1. tekanan darah.docx

132
KEGIATAN I TEKANAN DARAH I. TUJUAN PRAKTIKUM I.1 Tujuan kegiatan: a) Mengetahui pengaruh aktivitas tubuh terhadap tekanan darah sistolee dan diastole b) Mengetahui pengaruh suhu tubuh terhadap tekanan darah sistolee dan diastole I.2 Kompetensi khusus: a) Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tekanan darah sistolee dan diastole b) Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistolee dan diastole. II. LANDASAN TEORI Setiap organisme multiseluler yang telah memiliki sistem kardiovasa selalu mendistribusikan darahnya ke seluruh tubuh untuk mensuplai segala kebutuhan sel sebagai struktur dasar fungsional kehidupan dalam rangka menjaga kelangsungan hidup. Jantung dalam hal ini berperan sebagai pompa sehingga darah dapat mengalir melalui pembuluh darah (vasa) ke seluruh jaringan. Jantung sebagai pompa darah selalu berkontraksi secara terus-menerus (kontinu) dan ritmis. Manifestasi kontraksi LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 1

Upload: lilik-haryana

Post on 14-Dec-2015

166 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. TEKANAN DARAH.docx

KEGIATAN I

TEKANAN DARAH

I. TUJUAN PRAKTIKUM

I.1 Tujuan kegiatan:

a) Mengetahui pengaruh aktivitas tubuh terhadap tekanan darah

sistolee dan diastole

b) Mengetahui pengaruh suhu tubuh terhadap tekanan darah sistolee

dan diastole

I.2 Kompetensi khusus:

a) Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tekanan darah sistolee dan

diastole

b) Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

tekanan darah sistolee dan diastole.

II. LANDASAN TEORI

Setiap organisme multiseluler yang telah memiliki sistem kardiovasa

selalu mendistribusikan darahnya ke seluruh tubuh untuk mensuplai segala

kebutuhan sel sebagai struktur dasar fungsional kehidupan dalam rangka

menjaga kelangsungan hidup. Jantung dalam hal ini berperan sebagai pompa

sehingga darah dapat mengalir melalui pembuluh darah (vasa) ke seluruh

jaringan. Jantung sebagai pompa darah selalu berkontraksi secara terus-

menerus (kontinu) dan ritmis. Manifestasi kontraksi janatung tersebutdapat

dirasakan pada hampir seluruh pembuluh arteri berupa denyut nadi (pulsus).

Pulsus merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologi hewan

maupun manusia.

Jantung diinervasi (disarafi) oleh saraf otonom yang terdiri atas saraf

simpatis dan parasimpatis. Simpatis berperan meningkatkan frekuensi

denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung, sedangkan parasimpatis

berperan sebaliknya. Dengan demikian rangsangan saraf simpatis akan

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 1

Page 2: 1. TEKANAN DARAH.docx

berakibat meningkatnya tekanan darah, dan sebaliknya rangsangan saraf

parasimpatis akan menurunkan tekanan darah .

Vaskuler (pembuluh darah) dapat dikategorikan berdasarkan

ukurannya sebagai berikut: aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, dan

vena cava. Struktur arteri (vena) tersusun atas lapisan endothel, jaringan

ikat, dan otot polos. Struktur arteriola (venula) tersusun atas lapisan

endothel, dan otot polos. Struktur kapiler tersusun atas lapisan endothel.

Hubungan anatara arteriola dan venula disebut anastomose arteriovenula

(pembuluh adarh shunt). Arteriola sebagai pembuluh darah resistan

berfungsi mengatur aliran darah dari arteri ke kapiler. Pertukaran zat-zat

yang terlarut dalam cairan darah ke jaringan tubuh dan sebaliknya terjadi

melalui kapiler. Keistimewaannya pembuluh vena adalah katup-katup

terutama pada vena di daerah ekstremitas (anggota badan) yang terdiri atas

2 lapisan semilunaris yang menonjol ke dalam lumen.

Denyut nadi (pulsus) dapat dirasakan melalui pembuluh darah

superfisial seperti: arteri radialis. Pulsus merupakan manifestasi dari

kontraksi jantung. Efek Windkessel yaitu aorta akan mengembang jika

ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat tertampung

dalam aorta dan diteruskan ke arteri. Aorta mempunyai daya komplians

(peregangan) yang sangat tinggi.

Frekuensi denyut jantung (heart rate, HR) yaitu banyak denyut

jantung permenit. Stroke volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang

merupakan volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistolee. Volume

akhir diastole tergantung: regangan (komplians), tekanan mendorong (filling

pressure) vena cava. Cardiav output (CO) adalah banyak darah yang dipompa

selama satu menit. Cardiav output merupakan hasil kali stroke volume

dengan frekuensi denyut jantung. Cardiav output merupakan hasil perkalian

anatar stroke volume (volume kuncup) dengan frekuensi denyut jantung

permenit. Stroke volume yaitu volume darah yang dipompa oleh jantung

dalam sekali pompa, rata-rata untuk orang dewasa 70 ml. LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 2

Page 3: 1. TEKANAN DARAH.docx

Starling’slaw (Hukum Starling) yaitu semakin tinggi regangan pada

otot jantung, maka makin kuat kontraksinya.

Menghitung Cardiav output dengan rumus: Cardiav output (CO) =HR x SV

Bagaimana jumlah CO setelah melakukan kegiatan?

Akibat kontraksi jantung yang terus-menerus dan secara ritmis

dalam rangka mensuplai kebutuhan zat-zat yang diperlukan oleh jaringan

tubuh, maka timbul tekanan dorongan ke seluruh pembuluh darah terutama

arteri. Selain itu, pengaliran darah ke jaringan melalui kapiler diatur oleh

otot polos yang terdapat pada arteriole. Apabila jumlah darah yang dipompa

oleh jantung dan yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh lewat arteriole

seimbang, maka tekanan darah di arteri stabil. Akan tetapi jika jumlah darah

yang dipompa jantung lebih banyak daripada yang keluar lewat arteriole,

maka timbul masalah peningkatan tekanan darah (hipertensi).

Tekanan darah sistole maupun diastole merupakan salah satu

indikator parameter fungsi fisiologi jantung terutama untuk manusia.

Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan menempatkan alat

pengukur pada arteri. Pada menusia pengukuran tekanan darah sistolee dan

diastole dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan sabuk tekan

dan sphygmomanometer.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 3

Page 4: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 1

Keterangan gambar:

1) Tekanan darah yang umum pada orang dewasa untuk umur 20 tahun

adalah 120/70. Satuan untuk angka ini adalah mm Hg. Tekanan darah

sebesar 120 merupakan suatu gaya yang dapat menopang sebuah kolom

air raksa setinggi 120 mm Hg.

2) Sfigmomanomater, yaitu lembaran pengikat yang dapat digelembungkan

yang terhubung dengan pengukur tekanan, berfungsi untuk mengukur

tekanan darah dalam arteri. Lembaran pengikat itu dililitkan disekitar

lengan atas dan diponpa samapi tekanan menutup arteri, sehingga tidak

ada darah yang mengalir melewati daerah yang terikat. Ketika hal ini

terjadi, tekanan yang diberikan pengikat itumelebihi tekanan darah

dalam dalam arteri tersebut.

3) Stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara aliran darah di bawah

pengikat itu. Jika arteri tertekan, maka tidak akan ada denyutan dibagian

bawah. Pengikat itu secara perlahan-lahan dikempiskan sampai darah

mulai mengalir ke dalam lengan depan dan suara dari darah yang

berdenyut kedalam arteri di bagian bawah ikatan itu dapat didengar

dengan stetoskop. Hal ini terjadi ketika tekanan darah lebih besar dari

tekanan yang diberikan oleh pengikat tersebut. Tekanan pada titik ini

adalah tekanan sistoleik, yaitu tekanan tinggi yang diberikan oleh

kontraksi ventrikel.

4) Pengikat itu dilonggarkan lebih jauh lagi sampai darah mengalir secara

bebas melalui arteri, dan suara di bawah ikatan menjadi tidak terdengar

lagi. Tekanan pada titik ini disebut tekanan diastolik yang masih tersisa

dalam arteri ketika jantung berelaksasi.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 4

Page 5: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 2

Pergerakan cairan antara kapiler dan cairan interstisial. Cairan

mengalir keluar dari sebuah kapiler pada ujung hulu dekat sebuah arteriola

dan kembali memasuki kapiler di ujung muara dekat venula. Arah

pergerakan cairan disetiap titik disepanjang dinding kapiler bergantung pada

perbedaan antara dua gaya yang saling berlawanan: tekanan hidrostatik

(tekanan darah) dan tekanan osmotik. Tekanan darah cenderung memaksa

cairan keluar dari kapiler. Tekanan osmotik merupakan kecenderungan bagi

air untuk memasuki kapiler karena konsentrasi zat terlarut dalam darah yang

relatif lebih tinggi. Pada ujung arteri kapiler tersebut, tekanan darah yang

memaksa cairan keluar melebihi tekanan osmotik yang menarik air masuk ke

dalam, sehingga semua cairan keluar dari kapiler. Endotelium meloloskan air

dan zat terlarut kecil meninggalkan kapiler dan menahan sebagian besar

protein dalam darah. Sementara darah terus mengalir di sepanjang kapiler,

tekanan darah menurun sebagai akibat resistensi (tahanan) dan kehilangan

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 5

Page 6: 1. TEKANAN DARAH.docx

volume cairan. Pada ujung vena kapiler tersebut, kecenderungan cairan

untuk keluar karena tekanan darah dikalahkan oleh kecenderungan cairan

untuk masuk karena tekanan osmotik.

III. METODE PRAKTIKUM

III.1 Jenis kegiatan: Eksperimen

III.2 Objek Pengamatan: Tekanan darah arteri

III.3 Bahan dan Alat:

a) Tensimeter (sphygmomanometer) dengan sabuk tekannya.

b) Stetoskop

III.4 Prosedur Percobaan:

a) Melilitkan sabuk tekan yang telah dilengkapi dengan pompa dan

tensimeter (sphygmomanometer) pada lengan atas tepatnya di atas

sendi siku. Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan

tepat di atas arteri radialis. Selanjutnya mendengarkan suara denyut

jantung. Memompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara

jantung tidak terdengar lagi. Setelah itu mengendorkan sekrup

pengatur pada pompa sedemikian rupa sehingga udara keluar dan

memantau suara jantung dengan seksama. Apabila suara jantung

terdengar (koroskof), maka hal itu menunjukkan tekanan sistolee,

meneruskan penggembosan dan memonitor terus suara jantung

sampai tak terdengar lagi, pada saat itu merupakan tekanan diastole.

b) Melakukan pengukuran ini beberapa kali dengan posisi yanng

berbeda, misalnya dengan duduk dan berbaring. Pada keadaan biasa

dan keadaan segera setelah melakukan aktivitas.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 6

Page 7: 1. TEKANAN DARAH.docx

IV. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Tekanan Darah

No InisialJenis

kelaminUmur

Tekanan sistole/diastole

Sebelum

kegiatan

Setelah

kegiatan

Sebelum

dimasukkan

kulkas

Setelah

dimasukkan

kulkas

1 RAN L 37 120/80 130/100 120/80 130/100

2 MSD P 24 100/70 120/100 110/90 100/80

3 AU P 24 100/90 120/100 100/90 100/80

4 IP P 23 110/100 120/100 100/80 90/70

5 RI P 24 110/90 120/100 110/90 100/90

6 MLH L 31 110/90 120/110 120/100 90/80

7 PR P 24 120/100 120/110 110/90 100/80

8 AR P 24 120/80 110/80 130/70 100/70

9 D I L 24 100/70 110/80 100/70 100/60

10 EA P 24 100/80 100/60 90/70 90/70

11 RP P 24 100/80 90/70 100/80 90/70

12 HL L 27 120/80 110/90 110/80 100/90

13 AD P 23 130/80 110/80 110/70 120/80

14 DMD P 25 120/90 130/90 130/110 120/80

15 MR L 23 130/80 130/90 130/80 120/90

16 NLP P 24 130/70 100/80 130/70 100/80

17 RH P 23 130/60 110/80 130/60 100/80

18 Titis P 25 110/70 100/70 110/70 100/70

19 IS P 22 110/90 130/80 110/80 110/90

20 VIG P 25 110/80 120/90 100/80 110/80

21 RF P 24 120/80 130/70 100/80 110/80

TOTAL 2400/1710 2430/1830 2350/1690 2180/1670

RATA-RATA 114,29/81,43 115,71/87,14 111,90/80,48 103,81/79,52

Standar Deviasi 10,50/9,90 11,37/13,50 12,20/11,33 10,90/8,98

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 7

Page 8: 1. TEKANAN DARAH.docx

Table1.2. Data Tekanan Darah Naracoba Perempuan

Data

Tekanan Sistolee/Diastole (mm/Hg)

Sebelum

kegiatan

Setelah

kegiatan

Sebelum

dimasukkan

kulkas

Setelah

dimasukkan

kulkas

Total 2400/1710 2430/1830 2350/1690 2180/1670

Rata-rata 114,29/81,43 115,71/87,14 111,90/80,48 103,81/79,52

Std.deviasi 10,50/9,90 11,37/13,50 12,20/11,33 10,90/8.98

Tabel 1.3. Data Tekanan Darah Naracoba Laki-Laki

Data

Tekanan Sistolee/Diastole (mm/Hg)

Sebelum

kegiatan

Setelah

kegiatan

Sebelum

dimasukkan

kulkas

Setelah

dimasukkan

kulkas

Total 580/400 600/470 580/410 540/420

Rata-rata 116/80 120/94 116/82 108/84

Std.deviasi 10,20/6,32 8,94/10,20 10,20/9,80 14,70/13,56

Table 1.4. Tekanan Darah Berdasarkan Aktivitas

Data kelas

Tekanan Sistolee/Diastole (mm/Hg)

Sebelum

kegiatan

Setelah

kegiatan

Sebelum

dimasukkan

kulkas

Setelah

dimasukkan

kulkas

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 8

Page 9: 1. TEKANAN DARAH.docx

Total 2400/1710 2430/1830 2350/1690 2180/1670

Rata-rata 114,29/81,43 115,71/87,14 111,90/80,48 103,81/79,52

Std.deviasi 10,50/9,90 11,37/13,50 12,20/11,33 10,90/8,98

ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS

a) Perempuan

1) Sistolee

Paired Samples Test

-,62500 15,69235 3,92309 -8,98687 7,73687 -,159 15 ,876

-3,12500 12,50000 3,12500 -9,78578 3,53578 -1,000 15 ,333

sistolke - siske2Pair 1

diaske - diaske2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

2) Diastole

Paired Samples Test

1,87500 25,87631 6,46908 -11,91351 15,66351 ,290 15 ,776

2,50000 11,83216 2,95804 -3,80491 8,80491 ,845 15 ,411

siskulks - sisklks2Pair 1

diaskulks - diaskulks2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Kesimpulan : Pada perempuan nilai signifikansinya > 0,05 sehingga tidak ada

pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 9

Page 10: 1. TEKANAN DARAH.docx

b) Laki-laki

1) Sistole

Paired Samples Test

-4,00000 8,94427 4,00000 -15,10578 7,10578 -1,000 4 ,374

-14,00000 5,47723 2,44949 -20,80087 -7,19913 -5,715 4 ,005

sistolke - siske2Pair 1

diaske - diaske2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

2) Diastole

Paired Samples Test

8,00000 14,83240 6,63325 -10,41685 26,41685 1,206 4 ,294

-2,00000 16,43168 7,34847 -22,40262 18,40262 -,272 4 ,799

siskulks - sisklks2Pair 1

diaskulks - diaskulks2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Kesimpulan : Pada laki-laki nilai signifikansinya > 0,05 sehingga tidak ada pengaruh suhu

lingkungan terhadap suhu tubuh.

c) Kelas

Paired Samples Test

-1,42857 14,24279 3,10803 -7,91181 5,05467 -,460 20 ,651

-5,71429 12,07122 2,63416 -11,20904 -,21953 -2,169 20 ,042

sistolke - siske2Pair 1

diaske - diaske2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 10

Page 11: 1. TEKANAN DARAH.docx

Paired Samples Test

3,33333 23,52304 5,13315 -7,37423 14,04089 ,649 20 ,523

1,42857 12,76155 2,78480 -4,38042 7,23756 ,513 20 ,614

siskulks - sisklks2Pair 1

diaskulks - diaskulks2Pair 2

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Kesimpulan : Data kelas mempunyai nilai signifikansi > 0,05 sehingga tidak ada pengaruh

suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

PEMBAHASAN

Denyut nadi dan tekanan darah adalah dua dari empat tanda vital (vital

signs), yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fungsi kinerja tubuh.

