tk09

10
  248 Prosiding SNYuBe 2013 PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACR OCARPA ) SEBAGAI ANTISEPTIC PADA SABUN MANDI CAIR (BODY FOAM) Najla Lubis Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan E-mail : [email protected] Abstrak Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) atau makuta dewa (jawa : makuto mewo) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Sumatera Utara, khususnya daerah Medan, Binjai, Deli serdang, dan sekitarnya.. Namun penggunaan mahkota dewa kurang termanfaatkan oleh masyarakat umum di Sumatera Utara. Tanaman ini diduga memiliki efek antioksi dan yang baik karena mengandung s enyawa fenolik (polifenol). Kulit buah mengand ung alkaloid, saponin, dan f lavonoid. Selain itu mahkota dewa juga digunakan sebagai antiseptic. Lingkup dari penelitian ini meliputi uji kualitatif dan kuantitatif terhadap sampel berupa ekstrak buah mahkota dewa. Adapun tahap penelitian adalah pengumpulan bahan, pembuatan ekstrak (buah) mahkota dewa dengan variasi konsentrasi (10, 20,30,40,50,60,70,80,90, dan 100%), pembuatan sabun mandi cair (body foam), pencampuran ekstrak mahkota dewa kedalam sabun mandi cair (body foam), dan pengujian sifat antiseptic mahkota dewa dalam body foam tersebut. Dari hasil pengamatan uji ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair dan berdasarkan analisis ragam, menunjukkan bahwa pada konsentrasi 70% merupakan konsentrasi mahkota dewa yang paling efektif dan nyata sebagai antiseptic terhadap hewan percobaan (hamster). Key word : Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) , fenolik, antiseptik, body foam Pendahuluan Tumbuh-tumbuhan kaya akan antioksidan alami. Antioksidan ini meliputi karotenoid, vitamin, senyawa fenolik, flavonoid, glutation, dan metabolit endogen. Senyawa antioksidan ini telah dibuktikan dapat berperan sebagai “quencher oksigen singlet dan triplet, penangkal radikal bebas, decomposer peroksida dan inhibitor enzim. Mahkota dewa (  phaleria macrocarpa) atau makuta dewa (jawa : makuto mewo) merupakan tanaman yang banyak terdapat di Sumatera Utara, namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara, khususnya daerah Medan, Binjai, Deli serdang, dan sekitarnya. Padahal mahkota dewa merupakan tanaman yang diduga memiliki efek antioksidan yang baik. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkaloid, saponin, dan polifenol. Kulit buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Selain itu mahkota dewa juga diduga memiliki sifat antiseptic. Ekstrak etanol buah mahkota dewa diketahui memiliki daya antibakteri sehingga mampu menghambat pertumbuhan S.mutans, yaitu bakteri yang berperan dalam proses pembentuk an karies pada gigi [1]. Senyawa antioksidan yang terdapat dalam kulit dan daging buah mahkota dewa adalah flavonoid dan senyawa polifenol. Senyawa fenolik dikatakan memiliki aktivitas antioksidan, memungkinkan untuk menangkap baik spesies oksigen aktif maupun elektrofil, menghambat nitrosasi, dan mengkelat ion logam, memiliki potensi untuk

Upload: merry-tan

Post on 05-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis farmasi

TRANSCRIPT

  • 248

    Prosiding SNYuBe 2013

    PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA) SEBAGAI ANTISEPTIC PADA

    SABUN MANDI CAIR (BODY FOAM)

    Najla Lubis

    Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan E-mail : [email protected]

