transcultural nursing tn

17
BUDAYA DAYAK KENYAH DALAM TRANSCULTURAL NURSING A. Pengertian Transultural Nursing dan Kebudayaan Keperawatan Transkultural adalah suatu proses belajar dan pelayanan keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transkultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

Upload: luluk-anum-pranata

Post on 09-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

transculutural nursing

TRANSCRIPT

Page 1: transcultural nursing TN

BUDAYA DAYAK KENYAH DALAM TRANSCULTURAL NURSING

A. Pengertian Transultural Nursing dan Kebudayaan

Keperawatan Transkultural adalah suatu proses belajar dan pelayanan

keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara

budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai

budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk

memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya

kepada manusia (Leininger, 2002).

Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,

menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan

transkultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan

keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi

dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.

Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal

dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,

struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis

yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di

wilayah Negara kesatuan republik indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau

besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa,

terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda.

Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam

seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta

berbagai macam aliran kepercayaan .

Page 2: transcultural nursing TN

Kebudayaan adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara

berkembang, kebudayaan tersebut untuk sarana pendekatan sosial, simbol

karya daerah, asset kas daerah dengan menjadikannya tempat wisata, karya

ilmiah dan lain sebagainya. Dalam hal ini suku Dayak Kalimantan yang

mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga kebudayaan tersebut sebagai

ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta yang dilatarbelakangi

kepercayaan tradisional yang disebut Kaharingan.

Menurut sensus BPS tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di

Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku

Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non

Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya

maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai

arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai,

terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

B. Sejarah Perkembangan Suku Dayak Kenyah

Orang yang disebut Dayak itu hanyalah ada di Kalimantan, sedang

kenapa mereka disebut Dayak atau “Orang Dayak“ dalam bahasa Kalimantan

secara umum berarti “Orang Pedalaman“ yang jauh dan terlepas dari

kehidupan kota.

Dulunya memang begitu. Di mana-mana ada perkampungan suku

dayak. Mereka selalu berpindah ke satu daerah lain, jika di mana mereka

tinggal itu ada orang dari suku lain yang juga tinggal atau membuka

perkampungan di dekat wilayah tinggal mereka.

Disebut ‘Dayak’ berarti tidaklah hanya untuk satu suku, melainkan

bermacam-macam seperti

Page 3: transcultural nursing TN

Suku Dayak Kenyah, Suku Dayak Hiban, Suku Dayak Tunjung, Suku

Dayak Bahau, Suku Dayak Benua, Dayak Basaf, dan Dayak Punan yang

masih pula disertai puluhan “Uma “ (anak suku) dan tersebar diberbagai

wilayah Kalimantan.

Pada kurun waktu sebelum abad 20, secara keseluruhan Suku Dayak

ini tak mengenal agama Kristen dan Islam. Yang ada pada mereka hanyalah

kepercayaan pada leluhur, binatang-binatang, batu batuan, serta isyarat alam

pembawaan kepercayaan Hindu kuno. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari

mereka mempercayai berbagai pantangan yang tandanya diberikan oleh alam.

Pantangan dalam kehidupan masyarakat Dayak hanya ada dua. Yaitu

pantangan yang membawa kebebasan sehingga populasi mereka bertambah

banyak dan ada pula karena pantangan berakibat populasi mereka semakin

sedikit dan kini malah hampir punah. Seperti misal kehidupan yang tak boleh

berbaur dengan masyarakat lain dari suku mereka.

Pantangan ini membuat mereka selalu hidup tak tenang dan selalu

berpindah pindah. Sehingga kehidupan mereka tak pernah maju bahkan

cendrung tambah primitif. Misalnya saja seperti Suku Dayak Punan. Suku

yang satu ini sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum. Kebanyakan

mereka tinggal di hutan hutan lebat, di dalam goa-goa batu dan pegunungan

yang sulit dijangkau. Sebenarnya hal tersebut bukanlah kesalahan mereka.

Namun karena budaya pantangan leluhur yang tak berani mereka langgar

terjadilah keadaan demikian. Hal ini sebenarnya adalah kesalahan dari leluhur

mereka.

Dalam riwayat atau cerita, leluhur mereka ini asal-usulnya datang dari

negeri yang bernama “Yunan “ sebuah daerah dari daratan Cina. Mereka

berasal dari keluarga salah satu kerajaan Cina yang kalah berperang yang

kemudian lari bersama perahu-perahu, sehingga sampai ke tanah Pulau

Page 4: transcultural nursing TN

Kalimantan. Karena merasa aman, mereka lalu menetap di daratan tersebut.

