trans let an
DESCRIPTION
,,,TRANSCRIPT
Perbandingan Albumin dan Saline untuk Resusutasi
cairan di Unit Perawatan Intensif
latar belakang
Masih belum jelas apakah pilihan cairan resusitasi untuk pasien di intensif unit perawatan
(ICU) mempengaruhi kelangsungan hidup. Kami melakukan multicenter, acak,percobaan
double-blind untuk membandingkan efek dari resusitasi cairan dengan albumin atau
saline pada kematian dalam populasi heterogen pasien di ICU.
Metode
Kami secara acak ,telah memilih pasien yang telah dirawat di ICU untuk menerima baik
albumin 4% atau normal saline untuk resusitasi cairan intravaskular selama 28 hari.
Parameter utamanya adalah untuk menilai kadar kematian akibat penyebab apapun
selama 28 hari periode setelah pengacakan dijalankan.
Hasil
Dari 6.997 pasien yang mengalami pengacakan, 3497 ditugaskan untuk menerima
albumin dan 3500 untuk menerima salin; kedua kelompok memiliki karakteristik dasar
yang sama. Ada 726 kematian pada kelompok albumin, dibandingkan dengan 729
kematian dalam garam tersebut Kelompok (risiko relatif kematian, 0,99; 95 persen
interval kepercayaan, 0,91-1,09; P = 0,87). Proporsi pasien dengan kegagalan organ
tunggal dan multiple-organ baru adalah serupa pada kedua kelompok (P = 0.85). Tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam nilai purata (± SD) jumlah
hari menginap di ICU (6,5 ± 6,6 di albumin kelompok dan 6,2 ± 6,2 pada kelompok
saline, P = 0,44), hari dihabiskan di rumah sakit (15,3 ± 9,6 dan 15,6 ± 9,6, masing-
masing; P = 0,30), hari ventilasi mekanik (4,5 ± 6,1 dan 4,3 ± 5,7, masing-masing; P =
0,74), atau hari terapi ginjal pengganti (0,5 ± 2,3 dan 0,4 ± 2,0, masing-masing; P = 0,41).
1
Kesimpulan
Pada pasien yang dirawat di ICU, penggunaan baik albumin 4 % maupun normal saline
untuk resusitasi cairan memiliki hasil akhir yang sama dalam 28 hari perawatan di ICU
Administrasi cairan intravena untuk mempertahankan atau meningkatkan volune
intravascular adalah merupakan intervensi umum di unit perawatan intensif (ICU), tapi
ada terdapat keraguan apakah pilihan cairan secara signifikan mempengaruhi
keberhasilan perawatan pasien.Secara khusus,masih belum ada penilitian kontrol yang
cukup adekuat untuk yang melakukan penilitian tentang efek pilihan cairan pada
kelangsungan hidup pasien di ICU. Dengan tidak adanya uji coba tersebut, sejumlah
meta-analisis telah meneliti bagaimana pilihan solusi kristaloid atau koloid dan
mengandung zat albumin atau cairan albumin bebas mempengaruhi kelangsungan hidup
pada pasien dengan penyakit kritis dan pada pasien yang kurang krits.Sebuah meta-
analisis yang diterbitkan oleh Cochrane Injuries Group Albumin Reviewer ini termasuk
24 penelitian yang melibatkan total 1.419 pasien dan menyarankan bahwa pemberian
cairan berisi albumin menunjukkan peningkatan terhadap risiko kematian absolut
sebanyak 6%, jika dibandingkan dengan administrasi dengan menggunakan larutan
kristaloid. Akan tetapi, satu meta-analisis yang selanjutnya dijalankan dari 55 percobaan,
yang melibatkan sebanyak 3.504 pasien untuk meneliti efek resusitasi cairan dengan
menggunakan cairan yang mengandung albumin terhadap risiko kematian pada pasien
dalam populasi umum, namun tidak pula menemukan peningkatan yang signifikan dalam
risiko kematian.
Hasil yang bertentangan dari meta-analisis tersebut telah menyebabkan banyak para
klinisi kurang pasti tentang efek cairan yang mengandung albumin terhadap
kelangsungan hidup pasien dengan sakit yang kitis. Untuk mengatasi ketidakpastian ini,
kami melakukan studi Saline vs Albumin Evaluasi Fluid (SAFE) di 16 ICU di Australia
dan New Zealand. Kami menguji hipotesis bahwa ketika albumin 4% dibandingkan
dengan natrium klorida 0,9% (normal saline) untuk resusitasi cairan intravaskular
terhadap pasien yang dirawat di ICU,hasilnya tidak ada perbedaan pada kadar kematian
selama 28-hari perawatan yang disebabkan oleh penyebab apapun.
