dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak trans par an

28
DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK TRANSPARAN 1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan Istilah pemerintah (Government) dapat dibedakan dengan pemerintahan (governing). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata Pemerintah berarti Lembaga atau orang yang bertugas mengatur dan memajukan Negara dengan rakyatnya. Sedangkan Pemerintahan adalah hal cara, hasil kerja memerintah, mengatur Negara dengan rakyatnya. Pemerintah dalam arti organ merupakan alat kelengkapan pemerintahan yang melaksanakan fungsi Negara. Dalam organ, pemerintah dapat dibedakan baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit. Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai gabungan semua badan atau lembaga kenegaraan yang berkuasa dan memerintah di wilayah suatu Negara meliputi badan eksukutif, legislative, dan yudikatif Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai badan atau lembaga yang mempunyai wewenang melaksanakan kebijakan Negara (eksekutif) yang terdiri dari Presiden, wwkil presiden, dan para menteri (kabinet) Dewasa ini, sudah banyak Negara yang meninggalkan pola penyelenggaraan pemerintah tradisional yang lebih menekan perspektif hubungan yang bersifat “top-down” , atau pendekatan “aturan-aturan rasional” (Rule-Central-rule Approach). pemerintahan sekarang mulai menyadari pentingnya peran swasta dan masyarakat untuk secara bersama-sama mewujudkan tujuan nasional secara kolaboratif, sehingga terjadi perubahan paradigma dimana pola-pola yang dikembangkan lebih banyak “bottom-up” dan kemitraan. Untuk lebih jelasnya perubahan paradigma dan pengaruhnya terhadap

Upload: tata165

Post on 04-Jul-2015

315 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK

TRANSPARAN

1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

Istilah pemerintah (Government) dapat dibedakan dengan pemerintahan

(governing). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata Pemerintah berarti

Lembaga atau orang yang bertugas mengatur dan memajukan Negara dengan

rakyatnya. Sedangkan Pemerintahan adalah hal cara, hasil kerja memerintah,

mengatur Negara dengan rakyatnya. Pemerintah dalam arti organ merupakan

alat kelengkapan pemerintahan yang melaksanakan fungsi Negara. Dalam

organ, pemerintah dapat dibedakan baik dalam arti luas maupun dalam arti

sempit.

Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai gabungan semua badan atau

lembaga kenegaraan yang berkuasa dan memerintah di wilayah suatu Negara

meliputi badan eksukutif, legislative, dan yudikatif

Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai badan atau lembaga yang

mempunyai wewenang melaksanakan kebijakan Negara (eksekutif) yang terdiri

dari Presiden, wwkil presiden, dan para menteri (kabinet)

Dewasa ini, sudah banyak Negara yang meninggalkan pola penyelenggaraan

pemerintah tradisional yang lebih menekan perspektif hubungan yang bersifat

“top-down” , atau pendekatan “aturan-aturan rasional” (Rule-Central-rule

Approach). pemerintahan sekarang mulai menyadari pentingnya peran swasta

dan masyarakat untuk secara bersama-sama mewujudkan tujuan nasional

secara kolaboratif, sehingga terjadi perubahan paradigma dimana pola-pola yang

dikembangkan lebih banyak “bottom-up” dan kemitraan. Untuk lebih jelasnya

perubahan paradigma dan pengaruhnya terhadap hubungan antara pemerintah,

swasta dan masyarakat dapat dilihta pada gambar dibawah ini:

Government Governance

2. Karakteristik Pemerintahan

Dalam masyarakat modern atau post-modern dewasa ini, pola pemerintahan

Page 2: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

yang dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing

adalah sebagai berikut:

a. Kompleksitas

Dalam menghadapi kondisi yang kompleks, pola penyelenggaraan pemerintahan

perlu ditekankan pada fungsi koordinasi dan komposisi

b. Dinamika

Dalam hal ini pola pemerintahan yang dapat dikembangkan adalah pengaturan

atau pengendalian (steering) dan kolaborasi (pola interaksi saling mengendalikan

diantara berbagai actor yang terlibat dan atau kepentingan dalam bidang

tertentu)

c. Keanekaragaman

Masyarakat dengan berbagai kepentingan yang beragam dapat diatasi dengan

pola penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pengaturan (regulation)

dan integrasi atau keterpaduan (integration)

Berdasarkan hal²=hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

penyelenggaraan pemerintahan (Governing) dapat dipandang sebagai

“Intervensi prilaku politik dan social yang berorientasi hasil, yang diarahkan untuk

menciptakan pola interaksi yang stabil atau dapat diprediksikan dalam suatu

system (sosial-politik), sesuai dengan harapan ataupun utjuan dari para pelaku

intervensi tersebut”

3. Konsepsi Kepemerintahan (Governance)

Kepemerintahan atau Governance merupakan tindakan, fakta, pola kegiatan

atau penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Kooiman, Kepemerintahan lebih

merupakan serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan

masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan

masyrakat dan intervensi pemerintahan atas kepentingan-kepentingan tersebut.

Sedangkan dalam pandangan Pinto, istilah “governance” mengandung arti :

Praktek penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam

pengelolaan urusan pemerintahan secara umum, dan pembangunan ekonomi

khususnya.

