sifat kimia sabun trans par an dgn an madu

Upload: limiyanto

Post on 11-Jul-2015

396 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SIFAT KIMIA SABUN TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

SKRIPSI RACHMIATI QISTI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN Rachmiati Qisti. 2008. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu Pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. B. N. Polii, SU. Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C. H. Siregar, M Si Madu merupakan suatu larutan manis yang mengandung gula kental, dan sudah lama digunakan oleh manusia dalam industri makanan, farmasi bahkan kosmetik. Penambahan madu pada sabun transparan diharapkan dapat meningkatkan nilai guna dari sabun, seperti : memberikan kesan lembut, halus, melembabkan dan memberikan aktivitas antibakteri pada kulit. Sabun madu transparan merupakan salah satu produk yang dapat digunakan sebagai salah satu inovasi dari penggunaan madu dalam industri kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan formula terbaik dari penambahan madu pada sabun transparan, serta menganalisa sifat kimia sabun tersebut sehingga sesuai dengan SNI 06-3532-1994. Penelitian ini dilakuakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan Fakultas Peternakan, Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai Juli 2008. Penelitian ini terdiri atas empat perlakuan, yaitu: tanpa penambahan madu atau (P0%), penambahan madu 2,5% (P2,5%), penambahan madu 5% (P5%) dan penambahan madu 7,5% (P7,5%). Peubah yang diamati terdiri atas 1) kadar air, 2) jumlah asam lemak, 3) asam lemak bebas dan alkali bebas, 4) minyak mineral dan 5) derajat keasaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan, dan apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Ortogonal untuk menentukan kurva penduga terbaik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan madu berpengaruh sangat nyata (P 70

Sumber : BSN (1994)

21

Sabun tipe 1 merupakan sabun yang terbaik karena mengandung jumlah asam lemak yang tinggi (lebih dari 70%) dengan asam lemak bebas yang rendah yaitu kurang dari 2,5%. Sabun tipe 1, 2, dan seferfat merupakan sabun yang dapat dipasarkan di masyarakat karena aman untuk digunakan. Sabun tipe 2 lebih baik dari superfat karena kandungan asam lemak bebasnya kurang dari 2,5%. Kadar Air Kadar air merupakan bahan yang menguap pada suhu dan waktu tertentu. Maksimal kadar air pada sabun adalah 15%, hal ini disebabkan agar sabun yang dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak mudah larut dalam air. Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun. Jumlah Asam Lemak Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam lemak pada sabun yang telah atau pun yang belum bereaksi dengan alkali (SNI,1998). Sabun yang berkualitas baik mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70%, hal ini berarti bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sabun kurang dari 30%. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan. Bahan pengisi yang biasa ditambahkan adalah madu, gliserol, waterglass, protein susu dan lain sebagainya. Tujuan penambahan bahan pengisi untuk memberikan bentuk yang kompak dan padat, melembabkan, menambahkan zat gizi yang diperlukan oleh kulit. Alkali Bebas Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali bebas dalam sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na, dan 0, 14% untuk sabun KOH karena alkali mempunyai sifat yang keras dan menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya digunakan untuk sabun cuci.

22

Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas merupakan asam lemak pada sabun yang tidak terikat sebagai senyawa natrium atau pun senyawa trigliserida (lemak netral) (DSN, 1994). Tingginya asam lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya membersihkan sabun, karena asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam proses pembersihan. Sabun pada saat digunakan akan menarik komponen asam lemak bebas yang masih terdapat dalam sabun sehingga secara tidak langsung mengurangi kemampuannya untuk membesihkan minyak dari bahan yang berminyak. Minyak Mineral Minyak mineral merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai dengan kekeruhan. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik yang terjadi berjuta-juta tahun. Minyak mineral sama dengan minyak bumi beserta turunannya. Contoh minyak mineral adalah : bensin, minyak tanah, solar, oli, dan sebagainya. Kekeruhan pada pengujian minyak mineral dapat disebabkan juga oleh molekul hidrokarbon dalam bahan. Keasaman (pH) Berdasarkan SNI 0635321994, pH sabun mandi tidak ditetapkan standardnya. Berdasarkan Bailey (1979) pH sabun transparan umumnya adalah lebh besar dari 9,5. Mencuci tangan dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit sementara, tetapi kenaikan pH kulit ini tidak akan melebihi 7 (Wasitaatmadja, 1997).

