bab i pendahuluan i.1 latar...

29
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai sub sektor ekonomi merupakan industri terbesar dan tercepat perkembangannya di dunia. Prioritas yang utama dan pertama adalah membangun manusianya, terutama masyarakat lokal dan yang langsung berinteraksi dengan wisatawan agar dapat dicapai kesetaraan dan terjadinya saling pertukaran maupun kerjasama saling menghargai dan memperkaya kehidupan (Baiquni, 2010:15). Hal ini berarti, pariwisata selain sebagai sumber pendapatan devisa, juga media untuk memperluas dan memeratakan kesempatan kerja, mendorong penbangunan daerah, yang paling penting adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, media untuk memperkaya kebudayaan nasional agar tetap mempertahankan kepribadian bangsa serta melestarikan fungsi dan mutu lingungan hidup. Berbekal tekad tersebut, pemerintah mulai member perhatian serius untuk sektor pariwisata dan terus menggalakkan kepariwisataan di berbagai daerah sesuai dengan karakter daerah masing-masing. Bentang alam Indonesia yang dianugerahi dengan beragam keunikan dan kontur alam yang menakjubkan memiliki potensi besar dalam kepariwisataan; dan jika dikelola dengan baik dan benar maka kemakmuran dan kesejahteraan di Indonesia akan menjadi sebuah keniscayaan. Pengelolaan yang baik dan benar menurut Undang-undang adalah pengelolaan yang menitikberatkan kepada

Upload: dodiep

Post on 06-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pariwisata sebagai sub sektor ekonomi merupakan industri terbesar dan

tercepat perkembangannya di dunia. Prioritas yang utama dan pertama adalah

membangun manusianya, terutama masyarakat lokal dan yang langsung

berinteraksi dengan wisatawan agar dapat dicapai kesetaraan dan terjadinya saling

pertukaran maupun kerjasama saling menghargai dan memperkaya kehidupan

(Baiquni, 2010:15). Hal ini berarti, pariwisata selain sebagai sumber pendapatan

devisa, juga media untuk memperluas dan memeratakan kesempatan kerja,

mendorong penbangunan daerah, yang paling penting adalah meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, media untuk memperkaya kebudayaan

nasional agar tetap mempertahankan kepribadian bangsa serta melestarikan fungsi

dan mutu lingungan hidup. Berbekal tekad tersebut, pemerintah mulai member

perhatian serius untuk sektor pariwisata dan terus menggalakkan kepariwisataan

di berbagai daerah sesuai dengan karakter daerah masing-masing.

Bentang alam Indonesia yang dianugerahi dengan beragam keunikan dan

kontur alam yang menakjubkan memiliki potensi besar dalam kepariwisataan; dan

jika dikelola dengan baik dan benar maka kemakmuran dan kesejahteraan di

Indonesia akan menjadi sebuah keniscayaan. Pengelolaan yang baik dan benar

menurut Undang-undang adalah pengelolaan yang menitikberatkan kepada

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

2

pelestarian lingkungan dan budaya serta pembangunan masyarakat. Undang-

undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan secara

jelas menyebutkan semua kegiatan pariwisata yang dilakukan diantaranya harus

bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, menghapus kemiskinan dan mengurangi pengangguran.

Dikembangkan secara tepat, pariwisata dapat memberikan keuntungan

baik bagi wisatawan maupun masyarakat yang berada disekitaran obyek wisata.

Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup masyarakat melalui keuntungan secara

ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. Sebagai tambahan, dengan

mengembangkan infrastruktur dan menyediakan fasilitas rekreasi, wisatawan dan

masyarakat setempat saling diuntungkan. Idealnya, pariwisata hendaknya

dikembangkan sesuai dengan daerah tujuan wisatanya. Pengembangan tersebut

hendaknya memperhatikan tingkat budaya, sejarah dan ekonomi dari daerah

tujuan wisata. Bagi para wisatawan daerah tujuan wisata yang dikembangkan

seperti itu akan merupakan daerah yang mampu memberi pengalaman yang unik

bagi mereka.

Robert (2000: 169) mengemukakan, obyek wisata yang dibangun disuatu

tempat akan menimbulkan dampak yang langsung maupun tidak langsung. Akibat

yang langsung berasal dari uang yang dibelanjakan wisatawan di tempat tujuan

wisata. Ketika seorang wisatawan membayar sebuah penginapan Rp. 500.0001,-

untuk dua malam, Rp. 500.000,- tersebut mempunyai dampak ekonomi langsung.

Dampak ekonomi tidak langsung terjadi sebagai akibat uang yang Rp. 500.000,-

1 Mata uang dan nominal disesuaikan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

3

tadi. Sang pemilik penginapan mungkin menggunakan sebagian uang tersebut

untuk membeli makanan di warung makan dan sebagian lagi untuk membayar

upah karyawan penginapan. Berikutnya, pemasok bahan makanan akan membayar

petani sedangkan karyawan penginapan mungkin membeli sepasang sepatu.