Dalam hal ini, denyut nadi dan tekanan darah mampu memberikan suatu

pandangan mengenai kondisi sistem kardiovaskuler seseorang. Dua faktor yang

mempengaruhi diantaranya adalah posisi tubuh (posture) dan aktivitas fisik;

dimana dengan mempelajari perubahan kedua faktor tersebut dan akibatnya

terhadap denyut nadi dan tekanan darah, maka tingkat kesehatan

kardiovaskuler pun dapat diketahui.

Kegiatan praktikum tentang tekanan darah ini adalah mengukur tekanan

darah sistole dan diastole dalam beberapa keadaan, pertama sebelum dan

sesudah melakukan kegiatan, kedua sebelum dan sesudah tangan dimasukkan ke

dalam kulkas. Tekanan darah adalah tekanan yang disebabkan oleh darah

terhadap dinding pembuluh arteri saat bilik (ventrikel) jantung melakukan

sistole kemudian diastol. Tekanan darah sistole adalah tekanan yang direkam

saat ventrikel jantung berkontraksi. Tekanan darah diastol adalah tekanan yang

direkam saat ventrikel jantung berelaksasi. Tekanan darah tergantung pada

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 11

Page 12: 1. TEKANAN DARAH.docx

volume darah dalam pembuluh darah dan seberapa mudah pembuluh darah

dapat meregang.

Rata-rata tekanan darah dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada

keadaan normal adalah 114,29/81,43 mmHg. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-

rata tekanan darah dari kelas yang dilakukan pengukuran berada pada kisaran

tekanan darah normal karena rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik

pada usia dewasa, normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg

dengan rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg.

Setelah melakukan kegiatan naik turun tangga / berlari dalam beberapa

menit, tekanan sistole probandus meningkat kecuali probandus berinisial RP

yang justru menurun dari 100 mmHg menjadi 90 mmHg. Begitu pula dengan

tekanan diastole sebagian besar probandus pun meningkat kecuali probandus

berinisial EA (80 mmHg menjadi 60 mmHg), RP(80 mmHg menjadi 70 mmHg), RH

(80 mmHg menjadi 70 mmHg), dan IK (90 mmHg menjadi 80 mmHg).

Rata-rata hasil pengukuran yang menunjukkan peningkatan tekanan

sistole ataupun diastol setelah melakukan aktivitas sesuai dengan hasil penelitian

yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Linda S. Pescatello, PhD; Ann E. Fargo,

MA; CharlesN. Leach Jr., MD; and Herbert H. Scherzer, MD. Penelitian yang

dilakukan tersebut memperoleh hasil bahwa selama olah raga sekitar 30 menit

pada pada orang normal terjadi peningkatan tekanan darah dari 117/76 mmHg

menjadi 122/74 mmHg. Begitu pula dengan frekunsi denyut jantung, yang pada

awalnya sebanyak 66 kali/menit meningkat menjadi 78 kali/menit

(cicr.ahajournals.org, 1991).

Perbedaan tekanan sistole dan diastole sebelum dan sesudah melakukan

kegiatan baik laki-laki, perempuan, atau data kelas dapat pula dilihat dari hasil uji

t yang menunjukkan nilai sig. > 0.05, yang berarti tidak ada perbedaan tekanan

sistole-diastole sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

Kenaikkan tekanan darah setelah melakukan kegiatan disebabkan karena

selama melakukan kegiatan tekanan arterial dan aliran darah naik. Hal ini akibat

kembalinya darah melewati pembuluh darah balik vena meningkat melalui kerja LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 12

Page 13: 1. TEKANAN DARAH.docx

sistem saraf simpatik. Hasilnya adalah meningkatnya volume akhir diastole yang

secara otomatis meningkatkan volume sekuncup atau volum darah ketika

jantung berelaksasi. Aliran darah yang naik menyebabkan jantung memompa

darah lebih giat dan cepat yang berakibat pada tekanan darah sistole dan

tekanan diastole mengalami kenaikan. Kegiatan yang dilakukan juga

menyebabkan denyut jantung akan meningkat. Selain itu ada beberapa faktor

yang mempengaruhi tekanan darah yaitu umur, kegiatan (kerja otot perubahan

sikap,) ketinggian (gravitasi), ekspirasi dan inspirasi, kerja jantung dan pengaruh

berpikir.

Saat kondisi normal, semua sel-sel tubuh menerima sejumlah oksigen

melalui darah setiap menit untuk memelihara agar sel-sel tubuh dapat bekerja

secara efisien yang lebih dikenal dengan istilah regulasi. Selama kegiatan, sel-sel

tubuh bekerja sangat aktif bekerja sehingga memerlukan pasokan oksigen yang

lebih banyak. Hal ini menyebabkan darah dipompa lebih cepat. Darah yang

dipompa ke luar jantung memiliki kekuatan dan kecepatan mengalir tertentu.

Kekuatan ini dilanjutkan oleh pembuluh nadi. Oleh karena otot pembuluh nadi

elastis maka nadi ikut berdenyut.

Kegiatan yang dilakukan juga meningkatkan suhu tubuh. Kenaikkan suhu

tubuh ini direspon oleh termofosfat yang ada di hipotalamus sebagai pusat

koordinasi homeostasis tubuh. Hipotamus akan melakukan regulasi suhu tubuh

agar tetap pada kisaran normal dengan cara vasodilatasi, yaitu memperbesar

pembuluh darah superfisal pada kulit agar darah panas banyak yang mengalir

sehingga memperbanyak pelepasan panas secara evaporasi. Akibat pembuluh

darah superfisal membesar, kerja jantung juga meningkat untuk memperbanyak

jumlah darah yang dipompa hali ini secara otomatis menjadikan tekanan sistole

dan diastole pun meningkat.

Percobaan kedua pada praktikum ini adalah pemberian kondisi ekstrem

dingin terhadap tubuh dengan memasukkan salah satu tangan ke dalam kulkas

selama 5 menit. Rata-rata hasil pengukuran tekanan darah sistole dan diastole

sebelum salah tangan dimasukkan ke dalam kulkas adalah 114,29/81,43mmHg LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 13

Page 14: 1. TEKANAN DARAH.docx

dengan standar deviasi 10,50/9,90. Setelah salah satu tangan dimasukkan ke

dalam kulkas, rata-rata hasil pengukuran tekanan darah sistole dan diastol

adalah 115,71/87,14mmHg dengan standar deviasi 11,37/13,50.

Namun ada empat orang dengan inisial IP, EA, RP,dan MLH yang tekanan

sistolenya kurang dari 100 mmHg. Menurut hasil pengukuran ini, keempat orang

tersebut dikatakan mempunyai tekanan darah rendah. Tekana darah rendah

atau hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah atau

turun di bawah normal hingga 90/60 mmHg.

Tekanan darah semua probandus pada percobaan kedua ini mengalami

kenaikan, yang artinya tidak ada perbedaan tekanan sistole dan diastole sebelum

dan sesudah tangan dimasukkan ke dalam kulkas baik laki-laki, perempuan, atau

data kelas yang dapat dilihat dari hasil uji t. Hasil uji t menunjukkan nilai sig. >

0.05 yang berarti tidak ada perbedaan tekanan systole dan diastole sebelum dan

sesudah tangan dimasukkan ke dalam kulkas.

Terjadinya perubahan tekanan darah ini berkaitan dengan pengaturan

suhu tubuh. Saat suhu lingkungan dingin, panas dalam tubuh dipertahankan

dengan cara mengurangi kehilangan panas. Hipotalamus mengurangi kehilangan

panas dari dalam tubuh dengan cara melakukan proses vasokonstriksi, yaitu

menyempitkan pembuluh darah superfisal agar darah yang mengalir sedikit dan

memindahkan aliran darah ke dalam tubuh untuk mengurangi pelapasan panas

melalui proses evaporasi. Akibat mengecilnya pembuluh darah superfisal, kerja

jantung pun melambat sehingga tekanan darah sistole dan diastol pun menurun.

Hasil pengukuran tekanan darah probandus dari praktikum yang telah

dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Menurut teori yang ada,

tekanan darah laki-laki lebih tinggi dari tekanan darah pada wanita. Akan tetapi,

pada praktikum yang telah dilakukan pada setelah kegiatan, tekanan darah

probandus laki-laki berinisial DI dan MLH lebih rendah daripada tekanan darah

probandus wanita. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah,

diantaranya adalah keadaan psikis yang menyebabkan saraf simpatis

merangsang jantung bekerja lebih cepat sehingga meningkatkan tekanan darah, LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 14

Page 15: 1. TEKANAN DARAH.docx

beban pikiran yang berat menyebabkan saraf simpatik merangsang jantung

sehingga tekanan darah meningkat, penyakit yang diderita yang berpengaruh

pada kerja jantung dan nantinya berpengaruh pada tekanan darah.Selain faktor

tersebut, tekanan darah, umumnya, ditentukan oleh:

a. Tahanan perifer, ini dipengaruhi oleh terjadinya kontraksi

(penyempitan) dan dilatasi (pelebaran) arteriol dan vena,

b. Tekanan jantung, ini dipengaruhi oleh jumlah darah dalam jantung dan

kekuatan kontraksi jantung,

c. Volume darah, dalam arteri ini dipengaruhi oleh keluaran jantung dan

tahanan perifer.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Suhu mempengaruhi tekanan darah sistole dan diastole, jika suhu tubuh

meningkat maka tekanan darah sistole dan diastole pun akan meningkat

dan sebaliknya.

2. Aktivitas tubuh mempengaruhi tekanan darah sistole dan diastole. Jika

aktivitas tubuh meningkat maka tekanan darah sistole dan diastole juga

akan meningkat.

3. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:

a. Umur

b. Kegiatan (kerja otot dan perubahan sikap)

c. Ketinggian (gravitasi)

d. Ekspirasi dan inspirasi

e. Kerja jatung

f. Pengaruh berpikir

VI. DAFTAR PUSTAKALAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 15

Page 16: 1. TEKANAN DARAH.docx

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, Edisi Kelima-Jilid

3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli

diterbitkan tahun 1999).

Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi PSn

PPs UNY.

Repository usu .2012. Tekanan darah. (Network) diunduh melalaui

http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=tekanan+darah+manusia+pdf&source=web&cd=8&cad=

rja&ved=0CE8QFjAH&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id

%2Fbitstream%2F123456789%2F20131%2F4%2FChapter

%2520II.pdf&ei=bgLIUIGYNJHRrQeX7IHIDw&usg=AFQjCNFYP6Ye2eYav

g2WcamksztbrpDUqApada Kamis 13 Desember 2012.

Soewolo, Soedjono Basoeki & Titi Yudani. 2005. Fisiologi manusia. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Walida, Hilwa, dkk. 2011. Laporan praktikum anatomi fisiologi manusia “denyut

jantung, tekanan darah, dan gerak refleks” .(Network) diiunduh

melalaui http://www.google.-co.id/#hl=id&tbo=d&sclient=psy-

ab&q=tekanan+darah+manusia+pdf&oq=tekanan+darah+manusia&gs

_l=hp.1.2.0l5j0i5i30l5.122148.125015.3.128709.17.12.2.0.0.9.388.310

0.0j2j7j3.12.0...0.0...1c.1.Hazqmnk5_qU&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_p

w.r_qf.&fp=7fc3e8d2b81ca42b&bpcl=39650382&biw=1366&bih=595

pada Kamis 13 Desember 2012.

LAMPIRAN

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 16

Page 17: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 1. Tekanan darah

KEGIATAN II

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 17

Page 18: 1. TEKANAN DARAH.docx

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Tujuan kegiatan:

a) Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai

konsentrasi larutan.

b) Mengetahui persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi

larutan.

1.2 Kompetensi khusus:

a) Mahasiswa dapat melakukan cara penentuan kecepatan hemolisis

dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.

b) Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.

II. LANDASAN TEORI

Darah merupakan cairan tidak tembus cahaya (opaque), agak

kental, berwarna merah terang (oxygenated) dan merah gelap

(deoxygenated), berat jenisnya berkisar antara 1,06 pH bersifat sedikit alkalis

(7,2). Apabila disentrifus (sentrifuge) dengan kecepatan putaran tertentu,

maka akan terpisah menjadi 2 bagian utama yaitu bagian yang berwarna

merah gelap disebut benda-benda darah yang terdiri dari: sel darah merah

(SDM), sel darah putih (SDP), dan keping darah (platelets, thrombocytes), dan

bagian kuning jernih yang disebut plasma. Komposisi darah merupakan salah

satu indikator parameter fungsi fisiologis hewan dan manusia. Perbandingan

antara plasma dan benda-benda darah pada kondisi normal bervariasi pada

laki-laki sekitar 47% dan perempuan 45%. Pada kondisi tertentu persentase

darah mengalami penurunan atau sebaliknya peningkatan.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 18

Page 19: 1. TEKANAN DARAH.docx

Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyusun organisme berada

dalam suatu lingkungan yang disebut lingkungan interna. Claude Bernard

(bangsa Perancis) menamakan lingkungan tersebut sebagai melieu interieur.

Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah ruang antarsel (intercelluler

space). Ruang antarsel bukan merupakan suatu ruangan kosong, melainkan

ruangan yang dipenuhi dengan cairan, demikian juga ruang dalam sel

(sitoplasma).Setiap sel penyusun suatu organisme pasti berada dalam suatu

cairan yang mengandung berbagai zat yang diperlukan oleh sel. Cairan

tersebut berupa cairan ekstraseluler (CES) yang dapat dibedakan menjadi

cairan interstitial dan/atau plasma darah.Sel pada umumnya berada dalam

cairan interstitial, sedangkan eritrosit berada dalam plasma darah.Membran

sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer,

dan bersifat semipermeabel. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air akan

berpindah dari dalam eritrosit keluar sehingga eritrosit akan mengalami

penyusutan (krenasi). Sebaliknya pada kondisi larutan hipotonis, maka air

akan masuk ke dalam sitoplasma eritrosit sehingga akan menggembung yang

kemudian pecah (lisis). Kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit dipengaruhi

oleh konsentrasi larutan.

Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam

tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan

oleh sel dan sisa-sisa metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain itu, cairan

tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu),

kekentalan (viskositas), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.

Zat-zat yang diperlukan sel antara lain:

a) Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis.

b) Makanan dalam bentuk sari-sari makanan (glukosa, asam lemak, dan

asam amino) untuk membentuk energi, dinding sel, dan sintesa protein.

c) Vitamin

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 19

Page 20: 1. TEKANAN DARAH.docx

d) Mineral sebagai katalisator proses ensimatis.

e) Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel.

Zat-zat yang dihasilkan oleh sel anatara lain:

1. Karbon dioksida dari proses pembakaran.

2. Protein dari sintesis di ribosoma.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan interseluler antara

lain:

1. Suhu,

2. Derajat keasaman (pH), dan

3. Kekentalan (viskositas) cairan.

Cairan yang memiliki kekentalan atau konsentarasi sama dengan cairan

dalam sel disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada dalam sel

disebut hipertonis, dan lebihrendah daripada sel disebut hipotonis. Cairan

hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma eritrosit ke luar

sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan dan membran selnya tampak

berkerut-kerut atau yang disebut krenasi atau plasmolysis. Sebaliknya, cairan

hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma eritrosit

sehingga eritrosit akan menggembung (plasmoptysis) yang kemudian pecah

(hemolisis).