23

METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2008, di Labolatorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan (NRSH) Fakultas Peternakan, Labolatorium Kimia Analitik dan Laboratorium Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Materi Bahan yang digunakan adalah: madu kapuk Mutiara Tugu Ibu, asam stearat, minyak kelapa Barko, minyak sawit Bimoli, NaOH 30%, gliserin, olive oil, alkohol 96% (etanol), coco-DEA (dietanolamida), TEA (tetraetilamida), gula (sukrosa), asam sitrat, NaCl, metil jingga, H2SO4 20%, natrium sulfat (Na2SO4), KOH 0,1 N dan 0,5 N, phenolpethialin, HCl 0,1 N dan larutan heksana Alat-alat yang digunakan adalah: gelas piala, spatula, pengaduk, hot stirer dan magnetic stirer, timbangan, termometer, cetakan, oven 1050C, corong, labu lemak, batu didih, labu erlenmeyer, penangas air, pendingin tegak, mikroburet, dan pH meter. Rancangan Model Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat taraf penambahan madu (0%, 2,5%, 5%, dan 7,5%). Tiap taraf mendapat tiga ulangan. Model matematikanya sebagai berikut: Yij = + Ai + ij Keterangan: Yij Ai ij = nilai pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i = rataan umum = pengaruh penambahan madu pada perlakuan ke-i = galat percobaan pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i

24

Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada tingkat keprcayaan 95%, apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Ortogonal untuk menentukan kurva penduga terbaik (Steel dan Torrie, 1995). Peubah yang diamati Peubah yang diamati sesuai dengan SNI 06-3532-1994 pada sabun mandi umumnya seperti: kadar air, jumlah asam lemak, asam lemak bebas dan alkali bebas, minyak mineral, dan derajat keasaman karena tidak ditemukan standar khusus sifat kimia untuk sabun transparan. Pemilihan produk terbaik dihitung berdasarkan nilai pembobotan. Hasil nilai pembobotan tertinggi merupakan hasil terbaik dari sabun madu tranparan. Prosedur Penelitian Tahap Satu Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu penelitian tahap pertama dan penelitian tahap kedua. Penelitian tahap pertama dilakukan untuk pemilihan formula sabun dasar transparan antara dua formula yaitu: formula 1(www.sma.net, 2008) dan formula 2 (Hambali et al., 2005) dengan penilaian secara deskriptif. Penilaian deskriftip dilakukan secara uji hedonik langsung oleh peneliti dengan membandingkan formula 1 dan formula 2 dengan mencakup penilaian transparansi, busa yang dihasilkan, dan kesan setelah pemakaian. Formula yang terpilih selanjutnya digunakan pada penelitian tahap dua dengan melakukan modifikasi penambahan madu.

25

Tabel 4. Pemilihan Formula Sabun Transparan Formula Bahan 1 Minyak kelapa Minyak sawit NaOH 30% NaOH Asam stearat Etanol Gliserin Gula (sukrosa) Olive oil Coco-DEA TEA Asam sitrat NaCl Aquades 100 g 20 g 50 g 80 ml 80 ml 5 ml 50 ml 50 ml 2 2000 g 2030 g 700 g 1500 g 1300 g 750 g 300 g 300 g 20 g 450 ml

Keterangan: Formula 1 (www.sma.net , 2008) dan formula 2 (Hambali et al., 2005)

