Download - TOPIK
Menanggapi berbagai persoalan klasik tentang masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk
indonesia, baik penyakit tidak menular maupun menular. Hal tersebut menjadikan indonesia yang
merupakan negara berkembang harus berusaha lebih keras dengan menganalisis permasalahan yang
ada kemudian mencoba memperbaiki segera masalah dengan berbagai cara yang dianggap paling
efektif dan efesien. Berbagai organisasi kesehatan terutama sektor pemerintah mulai gelisah baik karena
kepedulian terhadap kesehatan atau karena sebuah tekanan dari kebijakan dunia, negara maupun
masyarakat. Permasalahan tersebut telah ditemukan dan ditetapkan dalam sebuah perencanaan
pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya adalah permasalahan sumber daya kesehatan (SDM).
Pemerintah dan berbagai organisasi profesi telah menetapkan gebrakan baru yang dianggap mampu
mengatasi permasalahan SDM diantaranya adalah tenaga kesehatan masyarakat (SKM). Permasalahan
kualitas dan kuantitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan kesehatan selain
pembiayaan. Menjamurnya pendidikan kesehatan masyarakat di Indonesia bisa dikatakan sangat subur
hal ini terbukti dengan telah berdiri dan beroprasionalnya 143 perguruan tinggi (PT) tingkat sarjana, 24
PT tingkat Magister dan 2 PT untuk tingkat doktor baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS), yang
menurut data sampai maret 2010, 70% tingkat sarjana dan 80 % tingkat magister belum terakreditasi
(EPSBED.Dikti, 2010). Pendidikan kesehatan termasuk SKM dianggap sebagai peluang bisnis yang
menjanjikan khususnya bagi para pengusaha atau pemilik modal PTS aelain alasan untuk membantu
pendidikan masyarakat atau alasan positif lainya (pernah mendengar sendiri, ada pendiri pernah
mengatakan demikian). Sayangnya menjamurnya pendidikan SKM di indonesia belum mengedapankan kualitas sasaran, hal ini terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi yang belum bisa memenuhi standar minimal (SDM, kurikulum, sistem pendidikan, laboratorium, dll) pendirian program
studi/perguruan tinggi secara nyata, hal ini justru menimbulkan brbagai pertanyaan, bagaimanakah pihak
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional/Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan bisa mengeluarkan surat ijin perpanjangan, pendirian dan pembukaan prodi SKM tersebut. (Dapat di lihat pada daftar rujukan Materi Dr.Emma dan Dr.Setiawan di kahir tulisan ini) Selain
itu permasalahan yang juga tidak kalah penting adalah ketika para SKM telah selesai pendidikan,
akankah mereka mengembangkan dan mengamalkan ilmunya, siap dan mampu berkreatifitas dan
berkarya dengan jalur yang telah dipilihnya hingga finish atau mereka melupakan latar belakang mereka
hingga merubah haluan dan tujuan semula karena demi mempertahankan hidup, mengisi perut dan
membantu ekonomi kaluarga atau bahkan beralih menekuni bidang ilmu yang lebih menjanjikan. Sudah
sewajarnya organisasi pendidikan dan profesi (IAKMI, PERSAKMI, AIPTKMI, dan organisas lain dalam
disiplin ilmu kesmas) peduli terhadap saudara-saudara kita yang selama ini telah tercetak (lulusan/SKM)
dan akan tercetak (mahasiswa). Jika pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan upaya promotif dan
preventifnya, maka sebagai konsekuensinya tentu pendanaan juga harus disiapkan, jika kesehatan
masyarakat terjamin dan meningkat maka produktifitas manusia juga akan meningkat yang akhirnya
berdampak kepada peningkatan ekonomi negara dan timbal balik dari negara adalah membantu
mensejahterakan masyarakat termasuk SKM yg memiliki potensi tapi tak berdaya, disitulah letak
hubungan timbal balik mutualisme antara masyarakat dalam hal ini SKM dengan pemerintah atau bangsa
Indonesia. Secara rinci sebagian permasalan pembangunan kesehatan Indonesia adalah kekurangan
SDM termasuk tenaga kesehatan masyarakat. Kekurangan yang sangat signifikan tenaga kesmas dan
persebaranya di Indonesia menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan melambanya
pembangunan kesehatan. Jika merujuk bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan itu 80 %
ditentukan oleh SDM selain pembiayaan tentu upaya realisasi masalah tersebut perlu dikedepankan.
Saat ini berdasarkan data pusat perencanan dan pembangunan tenaga kesehatan 2011, ketersediaan
tenaga kesmas di indonesia hanya 6.505 orang padahal berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat
di puskesmas saja mencapai 26.964 orang sehingga kekuranganya mencapai 21.131 orang.