    Abstrak

    Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) atau makuta dewa (jawa : makuto mewo) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Sumatera Utara, khususnya daerah Medan, Binjai, Deli serdang, dan sekitarnya.. Namun penggunaan mahkota dewa kurang termanfaatkan oleh masyarakat umum di Sumatera Utara. Tanaman ini diduga memiliki efek antioksidan yang baik karena mengandung senyawa fenolik (polifenol). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Selain itu mahkota dewa juga digunakan sebagai antiseptic. Lingkup dari penelitian ini meliputi uji kualitatif dan kuantitatif terhadap sampel berupa ekstrak buah mahkota dewa. Adapun tahap penelitian adalah pengumpulan bahan, pembuatan ekstrak (buah) mahkota dewa dengan variasi konsentrasi (10, 20,30,40,50,60,70,80,90, dan 100%), pembuatan sabun mandi cair (body foam), pencampuran ekstrak mahkota dewa kedalam sabun mandi cair (body foam), dan pengujian sifat antiseptic mahkota dewa dalam body foam tersebut. Dari hasil pengamatan uji ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair dan berdasarkan analisis ragam, menunjukkan bahwa pada konsentrasi 70% merupakan konsentrasi mahkota dewa yang paling efektif dan nyata sebagai antiseptic terhadap hewan percobaan (hamster).

    Key word : Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) , fenolik, antiseptik, body foam

    Pendahuluan

    Tumbuh-tumbuhan kaya akan antioksidan alami. Antioksidan ini meliputi karotenoid, vitamin, senyawa fenolik, flavonoid, glutation, dan metabolit endogen. Senyawa antioksidan ini telah dibuktikan dapat berperan sebagai quencher oksigen singlet dan triplet, penangkal radikal bebas, decomposer peroksida dan inhibitor enzim. Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) atau makuta dewa (jawa : makuto mewo) merupakan

    tanaman yang banyak terdapat di Sumatera Utara, namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara, khususnya daerah Medan, Binjai, Deli serdang, dan sekitarnya. Padahal mahkota dewa merupakan tanaman yang diduga memiliki efek antioksidan yang baik. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkaloid, saponin, dan polifenol. Kulit buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Selain itu mahkota dewa juga diduga memiliki sifat antiseptic. Ekstrak etanol buah mahkota dewa diketahui memiliki daya antibakteri sehingga mampu menghambat pertumbuhan S.mutans, yaitu bakteri

    yang berperan dalam proses pembentukan karies pada gigi [1]. Senyawa antioksidan yang terdapat dalam kulit dan daging buah mahkota dewa adalah flavonoid dan senyawa polifenol. Senyawa fenolik dikatakan memiliki aktivitas antioksidan, memungkinkan untuk menangkap baik spesies oksigen aktif maupun elektrofil, menghambat nitrosasi, dan mengkelat ion logam, memiliki potensi untuk

  • 249

    Prosiding SNYuBe 2013

    autooksidasi, dankemampuan untuk memodulasi aktivitas enzim seluler tertentu. Dengan kata lain, mahkota dewa dapat dimanfaatkan sebagai bahan antioksidan untuk mengurangi efek yang ditimbulkan oleh senyawa radikal bebas. Flavonoid pada buah mahkota dewa juga telah diuji sebagai anti mikroba alami [2]. Penelitan-penelitian mengenai mahkota dewa sebagai antioksidan telah banyak dilakukan, namun penelitian tentang efektivitas mahkota dewa sebagai antiseptic dalam sabun mandi cair (body foam) belum pernah dilakukan. Buah Mahkota dewa

    telah diuji mengandung alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, steroid dan tannin [3,4,5]. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pengobatan tradisonal, dan meningkatkan pendapatan petani mahkota dewa agar lebih produktif karena hasil tanamannya dapat meningkatkan kesehatan kulit masyarakat dengan biaya yang relative lebih murah dengan kemasan yang mudah dibawa kemanapun. Hal ini tentu dapat dijadikan alternative sebagai obat penyakit kulit yang dapat digunakan bersamaan dengan waktu membersihkan tubuh setiap hari (mandi).