Penelitian Tahap Dua (Pembuatan Sabun Madu Transparan) Proses dari pembuatan sabun madu transparan ini yang pertama adalah mencairkan asam stearat kemudian dicampurkan dengan minyak kelapa pada suhu 60 0C sambil diaduk dengan pengaduk kaca. Setelah homogen, ditambahkan NaOH 30% hingga terbentuk padatan sabun, kemudian ditambahkan bahan-bahan pendukung yaitu etanol, gliserin, gula, asam sitrat, coco-DEA, NaCl dan air sehingga terbentuk sabun dasar. Madu yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu kapuk karena madu kapuk memiliki warna yang relatif gelap selain itu mengandung protein yang lebih tinggi yang diindikasikan dengan banyaknya busa. Madu sebelum digunakan dipasteurisasi terlebih dahulu dengan menggunakan metode Low Temperature Long Time (LTLT) pada suhu 40 0C selama 30 menit untuk meminimalisir mikrooganisme madu. Madu yang telah dipasteurisasi ditambahkan kedalam larutan sabun transparan pada suhu 60 0C untuk mencegah pencoklatan pada madu yang menyebabkan warna

26

Minyak Kelapa

NaOH Pencampuran 1

Asam stearat yang telah dilelehkan (60 0C)

Sabun dasar (opaque) Pencampuran 2

Etanol, gliserin, gula, coco-DA, NaCl, dan air

Sabun dasar transparan

Pencampuran 3 (60 0C) Pencetakan

Madu (0%; 2,5%; 5%; 7,5%)

Aging 3-4 minggu Analisis sifat kimia: Sabun madu transparan (siap digunakan) 1. 2. 3. 4. 5. kadar Air Jumlah Asam Lemak Asam Lemak Bebas Minyak Mineral pH

Gambar 4. Proses Pembuatan Sabun Madu Transparan (Modifikasi Hambali et al., 2005)

27

madu berubah lebih gelap. Setelah madu dicampurkan ke dalam sabun transparan, sabun langsung dicetak. Setelah proses pencetakan, Sebelum sabun mandi digunakan harus disimpan terlebih dahulu selama 4 minggu, hal ini dilakukan agar proses penyabunan berjalan secara sempurna. Selama proses pembuatan sabun, suhu harus tetap dijaga pada suhu 60-70 0C dengan pengadukan yang konstan. Analisis Kimia Kadar Air (SNI 06-3532-1994). Empat gram contoh ditimbang dengan teliti menggunakan botol timbang yang telah terukur beratnya, kemudian dipanaskan di dalam oven bersuhu 1050C selama dua jam sampai beratnya tetap. (foto oven) Perhitungan : Kadar Air = Keterangan : W = berat contoh (gram) W1 = berat contoh + berat botol timbang (gram) W2 = berat contoh setelah pengeringan (gram) Jumlah Asam Lemak (SNI 06-3532-1994). Sepuluh gram contoh ditimbang, kemudian dimasukan dalam gelas piala dan dilarutkan dalam 50 ml air. Ditambahkan beberapa tetes metil jingga dan H2SO4 20% berlebih hingga warna larutan berubah mejadi merah, kemudian dimasukan ke dalam corong pemisah. Endapan dituangkan dengan heksana. Larutan air dikeluarkan dan larutan heksana. Pengujian ini dilakukan hingga pelarut berjumlah kurang lebih 100 ml air. Tiap-tiap pengocokan yang dipakai adalah 10 ml air. Pelarut dikocok dan dicuci dengan air sampai tidak bereaksi asam (uji dengan kertas kango). Pelarut lalu dikeringkan dengan natrium sulfat kering, disaring dan dimasukkan ke labu lemak yang telah ditimbang beserta batu didih (W1). Pelarut disuling dan labu dikeringkan pada suhu 102-105 0C hingga bobot tetap (W2). W1 W2 W

28

Perhitungan : Kadar Asam Lemak Jenuh = Keterangan : W = bobot contoh (gram) Tambahan bobot ini dapat berasal dari asam lemak bebas, asam lemak sabun, lemak netral dan bahan yang tidak tersabunkan (minyak netral). Asam Lemak Bebas dan Alkali Bebas (SNI 06-3532-1994). Alkohol netral disiapkan dengan cara mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu erlemeyer 250 ml, ditambahkan 0,5 ml phenolphthalein dan didinginkan sampai suhu 700C, kemudian dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Lima gram contoh ditimbang dengan teliti dan dimasukan ke alkohol netral yang telah disiapkan, tambahkan batu didih dan pendingin tegak, kemudian dipanaskan selama 30 menit agar cepat larut di atas penangas air. Apabila larutan tidak bersifat alkalis maka akan berwarna tidak merah. Didinginkan hingga suhu mencapai 700C dan dititar dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai timbul warna merah yang tahan selama 15 detik. Perhitungan : Kadar Asam Lemak Bebas = Keterangan : V N = KOH 0,1 N yang digunakan dalam ml = Normalitas KOH yang digunakan V x N x 205 W W1 - W2 W

