refarat traktus kortikospinalis

20
TRAKTUS KORTIKOSPINALIS I. PENDAHULUAN Traktus kortikspinal adalah jalur panjang yang ditemukan pada mamalia, berasal dari dalam korteks serebrum, berjalan melalaui piramis medulla oblongata, dan berakhir dalam sumsum tulang belakang. 3 Serat-serat yang membentuk traktus kortikospinal atau piramidalis yang merupakan traktus desenden paling besar dan paling penting pada manusia dengan jumlah serat diperkirakan mencapai 1 juta. Serabut-serabut motorik ini berasal dari beberapa area motorik cortex serebri, yaitu dua pertiga dari primary motor area (area 4), supplementary motor area (medial area 6), dan premotor area (lateral area 6), sisanya berasal dari somatosensory cortex (area 3,2 dan 1) dan posterior parietal cortex (area 5 dan 7). 1 1

Upload: ahmad-saiful

Post on 22-Oct-2015

566 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

TRANSCRIPT

Page 1: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

I. PENDAHULUAN

Traktus kortikspinal adalah jalur panjang yang ditemukan pada mamalia, berasal dari

dalam korteks serebrum, berjalan melalaui piramis medulla oblongata, dan berakhir dalam

sumsum tulang belakang. 3

Serat-serat yang membentuk traktus kortikospinal atau piramidalis yang merupakan

traktus desenden paling besar dan paling penting pada manusia dengan jumlah serat

diperkirakan mencapai 1 juta. Serabut-serabut motorik ini berasal dari beberapa area motorik

cortex serebri, yaitu dua pertiga dari primary motor area (area 4), supplementary motor area

(medial area 6), dan premotor area (lateral area 6), sisanya berasal dari somatosensory cortex

(area 3,2 dan 1) dan posterior parietal cortex (area 5 dan 7). 1

Gambar 1 : Traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2)

1

Page 2: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

II. DEFINISI

Traktus kortikspinal adalah jalur panjang yang, berasal dari dalam korteks serebrum,

berjalan melalui piramis medulla oblongata, dan berakhir dalam medulla spinalis. 3

Sekitar 60% serabut kortikospinal berasal dari daerah 4 dan 6 lobus frontal, 40%

bermula di area 3, 1, 2, dan 5 lobus parietal. Kira-kira 90% serabut piramidal adalah serabut

kecil berdiameter antara 1 sampai 4 um, kurang dari 90% berdiameter antara 5 – 10 um, dan

kurang dari 2% adalah serabut berdiameter antara 10-22um. 3

Sekitar 85-90% dari 1juta atau lebih serabut menyilang garis tengah sebagai dekusasio

piramis untuk membentuk traktus kortikospinal lateral sumsum tulang belakang. Bagian

terbesar serabut yang sisa berlanjut sebagai traktus kortikospinal anterior (ventral) sebagai

serabut yang tidak menyilang. Sedikit serabut tidak menyilang terdapat dalam traktus

kortikospinal lateral. Traktus kortikospinal lateral meluas sepanjang seluruh sumsum tulang

belakang dan serabutnya kira-kira 50% berakhir dalam segmen servikal, 20% dalam segmen

torakal dan 30% dalam segmen lumbosakral. 3

Traktus kortikospinal anterior berakhir sebagian besar dalam lamina VII dan VIII

segmen servikal. Sungguhpun serabut-serabutnya tidak menyilang, namun bagian terbesar

serabut-serabutnya menyilang kesisi berlawanan sebelum bersinaps dalam gray matter. 3

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. KORTEKS AREA MOTORIK

Traktus kortikospinal ( traktus serebrospinal, traktus piramidalis) berasal dari daerah

luas pada neuron korteks serebrum dan turun melalui korona radiate, kapsula interna, dan

bagian basilar batang otak ( termasuk piramis medulla oblongata dan dengan demikian traktus

pyramidal ke ujung kaudal medulla oblongata. Ditempat ini jalur berdivergenasi sebelum

memasuki medulla spinalis. 3

2

Page 3: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Korteks motorik primer (girus presentralis) merupakan sekumpulan jaringan kortikal

yang terletak di sisi yang berlawanan dengan sulkus sentralis dari korteks somatosensorik

primer( di girus post-sentralis) dan meluas keatas dan melawati tepi superomedial hemisfer

serebri menuju permukaan medialnya. Area yang mempresentasikan tenggorokan dan laring

terletak pada ujung inferior korteks motorik primer dibagian atasnya, secara

berkesinambungan, adalah area yang mempresentasikan wajah, ekstremitas atas, badan, dan

ekstremitas bawah. Struktur ini merupakan “homunkulus motorik” terbalik, yang bersesuaian

dengan “homunculus somatosensorik” girus post-sentralis. 2,4

Gambar

2 :

Homunculus Motorik (dikutip dari kepustakaan 2)

Neuron motorik tidak hanya ditemukan pada area 4, tetapi juga di area korteks di

sekitarnya. Namun, serabut yang menghantarkan gerakan volunter halus terutama berasal dari

girus pre-sentralis . girus ini merupakan lokasi neuron piramidalis (sel betz) besar yang khas,

yang terletak di lapisan seluler kelima korteks dan mengirimkan aksonnya yang bermielin

tebal dan berdaya konduksi cepat ke traktus piramidalis. 4

3

Page 4: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 3 : Area Kortex Motorik (dikutip dari kepustakaan 4 )

B. MEDULA SPINALIS

Traktus motorik di medulla spinalis secara anatomi dan fungsional terpisah menjadi

dua kelompok; kelompok lateral yang terdiri dari traktus kortikospinalis dan traktus

rubrospinalis serta kelompok medial. Traktus lateral terutama berproyeksi ke otot-otot distal

(terutam ekstremita atas) dan juga membuat hubungan propriospinal yang pendek. Serabut-

serabut ini terutama berperan pada gerakan volunter lengan bawah dan tangan yaitu untuk

control motorik halus yamg tepat dan terampil. Sebaliknya, traktus medial mempersarafi

neuron motor yang terletak lebih medial di kornu anterius dan membuat hubungan

propriospinal yang relatif panjang. Serabut ini berperan pada gerakan tubuh dan ekstremitas

bawah. 4

4

Page 5: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 4 : Sinaps traktus motorik descenden ke neuron kornu anterius (dikutip dari

kepustakaan 4 )

IV. TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Traktus ini berasal dari korteks motorik dan berjalan melalui substantia alba serebri

(korona radiata), krus posterior kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan disini),

bagian sentral pedunkulus serebri( krus serebri), pons, dan basal medulla ( bagian anterior),

tempat traktus terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. 4

Serabut traktus kortikospinal timbul sebagai akson sel-sel pyramidal yang terletak

dalam lapisan kelima cortex cerebri. Sekitar sepertiga dari serabut yang berasal dari cortex

motorik primer (area 4), sepertiga dari cortex motorik sekunder (area 6), sepertiga dari lobus

parietalis (area-area 3,1 dan 2) sehingga duapertiga dari serabut timbul gyrus precentralis serta

sepertiga timbul dari gyrus postcentralis. 5,6

5

Page 6: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 5 : Traktus Kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 4)

. Karena stimulasi listrik terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentral

menimbulkan kontraksi bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat

mewakili bagian tubuh pada daerah cortex ini. Homunculus seperti ini dapat diperhatikan.

Menarik untuk diketahui bahwa sebagian besar serabut kortikospinalis bermielin dan

merupakan serabut lebih kecil dan secara relative menghantar dengan lambat. 5

6

Page 7: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 6 :Struktur otak yang terlibat dalam Fungsi Motorik (dikutip dari kepustakaan 2)

Serabut desenden berkonvergensi pada corona radiate dan kemudian melintas melalui

ekstremitas posterior capsula interna. Di sini, serabut diorganisir sehingga yang terdekat

dengan genu berkaitan dengan bagian-bagian servikal tubuh, sementara mereka yang terletak

di posterior berkaitan dengan ekstremitas inferior. Traktus yang berlanjut melalui tigaperlima

bagian tengah basis pedunculi otak tengah. Di sini serabut yang berkaitan dengan bagian-

bagian servikal tubuh terletak di medialis, sementara mereka yang berkaitan dengan tungkai

terletak di lateral. 5

Pada saat memasuki pons, traktus terbagi-bagi menjadi banyak berkas oleh serabut

pontocerebellar transversa. Dalam medulla oblongata, berkas-berkas dikelompokkan secara

bersama disepanjang batas anterior untuk membentuk suatu pembesaran yang diketahui

sebagai pyramid (sehingga diberikan nama alternatif traktus pyramidalis) 6

7

Page 8: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 7 :Jalur Traktus Kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 8)

Pada sambungan medulla oblongata dan medulla spinalis, sebagian besar serabut

menyilang garis tengah pada decussation pyramidum dan memasuki columna alba anterior

dari medulla spinalis untuk membentuk traktus kortikospinalis lateralis. Serabut selebihnya

tidak menyilang pada decussatio, tetapi turun dalam columna alba medulla spinalis sebagai

traktus kortikospinalis anterior. Serabut ini akhirnya menyilang garis tengah dan berakhir

pada columna grisea anterior segmen-segmen medulla spinalis dalam daerah servikalis dan

torakalis atas. 5

Traktus kortikospinalis turun sepanjang medulla spinalis, serabutnya berakhir dalam

columna grisea anterior (cornu anterior) semua segmen-segmen medulla spinalis. Sebagian

besar serabut kortikospinalis bersinaps dengan neuron internunsial, yang pada gilirannya

bersinaps dengan neuron motorik alpa dan beberapa neuron motorik gamma. Hanya serabut

corticospinal terbesar bersinaps langsung dengan neuron motorik.2,5

Penting untuk dimengerti bahwa traktus kortikospinalis bukan merupakan satu-satunya

lintasan yang melayani gerakan volunter. Malahan, membentuk lintasan yang bersesuaian

dengan kecepatan dan ketangkasan pada gerakan-gerakan volunter dan karena itu digunakan

dalam melakukan gerakan-gerakan terlatih yang cepat. Banyak gerakan-gerakan volunter

dasar, sederhana ini diduga dihantarkan oleh traktus-traktus desenden yang lain. 2,5

V. GANGGUAN PADA TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Dalam klinik gangguan traktus kortikospinalis memberikan kelumpuhan tipe UMN berupa:

parese/paralisis spastis disertai dengan tonus meninggi:

o   hiperrefleksi

o   klonus

o   refleks patologis positif

o   tak ada atrofi 10

A. LESI-LESI PADA JALUR MOTORIK SENTRAL

8

Page 9: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Patogenesis paresis spastik sentral.

Pada fase akut suatu lesi di traktus kortikospinalis, refleks tendon profunda akan

bersifat hipoaktif dan terda[at kelemahan flasid pada otot. Refleks muncul kembali beberapa

hari atau beberapa minggu kemudian dan menjadi hiperaktif, karena spindel otot berespons

lebih sensitif terhadap regangan dibandingkan dengan keadaan normal, terutama fleksor

ekstremitas atas dan ekstensor ektremitas bawah. Hipersensitivitas ini terjadi akibat hilangnya

kontrol inhibisi sentral descendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor γ) yang mempersrafi

spindel otot. Dengan demikian, serabut-serabut otot intrafisal teraktivitasi secara permanen

(prestretched) dan lebih mudah berespons terhadap peregangan otot lebih lanjut dibandingkan

normal. 2

Gangguan sirkuit regulasi panjang otot mungkin terjadi yaitu berupa pemendekan

panjang target secara abnormal pada fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ekstremitas

bawah. Hasilnya adalah peningkatan tonus spastik dan hiperrefleksia, serta tanda-tanda

traktus piramidalis dan klonus. Diantara tanda-tanda traktus piramidalis tersebut terdapat

tanda-tanda yang sudah dikenal baik pada jari-jari tangan dan kaki, seperti tanda Babinski

(ekstensi tonik ibu jari kaki sebagai respons terhadap gesekan di telapak kaki). 2,4

Paresis spastik selalu terjadi akibat lesi susunan saraf pusat ( otak dan/atau medulla

spinalis) dan akan terlihat lebih jelas bila terjadi kerusakan pada traktus desendens lateral dan

medial sekaligus (misalnya pada lesi medulla spinalis). Patofisiologi spastisitas masih belum

dipahami, tetapi jaras motoric tambahan jelas memiliki peran penting, karena lesi kortikal

murni dan terisolasi tidak menyebabkan spastisitas. 2

Sindrom paresis spastik sentral

Sindrom ini terdiri dari:

Penurunan kekuatan otot dan gangguan kontrol motoric halus

Peningkatan tonus spastik

Refleks regang yang berlebihan secara abnormal, dapat disertai oleh klonus

Hipoaktivitas atau tidak adanya refleks eksteroseptif (refleks abdominal, refleks

plantar, dan refleks kremaster)

Refleks patologis (refleks Babinski, Oppenheim, Gordon, dan Mendel-Bekhterev,

serta disinhibisi respons hinder [flight], dan

9

Page 10: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

(awalnya) Massa otot tetap baik 2

Lokalisasi lesi pada sistem motorik sentral

Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cedera

traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis yang

terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih sering terjadi dibandingkan di

daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area representasi kortikal yang luas.

Temuan klinis khas yang terjadi berkaitan dengan lesi di lokasi tersebut adalah paresis

ekstremitas atas bagian distal yang dominan, konsekuansi fungsional yang terberat adalah

gangguan kontrol motorik halus. Kelemahan tersebut tidak total (paresis, bukan plegia) , dan

lebih berupa gangguan flasid, bukan bentuk spastik, karena jaras motoric tambahan

(nonpiramidal) sebagian fokal (jacksonian). 2

Jika kapsula interna terlibat (misalnya, oleh perdarahan atau iskemia), akan terjadi

hemiplegia spastik kontralateral – lesi pada level ini mengenai serabut pyramidal dan serabut

non pyramidal, karena serabut dua jaras tersebut terletak berdekatan. Traktus kortikonuklearis

juga terkena, sehingga terjadi paresis nervus fasialis kontralateral, dan mungkin disertai oleh

paresis nervus hipoglosus tipe sentral. Namun, tidak terlihat deficit nervus kranialis lainnya

karena nervus kranialis motoric lainnya mendapat persarafan bilateral. Paresis pada sisi

kontralateral awalnya berbentuk flasid (pada “fase strok”) tetapi menjadi spastik dalam

beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabut-serabut nonpiramidal yang terjadi

bersamaan. 2

Lesi setingkat pedunkulus serebri seperti proses vascular, perdarahan, atau tumor,

menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai oleh selumpuhan nervus

okulomotorius ipsilateral. 2

Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (contohnya tumor, iskemia batang otak

dan perdarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral atau mungkin bilateral. Biasanya,

tidak semua serabut traktus piramidalis terkena, karena serabut-serabut tersebut menyebar di

daerah potong-lintang yang lebih luas di daerah pons dibandingkan di daerah lainnya

(misalnya, setingkat kapsula interna). Serabut-serabut yang mempersarafi nucleus fasialis dan

nucleus hipoglosalis terlah berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat ini;

dengan demikian, kelumpuhan nervus hipoglosus dan nervus fasialis tipe sentral jarang

10

Page 11: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

terjadi, meskipun dapat disertai oleh deficit nervus trigeminus atau nervus abdusens

ipsilateral. 2

Lesi pada piramidal medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusakan serabut-

serabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut nonpiramidal terletak lebih

ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi hemiparesis flasid kontralateral.

Kelemahan tidak bersifat total (paresis, bukan plegia), karena jaras desendens lain tidak

terganggu. 2

Lesi traktus piramidalis di medulla spinalis. Suatu lesi yang mengenai traktus

kortikospinalis pada level servikal misalnya akibat tumor, mielitis, dan trauma menyebabkan

hemiplegia spastic ipsslateral; ipsilateral karena traktus tersebut menyilang pada level yang

lebih tinggi dan spastic karena traktus tersebut mengandung serabut-serabut piramidalis dan

non piramidalis pada level ini. Lesi bilateral di medulla spinalis servikalis bagian atas dapat

menyebabkan kuadriparesis atau kuadriplegia. 2

11

Page 12: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 8 : Lokasi lesi potensial pada traktus piramidalis (dikutip dari kepustakaan 4)

B. SINDROM KOMBINASI KORNU ANTERIUS DAN TRAKTUS PIRAMIDALIS

Terlihat pada sclerosis amiotrofi lateral sebagai akibat degenerasi neuron motorik

kortikal dan medula spinalis. Gambaran klinisnya adalah kombinasi paresis flasid dan spastik.

Atrofi otot, yang timbul pada awal perjalanan penyakit, umumnya sangat berat sehingga

refleks tendon dalam menghilang, jika hanya mengenai lower motor neuron. Namun, karena

kerusakan yang simultan pada upper motor neuron (dengan konsekuansi berupa degenasi

traktus piramidalis dan spastisitas), refleks umum tetap dapat dicetuskan dan bahkan dapat

meningkat. Degenerasi nuklei nervus kranialis motorik yang menyertainya dapat

menyebabkan disartria dan disfagia (kelumpuhan bulbar progresif). 4

12

Page 13: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 9 : Sindrom kombinasi kolumna posterior dan kortikospinalis (dikutip dari

kepustakaan 2)

C. SINDROM TRAKTUS PIRAMIDALIS

Hilangnya neuron motorik kortikal yang diikuti oleh degenasi traktus kortikospinalis

pada beberapa penakit, termasuk sclerosis lateralis primer ( suatu varian sclerosis amiotrofik

lateralis) dan bentuk yamg lebih jarang paralisis spinal spastik herediter. Bentuk yang lebih

sering pada penyakit ini terjadi akibat mutasi gen untuk ATPase dari famili AAA pada

kromosom 2; penyakit ini muncul pada masa kanak-kanak dan memberat secara lambat

setelahnya. Awalnya pasein mengeluhkan rasa berat yang dilanjtukan dengan kelemahan

pada ekstremitas bawah. Paraperesis spastik dengan gangguan cara berjalan timbul dan

memberat secara perlahan. Refleks lebih kuat daripada normal. Paresis spastik pada

ekstremitas atas tidak timbul hingga lama setelahnya. 2

13

Page 14: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

Gambar 10 : Sindrom traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mahar Mardjono. Priguna Sidharta. Susunan Neuromuskular : Susunan Pririmidal,

Neurologis Klinis Dasar, IKAPI; 2010 p. 1 – 12

2. M. Baehr. M. Frotscher. et al: Motor System. DUUS Topical Diagnosis in Neurology. ;

2005. p. 59 – 70

3. Charles R Noback, et al: Sumsum Tulang Belakang : Otak Tengah, Traktus

Kortikospinalis. The Human Nervous System : Basic Principles of Neurobiology. 2nd

ed. p. 145-149

4. M Baehr. M Frotscher. et al: Sistem Motorik :Traktus Piramidalis. Diagnosis Topik

Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. ; 2010. p. 47 – 68

5. Richard S Snell. Traktus Desenden Medulla Spinalis dan Aktivitas Otot Skelet : Traktus

Corticospinalis. Clinical Neuroanatomy for Medical Students. ; 1996. p 385 – 389

6. Patrick McCaffrey. In. Upper Motor Neuronal Tracts. Available from;

http://www.csuchico.edu/~pmccaffrey/syllabi/CMSD%20320/362unit10.html Last

Update August 1, 2012.

7. Ben Greenstein. et al: Origin of the Pyramidal Tract. Color Atlas of Neuroscience

Neuroanatomy and Neurophysiology. ; 2000. p. 190 – 193

8. Frank Netter. et al: Upper Motor Neuron. Netter Atlas of Human Neuroscience.; 2010.

p. 253 – 256

14

Page 15: REFARAT TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

9. Reinhard Rohkamm. et al: Pyramidal Tract. Colour Atlas of Neurology. ; 2004. p. 52 –

60

10. Micheal C. In. Approach to The Neurologic Patient. Available from;

http://www.merckmanuals.com/professional/neurologic_disorders/approach_to_the_neur

ologic_patient/weakness.html. Last Update August 1, 2012.

15