traktus biliaris
TRANSCRIPT
TRAKTUS BILIARIS
EMBRIOLOGI DAN ANATOMI
Perkembangan duktus biliaris dan hati berasal dari divertikulum yang munculdari bagian
ventral foregut. Bagian kranial menjadi hati, kaudal menjadi bagian ventral pankreas dan
bagian intermediet berkembang menjadi kandung empedu. Awalnya kosong, divertikulum
hepatik menjadi sel yang nantinya akan rekanalisasi untuk membentuk saluran.
Saluranterkecil“kanalikulusbiliaris”pertama kali terlihat sebagai penghubung hepatocit
primitif yang nantinyamembesar sesuai dengan hati. Banyaknya mikrovilli meningkatkan
areapermukaan kanalikular. Empedu disekresi di kanalikulus biliaris melalui
duktusinterlobular (canals of Hering) dan duktus lobaris dan melalui duktus hepatikus
dihilum. Dalam banyak kasus, duktus hepatikus komunis merupakan persatuandari duktus
hepatikus kanan dan kiri, tapi 25% individu tidak bergabung. Permulaan dari duktus
hepatikus komunis dekat dengan hati, tetapi selalu diluarhati. Panjangnya sekitar 4 cm
sebelum bergabung dengan duktus sistikusmembentuk duktus koledokus (duktus biliaris
komunis). Duktus koledokus bermula di ligamentum hepatoduodenale, melewati bagian
pertama duodenum dan masuk ke facies posterior pankreas sebelum memasuki duodenum.
Panjangtotal dari duktus koledokus sekitar 9 cm.80-90% individu, duktus pancreatikus
bergabung dengan duktus biliaris komunismembentuk saluran sekitar 1 cm. Segmen
intraduodenal dari saluran tersebutdisebut ampulla hepatopankreas atau ampulla Vatery.
Orifisiumnya dikelilingioleh sfingter Oddi.Kandung empedu adalah organ berbentuk pear
terletak pada permukaan bawahhati diantara lobus kiri dan kanan hati. Kandung empedu
dapat menampungsekitar 50 mL cairan empedu.Di dalam ligamentum hepatoduodenale,
arteri hepatika sebelah kiri dari duktusbiliaris komunis, dan vena porta sebelah posterior dan
medial.Dinding duktus biliaris ekstrahepatik dan kandung empedu mengandung jaringan
fibrosa dan otot polos. Membran mukosa mengandung kelenjar-kelenjarmukosa dan dilapisi
oleh selapis sel kolumnar. Traktus biliaris menerima persarafan parasimpatik dan simpatik.
Saraf motormenuju ke kandung empedu dan saraf sekretorik menuju ke epitel duktus.
Saraf afferen pada persarafan simpatis beperan dalam penyampaian rasa nyeri padakolik
biliaris.
FISIOLOGI
Aliran Empedu
Empedu dihasilkan rata-rata 500-1500 mL/hari oleh hepatocit dan sel dalamduktus. Sekresi
aktif dari garam empedu ke kanalikulus biliaris bertanggung jawab terhadap volume empedu
dan fluktuasinya. Na+ dan air secara pasif menyeimbangkan isosmolalitas dan netralitas
listrik. Lesitin dan kolesterolmasuk ke kanalikulus rata-rata tergantung dari banyaknya garam
empedu yang keluar.
Bilirubin dan garam garam organik lainya seperti estrogen,sulfobromophthalein disekresikan
secara aktif oleh hepatocit dengan sistemtranspor yang berbeda dengan garam empedu.Sel
kolumnar dari ductus menambahkan aliran kaya akan HCO3- dalamkanalikulus. Ini termasuk
sekresi aktif dari Na+ dan HCO3- dengan pompa selularyang distimulasi oleh sekretin, VIP,
dan kolesistokinin. K + dan air terdistribusipasif melalui duktus.Diantara waktu makan,
empedu disimpan dalam kandung empedu, dimanakonsentrasinya rata-rata mencapai 20% per
jam. Na+dan HCO3- ataupun Cl- ditranspor aktif dari lumen selama absorpsi. Tiga faktor
yang mempengaruhi regulasi aliran empedu: sekresi hepatik,kontraksi kandung empedu, dan
resistensi sfingter Oddi. Dalam keadaandiantara waktu makan, tekanan di duktus biliaris
komunis adalah 5-10 cm H2O,dan produksi empedu dalam hati dialihkan ke kandung
empedu. Setelah makan, kandung empedu kontraksi, relaksasi sfingter, dan empedu keluar ke
duodenum.Selama kontraksi, tekanan di dalam kandung empedu sekitar 25 cm H2O dan
didalam duktus biliaris komunis 15-20 cm H2O.Kolesistokinin adalah stimulus fisiologis
utama untuk postprandial kontraksikandung empedu dan relaksasi dari sfingter, tetapi impuls
vagal memfasilitasikejadian ini. Kolesistokinin dikeluarkan ke dalam aliran darah dari
mukosa usushalus dengan lemak atau produk lipolitik di dalam lumen. Asam amino
danpolipeptida kecil adalah stimulus lemah, dan karbohidrat tidak efektif. Aliranempedu
selama makan meningkat dengan kembalinya garam empedu dalamsirkulasi enterohepatik
dan stimulasi dari sekresi duktus oleh sekretin, VIP, dankolesistokinin. Motilin menstimulasi
pengosongan partial episodik dari kandungempedu diantara waktu makan.
Garam Empedu dan Sirkulasi Enterohepatik
Garam empedu, lesitin, dan kolesterol termasuk sekitar 90% dalam bahan padatempedu,
sisanya mengandung bilirubin, asam lemak, dan garam inorganik.Kandung empedu
mengandung 10% bahan padat dan memiliki konsentrasigaram empedu antara 200-300
mmol/L.Fungsi dari garam empedu adalah (1) menginduksi aliran empedu, (2) transporlipid,
dan (3) mengikat ion kalsium dalam empedu.Empedu terdiri dari garam empedu, pigmen
empedu, dan bahan-bahan lain yanglarut dalam larutan elektrolit alkalis yang mirip dengan
getah pankreas. Sekitar500ml disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu diserap
ulangdalam usus kemudian diekskresikan kembali oleh hati (sirkulasi
enterohepatik).Glukoronida pada pigmen mepedu, bilirubin, dan biliverdin, menyebabkan
warnaempedu berwarna kuning keemasan.Garam empedu adalah garam-garam natrium dan
kalium asam empedu yangberkonjugasi dengan glisin atau taurin, suatu turunan sistin. Asam-
asam empedudisintesis dari kolesterol. Bersama dengan vitamin D, kolesterol,
berbagaihormon steroid, dan glikosida digitalis, asam-asam empedu mengandung
intisiklopentanoperhidrofenantren. Dua asam empedu utama (primer) yangterbentuk dalam
hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Didalamkolon, bakteri mengubah asam
kolat menjadi asam deoksikolat dan asamkenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Karena
terbentuk akibat kerja bakteri,maka asam deoksikolat dan asam litokolat disebut asam
empedu sekunder.Konjugasi asam-asam ini dengan glisin atau taurin terjadi dalam hati,
dankonjugat yang terbentuk-misalnya asam glikokolat dan asam taurokolat-membentuk
garam-garam natrium dan kalium dalam empedu yang alkalis.Garam-garam empedu
memiliki sejumlah efek penting. Garam-garam inimenurunkan tegangan permukaan dan
bersama fosfolipid dan monogliserida,berperan untuk emulsifikasi lemak sebagai persiapan
untuk dicerna dan diserapdi usus halus. Selain itu, garam-garam ini bersifat amfipatik; yaitu
memiliki domain hidrofilik dan hidrofobik; salah satu permukaan molekul bersifat hidrofilik
karena ikatan peptida polar dan gugus karboksil serta hidroksil terletak dipermukaan tersebut,
sedangkan permukaan lain bersifat hidrofobik. Dengandemikian, garam-garam empedu
cenderung membentuk lempeng-lempengsilindris yang disebut misel, dengan permukaan
hidrofilik ynag menghadapkeluar dan bagian tengahnya hidrofobik. Diatas konsentrasi
tertentu yangdisebut konsentrasi misel kritis, semua garam empedu yang ditambahkan
kedalam larutan membentuk misel. Lemak berkumpul didalam misel, dengankolesterol di
pusat hidrofobik dan fosfolipid amfipatik serta monogliseridaberjajar dengan ujung hidrofilik
mengarah keluar dan ekor hidrofobiknya kebagian tengah. Misel berperan penting dalam
mempertahankan lemak dalamlarutan dan membawanya ke brush boder sel epitel usus, dan
disitu lemaktersebut diserap.Sembilan puluh sampai 95% garam-garam empedu diserap di
usus halus.Sebagian diserap melalui difusi nonionik, tetapi sebagian besar diserap dariileum
terminalis oleh suatu transpor aktif yang sangat efisien. Sisanya 5-10%masuk ke dalam kolon
dan diubah menjadi garam-garam deoksikolat dan asamlitokolat. Litokolat relatif tidak larut
dan sebagian besar diekskresikan dalamtinja; hanya 1% yang diserap. Namun, deoksikolat
diserap. Garam-garamempedu yang diserap disalurkan kembali ke hati dalam vena porta
dandiekskresikan kembali dalam empedu (siklus enterohepatik). Garam yang keluarmelalui
tinja diganti oleh sintesis dalam hati; kecepatan normal sintesis garamempedu adalah 0.2-0.4
g/hari. Jumlah total garam empedu yang mengalamisiklus berulang-ulang melalui sirkulasi
enterohepatik adalah sekitar 3,5 g; telahdiperhitungkan bahwa jumlah total tersebut
bersirkulasi dua kali per makan dan6-8 kali per hari. Apabila empedu tidak ada di usus, maka
hampir 50% lemakyang dimakan akan keluar melalui feses. Juga terjadi malabsorpsi berat
vitaminlarut lemak. Apabila reabsorpsi garam empedu dicegah dengan reseksi
ileumterminalis atau penyakit di bagian usus halus ini, maka lemak dalam tinja juga akan
meningkat karena apabila sirkulasi enterohepatik terputus maka hati tidak dapat
meningkatkan kecepatan pembentukan garam empedu untuk mengkompensasi kehilangan
yang terjadi.
Bilirubin
Sekitar 250-300 mg bilirubin diekskresi dalam empedu setiap harinya, 75%berasal dari
penghancuran sel darah merah di dalam sistem retikuloendotelialdan 25% berasal dari heme
dan hemoprotein siklus enterohepatik. Awalnya,heme adalah hasil pemecahan hemoglobin,
dan besi serta globin dibuang untukdigunakan kembali oleh organ. Biliverdin, pigmen
pertama yang dihasilkan olehheme, direduksi menjadi unconjugated bilirubin, reaksi indirek
bilirubin dari tesvan den Bergh. Unconjugated bilirubin adalah water insoluble, yang
ditranspordalam plasma berikatan dengan albumin.
Unconjugated bilirubin diekstraksi dari darah oleh hepatocit, dimanaberkonjugasi dengan
asam glukoronil membentuk bilirubin diglukuronid, bilirubidirek yang water soluble.
Konjugasi ini dikatalisasi oleh glukoronil transferase,enzim dalam retikulum endoplasma.
Bilirubin ditransportasikan dalam hepatocit oleh cystolic binding protein, yang mana
mengirimkan molekul ke membrankanalikuler untuk sekresi aktif dalam saluran empedu.
Dalam saluran empedu,conjugated bilirubin ditransportasikan bergabung dengan misel
lipid.Setelah masuk ke usus halus, bilirubin direduksi oleh bakteri usus menjadibeberapa
komponen yang dikenal sebagai urobilinogen, yang dioksidasi dandirubah menjadi pigmen
urobilin.
PATOGENESIS BATU EMPEDU
Insiden batu empedu meningkat sesuai dengan umur, sehingga antara umur 50-65 tahun
sekitar 20% wanita dan 5% laki-laki mengalami batu empedu.Pada 75% pasien dengan batu
empedu adalah jenis kolesterol, sisanya 25%adalah batu pigmen. Semua jenis batu empedu
memberikan gambaran klinisyang sama.
Batu Empedu Kolesterol
Batu empedu kolesterol merupakan hasil sekresi dari empedu hati dengankolesterol yang
berlebihan. Dipicu oleh berbagai faktor, precipitat kolesterol daricairan membentuk kristal
sampai batu yang makroskopik.Sebelum pubertas, penyakit ini jarang tetapi memiliki
frekuensi yang samaantara perempuan dan laki-laki. Setelah pubertas, wanita lebih sering
terkenadibanding laki-laki sampai setelah menopause. Efek hormon juga
mempengaruhimeningkatnya insiden batu empedu, seperti wanita dengan
multipara,supersaturasi kolesterol pada empedu, dan peminum pil kontrasepsi.
Obesitasmerupakan faktor risiko utama.Seperti diketahui, kolesterol merupakan water
insoluble dan dalam empeduharus ditranspor dengan misel garam empedu dan fosfolipid
(lesitin). Ketikakadar kolesterol dalam empedu meningkat melebihi kapasitas garam
empedu,kristal kolesterol mulai terbentuk.Sekresi garam empedu dan masuknya kolesterol ke
dalam empeduberhubungan. Garam empedu mengeluarkan kolesterol dari membran
hepatocitke dalam kanalikulus biliaris. Ketika aliran empedu lemah (waktu tidak
makan),dalam kandung empedu memiliki saturasi kolesterol lebih besar dibanding
ketikaaliran empedu kuat.
Terjadinya penyakit batu empedu kolesterol membutuhkan supersaturasikolesterol di
empedu, tetapi itu saja tidak cukup. Supersaturasi kolesterol diempedu pada orang tanpa
penyakit batu empedu kecepatan membentukprecipitat lebih lambat dibanding dengan pasien
dengan penyakit batu empedu.Lebih jauh lagi, pada orang dengan supersaturasi empedu,
hanya pada yangdengan penyakit empedu memperlihatkan formasi in vivo kristal kolesterol.
Padaformasi batu empedu, faktor pronukleating (seperti imunoglobulin, glikoproteinmukus,
fibronektin, orosomukoid) terlihat lebih penting dibanding faktorantinukleating (seperti
glikoprotein, apolipoprotein, sitokeratin). Variasi dari protein tersebut merupakan faktor
penting dalam membedakan yang manaempedu orang yang berkembang menjadi batu.
Batu Pigmen
Batu pigmen berwarna hitam sampai coklat tua, diameter 2-5 mm, dan amorf.Komposisinya
gabungan dari kalsium bilirubinate, polimer bilirubin kompleks,asam empedu, dan bahan
lainnya. Sekitar 50% radioopaq.Faktor predisposisi adalah sirosis, stasis empedu (contoh,
striktur atau dilatasiduktus biliaris komunis), dan hemolisis kronis. Beberapa pasien dengan
batupigmen memiliki peningkatan konsentrasi dari unconjugated bilirubin diempedunya.
Pada mikroskop elektron memperlihatkan 90% dari batu pigmenmemiliki komposisi bakteri.
Kenyataan ini mengarah bahwa bakteri memilikiperan penting dalam pembentukan batu
pigmen empedu, dan juga pasiendengan batu pigmen lebih sering mengalami sepsis
dibanding dengan batukolesterol. Bakteri Beta glukoronidase yang mengubah bilirubin
diglukuronidasesoluble menjadi unconjugated bilirubin insoluble, bergabung dengan
glycocalixmenjadi batu makroskopik.
Penyakit pada kantung empedu dan saluran empedu
BATU EMPEDU ASIMPTOMATIK
Prevalensi batu empedu di USA mengindikasikan bahwa hanya 30% dari manusiadengan
kolelitiasis datang ke bagian bedah. Setiap tahun, sekitar 2% pasiendengan batu empedu
asimptomatik berkembang menjadi gejala, biasanya kolikbiliaris. Penatalaksanaan operasi
dilakukan hanya pada pasien dengan gejalaklinis. Profilaksis operasi pada pasien
asimptomatik, dilakukan pada: (1) batuyang besar (diameter > 2 cm), karena lebih sering
terjadi kolesistitis akutdibanding batu yang kecil; dan (2) Kalsifikasi kandung empedu,
karena seringberhubungan dengan karsinoma.
KOLEDOKOLIATIASIS
Penting dalam diagnosis
- Nyeri biliaris
- Ikterus
- Kolangitis episodik
Batu dalam kandung empedu atau riwayat kolesistektomiSekitar 15 % dari pasien dengan
batu kandung empedu ditemukan pada saluranempedu. Batu duktus biliaris komunis biasanya
berhubungan dengan batukandung empedu, tapi pada 5% kasus, kandung empedu tidak ada
batu.Banyaknya batu pada duktus bervariasi dari satu sampai lebih dari 100.Ada dua
kemungkinan etiologi untuk batu duktus biliaris komunis. Penelitianmengarah bahwa
kebanyakan batu kolesterol berkembang di kandung empedu dan ditemukan di duktus biliaris
komunis setelah melewati duktus sistikus. Batuini disebut batu sekunder. Batu pigmen
biasanya keturunan, atau lebih sering,berkembang de novo pada duktus biliaris komunis.
Batu ini disebut batu duktusbiliaris komunis primer. Sekitar 60% batu duktus biliaris
komunis adalah batukolesterol dan 40%nya adalah batu pigmen. Pada akhirnya, rata-
rataberhubungan dengan banyak gambaran klinis yang berat.Pasien mungkin memiliki satu
atau lebih gambaran klinis, semuanya disebabkanoleh obstruksi aliran empedu atau dengan
pankreas: kolik biliari, kolangitis,ikterus, pankreatitis. Tetapi sebanyak 50% pasien dengan
koledokoliatiasisasimptomatik.Duktus komunis mungkin dilatasi 2-3 cm proximal dari lesi
obstruksi, dan duktusyang sangat membesar berkembang pada pasien dengan tumor biliaris.
Pada koledokolitiasis atau striktur biliaris, reaksi inflamasi mengurangi dilatasi,
makadilatasi duktus pada koledokolitiasis lebih tidak terlihat. Dilatasi sistem duktusdalam
hati dapat juga disebabkan oleh sirosis.Kolik biliaris merupakan hasil dari meningkatnya
tekanan biliaris akibattersumbatnya duktus komunis atau leher dari kandung empedu. Pada
pasiendengan kanker pada duktus jarang memiliki nyeri yang sama dengan penyakitbatu
empedu.
Gambaran Klinis
A.GEJALA
Koledokoliatiasis mungkin asimptomatik atau menghasilkan kolangitis toksik,yang
berujung pada kematian. Keseriusan penyakit tergantung pada derajatobstruksi, lamanya
gejala penyakit, dan infeksi bakteri sekunder. Kolik biliaris,ikterus, atau pankreatitis.Kolik
biliaris dari obstruksi duktus komunis tidak dapat dipisahkan dari penyebabbatu pada
kandung empedu. Nyeri dirasakan pada regio subkostal kanan,epigastrium, atau bahkan pada
substernal. Nyeri menjalar ke skapula kanandapat terjadi.Koledokoliatiasis harus dipikirkan
pada pasien yang menggigil, demam, atauikterus dengan kolik biliaris. Beberapa pasien
mengeluh urin yang gelapwalaupun tidak ada ikterus.Pruritus biasanya hasil dari lamanya
obstruksi. Gatal lebih dirasakan pada cuacayang panas ketika pasien berkeringat dan biasanya
lebih buruk pada ektremitasdibanding badan. Terjadi lebih sering pada obstruksi neoplastik
dibandingobstruksi batu.
B.PEMERIKSAAN FISIK
Pasien mungkin ikterik dan toksik, dengan demam tinggi dan menggigil.Kandung
empedu yang teraba jarang pada pasien dengan ikterus obstruktif daribatu duktus biliaris
komunis. Nyeri pada abdomen kuadran kanan atas mungkin ada tapi tidak sering seperti pada
kolesistitis akut, peptic ulcer perforasi, ataupankreatitis akut. Hepatomegali mungkin terjadi.
C.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada kolangitis, biasa ada leukositosis sampai 15.000-20.000/ul. Peningkatanserum
bilirubin sering terjadi pada 24 jam setelah onset gejala. Nilai absolutnyadibawah 10 mg/dl,
dan sering antara 2-4 mg/dl. Bilirubin direk melebihi bilirubinindirek, tetapi pada akhirnya
meningkat juga pada kebanyakan kasus. Nilaibilirubin tidak sampai tinggi sekali seperti pada
tumor maligna karena biasanyaobstruksi inkomplit dan sementara. Faktanya, ikterus
fluktuatif karakteristikuntuk koledokolitiasis, dan dibedakan antara obstruksi benigna dan
maligna.Nilai alkali fosfatase serum biasanya meningkat dan mungkin hanya kimia
yangabnormal pada pasien tanpa ikterus. Ketika obstruksi membaik, nilai alkalifosfatase dan
bilirubin kembali ke normal selama 1-2 minggu.Peningkatan ringan dari SGOT dan SGPT
sering terlihat pada obstruksi duktusekstrahepatik; jarang, nilai SGOT mencapai 1000 unit.
D.PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Batu radioopaq mungkin terlihat pada foto polos abdomen atau CT scan.Ultrasound
scan biasanya akan memperlihatkan batu pada kandung empedu dantergantung derajat
obstruksinya, dilatasi dari duktus. Ultrasound dan CT scantidak sensitif pada pencarian batu
pada duktus komunis. ERCP diindikasikanpada pasien dengan riwayat kolesistektomi
sebelumnya. Jika kolesistektomibelum dilakukan, kolangiografi dilakukan. Beberapa dokter
memilih preoperatif ERCP untuk pasien yang dijadwalkan untuk kolesistektomi untuk
membersihkanduktus biliaris komunis. Jika ERCP tidak berhasil, dokter bedah akan
eksplorasiterbuka duktus biliaris komunis untuk membersihkan batu pada duktus.Nilai
bilirubin melebihi 10 mg/dl sangat jarang terjadi pada koledokolitiasis,kolangiografi
seharusnya dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan obstruksineoplastik.
Diagnosis Diferensial
Pemeriksaan seharusnya memikirkan juga kemungkinan diagnosis diferensialuntuk
kolesistitis.Nilai amilase serum melebihi 500 unit/dl dapat terjadi pada pankreatitis
akut,kolesistitis akut, atau koledokoliatiasis.Sirosis alkoholik atau hepatitis alkoholik akut
mungkin menampilkan ikterus,nyeri abdomen kuadran kanan atas, dan leukositosis. Sulit
membedakannyadengan kolangitis. Pemeriksaan percutaneous liver biopsy mungkin
spesifik.Kolestasis intrahepatik dari obat, kehamilan, hepatitis kronik aktif, atau sirosisbiliaris
primer mungkin sulit dibedakan dari obstruksi ekstrahepatik. ERCPmerupakan pemeiksaan
yang paling tepat untuk membuat keputusan, jika pemeriksaan lain seperti USG gagal untuk
membuktikan penyakit batu empedu. Jika ikterus menetap untuk 4-6 minggu, kemungkinan
disebabkan oleh sebabmekanik. Ikterus yang persisten seharusnya jangan diasumsikan
sebagai hasildari penyakit parenkim sampai hasil normal dari kolangiogram
menyingkirkanobstruksi dari duktus.Ikterus intermiten dan kolangitis setelah kolesistektomi
cocok dengan strikturbiliaris, dan pembuktiannya dilakukan ERCP. Tumor biliaris biasanya
menghasilkan ikterus tanpa adanya kolik biliaris ataudemam, dan sekali terjadi, jarang ikterus
itu menjadi berkurang.
Komplikasi
Infeksi duktus yang lama dapat mengakibatkan abses intrahepatik. Gagal hatiatau
sirosis biliaris sekunder mungkin berkembang pada obstruksi jangka lamayang tidak
membaik. Karena biasanya obstruksi inkomplit dan hilang timbul,sirosis berkembang setelah
beberapa tahun akibat penyakit yang tidakditangani. Pankreatitis akut, sering menjadi
komplikasi dari penyakit batuempedu. Jarang, batu di duktus komunis berjalan ke ampulla,
berakibat ileus.Perdarahan juga komplikasi yang jarang.
Penatalaksanaan
Pasien dengan kolangitis akut harus ditangani dengan antibiotik, dan terusdipantau;
biasanya dapat mengontrol serangan dalam 24-48 jam. Jika kondisipasien memburuk atau
tidak ada perbaikan dalam 2-4 hari, sfingterektomiendoskopik atau operasi eksplorasi duktus
biliaris komunis dilakukan.
Yang sering pasien dengan kolangitis ringan dan pada ultrasound scan terlihatbatu
kandung empedu. Kolesistektomi laparoskopi diindikasikan dan, tegantungpengalaman
dokter bedah, eksplorasi laparoskopi duktus komunis jikakolangiogram atau ultrasound
laparoskopi memperlihatkan kemungkinan batuduktus komunis. Laparoskopi duktus komunis
biasanya melewati duktus sistikus(yang biasanya dilatasi), tetapi ketika duktus komunis
membesar (> 1,5 cm),hanya bisa dilakukan melalui incisi koledokotomi, dengan operasi
terbuka.Biasanya, kasus batu duktus komunis dapat ditangani dengan tekniklaparoskopi.
Tetapi jika dokter bedah berpikir batu duktus komunis tidak dapatdikeluarkan melalui
laparoskopi, kemungkinan terbaik adalah membuangkandung empedu dengan laparoskopi
dan batu duktus komunis dengansfingterektomi endoskopi. Jika batu tidak dapat dikeluarkan
dengansfingterektomi, operasi terbuka dilakukan.Ketika duktus komunis dieksplorasi melalui
duktus sistikus dan batu empedudibuang, duktus sistikus harus diligasi, tetapi drainage
kateter biasanya tidakmelewati duktus komunis. Ketika duktus komunis dieksplorasi
melaluikoledokotomi (laparoskopi maupun operasi terbuka), T tube biasanyadisambungkan
pada duktus, dan kolangigram diambil seminggu setelah operasi.
Pasien dengan koledokolitiasis yang memiliki riwayat kolesistektomi ditanganipaling
baik dengan sfingterektomi endoskopi. Menggunakan duodenoskop,ampulla dikanulasi, incisi
1 cm dibuat di sfingter dengan elektrokauter.Pembukaan ini membuat batu keluar dari duktus
ke dalam duodenum.Sfingterektomi endoskopi tidak berhasil pada batu yang besar (> 2cm),
dankontraindikasi bila ada stenosis proksimal duktus biliaris dari sfingter.Laparotomi dan
eksplorasi duktus komunis dibutuhkan pada beberapa kasus.Batu pada cabang intrahepatik
duktus biliaris biasanya dapat dikeluarkan tanpakesusahan selama eksplorasi duktus komunis.
Pada beberapa kasus, satu ataulebih duktus intrahepatik terdapat batu, dan berhubungan
dengan inflamasikronik menghasilkan stenosis pada duktus dekat dengan duktus
hepatikuskomunis. Seringkali tidak mungkin dalam kasus tersebut untuk mengeluarkanbatu,
dan jika penyakit ini mengenai hanya satu lobus (biasanya lobus kiri),lobektomi hepar
diindikasikan.
SINDROM POSTKOLESISTEKTOMI
Alasan yang biasa terjadi untuk penyembuhan yang inkomplit setelahkolesistektomi
adalah diagnosis kolesistitis kronik tidak benar. Karakteristikgejala kolesistitis kronik adalah
kolik biliaris. Ketika batu kandung empedudikeluarkan dengan harapan pasien akan
mengalami penyembuhan daridispepsia, intoleransi makanan berlemak, kembung, dll, operasi
memungkinkantidak mengalami perubahan.Simptom yang ditampilkan mungkin ditampilkan
mungkin dispepsia atau nyeri.Fungsi hati yang abnormal, ikterus, dan kolangitis adalah
manifestasi lain yangmengindikasikan penyakit biliaris residual. Pasien yang dicurigai harus
diperiksadengan ERCP atau THC. Koledokoliatiasis, striktur biliaris, dan pankreatitis
kronisadalah penyebab tersering dari gejala.
TUMOR MALIGNA DARI DUKTUS BILIARIS
- Penting untuk diagnosis
- Ikterus kolestatik dan pruritus
- Anorexia dan nyeri abdomen kuadran kanan atas
- Dilatasi duktus biliaris intrahepatik pada ultrasound atau CT scan
- Striktur fokal pada transhepatik atau retrograde kolangiogram endoskopi.
Epidemiologi
Tumor duktus biliaris komunis primer tidak lebih sering terjadi pada pasiendengan
kolelitiasis, dan pria serta wanita memiliki frekuensi yang sama. Tumorterjadi rata-rata pada
umur 60 tahun tetapi mungkin terjadi pada umur 20-80tahun. Kolitis ulserativa adalah
kondisi yang sering terjadi berhubungan dengantumor duktus biliaris, dan terkadang pada
kasus kanker duktus biliaris berkembang pada pasien dengan kolitis ulserativa yang diketahui
telah memilikikolangitis sklerosig untuk beberapa tahun. Infestasi parasit kronik dari
duktusbiliaris pada orang timur mungkin bertanggung jawab untuk besarnya insidentumor
duktus biliaris. Tumor biliaris maligna kebanyakan adalah adenokarsinoma yang berlokasi
diduktus hepatikus atau duktus biliaris komunis. Gambaran histologi bermacam-macam dari
adenokarsinoma tipikal sampai fibrous stroma dan beberapa sel.Metastasis jarang terjadi,
tetapi tumor sering bertumbuh ke dalam vena portaatau arteri hepatikus.
Gambaran Klinis
A.GEJALA
Gambaran penyakit dengan onset awal ikterus atau pruritus. Menggigil, demam,dan
kolik biliaris biasanya tidak ada, dan kecuali untuk ketidaknyamanan padakuadran kanan atas
pasien tetap ada. Bilirubinuria tampak dari awal, dan warnafeses yang pucat. Anorexia dan
penurunan berat badan berkembang seiringberjalannya waktu.Ikterus adalah pemeriksaan
fisik yang paling dimengerti. Jika tumor berlokasi diduktus komunis, kandung empedu akan
teregang dan teraba pada kuadrankanan atas. Tumor itu sendiri tidak pernah teraba. Pasien
dengan tumor padaduktus hepatikus, kandung empedu tetap tidak teraba. Biasanya
terjadihepatomegali. Jika obstruksi tidak diperbaiki, hati akan menjadi sirosis,
dansplenomegali, ascites, atau perdarahan varices menjadi manifestasi sekunder.
B.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Selama duktus obstruksi komplit, bilirubin serum biasanya akan melebihi nilai15 mg/dl.
Alkali fosfatase serum juga meningkat. Demam dan leukositosis tidakbiasa terjadi, selama
empedu steril pada kebanyakan kasus. Feses mungkin adadarah, tetapi lebih sering terjadi
pada tumor pankreas atau tumor ampullahepatopankreatik dibanding tumor duktus biliaris.
C.PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Ultrasound atau CT scan biasanya mendeteksi adanya dilatasi duktus
biliarisintrahepatik. THC atau ERCP sangat menggambarkan lesinya, dan
keduanyadiindikasikan pada banyak kasus. THC memiliki nilai lebih, sejak lebih baik
dalammenampilkan anatomi duktus pada sisi hepatik dari lesi. Dengan tumor padabifurcatio
duktus hepatikus komunis (tumor Klatskin), penting untuk melihatbagian proximal dari lesi
(misalnya cabang pertama dari duktus lobaris jugaikut). ERCP berguna pada tumor proximal
karena juga dapat melihat obstruksidari duktus sistikus, diagnosis akan sering membuktikan
kanker kandungempedu menyerang duktus komunis (bukan neoplasma duktus komunis
primer).Pola tipikal pada kanker duktus biliaris distal mengakibatkan stenosis duktusbiliaris
tanpa stenosis duktus pankreatikus. Hubungan antara stenosis keduaduktus (the double-duct
sign) mengindikasikan kanker primer pada pankreas. MRkolangiopankreatografi mungkin
berguna. Terkadang, contoh empedu yang diambil saat THC memperlihatkan sel
malignapada pemeriksaan PA, tetapi pemeriksaan ini tidak berguna karena diagnosiskanker
harus dibuktikan dari kolangiografik dan hasil negatif saat PA tidak dapatdipercaya.
Angiografi dilakukan untuk melihat invasi ke vena porta atau kasusarteri hepatikus. False
positif mungkin terjadi.
Diagnosis Diferensial
Diagnosis diferensial harus melihat penyebab ikterus kolestatik intrahepatik
danekstehepatik. Koledokolitiasis dikarakterisasikan sebagai episode obstruksiparsial, nyeri,
kolangitis. Pada obstruksi neoplastik bilirubin biasanya melewati15 mg/dl. Dilatasi kandung
empedu mungkin terjadi pada tumor di distal duktusbiliaris komunis tetapi jarang pada
obstruksi batu.Kombinasi dari pembesaran kandung empedu dengan ikterus obstruksi
biasanyadisebabkan oleh tumor. Stenosis duktus biliaris fokal pada pasien yang belumpernah
operasi adalah patognomonik pada neoplasma.
Penatalaksanaan
Pasien tanpa metastase atau tanda lain kanker stadium lanjut (seperti
ascites)dianjurkan untuk laparotomi. Tiga puluh persen pasien yang tidak dapat dilaparotomi
mungkin dapat ditangani dengan memasukkan tube stent ke dalamduktus biliaris transhepatik
dibawah kontrol radiologi atau dari duodenumdibawah kontrol endoskopik. Tube diposisikan
sehingga lubang diatas dan dibawah tumor dapat mengalirkan empedu ke dalam duodenum.
Jika kedua duktuslobaris dihambat oleh tumor pada bifurcatio duktus hepatikus komunis,
biasanyapenting untuk menempatkan transhepatic tube ke satu duktus lobaris saja.Laparotomi
diindikasikan pada kebanyakan kasus, dengan objektivitaspembuangan tumor. Dekompresi
duktus biliaris dengan kateter perkutaneusuntuk menyembuhkan ikterus tidak mengurangi
insiden komplikasi post operatif.Saat operasi , yang mana dimulai dengan laparoskopi
diagnostik, besarnyatumor harus ditentukan melalui pemeriksaan eksternal duktus biliaris
danpenempelan vena porta dan arteri hepatika. Tumor distal dari duktus komunis harus
ditangani dengan pankreatikoduodenectomi radikal (Whipple procedure). Jika tumor tidak
dapatdieksisi, aliran empedu harus dialihkan ke usus halus dengankolesistojejunostomi atau
Roux-en-Y koledokojejunostomi. Tumor pada hilum hati harus direseksi jika mungkin dan
dilakukan Roux-en-Yhepatikojejunostomi. Anastomosis biasanya antara hilum dan usus
dibandingantara duktus biliaris dengan usus.Radoterapi postoperatif biasanya
direkomendasikan.
Prognosis
Rata-rata pasien dengan adenocarcinoma dari duktus biliaris bertahan kurangdari 1
tahun. 5-year survival rate 15%. Dengan operasi radikal 5-year survivalrate meningkat
menjadi 40%. Sirosis biliaris, infeksi intrahepatik biasanyamenjadi penyebab kematian.
Reseksi paliatif dan pemasangan stentmeningkatkan kualitas hidup pada penyakit ini
walaupun operasi jarangdilakukan.
BATU KANDUNG EMPEDU DAN KOLESISTITIS KRONIK (KolikBiliaris)
- Penting untuk diagnosis
- Nyeri abdomen episodik
- Dispepsi
- Batu empedu pada kolesistografi atau ultrasound scan
Epidemiologi
Kolesistitis kronis adalah bentuk yang paling sering terjadi pada penyakitempedu
simptomatik dan berhubungan dengan batu empedu hampir di semuakasus. Pada umumnya,
kolesistitis timbul ketika batu empedu tampak padakandung empedu. Obstruksi minor
berulang dari duktus sistikus menyebabkankolik biliaris yang intermiten dan mengakibatkan
inflamasi serta pembentukan jaringan parut. Kandung empedu dari pasien batu empedu
simptomatik yangbelum pernah mengalami serangan kolesistitis akut ada dua tipe:
(1)kebanyakan, mukosa menjadi rata, tetapi dinding menipis dan tidak ada jaringanparut dan,
kecualiuntuk batu, tampak normal. (2) tanda lain untuk inflamasikronik dengan penipisan,
infiltrasi selular, menghilangnya elastisitas, danfibrosis. Riwayat klinis pada dua grup ini
tidak selalu dapat dibedakan, danperubahan inflamasi juga dapat ditemukan pada batu
empedu asimptomatik.
Penemuan Klinis
A.TANDA DAN GEJALA
Kolik biliaris, gejala yang paling khas, disebabkan oleh obstruksi duktus
sistikusakibat batu. Nyeri biasanya tiba-tiba dan berkurang perlahan-lahan, beberapamenit
sampai beberapa jam. Nyeri dari kolik biliaris biasanya menetap tidakhilang timbul, seperti
kolik intestinal. Pada beberapa pasien, serangan terjadisetelah makan; pada yang lainnya
tidak berhubungan dengan makan. Nauseadan vomitus dapat terjadi bersamaan dengan
nyeri.Kolik biliaris biasanya dirasakan pada perut kuadran kanan atas, tetapi nyeriepigastrik
dan nyeri abdomen kiri biasa terjadi, dan beberapa pasien ditemukannyeri prekordial. Nyeri
dirasakan menjalar di sekitar kosta sampai ke belakangatau mungkin menjalar sampai ke
skapula. Nyeri pada bahu tidak biasa danmengarah pada iritasi diafragma. Pada serangan
yang gawat, pasien biasanyapindah-pindah posisi sampai menemukan posisi yang paling
nyaman.
Selama serangan, dirasakan nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dankandung empedu
yang teraba tapi jarang.Intoleransi makanan berlemak, dispepsia, kembung, heartburn, mual,
dankeluhan lain menyertai penyakit empedu.
B.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ultrasound scan dari kandung empedu biasanya menjadi pemeriksaan yangpertama.
Kolesistogram oral harusnya dilakukan jika pemeriksaan ultrasoundterlihat ambigu, jika
pasien pernah melakukan litotripsi atau terapi ursodiol, atau jika gejala sangat mendukung
dan hasil ultrasound normal.Sekitar 2% pasien dengan penyakit batu empedu terlihat normal
padapemeriksaan ultrasound dan kolesistogram oral. Tetapi, jika dicuragai penyakitempedu
dari gejala klinis dan kedua pemeriksaan ini negatif , pasien harusdiperiksa ERCP (untuk
opasifikasi kandung empedu dalam pencarian batu) atauintubasi duodenal dan pemeriksaan
empedu duodenal untuk kristal kolesterolatau granul bilirubinate.
Diagnosis Diferensial
Kolik kandung empedu mungkin sangat terlihat dari riwayat, tetapi tetap
harusdibuktikan melalui pemeriksaan ultrasound. Kolik biliaris mungkin mirip dengannyeri
pada duodenal ulcer, hiatal hernia, pankreatitis, dan infark miokardial.ECG dan foto toraks
harus dilakukan untuk mencari adanya penyakitkardiopulmonar. Mungkin kolik biliaris
kadang-kadang bersamaan dengan anginapektoris atau ECG yang abnormal, keadaan ini
jarang dilakukan kolesistektomi.Nyeri kanan yang menjalar pada T6-T10 membingungkan
dengan kolik biliaris.Spur osteoartritis, lesi vertebral, atau tumor terlihat pada pemeriksaan x-
raytulang belakang atau mungkin hiperestesia kulit abdomen.
Untuk gastrointestinal atas mungkin mengindikasikan adanya esofageal spasme,hiatal
hernia, peptic ulcer, atau tumor gaster. Pada beberapa pasien, irritablebowel syndrome
mungkin terdapat ketidaknyamanan kandung empedu.Carcinoma caecum atau kolon
ascenden bisa disalah artikan nyeri setelahmakan akibat batu empedu.
Komplikasi
Kolesistitis kronis merupakan faktor predisposisi dari kolesistitis akut, batusaluran
empedu, dan adenokarsinoma dari kandung empedu.
Penatalaksanaan
A.PENATALAKSANAAN MEDIS
Pencegahan makanan yang mengiritasi mungkin menolong.
Batu kolesterol pada kandung empedu dapat dilarutkan pada beberapakasus dengan
ursodiol, yang mana mengurangi saturasi kolesterol padaempedu dengan menghambat sekresi
kolesterol. Pelan-pelan batukolesterol akan larut dalam empedu.Sayangnya terapi garam
empedu bukan merupakan terapi utama. Batuempedu harus kecil (kurang dari 5 mm) dan
bukan batu kalsium (nonopaqpada CT scan), dan kandung empedu harus diopasifikasi
padakolesistografi oral (indikasi untuk aliran empedu yang tidak obstruksiantara duktus
biliaris dan kandung empedu). Sekitar 15% pasien denganbatu empedu dapat diterapi seperti
ini. Pelarutan batu empedumembutuhkan waktu 2 tahun pada 50% pasien. Batu kembali pada
50%kasus dalam waktu 5 tahun. Pada umumnya, terapi pelarutan sendiri ataudigabung
dengan litotripsi sangat jarang diterapkan.2.Litotripsi dan pelarutan. Extracorporeal shock
wave lithotripsy (ESWL).Batu dipecahkan dengan ledakan gelembung udara kecil diantara
batutersebut.Litotripsi merupakan terapi bernilai kecil karena fragmen batu tetap ada didalam
kandung empedu sampai fragmen tersebut dilarutkan. Pasien yangdi litotripsi harus juga
menggunakan terapi ursodiolEliminasi komplit dari batu kandung empedu biasanya dalam
kurun waktu9 bulan pada 25% pasien. Terapi ini kurang menguntungkan.
B.PENATALAKSANAAN OPERASI
Kolesistektomi diindikasikan pada pasien dengan simptom. Prosedur operasidapat
dijadwalkan sampai pasien merasa nyaman, beberapa minggu sampaibulan setelah
diagnosis.Kolesistektomi paling sering dilakukan secara laparoskopi, tetapi ketikalaparoskopi
menjadi kontraindikasi (seperti, terlalu banyak perlengketan) atautidak berhasil, mungkin
dilakukan laparotomi. Kolangiografi biasanya termasukuntuk melihat batu duktus komunis.
Jika batu ditemukan, dilakukan eksplorasiduktus komunis.
Prognosis
Komplikasi serius dan kematian akibat operasi sangat jarang. Kematian akibatoperasi
sekitar 0.1% pada pasien dibawah 50 tahun dan sekitar 0.5% padapasien diatas 50 tahun.
Kematian terjadi akibat persiapan preoperatif yangkurang baik. Dengan operasi, gejala
berkurang pada 95% kasus.
KOLESISTITIS AKUT
Penting untuk diagnosis
- Nyeri akut abdomen kuadran kanan atas
- Demam dan leukositosis
- Kandung empedu nonopasifikasi pada radionuclide ekskresi
- Sonographic Murphy Sign
Epidemiologi
Pada 80% kasus, kolesistitis akut merupakan akibat dari obstruksi dari duktussistikus
oleh batu empedu pada Hartmann’s pouch. Kandung empedu menjadiradang dan melebar,
mengakibatkan nyeri abdomen. Riwayat kolesistitis akutbervariasi, tergantung perbaikan dari
obstruksi, perpanjangan infeksi sekunder,umur pasien, dan faktor lain seperti diabetes
mellitus. Kebanyakan serangansembuh tanpa operasi atau terapi spesifik lainnya, tetapi
beberapa meningkatmenjadi pembentukkan abces atau perforasi dengan peritonitis
generalisata.Perubahan patologik pada kandung empedu berkembang menjadi pola
yangtipikal. Edema subserosa dan perdarahan dan nekrosis mukosa iregular adalahperubahan
yang pertama. Lebih lanjut, tampak PMN. Stadium akhir terdapatfibrosis. Gangrene dan
perforasi mungkin terjadi paling cepat 3 hari setelahonset, tetapi kebanyakan perforasi terjadi
pada minggu kedua. Pada kasus yangsembuh spontan, inflamasi akut hilang dalam 4 minggu,
tetapi kekambuhanterjadi setelah beberapa bulan. Sekitar 90% kandung empedu yang
dibuang saatada serangan akut memperlihatkan jaringan parut kronis, walaupun
kebanyakanpasien ini menyangkal mempunyai riwayat gejala sebelumnya.Penyebab
kolesistitis akut masih menjadi problematik. Obstruksi dari duktussistikus tampak pada
beberapa kasus, tetapi pada penelitian pada binatang,obstruksi duktus sistikus tidak akan
terjadi sampai saturasi kolesterol empedudalam kandung empedu tinggi. Trauma yang
diakibatkan oleh batu, sel mukosakandung empedu akan melepaskan fosfolipase. Keadaan ini
diikuti dengankonversi lesitin dalam empedu menjadi lisolesitin, yang mana
lisolesitinmerupakan komponen toksik yang mengakibatkan lebih banyak lagi
inflamasi.Bakteri memiliki andil yang sangat kecil pada stadium awal kolesistitis
akut,walaupun kebanyakan komplikasi dari penyakit ini mengakibatkan supurasi.
Sekitar 20% kasus kolesistitis akut terjadi tanpa adanya kolelitiasis
(kolesistitisakalkulus). Beberapa dari kolesistitis akalkulus disebabkan oleh obstruksi
duktussistikus dengan proses lain seperti tumor maligna. Kolesistitis akalkulus akut juga
dapat diakibatkan oleh oklusi arteri sistikus atau infeksi bakterial primeroleh E coli,
Clostridia, atau, terkadang, Salmonella typhii. Tetapi keadaan ini jarang. Kebanyakan kasus
terjadi pada pasien rumah sakit dengan penyakit yanglain; kolesistitis akalkulus akut biasa
terjadi pada pasien yang menerima nutrisiparenteral total.
Gambaran Klinis
A.GEJALA
Gejala awal adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, kadang menjalarsampai
skapula kanan. Pada 75% kasus, pasien memiliki riwayat kolik biliaris. Disamping itu, pada
kolesistitis akut, nyeri menetap dan terdapat nyeri tekan. Mualdan muntah tampak pada
setengah pasien, tetapi muntah tidak parah. Ikterusringan terjadi pada 10% kasus. Temperatur
biasanya antara 38-38.5oC. Demam tinggi dan menggigil jarang terjadi, dan bila terjadi
mungkin terjadi komplikasiatau salah diagnosis.Nyeri tekan pada kuadran kanan atas tampak,
dan satu dari tiga pasien dengankolesistitis akut kandung empedu teraba (sering pada posisi
lateral). Kandungempedu tidak membesar karena jaringan parut pada dinding
mengurangidistensi. Pada pemeriksaan terdapat Murphy’s sign (pasien inspirasi
dalam,palpasi pada subkostal, pasien akan nyeri dan terasa sesak)
B.PEMERKIKSAAN LABORATORIUM
Hitung leukosit biasanya meningkat sampai 12.000-15.000/ul. Nilai normal jugabiasa
terjadi, tetapi jika leukosit melebihi 15.000, pikirkan adanya komplikasi.Peningkatan ringan
dari bilirubin serum (2-4 mg/dl) biasa terjadi, mungkindengan alasan inflamasi sekunder yang
menyebar dari kandung empedu keduktus biliaris komunis. Nilai bilirubin yang melebihi nilai
tersebut harusdipikirkan adanya batu pada duktus biliaris komunis. Ada peningkatan
ringandari alkali fosfatase serta serum amilase mencapai 1000 unit/dl atau lebih.
C.PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto polos abdomen terkadang terlihat pembesaran bayangan kandung empedu.Pada
15% pasien, batu empedu mengandung kalsium yang terlihat pada fotopolos.Ultrasound scan
akan terlihat batu, lumpur, dan penipisan dinding kandungempedu, dan alat USG dapat
membedakan nyeri tekan pada kandung empedulebih baik dibanding dokter sendiri
(ultrsonographic Murphy’s sign). Gangrenpada kandung empedu dapat terlihat namun jarang.
Biasanya, ultrasoundpemeriksaan satu-satunya untuk membuat diagnosis kolesistitis
akut. Jika pemeriksaan lain dibutuhkan (misalnya, jika hasil ultrasound normal ataunegatif),
radionuclide excretion scan (contoh, HIDA scan) harus dilakukan.Pemeriksaan ini tidak dapat
melihat batu empedu, tetapi jika kandung empeduterlihat, kita dapat menyingkirkan
kolesistitis akut, kecuali pada kolesistitisakalkulus yang jarang (tes positif pada kebanyakan
kasus kolesistitis akutakalkulus). Pencitraan pada duktus bukan kandung empedu
menguatkandiagnosis kolesistitis akut. False positif terlihat pada penyakit batu empedulanjut
tanpa inflamasi akut dan pada pankreatitis biliaris akut.
Diagnosis Diferensial
Diagnosis diferensial termasuk penyebab lain yang biasa menyebabkan nyeripada
abdomen atas. Ulkus peptikum akut dengan atau tanpa perforasi bisadisingkirkan dengan
riwayat nyeri epigastrik dan membaik dengan makanan atau antasid. Kebanyakan kasus ulkus
perforasi memperlihatkan gambaranudara bebas dibawah diafragma pada x-ray.Pankreatitis
akut mungkin mirip dengan kolesistitis akut, terutama bilakolesistitis juga disertai
peningkatan dari nilai amilase. Kadangkala dua penyakitini ada bersamaan, tetapi diagnosis
pankreatitis tidak dapat diterima tanpapemeriksaan yang spesifik.Apendicitis akut pada
pasien dengan cecum yang tinggi mirip dengan kolesistitisakut.
Komplikasi
Komplikasi utama dari kolesistitis akut adalah empiema, gangren, dan perforasi.
a. EMPIEMA
Pada empiema (kolesistitis supurativa), kandung empedu berisi pus, dan pasienmenjadi
lebih toksik, dengan demam yang tinggi (39-40oC), menggigil,leukositosis lebih dari
15.000/ul. Antibiotik parenteral harus diberikan, dankolesistektomi harus dilakukan.
b. PERFORASI
Perforasi ada tiga bentuk: (1) perforasi lokal dengan perikolesistik abces; (2)perforasi
bebas dengan peritonitis generalisata; dan (3) perforasi ke saluranpencernaan, dengan
membuat fistula. Perforasi mungkin terjadi setidaknya 3hari setelah onset kolesistitis akut
atau sampai 2 minggu. Total insiden perforasimencapai 10%.
1. Perikolesistik abces. Perikolesistik abces, bentuk perforasi yang palingsering, harus
dipikirkan jika gejala bertambah, terutama terjadi perabaanmassa. Pasien menjadi
toksik, dengan demam sampai 39oC dan hitungleukosit mencapai lebih dari
15.000/ul, tetapi kadang tidak berhubungandengan tanda klinis dan perkembangan
abses lokal. Kolesistektomi dandrainage abses dapat dilakukan secara aman pada
beberapa pasien,tetapi jika kondisi pasien tidak stabil, kolesistektomi perkutaneus
lebihdipilih.
2. Perforasi bebas. Perforasi bebas terjadi hanya pada 1-2% pasien,kebanyakan yang
sering terjadi di awal penyakit ketika gangrenberkembang sebelum perlengketan
dinding kandung empedu. Padabeberapa pasien dengan nyeri lokal, nyeri yang
menjalar tiba-tiba dannyeri tekan pada bagian lain abdomen mendukung diagnosis ini.
Perforasibebas harus ditangani dengan laparotomi emergency. Operasi yang
awal,menentukan baiknya prognosis.
3. Fistula Kolesistenterik. Jika inflamasi akut dari kandung empedu
menjadiperlengketan ke lambung, duodenum, atau kolon dan nekrosis terjadipada
salah satu perlengketan, perforasi terjadi ke dalam lumen usus. Jikabatu empedu
melewati fistula dan cukup besar, keadaan ini akan membuat usus halus obstruksi
(ileus batu empedu). Pasien bisamemuntahkan batu yang masuk ke lambung melalui
kolesistogastrikfistula, tetapi jarang.
Kolesistenterik fistula biasanya tidak bergejala kecuali ketika kandung empeduobstruksi
partial oleh batu atau jaringan parut. Kolangiogram oral atau intravenaakan mengopasifikasi
kandung empedu atau fistula, tapi pada pemeriksaan jugaakan terlihat saluran gastrointestinal
bagian atas, yang harus dibedakan fistuladari ulkus peptikum. Malabsorpsi dan steatore
terjadi pada fistulakolesistokolonik. Steatore dalam kasus ini bisa terjadi karena tidak
adanyaempedu di usus proximal diikuti gangguan ke kolon atau, yang lebih jarang,banyaknya
bakteri di usus halus atas.Kolesistenterikfistula harus ditangani dengan kolesistektomi dan
penutupanfistula.
Penatalaksanaan
Cairan intravena harus diberikan untuk mengkoreksi dehidrasi dan imbalanselektrolit,
dan nasogastric tube harus dimasukkan. Untuk kolesistitis akut tingkatsedang, cefazolin
parenteral (2-4 g per hari) harus diberikan. Penicillin parenteral(20 juta unit per hari),
klindamisin, dan aminoglikosida harus diberikan padapenyakit yang berat. Single drug terapi
menggunakan imipenem merupakanalternativ yang baik.Pilihan terbaik adalah melakukan
kolesistektomi pada semua pasien kecualiketika ada kontraindikasi spesifik untuk operasi
(misalnya penyakit serius yangmenyertai). Tiga alasan dilakukannya operasi awal: (1) insiden
komplikasi tidaklebih besar dengan operasi awal; (2) operasi awal mengurangi total durasi
sakitdan pengurangan biaya; (3) angka kematian lebih rendah dengan operasi awal.Sekitar
10% pasien membutuhkan penanganan emergency. Pada umumnyamerupakan situasi klinis
dimana penyakit sudah mengakibatkan komplikasi.Demam tinggi (39OC), leukositosis
(>15.000/ul), atau menggigil mengarah padaperkembangan yang supurativ. Kolesistitis akut
akalkulus otomatis masuk dalamsituasi ini. Ketika keadaan umum pasien jelek, kolsistostomi
kateter perkutaneusdipilih untuk penangan. Pasien dengan keadaan umum yang lebih baik
harusditangani dengan kolesistektomi.Nyeri abdomen generalisata yang tiba-tiba
mengindikasikan adanya perforasibebas. Adanya massa tanda dari perforasi lokal dan formasi
abses. Perubahan iniadalah indikasi operasi emergency .
Kolesistektomi adalah operasi pilihan pada kolesistitis akut, dan dapat
dilakukanlaparoskopi pada 50% pasien. Kolangiografi operatif harus dilakukan padabeberapa
kasus, dan eksplorasi duktus biliaris komunis dilakukan atas indikasi.Pasien dengan
kolesistitis akut berat dengan keadaan umum jelek untukkolesistektomi emergency harus
ditangani dengan kolesistostomi perkutaneus.Kolesistostomi perkutaneus juga pilihan terapi
untuk kolesistitis akalkulus akut.Kateter masuk dengan petunjuk ultrasound atau CT untuk
drainage cairan empedu atau pus, tetapi batu empedu tidak dapat dibuang. Jadi
kolesistektomiharus dilakukan untuk mencegah kekambuhan serangan.
Prognosis
Angka kematian keseluruhan dari kolesistitis akut sekitar 5%. Kebanyakan dariyang
meninggal adalah pasien diatas umur 60 tahun dengan diabetes mellitus.Pada usia tua,
komplikasi kardiovaskular atau pulmonar sekunder memberikankontribusi pada angka
kematian. Sepsis yang tidak terkontrol dengan peritonitisdan abses intrahepatik adalah
kondisi yang bisa menyebabkan kematian.Batu duktus komunis tampak pada 15% pasien
kolesistitis akut, dan beberapalebih serius memiliki kolangitis akibat obstruksi biliaris.
Pankreatitis akut jugamungkin menjadi komplikasi kolesistitis akut.Pasien yang berkembang
menjadi bentuk supurativ dari penyakit kandungempedu seperti empiema atau perforasi kecil
kemungkinan untuk sembuh.Kolesistektomi awal akan mengurangi komplikasi.