2
METODE
Desain Penelitian & Protokol Pengobatan
Pasien yang berusia 18 tahun atau lebih tua yang telah dirawat di ICU dengan
tertutup,dan multidisiplin di 16 rumah sakit akademik tersier di Australia dan New
Zealand antara bulan November 2001 dan Juni 2003 telah menjalani pemeriksaan
kelayakan untuk studi ini.Kelayakan bagi pasien penilitian ini dipilih berdasarkan pasien
yang mana dokter yang merawat tersebut meinilai bahwa pasien ini membutuhkan
pemberian cairan untuk mempertahankan atau meningkatkan volume intravaskular,
dengan keputusan ini didukung oleh pemenuhan setidaknya satu kriteria objektif . Pasien
yang dirawat di ICU dengans post-operasi jantung, post transplantasi hati, atau untuk
pengobatan luka bakar dikeluarkan dari penilitian. Rincian criteria yang diinklusi dan
yand dieksklusi dilampirkan dalam Tabel S1(tersedia dengan lengkapTeks artikel ini di
www.nejm.org). Sebuah penjelasan detail dari desain penelitian ini telah diterbitkan di
tempat lain
.Protokol penelitian ini telah dipersetujui oleh komite etika dari University of
Sydney dan masing-masing intitusi yang berpartisipasi. Persetujuan secara tertulis ini
akan diperoleh daripada semua pasien yang kompeten; andai kata persetujuan tidak dapat
diperoleh dari pasien oleh karena penyakit kritis atau penggunaan obat penenang atau
obat bius, persetujuan bisa tertunda, dan ketentuan persetujuan tertunda akan diterapkan.
Dalam kasus tersebut, pasien atau penggantinya sebagai pengambil keputusan, akan
diberitahu berkenaan penelitian yang akan dijalankan sesegera mungkin, dan dimintakan
persetujuan untuk melanjutkan prosedur penelitian serta mengakses catatan medis peserta
untuk data-studi tersebut. Pasien atau pengganti hukum mereka akan diberitahu hak
mereka untuk meminta prosedur penelitian dihentikan dan hak mereka untuk menolak
penggunaan catatan medis mereka.
Pasien yang layak dan memenuhi syarat secara acak ditugaskan untuk menerima
baik albumin 4% (Albumex, CSL) atau normal saline, dengan tugas acak bertingkat
menurut lembaga dan menurut apakah ada diagnosis trauma pada saat di masukkan ke
ICU. Pengacakan yang dilakukan terpusat dengan menggunakan algoritma minimisasi,
dan layanan ini bisa diakses di internet melalui situs Web yang aman. Cairan studi
disediakan di dalam botol 500 ml yang identik, dan membutakan.Hal ini dipastikan
melalui penggunaan topeng karton yang dibuat secara khusus dan dirancang khusus dan
3
set administrasi yang diproduksi. Efektivitas dalam menyilaukan telah dikonfirmasikan
dalam pendidikan formal sebelum percobaan ini dijalankan. Para dokter yang merawat
akan menentukan jumlah dan laju pemberian cairan sesuai status klinis bagi setiap pasien
yang dirawat dan respon mereka terhadap pengobatan. Pengobatan alokasi dalam
penelitian ini akan digunakan untuk semua resusitasi cairan di ICU sampai pasien
meninggal atau dibolehkan untuk pulang atau sampai 28 hari setelah pengacakan.
pemberian cairan infus di luar ICU tidak terkontrol.
Selain cairan studi, pasien juga akan menerima cairan pemeliharaan,cairan
penggantian tertentu,nutrisi enteral atau parenteral, dan produk darah dari kebijakan
dokter yang merawat. Pemantauan tekanan vena sentral, kateterisasi arteri-paru, dan
semua aspek lain dari perawatan pasien akan dijalankan berdasarkan dari kebijakan
dokter yang merawat itu sendiri.
