translate

Upload: faridhatul

Post on 09-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

Penggunaan tetrasiklin untuk penyakit pada permukaan okularTanda-tanda dan gejala dari rosasea ocular, blepharitis, disfungsi kelenjar meibom, trakoma, erosi kornea berulang, keratokonjungtivitis pliktenular dan penipisan kornea ulseratif mungkin semua penyakit diatas dapat diobati dengan menggunakan antibiotic dari golongan tetrasiklin. Yang paling umum digunakan adalah tetrasiklin, doksisiklin, dan minosiklin. Keunggulan penggunaan obat ini terletak pada kemampuannya menghancurkan bakteri tetapi memiliki mekanisme yang dapat mencegah degradasi permukaan ocular. Tetrasiklin dapat memblokir produksi matriks metalloproteinase (MMP-9), yang mampu menghancurkan protein ekstraseluler seperti kolagen. Aktivitas antikolagenase terbukti menjadi alas an mengapa tetrasiklin dapat mencegah degradasi jaringan lebih lanjut pada ulkus kornea. Pada aksi yang sama juga doksisiklin telah terbukti beguna dalam pengobatan dan resolusi yang sebelumnya belum sembuh sempurna hingga 22 bulan. Tetrasiklin juga menghambat produksi lipase yang dihasilkan oleh bakteri Staphyloccocus yang dapat menghambat kualitas kelenjar meibom atau sekresi kelenjar meibom. Kualitas fungsional dari kelenjar meibom dapat kembali setelah 3 bulan menggunakan dengan terapi minosiklin karena menurunnya asam lemak bebas dan TAG. Manfaat dari penggunaan jangka panjanng dari minosiklin mungkin sangat berguna tapi kemungkinan akan terdapat efek samping lain. Golongan tetrasiklin juga bekerja dengan mekanisme immunomodulitas dan dengan mengubah flora mata. Namun setelah 3 bulan pemberhentian obat ini biasanya flora mata akan kembali lagi seperti sebelum pengobatan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetukan nilai teurapetik yang lebih besar, mengubah kelenjar meibom atau mengurangi flora mata. Meskipun nilai teurapetiknya sudah jelas, pertanyaan nya seberapa sering dan seberapa lama seseorang dapat diresepekan tetrasiklin? Ada berbagai dosis yang disarankan yaitu doksisiklin 100mg dua kali sehari hingga 3 minggu kemudian meruncing menjadi25 atau 50 mg perhari berdasarkan respon terapi. Sementara yang lain telah berhasil dengan dosis awal hanya 100mg sehari. Dosis yang direkomendasikan untuk minisklin adalan 50mg setiap hari selama dua minggu kemudian dosis ditingkatkan menjadi 100mg setiaphari selama satu bulan. Penulis lebih suka menggunakan doksisiklin 100mg dua kali sehari selama 3 minggu dan setelah pemeriksaan ulang sebaiknya menghentikan pengobatan samua bersama-sama jika gejala klinis tidak ada perbaikan atau turunka dosis 25mg perhari jika ada perbaikan dapat ditambahkan untuk satu bulan. Pasien perlu mengetahui bahwa produk susu dikhawatikandapat mengurangi penyerapan dari tetrasiklin. Bagaimanapun penggunaan tetrasiklin dapat memberikan beberapa efek samping ketika pasien menggunakan antibiotic dari golonga tetrasiklin. Sebuah artikel terbaru menunjukkan bahwa penggunaan tetrasiklin dapat meningkatkan kemungkinan kanker payudara seperti minosiklin yang dapat menyebabkan sindroma autoimun. Dan sering dilaporkan terjadinya perubhan pigmen skleral dan perubahan warna gigi. Tecatat terdapat gangguan gastrointestinal sebanyak 12,5% pasien yang diobati dengan 100mg doksisiklin setisp hari dan 37,5% pasien dengan 100mg tetrasiklin perhari. Jadi, penggunaan doksisiklin tebih cocok pada pasien yang memiliki gangguan gastrointestinal.Jadi manfaat anti inflamasi dari golongan tetrasiklin perlu di klarifikasi pada mas amendatang. Studi yang bertentangan hanya menjelaskan fakta bahwa kita berada pada tahap sangat awal untuk memahami mekanisme yang tepat. Pada cedera kimia tetrasiklin dapat menghambat degradasi kolagenilitik dari stroma kornea, 16 cakupan dapat memperpanjang untuk melibatkan semua pasien dengan penyakit mata kering sekunder untuk penyakit kelenjar meibom dan atau bllepharitis sebagai salah satu penelitian yang melibatkan 39 pasien menunjukkan peerbaikan yang signifikan pada air mata dari5,7 detik menjadi 10,8 detik setelah menerima100mg doksisiklin selama 12 minggu. Evaliasi diperlukan karena tidak bias mengandalkan gejala pada pasien untuk menilai tingkat keberhasilan karena diketahui bahwa tanda-tanda sering tidak berkolerasi dengan gejala pada permukaan ocular. Pada pemberian dooksisiklin 20 mg dua kali sehari terbukti efektif dalam penelitian yang melibatkan 300 mata pasien dengan disfungsi kelenjar meibom kronis dalam meningkatkan air mata. Jumlah gejala yang subjektif dilaporkan dan 17 gejala membaik. Hal ini cukup menarik karena tidak menunjukkan perbedaan statistic pad apasien yang menerima doksisiklin dosis rendah 20 mg dua kali sehari dan doksisiklin dosis tinggi 200 mg dua kali sehari, sehingga dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui dosis maksimum untuk mencapai manfaat teurapetik. Penelitian lain hanya menyoroti tahap awal tentang penggu naan tetrasiklin dengan penyakit permukaan ocular, 16 pasien menerimaterapi minosklin jangka pendek dan menunjukkan peningkatan kekeruhan dari sekresi kelenjar meibom dan kultur bakteri. Namun terdapat penurunan volemu air mata terjadi peningkatan penguapan. Pada studi in vitro menunjukkan bahwa doksisiklin menginduksi kematian sel keratosit dan terlepasnya sel epitel dari basement membrane. Hal ini menarik untuk mengetahui apakah keuntungkan dari terapi tetrasiklin krim atau topical. Tetrasiklin topical mungkin dapat mengurangi efek samping sistemik tapi mungkin dapat meningkatkan tingkat toksisitas pada permukaan ocular.Namun, banyak yang harus dilakukan untuk memperjelas menkanisme yang jelas, dosis yang paling efektif, cara pemberian, dan total durasi terapi yang diperlukan pada tetrasiklin. 3