    Body foam. Keberadaan sabun mandi cair (body foam) sedikit banyak telah

    menggeser sabun mandi padat, dikarenakan beberapa kelebihan dari sabun mandi cair dibanding sabun mandi padat sebagai berikut : 1. Praktis, karena sabun mandi cair dapat dikemas dalam kemasan botol, sehingga

    mudah dibawa kemana saja. 2. Mudah larut dalam air (misalnya bathtube), diaduk sebentar, langsung berbusa dan

    digunakan untuk mandi berendam. 3. Kesehatan, kontaminasi terhadap kuman bisa dihindari, dan menjamin bila

    dibandingkan sabun mandi padat yang dipegang banyak orang alias dipakai bersama. Hal ini juga mencegah orang yang sudah berpenyakit kulit seperti alergi, menderita penyakit kulit lebih parah lagi

    Untuk memperoleh ekstrak mahkota dewa, metode yang akan digunakan adalah dengan proses ekstraksi atau penyarian.yaitu membuat ekstrak dari buah mahkota dewa yang akan dimasukkan ke dalam sabun mandi (body foam), kemudian

    melakukan pengujian efektivitas dari sifat antiseptic mahkkota dewa.

    Rumusan masalah. Sabun mandi digunakan sebagai pembersih badan dari debu,

    kotoran, dan membersihkan tubuh dari sisa garam yang berasal dari keringat di kulit. Selain sabun mandi batangan, terdapat juga sabun mandi cair yang lebih praktis untuk dibawa terutama jika bepergian. Selain hal tersebut, juga mudah digunakan oleh orang lain tanpa takut terjadi pemindahan penyakit yang menular.

    Mahkota dewa mempunyai efek antioksidan dan diduga juga sebagai antiseptic, sehingga masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak mahkota dewa mampu berfungsi sebagai antiseptic dengan variasi konsentrasi dalam sabun mandi cair. Di dalam masyarakat masih ditemukan adanya penyakit kulit seperti alergi, dan gatal-gatal yang diderita oleh sebagian orang di daerah Sumatera Utara, dengan semakin jenuhnya masyarakat mengkonsumsi obat anti alergi yang harus diminum, maka perlu dipikirkan suatu alternative obat luar yang dapat digunakan untuk kulit.

    Dari uraian diatas berdasarkan literatur mengenai fungsi buah tumbuhan mahkota dewa sebagai obat tradisional dari berbagai penyakit maka penulis merasa tertarik

  • 250

    Prosiding SNYuBe 2013

    untuk menguji efektivitas senyawa flavonoida dari buah tumbuhan mahkota dewa sebagai antiseptic pada sabun mandi cair.

    Tujuan dan sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas sifat antiseptic dari ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair (body foam). Adapun

    sasaran dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi siapapun yang perduli terhadap kebersihan tetapi tetap dapat manfaat lebih, yaitu dalam hal ini dengan sabun mandi diperoleh kebersihan tubuh, dan dengan mahkota dewa diperoleh manfaat antioksidan dan antiseptic.

    Luaran. Berdasarkan tujuan di atas luaran yang dapat diperoleh sesuai proposal

    adalah: 1. Publikasi ilmiah melalui jurnal Ilmiah Abdi Ilmu yang memiliki ISSN 2. Uji efektivitas sifat antiseptik mahkota dewa dapat memperkaya khasanah

    pengobatan tradisional di Indonesia 3. Tanaman mahkota dewa mempunyai nilai tambah terutama bagi petani tanaman

    ini.

    Tanaman mahkota dewa. Indonesia memiliki keaneka ragaman hayati yang besar.

    Banyak tumbuhan dapat digunakan baik sebagai kosmetik, obat-obatan, maupun keduanya. Tumbuhan atau tanaman banyak digunakan sebagai bahan kosmetik alami dan penggunaannya bahan kosmetik alami dari tanaman cukup meningkat dalam decade terakhir ini. Tanaman ini juga mudah dan banyak ditemukan di daerah Sumatera Utara.

