topik

14
Menanggapi berbagai persoalan klasik tentang masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk indonesia, baik penyakit tidak menular maupun menular. Hal tersebut menjadikan indonesia yang merupakan negara berkembang harus berusaha lebih keras dengan menganalisis permasalahan yang ada kemudian mencoba memperbaiki segera masalah dengan berbagai cara yang dianggap paling efektif dan efesien. Berbagai organisasi kesehatan terutama sektor pemerintah mulai gelisah baik karena kepedulian terhadap kesehatan atau karena sebuah tekanan dari kebijakan dunia, negara maupun masyarakat. Permasalahan tersebut telah ditemukan dan ditetapkan dalam sebuah perencanaan pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya adalah permasalahan sumber daya kesehatan (SDM). Pemerintah dan berbagai organisasi profesi telah menetapkan gebrakan baru yang dianggap mampu mengatasi permasalahan SDM diantaranya adalah tenaga kesehatan masyarakat (SKM). Permasalahan kualitas dan kuantitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan kesehatan selain pembiayaan. Menjamurnya pendidikan kesehatan masyarakat di Indonesia bisa dikatakan sangat subur hal ini terbukti dengan telah berdiri dan beroprasionalnya 143 perguruan tinggi (PT) tingkat sarjana, 24 PT tingkat Magister dan 2 PT untuk tingkat doktor baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS), yang menurut data sampai maret 2010, 70% tingkat sarjana dan 80 % tingkat magister belum terakreditasi (EPSBED.Dikti, 2010). Pendidikan kesehatan termasuk SKM dianggap sebagai peluang bisnis yang menjanjikan khususnya bagi para pengusaha atau pemilik modal PTS aelain alasan untuk membantu pendidikan masyarakat atau alasan positif lainya (pernah mendengar sendiri, ada pendiri pernah mengatakan demikian). Sayangnya menjamurnya pendidikan SKM di indonesia belum mengedapankan kualitas sasaran, hal ini terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi yang belum bisa memenuhi standar minimal (SDM, kurikulum, sistem pendidikan, laboratorium, dll) pendirian program studi/perguruan tinggi secara nyata, hal ini justru menimbulkan brbagai pertanyaan, bagaimanakah pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa mengeluarkan surat ijin perpanjangan, pendirian dan pembukaan prodi SKM tersebut. (Dapat di lihat pada daftar rujukan Materi Dr.Emma dan Dr.Setiawan di kahir tulisan ini) Selain itu permasalahan yang juga tidak kalah penting adalah ketika para SKM telah selesai pendidikan, akankah mereka mengembangkan dan mengamalkan ilmunya, siap dan mampu berkreatifitas dan berkarya dengan jalur yang telah dipilihnya hingga finish atau mereka melupakan latar belakang mereka hingga merubah haluan dan tujuan semula karena demi mempertahankan hidup, mengisi perut dan membantu ekonomi kaluarga atau bahkan beralih menekuni bidang ilmu yang lebih menjanjikan. Sudah sewajarnya organisasi pendidikan dan profesi (IAKMI, PERSAKMI, AIPTKMI, dan organisas lain dalam disiplin ilmu kesmas) peduli terhadap saudara-saudara kita yang selama ini telah tercetak (lulusan/SKM) dan akan tercetak (mahasiswa). Jika pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan upaya promotif dan preventifnya, maka sebagai konsekuensinya tentu pendanaan juga harus disiapkan, jika kesehatan masyarakat terjamin dan meningkat maka produktifitas manusia juga akan meningkat yang akhirnya berdampak kepada peningkatan ekonomi negara dan timbal balik dari negara adalah membantu mensejahterakan masyarakat termasuk SKM yg memiliki potensi tapi tak berdaya, disitulah letak hubungan timbal balik mutualisme antara masyarakat dalam hal ini SKM dengan pemerintah atau bangsa

Upload: naval-siahaan

Post on 11-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menanggapi berbagai persoalan klasik tentang masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk indonesia, baik penyakit tidak menular maupun menular. Hal tersebut menjadikan indonesia yang merupakan negara berkembang harus berusaha lebih keras dengan menganalisis permasalahan yang ada kemudian mencoba memperbaiki segera masalah dengan berbagai cara yang dianggap paling efektif dan efesien.

TRANSCRIPT

Menanggapi berbagai persoalan klasik tentang masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk

indonesia, baik penyakit tidak menular maupun menular. Hal tersebut menjadikan indonesia yang

merupakan negara berkembang harus berusaha lebih keras dengan menganalisis permasalahan yang

ada kemudian mencoba memperbaiki segera masalah dengan berbagai cara yang dianggap paling

efektif dan efesien. Berbagai organisasi kesehatan terutama sektor pemerintah mulai gelisah baik karena

kepedulian terhadap kesehatan atau karena sebuah tekanan dari kebijakan dunia, negara maupun

masyarakat. Permasalahan tersebut telah ditemukan dan ditetapkan dalam sebuah perencanaan

pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya adalah permasalahan sumber daya kesehatan (SDM).

