par i wisata

40
27 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR A. Pengertian Lingkungan Hidup Lingkungan Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka manusia tidaklah dapat hidup. Lingkungan hidup merupakan ruang kehidupan yang terdiri beberapa komponen yang saling berinteraksi secara seimbang. Proses interaksi ini disebabkan oleh fungsi yang berbeda dari masing-masing setiap individu makhluk hidup dan berusaha menjaga dan mempertahankan eksistensi dan fungsinya. Otto Soemarwoto berpendapat bahwa : “Manusia seperti halnya dengan makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia tidak dapat berdiri sendiri di luar lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah abstraksi belaka” 23) 23) Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah mada University, Yogyakarta, 1991, hlm. 18-19.

Upload: myrabukitbatas

Post on 16-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

wisata

TRANSCRIPT

  • 27

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN

    PENCEMARAN LIMBAH CAIR

    A. Pengertian Lingkungan Hidup

    Lingkungan Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama

    makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain

    itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif

    terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka manusia

    tidaklah dapat hidup.

    Lingkungan hidup merupakan ruang kehidupan yang terdiri beberapa

    komponen yang saling berinteraksi secara seimbang. Proses interaksi ini

    disebabkan oleh fungsi yang berbeda dari masing-masing setiap individu makhluk

    hidup dan berusaha menjaga dan mempertahankan eksistensi dan fungsinya.

    Otto Soemarwoto berpendapat bahwa :

    Manusia seperti halnya dengan makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia tidak dapat berdiri sendiri di luar lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah abstraksi belaka 23)

    23)

    Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah mada University, Yogyakarta, 1991, hlm. 18-19.

  • 28

    Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi

    keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan

    mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang

    lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya

    dibatasi oleh ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh

    manusia seperti faktor alam, faktor ekonomi, faktor sosial dan lain-lain.

    Tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup antara lain adalah

    terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya

    pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Oleh karena itu perencanaan

    kegiatan sejak awal sudah harus memperkirakan perubahan rona lingkungan

    akibat pembentukan suatu kondisi yang merugikan akibat diselenggarakannya

    pembangunan.

    Tidak dapat dipungkiri, setiap kegiatan pembangunan, dimana pun dan

    kapan pun pasti akan menimbulkan dampak. Dampak disini dapat bernilai positif

    yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia, dan dapat berarti negatif

    yaitu timbulnya risiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan

    sangatlah banyak, diantaranya adalah :

    1) Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata,

    2) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap sehingga terjadi perubahan stuktur ekonomi yang lebih baik, maju, sehat dan seimbang,

    3) Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi yang akan menumbuhkembangkan kemampuan dunia usaha nasional,

    4) Memperluas dan meratakan kesempatan kerja dan kemampuan berusaha,

  • 29

    5) Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. 2)

    Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang

    ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak

    segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata.

    Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih

    kompleks. Sehingga untuk mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil

    apabila dilakukan seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi

    hukum yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di dalamnya.

    Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum

    yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan

    mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah

    perbuatannya yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan

    mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad

    hidup lainnya

    Istilah hukum lingkungan ini merupakan terjemahan dari beberapa istilah, yaitu Environmental Law dalam Bahasa Inggris, Millieeurecht dalam Bahasa Belanda, Lenvironnement dalam Bahasa Prancis, Umweltrecht dalam Bahasa Jerman, Hukum Alam Seputar dalam Bahasa Malaysia, Batas nan Kapaligiran dalam Bahasa Tagalog Sin-ved-lom Kwahm dalam Bahasa Thailand, Qomum al-Biah dalam Bahasa Arab. 3)

    2) http:// taqlawyer.com/ Strict Liability dalam Hukum Lingkungan, Diakses

    tanggal 05 September 2010. 3) Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku I : Umum, Binacipta,

    Bandung, 1980.hlm.62.

  • 30

    Sekalipun arti lingkungan dan lingkungan hidup dapat diberikan batasan

    yang berbeda berdasarkan persepsi dan disiplin ilmu, dalam penelitian ini, istilah

    lingkungan atau lingkungan hidup diartikan sama. Pasal 1 angka (1) Undang-

    Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

    Hidup dinyatakan bahwa:

    Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 4)

    Menurut Abdurrahman, Definisi dari lingkungan adalah: Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. 5)

    Selanjutnya para ahli mengadakan pengelompokan lingkungan ini atas

    beberapa macam, secara garis besarnya lingkungan hidup manusia itu dapat

    digolongkan atas golongan:

    a) Lingkungan Fisik (Physical Environment)

    Lingkungan fisik adalah segala sesuatu disekitar kita yang berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar matahari dan lain-lain yang semacamnya.

    b) Lingkungan Biologis (Biogical Environment)

    Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya

    4) Pasal 1 angka (1), Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fokusmedia, Bandung, 2009. hlm. 3. 5) Abdurahman. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni.

    Bandung.1986. .hlm. 67.

  • 31

    selain dari manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasa renik (Plankton) dan lain-lain.

    c) Lingkungan Sosial (Social Environment)

    Lingkungan sosial adalah manusia-manusia lain yang berada di sekitarnya seperti tetangga, teman dan lain-lain.6)

    Uraian di atas memberikan gambaran bahwa manusia alam hidupnya

    mempunyai hubungan secara bertimbal balik dengan lingkungannya. Manusia

    dalam hidup nya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu

    berinteraksi dengan lingkungan dimana ia hidup dalam artian manusia dengan

    berbagai aktivitasnya akan mempengaruhi lingkungannya dan perubahan

    lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia.

    Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai daerah di mana sesuatu

    makhluk hidup berada, keadaan/kondisi yang melingkupi suatu makhluk hidup

    atau sekumpulan makhluk hidup, terutama kombinasi dari berbagai kondisi fisik

    di luar makhluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan

    kemampuan makhluk hidup untuk bertahan hidup gabungan dari kondisi sosial

    dan budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu makhluk hidup atau

    suatu perkumpulan/komunitas makhluk hidup. Istilah lingkungan dan lingkugan

    hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam

    pengertian yang sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan

    hukum/aturan penggolongannya maka batasan wilayah wewenang pengelolaan

    dalam lingkungan harus jelas. Menurut Otto Sumarwoto Lingkungan/ lingkungan

    6) Fuad Amsyari, Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, Ghalia Indonesia, Jakarta,

    1977. hlm.11-12.

  • 32

    hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang

    yang kita tempati yang mempegaruhi kehidupan kita.

    Beberapa pendapat mengenai pengertian lingkungan hidup:

    Menurut I. Supardi, Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempuh. Secara garis besarnya ada 2 macam lingkungan, yaitu linkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik di sekitar individu-individu. Lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang ada di sekitar individu baik tumbuh-tumbuhan hewan, atau pun manusia . Menurut Soejono, Lingkungan hidup adalah lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam. Dalam pengertian ini, maka manusia, hewan dan tumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani belaka, dalam hal ini lingkungan diartikan mencakup lingkungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Menurut Emil Salim, Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia, batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya dibatasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat di jangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan lain-lain. 7)

    Batasan tentang lingkungan bedasarkan isinya untuk kepentingan

    praktis/keutuhan analisis perlu dibatasi hingga dalam arti biosphere saja, yaitu

    permukaan bumi, air dan atmosfir, batasan lingkungan hidup dalam arti ini adalah

    semua benda, daya, kehidupan termasuk di dalamnya, manusia dan tingkah

    7) Fuad Amsyari, op.cit,. hlm. 24-25.

  • 33

    lakunya yang terdapat dalam suatu ruang yang mempengaruhi kelangsungan dan

    kesejahteraan manusia serta jasad-jasad lainnya, dari pengertian di atas, tingkah

    laku manusia pun merupakan bagian dari lingkungan.

    B. Pencemaran Lingkungan Hidup dan Penanggulangannya

    Menurut Pasal 1 angka (14) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatakan bahwa pengertian

    dari Pencemaran Lingkungan Hidup adalah:

    Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup; zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 8)

    Pencemaran Lingkungan adalah proses masuknya polutan kedalam suatu

    lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut, pencemaran

    adalah segala perubahan yang tidak dikehendaki pada sifat-sifat udara, air,tanah,

    atau makanan yang dapat mempengaruhi keselamatan makhluk hidup. Zat

    pencemar disebut polutan, polutan adalah suatau zat atau bahan yang kadarnya

    melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat,

    sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya : bahan kimia, debu,

    panas dan suara. polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak

    dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia

    8) Pasal 1 angka (14), Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fokusmedia, Bandung, 2009. hlm. 5.

  • 34

    dan makhluk hidup lainya. Bedasarkan lingkungan yang terkena polutan (tempat

    terjadinya), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

    1. Pencemaran udara

    Adalah peristiwa masuknya, tercampurnya, polutan (unsur-unsur

    berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan

    menurunnya kualitas udara (lingkungan).

    2. Pencemaran air

    Adalah penambahan zat-zat yang tidak diinginkan dan dapat

    menurunkan kualitas air, sehingga keberadaannya membahayakan manusia,

    pencemaran air disebabkan oleh terdapatnya zat-zat kimia yang tidak

    memenuhi syarat-syarat air bersih.

    3. Pencemaran tanah

    Adalah pencemaran disebabkan oleh limbah rumah tangga, industri,

    pertanian/buangan buah-buahan yang tidak dapat diuraikan oleh

    mikroorganisme.

    Menurut R. T. M.Sutamihardja, merumuskan pencemaran adalah Penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan itu. 9)

    9) Sutamihadja, RTM. Kualitas Dan Pencemaran Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, IPB

    Bogor, 1978. Hlm. 1.

  • 35

    Munadjat Danusaputra merumuskan pencemaran lingkungan sebagai

    suatu usaha keadaan dalam mana suatu materi, energy dan atau informasi

    dan/atau secara alami dalam batas-batas dasar atau kadar tertentu, hingga

    mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan dan atau penurunan mutu

    lingkungan tidak dapat berfungsi sebagai mestinya, di lihat dari segala

    kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati.

    Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian itu dapat terjadi dalam

    bentuk:

    1) Kerugian Ekonomi dan sosial (Economic and social injury) dan

    2) Gangguan sanitair (Sanitary haazard)

    Sedangkan menurut golongan pencemaran itu dapat dibagi atas;

    a. Kronis; di mana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat.

    b. Kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat dalam hal ada radio

    aktif terjadi kerusakan genetis.

    c. Katastrofis; disini kematian organisme hidup banyak dan mungkin

    organisme hidup menjadi penuh.

    Pada tahun 1982, Undang-undang Lingkungan Hidup untuk Indonesia

    dipersiapkan. Selain itu alasannya adalah untuk mempertahankan

    keseimbangan antara kelestarian lingkungan dengan pembangunan yang

    sedang dilaksanakan. Maksudnya ialah pengembangan industri di suatu

  • 36

    wilayah perlu memperhatikan lingkungan. Jangan sampai terjadi peningkatan

    kegiatan ekonomi melalui industrialisasi namun sektor pertanian atau sektor

    kehutanan menjadi rusak dan lingkungan pengembangan industri jangan

    hanya membuahkan manfaat yang temporer saja tanpa memperhatikan

    dampak negatif dalam jangka panjang. Sebaliknya yang diperlukan adalah

    manfaat yang berkelanjutan untuk kesejahteraan, sehingga pengelolaan

    sumberdaya alam dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan tidak

    hanya mempertimbangkan manfaat kekayaan alam itu dalam sesaat dengan

    keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi yang diperlukan adalah pengelolaan

    yang tepat demi kelestarian pembangunan dalam jangka panjang.