    Daerah tropis mendapat banyak paparan sinar matahari. Menurut Kaidbey [6], (1979), kerusakan kulit paling parah karena paparan sinar matahari meliputi photoaging dan fotokarsinogenesis. Selain itu dapat juga menyebabkan reaksi inflamasi (sunburn), pembentukan melanin dan melanosit, kanker kulit, penuaan dini dengan terbentuknya kerut dan keratinasi, merusak jaringan pengikat, dan menyebabkan pigmentasi reversible karena oksidasi precursor melanin.

    Black [7] menyatakan bahwa antioksidan memiliki potensi sebagai fotoprotektor. Antioksidan dapat memberikan perlindungan bila diaplikasikan baik secara sisteik maupun secara tropical (Pinnel, 2003). Cahaya UV dapat mamacu pembentukan sejumlah senyawa reaktif atau radikal bebas pada kulit. Senyawa dengan kemampuan antioksidan atau penangkap radikal bebas dapat berkompetisi dengan molekul target dan mengurangi atau mengacaukan efek yang merugikan [7].

    Tumbuhan mahkota dewa (P. macrocarpa Boerl.) tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m, tanaman ini bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun, daging, dan kulit buahnya [8].

    Manfaat buah mahkota dewa (gambar 1) telah diketahui oleh sebagian masyarakat, terutama buah dan daunnya. Buah mahkota dewa diketahui mengandung kaemferol, myricetin, naringin, dan rutin sebagai flavonoid [2]. Ekstrak dari daging buah, kulit buah dan biji juga berpotensi sebagai anti mikroba. Dengan keberadaan flavonoid sebagai anti mikroba, membuat mahkota dewa banyak digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik.

    Daun mahkota dewa juga mempunyai aktivitas sebagai anti-inflamasi. Khasiat dari daun tumbuhan mahkota dewa dapat mengobati penyakit seperti: kanker, tumor, diabetes (kencing manis), pembengkakan prostad, asam urat, darah tinggi

  • 251

    Prosiding SNYuBe 2013

    Gambar 1. Buah mahkota dewa

    Saponifikasi. Saponifikasi atau saponity berarti membuat sabun, berasal dari bahasa Latin, sapon = sabun. Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisa asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dan reaksi saponifikasi adalah gliserol. Selain C12 dan C16 sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa juga disebut saponifikasi.

    Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

    C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

    Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.

    Flavonoid. Flavonoid adalah salah satu senyawa metabolit sekunder. Senyawa ini

    banyak dijumpai pada tumbuhan baik tumbuhan kelas tinggi, atau rendah, juga alga. Bila dilihat dari strukturnya senyawa flavonoid ini termasuk turunan dari senyawa fenolik, dimana sering dijumpai gugus hidroksil (-OH) pada cincin aromatik pembentuk struktur senyawa flavonoid ini. Senyawa flavonoid ini banyak dijumpai dan diisolasi dari bagian tumbuhan seperti daun, bunga, kulit batang, akar dan buah. Flavonoid ini banyak dijumpai di alam dalam bentuk bebas dan terikat dengan senyawa gula yang disebut senyawa flavonoid glikosida. Bentuk glikosida ini ada dalam bentuk C-glikosida dan O-glukosida.

    Struktur dari senyawa flavonoid ini dibentuk dari 2 cincin aromatik dan 1 cincin heterosiklis {(cincin yang terdapat 1 atom Oksigen dan 1 gugus karbon (C=O) tapi ada juga cincin tanpa C=O}; dimana pada cincin siklis ini terdapat gugus keton dan eter (jembatan eter/eter bridge). Rasa dari senyawa flavonoid ini pahit dan kelat, tergantung dari jenis substituent. Bila gugus OH dari gula semakin banyak, maka sifat kepolaran semakin tinggi Umumnya pembagian jenis golongan flavonoid ini ditentukan kejenuhan dari cincin heterosiklis. Secara garis besar jenis flavonoid ini adalah : flavon, flavonol, iso flavon, flavanon, dihidroflavonol, auron dan kalkon. Aktivitas biologis dari senyawa flavonoid ini telah banyak diselidiki yaitu aktivitas sebagai antioksidan, antibakteri, anti kanker (sitotoksik), dan anti HIV.