Penilaian awal dan tindak lanjut
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dari awal termasuk Skor Fisiologi akut dan kronis Evaluasi
Kesehatan II,serta informasi yang berkaitan dengan kriteria diagnostik untuk sepsis berat
(Tabel S2 dari Tambahan Lampiran) dan untuk sindrom gangguan pernapasan
akut.Pasien diidentifikasi yang memiliki cedera otak traumatis pada awalnya jika mereka
memiliki riwayat trauma, Skor Glasgow Coma sementara tidak dibius kurang dari 14, dan
kelainan konsisten dengan cedera otak traumatis pada CT-scan kepala. Kardiovaskular,
pernapasan, ginjal, hematologi, dan komponen hati dari yang Sequential Organ-Failure
Assessment (SOFA)skor,seperti yang dijelaskan pada Tabel S3,dicatat pada waktu secara
rawak, setiap hari selama tujuh hari ke depan, dan kemudian setiap hari ketiga sampai
dibolehkan untuk keluar dari ICU atau sampai hari ke 28. Setelah pengacakan dijalankan,
denyut jantung,tekanan vena pusat, tekanan darah arteri rata-rata, volume cairan studi
yang diberikan, volume cairan non-studi dan produk darah yang diberikan,
keseimbangan bersih cairan (dihitung sebagai total masukan cairan minus total output
cairan), penggunaan ventilasi mekanik, dan penggunaan terapi pengganti ginjal
(hemodialisa intermiten atau kontinu, hemofiltrasi, atau hemodiafiltrasi) dicatat setiap
hari sampai pasien dibolehkan untuk keluar dari perawatan ICU atau kematian atau
sampai hari yang ke28.
4
Ukuran hasil
Parameter utamanya adalah untuk mengukur tingkat kematian dari penyebab apapun
dalam waktu 28 hari setelah pengacakan dijalankan.Ukuran hasil sekundernya adalah
waktu bertahan selama 28 hari pertama, proporsi pasien yang memiliki satu, dua, tiga,
empat, atau lima kegagalan organ baru (didefinisikan sebagai perubahan yang telah
didokumentasikan dalam kardiovaskular, pernapasan, ginjal, hematologi, atau komponen
hati skor SOFA dari 0, 1, atau 2 pada awal menjadi 3 atau 4 selama tinggal ICU, di mana
skor yang lebih tinggi menunjukkan semakin disfungsi organ yang parah),durasi ventilasi
mekanis, durasi terapi pengganti ginjal dan durasi ICU dan tinggal di rumah sakit.
Kematian dari penyebab apapun dalam waktu 28 hari setelah pengacakan juga
diperiksa dalam enam subkelompok berdasarkan ada atau tidak adanya trauma, ada atau
tidak adanya sepsis berat,dan ada atau tidak adanya sindrom gangguan saluran
pernapasan akut pada awal.
Penelitian dan manajemen data
Terdapat dua analisis yang sementara direncana dilakukan oleh ahli statistik bebas setelah
perekrutan sejumlah 2333 pasien pertama (33 persen dari yang direncanakan\ Total) dan
4666 pasien pertama (67 persen), dan hasilnya ditinjau oleh Komite Monitoring Data
Independen.
The George Institute for International Health di University of Sydney melakukan
manajemen data, manajemen situs, dan analisa data,yang tidak dipengaruhi dari lembaga
donor.Naskah ini disiapkan oleh panitia penulisan dan direvisi oleh para peneliti, yang
telah disahkan sebagai naskah akhir.
Analisa Statistik
Sidang ini dirancang untuk mendaftar 7000 pasien, sehingga memberikan kekuatan
sebanyak 90 persen untuk mendeteksi 3 persen perbedaan angka kematian mutlak antara
kedua kelompok dari perkiraan kematian dasar tingkat 15 persen. Data yang diekspor dari
studi database dan dianalisis dengan menggunakan Software SPSS (versi 11.5). Semua
analisa dilakukan secara intention-to-treat. Dimana data yang hilang, kami melaporkan
5
jumlah pengamatan yang tersedia, dan kami tidak membuat asumsi tentang data yang
hilang.
