Download - Trauma to Gii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di
muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan
salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban
hidup maupun korban mati.
Secara medis luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari trauma,
sedangkan secara hokum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapata disebabkan oleh
suatu tindak pidanan baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh) atau
negligence (kurang hati – hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman terhadap
pelaku tindak pidana perlu ditentukan terlebih dahulu berat ringannya derajat luka, oleh
sebab itu diperlukan keterangan dokter untuk membuat luka tersebut “berbicara” secara
hokum dalam bentuk alat bukti yang sah yang dikenal dengan nama visum et repertum. Agar
menjadi alat bukti yang sah dimata hokum maka harus memenuhi syarat formal dan
material. Syarat material adalah bahwa isi yang tertulis dalam visum et repertum harus
sesuai dengan keadaan yang sebenernya serta tidak boleh bertentangan dengan teori
kedokteran yang sudah teruji kebenarannya. Syarat formal adalah prosedur untuk
mendapatkan barang bukti tersebut tidak boleh melanggar kaidah hokum yang berlaku.
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka merupakan
kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan
kulit, jaringan lunak, jaringan oto, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau
karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh atau
Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu
kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan
karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur
dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian
diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata,
“mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang
tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi ‘karena salahnya’ diartikan
sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban perlukaan. Dokter sebaiknya
dapat menyelesaikan permasalahan mengenai jenis luka apa yang ditemui, jenis
kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan bagaimana kualifikasi dari luka itu.
Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan
tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya dokter tidak
boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satu-dua hari
akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya
dari kaca mata hukum.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana
didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan,
ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka.
Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan
material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.
Dokter sebagai warga Negara bahkan kebanyakan adalah pegawai negeri maka
berdasarkan pasal 108 KUHAP mempunyai kewajiban melaporkan kepada yang berwenang
bila mengetahui adanya tindak pidana. Dokter yang merupakan bagian dari sumber daya
rumah sakit yang harus dilindungi oleh rumah sakit.
Pemeriksaan pada korban hidup dalam hal korban tindak pidana penganiayaan atau
kelalaian orang lain makan bantuan dokter diperlukan untuk membuktikan ada luka atau
tidak, benda penyebab luka, bagaimana cara benda tersebut dapat menimbulkan luka serta
bagaimana dampak atau pengaruh luka tersebut. Pengaruh luka pada tubuh dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi, dinyatakan sebagai penyakit. Dampak atau
pengaruh luka pada tubuh menjadi dasar penentuan berat ringannya luka. Secara hukum hal
ini didasarkan atas pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan rohani,
kelangsungan hidup janin di dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan jabatan atau
pekerjaan mata pencarian serta fungsi alat indera. Penentuan berat ringannya luka tersebut
dicantumkan dalam bagian kesimpulan visum et repertum.
Menurut KUHP berat ringannya luka atau kualifikasi luka tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Luka ringan :
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencariannya. Hukuman terhadap luka ringan ini
tercantum pada pasal 352 ayat 1 KUHP : kecuali yang tersebut pada pasal 353
dan 356 maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidanan denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Luka sedang :
Adalah luka yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencariannya untuk sementara waktu. Hukuman
dapat dijatuhkan berdasarkan pasal 351 ayat 1 KUHP : penganiayaan diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
3. Luka berat :
Adalah sebagaimana tercantum di dalam pasal 90 KUHP, yaitu :
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat
e. Menderita sakit lumpuh
f. Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih
g. Gugur atatu matinya kandungan seorang perempuan
Hukuman dapat dijatuhkan berdasarkan dalam KUHP pasal 351 ayat 2 dan ayat 3,
pasal 353, pasal 354, pasal 355.
B. Definisi traumatologi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan
tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
C. Penyebab trauma
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di
ketahui jenis penyebabnya, yaitu:
1. Benda-benda mekanik
2. Benda-benda fisik
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
4. Zat-zat kimia korosif
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
1. Benda-benda mekanik
a. Trauma benda tajam
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalh sebagai
berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan , tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus
scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).
1) Luka sayat (Cuts or incised wound)
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh
karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit sehingga syok traumatic tidak terjadi kecuali
ditimbulkan oleh factor – factor yang lain seperti perdarahan. Komplikasi fatal
dari luka iris yang paling sering terjadi adalah perdarahan sepsis.
Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di kerongkongan dan
pergelangan tangan dan lengan bawah sisi fleksor. Seseorang biasanya
memegang senjata dengan tangan kanannya dan memulai irisan dari sisi kiri ke
sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari sisi kanan leher ke depan dan ke
bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris dirinya dengan cara yang sama ,
pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.
Ciri luka sayat :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
c) Rambut ikut terpotong
d) Jembatan jaringan ( - )
e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
2) Luka tusuk (stab wound)
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh.
Efek yang terjadi pada luka tusuk tergantung dari lokasinya pada tubuh. Luka
dapat terjadi pada dada, abdomen tulang belakang, leher, kepala dan ekstremitas.
Contoh:
-Belati, bayonet, keris
-Clurit
-Kikir
-Tanduk kerbau
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
3) Luka bacok (chop wound)
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau
agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.
Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
Ciri luka bacok :
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan
bagian tubuh yang terkena bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi
b. Trauma benda tumpul
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda
yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju,
jatuh dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma
tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:
1) Luka memar (contusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan
di sekitarnya.
Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4
sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di
bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak
dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya
atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang – orang yang gemuk
juga akan mudah terjadi memar.Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti
lebam maya, tetapi jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan
– perbedaanya, yaitu:
Memar Lebam mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian
terendah
Pembengka:kan Positif negatif
Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang
Mikroskopik Reaksi
jaringan( + )
Reaksi jaringan ( - )
2) Luka lecet (abrasio)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :
o Bentuk luka tak teratur
o Batas luka tidak teratur
o Tepi luka tidak rata
o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan
o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )
o Warna coklat kemerahan
o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka
lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda
sebagai berikut :
o Warna kuning mengkilat
o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak
di temukan reaksi jaringan.
3) Luka robek (vulnus laceratum)
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :
o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
o Di sekitar garis batas luka di temukan memar
o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda
tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala
maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.
c. Trauma benda yang mudah pecah (kaca)
Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat mengakibatkan
luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet. Pada
daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang
mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka
campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca
mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau peah akan terurai menjadi
bagian-bagian kecil.
2. Benda-benda fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:
a. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan
luka bakar derajat I, II, III, atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar
tingkat I, II, atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III, atau
IV.
b. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada daerah
tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat
pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan
daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangren.
c. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada jaringan
tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (amper),
besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya
daerah terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan
kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi
daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus
dari tubuh juga sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian dari baju atau
sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan
antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper) yang dapat
mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak
menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya
lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan
dengan listrik.
d. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat
mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,
panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat
ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan
benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan saraf
pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari
logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
e. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh manusia
dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut disbarisme yang
terdiri atas 2 macam yaitu:
1) Hiperbarik
Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau turun
gunung
Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving (menyelam
dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di mulut)
penyelam dengan pakaian khusus.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:
Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema interstisial.
Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan, vertigo atau
dizzines.
Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau bahkan
meletus.
Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2) Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau saat
pesawat meluncur keluar angkasa.
Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam decompression
chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan
gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak, rongga-rongga atau organ-
organ berongga.
Gejala tersebut antara lain:
Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat
Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak emfisema
subkutan
Rongga perut terasa kembung
Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang
dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan benda fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit
mempunyai elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka
jaringan yang hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk luka
tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang diameternya lebih
besar. Diameter cincin lecet tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.
Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga
pendorong anak pelurunya (senjata angin), pada hakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat
tergantung dari jenis senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta
posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).
4. Zat-zat kimia korosif
Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh
manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu:
a. golongan asam
Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:
Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3
Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida
Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka ialah:
Mengekstraksi air dari jaringan
Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat
Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas ialah:
Terlihat kering
Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid erwarna
kuning kehijauan
Perabaan keras dan kasar
b. golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
KOH
NaOH
NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin
dan sabun
Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:
Terlihat basah dan edematus
Berwarna merah kecoklatan
Perabaan lunak dan licin
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu kedokteran forensik edisi pertama. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997;37-54.
2. Sofwan D. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum. Semarang:Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 2004;67-91.
3. Nugraha A. Penyembuhan luka. 2009. Available from : http://cupu.web.id/pengertian-luka-wound-dan-wound-healing-proses-penyembuhan-luka/ [cited : 19 September 2010]