Kooiman memandang sebagai sebuah struktur yang muncul dalam system

Page 3: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

sosial-politik yang merupakan hasil dari tindakan intervensi interaktif diantara

berbagai actor yang telibat. Sesuai dengan karakteristik interaksi antara

pemerintah dan masyrakat yang cenderung bersifat plural, konsepsi tersebut

tidak hanya dibatasi pada salah satu unsure pelaku atau kelompok pelaku

tertentu. Sebagaiman dinyatakan Marin dan Mayntz, kepemerintahan politik

dalam masyarakat modern tidak bisa lagi dipandang sebagai pengendalian

pemerintahan terhadap masyarakat, tetapi muncul dari pluralitas pelaku

penyelenggaraan pemerintahan.

4. Aktor dalam Kepemerintahan

Dalam penyelenggaraan kepemerintahan disuatu Negara, terdapat 3 (tiga)

omponen besar yang harus diperhatikan, karena peran dan fungsinya yang

sangat berpengaruh dalam menentukan maju mundurnya pengelolaan Negara,

yaitu:

a. Negara dan Kepemerintahan

Yaitu merupakan keseluruha lembaga politik dan sector public. Peran dan

tanggungjawabnya adalah dibidang hukum, pelayanan public, desentralisasi,

transparansi umum dan Pemberdayaan masyrakat, penciptaan pasar yang

kompetitif, membangun lingkungan yang kondusif bagi tercapainya tujuan

pembangunan baik pada level local, nasional, maupun internasional.

b. Sector swasta

yaitu perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi system pasar, sperti: industri,

perdagangan, perbankan, dan koperasi sector informal. Peranannya adalah

meningkatkan produktifitas, menyerapk tenaga kerja, mengembangkan sumber

penerimaan Negara, investasi, pengembangan dunia usaha, dan pertumbuhan

ekonomi nasional.

c. Masyarakat Madani

Kelompok masyrakat yang berinteraksi secara social, politik dan ekonomi. Dalam

konteks kenegaraan, masyarakat merupakan subjek pemerintahan,

pembangunan, dan pelayan public yang berinteraksi secara social, politik dan

ekonomi. Masyarakat harus diberdayakan agar berperan aktif dalam medukung

Page 4: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

terwujudnya kepemerintahan yang baik.

5. Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)

a. Pengertian

Terminology “good” dalam istilah good governance mengandung dua pengertian.

Pertama: nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-

nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan

(nasional), kemadirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan social.

Kedua : aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien

dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada 2

(dua) hal, yaitu:

• Orientasi Ideal Negara

Yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu mengacu pada

demoratis dengan elemen: legitimacy, accountability, otonomi dan devolusi

(pendelegasian wewenang) kekuasaan kepada daerah dan adanya mekanisme

control oleh masyarakat

• Pemerintahan yang Befungsi secara Ideal

Yaitu secara efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.

Hal ini tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki kompetensi, struktur

dan mekanisme politik serta administrative yang berfungsi secara efektif dan

efisien.

Berikut ini adalah beberapa pendapat atau pandangan tentang wujud

kepemerintahan yang baik ( good governance), yaitu:

• World Bank (2000)

Good governance adalah suatu penyelenggaaan manajemen pemerintahan yang

solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi korupsi,

baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin anggaran

penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktifitas swasta.

Page 5: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

• UNDP

Memberikan pengertian Good Governance sebagai suatu hubungan yang

sinergis dan konstruktif di antara Negara, sector swasta dan masyarakat

• Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000

Kepemerintahan yang baik adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan

menerapkan prinsip-prinsip prifesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan

prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh

seluruh masyrakat

• Modul Sosialisasi AKIP (LAN & BPKP 2000)

Good Governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan Negara; oleh

sebab itu, melaksanakan penyediaan Public goods dan services. Good

Governance yang efektif menuntut adanya “alignment “ (koordinasi) yang baik

dan integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi. Agar

kepemerintahan yang baik menjadi realitas dan berhasil diwujudkan, diperlukan

komitmen dari semua pihak, pemerintah, dan masyrakat.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Good Governance

bersenyawa dengan system administrative Negara, maka upaya untuk

mewujudkan kepemerintahan yang baik merupakan upaya melakukan

penyempurnaan system administrasi Negara yang berlaku pada suatu Negara

secara menyeluruh. Dalam kaitan dengan ini Bagir Manan menyatakan bahwa

“sangat wajar apabila tuntutan penyelenggaraan pemerintahan yang baik

terutama ditujukan pada pembaruan administrasi Negara dan pembaruan

penegakan hukum”

Hal ini dikemukakan karena dalam hubungan dengan pelayanan dan

perlindungan rakyat ada dua cabang pemerintahan yang berhubungan langsung

dengan rakyat, yaitu administrasi Negara dan penegak hukum.

c. Aspek-Aspek Good Governance

Dari sisi pemerintah (government), Good Governance dapat dilihat melalui

Page 6: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

aspek-aspek sebagai berikut:

• Hukum/Kebijakan

Merupakan aspek yang ditujukan pada perlindungan kebebasan

• Administrative competence and transparency

Kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi secara

efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin,

dan model administrative keterbukaan informamsi

• Desentralisasi

Desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen

• Penciptaan pasar yang Kompetitif

Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran pengusaha kecil, dan

segmen lain dalam sector swasta, deregulasi dan kemampuan pemerintahan

melakukan control terhadap makro ekonomi

c. Karakteristik Kepemerintahan yang baik menurut UNDP (1997)

UNDP mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsipnya yang harus

dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang

baik, mencakup:

1) Partisipasi (Participation)

Keikutsertaan amsyarakat dalam proses pembuatan keputusan, kebebasan

berserikatdan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara

konstruktif

2) Aturan Hukum (rule of law)

Hukum harus adil tanpa pandang bulu, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh

(impartially) terutama aturan hukum tentang hak-hak manusia

3) Transparan (Transparency)

adanya kebebasan aliran informasi dalam berbagai proses kelembagaan

sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus

disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan

sebagai alat monitoring dan evaluasi

4) Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai

Page 7: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

pihak yang berkepentingan (stakeholders)

5) Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Bertindak sebagai mediator bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk

mencapai kesepakatan. Jika dimungkinkan, dapat diberlakukan terhadap

berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah

6) Berkeadilan (equity)

Memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan

dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya

7) Efektivitas dan efisiensi (effectiveness and efficience)

Segala proses dan kelembagaan dirahkan untuk menghasilkan sesuatu yang

benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-

baiknya berbagai sumber yang tersedia

8) Akuntabilitas (accountability)

Para pengambil keputusan (pemerintah, swasta dan masyarakat madani)

memilik pertanggung jawaban kepada public sesuai dengan keputusan baik

internal maupun eksternal

9) Bervsisi Strategis (Strategic Vision)

Para pemimpin masyarakat dan memiliki perspektif yang luas dan jangka

panjang dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan manusia

dengan memahami aspek-aspek histories, cultural, dan kompleksitas social yang

mendasari perspektif mereka

10) Saling Keterkaitan (interrelated)

Adanya saling memperkuat dan terkait (mutually reinforching) dan tidak bisa

berdiri sendiri

Sedangkan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pasca

gerakan reformasi nasional, prisnip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang

baik tertera dalam Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam pasal 3

dan penjelsannya ditetapkan asas-asas umum pemerintahan yang mencakup:

1) Asas Kepastian Hukum

Yaitu asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan

Page 8: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan Negara

2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan

dalam pengendalian penyelenggaraan Negara

3) Asas Kepentingan Umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang

aspiratif, akomodatif, dan selektif

4) Asas Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan

Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,

golongan dan rahasia Negara

5) Asas Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban

penyelenggaraan Negara

6) Asas Profesionalitas

Yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan

ketentuan peraturan perundnag-undangan yang berlaku

7) Asas Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan

penyelenggaraan Negara harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

6. Dampak Pemerintahan yang Tidak Transparan

Suatu pemerintahan atau kepemerintahan dikatakan Transparan (terbuka),

apabila dalam penyelenggaraan kepemerintahannya terdapat kebebasan aliran

informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh

mereka yang membutuhkan. Berbagai informasi telah disediakan secara

Page 9: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat

monitoring dan evaluasi. Kepemerintahan yang tidak transparan, cepat atau

lambat cendrung akan menuju kepemerintahan yang korup, otoriter, atau

diktatur.

Dalam penyelenggaraan Negara, pemerintah dituntut bersikap terbuka terhadap

kebijakan-kebijakan yang dibuatnya termasuk anggaran yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga mulai dari perencanaan, pelaksanaan

hingga evaluasi terhadap kebijakan tersebut pemerintah dituntut bersikap

terbuka dalam rangka ”akuntabilitas public”.

Realitasnya kadang kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal

pelaksanaannya kurang bersikap ransparan, sehingga berdampak pada

rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap setiap kebijakan yang dibuat

pemerintah. Sebagai contoh, setiap kenaikan harga BBM selalu di ikuti oleh

demonstrasi “penolakan” kenaikan tersebut. Pada hal pemerintah berasumsi

kenaikan BBM dapat mensubsidi sector lain untuk rakyat kecil “miskin”, seperti

pemberian fasilitas kesehatan yang memadai, peningkatan sector pendidikan,

dan pengadaan beras miskin (raskin). Akan tetapi karena kebijakan tersebut

pengelolaannya tidka transparan bahkan sering menimbulkan kebocoran

(korupsi), rakyat tidak mempercayai kebijakan serupa dikemudain hari.

a. Factor penyebab terjadinya penyelenggaraan pemerintah yang tidak

transparan

Terjadinya penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan disebabkan

banyak hal disamping factor system politik yang bersifat tertutup, sehingga tidak

memungkinkan partisipasi warga Negara dalam mengambil peran terhadap

kebijakan public yang dibuat pemerintah, juga disebabkan karena sumber daya

manusianya yang bersifat feudal, oportunitis, dan penerapan “aji mumpung”

serta pendekatan “ingin dilayani” sebagai aparat pemerintah.