Membran sel merupakan selaput yang luar biasa istimewanya. Sesuai

dengan teori mosaik, membran sel tersusun atas lipid bilayer, dan terdapat

protein integral, saluran-saluranbersifat semipermiabel. Ibaratnya berperan

sebagai pintu gerbang seluler. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel

dengan lingkungan disekelilingnya dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring,

dan pengatur masuknya zat-zat dari luar sel ke dalam sel dan keluarnya zat-zat

dari luar sel (ekstrasel) ke dalam sel (intrasel) melewati membran sel. Zat-zat

yang didapat dari pernafasan, makan dan minum, diangkut melalui sirkulasi

darah kemudian melalui kapiler pindah ke cairan interseluler (ruang antarsel)

selanjutnya pindah ke sitoplasma melalui membran sel.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 20

Page 21: 1. TEKANAN DARAH.docx

Plasmolisis

Plasmolisis adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa

sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu

zat , artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui

membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam ,

ternyata sungguh dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan materi dari

luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan

agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Kondisi

sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia

mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis / seimbang. Terkadang sel juga bisa

berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan

keluar karena diluar tekanan lebih besar , jika terjadi demikian maka terjadilah

lisis / plasmolisis yang membawa sel itu mati. Plasmolisis adalah contoh kasus

transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari

kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi

permeable , yang akan dibahas dengan contoh pada darah .

Osmosis

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk

hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika meletakan sel darah

merah dalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel

darah akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini

disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu

larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik

masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah.Proses ini

disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar

garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 21

Page 22: 1. TEKANAN DARAH.docx

air.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut

OEDEMA.

Pemahaman mengenai proses osmosis ini sangat diperlukan dalam

bidang biologi. Misalnya, dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus.Pada

infus, larutan nutrisi dimasukan langsung kedalam pembuluh darah. Larutan ini

harus memilik tekanan osmotik yang sama dengan tekanan osmotik darah agar

sel darah tidak mengalami krenasi atau hemolisis karena sangat membahayakan

jiwa pasien. Tekanan osmotik darah pada suhu 25℃ adalah 7,7atm.Oleh karena

itu, jika pasien akan diberi larutan glukosa melalui infus,konsentrasi glukosa yang

digunakan harus memiliki persen masa 5,3% . Osmosis yang terjadi juga bisa kita

amati pada peristiwa alam lainnya ,dalam banyak contoh yang menarik. Misalnya

pada pengawetan selai dan jeli yang dilakukan di rumah merupakan contoh lain

dari penerapan tekanan osmotik.

Gula dalam jumlah yang banyak ternyata penting dalam proses

pengawetan karena gula membantu membunuh bakteri yang bisa

mengakibatkan botulisme. Bila sel bakteri berada dalam larutan gula hipertonik

(konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung untuk bergerak keluar dari sel bakteri

ke larutan yang lebih pekat lewat osmosis. Proses ini yang disebut krenasi

(crenation), menyebabkan sel mengerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi.

Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri.Tekanan

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 22

Page 23: 1. TEKANAN DARAH.docx

osmotik juga merupakan mekanisme utama dalam pengangkutan air ke bagian

atas tumbuhan. Karena daun terus-menerus kehilangan air ke udara, dalam

proses yang disebut transpirasi, konsentrasi zat terlarut dalam cairan daun

meningkat. Air didorong ke atas lewat batang, cabang dan ranting-ranting pohon

oleh tekanan osmotik. Diperlukan tekanan sebesar 10-15 atm untuk mengangkut

air ke daun di pucuk pohon redwood di California, yang tingginya mencapai

sekitar 120 m. Teknik mengeluarkan bisul pada tubuh dengan mekanisme

osmosis dengan menerapkan gelli berupa balsam/salep yang hipertonik juga

memudahkan bisul segera kempes, pembuatan telur asin , ikan asin dan tentu

contoh yang lain yang prinsipnya disitu ada perbedaan tekanan dipastikan proses

osmosis akan berlangsung. Proses ini juga bisa terlihat pada tanaman yang

dipupuk urea sangat pekat tanaman bisa diharapkan tumbuh dengan baik tetapi

malah mati.

Jadi, Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel

tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan

akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.

Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak

akan menyebabkan terjadinya plasmolisis. Dampak plasmolisis yang

meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana

protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara

dinding sel dan membran.Akhirnya cytorrhysis – runtuhnya seluruh dinding sel –

dapat terjadi.Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah

kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi

plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama

pada sel hewan disebut krenasi.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 23

Page 24: 1. TEKANAN DARAH.docx

Sel hewan (darah) dalam kondisi lingkungan berbeda

Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam.

Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada

larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,

seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang

memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Bila sel

tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik,turgor sel akan meningkat. Bila

berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan

konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 24

Page 25: 1. TEKANAN DARAH.docx

sel tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel

dengan meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan

osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi

larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui ,maka nilai tekanan

osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

π = M x R x T di mana

π = tekanan osmotik (atm)=Tekanan Osmotik sel

M = Molaritas , Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel

terplasmolisis

R = tetapan gas (0.082 )

T = suhu (Kelvin ) =Temperatur mutlak (273+t 0C)

Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan

tekanan hidrostatik yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis.

Tekanan yang diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi

bebas ,sehingga PA meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam

larutan. Tekanan yang diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga

tekanan turgor.Dari ketiga potensial tersebut dapat dilihat adanya hubungan

yang dapat dituliskan rumus sebagai berikut :

PA = PO + PT

Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :

PA = PO

Keterangan :

PA = Potensial air

PO = Potensial osmotik

PT = Potensial tekananLAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 25

Page 26: 1. TEKANAN DARAH.docx

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Jenis kegiatan : Observasi

3.2 Objek pengamatan : sel darah merah manusia

3.3 Bahan dan Alat :

a) Mikroskop cahaya

b) Kaca benda dengan cekungan dan gelas penutup (Cover Glass),

c) Pipet pasteur

d) Garam fisiologis 3%, 1%, 0,9 %, 0,7 %, 0,5 %

e) Vaselin album,

f) Antikoagulan (Heparin atau Kalium Oksalat)

g) Darah perifer (probandus)

3.4 Prosedur Percobaan:

a) Mengambil darah perifer dari ujung jari manis sesuai SOP (standar

operasional prosedur)

b) Meneteskan 1 tetes darah di atas cekungan kaca objek, kemudian

menambahkan 1 tetes NaCl 0,7 %, mengamati di bawah mikroskop

dengan hati-hati dan mengamati kapan eritrosit tampak mulai hemolisis.

c) Melakukan seperti cara1 untuk larutan NaCl 0,5% dan aquades,

mencatat hasilnya, dan membahas

d) Untuk mengetahui kecepatan terjadinya reaksi melakukan seperti di atas

dengan menggunakan larutan NaCl lebih pekat daripada 0,7%. Mencatat

hasilnya dan membuat pembahasan.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 26

Page 27: 1. TEKANAN DARAH.docx

IV. HASIL PERCOBAAN

Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Pengaruh Tekanan Osmotik terhadap

Membran Eritrosit

Kepekatan Larutan

NaCl

Kelompok Hemolisis/krenasi Waktu(menit)

0,5 %

1 Hemolisis 5

2 Hemolisis 12.24

3 Krenasi 13.14

4 Hemolisis 5.19

5 Krenasi -

6 Krenasi 7

Jumlah

Rata-Rata

Krenasi dan

Hemolisis

8.59

0,7 %

1 Hemolisis 6.12

2 Hemolisis 10.07

3 Hemolisis 13.32

4 Hemolisisi 6.22

5 Hemolisisi 26.57

6 Krenasi 16

Jumlah

Rata-Rata

Hemolisis 13.19

0,9 %

1 Krenasi 7.19

2 Krenasi 9.18

3 Krenasi 10.21

4 Krenasi 7.25

5 Krenasi 26

6 isotonik 0

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 27

Page 28: 1. TEKANAN DARAH.docx

Jumlah

Rata-Rata

Krenasi 12.08

1 %

1 Krenasi 4.50

2 Krenasi 7.28

3 Krenasi 01.03

4 Krenasi 4.06

5 Krenasi 7.40

6 Krenasi 23

Jumlah

Rata-Rata

Krenasi 8.02

3 %

1 krenasi 2.09

2 Krenasi 4.12

3 Krenasi 0.33

4 Krenasi 3

5 Krenasi 6.40

6 Krenasi 17

Jumlah

Rata-Rata

Krenasi 5.59

PEMBAHASAN

Praktikum mengenai pengaruh tekanan osmotik terhadap membran

eritrosit bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi

eritrosit pada berbagai larutan serta mengetahui persentase hemolisis

eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. Kegiatan dilakukan dengan

mengobservasi preparat darah probandus yang didalamnya ada sel

erittrosit. Eritrosit ada di dalam plasma darah. Preparat dibuat dengan cara

mencampurkan darah probandus dengan garam fisiologis dalam beberapa

konsentrasi (NaCI 0,5%, 0,7%, 0,9%, 1%, dan 3%) di atas cekungan kaca

obyek kemudian ditutup dengan gelas kaca. Setelah itu, preparat

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 28

Page 29: 1. TEKANAN DARAH.docx

diobservasi menggunakan mikroskop kapan mulai terjadi hemolisis atau

krenasi.Penghitungan waktu dimulai ketika garam fisiologis diteteskan pada

darah probandus.

Kegiatan observasi preparat darah probandus pada praktikum ini

dilakukan oleh enam kelompok dengan masing-masing jumlah anggota

kelompok terdiri atas 3-4 orang probandus. Hal ini dikarenakan jumlah

probandus satu kelas yang adalah 21 orang sehingga dalam pembagian

jumlah anggota kelompok tidak sama. Setiap observer mengamati preparat

menggunakan mikroskop sesuai dengan konsentrasi garam fisiologis yaitu

NaCl 0,5%, 0,7%, 0,9%, 1%, dan 3%. Hasil dari observasi dapat dilihat pada

tabel di atas. Hasil yang diperoleh dari observasi pada konsentrasi garam

fisologis 0,9%, 1%, dan 3% sel eritrosit mengalami pengerutan/krenasi.

Krenasi yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari

dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam

medium atau cairan yang hipertonis terhadap isi eritrosit (phi larutan > phi

eritrosit).

Hasil observasi pada konsentrasi garam fisiologis 0,5% dan 0,7% dari

seluruh kelompok menunjukkan terjadi hemolisis pada sel eritrosit. Kecuali

pada kelompok tiga,lima dan enam yang menunjukan hasil krenasi pada

kosentrasi 0,5% dan kelompok enam pada kosentarasi 0,7%. Hemolisis

merupakan pecahnya membran eritrosit yang menyebabkan hemoglobin

bebas masuk ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Eritrosit pecah

karena berada pada larutan NaCl yang bersifat hipotonis (phi larutan < phi

eritrosit) sehingga plasma dan larutan NaCl akan masuk ke dalam eritrosit

yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan eritrosit menggembung.

Dinding eritrosit mempunyai kekuatan yang terbatas untuk menahan

menggembungnya eritrosit karena adanya plasma dan larutan hipotonis

yang masuk ke dalam erittrosit sehingga dinding akan pecah jika eritrosit

terus menggembung.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 29

Page 30: 1. TEKANAN DARAH.docx

Rata-rata waktu terjadinya krenasi antara larutan NaCl 3%, 1%, dan

0,9% tidak sama. Hal ini dikaranakan semakin besar konsentrasi larutan yang

bersifat hipertonis maka semakin cepat pula krenasi yang dialami eritrosit.

Maka waktu rata-rata krenasi eritrosit pada konsentrasi garam fisologis 1%

(8,2 menit) lebih lama dari pada waktu rata-rata krenasi eritrosit pada

konsentrasi garam fisologis 3% (5,59 menit). Hal ini terjadi karena semakin

besar konsentrasi pada larutan yang bersifat hipertonis maka semakin cepat

pula krenasi yang akan dialami sel. Dalam percobaan kali ini adalah

eritrosit.

Rata-rata waktu krenasi eritrosit pada konsentrasi garam fisologis

0,9% (12,8 menit) lebih lama daripada waktu rata-rata krenasi eritrosit pada

konsentrasi garam fisologis 1% dan 3% dan hal ini sesuai dengan

seharusnya. Waktu rata-rata terjadinya hemolisis eritrosit pada konsentrasi

garam fisologis 0,7% adalah 13,19 menit sedangkan waktu rata-rata

terjadinya hemolisis eritrosit pada konsentrasi garam fisologis 0,5% adalah

8,59 menit. Perbedaan ini terjadi karena pada konsentrasi garam fisiologis

0,5% terjadi perbedaan hasil yaitu kelompok satu,dua,dan empat

menunjukan hasil hemolisis sedangkan pada kelompok tiga, lima, dan enam

menunjukan hasil krenasi. Selain itu, pada kelompok lima tidak melampirkan

hasil kecepatan hasil krenasinya. Hal ini mungkin menyebabkan hasil

konsentrasi garam fisiologis pada 0,5% lebih rendah dari konsentrasi garam

fisiologis 0,7% yang seharusnya lebih tinggi dari konsentrasi 0,7%. Hasil dari

kelompok 6 pada kosentrasi 0,9 % menunjukka isotonic.

Presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan

belum bisa dijelaskan karena ketika observasi terhadap preparat observer

hanya terkonsentrasi pada waktu mulai terjadinya hemolisis atau krenasi.

Presentase hemolisis diketahui melalui pengamatan warna medium. Bila

eritrosit mengalami hemolisis maka hemoglobin akan larut dalam

mediumnya. Akibat dari terlarutnya hemoglobin tersebut, medium akan

berwarna merah. Makin banyak eritrosit yang mengalami hemolisis maka LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 30

Page 31: 1. TEKANAN DARAH.docx

makin merah warna mediumnya. Presentase krenasi diketahui melalui

pengamatan warna medium. Bila eritrosit mengalami krenasi maka eritrosit

akan mengecil dalam larutan garam fisiologis sehingga luas daerah yang

berwarna seperti larutan garam fisiologis semakin meluas. Makin banyak

eritrosit yang mengalami krenasi maka makin luas daerah yang berwarna

seperti larutan garam fisiologis.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum dan pembahan dapat dismpulkan bahwa

1. Kecepatan terjadinya hemolisis dan krenasi eritrosit tergantung pada

konsentrasi medium. Semakin hipotonis medium maka semakin cepat

terjadinya hemolisis dan semakin hipertonis medium maka semakin cepat

terjadinya krenasi.

2. Persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan pada

praktikum kali ini belum dapat dijelaskan karena selama observasi

observer hanya konsentrasi pada waktu terjadinya hemolisis atau krenasi

3. Cara menentukan kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada

berbagai konsentrasi larutan dilakukan dengan cara mengobservasi kapan

mulai terjadinya hemolisis dan krenasi eritrosit dan mencatat waktunya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi presentase hemolisis

eritrosit adalah konsentrasi larutan dan waktu.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 31

Page 32: 1. TEKANAN DARAH.docx

VI. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid

3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli

diterbitkan tahun 1999).

Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi PSn

PPs UNY.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Wiwid Chariss. 2011. Toleransi osmotic eritrosit.Diambil pada tanggal 2 Juni 2012

dari http://reminderme.blogspot.com/2011/08/toleransi-osmotik-

eritrosit.html.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 32

Page 33: 1. TEKANAN DARAH.docx

LAMPIRAN

Kosentrasi 0,9 % kosentrasi 3%

Kosentrasi 0,1 % kosentrasi 0,7 %

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 33

Page 34: 1. TEKANAN DARAH.docx

Kosentrasi 0,5 %

Gambar 2. Hasil pratikum tekanan osmotic

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 34

Page 35: 1. TEKANAN DARAH.docx

KEGIATAN III

MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Tujuan kegiatan

c) Praktikan dapat merekam refleks gerakan mata saat membaca

dengan menggunakan alat perekam elektro-okulograph (EOG).

d) Praktikan dapat menganalisis dan menginterpretasi hasil rekaman

gerakan mata saat membaca.

1.2 Kompetensi khusus

c) Mahasiswa praktikan dapat merekam refleks gerakan mata saat

membaca dengan menggunakan alat perekam elektro-okulograph

(EOG).

d) Mahasiswa praktikan dapat menganalisis dan menginterpretasi hasil

rekaman gerakan mata saat membaca.

