let down refleks pada laktasi

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menyekresi kolostrum,ncairan encer, kekuningan, sampai kira- kira 3 hingga 4 hari pscapartum, ketika sekresi susu dimulai sebagai respons terhadap rangsangan penyedotan dari bayi. Dengan penyedotan, ooksitosin dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior, yang kemudian merangsang refleks “let – down”. (Sylvia, 2006: 1301-1302) 1.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara Glandula mamalia merupakan kelenjar aksesoris kulit khusus, berfungsi menghasilkan susu. Payudara terdapat pada pria dan wanita. Bentuknya sama pada pria dan wanita yang belum dewasa. Papilla mamalia kecil dan dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap disebut areola mammae. Jaringan payudara tersusun oleh sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan ikat dan bermuara di daerah areola. (Richard, 2012: 87) Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot –otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamalia), tonjolan berpigmen yang dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – TASK READING 19 LET-DOWN REFLEKS PADA LAKTASI 1

Upload: chococi

Post on 25-Nov-2015

89 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSelama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menyekresi kolostrum,ncairan encer, kekuningan, sampai kira-kira 3 hingga 4 hari pscapartum, ketika sekresi susu dimulai sebagai respons terhadap rangsangan penyedotan dari bayi. Dengan penyedotan, ooksitosin dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior, yang kemudian merangsang refleks let down. (Sylvia, 2006: 1301-1302)

1.2 Anatomi dan Fisiologi PayudaraGlandula mamalia merupakan kelenjar aksesoris kulit khusus, berfungsi menghasilkan susu. Payudara terdapat pada pria dan wanita. Bentuknya sama pada pria dan wanita yang belum dewasa. Papilla mamalia kecil dan dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap disebut areola mammae. Jaringan payudara tersusun oleh sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan ikat dan bermuara di daerah areola. (Richard, 2012: 87)Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamalia), tonjolan berpigmen yang dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola. (Sylvia, 2006: 1301)Jaringan kelenjar membentuk 15 hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting dan dipisahhkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) diantara lobus lobus. Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul kemudian bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak luru terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara kulit. Pita ini disebut ligamentum Cooper, merupakan ligamentum suspensoorium payudara. (Sylvia, 2006: 1301)

Gambar 1: anatomi payudara

Gambar 2: anatomi payudaraPada masa pubertas seorang wanita, payudara lambat laun membesar dan akan berbentuk setengah lingkaran di bawah pengaruh hormone ovarium. Salurannya memanjang meskipun demikian pembesaran kelenjar terutama disebabkan karena penimbunan lemak. Dasar payudara terbentang dari costa II sampai VI dan dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media. Sebagian besar kelenjar terletak di dalam fascia superficialis. Sebagian kecil, yang disebut axillary tail,meluas ke atas dan lateral, menembus fascia profunda pada pinggir caudal. Pectoralis major dan sampai, ke axilla. Di belakang payudara terdapat sebuah ruang yang berisi jaringan ikat yang disebut spatium retromammariae.Setiap payudara terdiri dari lobus, yang tersusun raider dan berpusat pada papilla mamalia. Saluran utama dari setiap lobus bermuara ke puncak papilla mamalia, dan mempunyai ampulla yang melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar papilla mamalia dikelilingi oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh kelenjar areola di bawahnya. Lobus-lobus kelenajr dipisahkan oleh septa fibrosa yang berfungsi sebagai ligamentum suspensorium. (Richard, 2012: 87)Pada wanita muda, payudara cenderung menonjol ke depan dari dasar yang sirkuler. (Richard, 2012: 88)Sedangkan pada wanita hami:a. Awal: dalam bulan-bulan awal kehamilan, terdapat penambahan yang cepat panjang dan cabang-cabang sistem ductus. Alveoli secretorius berkembang pada ujung ductus-ductus kecil. Jaringan penyambung mulai terisi dengan alveoli secretorius yang menyebar dan bertunas. Vaskularisasi jaringan penyambung juga meningkat untuk menyediakan makanan yang cukup bagi kelenjar yang sedang berkembang. Papilla mamalia membesar, dan areola menjadi lebih gelap dan lebih lebar sebagai akibat dari bertambahnya deposit pigmen melanin di dalam epidermis. Kelenjar areolar membesar dan menjadi lebih aktif. (Richard, 2012: 88)b. Akhir: selama pertengahan kedua kehamilan, pertumbuhan melambat. Namun demikian glandula mamalia tetap bertambah membesar, terutama disebabkan oleh menggelembungnya alveoli secretorius oleh cairan yang disebut colostrums. (Richard, 2012: 88)c. Pasca Menyusui: begitu bayi disapih, payudara kembali ke stadium inaktifnya. Susu yang tertinggal diserap kembali, alveoli secretorius mengerut, dan hampir seluruh alveoli menghilang. Jaringan penyambung interlobaris menebal. Glandula mamalia beserta papilla mamalia mengecil dan kembali mendekati ukuran semula. Pigmentasi areola berkurang, tetapi warna areanya tidak pernah kembali sepucat sebelumnya. (Richard, 2012: 88)

