kalimajari par

51
1 Bagian 1 1.1 . Latar Belakang 1.1.1 Spirit dan Apresiasi Petani Kakao Jembrana “Kakao adalah hidup saya....”, bait kalimat sederhana ini muncul dari seorang petani I Ketut Suartika, petani kakao anggota Subak Amerta Nadhi, Desa Yeh Embang ini menyampaikan apresiasi dan harapan mewakili ratusan petani di Kabupaten Jembrana yang tanpa kenal lelah berharap akan komoditi ini agar tetap berkelanjutan. Ini adalah sebuah harapan akan makna “lestari” dalam sektor kakao. Sederhananya, bagaimana komoditi kakao senantiasa ada dan tetap bisa menjadi bagian dari aktivitas keseharian di “Bumi Mekepung” Jembrana, sebagai sebuah potensi warisan kepada generasi penerus yang tidak akan punah oleh waktu. Bukan hal yang berlebihan kiranya harapan tersebut disampaikan, jika melihat potensi yang ada. Kakao dan Jembrana merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat kuat. Seiring perjalana waktu, sebuah realita yang tak terbantahkan, terbukti bahwa komoditi kakao telah memberikan banyak hal kepada masyarakat Jembrana, mulai dari pendidikan, kesehatan, hunian yang layak bahkan ketahanan pangan bagi masyarakat. 1.1.2 Realita Kakao Kini, Tantangan ke Depan dan Motivasi Kakao Berkelanjutan Produk kakao Indonesia sangat tergantung pada pasar ekspor sehingga -mau tidak mau- industri kakao kita harus beradaptasi dengan semua perkembangan yang terjadi di dunia Internasional. Sejak tingkat kesadaran konsumen meningkat, tuntutan pasar komoditi pertanian mengalami perubahan yang signifikan.

Upload: doanliem

Post on 31-Dec-2016

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kalimajari PAR

1

Bagian 1

1.1 . Latar Belakang

1.1.1 Spirit dan Apresiasi Petani Kakao Jembrana

“Kakao adalah hidup saya....”, bait kalimat sederhana ini muncul dari seorang petani I Ketut

Suartika, petani kakao anggota Subak Amerta Nadhi, Desa Yeh Embang ini menyampaikan

apresiasi dan harapan mewakili ratusan petani di Kabupaten Jembrana yang tanpa kenal

lelah berharap akan komoditi ini agar tetap berkelanjutan. Ini adalah sebuah harapan akan

makna “lestari” dalam sektor kakao. Sederhananya, bagaimana komoditi kakao senantiasa

ada dan tetap bisa menjadi bagian dari aktivitas keseharian di “Bumi Mekepung” Jembrana,

sebagai sebuah potensi warisan kepada generasi penerus yang tidak akan punah oleh

waktu.

Bukan hal yang berlebihan kiranya harapan tersebut disampaikan, jika melihat potensi yang

ada. Kakao dan Jembrana merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat kuat.

Seiring perjalana waktu, sebuah realita yang tak terbantahkan, terbukti bahwa komoditi

kakao telah memberikan banyak hal kepada masyarakat Jembrana, mulai dari pendidikan,

kesehatan, hunian yang layak bahkan ketahanan pangan bagi masyarakat.

1.1.2 Realita Kakao Kini, Tantangan ke Depan dan Motivasi Kakao Berkelanjutan

Produk kakao Indonesia sangat tergantung pada pasar ekspor sehingga -mau tidak mau-

industri kakao kita harus beradaptasi dengan semua perkembangan yang terjadi di dunia

Internasional. Sejak tingkat kesadaran konsumen meningkat, tuntutan pasar komoditi

pertanian mengalami perubahan yang signifikan.

Page 2: Kalimajari PAR

2

Konsumen tidak hanya mengutamakan kualitas yang baik untuk produk yang mereka beli

namun juga menuntut perhatian lebih pada sustainability (untuk aspek-aspek ekonomi,

sosial dan juga lingkungan) melalui manajemen rantai pasokan. Dengan kondisi demikian,

sudah selayaknya para produsen dilibatkan dalam setiap program pengembangan sektor

kakao menuju sustainability/berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini

sektor kakao Indonesia hanya memiliki sebagian kecil produk yang telah bersertifikasi.

Berpijak dari kendala tersebut bukan berarti tidak ada harapan bagi Indonesia untuk

menembus pasar komoditi kakao berkelanjutan. Atas dasar inisiasi inilah hadir program

kakao berkelanjutan atau kakao lestari dalam kerangka sertifikasi. Kerangka sertifikasi ini

dipilih sebagai upaya untuk melengkapi/menyempurnakan program-program yang ada

selama ini, baik yang di-inisiasi oleh pemerintah, swasta maupun pihak lainnya.

Mulai tahun 2011, program ini dibangun, dijalankan dan diperkuat bersama dalam bingkai

saling berbenah dan antar komponen mulai dari petani, pemerintah, koperasi, legislatif,

swasta, pendamping dan pihak donor program. Aspek hulu – hilir menjadi konsentrasi

utama program. Selain penguatan di tingkat petani, pranata sosial Subak Abian, dan

Koperasi sebagai pemegang sertifikat juga mendapatkan proses penguatan kapasitas,

sehingga mampu memberikan nuansa pembelajaran akan proses pemberdayaan menjadi

semakin riil dan kuat. Kerja keras dengan tantangan yang tidak mudah....kalimat ini belum

cukup untuk mewakili proses yang harus dibangun dengan segala keterbatasan dan

dinamika yang menyertai perjalanan program. Keterbatasan SDM, sumber pendanaan,

membangun ICS sebagai sebuah system dan team, proses improvement di tingkat petani

(P) dan di tingkat koperasi (C) merupakan sederetan tantangan yang menyertai perjalanan

program. Semangat perubahan untuk peningkatan kwantitas, kwalitas biji kakao, proses

pemberdayaan kelompok/Subak Abian, membangun sistem penjualan bersama dan

harapan adanya peningkatan pendapatan petani atas reward, penghargaan dalam bentuk

harga premium, merupakan sederetan motivasi petani untuk mengimplementasikan program

kakao berkelanjutan di Kabupaten Jembrana. Hal lain yang tidak kalah penting adalah

filosofi dasar dari makna lestari/berkelanjutan dalam kerangka sertifikasi, yang menjadi

media gerakan penyadaran akan penting nya komoditi ini tumbuh dan berkembang lestari di

Kabupaten Jembrana.

Page 3: Kalimajari PAR

3

1.1.3 Semangat Perubahan dan Proses Evaluasi

Proses perbaikan senantiasa dilakukan seiring berjalannya proses sertifikasi dari tahun ke

tahun. Tahun 2013, koperasi telah berhasil kembali mempertahankan sertifikat UTZ di tahun

ke 2. Ini berarti tantangan semakin besar, terutama upaya membangun mekanisme pasar

yang mampu menghargai kerja keras petani dalam melakukan perubahan.

Proses perbaikan dan penyempurnaan tiada henti untuk dilakukan. Aspek hulu – hilir yang

telah dibangun senantiasa menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan. Proses pembelajaran

yang telah dipetik dalam perjalanan program, semaksimal mungkin dapat dibagi kepada

petani lain untuk semakin banyak menemukan local champion yang akan menjadi agen

perubahan bagi petani lainnya. Inovasi, improvisasi dan kreatifitas pendamping dalam

menterjemahkan prinsip-prinsip dasar Code Of Conduct yang cenderung dalam bahasa

langit/tinggi harus mampu diterjemahkan, diterima dan diimplementasikan dalam bahasa

yang lebih membumi oleh petani.

Berbagai upaya inovatif dalam implementasi program seperti pembuatan demplot

partisipatif, Good Manufacturing Practices (GMP), Good Handling Practices (GHP) dan

berbagai proses “peruman”/diskusi intensif di tingkat subak maupun individu dilakukan

secara paralel. Hasilnya mendatangkan perubahan, perbaikan dan perhatian dari beberapa

subak baru yang “merapat” ke dalam barisan program kakao berkelanjutan untuk sama-

sama berbagi spirit perubahan. Dari 18 subak abian akhirnya berkembang menjadi 22 subak

abian dalam tahun 2014 ini.

Namun seiring proses, berbagai kendala realita di lapangan mewarnai pelaksanaan program

yang juga menjadi catatan tantangan. Dari 145 subak abian yang ada di Kabupaten

Jembrana, hanya baru memasuki angka 22 subak yang tergabung dalam program. Alih

fungsi vegetasi dari tanaman kakao ke tanaman keras, seperti sengon, jabon, jati dan

tanaman keras lainnya juga marak terjadi di beberapa subak lain diluar peserta program.

Tumpang tindihnya beberapa program dari berbagai dinas yang secara tidak langsung

berdampak pada program, juga turut memberikan warna terhadap jalannya program.

Page 4: Kalimajari PAR

4

Pemetaan lokasi untuk menunjukkan potensi penyebaran kakao di masing-masing

kecamatan juga belum ada kejelasan data/informasi, lengkap dengan penyebaran dan

kondisi peremajaan dan sebaran hama dan penyakit. Kondisi ini menjadi penting untuk

dianalisa berkenaan dengan terjadinya pergeseran musim panen sebagai dampak dari

perubahan iklim. Data ini penting kiranya untuk dijadikan rekomendasi kepada petani

sehingga secara perlahan para petani dapat melakukan upaya terhadap adaptasi iklim

(climate adaptation) sebagai bagian dari keberlanjutan program.

Data yang tidak kalah penting lainnya adalah : informasi detail untuk mengetahui relevansi

antara penerapan praktek GAP dan peningkatan produksi selama 2 tahun terakhir.

Perubahan ini patut untuk direkam dalam rapid assisment kepada beberapa subak dan

petani kunci di beberapa subak untuk dijadikan sebagai catatan pembelajaran penting bagi

petani lainnya dalam melakukan perubahan di tingkat kebun. Semua data/informasi ini akan

ditangkap dalam sebuah proses Participatory Action Research (PAR) atau Riset Aksi

Partisipatif sebagai sebuah metoda, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara

aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang

berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka

melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, komponen harus

melakukan refleksi kritis terhadap konteks perjalanan program. PAR dilakukan sebagai

salah satu harapan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan oleh semua pihak. PAR

merupakan sebuah siklus yang didalamnya mencakup kegiatan intervensi (oleh karenanya

dinamakan action research).

Faktor penting lainnya adalah tingkat keterlibatan mitra/petani kakao, sehingga tujuan

melakukan penelitian PAR (yaitu melakukan perbaikan) dapat dicapai melalui pembelajaran

bersama. Semua komponen yang terlibat dalam program, dudk bersama untuk sharing dan

membangun solusi bersama sehingga dapat dilakukan intervensi untuk perbaikan.

Metoda PAR ini akan dipergunakan sebagai salah satu metoda dalam penggalian informasi

yang terkait dengan perkembangan program kakao lestari melalui berbagai proses FGD

atau pebligbagan dengan anggota subak dan beberapa komponen relevan lainnya.

Page 5: Kalimajari PAR

5

1.2 Tujuan

Program penggalian dan pemetaan kondisi pelaksanaan program kakao lestari melalui

metoda PAR untuk menggali kebutuhan, persoalan dan perkembangan yang ada di

lapangan melalui pendekatan aksi intervensi, sehingga hasil riset dapat ditindaklanjuti.

1.3 Manfaat

Hasil riset dapat dipergunakan sebagai rekomendasi bagi semua komponen yang terlibat

dalam program. Riset partisipasi ini juga dapat memberikan informasi perkembangan dan

pemetaan program secara lebih riil.