II. LANDASAN TEORI

Alat penglihatan manusia adalah mata yang mengandung fotoreseptor.

Mata berbentuk suatu bola yang terletak dalam rongga mata yang dibatasi oleh

tulang-tulang kepala. Bola mata dibagi menjadi dua ruang, yaitu ruang anterior

danruang posterior. Ruang anterior terletak antara kornea dan lensa, berisi

cairan bening yang disebut aqueus humor. Sedangkan ruang posterior adalah

ruang yang terletak di belakang lensa, dan ruang ini berisi cairan kental bening

yang disebut vitreus humor, berfungsi menyumbang pada tekanan dalam bola

mata (Soewolo dkk, 2005: 137-138).

Bola mata diikat dan digerakkan oleh enam otot mata ekstrinsik, yaitu otot

lurus atas dan otot lurus bawah, otot lurus samping dan otot lurus tengah, otot

serong atas dan otot serong bawah. Dinding bola mata terdiri dari tiga lapis

jaringan, yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera, lapisan dinding bola mata yang

paling luar, tersusun dari suatu jaringan fibrosa yang kuat. Koroid, lapisan tengan

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 35

Page 36: 1. TEKANAN DARAH.docx

dari dinding bola mata., lapisan berpigmen dan merupakan lapisan yang penuh

dengan pembuluh darah. Dan retina, lapisan paling dalam dari bola mata, yang

tersusun atas (dari luar ke dalam): suatu lapisan berpigmen, lapisan fotoreseptor,

lapisan bipolar, dan lapisan ganglion (Soewolo dkk, 2005: 138-139).

Pengaturan otot pergerakan mata diatur oleh tiga pasang (enam otot mata

ekstrinsik), yaitu:

1. M. Rectus lateralis dan medialis: berkontraksi timbale balik untuk

menggerakkan mata dari sisi ke sisi

2. M. Rectus superior dan inferior: berkontraksi menggerakkan mata ke

atas dan ke bawah.

3. M. Obligus superior dan inferior: memutar bola mata dalam

mempertahankan lapang penglihatan dan posisi berdiri (Syaifuddin, 2009:

233).

Mata sebagai indera penglihatan dapat bergerak ke segala arah dalam

orbitnya untuk memperluas medan penglihatan. Dalam keadaan normal, kedua

bola mata kita selalu bergerak searah atau disebut gerakan

mata konyugatif. Gerakan bola mata dapat direkam karena bola mata

merupakan suatu dipole listrik yang dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara

kornea dan retina terdapat beda potensial yang tetap (steady);

kornea bermuatan positif terhadap retina dan beda potensial ini akan tetap

berada biarpun mata dikeluarkan (eksisi) dari kantung mata (Anonim, 2012).

Berbeda dengan EKG, karena beda potensial ini bukan suatu fenomena

elektro-fisiologik yang berkala. Beda potensial ini akan hilang bilamana retina

rusak. Adanya penempatkan dua elektroda pada garis yang tegak lurus pada

sumbu kornea-retina, maka potensial kornea retina ini akan menimbulkan

fluktuasi potensial yang sesuai dengan gerakan bola mata. Disebabkan karena

kornea atau retina, yang berbeda polaritas muatannya akan mendekati atau

menjauhi kedua elektroda tersebut sesuai dengan gerakan bola mata. Fluktuasi

potensial yang timbul pada dua elektode pengukur tersebut dapat direkam

secara elektro-fisiologik hingga dapat dikatakan bahwa elektrode-LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 36

Page 37: 1. TEKANAN DARAH.docx

okulografi ialah: merubah kualitas gerakan bola mata menjadi kuantitas beda

potensial yang direkam pada koordinat kartesius (Anonim, 2012).

Bola mata sebagai indera penglihatan dapat bergerak ke segala arah dalam

orbitnya untuk memperluas medan penglihatan. Gerakan bola mata tersebut

sering disebut gerakan mata berputar (sirkuler) namun dalam praktek gerakan

mata tersebut dibagi dalam gerakan mata secara horizontal dan vertikal.Dalam

keadaan normal kedua bola mata (kanan dan kiri) selalu bergerak searah atau

disebut gerakan mata konyugatif.Oleh karena itu, untuk merekam gerakan

bolamata cukup dilakukan perekaman satu bola mata saja (salah satu).

Penempatan elektrode perekam untuk merekam gerakan mata horizontal, pada

kedua canthus temporal, sedangkan untuk gerakan vertikal di atas dan di bawah

mata.

Gerakan bola mata dapat direkam karena bolamata merupakan suatu dipol

listrik yang dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina terdapat

beda potensial yang tetap (steady); kornea bermuatan positif terhadap retina

dan beda potensial ini akan tetap berada biarpun mata dikeluarkan (eksisi) dari

kantung mata. Berbeda dengan EKG, karena beda potensial ini bukan suatu

fenomena elektro-fisiologik yang berkala. Beda potensial ini akan hilang

bilamana retina rusak.

Refleks merupakan fenomena stimulus-respons yang dapat terjadi tanpa

disadari.Lengkung refleks (reflex arc) merupakan unit fungsional sederhana dari

fungsi sistem nervosum. Lengkung refleks terdiri atas beberapa komponen yaitu:

reseptor (penerima rangsang), neuron sensoris, neuron motoris, dan efektor

(otot). Jenis dan macam reseptor syaraf banyak sekali sebagai contoh: pada kulit

(panas, dingin, sentuh, nyeri), pada persendian (pacini), pada tendo (alat Golgi),

dan pada otot skelet (muscle spindle).(Anonim.2012)

Berdasarkan banyaknya sambungan neuron (sinapsis), maka dapat

dibedakan menjadi refleks monosinaptik, disinaptik, dan polisinaptik. Refleks

monosinaptik jika memiliki 1 sambungan neuron, disipnatik jika terdiri dari 2

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 37

Page 38: 1. TEKANAN DARAH.docx

sambungan neuron, dan disebut polisinaptik jika terdiri dari lebih dari 2

sambungan neuron. (Anonim.2012)

Dengan menempatkan dua elektroda pada garis yang tegak lurus pada

sumbu kornea-retina, maka potensial korneo-retinal ini akan meimbulkan

fluktuasi potensial yang sesuai dengan gerakan bola mata. Disebabkan karena

kornea atau retina, yang berbeda polaritas muatannya akan mendekati atau

menjauhi kedua elektrode tersebut sesuai dengan gerakan bolamata. Fluktuasi

potensial yang timbul pada kedua elektrode pengukur tersebut dapat direkam

secara elektro-fisiologik. Hingga dapat dikatakan bahwa elektro-okulografi ialah:

merubah kualitas gerakan bolamata menjadi kuantitas beda potensial yang

direkam pada koordinat Cartesian.

Membaca

Hambatan Membaca Cepat

Karena berbagai kemungkinan mencoba berusaha untuk dapat membaca

cepat.Berbagai usaha telah dilakukan tetapi belum berhasil.Padahal setiap orang

berpotensi untuk dapat membaca cepat. Ada beberapa kesalahan yang

umumnya dilakukan orang ketika membaca cepat, antara lain:

1) Sub Vokalisasi

Ini dimaksud ketika membaca cepat mulut dan hati sama-sama ikut

berujar.Biasanya kendala ini muncul ketika mengulangi bacaan,

mengeluarkan suara.

2) Finger Panting

Ini merupakan kesalahan dalam membaca cepat yang disebut finger

panting.Dalam perkembangannya parapakar membaca cepat justru

memperbolehkan teknik membaca capat menggunakan petunjuk

(pointer).

3) Regresi (Regretio)

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 38

Page 39: 1. TEKANAN DARAH.docx

Secara tidak sadar membaca kadang-kadang mata tertuju pada kata-kata

atau kalimat yang sudah dibaca. Ada kalanya ketika membaca pikiran

atau otak memikirkan bacaan yang lalu atau hal-hal lain.

Model Membaca Cepat

Sebelum berlatih membaca cepat, kita harus paham beberapa model

membaca cepat. Ada 2 model yang dapat digunakan dalam membaca, yaitu:

1) Model Line by Line

Model ini disebut juga dengan model garis per garis.Membaca model ini

kalimat dalam bahan bacaan dibaca secara berurutan dari baris pertama

hingga akhir secara berurutan.

2) Model Spiral

Ketika kita membaca bacaan yang dibaca tidak seluruh isi bacaan

dibacanya, tetapi dibaca secara gigjak atau spiral.

Tenik Membaca Cepat

Untuk dapat membaca cepat memang perlu teknik tertentu. Secara umum

ada 2 teknik membaca yaitu:

1) Teknik Scanning

Membaca scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan

tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan

imajinasi.

2) Teknik Skimming

Membaca skimming adalah membaca secara garis besar untuk

mendapatkan gambaran umum isi buku.Teknik ini biasanya dilakukan

ketika mencari suatu yang khusus dalam teks.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 39

Page 40: 1. TEKANAN DARAH.docx

Langkah-langkah Membaca Cepat

Sebelum melatih membaca, perlu dipahami beberapa langkah membaca

cepat yaitu:

1) Langkah pertama adalah persiapan

Tahap persiapan ini dimulai dari membaca judul.Judul yang ditafsirkan

dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami.

Hubungan pengalaman atau wawasan dengan judul bahan bacaan yang

akan dibaca, kemudian yang perlu diperhatikan lagi yaitu huruf cetak

tebal atau miring.

2) Langkah kedua pelaksanaan

Jika telah melaksanakan tahap persiapan, maka sudah dapat

membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan

dibaca.

Latihan Membaca Cepat

Untuk menguasai ketrampilan membaca cepat perlu adanya:

3) Melatih otot mata. Otot mata dapat dilakukan dengan gerakan bola mata

dalam keadaan.

4) Melatih pheripel mata. Dapat dilakukan dengan cara pandangan matra

mengikuti perakan telunjuk di depan mata.

5) Melatih pernafasan. Dapat dilakukan dengancara tarik nafas panjang

secara perlahan.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 40

Page 41: 1. TEKANAN DARAH.docx

III. METODE PRAKTIKUM

1.1 Jenis kegiatan: Observasi

1.2 Objek pengamatan: hasil rekaman membaca Probandus

1.3 Bahan dan Alat:

h) Elektro-okulograph (EOG)

i) Elektroda Perekam

j) Gel Elektroda

k) Kapas Alkohol

l) Teks dalam bacaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

1.4 Prosedur Percobaan:

e) Kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm

f) Kecepatan rekam 25 mm/detik

g) Frekuensi rekam 0-30 Hz

h) Membersihkan kulit di canhtus lateralis mata dengan kapas alkohol

untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas

rekam sebelum elektroda perekam dipasang.

i) Mengoleskan pasta perekam (gel elektroda) untuk memudahkan

hantaran listrik.

j) Memasang elektroda perekam pada canthus lateralis mata kanan =

merah, dan pada mata kiri = hitam

k) Mempersiapkan probandus untuk membaca

l) Probandus membaca

m) Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 41

Page 42: 1. TEKANAN DARAH.docx

IV. HASIL PERCOBAAN

Tabel 3.1. Hasil Analisis Rekaman Gerakkan Bola Mata Saat Membaca Teks

BINDO

No Nama Teks Bahasa Indonesia

Σ Fiksasi ΣFiksasi/baris ΣDurasi

keseluruhan(detik)

ΣDurasi/baris Satuan Baca Kecepatan

Baca

1 David I 51 7,29 12,40 1,770,96 4,11

2 Ela A 79 11,29 25,8 3,690,62 3,06

3 Ratna P 44 6,29 19 2,711,11 2,32

4 Lilik 64 9,14 18 2,570,77 3,56

5 Ipin 56 8 14,40 2,6 0,88 3,89

6 Mei 53 7,57 16,40 2,34 0,92 3,23

7 Rina 46 6,57 12,60 1,8 1,07 3,65

8 Irma 54 7,71 12,20 1,74 0,91 4,43

9 Ayu 41 5,85 13 1,85 1,20 3,15

10 Rini 33 7,71 8,2 1,17 0,91 4,02

11 Luthfi 30 4,3 7,4 1,06 1,63 4,05

12 Ilma 59 8 15,4 2,2 0,88 3,83

13 Arsi 40 5,71 10 1,42 1,23 4,00

14 Diah 41 5,85 9,2 1,31 1,20 4,46

15 Radian 34 4,86 7,2 1,03 1,44 4,72

16 Keke 47 6,7 13,6 1,941,04 3,46

17 Nika 44 6,3 10,6 1,51,11 4,15

18 Riha 41 5,8 12,4 1,81,21 3,31

19 Rika 65 9,2 17 2,4 0,76 3,82

20 Novia 59 8,4 18,6 2,65 0,83 3,17

21 Titis 55 7,8 12,8 1,8 0,90 4,30

RATA-RATA 49,33 7,16 13,63 1,97 1,03 3,75

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 42

Page 43: 1. TEKANAN DARAH.docx

Tabel 3.2. Hasil Analisis Rekaman Gerakkan Bola Mata Saat Membaca Teks

BING

No Nama Teks Bahasa Inggris

Σ Fiksasi ΣFiksasi/baris ΣDurasi

keseluruhan(detik)

ΣDurasi/baris Satuan

Baca

Kecepatan Baca

1 David I 4,2 8,4 10.4 2.080,83 0,40

2 Ela A 81 16.2 28.2 5.640,43 2,87

3 Ratna P 41 8.2 14.4 2.880,85 2,85

4 Haryana 43 8.6 18 3.60,81 2,39

5 Ipin 35 7 13,40 2,8 1,00 2,61

6 Mei 45 9 14,40 2,88 0,78 3,13

7 Rina 42 8,4 15,20 3,04 0,83 2,76

8 Irma 40 8 11,80 2,36 0,88 3,39

9 Ayu 29 5,80 10 2 1,21 2,90

10 Rini 27 5,4 6,2 1,24 1,30 4,35

11 Luthfi 26 5,2 6,6 1,32 1,35 3,94

12 Ilma 49 9,8 14,8 2,96 0,71 3,31

13 Arsi 31 6,2 7,2 1,44 1,13 4,31

14 Diah 27 5,4 6,8 1,36 1,30 3,97

15 Radian 25 5 5,6 1,12 1,40 4,46

16 Keke 42 8,4 12,4 2,480,83 3,39

17 Nika 35 7 11,4 2,281,00 3,07

18 Riha 38 7,6 11,4 2,280,92 3,33

19 Rika 49 9,8 18 3,6 0,71 2,72

20 Novia 52 10,4 20 4 0,67 2,60

21 Titis 38 7,6 11 2,2 0,92 3,45

RATA-RATA 38,06 7,47 11,90 2,32 0,95 3,15

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 43

Page 44: 1. TEKANAN DARAH.docx

PEMBAHASAN

Praktikum tentang merekam gerakan mata saat membaca ini bertujuan

untuk merekam refleks gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat

perekam elektro-okulograph (EOG) dan menerangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi refleks gerakan mata saat membaca. Teks yang dibaca terdiri dari

dua macam yaitu teks berbahasa Indonesia dan teks berbahasa Inggris. Hasil dari

pratikum tentang merekam gerakan mata dapat dilihat pada table di atas.

Mata sebagai indera yang berfungsi untuk melihat melakukan gerakan pada

saat digunakan untuk membaca. Guyton dan Hall (1996: 850 dalam Anonim,

2012) menyatakan bahwa gerakan pada mata merupakan gerak refleks.

Pergerakan mata yang bergerak ke kiri dan ke kanan, ke atas, ke bawah,

dan berputar, disebabkan karena mata mengikuti arah gerakan objek yang dilihat

tanpa dipengaruhi oleh sistem kendali (otak). Bila penglihatan bergerak secara

terus-menerus mendahului gerakan mata, misalnya sewaktu orang mengendarai

mobil atau berputar-putar, maka mata akan terfiksasi pada satu sorotan cahaya

ke sorotan cahaya lainnya dalam lapang pandangan, melompat-lompat dari satu

tempat ke tempat lainnya dengan kecepatan dua sampai tiga lompatan per detik.