Proporsi dibandingkan dengan cara Uji chi-square atau uji Fisher, dan
berkesinambungan dibandingkan dengan cara berpasangan t-tes. Hasil perbandingan
angka kejadian di kedua kelompok disajikan sebagai risiko relatif dengan interval
keyakinan 95 persen. Jumlah kelangsungan hidup itu dibandingkan dengan cara uji log-
rank dan dipresentasi sebagai kurva Kaplan-Meier tanpa penyesuaian untuk kovariat
awal. Efek pengobatan heterogenitas antara subkelompok dinilai dengan penggunaan tes
untuk risiko relatif umum.
Hasil
Studi pasien
Tujuh ribu tugasan acak terhadap studi pengobatan dibuat (3499 kepada kelompok
albumin dan 3501 untuk kelompok saline). Tiga pasien secara tidak sengaja menjalani
pengacakan sebanyak dua kali dalam 28 tempoh hari; mereka diikuti selama 28 hari
dimulai pada saat pengacakan pertama, dan untuk tujuan analisis data dianggap bagian
dari kelompok yang mereka pertama kali ditugaskan. Dengan demikian,populasi studi ini
terdiri daripada 6.997 pasien, 3.497 di antaranya ditugaskan untuk menerima albumin dan
3500 di antaranya ditugaskan untuk menerima saline. Sebagian besar pasien (6628 [94,7
persen] - 3312 dari mereka yang kelompok albumin [94,7 persen] dan 3316 orang dalam
kelompok saline [94,7 persen]) yang terdaftar dengan penggunaan penyisihan persetujuan
yang tertunda. Persetujuan tertunda diperoleh dari pasien dalam 2713 kasus (38,8 persen)
dan dari wakil pengganti pembuat keputusan(kerabat, pengganti diakui secara hukum,
atau komite etika institusional) di sisa kasus. Persetujuan diperoleh dari pasien dalam 45
kasus (0,6 persen) dan dari pengganti pengambil keputusan dalam 335 kasus (4,8 persen).
Pada awal, perbedaan hanya bermakna secara statistik antara kedua kelompok adalah
rata-rata yang lebih tinggi (± SD) tekanan vena sentral dalam kelompok albumin (9,0 ±
4,7 mm Hg, vs 8,6 ± 4,6 mm Hg dalam kelompok saline tersebut; P = 0,03). Karakteristik
dasar dari 6997 pasien diringkas dalam Tabel 1, dan progresifitas mereka sepanjang
penelitian ini diringkas dalam Gambar S1 dari Lampiran Tambahan.
6
Cairan studi diberikan kepada semua 197 pasien(2,8 persen), termasuk 90 dari
kelompok albumin dan 107 dari kelompok saline. Hal menyadarkan bahwa cairan selain
cairan penelitian dialokasikan dan diberikan kepada 309 pasien dalam kelompok albumin
(8,8 persen) dan 375 pada kelompok saline (10,7 persen). Alasan paling umum untuk
administrasi cairan resusitasi nonstudy adalah merupakaan erorr (dalam 189 pasien dalam
kelompok albumin [5,4 persen] dan 190 dalam kelompok saline [5,4 persen]). Preferensi
Dokter untuk penggunaan cairan resusitasi nonstudy tertentu adalah merupakan alasan
untuk diadministrasikan pada 68 pasien dalam kelompok albumin (1,9 persen) dan 103
dalam kelompok saline (2,9 persen). Pada penyelesaian sidang, informasi mengenai status
vital setelah 28 hari pengacakan tidak tersedia untuk 67 pasien (1,0 persen), termasuk 26
dalam kelompok albumin dan 41 dalam kelompok saline. Pada 56 dari 67 kasus tersebut,
status penting hilang karena pasien atau wakil penggantinya telah ditahan atau ditarik
persetujuan.
Pemberian cairan dan efek pengobatan
Pada masing-masing dari tiga hari studi pertama, pasien yang telah secara acak
ditugaskan untuk menerima albumin menerima cairan studi secara signifikan kurang
daripada mereka ditugaskan untuk mendapatkan saline, sehingga secara signifikan lebih
besar keseimbangan bersih cairan positif pada kelompok saline pada masing-masing hari
(Tabel 2). Rasio volume albumin terhadap volume saline yang diberikan selama empat
hari pertama adalah sebagai berikut: 1: 1,3 pada Hari 1, 1: 1,6 pada hari 2, 1: 1,3 pada
hari ke-3, dan 1: 1,2 pada Hari 4. Rasio volume keseluruhan dari volume albumin
terhadap volume saline yang diberikan selama empat hari pertama adalah sekitar 1: 1,4.