Page 6: Kalimajari PAR

6

Strategi dukungan masing-masing komponen

Mempertegas dukungan,peran & tugas masing-

masing komponen

Ide, Rencana & Aksi Perbaikan

Harus dibangun dari Dalam

Latar Belakang Tahapan Kegiatan Pemetaan

Stakeholders

Rencana Aksi Strategis

Pemetaan awal &

penentuan

komponen riset

Pemetaan Partisipatif

(FGD,Diskusi

Subak,Paruman)

Semangat perubahan

Penyusunan rencana aksi

strategi

Subak dan anggota subak

abian

Koperasi KSS

Dinas Perkebunan

Dinas Koperasi

DPRD

Komponen lainnya

Membangun sinergitas program secara

berkelanjutan

Promosi Program untuk pembelajaran

bersama

Membangun & memperkuat program dengan

pendekatan kesetaraan gender

Rencana kerja sistematik dalam tiap

tahunnya

Evaluasi dampak

berbasis masyarakat

Kakao lestari dan

pembelajaran terus

menerus/berkelanjutan

(Continous Listening)

Page 7: Kalimajari PAR

7

Bagian 2

2.1 Gambaran Umum Wilayah

Secara geografis Kabupaten Jembrana terletak membentang dari arah Barat ke Timur

08009’30” - 08028’02” LS dan 114026’28” - 115051’28” BT. Kabupaten Jembrana merupakan

salah satu Kabupaten di Propinsi Bali yang terletak di bagian barat dengan batas wilayah

sebagai berikut :

Utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng

Timur berbatasan dengan Kabupaten Tabanan

Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Barat berbatasan dengan Selat Bali

Peta 1. Orientasi Wilayah Kabupaten Jembrana

Sumber : Bappeda Kabupaten Jembrana

Page 8: Kalimajari PAR

8

2.1.1. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kelembagaan Subak

Penduduk Kabupaten Jembrana yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah

53.294 jiwa atau 37,34% dari jumlah angkatan kerja sebanyak 150.000 orang. Kelembagaan

di Tingkat Petani untuk pendukung pembangunan pertanian ada tiga macam yaitu kelompok

tani/Subak Abian 145 kelompok, Subak Sawah 84 Kelompok, Kelompok Wanita Tani (KWT)

26 kelompok.

Khusus dalam program Kakao Lestari di Kabupaten Jembrana, peranan dan kiprah subak

sangat besar dalam implementasi program. Subak sebagai lembaga sosio kultur pertanian,

saat ini sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikans. Subak telah mampu

mengakomodir kebutuhan petani (krama) dari sisi ekonomi produktif. Jika dilihat dari konsep

Tri Hita Karana, peran subak dari sisi palemahan dan pawongan (ekonomi produktif dan

kesejahteraan anggota) sudah mulai meningkat. Khusus untuk pemberdayaan subak dalam

program kakao lestari, memiliki peran yang sangat strategis (secara spesifik dapat dilihat

dalam diagram tata niaga/pemasaran produk biji kakao kering UTZ Certifikasi). Subak telah

terbukti mampu mewadahi kebersamaan anggotanya untuk melakukan pengolahan

bersama dengan manfaat yang dapat dinikmati bersama.

2.2. Komoditi Kakao

Indonesia adalah penghasil biji kakao ketiga terbesar di dunia setelah Ghana dan Pantai

Gading. Tiga negara ini yang mendominasi lebih dari 75% pasar kakao di di dunia pada

tahun 2010. Dalam lingkup nasional, Bali menempati posisi 5 besar bersama dengan NTB

dan NTT. Menjadi khusus, karena Jembrana dalam hal ini Koperasi Kerta Semaya

Samaniya sebagai koperasi pertama di Indonesia menjadi pemegang sertifikasi untuk

komoditi kakao berkelanjutan.

Page 9: Kalimajari PAR

9

Table 1. Profile Kakao Indonesia 2012

Lokasi Luas (ha) Produksi Nasional (%)

Produksi (ton)

1. Sulawesi 988.309 58,92% 448.344

2. Sumatera 377.032 22,47% 166.609

3. Maluku & Papua 107.641 6,42% 33.568

4. Jawa 92.435 5,51% 31.453

5. NTT – NTB – Bali 68.637 4,09% 18.121

6. Kalimantan 43.201 2,58% 14.136 Sumber: Puslit Koka, World Cocoa Overview, 2014

Grafik 1. Profile Kakao Indonesia 2012

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Total area

Produksi (ton)

Produktivitas (g/ha)

Sumber: Puslit Koka, World Cocoa Overview, 2014

Page 10: Kalimajari PAR

10

Perkembangan kakao di Indonesia dilihat dari sisi pengupayaan atas lahan, budidaya kakao

oleh petani (smallholder) terus mengalami peningkatan. Spirit ini terlihat secara nyata di

Kabupaten Jembrana, karena hampir seluruhnya kepemilikan lahan adalah petani.

Penanganan hama dan penyakit yang secara massal terjadi di beberapa sentra penghasil

kakao di Indonesia, perlahan-lahan mendapatkan penanganan yang baik, meskipun jujur

harus diakui belum efektif di semua tempat, tetapi minimal kondisi ini telah memberikan spirit

baru di tingkat petani. Grafik peningkatan jumlah kepemilihan lahan dan pengolahan oleh

petani dapat dilihat dalam grafik berikut :

Grafik 2. Perkembangan kepemilikan lahan petani kakao Indonesia 2012

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Series2

Sumber: Puslit Koka, World Cocoa Overview, 2014

Page 11: Kalimajari PAR

11

2.3. Kakao Lestari dan Jembrana

Gambar 1. Tanaman Kakao Varietas Lindak Lokasi Kebun Pak Agus – Desa Tuwed (kiri)

Lokasi Kebun Pak Tawa (kanan)

Kakao tidak dapat dipisahkan dari Bumi Mekepung Jembrana. Penghasil kakao terbesar di

Bali adalah Kabupaten Jembrana. Kabupaten Jembrana memiliki luas areal perkebunan

umum seluas 17.267,50 ha. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 dibawah. Potensi biji

kakao kering, tercatat tahun 2013 sebanyak 2.928,825 ton (sumber Statistik Dinas

Perkebunan Kabupaten Jembrana, 2013) dengan jumlah petani secara keseluruhan 13.040

kk yang tersebar di 145 subak abian. Luas area budidaya kakao mencapai 6.226,96 Ha

dengan sebaran lahan paling luas di Kecamatan Mendoyo. Potensi ini sangat besar untuk

dikembangkan secara lebih maksimal, dengan dibantu dukungan subak abian dan sentuhan

kebijakan dari pemerintah, niscaya mampu membawa kakao menjadi komoditi lestari dan

memberikan kebanggaan terhadap masyarakatnya. Sementara, yang baru terfasilitasi oleh

program Kakao Lestari hanya 22 subak abian dengan 1.200 petani. Sangat kecil

memang…tetapi sebagai langkah awal untuk membawa sebuah perubahan, angka ini

diharapkan dapat memberikan semangat “virus positif” kepada petani dan subak lainnya.

Page 12: Kalimajari PAR

12

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Penggunaannya Dirinci Per Desa Kabupaten Jembrana Tahun 2012

Tegal/ Perke Peka Jumlah Jml luar Jumlah

Huma bunan rangan (4+5+6) Kawasan (7+8+9) (10+11)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

MELAYA

1 Manistutu 144.00 88.00 87.00 65.00 240.00 - 17.00 257.00 1,950.00 2,351.00

2 Tukadaya 280.00 124.00 161.00 60.00 345.00 - 42.00 387.00 1,433.10 2,100.10

3 Tuwed 121.00 121.00 528.00 72.00 721.00 18.00 30.00 769.00 - 890.00

4 Candikusuma 32.00 134.00 459.00 47.00 640.00 - 7.00 647.00 - 679.00

5 Warnasari 170.00 44.00 119.00 70.00 233.00 - 40.00 273.00 - 443.00

6 Ekasari 197.00 266.00 129.00 123.00 518.00 - 61.00 579.00 4,316.72 5,092.72

7 Nusasari 285.00 19.00 24.00 398.00 441.00 - 62.00 503.00 - 788.00

8 Belimbingsari - 17.00 278.00 68.00 363.00 - 30.00 393.00 1,895.00 2,288.00

9 Melaya 40.00 330.00 915.00 180.00 1,425.00 - 109.00 1,534.00 1,980.70 3,554.70

10 Gilimanuk - - - - - - 71.00 71.00 2,205.20 2,276.20

Jumlah 1,269.00 1,143.00 2,700.00 1,083.00 4,926.00 18.00 469.00 5,413.00 13,780.72 20,462.72

NEGARA

1 BB Agung 176.00 125.40 229.80 241.90 597.10 - 23.90 621.00 600.00 1,397.00

2 Berangbang 200.00 275.90 581.30 207.50 1,064.70 - 48.30 1,113.00 1,250.00 2,563.00

3 Kaliakah 520.00 108.80 779.60 338.90 1,227.30 - 51.70 1,279.00 - 1,799.00

4 Banyubiru 443.00 81.70 199.00 130.50 411.20 - 84.80 496.00 - 939.00

5 Baluk 75.00 215.00 405.20 293.60 913.80 - 66.20 980.00 - 1,055.00

6 Cupel - 162.70 290.00 179.40 632.10 - 7.90 640.00 - 640.00

7 Tegal Bdng Barat 74.00 88.10 152.50 69.00 309.60 - 18.40 328.00 - 402.00

8 Tegal Bdng Timur 104.00 132.60 163.50 152.70 448.80 - 48.20 497.00 - 601.00

9 Pengambengan 56.50 266.50 399.60 167.80 833.90 81.00 58.60 973.50 - 1,030.00

10 Lelateng 175.00 92.50 77.30 145.00 314.80 120.00 19.20 454.00 - 629.00

11 Banjartengah - - - 211.60 211.60 - 286.40 498.00 - 498.00

12 Loloan Barat - - - 69.50 69.50 - 77.50 147.00 - 147.00

Jumlah 1,823.50 1,549.20 3,277.80 2,207.40 7,034.40 201.00 791.10 8,026.50 1,850.00 11,700.00

JEMBRANA

1 Perancak 25.00 106.50 142.20 50.70 299.40 14.40 35.20 349.00 - 374.00

2 Airkuning - 53.30 69.50 89.70 212.50 2.70 55.80 271.00 - 271.00

3 Yehkuning 99.00 119.30 101.70 65.40 286.40 - 35.60 322.00 - 421.00

4 Dangintukadaya 105.00 180.20 533.90 233.40 947.50 - 41.50 989.00 - 1,094.00

5 Sangkaragung 114.00 29.40 185.20 139.60 354.20 17.00 41.80 413.00 - 527.00

6 Budeng 66.00 12.10 53.60 97.20 162.90 270.00 97.10 530.00 - 596.00

7 Dauhwaru 327.00 72.20 134.30 223.00 429.50 - 119.50 549.00 1,500.00 2,376.00

8 Batuagung 70.00 158.70 296.90 301.50 757.10 - 50.90 808.00 1,365.59 2,243.59

9 Pendem 68.00 267.10 281.50 432.90 981.50 - 172.50 1,154.00 630.00 1,852.00

10 Loloan Timur 104.00 89.60 100.40 96.40 286.40 13.40 30.20 330.00 - 434.00

Jumlah 978.00 1,088.40 1,899.20 1,729.80 4,717.40 317.50 680.10 5,715.00 3,495.59 10,188.59