Secara umum beberapa factor penyebab terjadinya pemerintahan yang tidak

transparan adalah sebagai berikut:

No Faktor-Faktor Uraian / Keterangan

Page 10: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

4 Pengaruh kekuasaan

Moralitas

Sosial-Ekonomi

Politik dan Hukum • Penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaannya

sehingga melakukan perbuatan “menghalalkan segala cara” demi ambisi dan

tujuan politiknya

• Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah,

dan dendam antara kelompok di masyarakat

• Pemerintah mengabaikan proses demokratisasi, sehingga rakyat tidak dapat

menyalurkan aspirasi politiknya (saluran komunikasi tersumbat), maka timbul

gejolak politik yang bermuaran pada gerakan reformasi yang menuntut

kebebasan, kesetaraan, dan keadilan

• Pemerintahan yang sentralistis sehingga timbul kesenjangan dan ketidakadilan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang sering memunculkan

konflik vertika, yaitu adanya tuntutan memidahkan diri dari Negara

• Penyalahgunaan kekuasaan karena lemahnya fungsi pengawasan internal dan

oleh lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya akses masyarakat dan media

massa untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan

• Terabaikannya nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai

sumber etika sehingga dikemudian hari melahirkan perbuatan tercela antara lain

berupaketidak adilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia

• Sering terjadinya konflik social sebagai konsekuensi keberagaman suku,

agama, ras, dan golongan yang tidak dikelola dengan baik dan adil

• Perilaku ekonomi yang sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,

serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar

• System politik yang otoriter sehingga para pemimpinnya tidak mampu lagi

menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyrakat

• Hukum telah menjadi alat kekuasaan sehingga pelaksanaannya banyak

bertentangan dengan prinsip keadilan, termasuk masalah hak warga Negara

dihadapan hukum

Page 11: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

b. Akibat dari penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan

Jika penyelenggaraan pemerintahan dilakukan dengan tertutup dan tidak

transparan, secara umum akan berdampak pada tidak tercapainya

kesejahteraan masyarakat atau warga Negara. Sebagaimana tercantum dalam

konstitusi Negara, yaitu pencapaian masyarakat yang adil dan makmur.

Sedangkan secara khsusus, penyelenggaraan yang tidaktransparan akan

berdampak:

• Rendahnya atau bahkan tidak adanya kepercayaan warga Negara terhadap

pemerintahan

• Rendahnya partisipasi warga Negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat

pemerintah

• Sikap apatis warga Negara dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan

dengan kebijakan public

• Jika warga Negara apatis, ditunjang dengan rezim yang berkuasa sangat

kuatdan lemahnya fungsi legislative, KKN akan merajalela dan menjadi budaya

yang mendarah daging (nilai dominan)

• Krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran

hukum dan hak asasi manusia

Prinsip-prinsip atau karakteristik yang telah dikemukakan UNDP tahun 1997

dijadikan Bench Marking (patok banding) tentang penyelenggaraan

pemerintahan yang baik. Dengan demikian, dapat dilihat beberapa indicator

tentang penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan beserta

akibatnya:

Partisipasi

Aturan Hukum

Transparan

Daya Tanggap

Berorientasi Konsensus

Berkeadilan

Efektifitas dan Efesiensi

Akuntabilitas

Page 12: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

Bervisi Strategis

Saling Keterkaitan

• Warga masyarakat dibatasi/tidak memiliki hak suara dalam proses pengambilan

keputusan

• Informasi hanya sepihak (top down) lebih bersifat instruktif

• Lembaga perwakilan tidak dibangun berdasarkan kebebasan berpolitik (partai

tunggal)

• Kebebasan berserikat dan berpendapat serta pers sangat dibatasi

• Hukum dan peraturan perundang-undangan lebih berhak kepada pengausa

• Menegakkan hukum (law enforcement) lebihabnyak berlaku bagi masyarakat

bawah baik secara politik maupun ekonomi

• Peraturan tentang Hak-hak Asasi Manusia terabaikan demi stabilitas dan

pencapaian tujuan negara

• Inforamsi yang diperoleh satu arah, yaitu hanya dari pemerintah

• Masyarakat sangat dibatasi dalam memperoleh segala bentuk inforamasi.

• Tidak ada atau sulit bagi masyarakat untuk memonitori / mengevaluasi

penyelenggaraan pemerintahan

• Proses pelayanan sentralistik dan kaku.