W = berat contoh yang digunakan dalam gram 205 = berat setara asam laurat bila contoh mengandung banyak bagian yang tidak larut, disaring terlebih dahulu sebelum dititrasi agar tidak mengganggu. Apabila larutan bersifat alkalis (warna biru) maka yang diperiksa adalah alkali bebas dengan menitarnya dengan HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikroburet sampai warna merah hilang.

29

Perhitungan : Kadar Alkali Bebas dihitung dengan NaOH = Keterangan : V N = HCl 0,1 N yang digunakan (ml) = Normalitas HCl yang digunakan V x N x 40 W

W = berat contoh yang digunakan (gram) 40 = berat setara NaOH Larutan yang telah digunakan tadi dapat digunakan untuk memeriksa lemak yang tidak tersabunkan atau lemak netral atau trigliserida netral. Minyak Mineral (SNI 06-3532-1994). Lima gram contoh dimasukan ke gelas piala, ditambahkan air dan dipanaskan agar larut. HCl 10 % berlebih ditambahkan sehingga metil jingga berwarna merah dan seluruh asam lemak, lemak netral dan bagian yang tidak mungkin dapat disabunkan akan memisah di lapisan atas. Ke dalam corong pemisah dimasukan dan dipisahkan air. Sebanyak 0,3 ml lapisan lemak dipipet dan ditambahkan 5 ml KOH 0,5 N dalam alkohol, lalu dipanaskan sampai reaksi penyabunan sempurna dengan menggunakan erlemeyer yang dilengkapi pendingin tegak. Selama 2 menit dididihkan di atas penangan air dan dititar dengan air tetes demi tetes. Jika terjadi kekeruhan berarti positif mengandung minyak mineral, jika tetap jernih berarti tidak mengandung minyak mineral (kurang dari 0,05 %). Derajat Keasaman (pH) (AOAC 1995). Sample dihaluskan, kemudian timbang sebanyak satu gram dalam gelas piala. Sebanyak 10 ml aquades pH 7 ditambahkan, lalu dilakukan pengadukan. Setelah larut dilakukan pengukuran pH dengan cara memasukan pH meter yang telah dikalibrasi, diamkan beberapa saat hingga didapat pH yang tetap. Pembobotan. Penentuan nilai pembobotan dilakukan dengan menentukan nilai kepentingan secara subjektif dari peneliti yang diukur berdasarkan penilaian kepentingan sifat kimia. Nilai kepentingan adalah nilai yang diberikan terhadap produk berdasarkn sifat kimia, dan nilai pembobotan merupakan nilai produk hasil perkalian antara bobot dengan nilai rangking. Setelah diperoleh nilai kepentingan

30

maka dilakukan pembobotan. Hasil total nilai pembobotan terbesar merupakan hasil dari pemilihan produk terbaik. NK B = Nilai kepentingan (jumlah NK = 20) = Bobot B= NR = Nilai Rangking Rangking 1 = 4 Rangking 2 = 3 Rangking 3 = 2 Rangking 4 = 1 NB = Nilai Bobot NB = Rangking x bobot NK Total NK

31

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Formula Sabun Transparan Pemilihan formula sabun transparan dilakukan dengan membandingkan dua formula yaitu www.sma.net (2008) dan Hambali et al. (2005). Pemilihan formula sabun transparan tidak dilakukan berdasarkan analisis sifat kimia, tetapi penilaian secara deskriptif terhadap tingkat transparansi, banyaknya busa yang dihasilkan, dan kesan kesat setelah pemakaian. Hasil perbandingan kedua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Sabun yang dihasilkan dengan formula metode Hambali et al. (2005) lebih transparan dan lebih berbusa dibandingkan dengan metode www.sma.net (2008), dan timbul kesan kesat setelah pemakaian. Sabun dengan metode www.sma.net (2008) menghasilkan sabun dengan transparansi yang lebih rendah yang diindikasikan dengan terlihatnya gambaran seperti kabut pada sabun transparan yang dihasilkan. Tabel 5. Hasil Perbandingan Pemilihan Sabun Transparan Peubah Transparansi Busa Kesan setelah pemakaianKeterangan: + ++