    Pelaksanaan industrialisasi ini tidak berarti pengembangan sektor

    pertanian lalu ditinggalkan, melainkan justru terus dikembangkan untuk

    meningkatkan produksi pangan dan bahan mentah yang cukup untuk

    menunjang pengembangan sektor industri. Dalam rangka peletakan landasan

    pembangunan yang kuat inilah dipahami adanya dua kepentingan yaitu

    mengusahakan pembangunan tanpa merusak lingkungan dan mengelola

    sumberdaya alam secara bijaksana untuk dapat menopang tahapan

    pembangunan jangka panjang. Dalam usaha melindungi lingkungan,

    Indonesia sudah memiliki Undang-undang Lingkungan Hidup yaitu tertuang

    dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan

    Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian disempurnakan

    dengan Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

  • 37

    Hidup dan sekarang menjadi Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    Pencegahan pencemaran dan merusaknya lingkungan sebagai bahaya

    yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan wajib untuk dicegah

    dan menanggulangi terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan

    adalah merupakan beban segala pihak, baik Pemerintah maupun orang

    perorangan. Untuk keperluan itu telah diciptakan sejumlah larangan yang

    sifatnya memagari lingkungan hidup dari tindakan pihak tertentu yang akan

    mencemarkan dan merusak lingkungan. Betapapun baiknya aturan larangan

    yang dibuat kiranya tidak sepenuhnya dapat mencegah terjadinya perusakan

    pencemaran lingkungan. Dalam Pasal 87 Undang-Undang No. 32 Tahun

    2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    menyatakan bahwa :

    (1) Setiap penaggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

    (2) Setiap orang yang melakukan pemindah tanganan, pengubahan sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha yang melanggar hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum dan/atau kewajiban badan usaha tertentu.

    (3) Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa terhadap setiap hari keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan.

  • 38

    (4) Besarnya uang paksa diputuskan bedasarkan peraturan perundang-undangan. 10)

    Kewajiban untuk memberikan ganti kerugian adalah merupakan

    konsekuensi dari perinsip bahwa setiap orang berkewajiban untuk

    melestarikan kemampuan lingkungan guna menunjang pembangunan yang

    berkesinambungan. Oleh karena itu adalah wajar bilamana mereka yang

    melanggar kewajiban itu dibebani ganti kerugian, Barang siapa yang

    melanggar yang berhubungan dengan hukum lingkungan akan dikenakan

    sanksi Pasal 87 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

    dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1245, 1365, dan 1865 Kitab

    Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

    Selain membayar ganti kerugian terhadap korban pencemaran pihak

    industri yang melanggar, diharuskan juga mempunyai tanggung jawab

    mutlak hal ini sesuai dengan Pasal 88 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009

    tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :

    Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. 11)

    10) Pasal 87, Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup, Fokusmedia, Bandung, 2009. hlm. 49. 11) Pasal 88, op. cit, hlm. 50.

  • 39

    Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan Tiap perbuatan melanggar

    hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang

    yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian

    tersebut. Kaitannya dengan beban pembuktian Pasal 1865 KUHPerdata

    mengemukakan, Setiap orang yang mengendalikan bahwa ia mempunyai

    suatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu

    hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan

    adanya hak atau peristiwa tersebut. Asas yang dijumpai dalam ketentuan

    Pasal 1865 BW adalah :

    1. Dalam proses keperdataan pengajuan bukti-bukti dilakukan oleh para pihak

    dan bukan oleh Hakim.

    2. Pihak penggugat harus dapat membuktikan apa yang menjadi dalil-dalil

    gugatannya, sedangkan pihak tergugat dibebani untuk menyangkal apa yang

    diajukan oleh penggugat itu. Hal ini berakibat bahwa kedua belah pihak

    terbebani pembuktian masing-masing. Dan dengan demikian, maka beban

    pembuktian itu berkaitan dengan resiko pembuktian.

    3. Hakim membagi beban pembuktian untuk para fihak.

    4. Hakim dapat memberikan perintah pembuktian tentang peristiwa yang

    menjadi sengketa saja (betwiste feiten).

    Di dalam Pasal 1866 KUHPerdata alat-alat bukti terdiri dari atas, bukti

    tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan,

    sumpah.

  • 40

    Beban pembuktian diberikan secara seimbang kepada penderita

    maupun kepada pihak pencemar atau perusak lingkungan hidup. Oleh

    karena itu di dalam Pasal 87 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak adanya hal

    pembuktian sedangkan di dalam Pasal 1365 KUHPerdata (BW) menyatakan

    bahwa: penggugat harus bisa membuktikan adanya kesalahan, karena itu

    perlu diciptakan suatu mekanisme yang memudahkan tuntutan ganti

    kerugian terutama bagi mereka yang tidak mampu dan buta hukum. Untuk

    itu semua diperlukan sekali penyediaan berbagai kemudahan dan fasilitas

    oleh Pemerintah agar supaya setiap orang benar-benar dapat melaksanakan

    haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

    Ketentuan-ketentuan tentang pencegahan dan penanggulangan

    pencemaran lingkungan akibat industri:

    1. Umum dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya ganguaan dan/atau pencemaran terhadap tata lingkungan hidup.

    2. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat industri.

    3. Pengaturan dan pengawasan, pengawasan pelaksanaan penanggulangan dan penelitian tentang gangguan dan pencemaran tata lingkungan hidup sebagai akibat dari usaha industri, dilakukan oleh Direktur Jendral.

    4. Saksi

    1) Terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan tersebut di atas, Direktur Jendral diwenangkan untuk menghentikan sementara sebagaian ataupun seluruh kegiatan usaha industri yang jelas-jelas

  • 41

    menimbulkan gangguan dan pencemaran tata lingkungan hidup.