Pemerintah dan berbagai organisasi profesi telah menetapkan gebrakan baru yang dianggap mampu

mengatasi permasalahan SDM diantaranya adalah tenaga kesehatan masyarakat (SKM). Permasalahan

kualitas dan kuantitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan kesehatan selain

pembiayaan. Menjamurnya pendidikan kesehatan masyarakat di Indonesia bisa dikatakan sangat subur

hal ini terbukti dengan telah berdiri dan beroprasionalnya 143 perguruan tinggi (PT) tingkat sarjana, 24

PT tingkat Magister dan 2 PT untuk tingkat doktor baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS), yang

menurut data sampai maret 2010, 70% tingkat sarjana dan 80 % tingkat magister belum terakreditasi

(EPSBED.Dikti, 2010). Pendidikan kesehatan termasuk SKM dianggap sebagai peluang bisnis yang

menjanjikan khususnya bagi para pengusaha atau pemilik modal PTS aelain alasan untuk membantu

pendidikan masyarakat atau alasan positif lainya (pernah mendengar sendiri, ada pendiri pernah

mengatakan demikian). Sayangnya menjamurnya pendidikan SKM di indonesia belum mengedapankan kualitas sasaran, hal ini terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi yang belum bisa memenuhi standar minimal (SDM, kurikulum, sistem pendidikan, laboratorium, dll) pendirian program

studi/perguruan tinggi secara nyata, hal ini justru menimbulkan brbagai pertanyaan, bagaimanakah pihak

pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional/Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan bisa mengeluarkan surat ijin perpanjangan, pendirian dan pembukaan prodi SKM tersebut. (Dapat di lihat pada daftar rujukan Materi Dr.Emma dan Dr.Setiawan di kahir tulisan ini) Selain

itu permasalahan yang juga tidak kalah penting adalah ketika para SKM telah selesai pendidikan,

akankah mereka mengembangkan dan mengamalkan ilmunya, siap dan mampu berkreatifitas dan

berkarya dengan jalur yang telah dipilihnya hingga finish atau mereka melupakan latar belakang mereka

hingga merubah haluan dan tujuan semula karena demi mempertahankan hidup, mengisi perut dan

membantu ekonomi kaluarga atau bahkan beralih menekuni bidang ilmu yang lebih menjanjikan. Sudah

sewajarnya organisasi pendidikan dan profesi (IAKMI, PERSAKMI, AIPTKMI, dan organisas lain dalam

disiplin ilmu kesmas) peduli terhadap saudara-saudara kita yang selama ini telah tercetak (lulusan/SKM)

dan akan tercetak (mahasiswa). Jika pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan upaya promotif dan

preventifnya, maka sebagai konsekuensinya tentu pendanaan juga harus disiapkan, jika kesehatan

masyarakat terjamin dan meningkat maka produktifitas manusia juga akan meningkat yang akhirnya

berdampak kepada peningkatan ekonomi negara dan timbal balik dari negara adalah membantu

mensejahterakan masyarakat termasuk SKM yg memiliki potensi tapi tak berdaya, disitulah letak

hubungan timbal balik mutualisme antara masyarakat dalam hal ini SKM dengan pemerintah atau bangsa

Indonesia. Secara rinci sebagian permasalan pembangunan kesehatan Indonesia adalah kekurangan

SDM termasuk tenaga kesehatan masyarakat. Kekurangan yang sangat signifikan tenaga kesmas dan

persebaranya di Indonesia menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan melambanya

pembangunan kesehatan. Jika merujuk bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan itu 80 %

ditentukan oleh SDM selain pembiayaan tentu upaya realisasi masalah tersebut perlu dikedepankan.

Saat ini berdasarkan data pusat perencanan dan pembangunan tenaga kesehatan 2011, ketersediaan

tenaga kesmas di indonesia hanya 6.505 orang padahal berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat

di puskesmas saja mencapai 26.964 orang sehingga kekuranganya mencapai 21.131 orang.

berdasarkan data permasalahan kekurangan SDM tersebut tentu hal ini akan sulit terealisasi dan hanya

akan menjadi sebatas program dan rencana diatas kertas tanpa adanya usaha nyata untuk mencapai

kekurangan tersebut, meskipun secara produksi tenaga kesmas di Indonesia telah berjumlah 143 PT

tingkat sarjana yang tersebar di seluruh wilayah provinsi Indonesia. (Lihat materi Dr.oscar kebijakan

nasional dan pemberdayaan SKM) Isu besar kesehatan lain saat ini ialah masalah adekuasi (memadai)

dan sustainabilitas (keberlanjutan) dari pembiayaan kesehatan di Indonesia, khususnya pembiayaan

pemerintah. Diskusi tentang “apakah anggaran saat ini cukup? Atau kurang?, menjadi perdebatan

yang hangat. Jika melihat kebutuhan akan dana program dari pemerintah yang digulirkan melalui APBN

(Pusat) dan atau APBD (Propinsi dan Kabupaten Kota), maka bisa dikatakan bahwa anggaran kesehatan