Akibat dari uang yang Rp.500.000,- tadi meningkat.

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang mempunyai

potensi besar dalam kepariwisataan karena beragamnya obyek wisata yang ada.

Jumlah keseluruhan obyek wisata yang ada di Kabupaten Gunungkidul sebanyak

31 obyek wisata, yang kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kategori, Pertama

obyek wisata yang berbasis budaya, Kedua obyek wisata pantai, dan Ketiga obyek

wisata alam. Berikut disajikan tabel yang berisi daftar seluruh obyek wisata yang

ada di Kabupaten Gunungkidul:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

4

Tabel 1: Obyek Wisata di Kabupaten Gunungkidul

Kategori Wisata

Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya

No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek Wisata

1 Pantai pulang

syawal

1 Gunung Nglanggeran

(Gunung Api Purba)

1 Situs Megalitik

Sokoliman

2 Pantai Slili dan

Ngandong

2 Kawasan Karst

Pegunungan Sewu

2 Pertapaan Kembang

Lampir

3 Pantai Watu

Lumbung

3 Hutan wonosadi dan

Gunung Gambar

3 Pesanggrahan

Gembirowati

4 Pantai Pok

Tunggal

4 Rest Area Bukit

Bunder

4 Petilasan Gunung

Gambar

5 Pantai

Ngrenehan

5 Air Terjun

Srigetuk

5 Makam Bupati

Pontjodirjo

6 Pantai Sadeng 6 Kalisuci Cave Tubing

7 Pantai Siung

8 Pantai kukup

9 Pantai Krakal

10 Pantai Timang

11 Pantai Jungwok

12 Pantai Ngusalan

13 Pantai Pulutan

14 Pantai Sedahan

15 Pantai Sinden

16 Pantai Sepanjang

17 Pantai Sundak

18 Pantai Wediombo

19 Pantai Baron

20 Pantai Drini

Sumber: Diolah dari Website Kab. Gunungkidul2

Beragamnya obyek wisata yang ada di Kabupaten Gunungkidul

menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata bagi masyarakat, baik

masyarakat Kabupaten Gunungkidul sendiri maupun masyarakat luar daerah

lainnya. Dari keseluruhan obyek wisata di Kabupaten Gunungkidul, wisatawan

yang datang mengalami perkembangan yang fluktuatif, dibawah ini disajikan

tabel dan grafik terkait perkembangan jumlah kunjungan wisatawan.

2 www.gunungkidulkab.go.id Diakses pada tanggal 19 oktober 2012, pukul; 15:53.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

5

Tabel 2: Jumlah Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata

Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Jumlah Kunjungan pada Tahun

2008 2009 2010

Gunungkidul 427.071 529.319 488.805

Sumber: Buku Statistik Kepariwisataan Yogyakarta 2010

Grafik 1: Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan

di Daya Tarik Wisata Kabupaten Gunungkidul

Sumber: Diolah dari Buku Statistik Kepariwisataan Yogyakarta 2010

Wisatawan yang datang ke obyek wisata di Kabupaten Gunungkidul

tentunya membawa pengaruh pada pendapatan asli daerah (PAD) dari sub sektor

pariwisata. Berikut ini disajikan tabel dan grafik perkembangan PAD Sub Sektor

pariwisata Kabupaten Gunungkidul dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010:

Tabel 3: Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sub Sektor Pariwisata Kab. Gunungkidul

Kabupaten Pendapatan Asli Daerah pada Tahun

2008 2009 2010

Gunungkidul 1.397.507.760 1.699.185.380 1.845.743.858

Sumber: Buku Statistik Kepariwisataan Gunungkidul

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

2008 2009 2010

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

6

Grafik 2: Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sub Sektor Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

Sumber: Diolah dari Buku Statistik Kepariwisataan Yogyakarta 2010

Data tabel 3 dan grafik 2 menunjukkan di Kabupaten Gunungkidul,

meskipun jumlah wisatawan menurun pada tahun 2010 (lihat grafik 1), namun

pada kenyataannya dari sisi pendapatan mengalami kenaikan sebesar 1,93 persen.

Kenaikan PAD tersebut karena adanya kenaikan wisatawan nusantara

yang datang ke Kabupaten Gunungkidul setiap tahunnya. Hal itu dipicu juga

karena di Indonesia memiliki banyak hari libur pendek, seperti liburan pada hari-

hari besar dan nasional sehingga masyarakat memilih untuk menghabiskan hari

liburnya di tempat-tempat yang tidak begitu jauh, murah dan layak untuk

dijadikan tempat berlibur keluarga, dan kabupaten Gunungkidul adalah salah satu

destinasi wisata tersebut.

Kalisuci Cave Tubing adalah salah satu obyek wisata yang ada di

Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan Semanu, Desa Pacarejo. Obyek wisata minat

0

200,000,000

400,000,000

600,000,000

800,000,000

1,000,000,000

1,200,000,000

1,400,000,000

1,600,000,000

1,800,000,000

2,000,000,000

2008 2009 2010

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

7

khusus Kalisuci Cave Tubing mulai beroperasi pada tahun 2009 yang lalu,

sehingga bisa dikatakan Kalisuci Cave Tubing termasuk obyek wisata yang baru

berkembang.