    2) Sebelum dilakukan penghentian sementara, sebagaimana ataupun seluruh kegiatan industri, terlebih dahulu perlu dipertimbangkan pendapat tertulis dari industri-industri dan pihak-pihak. 12)

    Persyaratan untuk mendapatkan izin usaha:

    1. Uraian mengenai teknologi/proses pembuatan produksinya secara cukup

    jelas untuk dapat dinilai teknologi yang digunakannya;

    2. Daftar seluruh bahan/zat berbahaya yang digunakan dalam proses

    produksi yang setiap saat tersedia/tersimpan dalam lingkungan/komplek

    industri yang akan didirikan;

    3. Daftar seluruh macam bahan/zat berbahaya serta jumlahnya yang akan

    buang/masuk kedalam lingkungan baik yang akan berbentuk padat, cair

    maupun gas;

    4. Cara pembuangan ataupun proses netralisasi dari bahan/zat berbahaya

    yang akan dibuang masuk kedalam lingkungan tersebut di atas;

    5. Kriteria maupun daftar bahan/zat yang digolongkan sebagai bahan/zat

    berbahaya ditentukan oleh Direktur Jendral;

    12)

    Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/I/78 Tanggal 26 Januari 1987 tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat usaha industry. Dikutip dari Soedjono Dirdjosisworo, Upaya Teknologi Dan Penegakan Hukum Menghadapi Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. 1991, hlm.38.

  • 42

    6. Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan

    akibat terlepasnya suatu bahan/zat yang berbahaya, pengusaha industri

    yang menggunakan bahan/zat berbahaya diwajibkan untuk menyususn

    rencana keadaan darurat (Emergency plant);

    7. Rencana keadaan darurat yang berisi tindakan penanggulangan untuk

    membatasi, membersihkan serta meniadakan pencemaran oleh badan/zat

    yang berbahaya itu diajukan kepada dan disetujui oleh Direktur Jendral.

    C. Limbah Cair

    1. Pengertian Limbah

    Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tepat

    tertentu tidak di kehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

    Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat

    yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang

    bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang

    industri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat

    bagi kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan

    menghasilkan limbah. Di antara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri

    tersebut adalah limbah bahan berbahaya dan beracun atau yang lebih dikenal

    dengan pengertian limbah B3. Terdapat perbedaan pengertian antara limbah

    dan limbah B3.

  • 43

    Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi, yang di maksud dengan sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi yang antara lain dihasilkan, sedangkan limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia. 13)

    Pengelompokan Berdasarkan Jenis Senyawa :

    1) Limbah organik

    Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang penggunaannya

    dapat disesuaikan dengan tujuan penggolongannya. Berdasarkan

    pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah

    yang mengandung unsur karbon (C), sehingga meliputi limbah dari

    makhluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan,

    dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik, dan karet. Namun, secara

    teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organik sebagai

    limbah yang hanya berasal dari makhluk hidup (alami) dan sifatnya

    mudah busuk. Artinya, bahan-bahan organik alami namun sulit

    membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan)

    yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak

    termasuk dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang

    13)

    Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika: 1996, hlm.143, Dikutip dari Djatmiko, Margono, Wahyono, Pendayagunaan Industri Waste Management ( Kajian Hukum Lingkungan Indonesia), PT,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

  • 44

    memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan sampah

    untuk keperluan pengolahan limbah.

    Limbah organik yang berasal dari makhluk hidup mudah

    membusuk karena pada makhluk hidup terdapat unsure karbon (C)

    dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya relatif sederhana

    sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti

    bakteri dan jamur. Hasil pembusukan limbah organik oleh

    mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas metan (CH4) yang

    juga dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.

    2) Limbah Anorganik

    Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah organik meliputi

    limbah-limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam

    (misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas, dan alumunium dari

    kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik

    (misalnya yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah

    ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh

    mikroorganisme. Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah

    organik yang sering diterapkan dilapangan umumnya limbah anorganik

    dalam bentuk padat (sampah). Agak sedikit berbeda dengan pengertian

    di atas secara teknis, limbah anorganik didefinisikan sebagai segala

    limbah yang tidak dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh

    mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan organik seperti plastik,

  • 45

    kertas, dan karet juga dikelompokan sebagai limbah anorganik. Bahan-

    bahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya

    membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer).

    Pengelompokan Berdasarkan Wujud :

    1) Limbah Cair

    Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan,

    berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur

    (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair diklasifikasikan

    menjadi empat kelompok yaitu :

    a. Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil

    buangan dari rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan

    sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, tinja

    b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil

    buangan industri. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari

    industri pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan

    dari industri tekstil.

    c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair

    yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran

    pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau

    melalui luapan dari permukaan.

  • 46

    d. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran

    air hujan di atas permukaan tanah.

    2) Limbah Padat

    Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah

    padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah)

    menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :

    a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi

    basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah busuk

    b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu

    limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai

    oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas,

    plastik, kaca dan logam.

    c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya

    hasil pembakaran.

    d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang

    berupa bangkai binatang.

    e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan

    jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan.

    f. Sampah industri (industrial waste), semua limbah padat buangan

    industri.

    3) Limbah Gas

  • 47

    Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-

    macam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon

    dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur dioksida (SOx), asam

    klorida (HCl), Ammonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas

    yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan

    padatan, disebut materi partikulat.

    Pengelompokan Berdasarkan Sumber :

    1) Limbah domestik, adalah limbah yang berasal dari kegiatan permukiman

    penduduk

    2) Limbah industri, merupakan buangan hasil proses industri

    3) Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan

    4) Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan

    2. Pengertian Limbah Cair

    Terdapat banyak pengertian mengenai limbah cair yang telah di

    kemukakan, umumnya meliputi komposisi serta sumber atau asal dari

    limbah cair tersebut. Menurut Enlers dan steel, limbah cair adalah cairan

    yang dibawa oleh saluran air limbah. Menurut Metcalf dan Eddy, limbah

    cair adalah kombinasi cairan dan sampah-sampah cairan yang berasal dari

    daerah permukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama

    dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada kandungan

    berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan menurut Kristanto limbah cair

  • 48

    industri adalah air limbah yang dihasilkan baik dari proses suatu pabrik

    maupun dari penggunaan air untuk hal-hal lain (misalnya, air yang di

    gunakan untuk mendinginkan mesin ataupun peralatan lainnya). Maka,

    secara umum limbah cair dapat di definisikan sebagai cairan buangan atau

    kotoran masyarakat yang berasal dari rumah tangga, industri maupun

    tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat-zat

    yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu

    kelestarian lingkungan hidup.