• Banyak pejabat memposisikan diri sebagai penguasa

• Layanan kepada masyarakat masih diskriminatif, fan bertele-tele (tidak

responsif)

• Pemerintah lebih banyak bertindak sebagai alat kekuasaan negara

• Lebih banyak bersifat komando dan indstruksi

• Segala macam bentuk prosedur lebih bersifat formalitas

• Tidak diberikannya peluang untuk mengadakan konsensus dan musyawarah

• Adanya diskriminasi gender dalam penyelenggaraan pemerintahan

• Menutup peluang bagi dibentuknya organisasi nonpemerintahan / LSM yang

Page 13: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

menuntut keadilan dalam berbagai segi kehidupan

• Banyak peraturan yang masih berpihak pada gender tertentu

• Manajemen penyelenggaraan negara konvensional dan terpusat (top down)

• Kegiatan penyelenggaraan negara lebih banyak digunakan untuk acara-acara

seremonial

• Pemanfaat sumber daya manusia tidak terencana berdasarkan prinsip

kebutuhan

• Pengambil keputusan di dominasi oleh pemerintah

• Swasta dan masyarakat memiliki peran yang sangat kecil terhadap pemerintah

• Pemerintah memonopoli berbagai alat produksi yang strategis

• Masyrakat dan pers tidak diberi kesempatan untuk menilai jalannya

pemerintahan

• Pemerintah lebih luas dengan kemapaman yang tlah dicapai

• Sulit menerima perubahan terutama berkaitan dengan masalah politik, hukum

dan ekonomi

• Kurang mau memahami aspek-aspek kultural, historis, dan kompleksitas sosial

masyarakatnya

• Penyelenggaraan pemerintahan statis dan tidak memiliki jangkauan jangka

panjang

• Banyaknya penguasa yang arogan dan mengabaikan peran swasta atau

masyrakat

• Pemerintah merasa yang paling benar dan paling pintar dalam menentukan

jalannya kepemerintahan

• Masukan dan kritik dianggap provokator anti kemapanan dan stabilitas

• Swasta dan masyarakat tidak diberi kesempatan untuk bersinergi dalam

membangun negara • Warga masyrakat dan pers cendrung pasif, tidak ada kritik

(unjuk rasa) tidak berdaya dan terkekang dengan berbagai aturan dan doktrin

• Penguasa menjadi otoriter, posisi tawar masyrakat lemah dan lebih banyak

hidup dalam ketakutan dan tertekan

• Pemerintah sangat tertututp dengan segala kejelekannya sehingga masyrakat

tidak banyak tahu apa yang terjadi pada negaranya

Page 14: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

• Banyaknya pejabat yang memposisikan diri sebagai penguasa, segala layanan

sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme

• Pemerintah cenderung otoriter karena menutup jslsn terlaksananya konsensus

dan musyawarah

• Arogansi kekuasaan sangat dominan dalam menentukan penyelenggaraan

pemerintahan

• Negara cenderung salah urus dalam mengelolah sumber daya alam dan

sumber daya manusianya sehingga banyak pengangguran dan tidak memiliki

daya saing

• Dominasinya pemrintah dalam semua lini kehidupan menjadikan warga

masyarakatnya tidak berdaya mengontrol apa saja yang telah dilakukan

pemerintahny

• Banyaknya penguasa yang pro status quo dan kemapanan sehingga tidak

memperdulikan terjadinya perubahan baik internal maupun eksternal negaranya

• Para pejabat pemerintah sering dianggap lebih atau tahu dalam segala hal,

sehingga masyarakat tidak merasakan dan tidak punya keinginan untuk

bersinergi dalam membangun negaranya

Dampak yang paling besasr terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang tidak

transparan adalah korupsi. Istilah “korupsi” dapat dinyatakan sebagai suatu

perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu

pemberian. Dalam praktiknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang

yang ada hubungannnya dengan jabatan tanpa ada catatan admnistratif.

Menurut MTI (Masyarakat Transparansi Internasional), “korupsi merupakan

perilaku pejabat, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar

dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat

dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan

kepada mereka.”

Korupsi tumbuh subur terutama pada negara-negara yang menerapkan sistem

politik yang cenderung tertutup, seperti absolut, diktatur, totaliter, dam otoriter.

Hal ini sejalan dengan pandangan Lord Acton, bahwa “the power tends to

corrupt…” (kekuasaan cenderung untuk menyimpang) dan “… absolute power

Page 15: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

corrupts absolutely” (semakin lama seseorang berkuasa, penyimpangan yang

dilakukannya akan semakin menjadi-jadi).

Di Indonesia, rezim pemerintahan yang paling korup adalah masa Orde Baru.

Berdasarkan laporan Wold Economic Forum dalam “the global

competitivennennssn report 1999”, kondisi Indonesia termasuk yang terburuk

diantara 59 negara yang diteliti. Bahkan pada tahun 2002, menurut laporan

“political and risk consultancy (PERC) atau Lembaga Konsultasi Politik dan

Risiko yang berkedudukan di Hongkong, Indonesia” berhasil mengukir prestasim

sebagai negara yang paling korup di Asia.

Tampaknya tdak salah lagi bahwa rezim Orde Baru yang berkuasa kurang lebih

selama 32 (tiga puluh dua) tahun telah membawa Indonesia kejurang

kehancuran krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ini semua merupakan

akumulasi dari pemerintahan yang dikelolah dengan tidak transparan, sehingga

masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) telah meracuni semua aspek

kehidupan dan mencangkup hampir semua institusi formal maupun nonformal.

Mafia peradilan dan praktik politik uang merupakan contoh dari segudang bentuk

praktik KKN.