Kalisuci merupakan sistem sungai bawah tanah yang di dalamnya terdapat

banyak ornamen-ornamen goa yang indah dan menarik. Para wisatawan yang

berkunjung disuguhi atraksi wisata berupa Cave Tubing3, penelusuran Goa

horizontal dengan didampingi pemandu lokal yang sudah terlatih.

Pada pengelolaannya, obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing

melibatkan masyarakat lokal sejak awal. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji

dengan pengelolaan yang terjadi berdasarkan prinsip kemitraan adalah hal yang

baru dalam pengelolaan wisata minat khusus di Kabupaten Gunungkidul.

Pengelolaan obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing yang

dijalankan secara kemitraan (antara pemerintah daerah, masyarakat lokal,

dan pihak investor), dapat menjadi model alternatif bagi daerah lain yang

memiliki potensi obyek wisata minat khusus dan memanfaatkannya sebagai salah

satu pendongkrak dalam pembangunan daerah.

Kemitraan dalam hal ini menjadi penting, mengingat selama ini

pembangunan yang dilakukan hanya menjadikan masyarakat lokal sebagai obyek

pembangunan saja. Dengan adanya kemitraan dalam pengelolaan obyek wisata

diharapakan masyarakat juga berperan aktif, sehingga hasil pembangunan dapat

dirasakan oleh masyarakat lokal yang berada di kawasan obyek wisata.

3 Menelusuri Goa Horizontal yang memiliki aliran air bawah tanah dengan menggunakan Ban

dalam.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

8

Diambilnya isu kemitraan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini

berangkat dari banyaknya obyek wisata yang terbengkalai baik itu obyek wisata

yang pada awalnya sudah dikelola namun tidak ada komitmen berkelanjutan

dalam pengelolaannya, maupun obyek wisata yang sama sekali masih belum

tersentuh oleh manajemen pengelolaan. Banyak faktor yang menyebabkan obyek

wisata terhenti dalam pengelolaannya ataupun obyek wisata yang belum tersentuh

oleh pengelolaan, faktor-faktor yang menyebabkan hal itu terjadi diantaranya

adalah:

Pertama, faktor biaya (Budgeting), tidak bisa dipungkiri bahwa untuk

membangun atau mengembangkan sebuah obyek wisata memerlukan biaya yang

tidak sedikit karena obyek wisata merupakan tempat dimana semua orang bisa

berkumpul untuk melepaskan kepenatan sehingga pihak pengelola di tuntut untuk

memaksimalkan sarana dan prasarana serta menyediakan segala keperluan yang di

butuhkan oleh wisatawan selama berwisata.

Faktor yang Kedua adalah komitmen dari pihak pengelola dalam

mengelola obyek wisata. Komitmen dalam hal ini dijabarkan sebagai

kesungguhan pihak pengelola dalam menjalankan sebuah obyek wisata. Pihak

pengelola ditantang untuk membuat kreasi-kreasi baru yang mendukung obyek

wisata yang sudah ada agar wisatawan tidak jenuh dengan pertunjukan/

pemandangan yang tidak ada perubahan sama sekali. Jika pengelola melakukan

hal tersebut maka dipastikan obyek wisata yang dikelola dapat berkembang dan

berkelanjutan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

9

Ketiga, Status pengelolaan obyek wisata. Faktor yang mendasari atas di

bangun dan dikembangkannya sebuah obyek wisata bertujuan untuk

mendatangkan pundi-pundi rupiah baik bagi pihak pengelola maupun masyarakat

setempat. Untuk masyarakat setempat sendiri tidak begitu menimbulkan banyak

permasalahan, namun yang riskan dan dapat menimbulkan masalah serius adalah

pada pihak pengelola. Setelah sebuah obyek wisata berkembang dan

menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit, biasanya bermunculan klaim

kepemilikan obyek wisata. Klaim terhadap sebuah obyek wisata yang terjadi salah

satunya adalah mempermasalahkan lahan tempat obyek wisata tersebut berdiri,

pada intinya si pembuat klaim adalah yang berhak mengelola obyek wisata karena

berada di lahan si pembuat klaim, dan memungkinkan pula munculnya klaim

pengelolaan obyek wisata yang berasal dari oknum-oknum yang mengatas

namakan institusi/ organisasi tertentu karena mempunyai kekuatan tertentu dalam

pengelolaan obyek wisata.

Tiga faktor di atas tersebut akan terus membayang-bayangi di setiap

pembangunan dan pengembangan obyek wisata yang akan dilakukan. salah satu

alternative yang dapat mengatasi ketiga masalah krusial tersebut adalah dengan

menjalankan pengelolaan obyek wisata yang berbasiskan kepada kemitraan.