    Limbah cair merupakan air buangan dari suatu lingkungan masyarakat,

    bahan ini dapat seluruhnya berasal dari rumah tangga atau dapat juga

    mengandung air buangan dari industri atau pertanian.

    Terdapat dua jenis limbah cair berdasakan sumber cair tersebut, yaitu:

    1. Limbah cair rumah tangga.

    Limbah cair rumah tangga ini umumnya terdiri dari ekskreta (tinja

    dan urin), air bekas cucian dapur, dan kamar mandi, di mana sebagian

    besar merupakan bahan-bahan organik. Limbah cair domestik mencakup

    seluruh limbah rumah tangga yang di buang saluran pembuangan yang

    meliputi:

    a. Limbah cair dari permukiman atau perumahan, untuk daerah

    perumahan yang kecil, aliran air buangan diperhitungkan melalui

    kepadatan penduduk dan rata-rata perorangan dalam menghasilkan

    air buangan.

  • 49

    b. Limbah cair dari daerah perdagangan, sumber dari daerah

    perdagangan meliputi lapangan terbang, hotel, gedung perusahaan,

    kantor, rumah makan, masjid, pasar, dan lain-lain.

    c. Limbah cair dari daerah kelembagaan, sumber dari daerah

    kelembagaan meliputi rumah sakit, rumah tahanan, sekolah, asrama

    dan lain-lain.

    2. Limbah cair industri

    Yang di maksud dengan limbah industri menurut Syamsuharya Bethan adalah, limbah yang ditimbulkan akibat proses produksi dalam suatu industri. Limbah cair ini berasal dari berbagai jenis industri, akibat proses produksi dan umumnya pengolahannya sulit serta mempunyai variasi pengolahan yang banyak. 14)

    Kadangkala air buangan industri ini ada yang bersifat toksik, kualitas

    dan kuantitas limbah cair industri bervariasi tergantung pada:

    a. Besar kecilnya industri,

    b. Pengawasan proses produksi pada industri,

    c. Derajat penggunaan air,

    d. Derajat pengolahan air.

    14)

    Syamsuharya Bethan, Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Aktifitas Industri Nasional, Sebuah upaya penyelamatan lingkungan hidup dan kehidupan antar generasi, Alumni, Bandung, 2008. hal 19.

  • 50

    Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengelola masukan

    (input) menjadi keluaran (output), pengamatan terhadap sumber pencemaran

    sektor industri dapat dilakukan pada masukan, proses, maupun pada

    keluarnya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang di produksi.

    Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi

    tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses

    industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada.

    Puncak tertinggi aliran selalu tidak akan melewati apabila menggunakan

    tangki penahan dan bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah

    yang dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah

    diperkirakan sekitar 50 m3/ha.hari. sebagai patokan dapat dipergunakan

    pertimbangan bahwa 85-95 % dari jumlah air yang dipergunakan adalah

    berupa air limbah industri tersebut tidak menggunakan kembali limbahnya.

    Air dari industri membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang

    larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan ada yang

    halus. Kerapkali ada buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air

    limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat diindentifikasikan

    secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang ditimbulkan dari industri

    lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium ditandai dengan

    perubahan sifat kimia air.

  • 51

    3. Limbah B3

    Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3

    adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya

    dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau

    jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan

    dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan

    hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

    Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau

    jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan

    lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

    a. Tujuan pengelolaan limbah B3

    Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi

    pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah

    B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar

    sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.Dari hal ini jelas bahwa setiap

    kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul,

    pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan

    aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula.

    Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan

    limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali

    kepada fungsi semula.

  • 52

    b. Identifikasi limbah B3

    Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua)

    kategori, yaitu:

    1. Berdasarkan sumber

    2. Berdasarkan karakteristik

    Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

    1. Limbah B3 dari sumber spesifik;

    2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

    3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan

    dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

    c. Karakteristik limbah B3

    Limbah bahan berbahaya dan beracun antara lain adalah bahan baku

    yang bersifat berbahaya dan beracun yang tidak digunakan karena rusak,

    sisa pada kemasan, tumpahan, sisa proses, sisa oli bekas dari kapal yang

    memerlukan penanganan dan pengelolaan khusus. Limbah yang termasuk

    limbah B3 adalah limbah yang memenuhi salah satu atau lebih

    karakteristik, yaitu:

    1) Mudah meledak; limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia yang dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

    2) Mudah terbakar; limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabila telah nyala akan terus

  • 53

    terbakar dalam waktu lama. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (250 C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Adapun sifat-sifat limbah yang mudah terbakar adalah limbah berupa cairan yang mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 600 C (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Selain itu limbah yang bukan cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (250 C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran yang terus menerus. Dan yang terakhir adalah limbah yang bertekanan yang mudah terbakar, serta merupakan limbah pengoksidasi.

    3) Bersifat reaktif; limbah yang bersifat reaktif adalah limbah yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen. Adapun sifat-sifatnya adalah limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan, limbah yang dapat bereakasi hebat dengan air akan berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

    4) Limbah beracun; limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian dan sakit yang serius, apabila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemaran organik dan anorganik dalam limbah.

    5) Limbah yang menyebabkan infeksi; limbah ini sangat berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih tanjalan, masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.

    6) Limbah yang bersifat Korosif; limbah yang mempunyai salah satu sifat antara lain menyebabkan

  • 54

    iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55o C serta mempunyai Ph sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

    7) Limbah jenis lainnya; adalah limbah lain yang apabila di uji dengan metode toksilogi dapat di ketahui termasuk dalam jenis limbah B3, misalnya dengan metode LD-50 (lethal dose fifty) yaitu perhitungan dosis (gram pencemaran per kilogram berat bahan) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan. 15)

    Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa

    pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan

    lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa

    implementasi dari Peraturan masih sangat kurang di negara ini.