Www.sma.net (2008) + + Panas dan tidak kesat

Hambali et al. (2005) ++ ++ Kesat

transparan dan berbusa lebih transparan dan lebih berbusa

Terdapat beberapa perbedaan antara formula www.sma.net (2008) dengan formula pembuatan sabun Hambali et al. (2005), diantaranya pada saat pencampuran etanol, jenis minyak yang digunakan, penggunaan gula atau sukrosa dan penggunaan humektan (coco-DEA dan TEA). Pada metode www.sma.net (2008) etanol dicampurkan bersama dengan bahan lain pada waktu pemanasan sedangkan Hambali et al. (2005) penambahan etanol dilakukan diawal pencampuran bahan lain yang kemudian diikuti oleh bahan-bahan pendukung lainnya seperti: gliserin, sukrosa, asam sitrat, coco-DEA, dan NaCl, hal ini dilakukan agar etanol yang ditambahkan tidak menguap karena adanya pemanasan sehingga fungsi etanol sebagai pelarut

32

dapat berperan secara sempurna. Fungsi TEA sama dengan coco-DEA yaitu sebagai humektan pada sabun. Modifikasi penggantian minyak kelapa dengan minyak sawit pada metode Hambali et al. (2005) sempat dicobakan, namun busa yang hasilkan oleh sabun transparan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunan minyak kelapa. Minyak sawit mempunyai kandungan asam lemak jenuh lebih sedikit dibandingkan dengan minyak kelapa, hal ini menyebabkan busa pada sabun transparan yang mengunakan minyak kelapa lebih banyak dibandingkan dengan minyak sawit. Modifikasi pengunaan minyak kelapa dengan minyak sawit dilakukan karena ketersediaan minyak sawit yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak kelapa. Minyak kelapa mengandung asam stearat (C18H30O2) dan asam laurat (C12H24O2) didalamnya sebagai asam dominan. Asam stearat dapat berperan dalam mengeraskan, menstabilkan busa dan melembabkan, sedangkan asam laurat dapat mengeraskan, membersihkan, dan menghasilkan busa lembut. Berdasarkan hasil diatas, maka ditentukan formula dan metode Hambali et al. (2005) merupakan proses yang akan digunakan dalam penelitian tahap dua yang selanjutnya akan dimodifikasi dan dianalisis sifat kimia sabun transparan tersebut. Tabel 6. Formula yang Digunakan dalam Penelitian Bahan-bahan yang digunakan Asam stearat Minyak kelapa NaOH 30% Gliserin Etanol Gula pasir (sukrosa) Coco-DEA NaCl Asam sitat Madu Air Formula (%) b/b P0% 7 20 20,3 13 15 7,5 3 0,2 3 0 (b/b) sisanya P2,5% 7 20 20,3 13 15 7,5 3 0,2 3 2,5 (b/b) sisanya P5% 7 20 20,3 13 15 7,5 3 0,2 3 5 (b/b) Sisanya P7,5% 7 20 20,3 13 15 7,5 3 0,2 3 7,5 (b/b) sisanya

Sumber: Hambali et al. (2005) yang telah dimodifikasi

33

Modifikasi pada sabun transparan dilakukan dengan menambahkan madu pada sabun transparan. Berdasarkan Krell (1996), dikatakan bahwa penambahan madu dapat dilakukan maksimal 5% pada sabun, dalam penelitian ini dilakukan penambahan madu sampai lebih dari 5% yaitu 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5% untuk mengetahui pengaruh madu terhadap sifat kimia dari sabun transparan tersebut.