Mata juga dapat terfiksasi pada saat benda bergerak, disebut gerakan

mengejar.Contohnya, bila ada gerakan ke atas ke bawah atau pun ke kiri dan ke

kanan.

Hasil pratikum menunjukkan bahwa, saat probandus membaca teks, Elektro-

okulograph (EOG) memperlihatkan gerakan fiksasi tersebut. Gerakan mata yang

paling penting adalah gerakan yang menyebabkan mata itu ter”fiksasi”

pada bagian yang luas pada dari lapangan pandangan. Gerakan fiksasi

ini diatur oleh dua mekanisme saraf, pertama adalah pengaturan yang

menyebabkan orang dapat menggerakan mata secara volenter untuk

menemukan objek dalam penglihatannya yang kemudian akan difiksasinya.

Gerakan ini disebut mekanisme fiksasi volunteer. Kedua adalah mekanisme yang

dapat menahan mata secara tetap pada obyek seketika setelah itu ditemukan

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 44

Page 45: 1. TEKANAN DARAH.docx

oleh mata; keadaan ini disebut sebagai mekanisme fiksasi involunteer. Fiksasi

yang direkam dapat digunakan untuk menghitung nilai satuan membaca dan

kecepatan membaca setiap probandus. Satuan membaca diperoleh dengan cara

membagi jumlah kata yang dibaca dengan jumlah fiksasi. Satuan membaca

menunjukkan banyaknya kata yang terbaca untuk satu kali fiksasi (satu

lompatan). Kecepatan membaca diperoleh dengan cara membagi jumlah fiksasi

dengan jumlah durasi waktu yang diperlukan untuk membaca teks, yaitu pada

praktikum kali ini adalah teks berbahasa Indonesia dan teks berbahasa Inggris.

Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan adanya kecepatan membaca

masing-masing probandus tidaklah sama. Probandus yang memiliki kecepatan

membaca teks berbahasa Indonesia tercepat adalah Radian (4,72 satuan baca/

detik). Kecepatan membaca probandus ini lebih besar 0,97 satuan baca/detik

dari rata-rata kecepatan membaca seluruh probandus 3,75 satuan baca/detik.

Probandus yang memiliki kecepatan membaca teks berbahasa Indonesia

terendah adalah Ratna 2,32 satuan baca/detik. Kecepatan membaca probandus

ini lebih kecil 1,43 satuan baca/detik dari rata-rata kecepatan membaca seluruh

probandus.

Hasil analisis kecepatan membaca teks berbahasa Inggris menunjukkan

bahwa Radian masih yang memiliki kecepatan membaca tercepat yaitu 4,46

satuan baca/detik. Kecepatan membaca ini lebih besar 1,31 satuan baca/detik

dari rata-rata kecepatan membaca seluruh probandus 3,15 satuan baca/detik.

Probandus yang memeliki kecepatan membaca teks berbahasa Inggris terendah

adalah David 0,40 satuan baca/ detik lebih kecil 2,75 satuan baca/detik dari rata-

rata kecepatan membaca seluruh probandus.

Perbedaan kecepatan membaca masing-masing probandus ini disebabkan

karena beberapa faktor yang mempengaruhi refleks gerak mata saat membaca,

yaitu:

1) Tingkat kebiasaan membaca probandus,

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 45

Page 46: 1. TEKANAN DARAH.docx

Seseorang yang mempunyai kebiasaan sering membaca, kecenderungan

mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang

yang kurang kebiasaan membaca.

2) Gerakan-gerakan muka atau seringkali menggerak-gerakkan kepala;

Hal ini dapat menghambat seseorang untuk membaca cepat karena

pergerakan kepala sebenarnya kalah jauh dengan pergerakan mata.

3) Jarak antara teks dengan mata;

Jarak yang tidak sesuai dengan jarak normal mata masing-masing

probandus akan memberikan pengaruh kepada gerakan mata. Jika jarak

antara teks dengan mata berada pada jarak yang normal maka mata akan

lebih cepat bergerak.

4) Kondisi fisik dan mental (suasana hati)

Membaca melibatkan dua aktivitas, yakni fisik dan mental.Kedua aktivitas

ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Apabila salah

satunya terganggu akan berdampak pada akivitas yang lainnya.

5) Konsentrasi

Konsentrasi merupakan hal penting dalam membaca. Jika seseorang tidak

dapat fokus pada suatu bacaan atau teks, maka ia akan sering membaca

mundur ke belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa

kata sebelumnya.

6) Latar belakang pengetahuan

Keluasan pengetahuan menjadi modal utama dalam meningkatkan

kecepatan membaca dan kelancaran pemahaman. Tanpa ini,

pembacaakan merasa kesulitan memahami isi bacaan kendatipun

pembaca mempunyai ketertarikan yang tinggi serta mempunyai kondisi

fisik dan mental yang bagus.

Selain faktor dari diri probandus (pembaca), ada faktor lain yang

mempengaruhi kecepatan membaca seseorang yaitu faktor tulisan atau

teks bacaan. Adapun faktor yang terdapat pada tulisan yang dapat

mempengaruhi kecepatan membaca meliputi: LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 46

Page 47: 1. TEKANAN DARAH.docx

1) Kosakata

Sebuah teks yang menggunakan kosakata yang asing, tidak lazim, dan

sulit dipahami memiliki dampak yang sangat fatal terhadap

pemahaman pembaca.Hal ini menyebabkan pembaca harus

membaca dengan lambat.

2) Kalimat panjang atau kompleks

Kalimat seperti ini dalam setiap teks pasti ada, karena sebenarnya

teks bacaan itu tercipta atas gabungan dua macam kalimat, yaitu

kalimat sederhana dan kalimat panjang.Namun, penggunaan kalimat

panjang yang terlalu banyak dapat menjadi kendala kelancaran

tingkat pembacaan seseorang.

3) Konsep atau kerangka berpikir yang kompleks

Bagian ini sebenarnya tersirat dalam kosakata dan kalimat

kompleks.Karena seorang penulis yang mempunyai pemikiran atau

konsep yang rumit terefleksi dari penggunaan bahasa baik kosakata

maupun kalimat yang kompleks.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan adalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks gerakan mata saat membaca

mempengaruhi juga pada kecepatan membaca, faktor-faktor tersebut

adalah tingkat kebiasaan membaca probandus, gerakan-gerakan muka

atau seringkali menggerak-gerakkan kepala, jarak antara teks dengan

mata, kondisi fisik dan mental (suasana hati), konsentrasi, dan latar

belakang pengetahuan.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 47

Page 48: 1. TEKANAN DARAH.docx

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kegiatan 3, merekam gerakan mata saat membaca.(Network)

diunduh pada tanggal 5 Nopember 2012 darihttp://dc152.4shared.com/-

doc/5dWWPzmz/preview.html.

Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi PSn

PPs UNY.

Kumala D, Fransisca. 2010. Anatomi indra penglihatan.(Network) diunduh pada

tanggal 5 Nopember 2012

darihttp://fransiscakumala.wordpress.com-/2010/02/08/anatomi-mata/.

Soewolo, Soedjono Basoeki, & Titi Yudani. 2005. Fisiologi manusia. Malang:

Universitas Negeri Malang.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 48

Page 49: 1. TEKANAN DARAH.docx

LAMPIRAN

Gambar 3. Merekam Gerakan Mata saat Membaca

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 49

Page 50: 1. TEKANAN DARAH.docx

KEGIATAN IV

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH

I. TUJUAN PRAKTIKUM

a. Tujuan kegiatan

Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati

pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia

b. Kompetensi Khusus

Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati

pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia

II. DASAR TEORI

Manusia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan

meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu

tubuhnya. Kulit memegang peranan penting dalam mempertahankan suhu

tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar

keringat yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di samping itu, terdapat

reseptor berbagai macam sensasi satu di antaranya adalah termoreseptor

(Soewolo dkk, 2005: 286-287).

Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur

suhu tubuh yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal

(sebagai contoh pada manusia suhu optimalnya 37,10C). Pengaturan suhu

badan (thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai

proses metabolisme dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus

seimbang dengan banyaknya panas yang dikeluarkan dari tubuh. Proses LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 50

Page 51: 1. TEKANAN DARAH.docx

regulasi atau pengaturan panas badan yang paling banyak berperan adalah

sel-sel syaraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu badan

internal terutama suhu darah. Proses pembebasan panas dari tubuh dapat

melalui berbagai cara antara lain lewat kulit, saluran pernafasan, mulut,

feses, dan urine. Kehilangan panas paling banyak terjadi lewat kulit yakni

hampir 80%.

Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara tepat karena

melibatkan sistem syaraf dan hormon sehingga dapat neuro-endokrin.

Regulasi panas badan menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif)

artinya apabila panas badan melebihi suhu optimal, maka hipothalamus

akan berusaha menurunkan ke optimal dan sebaliknya. Sebagai ilustrasi jika

suhu lingkungan tinggi atau suhu badan meningkat 1-20C, maka kenaikan

suhu tersebut akan mempengaruhi sel-sel syaraf hipothalamus selanjutnya

akan menginstruksikan lewat neuro-endokrin ke syaraf perifer agar

meningkatkan sirkulasi darah perifer yang berada di bawah kulit dan

meningkatkan perkeringatan sehingga panas badan banyak yang keluar.

Selanjutnya suhu darah yang telah turun tersebut akan ke hipothalamus

dan menginstruksikan agar aktifitas sel-sel syarafnya diturunkan sehingga

suhu badan tetap dalam kondisi optimal.

Pengaturan suhu tubuh manusia merupakan contoh suatu sistem

homeo-stasis kompleks yang fasilitasi oleh mekanisme umpan balik. Sel-sel

saraf yang mengatur termoregulasi, dan juga sel-sel saraf yang mengontrol

banyak aspek lain dari homeostasis terpusat di hipotalamus. Hipotalamus

memiliki termofosfat yang merespon pada perubahan suhu di atas dan di

bawah kisaran suhu normal dengan cara mengaktifkan mekanisme yang

memperbanyak hilangnya panas atau perolehan panas (lihat gambar 1).

Sel-sel saraf yang mengindera suhu tubuh terletak pada kulit,

hipotalamus itu sendiri, dan beberapa bagian lain sistem saraf. Beberapa

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 51

Page 52: 1. TEKANAN DARAH.docx

diantaranya adalah reseptor panas yang memberi sinyal kepada

termofosfat hipotalamus ketika suhu kulit atau darah meningkat dan

reseptor dingin yang mensinyal termofosfat ketika suhu turun. Termofosfat

itu merespon terhadap suhu tubuh di bawah kisaran normal dan

menghambat mekanisme kehilangan panas serta mengaktifkan mekanisme

penghematan panas seperti vasokonstriksi pembuluh superfisial dan

berdirinya bulu atau rambut, sementara merangsang mekanisme yang

membangkitkan panas (termogenesis melalui menggigil dan tanpa

menggigil). Sebagai respon terhadap suhu tubuh yang meningkat,

termofosfat mematikan (menginaktifkan) mekanisme penghematan panas

dan meningkatkan pendinginan tubuh melalui vasodilatasi, berkeringat,

atau painting. (Campbell dkk, 2000: 106).

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 52

Page 53: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 1. Fungsi Termofosfat Hipotalamus Dan Mekanisme Umpan-

Balik Pada Termoregulasi Pada Manusia

Sumber: (Campbell et al. 2008)

Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit sangat berubah-ubah.

Vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan aliran

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 53

Page 54: 1. TEKANAN DARAH.docx

darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya,

vaso-konstriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit,

sehingga menjaga suhu pusat tubuh konstan, dimana darah diinsulasi dari

lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas. Respon-respon

vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur sistem para

simpatik. Aktivitas simpatetik yang ditingkatkan ke pembuluh kutaneus

menghasilkan penghematan panas vasokonstriksi untuk merespon suhu

dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan

panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu

panas (Soewolo dkk, 2005: 287-288).

Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah

makin berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi

maksimum pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh

efek langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri.

Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls saraf datang ke

pembuluh tersebut pada suhu mendekati suhu 0oC sehingga pembuluh

darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat mencegah

pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan telinga

(Syaifuddin, 2009: 324).

Suhu tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:

1. Exercise: semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15x,

sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal rate-nya.

2. Hormon: Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur

pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron,

insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-

15%.

3. Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis

dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik

melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 54

Page 55: 1. TEKANAN DARAH.docx

epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga

meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.

4. Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan

metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan

meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.

5. Asupan makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme

rate terutama intake tinggi protein.

6. Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi

(Sunardi, 2008).

III. METODE PRAKTIKUM

2.1 Jenis kegiatan : Observasi

2.2 Obyek pengamatan : Probandus

2.3 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran suhu tubuh

poikiloterm adalah:

a. Termometer badan yang skalanya antara 35-43°C

b. Alat kompres air

c. Air es

d. Air panas

e. Stopwatch

2.4 Prosedur kerja

a. Mengatur termometer dalam skala terendah dengan cara mengibas-

ngibaskan termometer tersebut.

b. Menaruh termometer terebut pada ketiak naracoba selama kurang

lebih 3 menit, kemudian amati skalanya dan catat suhunya.

c. Menempelkan kompres air dingin selama lima menit pada leher

(sekitar arteri jugularis).LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 55

Page 56: 1. TEKANAN DARAH.docx

d. Mengukur suhu tubuh

e. Mengulangi langkah c dan d dengan mengganti kompres air hangat.

f. Mencatat suhu tubuh yang terukur.

IV. HASIL PERCOBAAN

Tabel 4.1.Hasil Pengamatan Praktikan Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap

Suhu Tubuh

No Nama Normal

(℃)

Hasil pengukuran suhu tubuh

Ketika

kompres air

dingin (℃)

Setelah

kompres air

dingin (℃)

Ketika

kompres air

panas(℃)

Setelah kompres

air hangat(℃)

1 David I 36,1 36,02 36,34 36,06 36,48

2 Ela A 36,4 36,88 36,27 36,88 36,29

3 Ratna P 36,2 35,4 36,23 35,5 36,48

4 Haryana 35,5 35,4 35,57 35,82 35,85

5 Ipin 36,9 36,18 36,89 35,4 36,83

6 Mei 36,2 35,88 35,78 35,7 35,72

7 Rina 35,5 35,4635,58

35,4235,39

8 Irma 36,3 36,48 36,28 36,22 35,71

9 Ayu 35 36,3435,89

36,535,43

10 Rini 35,8 34,8435,22

35.935,53

11 Luthfi 35,8 36,335,54

36,1835,91

12 Ilma 36,8 35,6 35,71 36,46 35,78

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 56

Page 57: 1. TEKANAN DARAH.docx

13 Arsi 36,8 35,6 36,76 35,98 36,23

14 Diah 36,8 35,536,56

36,4636,46

15 Radian 36,8 36,2636,75

36,3836,42

16 Keke 35,7 36,22 36,03 35,54 36,4

17 Nika 38,6 35,4435,78

35,6636,23

18 Riha 36,6 35,68 35,21 36,2 35,87

19 Rika 36,1 35,8835,95

36,2835,87

20 Novia 36,3 36,64 35,55 36,38 35,63

21 Titis 35,6 35,636,03

35,5636,3

RATA-RATA 36,28 36,02 36,00 36,06 36,04

ANALISIS DATA

a. Data hasil analisis One-Way ANOVA sebelum dan sesudah dikompres

air dingin

ANOVA

AIRDINGIN

3,530 12 ,294 1,897 ,185

1,241 8 ,155

4,770 20

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Berdasarkan hasil analisis One-Way ANOVA di atas terlihat

bahwa:

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 57

Page 58: 1. TEKANAN DARAH.docx

a. F hitung = 1,897dan F tabel (α=0.05; 12, 8) = 3,28 sehingga F

hitung <F tabel, dan nilai sig. > 0,05 sehingga H0 diterima.

b. Atau dapat dilihat melalui nilai sig. 0,185 > 0,05 sehingga tidak ada

pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

Kesimpulan:

Rata-rata suhu badan naracoba sebelum diberikan kompres air

dingin tidak berbeda dengan rata-rata suhu badan naracoba sesudah

diberikan kompres air dingin. Hal ini berarti pemberian kompres air

dingin terhadap naracoba tidak berpengaruh terhadap suhu badan.

b. Data hasil analisis One-Way ANOVA sebelum dan sesudah dikompres

air panas

ANOVA

AIRPANAS

2,329 12 ,194 1,639 ,246

,947 8 ,118

3,276 20

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Berdasarkan hasil analisis One-Way ANOVA di atas terlihat bahwa:

a. F hitung = 1,639dan F tabel (α=0.05; 12, 8) = 3,28 sehingga

Fhitung<Ftabel. Jadi H0diterima.

b. Atau dapat dilihat dari nilai sig.=0,246 > 0,05 sehingga tidak ada

pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

Kesimpulan:

Rata-rata suhu badan naracoba sebelum diberikan kompres air

panas tidak berbeda dengan rata-rata suhu badan naracoba sesudah

diberikan kompres air panas. Hal ini berarti pemberian kompres air

panas terhadap naracoba tidak berpengaruh terhadap suhu badan,

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 58

Page 59: 1. TEKANAN DARAH.docx

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini adalah mengenai pengaruh lingkungan terhadap

suhu tubuh dengan tujuan melakukan pengukuran suhu tubuh

homeoterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu

tubuh manusia. Ada tiga kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini.