MENDOYO

1 Mendoyo Dh Tkd 124.00 18.00 319.00 129.00 466.00 - 24.00 490.00 296.00 910.00

2 Mendoyo Dng Tk 150.00 - 71.00 77.00 148.00 - 16.00 164.00 - 314.00

3 Pohsanten 57.00 - 728.00 215.00 943.00 - 21.00 964.00 740.00 1,761.00

4 Pergung 86.00 9.00 489.00 191.00 689.00 - 19.00 708.00 690.00 1,484.00

5 Tgl cangkring 282.00 49.00 606.00 192.00 847.00 - 17.00 864.00 1,180.00 2,326.00

6 Delodbrawah 129.00 16.00 53.00 54.00 123.00 2.00 15.00 140.00 - 269.00

7 Penyaringan 716.00 32.00 1,039.00 317.00 1,388.00 33.00 22.00 1,443.00 2,645.00 4,804.00

8 Yehembang Kauh 53.00 - 1,326.00 148.00 1,474.00 - 22.00 1,496.00 2,100.00 3,649.00

9 Yehembang 299.00 - 515.00 256.00 771.00 - 22.00 793.00 3,258.08 4,350.08

10 Yehembang Kngn 193.00 - 432.00 151.00 583.00 2.00 25.00 610.00 4,000.00 4,803.00

11 Jehsumbul 224.00 12.00 711.00 153.00 876.00 - 19.00 895.00 606.00 1,725.00

Jumlah 2,313.00 136.00 6,289.00 1,883.00 8,308.00 37.00 222.00 8,567.00 15,515.08 26,395.08

PEKUTATAN

1 Medewi 213.50 15.00 97.00 97.50 209.50 - 137.00 346.50 1,425.00 1,985.00

2 Pulukan 74.00 807.00 509.00 135.00 1,451.00 - 300.00 1,751.00 1,940.88 3,765.88

3 Pekutatan 34.00 483.00 930.00 100.50 1,513.50 - 114.00 1,627.50 - 1,661.50

4 Pangyangan 104.75 246.50 35.00 60.75 342.25 12.00 180.00 534.25 34.00 673.00

5 Gumbrih 51.00 240.50 267.00 65.50 573.00 - 208.00 781.00 700.00 1,532.00

6 Pengeragoan 102.00 285.50 553.00 86.50 925.00 - 254.00 1,179.00 1,300.00 2,581.00

7 Asahduren - 50.00 305.00 18.00 373.00 - 145.00 518.00 425.00 943.00

8 Manggisari - 18.00 405.50 30.50 454.00 - 146.00 600.00 841.00 1,441.00

Jumlah 579.25 2,145.50 3,101.50 594.25 5,841.25 12.00 1,484.00 7,337.25 6,665.88 14,582.38

T O T A L 6,962.75 6,062.10 17,267.50 7,497.45 30,827.05 585.50 3,646.20 35,058.75 41,307.27 83,328.77

Sumber : Statistik Kab Jembrana Thn 2004, kolom 11 (hutan) sumber data Dinas Hutbun

Penggunaan Lahan (HA)

No KECAMATAN DESASawah Tambak Lainnya Hutan

Page 13: Kalimajari PAR

13

Luas areal dan produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Jembrana Tahun 2012

JUMLAH

JUMLAH JUMLAH RATA2 PETANI

3 + 4 + 5 (Ton) Kg/Ha (K.K.)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 KELAPA DALAM 677.60 15,699.20 347.95 16,724.75 18,370.32 1,170 16,530

2 KELAPA DERES - 99.68 4.00 103.68 739.03 7,414 772

3 KELAPA HIBRIDA - 139.80 - 139.80 90.35 646 5,381

4 KELAPA GENJAH 59.95 281.06 0.70 341.71 295.99 1,053 9,539

5 KOPI ROBUSTA 94.47 998.69 123.59 1,216.75 267.41 268 6,577

6 CENGKEH 8.60 3,232.45 205.80 3,446.85 75.02 23 8,659

7 PANILI 73.96 142.76 11.70 228.42 40.19 282 2,453

8 KAKAO 1,180.10 4,531.46 514.51 6,226.95 2,489.14 549 13,040

9 KAPOK - 5.00 - 5.00 - - 321

10 LADA - 7.80 - 7.80 - - 163

11 KEMIRI - 3.23 - 3.23 - - 370

12 KENANGA - 26.71 - 26.71 0.62 23 882

13 PINANG 4.45 15.35 - 19.80 - - 630

14 KAPAS - - - - - - -

15 TEMBAKAU - - - 2.00 3,264.00 1,632,000 1

Sumber : Statistik Perkebunan Jembrana, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Jembrana

JUMLAH PRODUKSILUAS AREAL ( Ha )

NO KOMODITAST.B.M T.M TT/TR

Potensi kakao di Jembrana terlihat dalam Tabel 3. Berdasarkan data statistik perkebunan

tersebut 36% dari luas perkebunan di Jembrana merupakan perkebunan kakao yaitu seluas

6.226,96 Ha. Sedangkan komoditas lainnya tidak mencapai 1% dan maksimal 19% dari total

luas wilayah perkebunan di kabupaten Jembrana. Hal ini menunjukkan pengembangan

kakao sangat berpotensi di kabupaten ini.

Pada tabel 4 dibawah ini menunjukkan perkembangan produksi komoditas perkebunan

selama 8 tahun terakhir, tercatat peningkatan produksi kakao yang cukup signifikan.

Page 14: Kalimajari PAR

14

Luas Areal Rata Produksi Jlh petani

2013 ( Ha ) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Th. 2013/Kg/Ha th. 2013

1 KAKAO 6,226.96 3,260.78 2,932.51 2,818.16 3,377 2,886.24 1,934.38 2,483.625 2,928.830 630 13,040

2 KELAPA DALAM 3,502.00 17,590.55 17,911.95 18,150.23 18,349 18,348.65 18,370.32 18,374.335 18,298.902 1,146 16,530

3 KELAPA GENJAH 335.71 182.99 152.95 201.96 209.93 209.93 295.99 229.392 255.205 926 9,545

4 KOPI ROBUSTA 1,216.75 264.40 274.02 265.01 278.60 278.60 267.41 294.544 263.340 264 6,577

5 CENGKEH 3,446.85 462.45 937.32 920.14 648.37 648.37 75.02 1,255.648 772.336 239 8,659

6 PANILI 137.42 3.42 8.73 8.41 10.48 10.48 40.19 43.756 2,261.000 39 2,202

7 TEMBAKAU 10.30 2,400.00 3,264.00 7.500 12.010 1,166 67

8 PALA 431.00 10.500 14.100 364 1,739

9 NILAM 5.00 3.600 8.000 1,600 34

Tabel 4. Produksi Komoditas Perkebunan 8 (Delapan) Tahun Terakhir

NO KOMODITAS

PRODUKSI ( TON )

Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Jembrana

Page 15: Kalimajari PAR

15

Rata-rata produksi kakao pada tahun 2013 mencapai 630 kg/ha/th yang pada tahun

sebelumnya hanya 549 kg/ha/th (tabel3). Terjadi peningkatan 12,9% dan ada 13.040 petani

yang terlibat didalamnya dari jumlah penduduk 71.144 KK (18,33%). Hal ini menunjukkan

penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dalam perkebunan kakao dan dapat

membantu peningkatan pendapatan masyarakat Jembrana. Perkembangan produksi kakao

di Kabupaten Jembrana dari tahun ke tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 1. Grafik Produksi Kakao Kabupaten Jembrana

GRAFIK PRODUKSI KAKAO KABUPATEN JEMBRANA

TAHUN TON

2005 3,672.54

2006 3,260.78

2007 2,932.51

2008 2,818.16

2009 3,376.50

2010 2,886.24

2011 1,934.38

2012 2,483.62

2013 2,928.83

PRODUKSI KAKAO

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

4,000.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Prod

uksi

(Ton)

Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Kab. Jembrana

Mulai tahun 2005, produksi kakao mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh umur

tananaman yang semakin tua dan serangan dari hama PBK (Penggerek Buah Kakao) terus

menyebar. Melihat permasalahan ini pemerintah bergerak memberikan bantuan untuk

meningkatkan produktivitas petani kakao di Jembrana. Kemudian meningkat pada tahun

2009, namun karena sanitasi kurang, tanaman tua dan kurang penanganan pemangkasan

serangan helopeltis dan PBK semakin meluas.

Page 16: Kalimajari PAR

16

Pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi secara drastis akibat serangan PBK yang

semakin meluas dan anomali iklim sejak tahun 2009. Musim kering yang berkepanjangan

pada tahun 2009, kemudian disusul hujan yang tinggi pada tahun 2010 yang menyebabkan

gagal bunga, kondisi kebun sangat lembab karena jarang mendapat perlakuan

pemangkasan dan sanitasi lainnya, tanaman terlalu tinggi sehingga sulit terjangkau untuk

ditangani. Hal ini mengakibatkan hama helopeltis dan PBK semakin menyebar luas. Mulai

dari Kecamatan Melaya dan Negara yang berada di daerah dataran rendah dan memiliki

karakteristik tanaman yang homogen, kemudian menyebar ke wilayah pegunungan yaitu

Kecamatan Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan.

Akibat serangan hama yang merata di seluruh wilayah, seluruh stakeholder terkait untuk

menjalankan berbagai program untuk peningkatan produksi kakao untuk kesejahteraan

petani kakao. Program tersebut diantaranya adalah Sekolah Lapang oleh dinas kabupaten

dan propinsi, menjalankan program Gertakdal (Gerakan Serentak Pengendalian) PBK,

Gernas (Gerakan Nasional) Kakao dan program sertifikasi sebagai pelengkap dari seluruh

tahapan proses yang telah dilakukan sebelumnya oleh komponen lain terkait.

Usaha yang dilakukan untuk peningkatan mutu dan produksi sangat membantu proses

recovery di setiap wilayah khusus program sertifikasi yang memiliki masa program

terpanjang dibanding program lainnya. Tingkat serangan di wilayah Jembrana jika diurutkan

dari yang terparah adalah Melaya, Negara, Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan. Namun

berdasarkan urutan itu juga yang memiliki proses recovery tercepat. Wilayah Melaya dan

Negara berada di wilayah dataran rendah/datar, cenderung cepat mendapat penanganan

dan karakteristik tanaman yang homogen mempercepat penanganan dan pemulihan dari

serangan hama. Sedangkan wilayah Kecamatan Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan

merupakan dataran tinggi dan proses recovery/penanganan di wilayah ini lebih lambat.

Kebun di wilayah tersebut lebih luas dan cenderung lambat ditangani karena berada di

pegunungan yang sulit dijangkau dan kondisi lingkungan cenderung lebih lembab yang

mendukung perkembangan PBK.

Sehingga pada akhir tahun 2012 wilayah Melaya dan Negara sudah pulih dari serangan

sedangkan wilayah Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan di pertengahan tahun 2013 baru

pulih.

Page 17: Kalimajari PAR

17

Berbagai usaha yang dilakukan dapat memberikan manfaat berupa peningkatan produksi

secara signifikan khususnya program sertifikasi yang berkelanjutan (telah berjalan selama 3

tahun berturut-turut sampai saat ini). Peningkatan produksi kakao terlihat perkembangan

kakao di Kabupaten Jembrana mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir setelah

terjadi penurunan produksi secara drastis pada tahun 2010-2011. Serangan hama meluas di

Kabupaten Jembrana sejak tahun 2009. Dengan berbagai cara pemerintah, LSM dan

berbagai pihak terkait bangkit membangun Kabupaten Jembrana dari keterpurukan dengan

berbagai bantuan dan pendampingan yang akhirnya dapat terlihat peningkatan produksi

kakao secara signifikan.