Sifat Kimia Sabun Madu Transparan Produk sabun yang dihasilkan merupakan sabun transparan dengan menggunakan metode Hambali et al. (2005) yang dimodifikasi dengan penambahan madu ( 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5%). Produk sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5.

P0%

P2,5%

P5%Keterangan : P0% P2,5% P5% P7%

P7,5%

Gambar 5. Sabun Madu Trasparan= Perlakuan penambahan madu 0% = Perlakuan penambahan madu 2,5 % = Perlakuan penambahan madu 5 % = Perlakuan penambahan madu 7,5 %

34

Standar khusus untuk sabun transparan tidak dapat ditemukan, maka sifat sabun madu transparan yang dihasilkan disesuaikan berdasarkan mutu sabun SNI 063532-1994 untuk sabun mandi pada umumnya dengan menggunakan peubah kadar air, jumlah asam lemak, asam lemak bebas, minyak mineral dan pH. Hasil analisis sabun madu transparan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Kimia Sabun Madu Transparan Sifat KimiaKadar Air (%) Jumlah Asam Lemak (%) Asam Lemak Bebas (%) Minyak Mineral PHKeterangan : tn * ** Madoe

Hasil Analisis P0%30,07+0,75 9,97+2,82

P2,5%29,60+0,61 20,03+2,01

P5%29,58+0,34 24,00+3,39

P7,5%29,53+1,19 30,64+4,12

Uji Sabun Sidik Madoe Ragamtn ** 27 14,68

0,52+0,05 Negatif 9,76+0,01

0,61+0,04 Negatif 9,69+0,03

0,74+0,03 Negatif 9,57+0,0

1,12+0,05 Negatif 9,56+0,02

** ** **

0,89 Negatif 9,94

= Tidak Nyata = Nyata = Sangat Nyata = Sabun Madu Pembanding

Kadar Air Standar khusus kadar air untuk sabun transparan tidak dapat ditemukan sehingga digunakan acuan SNI 06-3532-1994 untuk sabun pada umumnya. Kadar air sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994 yaitu maksimal 15%, sedangkan kadar air sabun madu transparan yang dihasilkan lebih tinggi dari SNI yaitu rata-rata 29,7%. Kadar air yang lebih tinggi ini berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun transparan yang bersifat higroskopis yaitu seperti gliserin, coco-DEA, gula, asam sitrat dan NaCl. Umumnya bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun tidak transparan (sabun opaque) hanya menggunakan minyak kelapa, NaOH, dan pengawet. Perbedaan bahan-bahan yang digunakan ini yang menyebabkan kadar air sabun transparan lebih tinggi. Penambahan madu hingga taraf 7,5% tidak berpengaruh terhadap kadar air sabun madu transparan seperti yang tampak pada Gambar 6. Kadar air dalam sabun

35

madu dapat mempengaruhi kelarutan sabun dalam air. Kelarutan yang tinggi akan menyebabkan sabun yang mudah habis sehingga tidak ekonomis apabila digunakan. Kadar air sabun yang tinggi menunjukkan bahwa sabun yang dihasilkan40 30.07 29.6 29.58 29.53

30 Kadar Air (%)

27

20

15

10

0 0 2.5 5 7.5 madoe SNI Konsentrasi Madu (%)

Gambar 6.Keterangan : P0% P2,5% P5% P7,5

Pengaruh Perlakuan Penambahan Madu Pada Beberapa Taraf Perlakuan Terhadap Kadar Air Sabun Madu Transparan= Perlakuan penambahan madu 0% = Perlakuan penambahan madu 2,5% = Perlakuan penabahan madu 5% = Perlakuan penambahan madu 7,5%

lunak dan menyebabkan sabun tidak mudah retak sehingga memudahkan pembentukan dan pengemasan sabun. Analisis kadar air dilakukan juga pada sabun komersial Madoe sebagai pembanding adalah 27%. Jumlah Asam Lemak Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam lemak pada sabun yang telah ataupun yang belum bereaksi dengan alkali (BSN,1998). Standar khusus jumlah asam lemak untuk sabun transparan tidak dapat ditemukan sehingga sebagai standar pembanding digunakan SNI 06-3532-1994 untuk sabun mandi pada umumnya. Jumlah asam lemak di dalam sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994 adalah minimal 70%. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah asam lemak pada sabun madu transparan lebih rendah dari 70% yaitu rata-rata 21,16%. Sabun komersial Madoe