Pasien dari dua kelompok ini menerima volume cairan lain yang sama selama empat hari
pertama, kecuali pada hari 1 dan 2, dimana pasien dalam kelompok albumin menerima
volume yang lebih besar dari sel darah merah dikemas( PRC) berbanding mereka yang
dalam kelompok saline; rata-rata, selama empat hari pertama, pasien ditugaskan untuk
menerima albumin yang menerima 71.0 ml lebih PRC mereka dari yang ditugaskan untuk
menerima saline. Pada hari ke 2, pasien dalam kelompok saline menerima volume cairan
non-studi yang lebih besar dari mereka yang berada di kelompok albumin (Tabel 2).
Setelah Hari ke 4, tidak ada perbedaan antara kedua kelompok dalam volume cairan studi
yang diberikan. Tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok dalam
tekanan arteri rata-rata yang diukur pada akhir masing-masing empat hari pertama
penelitian..Pasien yang ditugaskan untuk menerima albumin memiliki denyut jantung
7
yang lebih lemah pada akhir hari pertama daripada kelompok yang ditugaskan untuk
menerima salin. Tekanan vena sentral secara signifikan lebih tinggi pada kelompok
albumin dibandingkan dalam kelompok saline pada semua titik waktu selama pertama
empat hari, dan konsentrasi serum albumin serum adalah lebih tinggi pada kelompok
albumin selama penelitian periode (Tabel 2).
Hasil
Dalam waktu 28 hari setelah pengacakan, 726 dari 3.473 pasien dari kelompok albumin
(20,9 persen) dan 729 dari 3460 pasien dalam kelompok saline (21,1 persen) telah
meninggal. Untuk kelompok albumin dibandingkan dengan kelompok saline, perbedaan
mutlak dalam kematian adalah -0,2 persen (95 persen interval kepercayaan, -2,1 Sampai
1,8 persen). Risiko kematian relatif di antara pasien yang ditugaskan untuk menerima
albumin dibandingkan dengan mereka yang ditugaskan untuk menerima saline adalah
0.99 (95 persen interval kepercayaan, 0,91-1,09; P = 0,87). Pada 28 hari, 111 pasien di
kelompok albumin (3,2 persen) dan 87 pasien dalam kelompok salin tersebut (2,5 persen)
tetap di ICU (relative risiko, 1,27; P = 0,09); 793 (22,8 persen) dan 848 (24,5 persen),
masing-masing, tetap di rumah sakit (Risiko relatif, 0,93; interval kepercayaan 95 persen,
0,86-1,01; P = 0,10) (Tabel 3). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam waktu
bertahan hidup di antara dua kelompok (Gbr. 1). Jumlah pasien yang memiliki kegagalan
organ tunggal baru atau kegagalan multi-organ, dinilai menurut skor SOFA, adalah
serupa pada kedua kelompok (P = 0,85 dengan uji eksak Fisher) (Tabel 3). Selama28-hari
masa studi lama rata-rata tinggal di ICU adalah 6,5 ± 6,6 hari pada kelompok albumin
dan 6,2 ± 6,2 hari pada kelompok saline (P = 0.44). Mean lama tinggal di rumah sakit
adalah 15,3 ± 9,6 hari dan 15,6 ± 9,6 hari, masing-masing (P = 0,30). Angka-angka hari
ventilasi mekanis dan hari terapi pengganti ginjal adalah serupa pada kedua kelompok
(Tabel 3).