Potensi kakao ini tersebar di 5 kecamatan, masing-masing: Kecamatan Melaya 1.935,83

ha, Kecamatan Negara 514,68 ha, Kecamatan Jembrana 559,01 ha, Kecamatan Mendoyo

2.144,01 ha dan Kecamatan Pekutatan 1.073,43 ha.

Pada Akhir

Triwulan Jumlah

Lalu Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Petani

Ha (Ton) Kg/Ha (Ton) Kg/Ha (K.K.)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 MELAYA 1,935.82 501.22 1,295.89 138.71 221.925 171 715.956 552 3,627

2 NEGARA 514.69 221.83 273.97 18.00 124.482 454 164.349 600 1,981

3 JEMBRANA 559.00 232.82 272.62 53.57 104.478 383 175.146 642 588

4 MENDOYO 2,144.01 122.28 1,782.47 239.26 370.701 208 796.233 447 4,725

5 PEKUTATAN 1,073.43 101.94 906.52 64.98 233.840 258 637.458 703 2,119

JUMLAH 6,226.95 1,180.10 4,531.46 514.51 1,055.426 233 2,489.142 549 13,040

1,935.83 123.90 1,409.40 402.53 57.748 41 898.187 637 3,627

LUAS AREA (Ha) PRODUKSI

S.D. TWR Laporan

TT/TR

Pada TRW.LaporanS.D. TRIWULAN LAPORANNO KECAMATAN

T.B.M T.M

Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2012 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Kab. Jembrana

Pada Akhir

Triwulan Jumlah

Lalu Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Petani

Ha (Ton) Kg/Ha (Ton) Kg/Ha (K.K.)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 MELAYA 1,935.83 123.90 1,409.40 402.53 57.748 41 898.187 637 3,627

2 NEGARA 514.68 208.00 278.43 58.25 35.218 126 167.780 603 1,981

3 JEMBRANA 559.01 232.82 272.62 53.57 33.104 121 173.688 637 588

4 MENDOYO 2,144.01 122.28 1,782.47 239.26 179.620 101 1,110.795 623 4,725

5 PEKUTATAN 1,073.43 101.94 906.52 64.98 57.577 64 578.376 638 2,119

JUMLAH 6,226.96 788.94 4,649.44 818.59 363.267 78 2,928.826 630 13,040

S.D. TRIWULAN LAPORANNO KECAMATAN

T.B.M T.M TT/TR

Pada TRW.Laporan S.D. TWR Laporan

LUAS AREAL (Ha) PRODUKSI

Tabel 6. Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Jembrana Tahun 2013

Sumber : Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2013 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Kab. Jembrana

Page 18: Kalimajari PAR

18

Pada tabel 5 dan tabel 6 dapat dilihat peningkatan produksi kakao di masing-masing

kecamatan di Kabupaten Jembrana pada tahun 2012 sampai 2013. Peningkatan

produktifitas yang paling signifikan terlihat pada Kecamatan Mendoyo yaitu 447 kg/ha/th

(2012) menjadi 623 kg/ha/th (2013) atau 28,3%.

Page 19: Kalimajari PAR

19

2.4. Koperasi Kerta Semaya Samaniya dan Perjalanan Program

Potensi ini harus didukung untuk mengupayakan keberlanjutan sektor kakao di Kabupaten

Jembrana. Potensi ini menjadi spesifik dan memiliki peluang serta tantangan besar dengan

keberadaan kelembagaan koperasi Kertha Semaya Samaniya yang telah memulai aktivitas

nya dalam memfasilitasi petani kakao di Kabupaten Jembrana. Dengan segala dinamika

yang mengiringi keberadaan koperasi ini, posisi dan kapasitasnya akan semakin diperkuat

sebagai bagian dari rangkaian proses sertifikasi, karena posisi koperasi yang strategis

sebagai pemegang sertifikat. Ini yang membuat proses sertifikasi di Kabupaten Jembrana

semakin memiliki warna dan kekuatan yang berbeda dengan proses sertifikasi lainnya di

Indonesia karena proses pemegang sertifikat ada pada koperasi (komunitas) bukan pada

buyer (private).

Fenomena ini membawa posisi koperasi bukan hanya sebagai pemegang sertifikat (di

tingkat primer/petani) tetapi juga memfasilitasi sampai dengan tingkat pengolahan sekunder

(produk olahan). Bukan hanya sebagai sebuah pembenaran menyebutkan bahwa proses

sertifikasi ini dari hulu sampai dengan hilir dilakukan di tingkat komunitas/koperasi, sebagai

yang pertama di Indonesia dan Kabupaten Jembrana adalah pilihan terbaik.

Selama 3 (tiga) tahun perjalanan program Kakao Lestari di Kabupaten Jembrana, teriring

berbagai cerita, dinamika dan pembelajaran yang penting dijadikan sebagai evaluasi internal

maupun menjadi spirit yang akan sangat menginspirasi petani lain, jika cerita ini dibagi.

Page 20: Kalimajari PAR

20

Puncak harapan dari upaya peningkatan kualitas dan posisi tawar terhadap harga, terbukti

pada saat koperasi berhasil membangun komunikasi dan kerjasama pemasaran dengan PT.

Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut. Premium price/harga premium yang selama ini

hanya bisa di baca dalam COC UTZ, akhirnya menjadi nyata dan dapat diterima dalam

genggaman petani.

Pengiriman perdana kakao biji kering bulan agustus 2013 telah menjadi bukti bahwa petani

dalam hal ini koperasi mampu mandiri dan berjuang untuk kesejahteraan anggotanya

khususnya petani peserta program UTZ Sertifikasi Kakao Lestari. 30 Agustus 2013, adalah

bukti bahwa karena kebersamaan dan semangat yang tanpa kenal lelah untuk berjuang

telah mengantarkan pada proses pengiriman perdana Kakao Lestari UTZ Certified.

Proses ini merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses hulu – hilir pendampingan

program. Manfaat untuk Koperasi Kertha Semaya Samaniya sebagai pemegang sertifikat :

pembenahan manajemen koperasi dilakukan secara bertahap, terencana dengan baik dan

telah diatur dengan agenda program yang disusun bersama anggota koperasi (Subak Abian

dalam hal ini). Pemenuhan standart-standart yang tertuang dalam COC UTZ Certified dari

tahun ke tahun telah menjadi salah satu acuan dalam peningkatan peran koperasi dalam

kerangka program certifikasi.

Posisi tawar koperasi terhadap harga dan pilihan pasar menjadi lebih kuat. Koperasi tidak

bergantung dengan hanya satu pasar. Proses seleksi pasar yang berkomitmen memberikan

penghargaan dalam bentuk premi kepada petani, masih terus dan terus diperjuangkan.

Koperasi saat ini telah mampu menjadi rujukan untuk tujuan studi komprehensif dari

berbagai daerah di Indonesia, yang tentunya mampu memberikan semangat untuk

memperbaiki sistem secara berkelanjutan.

Page 21: Kalimajari PAR

21

Gambar 2. Proses penandatanganan MOU antara Bapak Bupati Jembrana dengan Marketing Manager PT. Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut

Pelepasan perdana Kakao UTZ Certifikasi 30 Agustus 2013

Page 22: Kalimajari PAR

22

Peta Wilayah Program UTZ Sertifikasi Kakao Lestari Tahun

2013

Page 23: Kalimajari PAR

23

Tabel 7. Rekap Peserta Sertifikasi UTZ Komoditas Kakao Tahun ke 3 (2013-2014)

1 2 3 4 5 6 7 8

Melaya Sari Mumbul KSS-I.01.1 4 360 1,867 1,220

Nusasari Padma Sari KSS-I.02.1 8 589 5,201 3,488

Candikusuma Taman Sari KSS-I.03.1 12 850 4,756 3,108

// Moding Sari KSS-I.03.2 10 1,900 12,333 8,108

// Sari Buana KSS-I.03.3 17 830 6,272 4,099

Tuwed Sari Bumi KSS-I.04.1 5 600 4,456 3,000

Kaliakah Carang Sari KSS-II.01.1 17 1,500 16,661 11,526

Baler Bale Agung Manggala Sari KSS-II.02.1 23 1,285 5,878 3,958

Kel Pendem Merta Nadi KSS-III.01.1 14 950 8,025 4,401

Kel Batu Agung Sari Mertha KSS-III.02.1 11 1,160 6,842 4,607

Poh Santen Pala Werdi KSS-IV.01.1 5 430 3,950 1,200

// Dwi Mekar KSS-IV.01.2 22 2,928 14,904 9,776

Yehembang Kauh Amerta Nadi KSS-IV.02.1 105 12,433 54,145 36,236

// Anggrek Wangi KSS-IV.02.2 13 1,536 8,273 5,428

// Merta Pala KSS-IV.02 3 59 6,115 33,788 22,952

// Sekar Wangi KSS-IV.02.4 33 3,952 23,431 15,315

// Lokasari KSS-IV.02.5 41 3,310 21,060 13,571

Yehembang Kangin Amerta Taman Sari KSS-IV.03.1 67 3,745 16,715 10,876

// Udiana Sari KSS-IV.03.2 26 3,032 18,841 12,381

Pulukan Karya Dharma Bakti KSS-V.01.1 10 1,175 6,646 4,475

Pekutatan Kerta Laksana KSS-V.02.1 10 590 4,539 2,522

Gumbrih Merta Nadi KSS-V.03.1 18 2,775 13,515 8,905

5 Kec 14 Desa 22 SA 530 52,045 292,097 191,154

Sumber : Koperasi Kertha Samaya Samaniya Kab. Jembrana 2013-2014

Σ Pohon Kakao

Estimasi Produksi

Kering

(Kg/Tahun)

Desa Subak Abian

Melaya

Pekutatan

Kode Registrasi

Negara

Jembrana

Mendoyo

KecamatanJumlah

Anggota

Luas Lahan

(Are)

Page 24: Kalimajari PAR

24

Bagian 3

3.1. Pemetaan Awal dalam Rangkaian Program PAR

Bagian dari pelaksanaan penggalian input dan evaluasi dari program yang sudah berjalan

dan rencana aksi “bersumber dari dalam”, maka beberapa proses menuju capaian tersebut

dibangun dalam kerangka tahapan PAR yang diawali dengan pelaksanaan pemetaan awal

dan penentuan komponen riset.

Proses pemetaan awal dengan beberapa komponen kunci yang terdiri dari : perwakilan 22

subak abian peserta program sertifikasi, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Komisi B

DPRD Kabupaten Jembrana, pengurus Koperasi Kerta Semaya Samaniya. Tema diskusi

disepakati dan dibagi menjadi beberapa sub pembahasan sehingga proses perumusan

komponen dasar riset menjadi lebih detail. Tema tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menyepakati pentingnya peran PAR sebagai salah satu penentu input/masukan dalam

keberlanjutan program UTZ Certifikasi Kakao karena intinya “perbaikan program harus

dibangun dari dalam” sehingga menjadi penting proses diskusi harus partisipatif.