1) Sebab-sebab korupsi

Mengenai sebab-sebab terjadinya korupsi, hingga sekarang ini para ahli belum

dapat memberikan kepastian apa dan bagaimana korupsi itu terjadi. Tindakan

korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan ada variabel lain yang

ikut berperan. Penyebabnya dapat karena faktor internal si pelaku itu sendiri,

maupun dari situasi lingkungan yang “memungkinkan” bagi seseorang untuk

untuk melakukannya.

Berikut adalah pendapat ahli berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya

tindak korupsi.

No Nama Tokoh Uraian / Keterangan

1 Sarlito W. Sarwono • Dorongan dari dalam diri sendiri (seperti keinginan,

hasrat, kehendak, dan lain-lain)

• Rangsangan dari luar (seperti teman, adanya kesepakan, kurang kontrol, dan

lain-lain)

2 Andi Hamzah • Kekurangan gaji pegawai negeri dibandingakan dengan

Page 16: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

kebutuhan yang makin meningkat

• Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber

atau sebab meluasanya korupsi

• Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien yang

memberikan peluang orang untuk korupsi

• Modernisasi pengembangbiakan korupsi

2) Ciri-ciri korupsi

Penyalahgunaan wewenang dengan jalan korupsi, tampaknya tidak hanya

didominasi oleh oknum aparat pemerintahan, akan tetapi institusi lain juga

melakukan hal sama dengan ciri-ciri sebagai berikut :

• Melibatkan lebih dari satu orang

• Pelaku tidak terbatas pada oknum pegawai pemerintahan, tetapi juga pegawai

swasta

• Sering digunakan bahasa “sumir” untuk menerima uang sogok, yaitu: uang

kopi, uang rokok, uang semir, uang pelancar, salam tempel, uang pelancar baik

dalam bentuk uang tunai, benda tertentu atau wanita

• Umumnya bersifat rahasia, kecuali jika sudah membudaya

• Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang selalu tidak

berupa uang

• Mengandung unsur penipuan yang biasanya ada pada bahan publik atau

masyarakat umum

3) Akibat tindak korupsi

Siapapun pelakunya, sekecil apapun perbuatan tindak korupsi akan

mendatangkan kerugian pada pihak lain. Beberapa akibat yang ditimbulkan dari

tindakan korupsi yang pada umumnya tampak di permukaan adalah sebagai

berikut :

• Mendelegetimasi proses demokrasi dengan mengurangi kepercayaan publik

terhadap proses politi melalui politik uang

• Mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik, membuat tiadanya

akuntabilitas publik dan manafikan the rule of law. Hukum dan birokrasi hanya

melayani kekuasaan dan pemilik modal

Page 17: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

• Meniadaklan sistem promosi (riward and punishment), karena lebihy dominan

hubungan patronklien dan nepotisme

• Proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu rendah dan tidak

sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga mangganggu pembangunan

yang berkelanjutan

• Jatuh atau rusaknya tatanan ekonomi karena produk yang dijual tidak kompetitif

dan terjadi penumnpukan beban utang luar negeri

• Semua urusan dapat diatur sehingga tatanan/ aturan dapat dibeli dengan

sejumlah uang sesuai kesepakatan

• Lahirnya kelompok-kelompok pertemanan atau “koncoisme” yang lebih

didasarkan kepada kepentingan pragmatisme uang

c. Upaya pencegahan terhadap penyelenggaraan pemerintah yang tdiak

transparan

Upaya menghindari penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan

sehingga melahirkan “budaya” korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dapat

dilakukan, anatara lain melalui jalur-jalur sebagai berikut:

1) Formal pemerintah/ kekuasaan

(1) pemerintah dan pejabat publik perlu pengawasan melekat (waskat) dari

aparat berwenang, DPR, dan masyarakat luas sehingga yang terbukti bersalah

diberikan sanksi yang tegas tanpa diskriminasi

(2) mengefektifkan peran dan fingsi aparat penegak hukum, seperti kepolisian,

kejaksaan, para hakim, serta komisi pemberantas korupsi

(3) pembekalan secara intensif dan sistematis terhadap aparatur pemerintah dan

pejabat publik dalam hal nilai-nilai agama dan sosial budaya

(4) menegakkan supermasi hukum dan perundang-undangan secara konsisten

dan bertanggung jawab serta menjamin dan menghormati hak asasi manusia

(5) mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai dan demokrastis sesuai

