tphp.pdf
TRANSCRIPT
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 0
TUGAS TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
KOMODITI HASIL PERKEBUNAN DAN TEKNOLOGI
PENGAWETAN
NAMA : SAFRUL EPENDI
NIM : 120401005
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
2015
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 1
A. Pendahuluan
Perkebunan dibedakan dari agroforestri dan silvikultur (budidaya hutan) karena sifat
intensifnya. Dalam perkebunan pemeliharaan memegang peranan penting; sementara dalam
agroforestri dan silvikultur, tanaman cenderung dibiarkan untuk tumbuh sesuai kondisi alam. Karena
sifatnya intensif, perkebunan hampir selalu menerapkan cara budidaya monokultur, kecuali untuk
komoditas tertentu, seperti lada dan vanili. Penciri sekunder, yang tidak selalu berlaku, adalah adanya
instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap hasil panen dari lahan perkebunan itu, sebelum
produknya dipasarkan. Perkebunan dibedakan dari usaha tani pekarangan terutama karena skala usaha
dan pasar produknya.
Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung volume komoditas yang dihasilkan.
Namun, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui
sistem produksi yang diterapkannya. Kepemilikan lahan bukan merupakan syarat mutlak dalam
perkebunan, sehingga untuk beberapa komoditas berkembang sistem sewa-menyewa lahan atau
sistem pembagian usaha, seperti Perkebunan Inti Rakyat (PIR).
1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi
Indonesia menempatkan diri sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia.
Pada tahun 2011 Indonesia menguasai pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 47%
mengungguli Malaysia di tempat ke 2 dengan 39%. Ekspor kelapa sawit mampu
menyumbang devisa Negara sebesar USD 14 miliar pada tahun 2010 dan diperkirakan akan
terus meningkat secara signifikan dari tahun ketahunnya
Nama
Komoditi Hasil Utama Hasil Turunan
Sawit
Buah Sawit
Kompos Dan
Pakan Ternak
Arang
Minyak Goreng
Sabun
Lilin
Bahan baku Kosmetik
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 2
Bahan baku industry Farmasi
Kulit
BiodieselCarotene
Techoperol
Soap stock
Free fatty
Minyak salad
Margarine
Shortening
Minyak padat
Glycerine
Fatty acid
Palmiting Acid
Lauric acid
Myristic acid
Acid (FFA)
Stearin
Cara Pengolahan Hasil Kelapa Sawit
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan
minyak kelapa sawit. . Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut,
cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit
di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan
kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi
ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing
industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa
kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang
diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan
kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata
tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 3
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sait adalah proses ekstraksi CPO secara
mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian.
Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara
sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh
langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada. Adapun tahapan proses yang terjadi
selama pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah sebagai berikut :
1. Perebusan (sterilisasi)
Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana uap
bertekanan. Tujuan dari perebusan antara lain :
Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas minyak yang dihasilkan.
Memudahkan pelepasan brondolan buah dari tandan.
Melunakan buah untuk memudahkan dalam proses pengepresan dan pemecahan biji.
Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selam proses pengepresan dan pemecahan
biji.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3 kg/cm2 dengan
lama perebusan sekitar 90 menit.
2. Penebahan/ perontokan buah
Penebahan adalah pemisahan brondolan buah dari tandan kosong kelapa sawit. Buah yang
telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher
melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Pemipilan dilakukan dengan
membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpipil
akan jatuh melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing
conveyor untuk didistribusikan ke tiap unit-unit digester.
Didalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari
biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-
pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan digerakkan oleh motor
listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan
dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 4
pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
3. Pengepresan/ pengempaan
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah
(pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar
dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS (maks)
dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut
akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk
ke alat cake breaker conveyor untuk di pisah antara biji dan seratnya, sedangkan minyak
kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi (pemurnian).
4. Pemurnian Minyak
Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut
sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan
dengan system pengendapan, sentrifugasi dan penguapan.