36

sebagai pembanding, mampunyai jumlah asam lemak sebesar 14,68%. Rendahnya jumlah asam lemak pada sabun madu transparan dapat disebabkan karena adanya pengaruh alkohol yang berfungsi sebagai pelarut. Sifat non-polar alkohol akan menyebabkan asam lemak larut. Penggunaan alkohol dalam sabun transparan berperan sebagai transparent agent, alkohol digunakan sebagai media untuk melarutkan asam lemak yang meyebabkan sabun menjadi transparan. Pada proses aging, alkohol yang ada dalam sabun transparan akan menguap sehingga produk akhir sabun transparan tidak ditemukan lagi. Penambahan madu pada sabun transparan ternyata sangat nyata meningkatkan jumlah asam lemak (P< 0,01) secara linier seperti yang tampak pada Gambar 8. Semakin banyak madu yang ditambahkan ke dalam sabun transparan, maka semakin tinggi jumlah asam lemak sabun. Peningkatan asam lemak ini diduga adanya reaksi antara coco dietanolamida yang digunakan sebagai surfaktan dan penstabil busa dengan mineral yang terkandung dalam madu. Semakin banyak madu yang ditambahkan maka pengikatan coco dietanolamida yang terjadi semakin banyak. Selain itu, peningkatan asam lemak diduga tercampur Royal jelly. Royal jelly merupakan makanan lebah calon ratu yang diproduksi oleh lebah pekarja. Kandungan lemak pada royal jelly menurut Sihombing (1997) adalah 12,5%.

Gambar 7. Gugus Stuktur Coco DietanolamidaSumber: pt.wikipedia.org/dietanolamida de

Keberadaan

asam

organik

pada

madu

dapat

berpengaruh

juga

meningkatkan jumlah asam lemak pada sabun madu transparan. Asam-asam yang terkandung dalam madu terdiri dari: asetat, butirat, laktat, sitrat, sukkinat, maleat, malat, dan asam oxalat (Belitz and Grosch, 1999).

37

45 Jumlah Asam Lemak (%)R2

30

y

+ 392x = 2.6

3 11. 26

699 = 0.9

15

0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Konsentrasi Madu (%)

Gambar 8. Kurva Linier Antara Konsentrasi Madu dengan Jumlah Asam Lemak dalam Sabun Madu Transparan. Sampai taraf 7,5% tiap penambahan 1% madu maka akan meningkatkan jumlah asam lemak sabun madu transparan sebesar 2.64%. Penambahan madu sebesar 7,5% menghasilkan sabun dengan jumlah asam lemak yang paling tinggi namun masih di bawah nilai minimum jumlah asam lemak berdasarkan SNI yaitu 70%. Jika sabun madu transparan harus memenuhi standar SNI 06-3532-1994 yaitu 70% maka konsentrasi madu yang harus ditambahkan adalah sebesar 22,25%. Penambahan madu sebesar 22,25% perlu diteliti terlebih dahulu karena akan mempengaruhi sifat yang lainnya, selain itu akan menyebabkan sabun menjadi lengket dan sabun akan mudah ditumbuhi mikroorganisme sehingga madu menjadi tidak aman untuk digunakan. Asam Lemak Bebas / Alkali Bebas Asam lemak bebas dalam sabun adalah asam lemak yang tidak terikat sebagai senyawa dengan natrium ataupun trigliserida. Kandungan asam lemak bebas dalam sabun mandi menurut SNI 06-3532-1994 adalah kurang dari 2,5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa asam lemak bebas pada sabun madu transparan ratarata lebih rendah dari 2,5% dan memenuhi SNI 06-3532-1994. Rataan kisaran asam lemak bebas sabun berdasarkan hasil analisis adalah 0,75+0,24 % seperti yang