dengan hukum dan perundang-undangan

(6) menata kehidupan politik agar distribusi kekuasaan dalam berbagai tingakat

struktur politik dan hubungan kekuasaan dapat berlangsung dengan seimbang

(7) meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam

penyenggaraan negara serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan

Page 18: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

kontrol sosial secara konstruktif dan efektif

2) Organisasi non-pemnerintah dan media massa

(1) keterlibatab lemnbaga swadaya masyarakat (LSM) atau NGO (non-

Government Organization) dalam mengawasi setiap kebijakan publik yang dibuat

pemerintahan seperti ICW, MTI, GOWA dan sebagainya

(2) adanya kontrol sosial untuk perbaikan komunikasi yang berimbang antara

pemerintah dan rakyat melalui berbagai media massa elektronik maupun cetak

3) Pendidikan dan masyarakat

(1) memperkenalkan sejak dini melalui pembelajaran di sekolah tentang

pentingnya pemerintah yang transparan melalui mata pelajaran

Kewarganegaraan

(2) menjadikan pancasila sebagai dasar negara yang mampu membuka wacana

dan dialog interaktif di dalam masyarakat sehingga dapat menjawab tantangan

yang dihadapi sesui dengan visi Indonesia masa depan

(3) meningkatkan kekurangan sosial anatara pemeluk agama, suku, dan

kelompok-kelompok masyarakat lainnya melalui dialog dan kerja sama dengan

prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi, dan saling menghormati

(4) memberdayakan masyarakat melalui perbaikan sistem politik yang

demokratis sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas, bertanggung

jawab, menjadi panutan masyarakat, dan mampu mempersatukan bangsa dan

negara

Jika penyelenggaraan pemerintahan dilakukan dengan tertutup dan tidak

transparan, secara umum akan berdampak pada tidak tercapainya

kesejahteraan masyarakat atau warga Negara. Sebagaimana tercantum dalam

konstitusi Negara, yaitu pencapaian masyarakat yang adil dan makmur.

Sedangkan secara khsusus, penyelenggaraan yang tidaktransparan akan

berdampak:

• Rendahnya atau bahkan tidak adanya kepercayaan warga Negara terhadap

pemerintahan

• Rendahnya partisipasi warga Negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat

pemerintah

Page 19: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

• Sikap apatis warga Negara dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan

dengan kebijakan public

• Jika warga Negara apatis, ditunjang dengan rezim yang berkuasa sangat

kuatdan lemahnya fungsi legislative, KKN akan merajalela dan menjadi budaya

yang mendarah daging (nilai dominan)

• Krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran

hukum dan hak asasi manusia

Prinsip-prinsip atau karakteristik yang telah dikemukakan UNDP tahun 1997

dijadikan Bench Marking (patok banding) tentang penyelenggaraan

pemerintahan yang baik. Dengan demikian, dapat dilihat beberapa indicator

tentang penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan beserta

akibatnya:

No Karakteristik Indicator Penyelenggaraan Keterangan / Akibat

Partisipasi

Aturan Hukum

Transparan

Daya Tanggap

Berorientasi Konsensus

Berkeadilan

Efektifitas dan Efesiensi

Akuntabilitas

Bervisi Strategis

Page 20: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

Saling Keterkaitan

• Warga masyarakat dibatasi/tidak memiliki hak suara dalam proses pengambilan

keputusan

• Informasi hanya sepihak (top down) lebih bersifat instruktif

• Lembaga perwakilan tidak dibangun berdasarkan kebebasan berpolitik (partai

tunggal)

• Kebebasan berserikat dan berpendapat serta pers sangat dibatasi

• Hukum dan peraturan perundang-undangan lebih berhak kepada pengausa

• Menegakkan hukum (law enforcement) lebihabnyak berlaku bagi masyarakat

bawah baik secara politik maupun ekonomi

• Peraturan tentang Hak-hak Asasi Manusia terabaikan demi stabilitas dan

pencapaian tujuan negara

• Inforamsi yang diperoleh satu arah, yaitu hanya dari pemerintah

• Masyarakat sangat dibatasi dalam memperoleh segala bentuk inforamasi.

• Tidak ada atau sulit bagi masyarakat untuk memonitori / mengevaluasi

penyelenggaraan pemerintahan

• Proses pelayanan sentralistik dan kaku.

• Banyak pejabat memposisikan diri sebagai penguasa

• Layanan kepada masyarakat masih diskriminatif, fan bertele-tele (tidak

responsif)

• Pemerintah lebih banyak bertindak sebagai alat kekuasaan negara

• Lebih banyak bersifat komando dan indstruksi

• Segala macam bentuk prosedur lebih bersifat formalitas

• Tidak diberikannya peluang untuk mengadakan konsensus dan musyawarah

• Adanya diskriminasi gender dalam penyelenggaraan pemerintahan

• Menutup peluang bagi dibentuknya organisasi nonpemerintahan / LSM yang

menuntut keadilan dalam berbagai segi kehidupan

• Banyak peraturan yang masih berpihak pada gender tertentu

• Manajemen penyelenggaraan negara konvensional dan terpusat (top down)