Gambar 3: perkembangan payudara

1.3 Vaskularisasi

Gambar 4: vaskularisasi payudara

a. ArteriPayudara berhubungan dengan dinding dada dan struktus yang berhubungan dengan anggota badan bagian atas; oleh karena itu, vaskularisasi dan drainase dapat terjadi oleh banyak jalan: lateral, pembuluh darah dari arteri aksilaris superiorc, arteri thoraco-acromial, lateral thoracic, dan arteri subscapular; medial, cabang dari arteri thoracic internal; cabang arteri interkostalis kedua dan keempat yang menembus dinding dada dan otot. (Drake, 2004:193)b. Drainase VenaDrainase vena dari payudara mengikuti arteri dan akhirnyamengalir ke dalam axillary, internal thoracic, dan intercostal veins. (Drake, 2004:193)

1.4 InnervasiInnervasi payudara melalui anterior dan lateral cabang cutaneous dari nerves intercostalis kedua sampai keenam. Nipple di innervasi oleh nerves intercostal keempat. (Drake, 2004: 193-194)

1.5 Drainase Limfe

Gambar 5: drainase limfe payudaraDrainase Limfe payudara mengikuti: sekitar 75% melalui pembuluh lymphatic yang mendrainase nodus axilares lateral dan superior ; sebagian besar dari sisa drainase ke dalam nodus parasternal nodes masuk ke dinding dada anterior dan bergabung dengan arteri thoracic internal; dan beberapa drainse bisa and some drainage dapat melalui pembuluh lymphatic vessels yang mengikutiarteri intercostal posterior dan berhubungan dengan nodus untercostal yang terletak dekat kepala dan leher tulang iga. Nodus axillary mengalirkan ke dalam trunkus subclavian, nodus parasternal mengalirkan ke dalam trunkus bronchomediastinal, dan nodus intercostal mengalirkan salah satu ke dalam duktus thoracic duct atau ke dalam trunkus bronchomediastinal. (Drake, 2004: 194)

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Perkembangan PayudaraPayudara, mulai berkembang saat pubertas. Perkembangan ini disimulasi oleh estrogen yang berasal darisiklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar mamaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara. Selain itu, pertumbuhan yang jauh lebih besar terjadi selama kadar estrogen yang tinggi pada kehamilan, dan kemudian hanya jaringan kelenjar saja yang berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. (Guyton, 2012: 1092)Dalam persiapan tumbuh kembang payudara, bentuk sejumlah hormon yang bekerja sehingga dapat mencapai persiapan sekresi air susu ibu berkelanjutan diantaranya:1. Hormon steroid ovarium dan plasenta2. Hormon pituitari anterior dan polipeptida plasenta3. Steroid adrenal4. Insulin5. Thiroksin Hormon (Manuaba,2007: 374)

Gambar 6: perbedaan payudara pada wanita tidak hamil dan wanita hamilSelama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma paydara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma. (Guyton, 2012: 1092)Sedikitnya terdapat 4 hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus: hormon pertumbuhan, prolaktin, glukotiroid adrenal, dan insulin. Masing masing hormon ini diketahui memainkan paling sedikit beberapa peranan dalam metabolisme protein, yang menjelaskan fungsi hormon hormon tersebut dalam perkembangan kelenjar payudara. (Guyton, 2012: 1092)Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali sistem duktus telah berkembang, progesteron berkerja secara sinergistik dengan estrogen juga dengan hormon hormon lain yang baru saja disebutkan di atas menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahan perubahan ini analog dengan efek sekresi progesteron pada endometrium uterus selama pertengahan akhir seklus seksual wanita. (Guyton, 2012: 1092)

2.2 Permulaan LaktasiWalaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi sesungguhnya dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek yang berlawanan pada sekresi air susu yaitu meningkatkannya. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat secara tetap dari minggu ke lima kehamilan sampai kelahiran bayi, di mana pada saat ini meningkat 10 sampai 20 kali dari kadar normal pada saat tidak hamil. (Guyton, 2012: 1092)Selain itu, plasenta menyekresi sejumlah besar hormon chorionic somamotomammotropin, yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu selama kehamilan. Walaupun begitu, karena efek supresi dari estrogen dan progesteron, hanya beberapa mililiter cairan saja yang disekresikan setiap hari sampai bayi dilahirkan. Cairan yang disekresikan selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari pertama setelah kelahiran disebut kolostrum; kolostrum ini terutama mengandung protein dan laktosa dalam konsentrasi yang sama seperti air susu, tetapi kolostrum tersebut hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimal pembentukannya adalah sekitar 1/100 kecepatan pembentukan air susu selanjutnya. (Guyton, 2012: 1092-1093)Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi estrogen dan progesteron dari plasenta yang tiba tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu. Dan dalam 1 sampai 7 hari kemudian, kelenjar payudara mulai menyekresikan air susu dalam jumlah besar sebagai pengganti kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar hormon hormon ibu lainnya, tetapi yang penting dari semuanya adalah hormon pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid, dan insulin. Hormon hormon ini dipergunakan untuk menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk pembentukan air susu. (Guyton, 2012: 1093)Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kada sewaktu tidak hamil. Akan tetapi, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 samapi 20 kali lipat yang berlangsung kira kira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan kelenjar mamaria agar menyekresikan air susu ke dalam alveoli untuk periode laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak dilakukan terus menerus, payudara akan kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu dalam waktu satu minggu atau lebih. Akan tetapi, produksi air susu dapat berlangsung terus selama beberapa tahun bila anak terus menghisap, walaupun kecepatan pembentukan air susu nomalnya berkuran sangat banyak setelah 7 sampai 9 bulan. (Guyton, 2012: 1093)