Indonesia relative sangat kecil (hanya 1.7% dari total belanja pemerintah). Tetapi isu menarik berikutnya

adalah adanya sisa anggaran yang tidak terserap di kementrian kesehatan. Data pasti belum terkumpul,

namun kejadian sudah terlihat bertahun-tahun seperti berikut ini. (lihat materi Review kebijakan

penganggaran dan hasil diskusi anggaran Kemenkes RI di UGM, Apakah Kurang_Kenapa Ada

Sisa_2011, diakhir tulisan ini)

Serapan Anggaran Dana Kemenkes_Alokasi & Realisasi

Hasil diskusi kebijakan pembiayaan kesehatan tahun 2011 di UGM selengkapnya dapat dilihat dan di

unduh disini. Merespon hasil diskusi ilmiah dan beberapa pertemuan ilmiah terkait tenaga kesehatan

(SKM), penganggaran kesehatan dan permasalahan kesehatan selain yang telah dipaparkan

sebelumnya, kita sendiri menyadari bahwa permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini cukup

komplek, paling tidak bagaimana kita berusaha menyelesaikan satu permasalahan pembangunan

kesehatan Indonesia (SDM) untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang lain dengan tetap mengacu

pada pokok-pokok MDGs. Jika rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN I-IV)

Indonesia tidak akan mengalami perubahan seperti dalam konsep berikut

ini

Arah pengembangan Nakes terhadap RPJMN

Maka sebuah usulan program “Satu SKM Satu Desa” untuk Indonesia sehat, menjadi sebuah alternatif

solusi yang tepat. Jika di analisis secara umum tentang latar belakang mengapa muncul usulan tersebut ?, maka secara ringkas dapat saya gambarkan sebagai

berikut.

Persebaran SKM tingkat Puskesmas _www.bppsdmk.depkes.go.id/agregat/

UU No.36_2009_tenaga SDM

Program Satu SKM untuk Satu Desa

Kerangka Pikir untuk program Satu SKM satu Desa

Dengan adanya perencanaan program “Satu SKM Satu Desa” untuk Indonesia sehat, di harapkan

program ini menjadi lebih terarah dan jelas untuk menjadi sebuah alternatif solusi atas permasalahan

pembangunan kesehatan dan permasalahan SKM seperti berikut.

1. Membantu mempercepat dan memperjelas realisasi pembangunan kesehatan sesuai RPJMN 1-

4.

2. Meningkatkan Mutu SDM, selain peningkatan mutu pendidikan, dengan semakin bertambahnya

SKM yang diberdayakan untuk masyarakat dan bangsa maka diharapkan kualitas SKM akan ikut

meningkat hal ini berdasarkan filsafat, ilmu akan bertambah dan meningkat jika ilmu itu

digunakan/diamalkan dan mencoba fokus pada permasalahan yang dihadapi.

3. Masalah MDGs yang saat ini masih belum tercapai terutama MDG 4, 5 dan 6 akan bisa tercapai

lebih baik.

4. Mencapai penyebaran tenaga Nakes (SKM) yang adil dan merata diseluruh penjuru nusantara

sekaligus membantu membangunkan dan mempercepat program kelurahan/desa siaga aktif

yang hampir terabaikan.

5. Kesehatan masyarakat akan meningkat sehingga produktifitas masyarakat meningkat dan

akhirnya berdampak positif kepada perekonomian masyarakat dan negara, sehingga masyarakat

akan lebih sejahtera (indikator keberhasilan pembangunan kesehatan WHO, 80 % ditentukan

SDM baik kuantitas maupun kualitas).

Demikian sedikit ulasan sederhana mengenai latar belakang dan gambaran secara umum tentang

kemunculan sebuah usulan program“Satu SKM Satu Desa” untuk Indonesia Sehat (Terobosan baru

program Indonesia sehat). Program ini merupakan tanggapan dan masukan sekaligus merincikan

tentang permasalahan pembangunan kesehatan dalam hal indikator SDM, Saya berharap kepada

pembaca dan saudara-saudara sejawat SKM atau para ahli kesehatan, khususnya ahli kesehatan

masyarakat untuk bisa melihat program tersebut bukan dari siapa ide ini muncul tapi silahkan lihat apa

dampak dan manfaat program tersebut untuk masyarakat dan saudara-saudara kita (SKM). Saya mohon

maaf jika dalam penulisan usulan konsep program ini kuranglah baik dan jauh dari sempurna, seperti

pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”. Oleh karena itu kritik, saran dan masukan dari berbagai

pihak khususya tenaga kesehatan masyarakat sangat diharapkan untuk keberhasilan pembangunan

kesehatan berbasis pemberdayaan ini. NB : Karena program ini direncanakan akan diusulkan menjadi

program nasional akan lebih baik jika pemerhati dan penggiat kesehatan masyarakat (IAKMI,

PERSAKMI, AIPTKMI, ISMKMI, PAMI) dan organisasi profesi lainya dalam disiplin ilmu kesehatan

masyarakat) untuk bisa membagikan dan mendiskusikan program Satu SKM Satu Desa” untuk MDGs

(Terobosan baru program Indonesia sehat) demi kesempurnaan konsep tersebut.Terimakasih. Berikut ini

saya lampirkan beberapa materi dalam pertemuan ilmiah yang sebagian menjadi daftar rujukan latar

belakang munculnya program diatas.