2. Capaian perkembangan program selama 3 tahun perjalanan program UTZ Certifikasi

Kakao Lestari

3. Review fungsi dan peran masing-masing komponen yang telah terlibat dari awal dalam

program UTZ Certifikasi Kakao Lestari

4. Penentuan stakeholder lain yang harus digali sumber informasinya dalam memperkuat

hasil PAR

5. Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program UTZ Certifikasi

Kakao Lestari

6. Harapan perbaikan pelaksanaan program sebagai bentuk aksi bersama dari

pelaksanaan PAR

Page 25: Kalimajari PAR

25

Untuk membangun dinamika diskusi menjadi aktif dan partisipatif, penyampaian

informasi, input dan pendapat, disampaikan dalam bentuk kertas metaplan yang diisi

oleh masing-masing peserta diskusi tanpa terkecuali. Untuk gambaran tentang

perkembangan program saat ini dan segala tantangannya terbagi ke dalam 3 (tiga) hal

yaitu :

Page 26: Kalimajari PAR

26

Tabel 8

Perkembangan Capaian Program UTZ Certifikasi Kakao di Kabupaten Jembrana Selama 3 (tiga) Tahun

No On Farm Off Farm Kelembagaan

1 Implementasi GAP secara intensif di tingkat

petani terbukti mampu menekan serangan

PBK mulai 2 tahun terakhir. Pelatihan GAP

di masing-masing subak telah menjadi

agenda rutin dalam program Sertifikasi

Kakao Lestari dalam setiap tahunnya. GAP

memberikan peran

Sudah dilakukan sortasi biji basah di tingkat

petani, sehingga proses fermentasi dapat

dilaksanakan dengan baik

Secara kelembagaan, subak dan UPH

menjadi semakin kuat dan solid dalam

memfasilitasi pengolahan fermentasi dan

pemasaran bersama

2 Terjadi peningkatan produksi dari tahun

2012 ke tahun 2013 dari 400 kg

kering/tahun/ha menjadi 670 kg

kering/ha/tahun

Sudah dilakukan proses pengolahan bersama

di tingkat UPH (Unit Pengolahan Hasil) yang

terdiri dari proses fermentasi dan sortasi biji

kering tahap pertama. Beberapa subak abian

belum pernah melakukan proses pengolahan

bersama sebelumnya seperti : Subak Abian

Merta Pala, Subak Abian Moding Sari, Subak

Abian Amerta Nadi (tempek Badung).

Terbangun beberapa UPH baru yang

terfasilitasi secara langsung dalam

program Kakao Lestari. UPH Merta Pala,

Tempek Badung Subak Abian Amerta Nadi

dan kemandirian subak abian Moding Sari

dan Subak Abian Sari Buana, yang

awalnya masih bergabung dengan subak

induk Taman Sari

Page 27: Kalimajari PAR

27

3 Beberapa subak sudah menerapkan system

sanitasi kebun secara berkelompok, yang

sebelumnya masih dilakukan secara

individu (Subak Merta Nadi Gumrih, Subak

Sari Buana Candikusuma).

Dilakukan pemasaran bersama dengan

mekanisme : anggota subak – subak abian –

UPH – Koperasi. Proses ini terbangun sejak

terlaksananya program sertifikasi.

Sebelumnya, proses pemasaran dilakukan

secara individu dalam jumlah yang kecil

sehingga posisi tawar petani terhadap harga

menjadi lemah.

Proses pemasaran bersama terbangun, bukan

saja karena merupakan bagian dari program

Kakao Lestari tetapi karena spirit anggota dan

koperasi untuk dapat meningkatkan posisi

tawar petani terhadap kuantitas, kualitas dan

harja jual.

Team ICS yang semakin kuat dan solid

serta peranan beberapa PPL sebagai team

ICS, terbukti riil memberikan kontribusi

besar dalam melakukan pendampingan

secara intensif bersama koperasi di tingkat

subak.

4 Tradisi masyarakat Bali yang pada

umumnya memelihara ternak di kebun

(kambing, sapi, babi) sangat membantu

dalam memberikan input pupuk pada

tanaman kakao. Terdapat temuan menarik

di beberapa subak abian (Amerta Nadi,

Anggrek Wangi dan Merta Pala) dengan

menempatkan kandang kambing secara

Peningkatan pemahaman pengolahan pasca

panen. Proses pelatihan GMP bersama dari

subak abian peserta program Kakao Lestari

telah memberikan dampak positif terhadap

kualitas biji kakao kering yang dapat

dihasilkan. Satu prestasi yang telah dibuktikan

adalah semua persyaratan/spesifikasi biji

kakao dari buyer telah dipenuhi denga baik,

Koperasi Kerta Semaya Samaniya telah

membuktikan eksistensi secara

kelembagaan dalam membangun

kerjasama pemasaran secara langsung.

Bukti nyata dari hal ini adalah

terbangunnya kerjasama antara koperasi

dengan PT. Papandayan Cocoa Industry

Barry Callebaut dengan pengiriman biji

Page 28: Kalimajari PAR

28

berpindah-pindah di areal kebun sesuai

dengan kebutuhan, sehingga efisien dari

sisi pengangkutan pupuk kandang.

tanpa ada “claim”. kakao kering perdana tanggal 30 Agustus

2013.

5 Proses peremajaan tanaman (bagian dari

program GERNAS) cukup memberikan

andil dalam peningkatan produksi.

Peremajaan dan kemudahan dalam sanitasi

kebun merupakan bagian penting dari

prinsip GAP yang selalu dikampanyekan

dalam program kakao lestari

Manfaat dari sisi pendapatan petani telah

dinikmati secara langsung, salah satu nya

dalam bentuk pemberian harga premium

untuk produk kakao lestari/UTZ sertifikasi.

Secara nyata premi yang dapat diperoleh

70 U$D/MT.

6 Pengurangan input kimia yang

dipersyaratkan dalam program UTZ

Sertifikasi, mampu memberikan dampak

positif dalam perawatan kebun. Inovasi

penerapan musuh alami seperti sarang

semut, terbukti cukup efektif dalam

peningkatan produksi.

Sumber : Hasil Analisa

Page 29: Kalimajari PAR

29

Tabel 9

Review kembali peran dan fungsi masing-masing komponen

No Dinas/Instansi/Lembaga

dan Komponen lainnya

Peran yang telah terbangun

1 Petani kakao/anggota subak Sasaran utama program, peran yang telah diberikan :

pelaksana seluruh tahapan program kakao lestari,

implementasi/pelaksana proses GAP, GMP, dalam tata

rantai pemasaran bersama, melakukan panen, sortir dan

penyetoran biji basah ke subak/UPH

Melakukan proses pencatatan seluruh aktivitas kebun

dan panen dituangkan dalam buku catatan kebun/farm

diary

Pendukung utama dan mengambil peran yang paling

strategis dalam tata rantai pemasaran bersama di bawah

payung kordinasi koperasi.

2 Subak dan UPH Secara kelembagaan memiliki peran strategis dalam

memfasilitasi/mengorganisasi petani untuk melakukan

perubahan secara bertahap maju

Subak secara kelembagaan mulai berbenah terutama

dari sisi peranannya dalam palemahan (ekonomi

produktif), salah satu indikasi nyata adalah mulai

dibangun dan diperkuat berbagai aktivitas unit usaha

(koperasi, olah fermentasi ataupun unit simpan pinjam)

UPH (Unit Pengolahan Hasil) memberikan kontribusi

besar selama proses pelaksanaan program dalam olah

fermentasi (peningkatan kualitas), proses sortasi,

penguatan UPH dalam berbagai proses pelatihan dan

menanamkan pondasi semangat bersama.

Pelaksana kemampu telusuran di tingkat subak/UPH

3 Koperasi Kerta Semaya

Samaniya (KSS)

Sebagai pemegang sertifikat (certification holder)

Pemegang kendali seluruh administrasi/dokumen di

tingkat “C”

Sesuai fungsinya sebagai pemegang sertifikat, koperasi

selama ini telah mengambil peran untuk membangun

Page 30: Kalimajari PAR

30

kerjasama pemasaran langsung dengan pihak pabrik

(PT. Papandayan Cocoa Industry Barry Callebaut)

Memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan

program sertifikasi meliputi informasi tentang GAP, GMP,

GHP dan pengolahan pasca panen yang baik dan benar

Membangun komunikasi yang intensif dengan berbagai

pihak eksternal (pemerintah, DPRD dan berbagai pihak

lain yang relevan terhadap pelaksanaan program).

4 Dinas Perkebunan Kabupaten

Jembrana

Memfasilitasi pelaksanaan demplot kebun di 22 subak

peserta sertifikasi

Memfasilitasi berbagai pelatihan di tingkat subak dan

petani

Memberikan dukungan pendanaan untuk survailance

untuk tahun ke 3

Membangun komunikasi yang intensif dengan

dinas/instansi terkait lainnya (Bappeda, Dinas Koperasi,

Ekbangsos dll)

4 Dinas Koperasi Kabupaten

Jembrana

Memfasilitasi masalah perijinan dan administrasi lainnya

terkait dengan aspek legalitas koperasi

Memberikan pelatihan terkait dengan manajemen

koperasi

Memfasilitasi Koperasi Kerta Semaya Samaniya dalam

membangun akses perbankan/permodalan

5 Dinas Perkebunan Provinsi

Bali

Memfasilitasi berbagai pelatihan di tingkat petani yang

berkaitan dengan GAP, GMP dan GHP

Memberikan dukungan pendanaan untuk survailance di

tahun ke 2

Membangun komunikasi intensif dengan Departemen

Pertanian dalam pengembangan program kakao lestari

secara berkelanjutan.

Sumber : Hasil Analisa

Page 31: Kalimajari PAR

31

Tantangan yang dihadapi selama ini dalam pelaksanaan program UTZ Sertifikasi Kakao

Lestari. Berdasarkan pemetaan terkait dengan beberapa tantangan yang dihadapi oleh

semua komponen peserta diskusi adalah :

No Tahapan Proses Tantangan

1 GAP Jumlah petani dampingan yang cukup banyak, memberikan

tantangan tersendiri untuk proses GAP di lapangan

terutama sanitasi tanaman dan lingkungan (pemangkasan,

pemanenan buah kakao yang hitam).

Umur tanaman yang sudah kurang produktif (rata-rata di

atas 20 tahun)

Belum semua petani mau dan mampu melakukan sambung

samping atau proses peremajaan tanaman yang sudah tua,

sehingga berpengaruh terhadap hasil.

Belum maksimal nya input pupuk sehingga berpengaruh

pada bean count

2 Pasca Panen (khusus

proses fermentasi biji

kakao basah), GMP dan

GHP.

Rendahnya input pupuk sehingga berdampak pada kurang

maksimalnya kualitas bean count terutama pada saat

panen tahap akhir, sehingga hal ini berdampak pada

terputusnya proses olah fermentasi di panen ke dua (akhir

tahun)

Belum semua produksi kakao basah dari petani dapat

diolah di tingkat UPH/subak

Beberapa petani masih memiliki keterikatan hutang dengan

tengkulak, sehingga kakao basah belum bisa diserahkan

sepenuhnya ke subak/UPH

Masih belum maksimalnya pemahaman petani tentang

proses sortasi biji kering tahap akhir sesuai dengan standart

SNI/spesifikasi pabrik. Hal ini mewajibkan koperasi harus

melakukan proses control kualitas tahap akhir untuk

meminimalisasi pengurangan margin.

Pendanaan untuk pelaksanaan pelatihan GMP secara

kontinyu setiap tahunnya untuk memastikan semua subak

peserta program sertifikasi dapat memahami spesifikasi

kualitas dengan baik

Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji

Page 32: Kalimajari PAR

32

kakao basah maupun kering belu dapat dilakukan secara

maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan

pelatihan yang intensif

4 Kelembagaan (subak dan

koperasi)

Ketersediaan modal di tingkat subak dan koperasi belum

maksimal untuk membeli biji kakao basah maupun kering

dari petani atau subak/UPH

Penguatan kelembagaan Subak dan koperasi harus

dilakukan secara berkelanjutan

Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji

kakao basah maupun kering belum dapat dilakukan secara

maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan

pelatihan yang intensif

Penguatan Subak/UPH dari sisi pengembangan ekonomi

produktif (palemahan dan pawongan, jika dilihat dari

Konsep Tri Hita Karana).