Kemitraan yang dilakukan tentunya harus di dasarkan atas kepedulian yang

bermitra terhadap sesuatu yang sedang terjadi, baik itu kemitraan yang

berlandaskan kepada keberlanjutan kelestarian alam dan budayanya maupun

kemitraan yang berlandaskan kepada kesejahteraan masyarakat sekitar.

Selanjutnya dengan kemitraan pula beban biaya yang dikeluarkan tidak begitu

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

10

besar jika dibandingkan dengan tidak dimitrakan, selain itu permasalahan-

permasalahan yang muncul dapat cepat teratasi karena adanya musyawarah dari

pihak yang bermitra sehingga menghasilkan jalan keluar yang terbaik dari yang

baik.

Selain itu kemitraan dalam lingkungan masyarakat yang merupakan

sesuatu hal yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal

kemitraan sejak berabad-abad lamanya, meskipun dalam skala yang sederhana,

seperti Gotong Royong, Sambat Sinambat, Partisipasi, Mitra Cai, Mitra

Masyarakat Desa Hutan, Mitra Lingkungan dan sebagainya. Dalam manjemen

modern, baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun pengembangan

kelembagaan/ usaha, kemitraan merupakan salah satu strategi yang bisa ditempuh

untuk mendukung keberhasilan implementasi manajemen modern (Kamil,

2006:1).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

11

I.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pernyataan yang memberikan penekanan

utama atas permasalahan yang dibahas dalam sebuah tulisan. Sebuah penelitian

yang mengacu pada kaidah - kaidah yang baku dan mengutamakan keabsahan,

akan mencantumkan rumusan masalah dalam penelitiannya. Manfaat dari

rumusan masalah ini adalah untuk membatasi peneliti agar penelitiannya fokus

dengan apa yang diteliti dan tidak melebar dalam pembahasannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk kemitraan

yang terjalin dan bagaimana kapasitas masing-masing aktor dalam

menunjang kemitraan pada pengelolaan obyek wisata minat khusus Kalisuci

Cave Tubing?”

Batasan-batasan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana sistem kelola dan bentuk kemitraan yang terjalin dalam

pengelolaan obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing?

2. Bagaimana kapasitas masing-masing aktor dalam pengelolaan obyek

wisata Kalisuci Cave Tubing?

Posisi kapasitas dalam penelitian ini adalah sebagai penunjang dan

penjelas pada isu kemitraan yang dibahas. Penggunaan teori kapasitas dilatar

belakangi oleh kecocokannya dalam menjabarkan kemampuan masing-masing

aktor pada pengelolaan obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

12

I.3 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave

Tubing ditinjau dari kajian wacana kemitraan dengan judul “Kemitraan dalam

Pengelolaam Obyek Wisata (Studi tentang Kemitraan dalam Mengelola

Obyek Wisata Minat Khusus Kalisuci Cave Tubing di Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul)”.

Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Aktor-aktor yang mengelola obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave

Tubing;

2. Kapasitas para aktor dalam mengelola obyek wisata minat khusus Kalisuci

Cave Tubing; dan

3. Sistem kelola kemitraan pada obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave

Tubing.

Penelitian ini akan membahas dan mendeskripsikan mengenai pengelolaan

objek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing. Sebagai mana pada ketiga poin

diatas, pembahasan nantinya akan difokuskan kepada perilaku-perilaku para aktor

serta kapasitas yang dimiliki dalam aktifitasnya pada pengelolaan objek wisata

minat khusus Kalisuci Cave Tubing. Selain itu, karena system dan bentuk

pengelolaannya berbasiskan pada kemitraan, maka penelitian ini akan

menjabarkan kemitraan seperti apa yang dipakai dari sisi bentuk dan polanya.

Lalu, seberapa pentingkah penelitian ini harus dilakukan?, dengan dilatar

belakangi oleh kemampuan pemerintah daerah yang terbatas serta tanggung

jawabnya dalam mensejahterakan masyarakat, diharapkan hasil dari penelitian

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

13

tentang kemitraan dalam pengelolaan obyek wisata Kalisuci Cave Tubing ini,

akan lebih membuka lagi mind set pemerintahan bahwa pihak swasta tidak

semuanya dan selamanya akan menjadi benalu yang sifatnya menghisap sari-sari

inangnya sampai habis, lalu mati. Akan tetapi apabila pemerintah bekerja sama

dengan swasta dengan didasarkan atas transparansi serta tanggung jawab dan

menitikberatkan kepada pembangunan ekonomi masyarakat, maka kerjasama

yang dilakukan akan memberikan hasil yang bagus, baik itu bagi pemerintah,

swasta maupun masyarakat.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Kapasitas masing-masing aktor, dan

2. Bentuk kemitraan yang terjalin antar aktor yang terlibat dalam pengelolaan

obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing.

B. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini menjadi suatu media ekspresi dan

pembelajaran mengenai rencana-rancana pengembangan selanjutnya di

obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi

upaya menerapkan pengelolaan dan pengembangan obyek wisata berbasis

kemitraan dan masyarakat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

14

3. Bagi obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing, penelitian ini

diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat

diimplementasikan guna pengembangan obyek wisata minat khusus

Kalisuci Cave Tubing.