    D. Dampak dari Pencemaran Limbah Cair terhadap Lingkungan Hidup

    Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada

    pengolahan yang baik dan benar, ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi

    akibat masuknya limbah ke dalam lingkungan adalah : lingkungan tidak dapat

    mendapat pengaruh berarti, hal ini disebabkan karena volume limbah kecil.

    Parameter yang terdapat dalam limbah sedikit dengan konsentrasi kecil, ada

    pengaruh perubahan tetapi tidak mengakibatkan pencemaran, memberikan

    perubahan dan menimbulkan pencemaran. Dan adapun dampak lain dari kegiatan

    15) Gatot P. Soemartono, op.cit, hlm. 144-145.

  • 55

    industri terjadi pada komponen lingkungan geofisika kimia lebih banyak terjadi

    pada tahap komponen lingkungan kualitas air, baik air sungai, air tanah bebas (air

    tanah dangkal). Sedangkan pada tahap pra konstruksi dan konstruksi, dampak

    lingkungan (DAL) terjadi secara lebih merata, walaupun dengan intensitas yang

    diperkirakan lebih kecil, yaitu pada komponen lingkungan kualitas air, hydrogen

    sungai, dan kestabilan tanah (erosi).

    1. Dampak pada Kualitas Air Sungai Cikaranggelam

    Buangan limbah cair yang paling menonjol adalah limbah yang berasal

    dari pabrik pupuk, dengan parameter pencemar yang paling menonjol adalah

    COD, BOD, NO2-N, NO3-N, NH3-N, dan lain-lain. Dan oleh karena itu pula

    dampak kegiatan industri pada kualitas air sungai (Sungai Cikaranggelam)

    ditandai dengan cukup banyak tingginya beberapa parameter tersebut terutama

    NH3 (ammonia), NO2-N (Nitrit) serta turunnya DO (Dissolve Oksigen) pada

    beberapa titik di bagian bawah (Down Stream) dari titik pembuangan limbah.

    Secara umum kondisi air sungai Cikaranggelam tidak memenuhi syarat

    bagi penggunaan untuk perikanan, dampak lebih lanjut dari pencemaran air

    sungai tersebut adalah matinya ikan pada bagian hilir Sungai Cikaranggelam

    dan diperkirakan pencemaran tersebut apabila tidak dikendalikan pada jangka

    panjang akan merugikan para petambak ikan atau udang di pantai Cimalaya.

    2. Dampak pada Kualitas Air Tanah Dangkal

    Air tanah dangkal atau air tanah bebas pada dasarnya adalah merupakan

    rembesan langsung air permukaan (air hujan atau limpasan air hujan), pada

  • 56

    umumnya jenis air tanah tersebutlah yang merupakan sumber air minum dan

    kebutuhan rumah tangga yang lain, bagi penduduk di sekitar lokasi PT Pupuk

    Kujang Cikampek. Berdasarkan pengamatan lapangan, kedalaman muka air

    tanah dangkal berkisar antara 3 m - 12 m dari muka tanah.

    Kondisi kualitas air tanah dangkal dan sekaligus menelaah ada atau

    tidaknya dampak dari limbah pabrik terhadap air tanah, dilakukan analisis

    contoh kualitas air tanah dari lima sumur tanah dangkal yang terletak di

    sekitar lokasi kawasan industri PT Pupuk Kujang Cikampek. Hasilnya

    menunjukan bahwa telah terjadi pencemaran pada semua sumur yang

    dianalisis tersebut, hal ini ditunjukan baik pada hasil analisis air sumur pada

    musim hujan maupun pada awal musim kemarau. Dengan tingkat intensitas

    pencemaran yang berbeda, dapat diketahui bahwa jenis zat pencemar yang

    telah melampaui baku mutu lingkungan untuk air golongan A dan B (air baku

    untuk air minum), secara umum mencakup BOD, COD, NO2-N, NH3-N dan

    Mn. Dari fenomena tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

    1) Dapat diketahui bahwa kadar zat pencemar yang menonjol dari limbah

    pabrik adalah ammoniak, total-N, COD, dan BOD), atau pembusukan dan

    penguraian sampah organik di permukaan tanah. Dugaan ini diperkuat

    dengan bukti bahwa pencemaran yang terjadi pada musim hujan lebih

    besar intensitasnya dibanding pada musim kemarau, dapat diketahui

    bahwa pada musim hujan rembesan air permukaan yang berasal dari

    limpasan air hujan (run-off) ke dalam tanah jauh lebih besar dibanding

    pada musim kemarau. Dan kemungkinan besar pula bahwa limpasan air

  • 57

    hujan tersebut akan membawa ceceran limbah pabrik, maupun sampah

    organik termasuk kotoram manusia atau tinja.

    2) Kotoran manusia diduga merupakan salah satu sumber pencemar air tanah

    dangkal, diperbuat dengan data yang menunjukan cukup tingginya

    kandungan bakteri coli-tinja pada air sumur yang dianalisis. Pengamatan

    lapangan juga menunjukan masih banyaknya aktivitas buang hajat di lahan

    terbuka di permukiman penduduk tersebut.

    Secara lebih lanjut dampak pencemaran air tanah tersebut tentunya akan

    mengena pada kesehatan masyarakat pengguna (air), data kesehatan masyarakat

    yang didapat dari hasil survey lapangan menunjukkan bahwa indeks penyakit

    yang berkaitan dengan konsumsi air yaitu: penyakit pencernaan, penyakit kulit

    dan gigi.