5 Alih fungsi vegetasi Alih fungsi vegetasi/tanaman kakao dengan tanaman keras

(sengon, jati, kajimas dll) menjadi tantangan tersendiri

dalam pelaksanaan program

Meskipun alih fungsi vegetasi saat ini mencapai 10% dari

sebaran lahan secara keseluruhan, tetapi kondisi ini patut

untuk diantisipasi agar tidak meluas

Terkait dengan trend alih fungsi vegetasi ini, tantangan

paling besar saat ini bagaimana upaya membangun

“kegairahan” petani kakao untuk merawat kembali kebun

sebagai “tabungan abadi/lestari”.

6 Keterlibatan perempuan Peranan perempuan dalam proses budidaya/ on farm

sampai dengan pasca panen, sangat tinggi. Tetapi peranan

perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat subak,

masih sangat rendah. Dalam struktur kepengurusan

subak/UPH, posisi perempuan belum menunjukkan posisi

yang strategis.

Eksistensi perempuan petani kakao selama ini terfasilitasi

dari lembaga KWT (Kelompok Wanita Tani) yang arahnya

lebih pada proses diversifikasi produk olahan, peran inilah

yang harus diperkuat sehingga mampu memberikan posisi

tawar keterlibatan perempuan dalam posisi yang strategis.

Upaya-upaya membangun akses keterlibatan perempuan

dalam team ICS dan team strategis lainnya dalam program

Page 33: Kalimajari PAR

33

kakao lestari wajib untuk diperkuat

7 Membangun komunikasi

yang intensif

Membangun komunikasi yang intensif antar dinas/instansi

terkait perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Membangun korelasi program yang sinergis merupakan

salah satu harapan dari program ini, sehingga terbangun

kekuatan besar untuk memberikan dukungan yang kuat

dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya komoditi

kakao di Kabupaten Jembrana.

Secara riil harus diakui bahwa, alih vegetasi di beberapa

lahan produktif petani kakao merupakan salah satu indikasi

bahwa komunikasi antar dinas teknis belum terbangun

dengan baik.

Sumber : Hasil Analisa

Beberapa catatan penting yang menjadi pembahasan utama dalam diskusi ini oleh segenap

stakeholder yang hadir adalah :

1. Pentingnya keberlanjutan program kakao lestari, sehingga kebutuhan akan

pendampingan juga menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan

program.

2. Upaya untuk melanjutkan program dengan membangun komunikasi yang intensif

dengan berbagai komponen baik pemerintah, swasta, lembaga donor internasional,

lembaga perbankan dan lembaga terkait lainnya.

3. Pentingnya dukungan yang berlanjut dari para pimpinan daerah (pengambil

kebijakan) dalam memberikan dukungan kebijakan untuk kebelanjutan program

4. Komunikasi yang intensif harus dibangun dengan dinas/instansi terkait lainnya.

Misalnya jika dilihat dalam kasus maraknya tingkat alih fungsi vegetasi dari pohon

kakao ke tanaman keras lainnya, kesepahaman dan dukungan program harus

dibangun secara sinergis dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Jembrana.

5. Komitmen dan dukungan dari subak abian dan petani dalam membangun

keberlanjutan pemasaran bersama juga menjadi hal penting lainnya.

Page 34: Kalimajari PAR

34

3.2 Pemetaan Partisipatif

Pengumpulan data secara partisipatif dilakukan melalui proses FGD di tingkat subak terkait

dengan perkembangan kakao lestari. Berdasarkan data-data yang berkaitan dengan non

spasial dan data spasial yang terkait dengan sebaran potensi kakao dan digali kembali

dalam proses FGD maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :

Dalam proses FGD dihasilkan transek alur perjalanan program yang disajikan dalam tabel

dibawah ini. Secara umum hasil yang dibahas adalah bagaimana proses GAP dapat

berjalan dengan baik sehingga harapan peningkatan hasil produksi dan pendapatan dapat

meningkat secara bertahap maju.

Subak Abian Dwi Mekar

Proses FGD dilaksanakan dengan melibatkan

perwakilan dari anggota subak dan perwakilan dari

kelompok perempuan. Hasil dari masing-masingsubak

terangkum dalam tabel alur perkembangan kakao dan

analisa peta/spasial.

Subak Abian Merta Pala

Proses FGD terselenggara dengan balutan nuansa

adat. Beberapa hal penting yang muncul dari proses

FGD adalah : alur sejarah perkembangan komoditi

kakao dan ketegasan pemerintah dalam membatasi

alih fungsi lahan dan konversi tanaman kakao menjadi

tanaman keras lainnya.

Subak Abian Manggala Sari

Diskusi yang berkembang berkaitan dengan harapan

keberlanjutan program.

Page 35: Kalimajari PAR

35

Merta Nadi Pendem

Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam

program Kakao Lestari, diskusi/FGD banyak

berkembang berkaitan dengan transek alur

perkembangan kakao da harapan terkait dengan

keberlanjutan program kakao lestari

Pala Werdi

Secara detail hasil FGD tertuang dalam tabel dan

analisa peta secara spasial. Sebagai subak abian

yang baru tergabung dalam program Kakao Lestari,

diskusi/FGD banyak berkembang berkaitan dengan

transek alur perkembangan kakao da harapan terkait

dengan keberlanjutan program kakao lestari

Sari Buana

Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam

program Kakao Lestari, diskusi/FGD banyak

berkembang berkaitan dengan transek alur

perkembangan kakao da harapan terkait dengan

keberlanjutan program kakao lestari

Sari Bumi Tuwed

Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam

program Kakao Lestari, diskusi/FGD banyak

berkembang berkaitan dengan transek alur

perkembangan kakao dan harapan program

Page 36: Kalimajari PAR

36

Sari Merta

Sebagai subak abian yang baru tergabung dalam

program Kakao Lestari, diskusi/FGD banyak

berkembang berkaitan dengan transek alur

perkembangan kakao.

Page 37: Kalimajari PAR

37

Tabel10

1 2 3 4Melaya Sari Mumbul

Nusasari Padma Sari

Candikusuma Taman Sari

Tuwed Sari Bumi

Candikusuma Moding Sari

Candikusuma Sari Buana

Kaliakah Carang Sari

Baler Bale Agung Manggala Sari

Kel Pendem Merta Nadi

Kel Batu Agung Sari Mertha

Poh Santen Pala Werdi

Poh Santen

Dwi Mekar

Yehembang Kauh Amerta Nadi

Yehembang Kauh Anggrek Wangi

Yehembang Kauh Merta Pala

Yehembang Kauh Sekar Wangi

Yehembang Kauh Lokasari

Yehembang Kangin Amerta Taman Sari

Yehembang Kangin Udiana Sari

Pulukan Karya Dharma Bakti

Pekutatan Kerta Laksana

Gumbrih Merta Nadi

5 Kec 14 Desa 22 SA

Sumber : hasil Analisa

TRANSEK ALUR SEJARAH PERKEMBANGAN KOMODITI KAKAO DI KABUPATEN JEMBRANA

Serangan PBK ke arah timur (Kecamatan Pekutatan) lebih lambat

dibandingkan dengan wilayah barat. Beberapa faktor yang menyebabkan

adalah gugusan pegunungan yang membentang ke arah Buleleng,

menyebabkan iklim mikro sedikit lebih lembab. Serangan PBK cukup tinggi dan

proses recovery cukup lambat di kecamatan ini. Topografi yang curam, usia

tanam yang sudah tidak/tua, sangat berpengaruh terhadap upaya recovery.

Rendahnya kesadaran petani untuk melaksanakan GAP dengan baik juga

sebagai faktor andil akan lambatnya penanganan serangan PBK dan penyakit

lainnya.

Mendoyo

Pekutatan

Kecamatan Desa Subak Abian

Melaya

Negara

Jembrana

Perjalanan Program

Mulai menanam kakao tahun 1980an. Pertumbuhan pesat sampai tahun 1999,

serangan hama dan penyakit tidak terlalu tinggi. Kakao mencapai masa

puncak pada tahun ini dan mapu memberikan sumber penghidupan yang tinggi

bagi masyarakatnya.

Tahun 1982, kakao dianjurkan oleh Dinas Perkebunan. Pertumbuhan sangat

pesat, tidak ada serangan penyakit hingga puncaknya di tahun 1999.

Memasuki tahun 2000, mulai muncul penyakit, serangan PBK. Petani masih

bertahan, dibantu pihak dinas dan LSM. PBK menyerang selama ± 3 tahun

berturut-turut. Semakin lama mulai ada anjuran dan pelatihan untuk melakukan

pemeliharaan kakao. Sehingga tahun 2005, setelah ada pemeliharaan,

produksi mulai meningkat lagi dan bertahan. Disaat diberikan pupuk, hasil

lebat. Namun akibat serangan hama terus menerus, umur tanaman semakin

tua dan kurang pemupukan karena kekurangan modal, tanaman belum pulih

total dari penyakit dan masih rentan penyakit. Produksi menurun kembali.

Sejak tahun 2009 terjadi anomali iklim, perubahan cuaca ekstrim. Musim panas

yang terlalu panjang kemudian disusul hujan yang sangat tinggi. Serangan

PBK semakin meluas dan banyak bakal buah yang busuk, gagal bunga.

Penurunan hasil yang drastis hingga tahun 2011. Pada tahun 2011, digalakkan

Gertakdal, Gernas dan program sertifikasi. Bantuan dari dinas berupa alat dan

rumah semut yang akan merupakan predator alami untuk hama helopeltis dan

PBK. Program sertifikasi ini program terpanjang yaitu 4 tahun berturut-turut,

perbaikan cara penanganan kakao dari hulu sampai hilir dan menjamin pasar

dengan harga yang tinggi sesuai kualitas hasil. Penyakit semakin berkurang ±

50 %. Peningkatan produksi berangsur meningkat secara signifikan sampai

saat ini. Akibat serangan hama yang terus menerus, ada juga beberapa

kelompok petani yang beralih fungsi vegetasi sejak tahun 2006. Jenis yang

ditanam adalah tanaman keras seperti sengon, jimas dan jati jumlahnya ± 10

%. Biasanya daerah-daerah yang tidak cocok untuk kakao seperti daerah

miring dan tidak terjangkau untuk kakao ditanami tanaman keras tersebut.

Page 38: Kalimajari PAR

38

Penyampaian Review Hasil Diskusi Pemetaan Awal

Penyampaian beberapa hasil diskusi sebelumnya sebagai bahan untuk proses diskusi lebih lanjut sehingga terbangun kesatuan program yang sinergi. Point penting yang banyak diulas adalah tentang komitmen keberlanjutan dari semua pihak yang terlibat sejak awal program Kakao Lestari sampai dengan tahap ini.

Untuk selanjutnya, sebelum melakukan dan membuat rencana aksi perlu disepakati bersama dari beberapa tema (on farm, kelembagaan, off farm serta market dan distribusi) dan table Tantangan yang dihadapi seiring perjalanan program, menjadi 2 (titik) kunci dalam pembahasan rencana aksi.

Bagian 4

Rencana Aksi

Diskusi rencana aksi ini dimaksudkan untuk

menyusun rencana besar Program Kakao Lestari

Kabupaten Jembrana dan pembangunan

perkebunan khususnya komoditas kakao di

Kabupaten Jembrana. Dengan demikian

siapapun nantinya yang akan meneruskan

kepemimpinan Jembrana ke depan sudah

memiliki arah kebijakan / direction dalam

mengembangkan sektor unggulan/ komoditi

unggulan Kabupaten Jembrana. Dengan

demikian harapan untuk mewujudkan Kakao

Lestari dan Berkelanjutan dapat tercapai, terjaga

dan kongkrit terbangun kontribusi dari semua

komponen

ANALISA TRANSEK

ALUR HAMA PBK

Analisa transek alur penyebaran PBK & HELOPELTIS di kab.Jembrana.