4. Bagi pemerintah kabupaten Gunungkidul, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat terkait dengan upaya pengembangan obyek wisata

minat khusus Kalisuci Cave Tubing secara lebih optimal sehingga

memberikan kepuasan kepada wisatawan yang pada akhirnya akan

meningkatkan jumlah kunjungan dan nilai manfaat bagi masyarakat

setempat.

I.5 Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah

yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan

masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan–pertanyaan tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu

sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup

memadai dan memberikan kesimpulan–kesimpulan yang tidak meragukan

(Sumadi Suryabarata, 1992: 59-60).

Sementara itu, Djam’an Satori dan Aan Komariah (2010: 22)

mendefinisikan pengertian penelitian kualitatif sebagai ”Penelitian yang

menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

15

terpenting dari suatu barang/jasa berupa kejadian/ fenomena/ gejala sosial adalah

makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi

suatu pengembangan konsep teori. Jangan sampai sesuatu yang berharga tersebut

berlalu bersama waktu tanpa meninggalkan manfaat. Penelitian kualitatif dapat

didesain untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan,

masalah-masalah sosial dan tindakan.

Berdasarkan uraian tersebut maka diputuskan untuk digunakan metode

penelitian kualitatif karena sesuai dengan apa yang akan dilakukan, yaitu

mengungkap dan memahami fenomena yang terjadi dan mengetengahkan hasil

penelitiannya kepada khalayak ramai. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2004: 4)

mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan

perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar

dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Penelitian ini adalah sebuah penelitian deskriptif (descriptive research).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat

pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian–kejadian.

Penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata–

mata tidak perlu mencari hubungan atau menerangkan saling hubungan, mentest

hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun

penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal–hal tersebut dapat mencakup

juga metode–metode deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

16

membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta–fakta

dan sifat–sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 1992: 18-19).

Tujuan dari penelitian deskriptif menurut Azwar adalah menggambarkan

secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau

mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau

kejadian. Data yang dikumpulkan semata–mata bersifat deskriptif sehingga tidak

bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, dan mampu

mempelajari implikasi (Azwar, 1998: 6).

Untuk model pendekatan atau paradigma yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan pendekatan Postpositivisme Phenomenologik-Interpretif,4 yaitu

pendekatan yang menyajikan data secara kualitatif, membuat telaah holistik,

mencari esensi dan mengimplisitkan nilai moral dalam observasi, analisis dan

pembuatan kesimpulan. Karakteristik dari paradigma postpositivisme

phenomenologik-interpretif merupakan pencarian makna dibalik data yang

diperoleh (Muhadjir, 2002: 79). Pendekatan ini mengakui adanya kebenaran

empirik etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta

berargumentasi, bahwa manusia tidak dapat lepas dari pandangan moralnya baik

pada taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis maupun membuat

kesimpulan (Muhadjir, ibid.: 116). Pendekatan Phenomenologik bukan hendak

berfikir spekulatif melainkan hendak mendudukkan tinggi kemampuan manusia

dalam menggunakan logika berfikir reflektif untuk mengangkat makna etik dalam

4 Klasifikasi metodologi penelitian pada postpositivisme phenomenologik-interpretif mencakup:

interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistic, interaksi simbolik, semiotic, heuristic, hermeneutic atau holistic.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

17

berteori dan berkonsep di balik fenomena empirik, kriterianya lebih tinggi lagi

dari sekedar mencari truth or false “benar atau salah”.

Salah satu model penelitian yang tergolong dalam pendekatan

Postpositisvisme Phenomenologik-Interpretif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model paradigma Naturalistik, yaitu model penelitian yang telah

menemukan karakteristik kualitatif sempurna. Artinya bahwa kerangka pemikiran,

filsafat yang mendasarinya maupun operasionalisasi metodologinya bukan reaktif

atau sekedar merespon, melainkan membangun sendiri kerangka pemikirannya,

filsafatnya dan operasionalisasi metodologinya (Muhadjir, Ibid.:147). Menurut

Guba dalam Muhadjir, konteks natural menjadi karakteristik pertama dalam

penelitian Naturalistik. Nasution (1988) menjelaskan bahwa penelitian

Naturalistik dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting), apa adanya,

tidak dibuat-buat atau sumber datanya tidak dikenai suatu tindakan (eksperimen),

oleh karena itu instrumen yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian

cenderung disebut sebagai subyek penelitian bukan obyek penelitian.