Subkelompok analisis
Selama 28 hari masa penelitian, risiko relatif kematian di antara pasien dengan trauma
dalam kelompok albumin dibandingkan dengan pasien seperti di dalam kelompok salin
adalah sebanyak 1,36; sedangkan risiko relatif kematian di antara pasien tanpa trauma
adalah 0,96 (P = 0,04 dengan uji risiko relatif umum).Perbedaan terhadap risiko relatif
kematian ini adalah karena lebih banyak pasien dengan trauma dan yang berkaitan cedera
8
otak yang meninggal setelah dijalankan penelitian antara albumin dan salin: 59 dari 241
pasien tersebut pada kelompok albumin meninggal (24,5 persen), dibandingkan dengan
38 dari 251 pasien tersebut di kelompok saline (15,1 persen) (risiko relatif, 1,62; 95
persen interval kepercayaan, 1,12-2,34; P = 0,009). Di antara pasien yang memiliki
trauma tanpa cedera otak, tidak ada perbedaan antara kelompok dalam hal kematian: 22
pasien tersebut di kelompok albumin (6,2 persen) dan 21 dalam garam yang kelompok
(6,2 persen) meninggal dunia (risiko relatif, 1,00; 95 persen interval kepercayaan, 0,56-
1,79; P = 1.00). Di antara semua pasien yang memiliki trauma (596 di kelompok albumin
dan 590 pada kelompok saline), ada adalah 81 (13,6 persen) kematian pada kelompok
albumin dan 59 (10,0 persen) pada kelompok saline (relative risiko, 1,36; Interval
kepercayaan 95 persen, 0,99 untuk 1.86; P = 0,06) (Gambar. 2 dan Tabel 3). Dalam
analisis subkelompok pada pasien dengan sepsis berat, risiko relatif kematian selama 28
hari periode penelitian antara mereka secara acak ditugaskan untuk menerima albumin
sebagai lawan saline adalah 0,87, seperti dibandingkan dengan risiko relatif sesuai 1,05
antara pasien tanpa sepsis berat (P = 0,06 dengan tes untuk risiko relatif umum). Dari 603
pasien dengan sepsis berat yang telah ditugaskan untuk menerima albumin, 185 (30,7
persen) meninggal dunia, dan dari 615 pasien dengan sepsis berat yang telah ditetapkan
untuk menerima salin, 217 (35,3 persen) meninggal dunia (relative resiko, 0.87; 95 persen
interval kepercayaan, 0,74 menjadi 1,02; P = 0,09) (Tabel 3). Dalam analisis
subkelompok pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif kematian
di antara orang-orang yang ditugaskan untuk menerima albumin sebagai lawan salin
adalah 0.93; risiko relatif sesuai antara pasien tanpa sindrom ini adalah 1,00 (P = 0,74
dengan uji untuk risiko relatif umum).
PEMBAHASAN
Dalam uji coba secara acak ini, kami menemukan bahwa penggunaan albumin 4 persen
atau normal saline untuk resusitasi volume intravaskular terhadap populasi heterogen
pasien di ICU menunjukkan hasil yang setara dan seimbang terhadap tingkat kematian
akibat penyebab apapun selama 28 hari periode penelitian. Persyaratan untuk ventilasi
mekanik dan terapi pengganti ginjal , waktu yang dihabiskan di ICU dan di rumah sakit
selama studi 28-hari periode, dan waktu sampai kematian (antara pasien yang meninggal)
juga turut setara. Proporsi pasien dalam dua kelompok ini di antaranya kegagalan organ
9
tunggal baru atau kegagalan multi-organ yang dikembangkan adalah serupa. Temuan
kami tidak mendukung hasil Cedera Cochrane metaanalisis Grup Albumin Reviewer ',
yang menunjukkan bahwa penggunaan albumin dikaitkan dengan tingkat kematian
meningkat di antara pasien dengan sakit kritis.Penelitian yang kami jalankan dengan
metode double-blind,percobaan acakl. Album dan salin tidak dianggap sebagai volume
ekpander yang equipotent, tapi potensi relatif mereka belum pernah sebelumnya
dijalankan penelitian yang lebih terperinci. Dalam penelitian kami, pasien yang
diresusitasi dengan albumin kurang mendapat cairan daripada mereka yang diresustasi
dengan salin. Selama empat hari pertama, rasio albumin diberikan berbanding saline yang
diberikan adalah sekitar 1: 1,4. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan pada tekanan
arteri rata-rata antara kelompok, dan perbedaan tekanan vena sentral dan denyut jantung
yang kecil. Dengan demikian, kami percaya bahwa pasien dalam dua kelompok ini yang
sudah diresustasi dengan sama dan poin akhir yang dapat diterima.