Faktor penyebab Anomali iklim yang ekstrim(gagal bunga)

dan Gap yang tidak intensif. (gagal bunga)

PROSES RECOVERY

Analisa transek alur penyebaran PBK & HELOPELTIS di kab.Jembrana.

Faktor penyebab Anomali iklim yang ekstrim(gagal bunga)

dan Gap yang tidak intensif. (gagal bunga)

Page 39: Kalimajari PAR

39

Pembagian Kelompok berdasarkan tantangan yang dihadapi (hasil diskusi pada saat

pemetaan awal) :

Kelompok GAP, GMP dan GHP No Tahapan Proses Tantangan

1 GAP Jumlah petani dampingan yang cukup banyak, memberikan tantangan tersendiri untuk proses GAP di lapangan terutama sanitasi tanaman dan lingkungan (pemangkasan, pemanenan buah kakao yang hitam).

Umur tanaman yang sudah kurang produktif (rata-rata di atas 20 tahun)

Belum semua petani mau dan mampu melakukan sambung samping atau proses peremajaan tanaman yang sudah tua, sehingga berpengaruh terhadap hasil.

Belum maksimal nya input pupuk sehingga berpengaruh pada bean count

2 Pasca Panen (khusus proses fermentasi biji kakao basah), GMP dan GHP.

Rendahnya input pupuk sehingga berdampak pada kurang maksimalnya kualitas bean count terutama pada saat panen tahap akhir, sehingga hal ini berdampak pada terputusnya proses olah fermentasi di panen ke dua (akhir tahun)

Belum semua produksi kakao basah dari petani dapat diolah di tingkat UPH/subak

Beberapa petani masih memiliki keterikatan hutang dengan tengkulak, sehingga kakao basah belum bisa diserahkan sepenuhnya ke subak/UPH

Masih belum maksimalnya pemahaman petani tentang proses sortasi biji kering tahap akhir sesuai dengan standart SNI/spesifikasi pabrik. Hal ini mewajibkan koperasi harus melakukan proses control kualitas tahap akhir untuk meminimalisasi pengurangan margin.

Pendanaan untuk pelaksanaan pelatihan GMP secara kontinyu setiap tahunnya untuk memastikan semua subak peserta program sertifikasi dapat memahami spesifikasi kualitas dengan baik

Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji kakao basah maupun kering belu dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan pelatihan yang intensif

Hasil diskusi dengan kelompok GAP di capai beberapa input/masukan menarik untuk

dijalankan secara bersama-sama dalam rencana aksi.

No Tantangan Rencana Aksi

1 Jumlah petani dampingan yang cukup

banyak, memberikan tantangan

tersendiri untuk proses GAP di

lapangan terutama sanitasi tanaman

dan lingkungan (pemangkasan,

pemanenan buah kakao yang hitam).

Optimalisasi peran ICS dan Kelihan (Ketua)

Subak dalam proses pendampingan di tingkat

petani

Surat penegasan/penunjukkan tentang peran

PPL dalam memfasilitasi program Kakao

Lestari

Evaluasi rutin team ICS, Dinas Perkebunan,

koperasi dan pedamping, minimal aktivitas ini

dilaksanakan 1 bulan sekali

Mempertegas evaluasi pelaksanaan demplot

agar mampu memberikan dampak riil terhadap

Page 40: Kalimajari PAR

40

minat petani untuk mengimplementasikan GAP

dengan baik.

Dampak demplot, secara visual dapat dilihat

oleh petani lain sehingga mampu memberikan

motivasi. Cara ini cukup efektif untuk

menyadarkan pentingnya sanitasi untuk

meningkatkan hasil (jika dikaitkan dengan

COC, beberapa pasal krusial tentang sanitasi

pasal 7, 12 dapat diadopsi oleh petani dengan

baik).

2 Umur tanaman yang sudah kurang

produktif (rata-rata di atas 20 tahun)

Membangun gerakan penyadaran pentingnya

peremajaan tanaman melalui sambung pucuk

dan sambung samping.

3 Belum semua petani mau dan mampu

melakukan sambung samping atau

proses peremajaan tanaman yang

sudah tua, sehingga berpengaruh

terhadap hasil.

Pentingnya pelatihan dan pendampingan yang

intensif

4 Belum maksimal nya input pupuk

sehingga berpengaruh pada bean

count

Pelatihan GAP, optimalisasi SL dan

pendampingan intensif oleh semua pihak

Input pupuk kandang sangat optimal dilakukan,

melihat kultur petani kakao di Jembrana hampir

sebagian besar memelihara ternak di areal

kebun masing-masing.

Pelatihan input pupuk yang benar sesuai

dengan dosis yang disarankan menjadi

kebutuhan penting dalam pelatihan GAP,

demikian pula halnya dengan pelatihan GMP

dan GHP terkait dengan upaya subak/UPH dan

koperasi akan melakukan kerjasama

pemasaran secara berkelanjutan.

Page 41: Kalimajari PAR

41

No Tahapan Proses Tantangan

1 Kelembagaan (subak dan koperasi)

Ketersediaan modal di tingkat subak dan koperasi belum maksimal untuk membeli biji kakao basah maupun kering dari petani atau subak/UPH

Penguatan kelembagaan Subak dan koperasi harus dilakukan secara berkelanjutan

Proses kemamputelusuran tata niaga/tata alir produk biji kakao basah maupun kering belum dapat dilakukan secara maksimal sehingga perlu proses pendampingan dan pelatihan yang intensif

Penguatan Subak/UPH dari sisi pengembangan ekonomi produktif (palemahan dan pawongan, jika dilihat dari Konsep Tri Hita Karana).

2 Keterlibatan perempuan Peranan perempuan dalam proses budidaya/ on farm sampai dengan pasca panen, sangat tinggi. Tetapi peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat subak, masih sangat rendah. Dalam struktur kepengurusan subak/UPH, posisi perempuan belum menunjukkan posisi yang strategis.

Eksistensi perempuan petani kakao selama ini terfasilitasi dari lembaga KWT (Kelompok Wanita Tani) yang arahnya lebih pada proses diversifikasi produk olahan, peran inilah yang harus diperkuat sehingga mampu memberikan posisi tawar keterlibatan perempuan dalam posisi yang strategis.

Upaya-upaya membangun akses keterlibatan perempuan dalam team ICS dan team strategis lainnya dalam program kakao lestari wajib untuk diperkuat

Hasil diskusi dengan kelompok kelembagaan, beberapa input/masukan menarik untuk

dijalankan secara bersama-sama dalam rencana aksi.

No Tantangan Rencana Aksi

1 Ketersediaan modal di tingkat subak

dan koperasi belum maksimal untuk

membeli biji kakao basah maupun

kering dari petani atau subak/UPH

Penguatan kelembagaan Subak dan

koperasi harus dilakukan secara

berkelanjutan

Proses kemamputelusuran tata

niaga/tata alir produk biji kakao basah

maupun kering belum dapat dilakukan

secara maksimal sehingga perlu

Riil…sangat diperlukan pelatihan manajemen

kemampu telusuran khusus untuk administrasi

tingkat subak/UPH dan koperasi

Tahun 2014 penguatan modal dari Bank BPD

untuk dukungan koperasi harus terealisasi

Merger/proses penggabungan beberapa UPH

yang selama ini belum efektif dan optimal

dengan UPH yang stabil sehingga terjadi

proses pembelajaran.

Page 42: Kalimajari PAR

42

proses pendampingan dan pelatihan

yang intensif

Penguatan Subak/UPH dari sisi

pengembangan ekonomi produktif

(palemahan dan pawongan, jika dilihat

dari Konsep Tri Hita Karana).

2 Peranan perempuan dalam proses

budidaya/on farm sampai dengan

pasca panen, sangat tinggi. Tetapi

peranan perempuan dalam

pengambilan keputusan di tingkat

subak, masih sangat rendah. Dalam

struktur kepengurusan subak/UPH,

posisi perempuan belum menunjukkan

posisi yang strategis.

Eksistensi perempuan petani kakao

selama ini terfasilitasi dari lembaga

KWT (Kelompok Wanita Tani) yang

arahnya lebih pada proses diversifikasi

produk olahan, peran inilah yang harus

diperkuat sehingga mampu

memberikan posisi tawar keterlibatan

perempuan dalam posisi yang

strategis.

Upaya-upaya membangun akses

keterlibatan perempuan dalam team

ICS dan team strategis lainnya dalam

program kakao lestari wajib untuk

diperkuat

Penambahan team ICS khusus perempuan,

terbukti selama 3 tahun proses ditemukan

beberapa local champion perempuan yang

cukup tangguh dalam menyuarakan perubahan

di tingkat GAP dan GMP (Bu Luh Sri Kareni, Ni

Komang Nandri)

Pendampingan dan pelatihan untuk

peningkatan kapasitas KWT dalam

pengembangan ekonomi produktif

Mengembangkan kebun demplot yang dikelola

sepenuhnya oleh perempuan, sebagai sebuah

pembelajaran tentang keseimbangan peran

Membentuk team kelompok perempuan

(gabungan dari beberapa subak) untuk

membentuk team “perempuan penggerak

perubahan – strong women, strong nation”.

Perempuan ini akan mendapatkan akses yang

sama terhadap semua pelatihan. Diskusi

menarik di Subak Moding Sari telah

memberikan spirit baru bahwa perempuan

memerlukan pelatihan teknis seperti sambung

samping dan sambung pucuk untuk dapat

memberikan kontribusi riil minimal di kebun

sendiri maupun berpartisipasi dalam program-

program yang lebih luas.

Page 43: Kalimajari PAR

43

No Tahapan Proses Tantangan

1 Alih fungsi vegetasi Alih fungsi vegetasi/tanaman kakao dengan tanaman keras (sengon, jati, kajimas dll) menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program

Meskipun alih fungsi vegetasi saat ini mencapai 10% dari sebaran lahan secara keseluruhan, tetapi kondisi ini patut untuk diantisipasi agar tidak meluas

Terkait dengan trend alih fungsi vegetasi ini, tantangan paling besar saat ini bagaimana upaya membangun “kegairahan” petani kakao untuk merawat kembali kebun sebagai “tabungan abadi/lestari”.

2 Membangun komunikasi yang intensif

Membangun komunikasi yang intensif antar dinas/instansi terkait perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Membangun korelasi program yang sinergis merupakan salah satu harapan dari program ini, sehingga terbangun kekuatan besar untuk memberikan dukungan yang kuat dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya komoditi kakao di Kabupaten Jembrana.

Secara riil harus diakui bahwa, alih vegetasi di beberapa lahan produktif petani kakao merupakan salah satu indikasi bahwa komunikasi antar dinas teknis belum terbangun dengan baik.

Hasil diskusi dengan kelompok sinergitas program, beberapa input/masukan menarik untuk

dijalankan secara bersama-sama dalam rencana aksi.

No Tantangan Rencana Aksi

1 Alih fungsi vegetasi/tanaman kakao

dengan tanaman keras (sengon, jati,

kajimas dll) menjadi tantangan

tersendiri dalam pelaksanaan program

Meskipun alih fungsi vegetasi saat ini

mencapai 10% dari sebaran lahan

secara keseluruhan, tetapi kondisi ini

patut untuk diantisipasi agar tidak

meluas

Terkait dengan trend alih fungsi

Satu-satu nya cara untuk menekan alih fungsi

lahan dan alih vegetasi adalah membuat

komoditi ini menjadi bergengsi dan menarik

dari sisi harga. Cara yang paling tepat adalah

membangun akses pasar langsung (direct

market) dengan pabrik sehingga dapat

diperoleh harga tinggi. Kerjasama pasar yang

sudah dibangun saat ini, wajib untuk

dipertahankan dan dilanjutkan.

