trauma to gii

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Secara medis luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari trauma, sedangkan secara hokum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapata disebabkan oleh suatu tindak pidanan baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh) atau negligence (kurang hati – hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman terhadap pelaku tindak pidana perlu ditentukan terlebih dahulu berat ringannya derajat luka, oleh sebab itu diperlukan keterangan dokter untuk membuat luka tersebut “berbicara” secara hokum dalam bentuk alat bukti yang sah yang dikenal dengan nama visum et repertum. Agar menjadi alat bukti yang sah dimata hokum maka harus memenuhi syarat formal dan material. Syarat material adalah bahwa isi yang tertulis dalam visum et repertum harus sesuai dengan keadaan yang sebenernya serta tidak boleh bertentangan dengan teori kedokteran yang sudah teruji kebenarannya. Syarat formal adalah prosedur untuk mendapatkan

Upload: raannttii

Post on 20-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma to Gii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan

perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di

muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan

salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban

hidup maupun korban mati.

Secara medis luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari trauma,

sedangkan secara hokum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapata disebabkan oleh

suatu tindak pidanan baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh) atau

negligence (kurang hati – hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman terhadap

pelaku tindak pidana perlu ditentukan terlebih dahulu berat ringannya derajat luka, oleh

sebab itu diperlukan keterangan dokter untuk membuat luka tersebut “berbicara” secara

hokum dalam bentuk alat bukti yang sah yang dikenal dengan nama visum et repertum. Agar

menjadi alat bukti yang sah dimata hokum maka harus memenuhi syarat formal dan

material. Syarat material adalah bahwa isi yang tertulis dalam visum et repertum harus

sesuai dengan keadaan yang sebenernya serta tidak boleh bertentangan dengan teori

kedokteran yang sudah teruji kebenarannya. Syarat formal adalah prosedur untuk

mendapatkan barang bukti tersebut tidak boleh melanggar kaidah hokum yang berlaku.

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka merupakan

kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan

kulit, jaringan lunak, jaringan oto, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau

karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh atau

Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu

kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan

karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur

dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian

diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata,

“mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang

Page 2: Trauma to Gii

tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi ‘karena salahnya’ diartikan

sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian.

Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam

melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban perlukaan. Dokter sebaiknya

dapat menyelesaikan permasalahan mengenai jenis luka apa yang ditemui, jenis

kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan bagaimana kualifikasi dari luka itu.

Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan

tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya dokter tidak

boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satu-dua hari

akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya

dari kaca mata hukum.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa

penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter

atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana

didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan,

ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka.

Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan

material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.

Dokter sebagai warga Negara bahkan kebanyakan adalah pegawai negeri maka

berdasarkan pasal 108 KUHAP mempunyai kewajiban melaporkan kepada yang berwenang

bila mengetahui adanya tindak pidana. Dokter yang merupakan bagian dari sumber daya

rumah sakit yang harus dilindungi oleh rumah sakit.

Pemeriksaan pada korban hidup dalam hal korban tindak pidana penganiayaan atau

kelalaian orang lain makan bantuan dokter diperlukan untuk membuktikan ada luka atau

tidak, benda penyebab luka, bagaimana cara benda tersebut dapat menimbulkan luka serta

bagaimana dampak atau pengaruh luka tersebut. Pengaruh luka pada tubuh dapat

menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi, dinyatakan sebagai penyakit. Dampak atau

pengaruh luka pada tubuh menjadi dasar penentuan berat ringannya luka. Secara hukum hal

ini didasarkan atas pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan rohani,

kelangsungan hidup janin di dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan jabatan atau

Page 3: Trauma to Gii

pekerjaan mata pencarian serta fungsi alat indera. Penentuan berat ringannya luka tersebut

dicantumkan dalam bagian kesimpulan visum et repertum.

Menurut KUHP berat ringannya luka atau kualifikasi luka tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Luka ringan :

Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencariannya. Hukuman terhadap luka ringan ini

tercantum pada pasal 352 ayat 1 KUHP : kecuali yang tersebut pada pasal 353

dan 356 maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan

untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai

penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau

pidanan denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2. Luka sedang :

Adalah luka yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencariannya untuk sementara waktu. Hukuman

dapat dijatuhkan berdasarkan pasal 351 ayat 1 KUHP : penganiayaan diancam

dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

3. Luka berat :

Adalah sebagaimana tercantum di dalam pasal 90 KUHP, yaitu :

a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencarian

c. Kehilangan salah satu panca indera

d. Mendapat cacat berat

e. Menderita sakit lumpuh

f. Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih

g. Gugur atatu matinya kandungan seorang perempuan

Hukuman dapat dijatuhkan berdasarkan dalam KUHP pasal 351 ayat 2 dan ayat 3,

pasal 353, pasal 354, pasal 355.

Page 4: Trauma to Gii

B. Definisi traumatologi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan

tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang ilmu

kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya

dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya

diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.

C. Penyebab trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun

psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di

ketahui jenis penyebabnya, yaitu:

1. Benda-benda mekanik

2. Benda-benda fisik

3. Kombinasi benda mekanik dan fisik

4. Zat-zat kimia korosif

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.

1. Benda-benda mekanik

a. Trauma benda tajam

Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan

tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalh sebagai

berikut :

1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan , tidak

menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.

3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus

scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).

1) Luka sayat (Cuts or incised wound)

Page 5: Trauma to Gii

Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh

karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian

digeserkan sepanjang kulit sehingga syok traumatic tidak terjadi kecuali

ditimbulkan oleh factor – factor yang lain seperti perdarahan. Komplikasi fatal

dari luka iris yang paling sering terjadi adalah perdarahan sepsis.

Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di kerongkongan dan

pergelangan tangan dan lengan bawah sisi fleksor. Seseorang biasanya

memegang senjata dengan tangan kanannya dan memulai irisan dari sisi kiri ke

sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari sisi kanan leher ke depan dan ke

bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris dirinya dengan cara yang sama ,

pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.

Ciri luka sayat :

a) Pinggir luka rata

b) Sudut luka tajam

c) Rambut ikut terpotong

d) Jembatan jaringan ( - )

e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

2) Luka tusuk (stab wound)

Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau

tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada

permukaan tubuh.

Efek yang terjadi pada luka tusuk tergantung dari lokasinya pada tubuh. Luka

dapat terjadi pada dada, abdomen tulang belakang, leher, kepala dan ekstremitas.

Contoh:

-Belati, bayonet, keris

-Clurit

-Kikir

-Tanduk kerbau

Page 6: Trauma to Gii

Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :

Tepi luka rata

Dalam luka lebih besar dari panjang luka

Sudut luka tajam

Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam

Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

3) Luka bacok (chop wound)

Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau

agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.

Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Ciri luka bacok :

Luka biasanya besar

Pinggir luka rata

Sudut luka tajam

Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan

bagian tubuh yang terkena bacokan

Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi

b. Trauma benda tumpul

Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada

permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda

yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju,

jatuh dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma

tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:

1) Luka memar (contusio)

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan

jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut

disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan

di sekitarnya.

Page 7: Trauma to Gii

Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4

sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari

seminggu menjadi kekuningan.

Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan

darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di

bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak

dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya

atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang – orang yang gemuk

juga akan mudah terjadi memar.Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti

lebam maya, tetapi jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan

– perbedaanya, yaitu:

Memar Lebam mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian

terendah

Pembengka:kan Positif negatif

Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang

Mikroskopik Reaksi

jaringan( + )

Reaksi jaringan ( - )

2) Luka lecet (abrasio)

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan

luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :

o Bentuk luka tak teratur

o Batas luka tidak teratur

o Tepi luka tidak rata

o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )

o Warna coklat kemerahan

o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di

tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)

Page 8: Trauma to Gii

Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda

penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka

lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda

sebagai berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak

di temukan reaksi jaringan.

3) Luka robek (vulnus laceratum)

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan

dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan

kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang

( misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari

luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda

tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala

maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.

c. Trauma benda yang mudah pecah (kaca)

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat mengakibatkan

luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet. Pada

daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang

mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka

campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca

mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau peah akan terurai menjadi

bagian-bagian kecil.

Page 9: Trauma to Gii

2. Benda-benda fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:

a. Benda bersuhu tinggi

Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang

cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya

kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan

luka bakar derajat I, II, III, atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar

tingkat I, II, atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III, atau

IV.

b. Benda bersuhu rendah

Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang

terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada daerah

tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat

pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan

daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangren.

c. Sengatan listrik

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat

berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada jaringan

tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (amper),

besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya

daerah terkena kontak.

Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan

kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi

daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus

dari tubuh juga sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian dari baju atau

sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.

Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan

antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper) yang dapat

mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,

kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.

Page 10: Trauma to Gii

Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang

akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak

menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya

lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan

dengan listrik.

d. Petir

Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat

mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka

karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,

panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat

ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan

benda tumpul.

Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan saraf

pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek

ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya.

Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan

pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari

logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.

e. Tekanan (barotrauma)

Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh manusia

dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut disbarisme yang

terdiri atas 2 macam yaitu:

1) Hiperbarik

Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:

Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau turun

gunung

Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving (menyelam

dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di mulut)

penyelam dengan pakaian khusus.

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:

Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema interstisial.

Page 11: Trauma to Gii

Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan, vertigo atau

dizzines.

Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau bahkan

meletus.

Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi

2) Hipobarik

Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:

Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau saat

pesawat meluncur keluar angkasa.

Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam decompression

chamber.

Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan

gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak, rongga-rongga atau organ-

organ berongga.

Gejala tersebut antara lain:

Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat

Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat

Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak emfisema

subkutan

Rongga perut terasa kembung

Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)

3. Kombinasi benda mekanik dan fisik

Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang

dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan benda fisik (panas), yaitu

anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit

mempunyai elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka

jaringan yang hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk luka

tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang diameternya lebih

besar. Diameter cincin lecet tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.

Page 12: Trauma to Gii

Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga

pendorong anak pelurunya (senjata angin), pada hakekatnya merupakan luka yang

disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat

tergantung dari jenis senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta

posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).

4. Zat-zat kimia korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh

manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu:

a. golongan asam

Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:

Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3

Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat

Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida

Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka ialah:

Mengekstraksi air dari jaringan

Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat

Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas ialah:

Terlihat kering

Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid erwarna

kuning kehijauan

Perabaan keras dan kasar

b. golongan basa

Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:

KOH

NaOH

NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:

Page 13: Trauma to Gii

Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin

dan sabun

Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:

Terlihat basah dan edematus

Berwarna merah kecoklatan

Perabaan lunak dan licin

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu kedokteran forensik edisi pertama. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997;37-54.

2. Sofwan D. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum. Semarang:Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 2004;67-91.

3. Nugraha A. Penyembuhan luka. 2009. Available from : http://cupu.web.id/pengertian-luka-wound-dan-wound-healing-proses-penyembuhan-luka/ [cited : 19 September 2010]