Walau demikian, mungkin akibat trauma peperangan, mereka takut bertemu

dengan kelompok masyarakat manapun. Mereka kuatir pembantaian dan

peperangan terulang kembali sehingga mereka bisa habis atau punah tak

bersisa. Karena itulah oleh para leluhur mereka dilakukan pelarangan dan

pantangan bertemu dengan orang yang bukan dari kalangan mereka.

Lihat saja anak-anak dayak tinggal Nanga Nyabo tak ubahnya seperti bocah

zaman sekarang yang mengenakan pakaian biasa. Yang unik adalah, mereka

masih tinggal di rumah Betang. Rumah Betang merupakan rumah adat asli

suku Dayak. Rumah Betang tak jauh berbeda dengan rumah panggung, rumah

Betang terlihat berupa bangunan tinggi dari permukaan tanah. Konon, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni,

seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas,

ataupun banjir yang terkadang melanda. Sebuah rumah Betang bisa ditinggali

oleh beberapa keluarga. Karena struktur bangunan yang memanjang dan luas.

Namun, banyak juga dari mereka yang memilih untuk tinggal sekeluarga saja.

Mata pencaharian Suku Dayak kebanyakan adalah nelayan dan petani.

Karena tempat ini dekat dengan Sungai Kapuas dan juga perkebunan. Inilah

Suku Dayak masa kini. Sedikit demi sedikit mereka mulai meninggalkan

mitos-mitos yang dulu sempat ada di masa lalu.

C. Karakteristik Budaya (Demografi/Geografi/Adat Istiadat)

1. Adat Kelahiran Dayak Kenyah

Jika ada istri dari Suku Dayak Kenyah melahirkan maka bunyi-

bunyian gong dan gendang terus dikumandangkan jangan sampai tangisan

Page 5: transcultural nursing TN

anak itu terdengar oleh binatang-binatang dihutan sebab itu adalah

pantangan maka akan berkembang mitos “Anakmu akan sial sepanjang

Zaman”.

2. Upacara Pemberian Nama Dayak Kenyah

Bagi keluarga yang baru saja mendapat momongan harus mengundang

seluruh penduduk kampung yang berhak memberi nama adalah nenek,

ibu, atau perempuan lain yang berasal dari lingkungan keluarga mereka.

Sedangkan laki-laki dan bahkan ayahnya sendiri sangat dipantangkan

memberikan nama. Bila anak mereka laki-laki Ayam jantan harus

dikorbankan Darahnya diletakan diatas mandau (parang) dan lalu

dioleskan ketanah sebelah kanan bayi dan bersama itu mantra dibacakan

“Berilah anak ini air kehidupan”.

3. Pengobatan Oleh Dayak Kenyah

Dukun dari suku dayak bernama Dayung dia bisa menyembuhkan

sakit seseorang dengan cara telur ayam di letakan diatas kepala dan yang

Dayung pun mengucapkan Mantera yaitu : Ni atau Sio diman, menyat

tolong lait nyengau” diterimahkan” tolong berikan air yang dapat

menghidupkan’. Kepada sisakit, ayam dibunuh lalu darahnya di teteskan

ketubuhnya, kepada hantu-hantu, doa dipanjatkan yaitu semoga penderita

disembuhkan. Bila si penderita tidak dapat tertolong di pukulah gong

sebagai pemberitahuan kepada penduduk yang ada dikampung atau di

hutan bahwa sudah terjadi kematian, lelaki warga kampung bersenjata

membacoki dinding Rumah dan tiang-tiang sebagai tanda memerangi

hantu-hantu yang mengakibatkan kematian.

Page 6: transcultural nursing TN

4. Kematian Dayak Kenyah

Mayat di berikan diatas tikar, keluarga si mati berkumpul bertangis-

tangisan sambil menyanyikan syair-syair pujian atas jasa almarhum yang

telah meninggalkan keluarga. Sementara itu, senjata-senjata perang harus

diletakan disamping jenazah. Sungai terdekat dengan kampung disediakan

pedoman kaki mayat membujur ke hilir. Kepala mengarah ke hulu

menurut arus sungai mengalir. Peti mati, Lungun namanya, jenazah diberi

harta dan senjata perangnya. Empat hari empat malam mayat

disemayamkan. Pemuda-pemuda membuat tekalong atau rumah-rumahan,

diatasnya duduk keluarga yang si mati, dihadapan peti mati bertangis-

tangisan, sementara itu kepala adat memberikan petuah kepada para

pemikul rumah-rumahan.