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk
memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih
mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Saringan bergetar (Vibrating
screen) terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 M2 . Tingkat atas memakai
saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang
telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dan suhu dipertahankan 90-95C selanjutnya
crude oil dipompa ke tangki pemisah (continuos clarifier tank) dengan pompa minyak kasar.
Pemisahan minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan didalam tangki pisah ini.
Minyak yang mempunyai berat jenis kecil mengapung dan dialirkan kedalam tangki masakan
minyak (oil tank), sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada
minyak masuk kedalam ruang ketiga melalui lubang bawah. Untuk mempermudah pemisah,
suhu dipertahankan 95 C dengan system injeksi uap Minyak yang telah dipisah pada tangki
pemisah di tampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada
sentripus minyak.
Minyak Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 5
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak
sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storege Tank).
2. Coklat
Indonesia merupakan penghasil kakao no 3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Produksinya terus tumbuh rata-rata 3,5% per tahun, pada tahun 2014 pemerintah
berkomitmen untuk mengalahkan kedua Negara tersebut untuk menduduki peringkat pertama
sebagai penghasil kakao terbesar di dunia. Pada tahun 2010 produksi kakao Indonesia
mencapai 574 ribu ton atau menyumbang 16% produksi kakao dunia, sedangkan Pantai
Gading di peringkat pertama dengan 1,6 juta ton, atau menyumbang sebesar 44%.`
Nama
Komoditi Hasil Utama Hasil Turunan
Coklat
Buah Coklat
Kayu Bakar
Coklat Batangan
Coklat bahan minuman
Cara Pengolahan Coklat
1. Pemeraman Buah.
Pemeraman buah bertujuan, memperoleh keseragaman kematangan buah serta
memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao.Buah dimasukan kedalam keranjang rotan
atau sejenisnya disimpan ditempat yang bersih dengan alas daun daunan dan permukaan
tumpukan ditutup dengan daun-daunan . Pemeraman dilakukan ditempat yang teduh, serta
lamanya sekitar 5-7 hari (maksimum 7 hari).
2. Pemecahan Buah
Pemecahan atau pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan biji kakao,
pemecahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melukai atau merusak biji
kakao. Pemecahan buah kakao dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah
satu dengan buah lainnya, harus dihindari kontak langsung biji kakao dengan benda benda
logam, karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu. Biji kakao dikeluarkan
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 6
lalu dimasukan dalam ember plastik atau wadah lain yang bersih, sedang empulur yang
melekat pada biji dibuang.
3. Fermentasi
Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit
biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu menghasilkan biji
yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan
warna yang cerah dan bersih.
4. Perendaman dan Pencucian.
Tujuan perendaman dan pencucian adalah menghentikan proses fermentasi dan
memperbaiki kenampakan biji. Sebelum pencucian dilakukan perendaman 3 jam untuk
meningkatkan jumlah biji bulat dengan kenampakan menarik dan warna coklat cerah.
Pencucian dapat dilakukan secara manual (dengan tangan) atau menggunakan mesin pencuci.
Pencucian yang terlalu bersih sehingga selaput lendirnya hilang sama sekali, selain
menyebabkan kehilangan berat juga membuat kulit biji menjadi rapuh dan mudah terkelupas.
Umunya biji kakao yang dicuci adalah jenis edel sedangkan jenis bulk tergantung pada
permintaan pasar.
5. Pengeringan.
Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur, memakai mesin
pengering atau kombinasi keduanya. Pada proses pengeringan terjadi sedikit fermentasi
lanjutan dan kandungan air menurun dari 55- 60 % menjadi 6-7 %, selain itu terjadi pula
perubahan-perubahan kimia untuk menyempurnakan pembentukan aroma dan warna yang
baik.