    Pengertian pengelolaan lingkungan hidup sering disalah artikan sebagai

    pengelolaan dampak. Pengertian pengelolaan dampak adalah menangani akibat

    yang timbul (bisa saja berupa kerusakan lingkungan) dari suatu kegiatan. Jika

    mengibaratkan pengelolaan lingkungan hidup sama dengan pengelolaan limbah,

    maka yang terbayang adalah disana ada proyek-proyek bernilai tinggi untuk

    membersihkan limbah cair (pemasangan water treatment dan pembelian bahan

    kimia yang dibutuhkan), disana akan diibaratkan teknologi tinggi dan teknologi

    mutahir serta uang untuk mengatasi limbah.

    Kerusakan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan hidup pada

    umumnya disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang kurang memperhatikan

  • 58

    daya dukung lingkungan hidup. Limbah industri dan rumah tangga yang langsung

    dibuang kedalam sungai dan perairan alamiah atau ke udara menimbulkan biaya

    sosial yang makin besar bagi masyarakat, baik dalam bentuk biaya untuk

    kesahatan, menurutnya produktivitas dan pendapatan karena sakit, tidak

    berfungsinya sungai untuk mendukung kegiatan perikanan dan penyediaan air

    minum, dan sebagainya, apabila akibat limbah bahan berbahaya dan beracun yang

    dibuang secara seimbang ke dalam lingkungan/alam sekitar akan memetikan

    kemampuan dan fungsi lingkungan hidup dalam mendukung perikehidupan.

    Sangat disayangkan bahwa perusakan lingkungan berupa pencemaran udara,

    air dan berbagai kerusakan lingkungan lainnya, menyebabkan dampak kerugian

    yang tiada nilai dampak ini merusak lingkungan hidup/alam sekitar yang lainnya

    tidak pernah ditujukan dalam perhitungan kebijakan pendanaan untuk perbaikan

    lingkungan. Yang menjadi masalah selanjutnya adalah, apabila pencemaran

    tersebut menimbulkan kerugian bagi penderita, misalnya korban harus pergi ke

    dokter, tidak dapat menjalankan pekerjaannya, atau menjadi cacat dan lain-lain,

    maka sesuai dengan asas prinsip pencemar membayar (polluter pays principle),

    pencemar berkewajiban mengganti kepada penderita yang telah dilanggar haknya

    atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dengan kata lain korban berhak

    menggugat ganti kerugian yang besarnya sesuai dengan kerugian yang diderita.

    Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

    dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa:

    Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara

  • 59

    ambient, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). 16)

    E. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri

    Air yang telah digunakan untuk keperluan industri sering dikembalikan lagi

    ke sumber asalnya, keadaan ini merupakan masalah karena semakin lama jumlah

    polutan di dalam air akan semakin tinggi. Bentuk kontrol terhadap pencemaran air

    akibat buangan limbah industri ini adalah sistem buangan dan dialirkan ke tempat

    pengolahan limbah, dimana buangan yang keluar dari tempat pengolahan limbah

    tersebut diharapkan mutunya sudah memenuhi syarat untuk dibuang kembali ke

    badan air penerima.

    1. Pengolahan Pertama (Preliminary dan Primary Treatment)

    Tujuan dari preliminary treatment adalah untuk memisahkan konstituen

    limbah cair yang dapat menyebabkan masalah pada proses operasi maupun

    pada pemeliharaan dalam keseluruhan proses pengolahan, sedangkan tujuan

    dari primary treatment adalah memisahkan padatan dan bahan organik dari

    limbah cair. Biasanya dilakukan dengan operasi fisik seperti sedimentasi,

    adapun bangunan yang digunakan pada tahap preliminary dan primary

    treatment ini adalah:

    16) Pasal 98, Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup, ibid. hlm. 56.

  • 60

    1) Bak Ekualisasi

    Tujuan dari bak ekualisasi adalah untuk mengurangi atau

    mengkontrol fluktuasi dari air limbah sehingga didapatkan aliran yang

    sama rata atau konstan, keuntungan dari penggunaan bak ekualisasi ini

    adalah;

    (1) Beban pengolahan biologis dapat dikurangi karena terjadinya shock

    loading bisa dihindari sehingga sejumlah inhibitor dapat dikurangi dan

    nilai pH stabil.

    (2) Kualitas effluent secondary clarifier dan kualitas thickener suspended

    solid baik karena solid loading trap atau konstan.

    2) Bak Pemisahan Minyak dan Lemak (gravity oil separator)

    Minyak atau lemak yang ada dalam air limbah harus dipisahkan

    terlebih dahulu sebelum air limbah mengalami pengolahan lebih lanjut

    khususnya pengolahan biologis. Hal ini dikarenakan minyak dapat

    bergabung dengan mikroorganisme membentuk lapisan film sehingga

    akan mengganggu proses pengolahan biologis dan pengolahan-pengolahan

    selanjutnya.

    Pemisahan minyak atau lemak dari air limbah melalui dua cara yakni

    flotasi dan sendimentasi, yang dimaksud flotasi adalah memisahkan

    partikel yang berat jenisnya kecil dari pada zat cair, sedangkan sedimentasi

    adalah memisahkan partikel yang berat jenisnya lebih besar dari air.

  • 61

    3) Bak Netralisasi

    Tujuan dari bak netralisasi adalah untuk menetralkan air limbah

    industri, Hal ini karena air limbah industri yang dihasilkan mengandung

    kadar asam atau basa yang tinggi sehingga perlu dinetralkan terlebih

    dahulu. Apabila air limbah mengandung kadar asam yang tinggi maka

    pada air limbah tersebut ditambahkan basa, dan begitupun sebaliknya.

    2. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)

    Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan bahan organik dan

    padatan tersuspensi yang dapat terdegradasi secara biologis. Pengolahan tahap

    ini biasanya memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk memisahkan

    kontaminan-kontaminan dalam limbah cair sehingga dikategorikan sebagai

    inti pengolahan biologis. Target utama pengolahan ini adalah penurunan

    kandungan organik dan mikroorganisme patogen.

    Tahapan pengolahan ini merupakan lanjutan dari Primary Treatment.