Dipilihnya penggunaan model kualitatif deskriptif dengan pendekatan

naturalistik karena penelitian yang dilakukan bertujuan mengungkap dan

memahami sesuatu di balik fenomena dalam pengelolaan obyek wisata minat

khusus Kalisuci Cave Tubing. Penulis menempatkan subyek yang diteliti dalam

kedudukan yang sejajar, karena tujuan utamanya adalah untuk belajar mengenai

fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Selain itu unsur manusia

digunakan sebagai instrumen atau alat pengumpul data yang utama atas

kemampuannya menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realita sehingga

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

18

mampu menangkap makna yang terkandung di balik fenomena, terlebih lagi untuk

menghadapi nilai-nilai yang terkandung di dalam pengelolaan obyek wisata minat

khusus Kalisuci Cave Tubing.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah obyek

wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing yang terletak di Desa Pacarejo,

Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

C. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik created base selection,

yaitu pemilihan subyek penelitian yang bersifat sementara dan mengoptimalkan

keragamannya sesuai dengan tujuan terbaik yang perlu dicapai dalam penelitian,

unit-unit sampling diseleksi secara berkelanjutan sesuai dengan informasi yang

diperoleh di lapangan. Sampling dalam Naturalistik mempunyai penafsiran yang

berbeda, yakni pilihan peneliti atas aspek apa, dari peristiwa apa dan siapa yang

dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu, dilakukan terus-menerus sepanjang

penelitian (Nasution, 1988: 29). Pemilihan metode pengambilan sampling

purposive karena lebih memungkinkan hal-hal yang dicari dapat dipilih pada

kasus-kasus ekstrim sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol dan lebih

mudah dicari maknanya (Muhadjir, 2002: 149). Hasil yang dicapai dalam

pengambilan sampel ini bukan untuk mencari generalisasi.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

19

Kegiatan operasional yang dijalankan dalam rangka pengumpulan data

penelitian tertuang dalam uraian berikut ini:

1) Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam

penelitian kualitatif karena luasnya cakupan dalam observasi. Observasi tidak

terbatas pada manusia saja, tetapi benda-benda sekecil apapun dan dalam bentuk

apapun dapat diamati melalui observasi langsung ke lapangan.

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus

dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun ke lapangan terlibat

seluruh pancaindra. Secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu

melalui media visual/audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dll. Namun yang

terakhir ini dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai alat bantu karena

sesungguhnya observasi adalah pengamatan langsung pada “natural setting”

bukan setting yang sudah direkayasa. Dengan demikian pengertian observasi

penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap obyek untuk

mengetahui keberadaan obyek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya

mengumpulkan data penelitian (Djam’an & Aan, 2010: 105).

Observasi yang dilakukan melihat kondisi obyek wisata minat khusus

Kalisuci Cave Tubing, sarana yang dimiliki dapat menunjang kebutuhan para

wisatawan saat melakukan kegiatan wisata di Kalisuci. Hal ini perlu dilakukan

untuk menunjang kegiatan pengumpulan data yang lainnya.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

20

Observasi dalam penelitian ini mulai dilakukan pada tahap awal

pembuatan proposal penelitian hingga (maksimal) 11 Mei 2013 seperti yang

tercantum pada draft perijinan penelitian yang diberikan oleh Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.

2) Wawancara

Beberapa definisi wawancara dikemukakan beberapa ahli sebagai berikut

(Djam’an Satori & Aan Komariah, Ibid: 129):

1. Berg (2007:89) membatasi wawancara sebagai suatu percakapan

dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan

informasi;

2. Sudjana (2000:234) wawancara adalah proses pengumpulan data atau

informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer)

dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee);

3. Esterberg (2002), interview, a meeting of two persons to exchange

informations and idea through questions and responses, resulting in

communication and joint constructions of meaning about a particular

topic.

Menurut beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan wawancara

adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali

dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab. Wawancara

dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena mengeksplorasi informasi

secara holistic dan jelas dari informan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

21

Sebelum melakukan wawancara, peneliti dituntut menGoasai fokus dan

tujuan dalam penelitian, karena sering terjadi peneliti mendapatkan data

wawancara yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Sesuai dengan metode

penelitian kualitatif berbentuk studi kasus yang dioperasionalkan dalam penelitian

ini, maka wawancara dilaksanakan menggunakan interview guide atau panduan

wawancara. Interview guide berfungsi sebagai penunjuk arah agar data

wawancara tetap representatif dengan tujuan penelitian. Petunjuk penelitian dibuat

sedemikian rupa dan bersifat terbuka sehingga mampu mengumpulkan data secara

akurat, signifikan dan mendalam.

Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara pada pihak-pihak kunci yang

terkait dalam pengelolaan obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing.

