari melaksanakan audit di kantor, Heri telah menyelesaikan berbagai pengujian

yang menjadi tanggung jawabnya. Sementara Candra, baru sekitar 40% dari

tanggungjawabnya. Heri tidak tahu perkembangan pekerjaan Gunawan, tapi

mengamati perilaku Gunawan, Heri yakin hasilnya tidak jauh berbeda dengan

Candra. Hari audit tinggal 3 hari. Hari kelima akan digunakan untuk menyampaikan

hasil audit kepada auditan, jadi menurut perhitungan Heri, timnya akan terlambat.

”Mengapa mereka santai sekali? Bisa tidak selesai tepat waktu? Kapan ada waktu

pembahasan dalam tim, jika sampai sekarang pengujian belum selesai?”

Pertanyaan-pertanyaan ini mengganggu pikiran Heri.

Atas kasus tersebut, diskusikan, kemudian presentasikan:

1. Pandangan kelompok atas kasus tersebut.

2. Saran untuk Heri.