transfusi darah.docx
DESCRIPTION
DarahTRANSCRIPT
Pendahuluan :
Dalam sel darah manusia, paling sedikit kita temukan 30 antigen yang biasa
ditemukan dan ratusan antigen lain yang jarang, yang masing-masing pada suatu saat
dapat menimbulkan reaksi antigen-antibodi, terutama pada permukaan membrane sel.
Sebagian besar antigen tersebut bersifat lemah dan oleh karena itu, penting untuk
mempelajari sifat penurunan gen-gen ini secara mendasar untuk menetapkan asal-
usulnya.
Terdapat dua golongan antigen yang jauh lebih sering menimbulkan reaksi
transfusi darah daripada golongan lainnya. Golongan ini dinamakan system antigen
ABO dan sitem Rh.
Golongan Darah
Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada
sejumlah besar manusia. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen
karena seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi
transfuse. Karena aglutinogen tersebut diturunkan, orang dapat tidak mempunyai
antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya mempunyai satu ataupun keduanya.
Golongan
Darah
Antigen Antibodi
A A Anti-B
B B Anti-A
AB A dan B Tidak ada
O Tidak ada Anti-A, anti-B, anti-A,B
Penentuan Genetik Terhadap Aglutinogen
Dua gen, salah satunya terdapat di setiap kromosom dari dua kromosom yang
berpasangan, menentukan golongan darah ABO. Gen-gen tersebut bisa mengandung
salah satu ketiga antigen, namun hanya saru tipe saja yang terdapat disetiap
kromosom dari dua kromosom : tipe O, tipe A, tipe B. Gen tipe O tidak berfungsi
atau hampir tidak berfungsi, sehingga gen tipe ini menghasilkan aglutinogen tipe O
yang tidak bermakna pada sel. Sebaliknya, gen tipe A dan B menghasilkan
aglutinogen yang kuat pada sel.
Golongan Darah Rh
Bersama dengan sistem golongan darahABO, golongan darah sistem Rh juga
penting dalam mentransfusi darah. Perbedaan utama antara sistem ABO dan sistem
Rh adalah pada system ABO, aglutinin plasma bertanggung jawab atas timbulnya
reaksi transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sitem Rh reaksi aglutinin
spontan hampir tidak pernah terjadi. Sebagai gantinya, orang mula-mula harus
terpajan secara masif dengan antigen Rh, misalnya melalui transfusi darah yang
mengandung antigen Rh, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk mnyebabkan reaksi
transfusi yang bermakna.
Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh.
Tipe-tipe ini ditandai dengan C,D,E,c,d,e. Orang yang memiliki antigen C tidak
mempunyai antigen c, tetapi orang yang tidak memiliki antigen C selalu mempunyai
antigen c. Keadaan ini sama halnya untuk antigen D-d dan E-e. Karena faktor-faktor
ini diturunkan dengan cara tersebut, setiap orang hanya mempunyai satu dari tiga
pasang antigen tersebut.
Tipa antigen D dijumpai secara luas dalam populasi dan bersifat lebih
antigenik daripada atigen Rh lain. Seseorang yang mempunyai tipe antigen ini
dikatakan Rhn positif, sedangkan orang yang tidak mempunyai tipe antigen D
dikatakan Rh negatif. Meskipun demikian, perlu diperhatikan pada orang-orang
dengan Rh-negatif beberapa antigen Rh lainnya bahkan masih dapat menimbulkan
reaksi transfusi, walaupun reaksi tersebut biasanya jauh lebih ringan.
Indikasi Transfusi
Tidak direkomendasikan untuk melakukan transfusi profilaksis dan ambang
batas untuk melakukan transfusi darah adalah kadar hemoglobin di bawah 7,0 atau
8,0 g/dL, kecuali untuk pasien dengan penyakit kritis.