Pihak- pihak kunci tersebut adalah:

1. Bapak Dr. Cahyo Alkantana selaku Budget Supporting dan Pencetus ide

dibuatnya wilayah Kalisuci sebagai obyek wisata minat khusus Kalisuci

Cave Tubing,

2. Bapak Birowo Adhi, ST., MT. selaku kepala Bidang Pengembangan

produk wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul,

3. Sodara Nafikurrohman selaku manajer operasional pada pengembangan

dan pelatihan sumber daya manusia pada obyek wisata minat Khusus

Kalisuci Cave Tubing,

4. Bapak Muslam Winarta selaku Ketua 1 Kelompok Sadar Wisata Kalisuci,

5. Bapak Warsito selaku Ketua II Kelompok Sadar Wisata Kalisuci.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

22

3) Studi Dokumentasi dan Kepustakaan

Studi dokumentasi menurut Nawawi dan Martini (2001) adalah;

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama arsip-arsip dan

termasuk juga buku – buku tentang pendapat dan teori, dalil/ hokum dan lain –

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini data yang

diperoleh dari sumber non manusia meliputi dokumen – dokumen, laporan –

laporan kegiatan, peraturan – peraturan dan lainnya yang berhubungan dengan

masalah penelitian. Selain itu digunakan juga data visual dalam bentuk foto

maupun rekaman video yang menggambarkan masalah yang diteliti.

Dokumentasi-dokumentasi yang menjadi salah satu bahan data dalam

penulisan laporan penelitian ini berupa:

1. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 68 Tahun 2011 tentang Uraian

Tugas Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (terlampir);

2. Notulensi pertemuan karang taruna tentang pembangunan di Goa

Jomblang, desa Pacarejo, kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul

(terlampir);

3. Notulensi pertemuan dan public hearing/ sosialisasi pembangunan di Goa

Jomblang (terlampir);

4. Noutulensi pertemuan pembentukan awal Kalisuci Cave Tubing dan

pembukaan awal Kalisuci sebagai obyek wisata minat Khusus Cave

Tubing (terlampir);

5. Notulensi pada musyawarah evaluasi dari pembukaan Kalisuci Cave

Tubing (terlampir);

Page 23: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

23

6. Notulensi pada rapat pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Kalisuci Cave Tubing (terlampir);

7. Keputusan Kepala Desa Pacarejo tentang Pengurus Kelompok Sadar

Wisata Kalisuci Periode 2009-2014 (terlampir);

8. Daftar kunjungan wisatawan ke Kalisuci Cave Tubing dari Tahun 2011 s/d

2013 (inv. Pokdarwis Kalisuci);

9. Foto-foto kegiatan Cave Tubing di Kalisuci, dan

10. Brosur Kalisuci Cave Tubing.

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

1) Triangulasi

Moleong (2005: 330) mendefinisikan Triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui

sumber lainnya.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2005: 330). Hal itu

dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan data yang dikatakan orang di depan umum dengan data

yang dikatakannya secara pribadi.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

24

c. Membandingkan data yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan data yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan

informasi yang diperoleh dari masing-masing informan. Informasi yang diperoleh

dari dinas pariwisata Kabupaten Gunungkidul, dibandingkan dengan informasi

dari pihak swasta, lalu kemudian menggali informasi dari masyarakat. Kemudian

juga dibandingkan dengan data hasil observasi yang dilakukan hingga akhirnya

diperoleh informasi yang mendukung data yang diperoleh, sehingga dapat diambil

kesimpulan.

2) Konfirmabilitas

Djam’an Satori dan Aan Komariah (2010: 174) menjelaskan operasional

dari uji konfirmabilitas yaitu menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses

yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian

yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.

Dalam penelitian harus ada proses, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya

ada.

Dalam penelitian ini untuk konfirmabilitas itu dilakukan dengan observasi

secara mendalam, bukan hanya sekilas saja, serta dengan melakukan pengecekan

terhadap data atau informasi yang cukup. Observasi tidak dilakukan hanya sekilas

Page 25: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

25

dalam satu waktu, melainkan dilakukan selama beberapa hari dan memerlukan

waktu yang cukup untuk dapat memahami hasil pengamatan.

3) Referensi yang cukup

Keterbatasan referensi yang tersedia dapat menghambat penulis dalam

menginterpretasikan data yang telah masuk. Oleh karena itu, untuk menghindari

kedangkalan penelaahan kajian, diperlukan referensi selengkap mungkin; tidak

hanya terpaku pada satu atau dua referensi saja. Pada penelitian ini, tidak hanya

mengandalkan referensi buku-buku akademik saja, namun juga bersumber dari

referensi lainnya, seperti artikel-artikel maupun penelitian-penelitian tentang

pelaksanaan pengelolaan dan pembangunan obyek wisata yang berbasis

kemitraan.

E. Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2005: 248), analisa data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah–milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dari

yang dipelajari, dan memutuskan yang akan dapat diceritakan kepada orang lain.

Semua data yang telah diperoleh akan sangat berarti dan bermakna apabila data

tersebut dianalisis telebih dahulu sebelum menciptakan suatu kesimpulan, yang

dilakukan secara akurat dan seksama untuk diberi makna.

Beberapa cara yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut (Moleong,

2005: 248) :

Page 26: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

26

1) Reduksi Data

Data primer yang diperoleh di lapangan diketik dalam bentuk laporan

sementara, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema atau polanya. Jadi, laporan lapangan sebagai bahan mentah

disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis.