Suhu pengeringan sebaiknya antara 55-66 c dan waktu yang dibutuhkan bila
memakai mesin pengering antara 20-25 jam, sedang bila dijemur waktu yang dibutuhkan 7
hari apabila cuaca baik,tetapi apabila banyak hujan penjemuran 4 minggu. Bila biji kurang
kering pada kandungan air diatas 8% biji mudah ditumbuhi jamur.
6. Sortasi Biji.
Sortasi Biji Kakao Kering dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan cacat
berupa biji pecah, kotoran atau benda asing lainya seperti batu, kulit dan daun-daunan.
Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air seimbang, sehingga biji tidak
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 7
terlalu rapuh dan tidak mudah rusak, sortasi dilakukan dengan menggunakan ayakan yang
dapat memisahkan biji kakao dengan kotoran-kotoran.
7. Pengemasan dan Penyimpanan Biji
Biji kakao dikemas dengan baik didalam wadah bersih dan kuat, biasanya
menggunakan karung goni dan tidak dianjurkan menggunakan karung plastik.Biji kakao tidak
disimpan dalam satu tempat dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras, karena biji
kakao dapat menyerap bau-bauan tersebut.Biji kakao jangan disimpan di atas para-para dapur
karena dapat mengakibatkan biji kakao berbau asap. Biji kakao disimpan dalam ruangan,
dengan kelembaban tidak melebihi 75 % ventilasi cukup dan bersih.Antara lantai dan wadah
biji kakao diberi jarak 8 Cm dan jarak dari dinding 60 Cm, biji kakao dapat disimpan 3
bulan.
3. Karet
Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi
enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sebagaimana 1,4-poliisoprena.
Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet.
Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai
Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-
35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester
dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti
oleh vulkanisasi.
Nama
Komoditi Hasil Utama Hasil Turunan
Karet
Getah
Kayu
lateks
Pipa Karet
Benang
Karet Lembaran
Ban
Pakaian
Alas kaki
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 8
Alat Kesehatan
Peralatan Transportasi
a) Proses pengolahan Karet
1. Mesin Penggilingan
Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan mesin
penggilingan. Di kalangan pengolahan lateks, mesin ini sering disebut baterai sheet.
Baterai sheet ada yang terdiri dan 4, 5, atau 6 gilingan beroda dua. Baterai sheet yang
merniliki 4 gilingan beroda dua contohnya adalah merek Cadet. Sedangkan yang
memiliki 5 dan 6 gilingan beroda dua masing-masing contohnya adalah merek Aristo dan
Six in One. Kapasitas setiap jenis baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan
sheet yang akan dibuat Mesin penggilingan untuk crepe dikenal dengan nama baterai
crepe.Jumlah gilingan beroda dua yang ada biasanya 3, 4, atau 5 gilingan. Baterai crepe
dengan 3 gilingan beroda dua biasanya kurang memberikan hasil gilingan yang
memuaskan, yang paling baik adalah baterai crepe dengan 5 gilingan.
Selama proses penggilingan, mesin-mesin berjalan terus menerus.Padagilingan
terakhir selalu terdapat patron yang disebut printer yang berbentuk spiral.Patron
berfungsi memperbesar permukaan sheet serta bisa mempercepat jalannya pengeringan.
2. Tangki/Bejana Koagulasi
Tangki yang banyak dipakai pada era sebelum Perang Dunia II terbuat dan arnit
atau ebonit, sesudahnya digunakan tangki yang terbuat dari aluminium. Ukuran tangki
yang digunakan biasanya 10 x 3 x 16 feet. Tangki yang berukuran besar ini disekat lagi
menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil. Untuk menyekat digunakan pelat-pelat
aluminium.
3. Rumah Pengeringan
Pada pembuatan crepe, rumah pengeringan mutlak dibutuhkan. Tinggi ruangan
biasanya tidak lebih dari 6 meter.Di dalam rumah pengeringan, biasanya terdapat gantar-
gantar dari kayu jati dengan tebal 4 5 cm untuk menggantungkan karet crepe yang
akan dikeringkan. Cara pemanasan yang paling digunakan adalah
thermosifon.Thermosifon adalah pemanasan dengan air panas serta menggunakan uap air
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 9
bertekanan rendah (5 7 hari).Bila tanpa pemanasan, waktu yang dibutuhkan berkisar 2
4 minggu.