5. Tabu Kematian Dayak Kenyah

Bila perempuan Dayak kenyah mati melahirkan satu kampung harus

membiarkan kalau ditolong membawa bencana itulah perintah dari dewa-

dewa. Penduduk kampung hanya membuatkan peti mati yang diletakan

diatas kuburan sedangkan mayat hanya diurus suami sendiri atau saudara

dari perempuan yang mati tersebut ke dalam “kiba” (kiba adalah sejenis

keranjang berukuran tinggi. Kiba dibuat dari anyaman rotan kiba diusung

dibelakang dan diberi tali untuk diusungkan ke kedua ketiak) mayat

diletakan pada saat membawa kekuburan jangan melewati rumah orang

karena seluruh kampung akan kena bencana sial atau kalah dalam perang

itulah peraturan yang diberikan oleh roh nenek moyang.

6. Setangis Dayak Kenyah

Dalam acara upacara setangis di situlah seluruh keluarga menagis pelan-

pelan, peti mati dimasukan kedalam kubur diiringi bunyi-bunyian

kelentengan gong dan gendang. Setangis adalah upacara pemakaman yang

Page 7: transcultural nursing TN

diiringi kesenian JAMOK HARANG, main alu dan sabung Ayam. Dalam

upacara setangis dihidangkan ketan hitam, roti-rotian telur masak dan

segala macam makanan yang lain.

7. Rapat Adat Dayak Kenyah

Para peserta rapat harus berbaju kulit binatang dan bercawat kain hitam

sebelum rapat dimulai para peserta rapat memakan bubur tepung beras

yakni sebagai lambang persatuan. Sebagai acara kedua para peserta rapat

beramai-ramai meminum air “tapai” (tape) sambil menyanyikan lagu-lagu

lama, acara ketiga kepala adat dipersilahkan memayungi seekor babi

sebagai lambang Perlindungan Tuhan Bunga Malan yang bisa memaafkan

kesalahan semua orang. Acara keempat kepala adat dipersilahkan

menghidangkan delapan gelas “jakan” (Minuman keras) kepada

bangsawan tertinggi dan bila minuman sudah dihabisi barulah rapat boleh

dimulai.

8. Tanda-tanda Alam

Bungan Malan adalah nama tuhan mereka dia yang menyampaikan

perintah dan permintaan kepada manusia dan sebagai perantaranya adalah

BALI UTUNG. Mereka percaya apabila mereka melihat burung pelatuk

dan burung elang terbang berarti kebaikan akan datang tapi apabila burung

tersebut terbangnya menghalang atau melintang itu bertanda tibanya

kecelakaan karena itu bila mereka menempuh perjalanan dihutan

sebaiknya cepat-cepat pulang karena itulah larangan tuhan mereka yang

disampaikan dengan perantara binatang. Mereka percaya apabila larangan

itu tidak diajarkan Bungan Malan akan murka lalu dikirim hantu-hantu

untuk menyiksa manusia. Mereka percaya hantu masing-masing punya

nama. Ada yang bernama Bali Meet, Bali Tenget, Bali Ketatang, Bali Li-it

Page 8: transcultural nursing TN

dan Bali Sakit. Hantu-hantu adalah piaraan Tuhan Bangun malan yang

bisa mencelakakan jiwa seseorang.

9. Upacara Agama Suku Dayak Kenyah

Agama nenek moyang mereka dinamakan Bungan Ibadat mereka tidak

teratur dan tertentu mereka beribadat hanya pada saat-saat yang perlu

dengan sesajen melimpah-ruah, dan memakan waktu yang lama sering

mengadakan pesta, berupa pesta:

a. Erau kepala adalah pesta memohon doa agar Bungan Malan dan Bali

Utung memberikan kesuburan kepada tanah ladang yang baru dibuka.

b. Ukaw Mending adalah pesta yang dilakukan ketika kampung ditimpa

bencana. Sebelum Ukaq Mending di mulai seluruh penduduk

diberitahu untuk ber”tabu” selam tiga hari yaitu: jangan memancing,

jangan berburu, jangan menumbuk padi, menjahit, keluar kampung

dan jangan pula menerima tamu selama bertabu itu. Penguasa pesta

terus-menerus membaca mantera agar Bungan Malan melenyapkan

malapetaka.

c. Erau Bunut adalah pesta pemberian nama yang dilaksanakan semeriah-

meriahnya.