    Jenis bangunan yang biasa digunakan adalah bak pengendap yang berfungsi

    untuk memisahkan lumpur. Langkah ini merupakan langkah terakhir untuk

    menghasilkan efluen yang stabil.

    3. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)

    Seringkali proses pengolahan limbah yang telah diterapkan tidak

    memberikan hasil yang memuaskan. Keadaan ini akan menjadi nyata jika

    terdapat senyawa anorganik dalam air limbah. Senyawa semacam ini perlu

  • 62

    dihilangkan guna mendapatkan air buangan yang memenuhi syarat. Adapun

    contoh dari senyawa anorganik dalam air limbah misalnya ammonia yang

    dapat menjadi racun bagi ikan. Kalsium, Magnesium, Kalium meningkatkan

    kesadaran air. Merkuri, Fosfat pada konsentrasi tertentu adalah bentuk

    anorganik lain yang memberi dampak negatif terhadap lingkungan.

    Proses pengolahan lanjut melalui proses fisika, kimia, dan biologis.

    Pemilihan proses tergantung pada bahan-bahan yang terdapat dalam air

    buangan. Tertera pada tabel di bawah ini:

  • 63

    Pilihan Proses Untuk Berbagai Tujuan

    b. Pengapungan

    5) Baku Mutu Limbah Cair Industri

    (Sumber : Dokumen Unit Utility, PT. Pupuk Kujang, 2005)

    Proses Tujuan Penggunaan

    1. Striping Udara

    2. Filtrasi

    3. Destilisasi

    5. Reverse Osmosis

    6. Absorbi

    2. Pengendapan kimia

    3. Pertukaran ion

    4. Elektrolisa

    5. Oksidasi

    6. Reduksi

    1. Asimilasi bakteri

    2. Algae

    3. Nitrifikasi-Denitrifikasi

    Menghilangkan gas terlarut dalam air limbah, menghilangkan partikel

    Memisahkan bahan dengan menciptakan 2 macam kondisi

    Pemisahan zat padat/partikel cair dari limbah dengan bantuan udara

    Pemisahan air dari garam terlarut melalui membrane semipermaebel

    Menghilangkan fosfat

    Menghilangkan senyawa organik yang sulit dipisahkan

    Penjernihan (permukaan air)

    Memperoleh zat tertentu dalam buangan (daur ulang)

    Menurunkan konsentrasi zat organik dan mengurangi bakteri

    Mengurangi konsentrasi zat tertentu

    Mengoksidasi amoniak nitrogen

    Menghilangkan nitrogen dan fosfor

    Menghilangkan/menambahkan nitrogen

    FISIKA

    KIMIA

    1. Karbon aktif Mengendapkan bahan yang mudah mengendap/menggumpal

    BIOLOGIS

    Menghilangkan nitrogen

  • 64

    F. Baku Mutu Lingkungan

    Limbah dapat menimbulkan dampak negatif apabila jumlah atau

    konsentrasinya di lingkungan telah melebihi baku mutu. Salah satu upaya untuk

    menanggulangi pencemaran lingkungan perlu baku mutu lingkungan. Undang-

    Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

    Hidup mendefinisikan:

    Baku mutu lingkungan sebagai ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. 17)

    Baku mutu lingkungan adalah ambang batas/batas kadar maksimum suatu

    zat atau komponen yang diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak

    menimbulkan dampak negatif. Baku mutu lingkungan mencakup baku mutu

    limbah padat, baku mutu air laut, baku mutu udara emisi, baku mutu limbah cair,

    dan baku mutu air pada sumber air.

    Baku mutu air pada sumber air, yaitu batas kadar yang diperbolehkan untuk

    suatu zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tetap dapat

    digunakan sesuai dengan kriterianya. Menurut Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri

    Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1988

    tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan menyatakan bahwa :

    17) Pasal 1 Angka (13), Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, ibid. hlm. 4.

  • 65

    Air pada sumber air menurut kegunaannya digolongkan menjadi: a. golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air

    minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;

    b. golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga;

    c. golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;

    d. golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air. 18)

    Pencemaran udara di lingkungan dapat dibedakan menjadi baku mutu udara

    ambient dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar

    yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara karena tidak

    menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup dan/atau benda. Adapun baku

    mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan

    pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara sehingga tidak

    mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambient.

    Baku mutu limbah cair industri pupuk di atur dalam Keputusan Menteri

    Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair industri

    pupuk urea. Yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri

    Lingkungan hidup No. 122 Tahun 2004, dan dipakai sebagai acuan sampai saat

    ini. Berikut adalah baku mutu limbah cair industri pupuk:

    18) Www.google.com, Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

    Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan

  • 66

    Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Pupuk Urea

    (Sumber : Kep Men LH No. 51 tahun 1995)

    Baku Mutu Air Limbah bagi kegiatan industri Pupuk

    (Sumber : Kep Men LH No. 122 tahun 2004)

    Parameter Kadar Maksimum (mg/l)

    Beban Pencemar Maksimum (kg/ton)

    BOD 100 1,5

    COD 250 3,75

    Total Suspended Solid 100 1,5

    Minyak, Lemak 25 0,4

    NH3-N 50 0,75

    pH 6-9 6-9

    Q maksimum 15 m3/ton 15 m3/ton

    Parameter

    Pupuk Urea Pupuk Nitrogen Lain Ammonia

    Beban Pencemar Maksimum

    (kg/ton produk)

    Beban Pencemar Maksimum

    (kg/ton produk)

    Beban Pencemar Maksimum

    (kg/ton produk)

    COD

    Total Suspended Solid

    Minyak, Lemak

    NH3-N

    TKN

    pH

    Q maksimum

    3,0

    1,5

    0,3

    0,17

    1,5

    6-10

    15m3/ton

    3,0

    3,0

    0,3

    1,5

    2,25

    6-10

    15m3/ton

    0,3

    0,15

    0,03

    0,3

    -

    6-10

    15m3/ton