4. Rumah Pengasapan
Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet.Suhu harus
dipertahankan sehingga praktis stabil, ventilasinya dapat diatur sesuai kebutuhan, serta
penambahan asap dan pemanasan dapat terjamin.Jumlah ruang pengasapan dan
pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Ini berkaitan
dengan ketebalan sheet yang akan dibuat. Misalnya waktu pengeringaji 5 5,5 hari,
maka ruang yang dibutuhkan adalah 6 buah.
Namun, bila produksj harian tinggj dan setiap hari nembutuhkan lebih dan satu
ruangan, maka jumlah ruangan yang diperlukan dikalikan jumlah ruangan yang dipakai
per hari. Karet tidak boleh dicampur aduk dalam satu ruangan karena hasil karet dari hari
yang tidak sama tidak boleh digabungkan.Selain alat-alat yang telah disebutkan di atas,
sebenarnya masih ada beberapa alat yang banyak digunakan dalam pengolahan karet,
seperti alat penyaring, gunting/pemotong, meja sortasi, pengepres, pengepak, dan lain-lain.
4. Teh
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara
menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia
sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh
hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang
dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip,
camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Nama
Komoditi Hasil Utama Hasil Turunan
Teh
Daun teh
Teh Minuman
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 10
Cara Pengolahan Teh
1. Proses Pelayuan, yaitu menggunakan kotak untuk melayukan daun (Whithering trought),
merupakan kotak yang diberikan kipas untuk menghembuskan angin ke dalam kotak. Proses
ini mengurangi kadar air dalam daun teh sampai 70%. Pembalikan pucuk 2 - 3 kali untuk
meratakan proses pelayuan.
2. Proses Penggilingan, yaitu bertujuan untuk memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi
dapat berlangsung secara merata.
3. Proses Oksidasi. Setelah proses penggilingan selesai daun teh di tempatkan di meja dan
enzim didalam daun teh akan memuali oksidasi karena bersentuhan dengan udara luar. Ini
akan menciptakan rasa dan warna teh. Proses ini berlangsung sekitar 0,5 sampai 2 jam.
4. Proses Pengeringan, yaitu menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) & Fluid
bed drier. Kadar air produk yang dihasilkan 3-5 % .
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 11
5. Kunyit
Kunyit merupakan rempah-rempah yang sering digunakan untuk memberikan warna
alami pada makanan menjadi kuning. Lebih dari itu, kunyit ternyata memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan tubuh. Berikut enam manfaat kunyit.
Nama
Komoditi Hasil Utama Hasil Turunan
Kunyit
Buah Kunyit
Daun Kunyit
Teh
Jamu
Minuman Penghangat
Penedap masakan
Obat-obatan
Cara Pengolahan Tugas
1. pembersihan
2. Penggilingan
3. Pengayakan
4. Pengemasan
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 12
Teknologi Pengawetan
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki
daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Dalam
mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan
bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan. Teknologi
pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-
cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya,
contohnya adalah:
Pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan
yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
Pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan
untuk daging dan susu.
Pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di
bawah titik beku air.
Pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka
panjang, biasa diterapkan pada daging.
Pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa
dalam kaleng).
Pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
Pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
Pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya
dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat
Pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat
Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia
Biokimia
Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan
senyawa pengawet, seperti:
penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 13
pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk
mencengah kerusakan makanan
pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau
mengandung minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan
karsinogenik. Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti
pada ikan asin dan telur asin, dan sirup karena larutan gula kental dapat mencegah
pertumbuhan mikroba. Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang
dalam keju, sirup dan buah kering.