Penelitian kami juga, merupakan suatu studi pragmatis besar dalam populasi pasien
yang tunduk pada sejumlah besar intervensi bersamaan. Kami tidak mengumpulkan
informasi pada semua intervensi yang dilakukan bersamaan di ICU. Namun, pengacakan
dikelompokkan berdasarkan berpartisipasi institusi, sehingga setiap institusi mendapatkan
jumlah pasien yang sama yang ditugaskan untuk menerima salin atau albumin. Sebagai
hasilnya, kami tidak percaya bahwa ketidakseimbangan dalam intervensi bersamaan bisa
mempengaruhi hasil. Pasien yang ditugaskan untuk mendapatkan albumin menerima
volume yang signifikan lebih besar dari sel darah merah dikemas selama dua hari pertama
penelitian. Alasan untuk perbedaan ini tetap spekulatif, tetapi mungkin termasuk
hemodilusi yang besar terhadap albumin dibandingkan dengan salin atau peningkatan
kehilangan darah dengan albumin karena perubahan sementara dalam koagulasi. Dalam
sebuah studi dari kebutuhan transfusi pada pasien kritis yang dilakukan oleh Hébert dan
rekan,hasil polisi transfusi liberal mengakibatkan administrasi lebih dari 3,0 unit sel darah
merah dikemas. Ini dikaitkan dengan peningkatan mortalitas di rumah sakit sebanyak 5,9
poin persentase. Selama empat hari pertama dari penelitian kami, volume kelebihan
cairan yang ditransfusikan pada kelompok albumin rata-rata 71.0 ml per pasien (Kurang
dari seperempat unit). Oleh karena itu, kami tidak percaya bahwa kelebihan kecil dalam
volume transfuse ini mempengaruhi hasil.
Mengingat bahwa penelitian kami tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk
mendeteksi perbedaan kecil tapi penting dalam kematian antara subkelompok yang telah
10
ditetapkan,hasilnya menunjukkan bukti yang terbatas bahwa efek pengobatan bervariasi
antara sub-kelompok. Temuan bahwa pasien dengan trauma mungkin mendapat manfaat
yang lebih dari resusitasi dengan salin dibandingkan pasien tanpa trauma tampaknya
konsisten dengan hasil metaanalisis yang dijalankan oleh Choi et al., yang menyarankan
bahwa resusitasi koloid dikaitkan dengan peningkatan mortalitas pada pasien dengan
trauma.Dalam penelitian kami, bagaimanapun,peningkatan risiko relatif kematian di
antara pasien dengan trauma dibandingkan dengan mereka yang tidak trauma dihasilkan
dari sejumlah kelebihan kecil kematian di antara pasien yang memiliki trauma dengan
cedera otak, sedangkan meta-analisis oleh Choi et al. tidak termasuk Studi pada pasien
dengan cedera otak.
Dalam penelitian kami, perbedaan angka kematian antara kelompok albumin dan
salin pada pasien dengan trauma yang melibatkan cedera otak harus ditafsirkan dengan
berati-hati. Pasien dengan cedera otak traumatis hanya merupakan 7 persen dari populasi
penelitian, dan lebih kematian dalam kelompok albumin kelompok hanya 21. Dalam
penelitian besar,perbedaan subkelompok tersebut sering terjadi secara kebetulan.
Tambahan lagi, tingkat kematian dari setiap penyebab lebih dari periode 28 hari tidak
dianggap hasil yang paling tepat untuk pengukuran yang dapat digunakan untuk menilai
efek pengobatan pada pasien dengan cedera otak. Penilaian mortalitas dan status
fungsional neurologis dianjurkan setelah enam bulan cedera Sebaliknya dengan temuan
kami pada pasien dengan trauma, perbandingan risiko relatif kematian di antara pasien
dengan sepsis berat dan mereka yang tidak berat memberikan bukti terbatas terhadap efek
pengobatan yang mendukung albumin pada pasien dengan sepsis berat. Perlu dicatat
bahwa perbedaan antara subkelompok tersebut sering terjadi secara kebetulan dan hanya
penelitian spesifik dan tepat yang dapat menentukan apakah pengobatan tersebut
memberikan efek yang nyata.
Sebagai kesimpulan, penelitian kami memberikan bukti bahwa albumin dan salin
harus dipertimbangkan secara setara dalam perawatan klinis untuk resusitasi volume
intravaskular pada populasi yang heterogen pasien di ICU. Apakah baik albumin atau
saline memberikan manfaat pada populasi terpilih yang lebih tinggi pasien dengan
penyakit kritis memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Menurut pengetahuan saat
ini,faktor yang mungkin mempengaruhi pilihan cairan resusitasi untuk pasien dengan
sakit kritis adalah termasuk preferensi individu, tolerabilitas pengobatan, keamanan, dan
biaya
11