Pengembangan klon-klon unggulan setempat

Page 44: Kalimajari PAR

44

vegetasi ini, tantangan paling besar

saat ini bagaimana upaya membangun

“kegairahan” petani kakao untuk

merawat kembali kebun sebagai

“tabungan abadi/lestari”.

sangat dibutuhkan

2 Membangun komunikasi yang intensif

antar dinas/instansi terkait perlu

dilakukan secara sistematis dan

berkelanjutan. Membangun korelasi

program yang sinergis merupakan

salah satu harapan dari program ini,

sehingga terbangun kekuatan besar

untuk memberikan dukungan yang

kuat dalam mendorong tumbuh dan

berkembangnya komoditi kakao di

Kabupaten Jembrana.

Secara riil harus diakui bahwa, alih

vegetasi di beberapa lahan produktif

petani kakao merupakan salah satu

indikasi bahwa komunikasi antar dinas

teknis belum terbangun dengan baik.

Sinkronisasi program dan kordinasi antar dinas

terkait untuk membangun program yang

sinergis. Komunikasi ini dapat dibangun

dengan diskusi, evaluasi, kordinasi sinergitas

program.

Page 45: Kalimajari PAR

45

1. Pentingnya proses pembelajaran secara terus menerus (continous learning) antara

petani, antara lembaga dan antar pelaku program.

2. Pentingnya dokumentasi/publikasi sebagai bukti rekam jejak proses perjuangan

petani kakao, subak, koperasi, pendamping, pemerintah dan pihak lain yang telah

membantu pelaksanaan proses selama ini. Publikasi diperlukan bukan dalam

rangka “pamer” program tetapi lebih pada semangat berbagi proses pembelajaran

penting yang telah digali, dijalani dan dirasakan manfaatnya oleh petani dan

koperasi selama ini (lesson learn). Ide yang tercetus dari proses tersebut adalah

rencana pelaksanaan Jembrana Kakao Festival, sebuah ajang festival dari

petani, oleh petani dan untuk sesama petani. Sebuah wadah dimana spirit kakao

akan dibangun dan setiap insan petani kakao masih memiliki sisa kebanggaan

bahkan membangun kembali kebanggaan akan komoditi kakao agar lestari di bumi

Jembrana dan bumi nusantara pada umumnya. Proses perjuangan petani kakao

Jembrana selama 3 (tiga) tahun perlu diapresiasi dalam momemt special namun

sarat akan nuansa berbagi.

3. Terkait dengan rencana Jembrana Kakao Festival dan proses evaluasi serta

pembelajaran yang terus menerus (continous learning), diperlukan metoda khusus

untuk merekam dan menganalisa perubahan yang terjadi terutama pada petani

kakao sebagai sasaran utama pelaksanaan program. Perubahan tersebut nyata

adanya dan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk petani itu sendiri

dan petani kakao lainnya. Foto atau visual secara riil menggambarkan perubahan

yang dapat terekam. A Picture tells a thousand word…..sebuah gambar dapat

menceritakan ribuan kata. Harapan besar dengan ribuan kata dan perpaduan warna

dapat memberikan inspirasi untuk petani lain dalam melakukan perubahan. Foto

perubahan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari pelaksanaan festival sehingga

petani kakao dapat menjadi actor dalam kerya mereka sendiri.

Tambahan input penting lainnya yang dapat dirangkum dalam diskusi rencana aksi ini

adalah :

Page 46: Kalimajari PAR

46

Beberapa penegasan informasi dan membangun kesepakatan dan kesepahaman program

terutama berkaitan dengan tata niaga/pemasaran bersama juga dibangun dalam diskusi ini.

Pemahaman kemamputelusuran erat kaitannya dengan pemahaman tata alur pemasaran.

Beberapa diagram dibawah ini merupakan bagian dai rencana aksi yang harus dibangun

secara terus menerus dengan petani, subak maupun UPH sehingga terbangun pola

pemahaman yang sama dalam memandang pelaksanaan program,.

Page 47: Kalimajari PAR

47

SKEMA ALUR PROSES PRODUK KAKAO SERTIFIKASI UTZ

PADA KOPERASI KERTA SEMAYA SAMANIYA

DI KABUPATEN JEMBRANA

Petani peserta sertifikasi UTZ

kakao, menyetor hasil kakao basah

ke masing-masing subak abian.

Penyetoran hasil biji kakao basah

dilakukan secara kolektif dengan

pengaturan jadwal setor yang

disesuaikan dengan jadwal

pengolahan kakao fermentasi di

masing-masing UUP yang ditunjuk

yang dikoordinasi oleh subak abain.

Biji kakao basah di sortasi untuk memilih

biji kakao basah yang baik dan berkualitas.

Selanjutnya Subak Abian secara kolektif

menyerahkan biji kakao basah ke UUP

(Unit Usaha Produktif) yang ditunjuk

berdasarkan lokasi/area terdekat untuk

dilaksanakan proses fermentasi.

Pada Proses ini dilakukan pencatatan asal

biji kakao (nama petani), kuantitas biji

beserta harganya.

Di UUP, proses fermentasi dilakukan dengan

pengawasan yang ketat sesuai dengan standar

teknis pengolahan dan code of conduct dari

sertifikasi UTZ.

Pada Proses inipun dilakukan pencatatan asal

biji kakao basah (nama subak abian), kuantitas

biji basah beserta harganya. Dan hasil biji kakao

fermentasi tersebut, dicatat berdasarkan subak

abian beserta kuantitasnya untuk disetor ke

Koperasi Kakao Kerta Samaya Samaniya.

Koperasi Kerta Samaya melakukan

penimbangan, sortasi biji fermentasi dan

pengemasan produk berlabel UTZ.

Pada Proses ini dilakukan pencatatan asal

biji kakao fermentasi (nama UUP) kuantitas

kakao fermentasi beserta harganya.

Proses Kakao Sertifikasi UTZ harus keluar

lewat satu pintu yaitu Koperasi Kerta

Samaya Samaniya selaku pemegang

sertifikasi (Sertification Holders)

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

SUBAK ABIAN

A

SUBAK ABIAN

B

SUBAK ABIAN

C

UNIT USAHA PRODUKTIF

(UUP) 1 Berada di subak abian yang

telah memiliki usaha

pengolahan fermentasi

UNIT USAHA PRODUKTIF

(UUP) 2

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ SUBAK ABIAN

D

KOPERASI KAKAO KERTA SEMAYA SAMANIYA

sekaligus juga berperan sebagai

UNIT USAHA PRODUKTIF

(UUP) 3

Page 48: Kalimajari PAR

48

SKEMA UNIT USAHA YANG DILAKUKAN KOPERASI KAKAO KERTA SEMAYA SAMANIYA

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI PESERTA

SERTIFIKASI UTZ

PETANI NON

SERTIFIKASI

PETANI NON

SERTIFIKASI

PETANI NON

SERTIFIKASI

PETANI NON

SERTIFIKASI

SUBAK ABIAN

A

SUBAK ABIAN

B

UNIT USAHA PRODUKTIF

Berada di subak abian yang telah memiliki usaha

pengolahan fermentasi

SUBAK ABIAN

A

SUBAK ABIAN

B

PETANI NON

SERTIFIKASI

UNIT USAHA PRODUKTIF

KOPERASI KAKAO KERTA SAMAYA SAMANIYA

sekaligus juga berperan sebagai

UNIT USAHA PRODUKTIF

(UUP)

KAKAO FERMENTASI

NON SERTIFIKASI

Kakao Fermentasi Sertifikasi UTZ di jual

ke buyer dengan harga premium

tertinggi

Kakao Fermentasi Non Sertifikasi di olah menjadi produk

olahan sekunder.

1. Bubuk Coklat 2. Minuman Coklat 3. Aneka kue Coklat

4. Permen Coklat

Produk Olahan Primer dengan nilai tambah yang tinggi.

Produk Olahan sekunder yang juga

memiliki nilai tambah yang

tinggi.

Garis pemisah produk kakao

Page 49: Kalimajari PAR

49

SKEMA EKONOMI PRODUKTIF PETANI KAKAO DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

POTENSI SUMBER DAYA ALAM

(Tanaman Perkebunan Kakao)

PETANI KAKAO

(Penyediaan Bahan Baku)

SUBAK ABIAN PADMA SARI

(Quality control kakao petani)

KOPERASI KAKAO KERTA SAMAYA SAMANIYA

(Proses Pengolahan Fermentasi)

PENGOLAHAN PRIMER

(Bahan Baku Kakao Fermentasi)

PENGOLAHAN SEKUNDER (Produk Olahan Kakao Fermentasi)

Fermentasi

Sertifikasi UTZ Fermentasi

Non Sertifikasi UTZ

PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF

1. Pemasaran hasil produk olahan kakao.

2. Pembuatan aneka makanan/kue dan minuman berbahan baku coklat.

3. Pengembangan Desa Nusasari sebagai pusat sentra penghasil coklat, mulai dari hulu sampai hilir. Dari budidaya tanaman kakao sampai kepada produk jadi siap saji berbahan baku coklat.

4. Desa Nusasari merupakan desa penghubung dengan Desa Wana Wisata Ekasari, sehingga hal ini menjadi potensi yang besar untuk memasarkan produk kakao khas Jembrana.

5. Meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum di Desa Nusasari

Penjualan Bahan Baku Kakao Fermentasi sertifikasi UTZ

dengan HARGA PREMIUM

PENGEMBANGAN EKONOMI PRODUKTIF

1. Menumbuhkan semangat petani untuk meningkatkan hasil (kuantitas dan kualitas).

2. Mendapatkan harga bahan baku premium.

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat petani kakao di Desa Nusasari.

Page 50: Kalimajari PAR

50

SUBAK ABIAN AMERTA NADI

(KSS.001)

KOPERASI KAKAO KERTA SAMAYA

SAMANIYA

SUBAK ABIAN DWI MEKAR

(KSS.012)

SUBAK ABIAN MANGGALA

SARI (KSS.013)

SUBAK ABIAN TAMAN SARI

(KSS.014)

SUBAK ABIAN PADMASARI

(KSS.015)

SUBAK ABIAN CARANGSARI

(KSS.018)

UPH

MERTA NADI

SUBAK ABIAN SEKAR WANGI

(KSS.004)

SUBAK ABIAN UDIANA SARI

(KSS.011)

SUBAK ABIAN LOKASARI (KSS.006)

SUBAK ABIAN NYIWI AMERTA

(KSS.008)

SUBAK ABIAN AMERTA TAMAN

SARI (KSS.009)

SUBAK ABIAN MERTA PALA

(KSS.003)

SUBAK ABIAN ANGGREK

WANGI (KSS.002)

SUBAK ABIAN MERTA

MUMBUL (KSS.010)

SUBAK ABIAN AMERTA SARI

(KSS.007)

SUBAK ABIAN MERTA NADI

(KSS.017)

SUBAK ABIAN KERTA LAKSANA

(KSS.016)

UPH

LOKASARI

UPH SEKAR

WANGI

UPH

MERTA PALA

UPH AMERTA

NADI

UPH

DWI MEKAR

UPH CARANG

SARI

UPH

TAMAN SARI

UPH KOPERASI

KSS

BUYERS

(PEMBELI)

Page 51: Kalimajari PAR

51