Makanan dapat diawetkan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan bentuk,
struktur, dan jenis bahan pangan, antara lain dengan pemanasan, pengeringan, pendinginan,
penambahan bahan kimia (zat pengawet), sistem kemasan, sistem fermentasi, dan iradiasi.
1. Pemanasan
Pemanasan makanan secara sederhana biasa dilakukan dengan tujuan membunuh kuman
penyakit, mencegah pembusukan yang disebabkan oleh mikroba, dan menambah selera
makan. Sistem pemanasan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pasteurisasi dan sterilisasi.
Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu + 700C secara berulang-ulang sehingga tidak
merusak bahan makanan tetapi dapat mematikan mikroba patogen, contohnya pasteurisasi
susu. Sterilisasi adalah pemanasan sampai mendidih atau hingga suhu mencapai lebih dan
1000C, dengan tujuan mematikan semua mikroba beserta sporanya. Sterilisasi lebih sering
digunakan pada alat-alat laboratorium dengan menggunakan autoklaf. Pemanasan dengan
autoklaf dilakukan pada suhu 121C, selama 15 20 menit. Peralatan yang terbuat dari
gelas juga dapat disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 160C 170C selama 2
3 jam.
2. Pengeringan
Prinsip dasar dan pengeringan adalah dehidrasi (pengeluaran air) dari bahan makanan.
Pengeringan secara tradisional dilakukan dengan cara menjemur di bawah panas matahari,
misalnya dalam pembuatan ikan asin, kerupuk, dan garam. Selain itu, pengeringan juga dapat
dilakukan dengan bantuan api, misalnya pengasapan, sistem oven, dan pemanggangan.
-
(120401005 )TPHP |Komoditas Hasil Perkebunan Dan Teknologi Pengawetan 14
3. Pendinginan (Pembekuan)
Pendinginan adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah atau mencapai titik beku
menggunakan lemari es atau cold storage. Pendinginan menyebabkan mikroba menjadi tidak
aktif, sehingga bahan makanan dapat disimpan lebih lama.
4. Penambahan Bahan Kimia (Zat Pengawet)
Penambahan bahan kimia (zat pengawet) bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Zat pengawet terdiri atas senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam maupun garam.
Bahan pengawet organik antara lain gula, asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, dan
asam asetat (asam cuka). Bahan pengawet anorganik antara lain garam dapur (NaCl), sulfit,
natrium nitrit, dan natrium nitrat. Penggunaan formalin untuk pengawet makanan sangat
dilarang. Saat ini, digunakan chitosan sebagai penggantinya. Chitosan dibuat dari limbah
pengolahan kulit udang dan rajungan. Beberapa jenis bumbu dapur, misalnya bawang putih,
cengkih, kunyit, jahe, dan lada hitam, selain dapat meningkatkan cita rasa makanan, sebagai
obat, dan antioksidan, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Fermentasi bahan makanan dilakukan dengan menambahkan bakteri atau jamur fermentasi,
misalnya Saccharomyces sp. Pada pembuatan tapai dan minuman beralkohol. Makanan atau
minuman hasil fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat akan lebih awet selama wadah
tertutup rapat.
5. Sistem Kemasan
Kemasan makanan dapat berupa botol, kaleng, plastik, dan kertas berlapis aluminium.
Tujuannya adalah agar makanan terbebas dari kontaminasi mikroba dan udara luar. Bila
membeli makanan dalam kemasan, kita perlu memerhatikan keutuhan wadah dan masa
berlaku (masa kedaluwarsa) dari makanan tersebut.
6. Iradiasi
Penyinaran dengan foton (partikel cahaya) yang berasal dari zat radioaktif, misalnya sinar
gamma, dapat mematikan mikroba pembusuk dan patogen. Iradiasi dapat dilakukan terhadap
bahan makanan mentah maupun makanan/minuman instan dalam kemasan. Akan tetapi,
iradiasi juga dapat menimbulkan risiko seperti mutasi pada mikroba, menyebabkan terjadinya
ionisasi dan timbulnya radikal bebas pada bahan makanan.