Pertama, mengukur suhu tubuh normal dengan cara menaruh

termometer yang telah terkalibrasi pada ketiak selama tiga menit, suhu

yang terukur adalah suhu normal, kegiatan ini merupakan kegiatan

kontrol. Kedua, mengompres dengan air dingin selama lima menit pada

leher (sekitar arteri jugularis). Kemudian menaruh termometer yang telah

terkalibrasi pada ketiak selama tiga menit, setelah hasil pengukuran suhu

yang tercatat pada termometer ditulis dalam tabel, termometer

dikalibrasi kembali dan diletakkan pada ketiak selama tiga menit, hasil

pengukuran suhu oleh thermometer dicatat dalam tabel, begitu

seterusnya sampai 5 kali dan merata-ratakannya. Ketiga, mengompres

dengan air hangat selama lima menit pada leher (sekitar arteri jugularis)

dan melakukan hal yang sama seperti kegiatan kedua. Kegiatan kedua

dan ketiga ini merupakan kegiatan eksperimen.

Dari data hasil pratikum rata-rata, suhu normal probandus adalah

36,28oC. Hasil pengukuran ini menandakan bahwa suhu rata-rata tubuh

praktikan berada pada kisaran suhu tubuh yang normal karena suhu

tubuh normal dewasa diukur pada bagian ketiak berkisar dari 34,7 °C–

37,3 °C. Rata-rata hasil pengukuran suhu tubuh ketika kompres air ding

adalah 36,02 oC sedangkan rata-rata hasil pengukuran suhu tubuh yang

terukur setelah pengompresan dengan air dingin pada leher (sekitar

arteri jugularis) adalah 36oC. Rata-rata hasil pengukuran suhu tubuh

ketika kompres air panas adalah 36,06 oC sedangkan hasil pengukuran

yang terukur setelah pengompresan dengan air hangat dengan rata-rata

36,04oC. Dari hasil analisis uji anova satu arah di atas menunjukkan LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 59

Page 60: 1. TEKANAN DARAH.docx

bahwa tidak ada perbedaan rata-rata suhu tubuh pada keadaan normal

dengan rata-rata suhu tubuh setelah dikompres dengan air dingin dan

setelah dikompres dengan air hangat.

Manusia yang tergolong organisme homeoterm memiliki kemampuan

menjaga keseimbangan suhu tubuhnya agar selalu berada pada keadaan

yang konstan (berada pada kisaran yang normal) sekalipun suhu

lingkungannya sangat berubah. Hal ini bersesuaian dengan ungkapan

yang ditulis oleh Soewolo (Soewolo dkk, 2005: 286-287) bahwa suhu

tubuh manusia konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di

atas atau di bawah suhu tubuhnya. Dalam hal ini menurutnya, kulit

memegang peranan penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di

dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat

yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di samping itu terdapat reseptor

berbagai macam sensasi panas atau dingin, satu di antaranya adalah

termoreseptor.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang manusia sebagai organisme

homeoterm hasil pengukuran suhu tubuh pada percobaan pertama

setelah leher dikompres dengan air dingin dan hasil pengukuran suhu

tubuh pada pecobaan kedua setelah leher dikompres dengan air hangat

sama dengan teori karena rata-rata perubahan suhu praktikan berada

pada kisaran normal yaitu berada antara 34,7 °C– 37,3 °C. Hasil ini

diperkuat dari analisis anova satu arah pada percobaan pertama yang

menyimpulkan bahwa tidak ada perbadaan suhu tubuh sebelum dan

sesudah leher dikompres dengan air dingin dan air hangat. Sekali lagi

perlu dilihat kembali pada tabel hasil percobaan bahwa rata-rata suhu

tubuh praktikan berada pada kisaran normal yang hal ini tidak berbeda

dengan prinsip homeostasis termoregulasi pada manusia. Termoregulasi

adalah pemeliharaan suhu tubuh di dalam kisaran yang membuat sel-sel

mampu befungsi secara efisien (berada pada kisaran suhu normal).

Pengaturan suhu tubuh manusia berpusat di hipotalamus yang LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 60

Page 61: 1. TEKANAN DARAH.docx

mengontrol sel-sel saraf pengatur termoregulasi. Hipotalamus memiliki

termofosfat yang merespon pada perubahan suhu di atas dan di bawah

kisaran suhu normal dengan cara meng-aktifkan mekanisme yang

memperbanyak hilangnya panas atau perolehan panas. Sel-sel saraf yang

mengindera suhu tubuh terletak pada kulit, hipotalamus itu sendiri, dan

beberapa bagian lain sistem saraf. Beberapa diantaranya adalah reseptor

panas yang memberi sinyal kepada termofosfat hipotalamus ketika suhu

kulit atau darah meningkat dan reseptor dingin yang mensinyal

termofosfat ketika suhu turun. Termofosfat itu merespon terhadap suhu

tubuh di bawah kisaran normal dan menghambat mekanisme kehilangan

panas serta mengaktifkan mekanisme penghematan panas seperti

vasokonstriksi pembuluh superfisial dan berdirinya bulu atau rambut,

sementara merangsang mekanisme yang membangkitkan panas

(termogenesis melalui kontraksi dan tanpa menggigil). Sebagai respon

terhadap suhu tubuh yang meningkat, termofosfat mematikan

(menginaktifkan) mekanisme penghematan panas dan meningkatkan

pendinginan tubuh melalui vasodilatasi, berkeringat. Saat keadaan yang

sangat ekstrim manusia harus mampu melakukan adaptasi perilaku agar

suhu tubuhnya tetap bisa berada pada keadaan yang normal.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah pada organisme

homeoterm salah satunya manusia, perubahan suhu lingkungan tidak

mempengaruhi suhu tubuh. Karena adanya proses homeostasis pada

manusia berupa termoregulasi yang sistem koordinasinya terpusat pada

hipotalamus. Dengan adanya proses ini suhu tubuh tetap berada pada

keadaan yang normal walaupun suhu lingkungan berubah. Akan tetapi, pada

kondisi yang sangat ekstrim manusia perlu melakukan adaptasi perilaku.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 61

Page 62: 1. TEKANAN DARAH.docx

VI. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid

2. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli

diterbitkan tahun 1999).

________________________________________. 2008. Biology (eight edition).

San Francisco. Pearson Education, Inc.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 62

Page 63: 1. TEKANAN DARAH.docx

Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi PSn

PPs UNY.

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi manusia. Malang: Universitas Negeri Malang

Sunardi. 2008. Kontrol persyarafan terhadap suhu tubuh. Diambil pada tanggal

5 Juni 2012

dari http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/kontrol-sistem-

persyarafan-terhadap-suhu-tubuh.pdf.

LAMPIRAN

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 63

Page 64: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 4. Pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh

KEGIATAN V

PERAMBATAN BUNYI PADA TULANG TENGKORAK

I. Tujuan Praktikum

1.1 Tujuan kegiatan

e) Memahami perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan

menggunakan garpu tala.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 64

Page 65: 1. TEKANAN DARAH.docx

f) Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi

melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.

1.2 Kompetensi khusus

e) Mahasiswa dapat menerangkan mekanisme perambatan bunyi

melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.

f) Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan

garpu tala.

II. LANDASAN TEORI

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang

udara kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi pulsa listrik dan

diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Jadi, telinga

berfungsi untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls yang kemudian

akan dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Walaupun mekanisme

mendengar tidak dapat mencakup seluruh gelombang bunyi, namun

keterbatasan ini tidak merupakan hambatan bagi seseorang untuk dapat

menggapi berbagai macam bunyi yang berasal dari lingkungannya.

Telinga dibagi dalam 3 bagian yaitu, telinga luar, telinga tengah dan

telinga dalam.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 65

Page 66: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 5.1.telinga. Hubungan telinga tengah dengan pharinx melalui

eustachii. Sumber: John.R Cameron dan James G.Skofronick (dalam

Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996, hal 82)

Keterangan gambar:

A = daun telinga G = syaraf pendengaran

B = saluran telinga H = round window

C = membran tympani I = tuba eustachi

D = tulang telinga: maleulus, incus, stapes J = pharinx

E = canalis semilunaris K = ruang telinga tengah

F = oval window

Telinga luar : terdiri dari daun telinga dan kanal telinga; batas telinga luar

yaitu dari daun telinga sampai dengan membarn tympani

Telinga dalam : batas telinga tengah mulai dari membran tympani sampai

dengan tuba eustachii. Terdiri dari 3 tulang kecil yaitu os

malleulus os incus os stapes.

Telinga dalam : berada di belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari

cochlea dan oval window.

a) Telinga bagian luar

Berbagai binatang daun telinga berfungsi sebagai pengumpul energi

bunyi dan dikonsentrasikan pada membran tympani.Pada manusia hanya

menangkap 6-8 dB, sedangkan telinga gajah hanya berfungsi sebagai pelepas

panas. Pada kanalis telinga terdapat malam (wax) yang berfungsi sebagai

peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3000-4000 Hz, panjang

kanalis 2,5 cm (λ/4 = 2,5 cm), λ = 10 cm. Membran tympani tebalnya 0,1

mm, luasnya 65 mm2, mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga bagian

tengah yaitu tulang telinga (incus, malleulus dan stapes). Sarjana Van LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 66

Page 67: 1. TEKANAN DARAH.docx

Bekesey melakukan studi tentang vibrasi membran tympani pada telinga

cadaver yang mati. Kemudian melalui teknik fisika yang modern (mors bauer

effect) diperoleh secara nyata getaran dari membran tympani yaitu nilai

ambang pendengaran pada 3000 Hz ≈ 10-9 cm. Nilai ambang pendengaran

terendah yang dapat didengar 20 Hz dan pada 160 dB membran tympani ̴�

mengalami ruptur/pecah.

b) Telinga bagian tengah terdiri dari 3 buah tulang yaitu malleulus, incus,

dan stapes. Suara yang masuk itu 99,9% mengalami refleksi dan hanya

0,1% saja yang ditransmisikan/diteruskan. Pada frekuensi kurang dari 400

Hz membran tympani bersifat “per” sedangkan pada frekuensi 4000 Hz

membran tympani akan menegang. Telinga bagian tengah ini memegang

peranan proteksi. Hal ini dimungkinkan oleh karena adanya tuba eustachii

yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian tengahm, di mana tuba

eustachii mempunyai hubungan langsung dengan mulut. Pada beberapa

penyebab sehingga terjadi perbedaan tekanan antara telinga bagian

tengah dan dunia luar akan mengakibatkan penurunan sensitifitas

tekanan (misalnya pada penderita influensa); pada tekanan 60 mmHg

yang mengalami membran tympani akan mengakibatkan perasaan nyeri.

c) Telinga bagian dalam, bagian ini mengandung struktur spiral yang dikenal

cochlea, berisikan cairan. Ukuran cochlea sangat kecil berkisar 3 cm

panjang, terdiri dari 3 ruangan yaitu: ruangan vestibular merupakan

tempat berakhirnya oval window; ductus cochlearis dan ruangan tympani

berhubungan dengan atap spiral. Pada cochlea terdapat 8000 konduktor

yang berhubungan dengan otak melalui syaraf pendengaran.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 67

Page 68: 1. TEKANAN DARAH.docx

Gambar 5.2. Sumber: John.R Cameron dan James G.Skofronick (dalam

Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996, hal 84)

stapes

Tekanan suara oval window vertibular

ruangan tympani

Gelombang bunyi yang masuk melalui oval window menghasilkan

gelombang bunyi yang beripple (bergerigi) mencapai membran basiler oada

ductus cochlearis.Disini gelombang tersebut diubah menjadi gelombang

sinyal listrik dan diteruskan ke otak lewat syaraf pendengaran.Apabila bunyi

yang didengar 10.000 Hz, syaraf yang terdapat pada organ corti tidak

mengirim rangsangan 10.000 Hz ke otak melainkan mengirim rangsangan

secara seri ke otak yang berupa gelombang bunyi yang sinusoidal.

Telingan mentransduksi (mengubah dasar genetik energi) energi

gelombang suara ke bentuk impuls saraf yang diantarkan ke sistem

pusat pendengaran di amna suara diterjemahkan. Suara dihasilkan

oleh benda yang bergetar dalam medium fisik (udara, air, dan

benda padat) dan tidak dapat melalui ruang hampa. Telinga

manusia dapat mendengar frekuensi 20-20.000 Hz (Syaifuddin,

2009: 234).

Oleh karena telinga dalam yaitu koklea tertanam pada kavitas

(cekungan tulang) dalam os temporalis yang disebut labirin tulang,

getaran seluruh tulang tengkorak dapat menyebabkan getaran

cairan pada koklea itu sendiri. Oleh karena itu, pada kondisi yang

memungkinkan garpu tala jika diletakkan pada

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 68

Page 69: 1. TEKANAN DARAH.docx

setiap protuberonsia tulang tengkorak dan prosessus

mastoideus dapat menyebabkan telinga mendengar getaran suara

(Syaifuddin, 2009: 233).

2.1 Hilang Pendengaran

Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran

karena konduksi (tuli konduksi), hilang pendengaran karena syaraf (tuli

syaraf/persepsi).

a) Tuli konduksi, dimana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagain

tengah. Tuli semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanyaa

malam/wax/serumen atau adanya cairan di dalam telinga tengah.

Apabila tuli konduksi tidak pulih kembali dapat menggunakan Hearing

aid (alat pembantu pendengaran).

b) Tuli persepsi, bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau

seluruh frekuensi yang tidak dapat didengar. Tuli persepsi ini sampai

sekarang belum bisa diobati.

2.2 Tes Pendengaran

Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli syaraf dapat dilakukan tes

pendengaran dengan mempergunakan:

a) Tes suara berbisik, telinga dapat mendengar suara berbisik dengan

tone/nada rendah. Misalnya suara konsonan, dan paralel: b, p, t, m, n

pada jarak 5-10 m. Suara berbisik dengan nada tinggi mislanya suara

desis/sibiland s, z, ch, sh, shel pada jarak 20 m.

b) Tes garputala, untuk mengetahui secara pasti apakah penderita tuli

konduksi atau persepsi, dapat mempergunakan garputala. Frekuensi

garputala yang dipakai C128, C1024, C2048. Ada tiga macam tes yang

mempergunakan garputala yakni: tes Weber, tes Rinne, dan tes

Schwabach.

Tes Webber

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 69

Page 70: 1. TEKANAN DARAH.docx

Garputala C128, digetarkan kemudian diletakkan pada vertex dahi/puncak

dahi verteks.

Pada penderita tuli konduktif (disebabkan

wax atau otitis media) akan terdengar

terang/baik pada telinga yang sakit.

Misalnya telinga kanan yang terdengar

baik/terang disebut Weber lateralisasi ke

kanan.

Gambar 5.3. Sumber: A.G. Likhachov,M.D.