berdasarkan data permasalahan kekurangan SDM tersebut tentu hal ini akan sulit terealisasi dan hanya
akan menjadi sebatas program dan rencana diatas kertas tanpa adanya usaha nyata untuk mencapai
kekurangan tersebut, meskipun secara produksi tenaga kesmas di Indonesia telah berjumlah 143 PT
tingkat sarjana yang tersebar di seluruh wilayah provinsi Indonesia. (Lihat materi Dr.oscar kebijakan
nasional dan pemberdayaan SKM) Isu besar kesehatan lain saat ini ialah masalah adekuasi (memadai)
dan sustainabilitas (keberlanjutan) dari pembiayaan kesehatan di Indonesia, khususnya pembiayaan
pemerintah. Diskusi tentang “apakah anggaran saat ini cukup? Atau kurang?, menjadi perdebatan
yang hangat. Jika melihat kebutuhan akan dana program dari pemerintah yang digulirkan melalui APBN
(Pusat) dan atau APBD (Propinsi dan Kabupaten Kota), maka bisa dikatakan bahwa anggaran kesehatan
Indonesia relative sangat kecil (hanya 1.7% dari total belanja pemerintah). Tetapi isu menarik berikutnya
adalah adanya sisa anggaran yang tidak terserap di kementrian kesehatan. Data pasti belum terkumpul,
namun kejadian sudah terlihat bertahun-tahun seperti berikut ini. (lihat materi Review kebijakan
penganggaran dan hasil diskusi anggaran Kemenkes RI di UGM, Apakah Kurang_Kenapa Ada
Sisa_2011, diakhir tulisan ini)
Serapan Anggaran Dana Kemenkes_Alokasi & Realisasi
Hasil diskusi kebijakan pembiayaan kesehatan tahun 2011 di UGM selengkapnya dapat dilihat dan di
unduh disini. Merespon hasil diskusi ilmiah dan beberapa pertemuan ilmiah terkait tenaga kesehatan
(SKM), penganggaran kesehatan dan permasalahan kesehatan selain yang telah dipaparkan
sebelumnya, kita sendiri menyadari bahwa permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini cukup
komplek, paling tidak bagaimana kita berusaha menyelesaikan satu permasalahan pembangunan
kesehatan Indonesia (SDM) untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang lain dengan tetap mengacu
pada pokok-pokok MDGs. Jika rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN I-IV)
Indonesia tidak akan mengalami perubahan seperti dalam konsep berikut
ini
Arah pengembangan Nakes terhadap RPJMN
Maka sebuah usulan program “Satu SKM Satu Desa” untuk Indonesia sehat, menjadi sebuah alternatif
solusi yang tepat. Jika di analisis secara umum tentang latar belakang mengapa muncul usulan tersebut ?, maka secara ringkas dapat saya gambarkan sebagai
berikut.
Kerangka Pikir untuk program Satu SKM satu Desa
Dengan adanya perencanaan program “Satu SKM Satu Desa” untuk Indonesia sehat, di harapkan
program ini menjadi lebih terarah dan jelas untuk menjadi sebuah alternatif solusi atas permasalahan
pembangunan kesehatan dan permasalahan SKM seperti berikut.
1. Membantu mempercepat dan memperjelas realisasi pembangunan kesehatan sesuai RPJMN 1-
4.
2. Meningkatkan Mutu SDM, selain peningkatan mutu pendidikan, dengan semakin bertambahnya
SKM yang diberdayakan untuk masyarakat dan bangsa maka diharapkan kualitas SKM akan ikut
meningkat hal ini berdasarkan filsafat, ilmu akan bertambah dan meningkat jika ilmu itu
digunakan/diamalkan dan mencoba fokus pada permasalahan yang dihadapi.
3. Masalah MDGs yang saat ini masih belum tercapai terutama MDG 4, 5 dan 6 akan bisa tercapai
lebih baik.
4. Mencapai penyebaran tenaga Nakes (SKM) yang adil dan merata diseluruh penjuru nusantara
sekaligus membantu membangunkan dan mempercepat program kelurahan/desa siaga aktif
yang hampir terabaikan.
5. Kesehatan masyarakat akan meningkat sehingga produktifitas masyarakat meningkat dan
akhirnya berdampak positif kepada perekonomian masyarakat dan negara, sehingga masyarakat
akan lebih sejahtera (indikator keberhasilan pembangunan kesehatan WHO, 80 % ditentukan
SDM baik kuantitas maupun kualitas).
Demikian sedikit ulasan sederhana mengenai latar belakang dan gambaran secara umum tentang
kemunculan sebuah usulan program“Satu SKM Satu Desa” untuk Indonesia Sehat (Terobosan baru
program Indonesia sehat). Program ini merupakan tanggapan dan masukan sekaligus merincikan
tentang permasalahan pembangunan kesehatan dalam hal indikator SDM, Saya berharap kepada
pembaca dan saudara-saudara sejawat SKM atau para ahli kesehatan, khususnya ahli kesehatan
masyarakat untuk bisa melihat program tersebut bukan dari siapa ide ini muncul tapi silahkan lihat apa
dampak dan manfaat program tersebut untuk masyarakat dan saudara-saudara kita (SKM). Saya mohon
maaf jika dalam penulisan usulan konsep program ini kuranglah baik dan jauh dari sempurna, seperti
pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”. Oleh karena itu kritik, saran dan masukan dari berbagai
pihak khususya tenaga kesehatan masyarakat sangat diharapkan untuk keberhasilan pembangunan
kesehatan berbasis pemberdayaan ini. NB : Karena program ini direncanakan akan diusulkan menjadi
program nasional akan lebih baik jika pemerhati dan penggiat kesehatan masyarakat (IAKMI,
PERSAKMI, AIPTKMI, ISMKMI, PAMI) dan organisasi profesi lainya dalam disiplin ilmu kesehatan
masyarakat) untuk bisa membagikan dan mendiskusikan program Satu SKM Satu Desa” untuk MDGs
(Terobosan baru program Indonesia sehat) demi kesempurnaan konsep tersebut.Terimakasih. Berikut ini