Kadar hemoglobin 8,0 g/dL adalah ambang batas transfusi untuk pasien yang
dioperasi yang tidak memiliki faktor resiko iskemia, sementara untuk pasien dengan
resiko iskemia, ambang batasnya dapat dinaikkan sampai 10,0 g/dL. Namun transfusi
profilaksis tetap tidak dianjurkan.
Seleksi Donor Darah
Beberapa kriteria untuk dapat mendonorkan darahnya, yaitu
- usia 17-65 tahun,
- berat badan minimal 50 kg,
- suhu (oral <37,50C)
- frekuensi dan irama denyut nadi normal
- tekanan darah 50-100/90-180 mmHg
- dan tidak ada lesi kulit yang berat.
Persyaratan lain :
- terakhir minimal 8 minggu yang lalu
- Tidak hamil,
- tidak menderita tuberculosis aktif,
- tidak menderita asma bronchial simptomatik,
- pasca pembedahan
- tidak ada riwayat kejang,
- tidak ada riwayat perdarahan abnormal,
- tidak menderita penyakit infeksi yang menular melalui darah.
Reaksi-reaksi Transfusi Darah :
1. Reaksi Hemolitik
Reaksi transfuse hemolitik yang segera terjadi agak jarang dan biasanya
akibat kesalahan identifikasi penderita atau darah (atau keduanya).
Gambaran Klinis :
- nyeri lengan, nyeri dada, menggigil, demam dan renjatan merupakan cirri
khas ; namun mungkin hanya ada menggigil dan demam.
- hemolisis biasanya intravascular dengan hemoglobinemia dan
hemoglobinuria.
- koagulasi intravascular dan penutupan ginjal kaut umum terjadi pada reaksi
hemolitik berat
2. Reaksi-reaksi Leukoaglutinin
Reaksi-reaksi ini akibat adanya antibody sel darah putih (biasanya pada
penerima) umum terjadim terutama pada penderita-penderita dengan transfuse
berulang, dan biasanya menyebabkan menggigil dan demam yang secara klasik
terjadi kemudian pada saat transfuse. Reaksi-reaksi ini biadanya tidak berbahaya dan
dicegah dengan menggunakan komponen-komponen darah yang miskin sel darah
putih.
Bahaya Transfusi
Transfusi merupakan tindakan berbahaya. Reaksi-reaksi hemolitik,
leukoaglutinin dan alergi dapat terjadi. Penerima dapat tersensitisasi terhadap sedikit
antigen sel darah merah yang menyebabkan kesulitan di kemudian hari untuk
mendapatkan darha yang cocok. Dapat terjadi kelebihan volume (khususnya pada
penderita usia lanjut dengan penyakit jantung dan anemia kronis). Bahaya utama
adalah infeksi karena transfuse. Meskipun sekarang jarang terjadi kasus-kasus darah
tercemar, malaria, babesiosis, dan infeksi HIV (dari donor terinfeksi yang diperiksa
sebelum antibody berkembang) akibat transfuse, bahaya utama transfuse adalah
hepatitis non A non B. Penggunaan pemeriksaan ALT dan antibody hepatitis B core
dapat mendeteksi 30-40% pembawa virus non A non B. Tetap ada resiko infeksi yang
bermakna khususnya pada pasien yang mendapat transfuse berulang atau penerima
banyak unit produk darah seperti trombosit dan kriopresipitat. Sebagian besar
hepatitis pasca transfuse adalah subklinis walaupun diperlukan waktu tahunan untuk
berkembang. Suatu persentase bermakna penerima transfuse yang terinfeksi
berkembang menjadi penderita hati kronos.
Berikan transfuse hanya bila benar-benar diperlukan. Anjurkan pasien yang
akan mengalami pembedahan efektif untuk menjalani flebotomi untuk transfuse
autolog.
TUGAS INDIVIDU
PATOLOGI KLINIS
GOL.DARAH & TRANSFUSI
Disusun oleh :
Susandi Biri
200852095
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2011