• Kegiatan penyelenggaraan negara lebih banyak digunakan untuk acara-acara

seremonial

Page 21: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

• Pemanfaat sumber daya manusia tidak terencana berdasarkan prinsip

kebutuhan

• Pengambil keputusan di dominasi oleh pemerintah

• Swasta dan masyarakat memiliki peran yang sangat kecil terhadap pemerintah

• Pemerintah memonopoli berbagai alat produksi yang strategis

• Masyrakat dan pers tidak diberi kesempatan untuk menilai jalannya

pemerintahan

• Pemerintah lebih luas dengan kemapaman yang tlah dicapai

• Sulit menerima perubahan terutama berkaitan dengan masalah politik, hukum

dan ekonomi

• Kurang mau memahami aspek-aspek kultural, historis, dan kompleksitas sosial

masyarakatnya

• Penyelenggaraan pemerintahan statis dan tidak memiliki jangkauan jangka

panjang

• Banyaknya penguasa yang arogan dan mengabaikan peran swasta atau

masyrakat

• Pemerintah merasa yang paling benar dan paling pintar dalam menentukan

jalannya kepemerintahan

• Masukan dan kritik dianggap provokator anti kemapanan dan stabilitas

• Swasta dan masyarakat tidak diberi kesempatan untuk bersinergi dalam

membangun negara • Warga masyrakat dan pers cendrung pasif, tidak ada kritik

(unjuk rasa) tidak berdaya dan terkekang dengan berbagai aturan dan doktrin

• Penguasa menjadi otoriter, posisi tawar masyrakat lemah dan lebih banyak

hidup dalam ketakutan dan tertekan

• Pemerintah sangat tertututp dengan segala kejelekannya sehingga masyrakat

tidak banyak tahu apa yang terjadi pada negaranya

• Banyaknya pejabat yang memposisikan diri sebagai penguasa, segala layanan

sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme

• Pemerintah cenderung otoriter karena menutup jslsn terlaksananya konsensus

dan musyawarah

• Arogansi kekuasaan sangat dominan dalam menentukan penyelenggaraan

pemerintahan

Page 22: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

• Negara cenderung salah urus dalam mengelolah sumber daya alam dan

sumber daya manusianya sehingga banyak pengangguran dan tidak memiliki

daya saing

• Dominasinya pemrintah dalam semua lini kehidupan menjadikan warga

masyarakatnya tidak berdaya mengontrol apa saja yang telah dilakukan

pemerintahnya

• Banyaknya penguasa yang pro status quo dan kemapanan sehingga tidak

memperdulikan terjadinya perubahan baik internal maupun eksternal negaranya

• Para pejabat pemerintah sering dianggap lebih atau tahu dalam segala hal,

sehingga masyarakat tidak merasakan dan tidak punya keinginan untuk

bersinergi dalam membangun negaranya

Dampak yang paling besasr terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang tidak

transparan adalah korupsi. Istilah “korupsi” dapat dinyatakan sebagai suatu

perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu

pemberian. Dalam praktiknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang

yang ada hubungannnya dengan jabatan tanpa ada catatan admnistratif.

Menurut MTI (Masyarakat Transparansi Internasional), “korupsi merupakan

perilaku pejabat, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar

dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat

dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan

kepada mereka.”

Korupsi tumbuh subur terutama pada negara-negara yang menerapkan sistem

politik yang cenderung tertutup, seperti absolut, diktatur, totaliter, dam otoriter.

Hal ini sejalan dengan pandangan Lord Acton, bahwa “the power tends to

corrupt…” (kekuasaan cenderung untuk menyimpang) dan “… absolute power

corrupts absolutely” (semakin lama seseorang berkuasa, penyimpangan yang

dilakukannya akan semakin menjadi-jadi).

Di Indonesia, rezim pemerintahan yang paling korup adalah masa Orde Baru.

Berdasarkan laporan Wold Economic Forum dalam “the global

competitivennennssn report 1999”, kondisi Indonesia termasuk yang terburuk

diantara 59 negara yang diteliti. Bahkan pada tahun 2002, menurut laporan

Page 23: Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Trans Par An

“political and risk consultancy (PERC) atau Lembaga Konsultasi Politik dan

Risiko yang berkedudukan di Hongkong, Indonesia” berhasil mengukir prestasim

sebagai negara yang paling korup di Asia.

Tampaknya tdak salah lagi bahwa rezim Orde Baru yang berkuasa kurang lebih

selama 32 (tiga puluh dua) tahun telah membawa Indonesia kejurang

kehancuran krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ini semua merupakan

akumulasi dari pemerintahan yang dikelolah dengan tidak transparan, sehingga

masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) telah meracuni semua aspek

kehidupan dan mencangkup hampir semua institusi formal maupun nonformal.

Mafia peradilan dan praktik politik uang merupakan contoh dari segudang bentuk

praktik KKN.

2) Sebab-sebab korupsi

Mengenai sebab-sebab terjadinya korupsi, hingga sekarang ini para ahli belum

dapat memberikan kepastian apa dan bagaimana korupsi itu terjadi. Tindakan

korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan ada variabel lain yang

ikut berperan. Penyebabnya dapat karena faktor internal si pelaku itu sendiri,

maupun dari situasi lingkungan yang “memungkinkan” bagi seseorang untuk

untuk melakukannya.

Berikut adalah pendapat ahli berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya

tindak korupsi.

No Nama Tokoh Uraian / Keterangan

1 Sarlito W. Sarwono • Dorongan dari dalam diri sendiri (seperti keinginan,

hasrat, kehendak, dan lain-lain)

• Rangsangan dari luar (seperti teman, adanya kesepakan, kurang kontrol, dan

lain-lain)

2 Andi Hamzah • Kekurangan gaji pegawai negeri dibandingakan dengan

kebutuhan yang makin meningkat

• Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber

atau sebab meluasanya korupsi

• Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien yang

memberikan peluang orang untuk korupsi

• Modernisasi pengembangbiakan korupsi