(dalam Gabriel, Fisika Kedokteran, 1996,

hal 86)

Tes Rinne

tes ini membandingkan antara

konduksi melalui tulang tengkorak dan

udara. Garputala digetarkan (C128)

kemudian diletakkan pada prosesus

mastoideus (di belakang telinga),

setelah tidak mendengar getaran lagi

garputala dipindahkan di depan liang

telinga; tanyakan apakah masih

mendengarnya.

Gambar 5.4. Sumber: A.G. Likhachov,M.D. (dalam Gabriel, Fisika

Kedokteran, 1996, hal 86)

Normal :

Konduksi melalui udara 85-90 detik.Konduksi melalui tulang 45 detik.LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 70

Page 71: 1. TEKANAN DARAH.docx

Tes Rinne positif (Rinne +) :

Pendengaran penderita baik juga pada penderita tuli persepsi (saraf)

Tes Rinne negatif (Rinne -)

Pada penderita tuli konduksi dimana jarak waktu konduksi tulang mungkin

sama atau bahkaan lebih panjang

Tes Schwabach

Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui verteks atau

prosesus mastuideus penderita dengan konduksi tulang si pemeriksa.Pada

tuli konduksi, konduksi tulang penderita lebih panjang daripada

sipemeriksa.Pada tuli saraf/persepsi konduksi tulang sangat pendek.

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Jenis kegiatan : Observasi

3.2 Objek pengamatan : -

3.3 Bahan dan Alat :

Untuk melakukan kegiatan ini, praktikan menggunakan alat berupa

m) Garpu tala 426 Hz

n) Arloji/jam tangan

o) Mistar

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 71

Page 72: 1. TEKANAN DARAH.docx

p) Stopwatch

Prosedur Percobaan

a) Salah satu praktikan 1 menutup telinga kanan dengan kapas dan kedua

mata dipejamkan.

b) Penguji (praktikan 2) memasang jam tangan di dekat telingan kiri

praktikan 1. Perlahan-lahan jam tangan dijauhkan sampai praktikan 1

tidak mendengar lagi suara arloji. Mengukur dan mencatat jarak antara

arloji dengan telinga kiri praktikan 1. Kemudian perlahan-lahan arloji di

dekatkan lagi sampai praktikan 1 mendengar lagi suaranya. Mengukur

dan mencatat jarak antara arloji dengan telinga kiri praktikan 1.

Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali.

c) Melakukan cara yang sama pada pada praktikan yang sama tetapi yang

ditutup telinga kanan (telinga kiri disumbat dengan kapas), mencatat

hasil yang diperoleh pada lembar kerja.

Pecobaan Rinne

Ketajaman pendengaran dengan garpu tala

a) Menggetarkan garpu tala dan meletakkan di puncak kepala. Mula-mula

praktikan 1 mendengar suara garpu tala tersebut keras dan makin lama

suara garpu tala tersebut terdengar semakin lemah dan akhirnya tidak

terdengar. Mencatat waktu antara mendengar sampai tidak mendengar

suara lagi.

b) Pada saat praktikan 1 tidak mendengar suara tersebut, dengan segera

praktikan 2 memindahkan garpu tala ke dekat atau lubang telinga kanan.

Dengan pemindahan letak itu, maka praktikan 1 mendengar suara

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 72

Page 73: 1. TEKANAN DARAH.docx

garputala lagi. Mencatat waktu antara praktikan 1 mendengar sampai

tidak mendengar lagi di dekat atau di depan lubang telingan kanan.

c) Mengulangi percobaan tersebut sampai lima kali dan mencatat hasilnya

pada lembar kerja.

d) Melakukan percobaan tersebut untuk telingan kiri dan juga mengulangi

percobaanya sebanyak lima kali. Mencatat frekuensi garpu tala yang

dipakai dan hasil percobaan pada lembar kerja.

e) Membandingkan hasil yang diperoleh antara telingan kanan dan kiri.

Percobaan Weber

a) Praktikan 2 meletakkan pangkal garpu tala yang sudah pangkal garpu tala

yang sudah digetarkan di puncak kepala praktikan 1.

b) Praktikan 1 menutup salah satu lubang telinga luarnya.

c) Praktikan 2 menanyakan kepada praktikan 1 pada telinga mana suara

garpu tala tersebut terdengar lebih keras. Jika ternyata pada telinga yang

ditutup suara garpu tala terdengar lebih keras daripada telinga yangg

terbuka maka dikatakan ada lateralisasi.

d) Melakukan percobaan sejenis pada telinga lainnya.

e) Membandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga

f) Mengambil kesimpulan dari hasil percobaan tersebut, apakah seseorang

tersebut tuli atau tidak.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 73

Page 74: 1. TEKANAN DARAH.docx

IV. HASIL PERCOBAAN

Tabel 5. 1 hasil pengamatan prosedur kerja 3:

No Nama JARAK

Telinga kiri Telinga kanan

Terdengar Tidak

terdengar

Terdengar Tidak

terdengar

1 David I 77.6 58.4 101.6 79.8

2 Ela A 69.4 56.4 114.6 85.6

3 Ratna P 75.6 56.6 115.6 70.6

4 Haryana 77.6 58.4 101.6 79.8

5 Ipin 38 28,8 40,2 28,8

6 Mei 49.2 56.8 32.4 39.4

7 Rina 60 35 54.6 49.2

8 Irma 37.4 38.2 45.4 49

9 Ayu 40,8 25,6 41 39

10 Rini 37.4 38.2 45.4 49

11 Luthfi 43,2 23,6 43 46,6

12 Ilma 41,6 41,2 41,6 39

13 Arsi 73,8 67,8 84,8 80,6

14 Diah 76,6 85,6 79,2 86

15 Radian 119,4 131,2 149,8 185,8

16 Keke 24,9 19 32 20

17 Nika 32,1 24,3 22,4 19,8

18 Riha 23,6 19,6 28,2 24

19 Rika 14,5 8,1 12,4 9,2

20 Novia 18,6 11,2 19 12,1

21 Titis 13,9 10,3 18,4 13,3

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 74

Page 75: 1. TEKANAN DARAH.docx

Tabel 5.2. Percobaan Rinne

No Nama

Waktu (s)

Di Atas KepalaDiDekat

Telinga KananDi Atas Kepala

Di Dekat

Telinga Kiri

1 David I 2,9 5,4 3 8,2

2 Ela A 63 54 141 97

3 Ratna P 75,6 56,6 115,6 70,6

4 Haryana 77,6 58,4 101,6 79,8

5 Ipin 38 28,8 40,2 28,8

6 Mei 49,2 56,8 32,4 39,4

7 Rina 60 35 54,6 49,2

8 Irma 37,4 38,2 45,4 49

9 Ayu 40,8 25,6 41 39

10 Rini 42,8 25,6 44,6 26,8

11 Luthfi 43,2 23,6 43 46,6

12 Ilma 41,6 41,2 41,6 39

13 Arsi 73,8 67,8 84,8 80,6

14 Diah 76,6 85,6 79,2 86

15 Radian 119,4 131,2 149,8 185,8

16 Keke 24,9 19 32 20

17 Nika 32,1 24,3 22,4 19,8

18 Riha 23,6 19,6 28,2 24

19 Rika 14,5 8,1 12,4 9,2

20 Novia 18,6 11,2 19 32,1

21 Titis 13,9 10,3 18,4 13,3

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 75

Page 76: 1. TEKANAN DARAH.docx

Tabel 5.3. Hasil Percobaan dengan Metode Weber

No ProbandusAda/tidaknya Lateralisasi

Telinga Kanan Telinga kiri

1 Ike Selviani ada Ada

2 Virginnicha Ada Ada

3 Rikhanah ada Ada

4 David ada Ada

5 Ela ada Ada

6 Ratna ada Ada

7 haryana ada Ada

8 Novia ada Ada

9 Titis ada Ada

10 rika ada Ada

11 arifin ada Ada

12 Meilana ada Ada

13 Rina ada Ada

14 irma Tidak ada Tidak ada

15 Rini Tidak ada Tidak ada

16 Luthfi Tidak ada Tidak ada

17 Ilma Tidak ada Tidak ada

18 Ayu Tidak ada Tidak ada

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 76

Page 77: 1. TEKANAN DARAH.docx

19 Arsi Tidak ada Tidak ada

20 Diah Tidak ada Tidak ada

21 Radian Tidak ada Tidak ada

PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum kali ini adalah tentang perambatan bunyi melalui

tulang tengkorak.Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk

memahami perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan

menggunakan garputala dan dapat menerangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan

menggunakan garputala.Kegiatan yang dilakukan pada praktikum kali ini ada

tiga yaitu tes pendengaran (titik terjauh masih bisa mendengar), tes Rinne,

dan percobaan Webber.

Kita dapat mendengar bunyi karena bunyi tersebut merambat dari

sumber bunyi sampai telinga kita. Sumber bunyi yang bergetar akan

mengetarkan udara di sekitarnya, selanjutnya molekul udara yang bergetar

akan menjalar sampai telinga. Getaran molekul udara membentuk rapata

dan regangan. Bunyi selain dapat didengar karena merambat melalui udara

ternyata bisa juga dirambatkan melalui tulang tengkorak. Bunyi yang

merambat melaui tulang tengkorak selanjutnya akan dirambatkan ke tulang-

tulang pendengaran yang saling berhubungan yaitu malleus, incus dan

stapes. Stapes akan menggetarkan tingkap lonjong (oval window) pada

rumah siput yang berhubungan dengan scala vestibuli sehingga cairan

didalamnya yaitu perilimf ikut bergetar. Getaran ini akan dihantarkan ke

rongga dibawahnya yaitu scala media yang berisi endolimf sepanjang rumah

siput. Didalam scala media terdapat organ corti yang berisi satu baris sel

rambut dalam (inner hair cell) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cell)

yang berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik yang akan

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 77

Page 78: 1. TEKANAN DARAH.docx

diterima oleh saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau

meneruskan rangsangan energi listrik tersebut ke pusat sensorik mendengar

di otak sehingga kita bisa mendengar suara atau bunyi tersebut dengan

sadar.

Bunyi dapat merambat melalui benda padat. Kecepatan perambatan

bunyi melalui berbagai jenis benda, tidaklah sama. Kecepatan perambatan

bunyi disebut juga cepat rambat bunyi. Berdsarkan penelitian, cepat rambat

bunyi di udara pada suhu 20⁰C adalah 343 m per detik, cepat rambat bunyi

di air kira-kira 1.500 m per detik, dan cepat rambat bunyi di baja kira-kira

6.000 m per detik.

Pada pratikum perambatan bunyi, kegiatan pertama yang dilakukan

adalah pengujian titik terjauh sampai telinga masih mendengar dengan cara

menjauhkan sumber bunyi dari telinga secara perlahan. Setelah itu sumber

bunyi didekatkan kambali secara perlahan sampai telinga mulai mendengar.

Hasil dari kegiatan ini diperoleh rata-rata jarak telinga kanan tidak

mendengar lagi sumber bunyi adalah 54,65 cm. Probandus yang telinga

kanannya masih mendengar suara sumber bunyi paling jauh adalah Radian

(185,8 cm) sedangkan probandus yang telinga masih mendengar suara

sumber bunyi paling dekat adalah Rika (9,2 cm). Rata-rata jarak telinga

kanan kembali mendengar suara sumber bunyi adalah 62,18 cm. Probandus

yang telinga kanannya kembali mendengar suara sumber bunyi paling jauh

adalah Radian (149,8 cm) sedangkan probandus yang telinga kanannya

mendengar kembali suara sumber bunyi paling dekat adalah Rika (12,4 cm).

Pada bagian telinga kiri, rata-rata jarak telinga kiri tidak mendengar

lagi sumber bunyi adalah 46,33 cm. Probandus yang telinga kirinya masih

mendengar suara sumber bunyi paling jauh adalah Radian (131,2 cm)

sedangkan probandus yang telinga kirinya masih mendengar suara sumber

bunyi paling dekat adalah Rika (8,1 cm). Rata-rata telinga kiri kembali

mendengar suara sumber bunyi adalah 58,2 cm. Probandus yang telinga

kirinya mendengar kembali suara sumber bunyi paling jauh adalah Radian LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 78

Page 79: 1. TEKANAN DARAH.docx

(119,4 cm) sedangkan probandus yang telinga kirinya mendengar kembali

suara sumber bunyi paling dekat adalah Titis (13,9 cm).

Kegiatan kedua tentang percobaan Rinne (ketajaman pendengaran

dengan menggunakan garpu tala). Penguji menggetarkan garpu tala dan

meletakkan di puncak kepala naracoba. Mula-mula akan terdengar suara

garpu tala tersebut keras dan semakin lama semakin lemah, hingga tidak

terdengar lagi. Ketika tidak terdengar suara tersebut, penguji memindahkan

garpu tala ke dekat telinga atau lubang telinga kanan naracoba. Dengan

pemindahan letak itu, naracoba akan mendengar suara garpu tala lagi.

Mencatat waktu antara naracoba mendengar sampai tidak mendengar lagi

suara garpu tala di dekat telinga atau lubang telinga kanan/kiri. Dengan

pemindahan ini ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, probandus

akan kembali mendengar suara garputala. Kedua, probandus tidak

mendengar suara garputala. Jika probandus kembali mendengar disebut

dengan tes Rinne positif sedangkan jika probandus tidak mendengar disebut

tes Rinne negatif.

Bila garputala digetarkan, maka getaran melalui udara dapat

didengar dua kali lebih lama dibanding melalui tulang. Normal getar melalui

tulang dapat didengar selama 70 detik, maka getaran melalui udara dapat

didengar selama 140 detik. Hasil praktikum menunjukkan rata-rata getar

yang dapat didengar baik melalui tulang atau udara belum sampai 70 detik

dan 140 detik. Hal ini dimungkinkan karena garputala yang digunakan

memiliki frekuensi yang lebih kecil sehingga mempengaruhi lama waktu

getarnya.

Data yang diperoleh dari hasil percobaan Rinne ini bervariasi. Rata-

rata lama waktu probandus sampai tidak mendengar suara garputala yang

diletakkan di puncak kepala adalah 50,08 detik dan lama waktu probandus

sampai tidak mendengar suara garputala ketika diletakkan dekat telinga

kanan adalah 36,00 detik sedangkan lama waktu probandus sampai tidak

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 79

Page 80: 1. TEKANAN DARAH.docx

mendengar suara garputala ketika diletakkan dekat telinga kiri 50,07detik.

Dari hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa semua probandus

tidak mendengar atau Rinne Negatif.

Hal mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan

probandus tidak focus dalam percobaan Rinne seperti alat yang digunakan

yaitu garputala yang kurang memberikan bunyi yang baik sehingga sulit bagi

probandus atau kurang efektif bagi probandus untuk bisa mendengarnya.

Ketenangan lingkungan yang membuat probandus tidak bisa focus

mendengarkan bunyi garputala. Faktor ketenangan lingkungan meliputi

bunyi kendaraan bermotor, kicauan burung, dll yang mengganggu

konsentrasi probandus dalam mendengar bunyi garputala.

Kegiatan ketiga tentang percobaan Webber. Percobaan ini untuk

menguji ada tidaknya lateralisasi pada salah satu atau kedua telinga

probandus. Penderita tuli konduksi (penyebab wax atau otitis media) akan

mendengar bunyi nyaring/terang pada telinga yang sakit. Misalnya pada

telinga kiri terdengar bunyi nyaring (makin keras) maka disebut Webber

laterisasi ke kiri. Begitupun jika telinga kanan sakit maka webber laterisasi ke

kanan. Sedangkan pada penderita tuli persepsi atau saraf, getaran garputala

terdengar lebih keras pada telinga normal.

Hasil yang diperoleh pada kegiatan tiga yaitu tentang percobaan

Webber, beberapa probandus(13 orang) yang telinganya ditutup getaran

garputala terdengar lebih keras, hasil ini menunjukkan bahwa telinga semua

probandus mengalami lateralisasi (telinga normal). Sedangkan sebagian

probandus (8 orang) tidak mengalami leteralisasi.

Adapun faktor hambatan dalam melakukan kegiatan kali ini yaitu

tidak adanya tempat yang ideal untuk melakukan percobaan pratikum

perambatan bunyi. Sehingga dalam kegiatan pratikum ini, probandus sulit

berkosentrasi dengan suara sumber bunyi atau suara garputala yang

digunakan. Hal ini dikarenakan kebisingan tempat yang digunakan pada

saat melakukan kegiatan pratikum perambatan bunyi.LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 80

Page 81: 1. TEKANAN DARAH.docx

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan adalah

1. Bunyi dari garputala yang merambat melalui tulang tengkorak akan

diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan

dalam telinga, tulang-tulang ini ini akan merambatkan getaran bunyi

garputala ke cairan perilimf yang ada di telinga yang juga ikut bergetar

respon ini diteruskan sampai ke otak oleh organ-organ pendengaran yang

ada dalam telinga sihingga otak dapat merespon berupa pendengaran

secara sadar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi garputala melalui

tulang tengkorak adalah frekuensi garputala, tulang-tulang pendengaran,

cairan perilimf, dan organ-organ lain dalam telinga.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 81

Page 82: 1. TEKANAN DARAH.docx

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kegiatan 5, perambatan bunyi melalui tulang tengkorak.

(Network) diunduh pada pada tanggal 7 Nopember 2012 dari

http://dc404.4shared.com/doc/_FtJEczM/preview.html.

_______. 2012. Structure of the human ear. (Network) diunduh pada pada

tanggal 7 Nopember 2012 dari

(http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/175622/530/Structur

e-of-the-human-ear)

_______. 2012. Proses mendengar dan ganguan mendengar pada banyi dan

anak-anak. (Network) diunduh pada pada tanggal 7 Nopember 2012

darihttp://www.yayasanaurica.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=68:proses-mendengar-dan-

gangguan-pendengaran-pada-bayi-dan-anak-oleh-dr-ashadi-

prasetyo&catid=44:artikel&Itemid=72

________.2014.Laporan Pratikum IPA. (Network) diunduh pada tanggal 26 mei

2014 dari

http://laporanpratikumipa.blogspot.com/2014/04/bunyi.html

Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk Praktikum Biologi. Yogyakarta: Prodi PSn

PPs UNY.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 82

Page 83: 1. TEKANAN DARAH.docx

LAMPIRAN

Gambar 5.5. perambatan Bunyi Melalui Tulang Tengkorak

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 83

Page 84: 1. TEKANAN DARAH.docx

KEGIATAN VI

UJI GOLONGAN DARAH DAN PENENTUAN WAKTU KOAGULASI DARAH

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui cara test golongan darah.

2. Untuk mengetahui golongan darah individu.

Tujuan Praktikum:

1. Untuk mengetahui waktu koagulasi darah.

2. Untuk mengetahui cara pengukuran waktu koagulasi darah.

II. DASAR TEORI

UjiGolonganDarah

Uji golongan darah secara konvensional dikenal 4 tipe golongan darah

berdasarkan protein (aglutinogen) yang terdapat pada membrane sel darah

merah yaitu aglutinogen A, B, A dan B dan tidak adanya aglutinogen pada

golongan darah O. Sedangkan pada plasma darah terdapat zat anti terhadap

benda asing yang disebut aglutinin. Dibawah ini table pembagian golongan darah

berdasarkan aglutinogen dan aglutininnya.

Tipe Aglutinogen Aglutinin

A A anti B

B B anti A

AB A & B -

O - anti A dan anti B

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 84

Page 85: 1. TEKANAN DARAH.docx

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) kedalam

air yang akan dioIah. Koagulasi adalah penggumpalan partikelkoloid dan

membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak

lagi membentuk koloid.Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,

pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit,

pencampuran koloid yang berbeda muatan (Anonim a 2009).

Penggumpalan darah atau pembekuan darah, atau disebut juga dengan

koagulasi darah terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja.

Menurut Anonim b (2009), waktu koagulasi adalah waktu mulai darah mulai

keluar sampai keluarnya benang fibrin. Sedangka nmenurut Guyton (1983),

waktu koagulasi adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal

dimana bervariasi untuk berbagai spesies. Mekanisme koagulasi atau proses

koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri

dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah yang diubah oleh

trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini

terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah

mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat

misalnya akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat

gangguan autonium (Anonim c, 2009). Waktu koagulasi normal pada manusia

yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit .(Frandson,

1992).

III. METODE PRAKTIKUM

Alat dan bahan:

1. Glass obyek

2. Jarum pentul

3. Blood Lancet

4. Zat anti A

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 85

Page 86: 1. TEKANAN DARAH.docx

5. Zat anti B

6. Darah segar

Cara Kerja

Uji Golongan Darah:

Ambil kaca obyek kemudian tetesi dengan satu tetes darah

naracoba/praktikan.

Pada darah tersebut; teteskan 1 teteszat anti A dan amati jika terjadi

aglutinasi, lakukan juga dengan zat anti B.

Interprestasikan golongan darah naracoba/praktikan tersebut.

Prosedur:

1. Menyiapkan seluruh peralatan dan bahan yang di butuhkan.

2. Mahasiswa sebagai praktikan sekaligus naracoba/praktikan harus siap dan

menguasai langkah-langkah pemeriksaan.

3. Setiap mahasiswa malakukan percobaan dapat dilaksanakan oleh setiap

mahasiswa.

4. Semua hasil pengamatan di catat dan di tabulasikan menjadi data kelompok.

5. Data di mintakan persetujuan Dosen/ asisten.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 86

Page 87: 1. TEKANAN DARAH.docx

IV. HASIL PENGAMATAN

TABEL 6.1.UJI GOLONGAN DARAH

NO NAMA MAHASISWA ANTI -A ANTI -B GOLONGAN

DARAH

1. NOVIA LINDA P. - + B

2. TITIS NINDIASARI A. + + AB

3. RIKA HANDAYANI - - O

4. R. ARIFIN NUGROHO + + AB

5. MEILANA SAPTA D. - + B

6. ANASTASYA UGHA - - O

7. IRMA PRIHARTINA + + AB

8. DAVID ISKANDAR - - O

9. ELA ARITIA - + B

10. RATNA PRABAWATI + - A

11. HARYANA - + B

12. DIAH - - O

13. ARSI - - O

14. RADIAN + - A

15. IKE SELVIANI - + B

16. VIRGINNICHA I. GENANGKU - - O

17. RIKHANAH FITRIANI - - O

18. M. LUTHFI HIDAYAT + - A

19. PUSPITO RINI - - O

20. AYU RAHAYU + - A

21. RAHMAWATI ILMA - - O

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 87

Page 88: 1. TEKANAN DARAH.docx

TABEL 6.2. PENENTUAN WAKTU KOAGULASI DARAH

N

O

NAMA MAHASISWA WAKTU KOAGULASI

1. NOVIA LINDA P. 4 MENIT 50 DETIK

2. TITIS NINIDASARI A. 6 MENIT 20 DETIK

3. RIKA HANDAYANI 3 MENIT

4. R. ARIFIN NUGROHO 3 MENIT, 7 DETIK

5. MEILANA SAPTA D. 4 MENIT, 57 DETIK

6. ANASTASYA UGHA 4 MENIT, 53 DETIK

7. IRMA PRIHARTINA 3 MENIT, 10 DETIK

8. DAVID ISKANDAR 2 MENIT 37 DETIK

9. ELA ARITIA 2 MENIT 36 DETIK

10. RATNA PRABAWATI 1 MENIT 57 DETK

11. HARYANA 2 MENIT 34 DETIK

12. DIAH 6 MENT 16 DETIK

13. ARSI 2 MENIT 05 DETIK

14. RADIAN 4 MENIT 17 DETIK

15. IKE SELVIANI 3 MENIT 8 DETIK

16. RIKHANAH FITRIANI 4 MENIT 26 DETIK

17. VIRGINNICHA I. GENANGKU 6 MENIT 26 DETIK

18. M. LUTHFI HIDAYAT 2 MENIT 49 DETIK

19. RAHMAWATI ILMA 6 MENIT 03 DETIK

20. AYU RAHAYU 2 MENIT 23 DETIK

21. PUSPITO RINI 6 MENIT 03 DETIK

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 88

Page 89: 1. TEKANAN DARAH.docx

PEMBAHASAN

Dari hasil pratikum, masing-masing probandus melakukan tusukan kecil

pada ujung jari lalu masing-masing tetesan darah tersebut diberi aglutinogen A

dan B. Berdasarkan literatur pada Wikipedia (2008),dalam tubuh manusia

terdapat 3 golongan darah utama yaitu golongan darah ABO,golongan darah

rhesus,dan golongan merah MM.

Dari data hasil pratikum, dikelompokan berdasarkan urutan golongan

darah.

TABEL 6.3. KELOMPOK DATA HASIL PRATIKUM BERDASARKAN URUTAN

GOLONGAN DARAH

NO NAMA MAHASISWA ANTI -A ANTI -B GOL. DARAH WAKTU

KOAGULASI

1. RATNA PRABAWATI + - A 1 MENIT 57 DETK

2. RADIAN + - A 4 MENIT 17 DETIK

3. AYU RAHAYU + - A 2 MENIT 23 DETIK

4. M. LUTHFI HIDAYAT + - A 2 MENIT 49 DETIK

5. HARYANA - + B 2 MENIT 34 DETIK

6. NOVIA LINDA P. - + B 4 MENIT 50 DETIK

7. MEILANA SAPTA D. - + B 4 MENIT, 57 DETIK

8. ELA ARITIA - + B 2 MENIT 36 DETIK

9. IKE SELVIANI - + B 3 MENIT 8 DETIK

10. TITIS NINDIASARI A. + + AB 6 MENIT 20 DETIK

11. IRMA PRIHARTINA + + AB 3 MENIT, 10 DETIK

12. R. ARIFIN NUGROHO + + AB 3 MENIT, 7 DETIK

13. DIAH - - O 6 MENT 16 DETIK

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 89

Page 90: 1. TEKANAN DARAH.docx

14. ARSI - - O 2 MENIT 05 DETIK

15. VIRGINNICHA I. GENANGKU - - O 6 MENIT 26 DETIK

16. RIKHANAH FITRIANI - - O 4 MENIT 26 DETIK

17. PUSPITO RINI - - O 6 MENIT 03 DETIK

18. RAHMAWATI ILMA - - O 6 MENIT 03 DETIK

19. RIKA HANDAYANI - - O 3 MENIT

20. ANASTASYA UGHA - - O 4 MENIT, 53 DETIK

21. DAVID ISKANDAR - - O 2 MENIT 37 DETIK

Dari masing-masing probandus memiliki golongan darah yang

berbeda sehingga dapat dibandingkan:

1. Probandus yang bergolongan darah A

Pada golongan darah A didalam sel darahnya terdapat aglutinogen A dan

aglutinin B sehingga apabila ditetesi zat anti A sel darah merahnya akan

menggumpal karena zat anti A mengandung aglutinin yang dapat

menggumpalkan darah golongan A dan AB. Sedangkan bila ditetesi dengan zat

anti B darahnya tidak menggumpal, karena zat anti B dapat menggumpalkan

darah B dan AB tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah A dan

AB. Berdasarkan data hasil pratikum, terdapat empat orang yang bergolongan

darah A. Dengan waktu koagulasi paling cepat adalah Ratna yaitu 1 menit 57

detik dan waktu koagulasi paling lama adalah Radian yaitu 4 menit 17 detik.

Waktu koagulasi pada kelompok yang bergolongan darah A masih normal (waktu

koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir

dalam waktu 5 menit).

2. Probandus yang bergolongan darah B

Probandus yang bergolongan darah B memiliki antigen B. Pada

permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan anti bodi terhadap antigen A

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 90

Page 91: 1. TEKANAN DARAH.docx

dalam serum darahnya (aglutinin A)sehingga apabila ditetesi serum anti A

darahnya tidak menggumpal karena zat anti A tidak ada pengaruhnya terhadap

golongan darah B dan O. Sehingga apabila ditetesi zat anti B darahnya akan

menggumpal,karena mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah B

dan AB.

Berdasarkan data hasil pratikum, terdapat 5 orang probandus yang

memiliki golongan darah B. Waktu tercepat dalam mengalami koagulasi adalah

Haryana dengan waktu koagulasi adalah 2 menit 34 detik. Waktu terlama dalam

koagulasi adalah Meilana dengan waktu 4 menit 57 detik. Waktu koagulasi pad

kelompok golongan darh B masih dalam standar normal (waktu koagulasi normal

pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit).

3. Probandus yang bergolongan darah AB

Probandus darah AB mamiliki golongan darah A tambah B serta tidak

menhasilkan antibody terhadap antigen A maupun Bsehingga apabila ditetesi zat

anti A darahnya akan menggumpal,dan apabila ditetesi serum anti B darahnya

juga akan menggumpal. Karena zat antiA mengandung aglutinin yang dapat

menggumpalkan darah golongan A dan AB sedangkan B mengandung aglutinin

yang dapat menggumpalkan darah B dan AB.

Berdasarkan data hasil pratikum, terdapat tiga orang yang bergolongan

darah AB. Waktu tercepat koagulasi adalah Arifin dengan waktu koagulasi 3

menit 7 detik sedangkan waktu terlama koagualsi adalah Titis yaitu 6 menit 20

detik. Waktu koagualsi titis tidak normal karena melebihi waktu koagulasi normal

yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit).

4. Probandus yang bergolongan darah O

Probandus yang bergolongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen

tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Apabila golongan darah O

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 91

Page 92: 1. TEKANAN DARAH.docx

ditetesi zat anti A dan zat anti B maka darahnya tidak akan menggumpal, karena

serum tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah O.

Berdasarkan data hasil pratikum, terdapat sembilan orang bergolongan

darah O. waktu koagualsi tercepat adalah Arsi dengan waktu koagulasi 2 menit

05 detik sedangkan waktu terlama koagulasi adalah Virginicha dengan waktu

koagulasi 6 menit 26 detik. Terdapat 4 orang (diah, virginica, rini, ilma) yang

mengalami waktu koagulasi yang tidak normal karena melebihi waktu normal

koagulasi normal yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5

menit). Hal ini mungkin dipengaruhi kurang ketelitian saat melaksanakan

prosedur pratikum.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperolehdaripercobaan yang telahdilakukanadalah

1. Waktu koagulasi pada kelompok probandus yang bergolongan darah A

dan B, masih tergolong normal dimana berkisar antara 1 menit-4 menit.

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detiksampai 2 menit dan

berakhir dalam waktu 5 menit.

Pada kelompok probandus yang bergolongan darah AB dan O masih

terdapat beberapa probandus yang waktu koagulasinya melebihi batas

normal yaitu yaitu melebihi waktu 6 menit.

2. Probandus yang bergolongan darah O paling banyak= 9 orang, golongan

darah B= 5 orang, golongan darah A= 4 orang dan yang paling sedikit

adalah golongan darah AB=3 orang.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.Kegiatan 5, perambatan bunyi melaluitulangtengkorak. (Network)

diunduhpadapadatanggal 7 Nopember 2012

darihttp://dc404.4shared.com/doc/_FtJEczM/preview.html.

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 92

Page 93: 1. TEKANAN DARAH.docx

_______. 2012. Structure of the human ear. (Network) diunduhpadapadatanggal

7 Nopember 2012 dari(http://www.britannica.com/EBchecked/topic-

art/175622/530/Structure-of-the-human-ear)

_______. 2012. Proses mendengardanganguanmendengarpadabanyidananak-

anak. (Network) diunduhpadapadatanggal 7 Nopember 2012

darihttp://www.yayasanaurica.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=68:proses-mendengar-dan-

gangguan-pendengaran-pada-bayi-dan-anak-oleh-dr-ashadi-

prasetyo&catid=44:artikel&Itemid=72

Djukri&HeruNurcahyo. 2009. PetunjukPraktikumBiologi. Yogyakarta: Prodi PSn

PPs UN

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 93

Page 94: 1. TEKANAN DARAH.docx

LAMPIRAN

Gambar 6. Uji Golongan Darah

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 94

Page 95: 1. TEKANAN DARAH.docx

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI 95