Hasil wawancara dengan berbagai pihak, yaitu Dinas Pariwisata Gunung

Kabupaten Gunungkidul, Masyarakat (pokdarwis), dan pihak swasta, untuk

kemudian dirangkai secara lebih sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai hasil penelitian. Tidak semua data hasil wawancara

dimasukkan dalam analisa data, namun perlu dipilah agar data atau kutipan

wawancara lebih tajam dan jelas.

2) Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Dari data yang diperoleh peneliti sejak awal, mencoba mengambil

kesimpulan. Kesimpulan pada mulanya memang masih sangat kabur dan

diragukan. Masih kaburnya kesimpulan awal ini antara lain disebabkan karena

masih minimnya data yang diperoleh, yang mendukung tujuan penelitian, tetapi

dengan bertambahnya data, kesimpulan dapat terlihat lebih jelas, karena data yang

diperoleh semakin lama semakin banyak dan mendukung tujuan penelitian, dan

kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi

dapat dilakukan dengan mencari data baru, dapat pula lebih mendalam dengan

melakukan wawancara beberapa kali.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

27

I.6 Pelaporan

Pelaporan dan penyajian data bersifat deskriptif, karena penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi dalam kegiatan

pengelolaan wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing. Selain itu melalui

penggambaran fenomena tersebut juga dapat digunakan sebagai media untuk

mengevaluasi secara formatif setelah melalui proses melihat dan meneliti pola

pengelolaan wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing, kemudian dijadikan

sebagai umpan balik dalam upaya menarik kesimpulan serta merumuskan

rekomendasi-rekomendasi untuk pengelolaan yang lebih baik lagi kedepannya.

Paradigma Naturalis lebih memilih bentuk pelaporan studi kasus

(karakteristik Naturalistik yang kesepuluh) yang merupakan hasil pengungkapan

fakta dan penafsiran, karena dengan laporan studi kasus deskripsi realitas ganda

yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias

(Muhadjir, 2002: 150). Peneliti mempunyai perhatian pada cara berfikir

responden dan memperhatikan nilai-nilai yang dianutnya karena responden lebih

memahami konteks penelitian daripada peneliti; selain itu responden dapat lebih

baik dalam memahami dan mengartikan pengaruh pola nilai-nilai lokal (Muhadjir,

Ibid). Dengan demikian peneliti dapat mempelajari, menerangkan atau

menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya

intervensi dari luar. Tujuan pelaporan studi kasus antara lain: 1) memungkinkan

transferabilitas hasil laporan pada kasus lain; 2) laporan merupakan bentuk

jawaban dari berbagai aksioma paradigma Naturalistik; 3) laporan merupakan alat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

28

komunikasi dengan pembaca, perlu dijaga agar tampilannya benar-benar

grounded, holistik dan seperti yang terjadi (Muhadjir, 2002: 169).

Sistematika penulisan laporan terdiri dari 6 bab yang masing-masing

memiliki karakteristik dan nilai penjabaran yang berbeda. Bab I Pendahuluan

diawali dengan pembahasan mengenai perkembangan pariwisata yang terjadi

dikabupaten Gunungkidul selama 3 tahun terakhir, dijabarkan pula pertumbuhan

pengunjung serta pendapatan Kabupaten Gunungkidul dari sisi kepariwisataan.

Dalam pendahuluan, dicantumkan pula Sub Bab Perumusan Masalah, Fokus

Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Metode Penelitian. Bab II

Kerangka Teori mnjelaskan dan menjabarkan teori-teori yang dipakai pada

penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut yang nantinya akan menjadi acuan

dalam membahas kemitraan yang terjadi pada pengelolaan Obyek wisata minat

khusus Kalisuci Cave Tubing. Bab III Deskripsi Wilayah Penelitian

menggambarkan kondisi fisik Kalisuci, sarana prasarana yang ada di Kalisuci,

jumlah pengunjung dua tahun terakhir dan jumlah pemandu yang ada/ telah

tersertifikasi. Bab IV Pengelolaan Obyek Wisata Minat Khusus Kalisuci Cave

Tubing membahas tentang sejarah pengelolaan obyek wisata minat khusus

Kalisuci Cave Tubing dari awal sampai terbentuknya seperti saat ini. Selain itu

dalam bab ini dijabarkan pula profil stakeholder yang terlibat pada pengelolaan

obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing. Bab V Bentuk Kemitraan

dan Kapasitas Stakeholder dalam Pengelolaan Obyek wisata Minat Khusus

Kalisuci Cave Tubing menjabarkan apa dan bagaimana kapasitas masing-masing

Page 29: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62044/potongan/S1-2013... · Wisata Pantai Wisata Alam Wisata Budaya No Obyek Wisata No Obyek Wisata No Obyek

29

aktor dan pola kemitraan yang terjalin antar stakeholder dalam pengelolaan obyek

wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing dengan ditinjau dari kajian

berdasarkan teori-teori yang tercantum dalam dalam Bab dua. Bab VI Penutup

menyarikan pembahasan bab-bab sebelumnya dan mengusulkan rekomendasi

pada pengelolaan wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing.