tpus sistrumffefe
DESCRIPTION
FDWTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resistor
Resistor merupakan komponen yang paling sering dipakai dalam
rangkaian-rangkaian elektronik. Resistor merupakan suatu komponen pengatur
tegangan dan alat pendeteksi sinyal yang mengatur jalannya operasi rangkaian.
Bentuk, ukuran, bahan dan resitansinya beragam tapi mudah dikenali.
Dalam elektronik, resistor diproduksi juga untuk menghasilkan tegangan tertentu
dan juga sebagai beban pada rangkaian elektronik dimana terdapat tegangan
beban yang makin lama makin membesar.
Besarnya resistansi dinyatakan dalam suatu Ohm dicantumkan pada setiap
resistor dalam bentuk lambang bilangan atau cincin kod warna. Untuk
menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan dayanya. Berbagai
macam resistor dibuat dari bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang berbeda
pula. Resistor dalam teori dan praktek ditulis dengan huruf R.
Gambar 1. Simbol Resistor(Sumber : www.elektronikabersama.web.id)
Tahanan adalah komponen dengan sifat yang tertentu menghambat arus
elektron sesuai dengan perilakunya dalam tahanan listrik. Tahanan dapat dibagi
menurut tahanan linier dan tahanan nonlinier. Untuk menghitung besar dari nilai
hambatan adalah dengan menggunakan persamaan umum digunakan yaitu:
V = I R ......persamaan (i)
Dimana V = Tegangan (Volt)
I = Arus listrik (Ampere)
R = Tahanan (Ohm)
Gambar 2. Kode Warna Resistor(Sumber : chanshue.wordpress.com)
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan
seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang
sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga
dinamakan konduktro. Kebaikan dari bahan yang konduktif, bahan material
seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran
elektron dan disebut sebagai insulator.
Untuk menentukan besar dari hambatan dan resistansi dari suatu resistor,
dapat dihitung dengan menggunakan tabel warna gelang resistor, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1. Nilai Warna Gelang Resistor
Warna ke 1 Warna ke 2 Warna ke 3 Warna ke 4Hi tam - 0 1 Coklat 1 1 10 Merah 2 2 100 Orange 3 3 1000 Kuning 4 4 10000 Hijau 5 5 100000 Biru 6 6 1000000 Ungu 7 7 10000000 Abu abu 8 8 Putih 9 9 Emas Toleransi 5%Perak Toleransi 10%
Tak berwarna Toleransi 20%2.2 Potensiometer
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai
Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika
ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor
yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer
terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai
pengaturnya.
Gambar dibawah ini menunjukan struktur internal potensiometer beserta
bentuk dan simbolnya.
Gambar 3. Struktur internal potensiometer(Sumber: http://agusmunir.mywapblog.com)
2.2.1 Prinsip Kerja Potensiometer
Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif
yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan
terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang
dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif
(Resistive).
Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah
yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer. Elemen
Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal
(logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear
Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
2.2.2 Fungsi-Fungsi Potensiometer:
1) Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video
seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2) Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3) Sebagai Pembagi Tegangan
4) Aplikasi Switch TRIAC
5) Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6) Sebagai Pengendali Level Sinyal
2.2.3 Kelebihan dan kekurangan potensiometer
Salah satu keuntungan penggunaan dari pembagi potensial
potensiometer, dengan membandingkan dengan resistor variabel secara
seri dengan sumber adalah bahwa, sementara resistor variabel memiliki
ketahanan maksimum di mana beberapa saat ini selalu akan mengalir,
pembagi dapat bervariasi tegangan output dari maksimum (VS) ke
ground (nol volt) sebagai wiper bergerak dari satu ujung potensiometer
yang lain. Ada, bagaimanapun, selalu sedikit resistansi kontak.Selain
itu, tahanan beban sering tidak dikenal dan karena itu hanya
menempatkan resistor variabel secara seri dengan beban bisa memiliki
efek yang dapat diabaikan atau efek yang berlebihan, tergantung pada
beban.
Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan secara
langsung kekuatan yang signifikan (lebih dari watt a), karena kekuasaan
merisau di potensiometer akan sebanding dengan kekuatan dalam beban
dikendalikan. Sebaliknya mereka digunakan untuk mengatur tingkat
sinyal analog (misalnya kontrol volume pada peralatan audio), dan
sebagai masukan kontrol untuk sirkuit elektronik.
2.3 Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil
sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kortsluiting dan
sebagainya. Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yag merupakan
segiempat A-B-C-D dalam hal mana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber
tegangan dan sebuah galvanometer nol (0). Kalau tahanan-tahanan itu diatur
sedemikian rupa sehingga galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu
hubungan antara keempat tahanan tersebut. (Suryatmo, 1986). Metoda jembatan
wheatstone merupakan salah satu cara yang cukup baik untuk mengukur
hambatan. Salah satu cara yang paling sederhana untuk menentukan tahanan
suatu penghantar pada suatu rangkaian jembatan adalah dengan sistem Jembatan
Wheastone.
Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone(Sumber : http://dotwebid.blogspot.com/)
Hasil kali antara hambatan hambatan berhadapan yang satu akan sama
dengan hasil kai hambatan hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial
antara c dan d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan
dengan menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Atau Jembatan
Wheatstone adalah rangkaian yang terdiri dari empat buah hambatan seperti pada
gambar di bawah ini :
Gambar 4. Rangkaian Lain Dari Jembatan Wheatstone(Sumber : http://dotwebid.blogspot.com/)
R1 , R2 dan R3 merupakan hambatan yang sudah diketahui, sedangkan Rx
adalah hambatan yang akan di cari besarnya. Pada keadaan setimbang,
galvanometer akan menunjukkan angka nol. Karena tidak ada arus yang mengalir
melalui galvanometer tersebut.
Hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan pengantar listrik/
konduktor,yang dapat di gunakan untukmengatur besarnya arus listrik yang
melewati suatu rangkaian. Hambatan sebuah konduktor di antara dua titik diukur
dengan memasang sebuah beda potensial diantara titik-titik tersebut dan
membandingkannya dengan arus listrik yang terukur. ( R=V/ I ). Cara pengukuran
hambatan listrik dengan voltmeter dan ampermeter dapat menggunakan rangkain
seperti gambar (5) dan gambar (6).
Gambar 5. Pengukuran Hambatan cara pertama(Sumber : http://dotwebid.blogspot.com/)
1) Membuktikan pengukuran gambar 3 menghasilkan harga R dalam persamaan (ii)
Aac
ac RIVR .................. persamaan (ii)
Gambar 6. Pengukuran hambatan cara kedua(Sumber: http://dotwebid.blogspot.com/)
2) Membuktikan pengukuran gambar 2 menghasilkan harga R dalam persamaan (iii)!
b
IR
R ca
V
AIR
IRR
IV
a b
V
IA
A
V
ABA
AB
RVI
VR
.............. persamaan (iii)
Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan
listrik. Cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan amperemater,cukup
satu Galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu
rangkaian. Prinsip dari rangkaian jembatan Wheatstone di perlihatkan pada
gambar (7).
Gambar 7. Rangkaian Jembatan Wheatstone(Sumber : dotwebid.blogspot.com)
Keterangan Gambar :
S: Saklar penghubung
G:Galvanometer
E: Sumber tegangan arus
Rs:Hambatan geser
Ra dan Rb:Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.
Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.
Saat saklar S di tutup, maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum
Galvanometer menyimpang artinya ada arus yang melewatinya,yaitu antara titik C
dan D ada beda potensial.Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan
geser Rs akan dapat di capai galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda
potensial antara titik C dan D. Dengan demikian akan berlaku persamaan :
E
S
RS
Ra
G
G
RX
R
C
D
SB
a RRRRx .............. persamaan (iv)
Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan besarnya
R bergantung pada panjang penghantar, maka rangkaian jembatan Wheatstone
dapat di ubah menggunakan kawat penghantar seperti gambar (8 ) di bawah ini:
Gambar 8. Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan kontak geser diatas
kawat penghantar(Sumber : http://dotwebid.blogspot.com/)
Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang berasl dari
ujung Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang
L1dan L2 yang akan menghasilkan arus di Galvanometer sama dengan NOL.
Oleh karena itu pada kawat AB perlu di lengkapi skala ukuran panjang. Dengan
menghubungkan persamaan (iii) dengan persamaan (iv) diperoleh hasil sebagai
berikut:
RaLLRx
12
……………persamaan (v)
Peralatan yang diperlukan satu set rangakaian jembatan Wheatstone, yang
terdiri dari :
1. DC Power Supply
2. Galvanometer
3. 2 Hambatan Pembanding ( Ra )
S
RXRa
G
E
A BL1 L2
4. Hambatan yang akan diukur ( tertutup gelangnya )
2.3.1 Kelebihan Jembatan Wheatstone
Dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar.
Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur regangan
material (baja atau beton) didasarkan pada perubahan kecil penghantar yang
berdeformasi akibat gaya eksperimen. Perubahan kecil dimensi penampang
dihitung dari peribahan hambatan pada rangkaian jembatan wheatstone yang
dihubungkan sensor ke alat pencatat data logger untuk setiap transducer.
2.3.2 Kesalahan Pada Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi tahanan
dari sekitar 1Ω sampai rangkuman mega ohm rendah. Sumber kesalahan utama
terletak pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang diketahui. Kesalahan-
kesalahan lain bisa mencakup:
a. Sensitivitas detektor nol yang tidak cukup
b. Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanasan arus
melalui tahanan-tahanan tersebut. Efek pemanasan (I2R) dari arus-arus
lengan jembatan dapat mengubah tahanan yang diukur. Kenaikan
temperatur bukan hanya mempengaruhi tahanan selama pegukuran yang
sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan
yang permanen bagi nilai tahanan. Hal ini tidak boleh terjadi, karena
pengukuran-pengukuran selanjutnya akan menjadi salah karena itu disipasi
daya dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung sebelumnya sehingga
arus dapat dibatasi pada nilai yang aman.
c. GGL termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer dapat
juga mengakibatkan masalah sewaktu mengukur tahanan-tahanan rendah.
Untuk mencegah ggl termal, kadang-kadang galvanometer yang lebih
sensitif dilengkapi dengan sistem kumparan tembaga dari sistem suspensi
tembaga yakni untuk mencegah pemilikan logam-logam yang tidak sama
yang saling kontak satu sama lain dan untuk mencegah terjadinya ggl
termal.
d. Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan kontak-kontak
luar memegang peranan dalam pengukuran nilai-nilai tahanan yang sangat
rendah.
Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas
yang diperlukan untuk mendeteksi kondisi setimbang atau tidak, arus
galvanometer perlu ditentukan. Galvanometer-galvanometer yang berbeda
bukan hanya memerlukan arus satu per satuan defleksi yang berbeda
(sensivitas arus), tetapi juga dapat mempunyai tahanan dalam yang
berbeda. Adalah tidak mungkin mengatakan tanpa menghitung
sebelumnya, galvanometer mana yang akan membuat rangkaian jembatan
lebih sensitif terhadap suatu kondisi tidak setimbang. Sensitivitas ini dapat
ditentukan dengan memecahkan persoalan rangkaian jembatan pada
ketidaksetimbangan yang kecil. Pendekatan ini didekati dengan mengubah
jembatan Wheatstone menjadi rangkaian Thevenin.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Munir. 2013. Prinsip Kerja Dan Fungsi Potensiometer http://agusmunir.mywapblog.com/prinsip-kerja-dan-fungsi-potensiometer.xhtml (Diakses pada hari Selasa 29 April 2014 pukul 19.32 WIB)
Anonim. 2011. Percobaan Jembatan Wheatstone. http://dotwebid.blogspot.com/2011/05/percobaan-jembatan-wheatstone.html (Diakses pada hari Selasa 29 April 2014 pukul 21.16 WIB)
Bueche, Fredick J. dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Jakarta :Erlangga.
Flink, R.J dan O.G Brink. 1984. Dasar-dasar Ilmu Instrumen. Jakarta : Binacipta.
Lister, Eugene C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
Sulistiyo Nurhidayat. 2014. Jembatan Wheatstone. http://sulistiyonurhidayat.blogspot.com/2014/03/dasar-teori-jembatan-wheatstone.html (Diakses pada hari Selasa 29 April 2014 pukul 21.06 WIB)
Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuran. Jakarta : Bina aksara.
Van der wol, G. 1985. Rangkaian Eletro Teknik. Jakarta : Erlangga.