D. Masalah Kesehatan Apa Saja Yang Ada Di Budaya Tersebut

Bagi Suku Dayak di pedalaman Kalimantan, penyakit beserta

pengobatannya, sangat erat kaitannya dengan alam religius mereka tentang

ajaran Kaharingan. Masyarakat Dayak cenderung melihat penyebab dari suatu

penyakit dengan cara metafisik. Suku Dayak mempercayai Balian sebagai

Page 9: transcultural nursing TN

penyembuh mereka. Masyarakat Dayak biasa menggunakan ritual tertentu

yang dipimpin oleh seorang Balian dalam pengobatan suatu penyakit.

Bagi masyarakat Dayak keberadaan Balian sudah ada sejak zaman

nenek moyang mereka. Balian adalah seorang perempuan yang bertugas

sebagai mediator dan komunikator antara manusia dengan mahluk lain yang

keberadaannya tidak terlihat secara kasat mata.( Riwut, 2003:259) Balian

menduduki tempat yang penting dalam kebudayaan Dayak. Masyarakat

Dayak percaya bahwa Balian memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh

setiap orang, oleh karenanya Balian mampu mengobati penyakit terutama

penyakit-penyakit yang mereka percaya disebabkan oleh mahluk halus.

Dengan masuknya para misionaris di masa kolonial ke pedalaman

Kalimantan, sedikit banyak terjadi pergeseran dalam sistem pengobatan pada

masyarakat setempat. Para misionaris awal yang masuk ke Kalimantan

berusaha mengenalkan sistem pengobatan modern pada masyarakat setempat.

Scharer (dalam Ukur, 1971:192) menceritakan pertobatan seorang Balian

setelah menerima pelayanan medis di Tumbang Lahang. Balian ini pada

awalnya sangat menentang Injil masuk ke Tumbang Lahang. Ia merupakan

orang yang paling gigih memperingatkan penduduk agar tetap setia pada adat

istiadat nenek moyang. Namun suatu saat anak tunggalnya sakit, dan setelah

tidak berhasil melalui pengobatan secara Balian, sangat berat hati ia meminta

bantuan dari para misionaris. Akhirnya setelah dilakukan pengobatan secara

intensif anak Balian tadi sembuh dari sakit yang dideritanya. Setelah peristiwa

tersebut, Balian tadi beserta keluarganya menjadi pemeluk Kristen. Setelah

usaha di bidang pengobatan ditingkatkan lewat pendirian poliklinik, rumah

sakit, dan dengan sosialisasi masalah sanitasi dan kebersihan, nampak sekali

kemajuan yang nampak pada Suku Dayak dalam bidang kesehatan.

Page 10: transcultural nursing TN

Meskipun pengobatan moderen sudah di terima Suku Dayak, namun

hingga saat ini pengobatan secara tradisional juga masih bertahan. Seperti

pada masyarakat Dayak Ngaju, yang tinggal di Desa Kasongan Baru,

Kalimantan Tengah. Kebanyakan penduduk Desa Kasongan Baru memiliki

pengetahuan tentang meracik obat-obatan tradisional. Hampir setiap rumah

tangga di Desa Kasongan Baru salah satu anggota keluarganya memiliki

kemampuan tentang obat-obatan tradisional. Penduduk Desa Kasongan Baru

menyebut ramuan tradisional dengan istilah obat kampung. Obat kampung ini

biasanya menggunakan daun-daunan dan kayu-kayuan yang tumbuh di sekitar

tempat tinggal orang Dayak (Hintan,Mutia,2003:55)

Masyarakat Dayak masih sangat percaya dengan khasiat obat

kampung. Mereka masih mengkonsumsi obat kampung pada penyakit-

penyakit yang biasa diderita, seperti diare dan berbagai jenis penyakit kulit.

Bagi mereka obat kampung merupakan alternatif pengobatan, dan

keberadaannya masih tetap bertahan hingga saat ini.. Hal tersebut terbukti

bahwa di setiap desa di Kalimantan memiliki seorang Balian, atau dukun, dan

Basir ( Hintan,2003:56-57). Basir seperti halnya Balian adalah mediator dan

komunikator antara manusia dengan mahluk halus. Di masa silam, Basir

selalu seorang laki-laki yang bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan,

namun pada masa sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dalam dunia

spiritual Basir memiliki kemampuan lebih dalam hal pengobatan, khususnya

penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mistik

(Riwut, 2003:259-260).

Page 11: transcultural nursing TN

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik

Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika

http://leksi-ndolu.blogspot.com/