38

terlihat pada Tabel 7. Sabun mandi transparan Madoe sebagai sabun pembanding mempunyai kadar asam lemak bebas yaitu sebesar 0,89%. Asam lemak bebas 2,5% pada sabun madu transparan baru akan dicapai apabila dilakukan penambahan madu sebanyak 13,4% dan minimum asam lemak bebas dicapai pada penambahan madu 0,53%, hal ini berarti bahwa penamahan madu hingga taraf 7,5% masih memenuhi standar yang diharapkan pada asam lemak bebas. Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap asam lemak bebas, diketahui bahwa penambahan madu berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap peningkatan kadar asam lemak bebas. Hasil uji lanjut ortogonal menunjukkan mengikuti kurva kuadratik dengan persamaan y = 0,0119x2 0,0126x + 0,5335 (R2 = 0,99) seperti yang tampak pada Gambar 9.

1.50 Asam Lemak Bebas (%) 1.20 0.90 0.60 0.30 0.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Konsentrasi Madu (%)26 x + - 0.01 x .01 19 y=02

5 0 .5 33

2 0.9 R =

9

Gambar 9. Kurva Kuadratik Antara Konsentrasi Madu dengan Asam Lemak Bebas dalam Sabun Madu Transparan. Pada taraf 2,5-7,5 % terjadi peningkatan asam lemak bebas yang signifikan, hal ini terjadi karena adanya kandungan gula pereduksi yang ada pada madu semakin meningkat. Sifat gula pereduksi yang aktif dapat menghambat pembentukan sabun karena dapat menghalangi asam lemak berikatan dengan NaOH. Selain itu, peningkatan asam lemak bebas ini berasal dari hasil reaksi pengikatan antara coco dietanolamida dengan mineral madu. Asam lemak bebas tidak diharapkan tinggi pada sabun karena akan mengurangi daya ikat sabun terhadap kotoran minyak, lemak atau pun keringat.

39

Asam lemak bebas ini tidak dapat mengikat kotoran karena bersifatnya polar, berbeda dengan minyak, lemak atau pun keringat yang bersifat non-polar sehingga minyak, lemak atau pun keringat ini tidak dapat berikatan dengan asam lemak bebas. Besarnya alkali bebas pada sabun madu transparan dalam penelitian ini tidak terukur, karena jumlahnya sangat kecil. Kelebihan alkali tidak diharapkan dalam sabun karena akan menyebabkan terjadinya rasa panas pada kulit pada saat sabun digunakan, namun kekurangan alkali akan menyebabkan berlebihnya asam lemak bebas karena asam lemak tidak tersabunkan oleh natrium hidroksida. Minyak Mineral Keberadaan minyak mineral pada sabun sangat tidak diharapkan, karena akan mempengaruhi proses emulsi sabun dengan air. Nilai minyak mineral ini harus negatif yang ditunjukkan dengan tidak terjadinya kekeruhan pada saat titrasi dengan menggunakan air. Hasil analisa pada sabun madu transparan menunjukkan nilai yang negatif untuk semua perlakuan termasuk kontrol, begitu juga pada sabun pembanding Madoe menunjukkan hasil yang negatif. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik yang terjadi berjuta-juta tahun. Minyak mineral biasanya terdapat di alam, contoh dari minyak mineral ini adalah bensin, solar, dan minyak tanah sehingga hal ini tidak boleh ada pada kosmetik. Apabila pada sabun tersebut terdapat minyak mineral maka daya emulsi dari sabun tersebut akan menurun. Derajat Keasaman (pH) Nilai derajat keasaman (pH) kosmetik yang terlalu rendah dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Mencuci tangan dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit sementara, tetapi kenaikan pH kulit ini tidak akan melebihi 7. Kosmetik sebaiknya memiliki pH yang disesuaikan dengan kulit, yaitu sebesar 4,5 - 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa kisaran nilai pH sabun madu transparan adalah 9,54 9,77. Menurut Bailey (1979), pH untuk sabun transparan adalah lebih besar dari 9,5. Hasil analisa pH yang dilakukan juga pada sabun transparan Madoe sebagai sabun pembanding, yaitu sebesar 9,94. Analisis menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan penambahan madu nyata mempengaruhi pH sabun (P