2.1.1 Pengaturan Sekresi Prolaktin oleh HipotalamusHipotalamus memegang peran penting dalam mengatur sekresi prolaktin. Akan tetapi, pengaturan ini berbeda pada satu aspek: hipotalamus terutama merangsang pembentukan semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat pembentukan prolaktin. Akibatnya, kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada sistem portal hipotalamus-hipofisis sering meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi menekan sekresi hormon hormon hipofisis lainnya. (Guyton, 2012: 1093)Oleh karena itu, diyakini bahwa sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur secara keseluruhan atau hampir keseluruhan oleh sebuah faktor penghambat yang dibentuk di dalam hipotalamus dan ditranspor ke hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalamus-hipofisis. Faktor ini disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa hormon ini sama dengan dopamin katekolamin, yang diketahui disekresi oleh saraf arkuatus dari hipotalamus dan dapat menurunkan sekresi prolaktin sebanyak 10 kali lipat. (Guyton, 2012: 1093)

2.1.2 Supresi Siklus Seksual Ovarium Wanita Selama Penyapihan Beberapa Bulan Setelah KelahiranPada sebagian besar ibu yang menyusui, siklus ovarium (dan ovulasi) tidak kembali seperti semula sampai beberapa minggu setelah laktasi bayi dihentikan. Keadaan in kelihatannya adalah karena sinyal sinyal saraf yang sama dari payudara ke hipotalamus yang menyebabkan sekresi prolaktin selama penghisapan baik karena sinyal sinyal saraf sendiri atau karena efek peningkatan prolaktin menghambat sekresi hormon hormon pelepas-gonadotripon oleh hipotalamus. Hal ini selanjtnya menekan pembentukan hormon hormon gonadotropik hipofisis-hormon lutein (LH), dan hormon perangsang folikel (FSH). Namun, setelah beberapa bulan menyusui, pada beberapa ibu, khususnya pada ibu yang menyusui bayinya sementara waktu, hipofisis mulai lagi menyekresikan hormon hormon gonaditropik secukupnya untuk mengembalikan siklus seksual bulanan, walaupun masa menyusui dilanjutkan. (Guyton, 2012: 1093-1094)

2.3 Proses Let-Down dalam Sekresi ASI

Gambar 7: skema let-down reflexAir susu secara kontinu disekresikan ke dalam elveoli payudara, tetapi air susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam duktus dan, oleh karena itu, tidak menetes secara kontinu dari puting susu. Sebaliknya, air susu harus diejeksikan dari elveoli ke dalam duktus sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan refleks surogenik dan hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior, oksitosin, sebagai berikut. (Guyton, 2012: 1094)Ketika bayi menghisap, bayi sebenarnya tidak menerima susu untuk setengah menit pertama kemudian. Impuls sensorik pertama harus ditransmisikan melalaui saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu dan kemudian ke hipotlalmus ibu, yang menyebabkan sinyal saraf yang membantuk sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan ketika hipotalamus menyekresikan prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa ke dalam darah ke kelenjar payudara, tempat oksitosin menyebabkan sel sel mioepitel (yang mengelilingi dinding luar elveoli) berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus pada tekanan +10 sampai 20 mmHg. Kemudian isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan air susu. Jadi dalam waktu 30 detik sampai satu menit setelah bayi menghisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksiair susu atau pengaliran (let-down) air susu. (Guyton, 2012: 1094)tu tetapi juPenghisapan pada satu kelenjar payudara tidak hanya menyebabkan aliran air susu pada kelenjar payudara itu tetapi juga pada kelenjar payudara yang lain. (Guyton, 2012: 1094)

BAB IIIKESIMPULAN

Ketika bayi menghisap, impuls sensorik pertama harus ditransmisikan melalaui saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu dan kemudian ke hipotlalmus ibu, yang menyebabkan sinyal saraf yang membantuk sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan ketika hipotalamus menyekresikan prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa ke dalam darah ke kelenjar payudara, tempat oksitosin menyebabkan sel sel mioepitel (yang mengelilingi dinding luar elveoli) berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus. Proses ini disebut ejeksiair susu atau pengaliran (let-down) air susu.

DAFTAR PUSTAKADrake, Richard L, et all. 2004. Grays Anatomi fot Students. Ebook version download at 4shared.comGuyton. Arthur C, et all. 2012. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Manuaba, I. B. G, et all. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokateran EGCRichard, S. Snell. 2012. Anatomi Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktreran EGCSylvia, A. Price dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

TASK READING 19LET-DOWN REFLEKS PADA LAKTASI2