    Ekstrak. Ekstrak adalah sediaan pekat zat aktif simplisia nabati atau hewani, Ekstrak diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif simplisia menggunakan pelarut yang

  • 252

    Prosiding SNYuBe 2013

    sesuai, kemudian pelarut diuapkan. Pemilihan metode ekstraksi tergantung dari wujud dan kandungan zat bahan [10].

    Ekstraksi atau penyarian merupakan suatu peristiwa perpindahan massa zat aktif dari dalam sel akibat penarikan oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik jika bidang luas kontak permukaan simplisia dengan penyari semakin luas. [10].

    Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa dapat larut dan senyawa tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Senyawa aktif dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Pengetahuan tentang kandungan senyawa aktif dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. [11].

    Tujuan dan sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas sifat antiseptic dari ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair (body foam). Adapun

    sasaran dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi siapapun yang perduli terhadap kebersihan tetapi tetap dapat manfaat lebih, yaitu dalam hal ini dengan sabun mandi diperoleh kebersihan tubuh, dan dengan mahkota dewa diperoleh manfaat antioksidan dan antiseptic.

    Manfaat enelitian. Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1. Uji efektivitas sifat antiseptik mahkota dewa dapat memperkaya khasanah

    pengobatan tradisional di Indonesia. 2. Dapat digunakan sebagai alternative anti septic. 3. Tanaman mahkota dewa mempunyai nilai tambah terutama bagi petani

    tanaman ini.

    Metode Penelitian

    Bahan. Bahan utama yang akan digunakan adalah buah tanaman mahkota dewa yang sudah berwarna merah (matang) yang diperoleh dari daerah sekitar Kelurahan Tanjung Sari dan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kodya Medan.

    Bahan bahan pembuatan sabun (body foam). Texapon, Comperland, CAB 30 (Cocoamido betain) 40 gr, Polyquortenium 39/propilen glikol/glierin 15 gr, Formalin 0,01%, Pewarna secukupnya, Edta 2 Na, NaCl secukupnya, Pewangi, Ekstrak mahkota dewa, Aqua DM/air suling, Foam buster, Kertas saring

    Alat-alat . Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Gelas ukur 500 ml, 1000 ml Beaker glass 500 ml, 1000 ml, Neraca elektrik, Pipet volume 25 ml, Kompor listrik, Batang pengaduk, hot plate magnetic stirrer, Baskom plastic, Corong Buchner, Oven elektrik, Botol plastic, Hand pump, Pipet 1 ml

    Metode penelitian. Metode yang akan digunakan secara garis besar terdiri dari 4

    (empat) tahap uji, yaitu : a. Pembuatan ekstrak air buah mahkota dewa dan uji ekstrak (metode Wagner) b. Safonifikasi (pembuatan sabun/body foam) c. Pencampuran sampel dalam body foam. d. Uji efektivitas (Pengujian sabun mahkota dewa sebagai antiseptic terhadap

    kelompok hewan)

  • 253

    Prosiding SNYuBe 2013

    Adapun lingkup dan tahap penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan bahan

    Meliputi pengumpulan bahan berupa buah/daun/batang mahkota dewa. Buah yang dipilih adalah buah yang sudah tua, tetapi tidak lunak, berwarna merah, permukaannya halus, tidak terdapat bercak-bercak, dan daging buah berwarna putih kekuningan (tidak busuk).

    2. Pembuatan ekstrak air buah mahkota dewa Sebanyak 50,0 gram simplisia daging buah mahkota dewa disari dengan 500 ml air suling. Penyarian dilakukan selama 15 menit terhitung sejak suhu campuran mencapai 200 0C selama lebih kurang 2 jam. Pemanasan hingga suhu 200 0C dilakukan dalam oven elektrik. Hasil penyarian dan ampasnya dipisahkan dengan menggunakan kain halus (diserkai) selagi panas. Sisa ampas pada kain dibilas dengan sedikit air panas dan hasilnya dicampur dengan filtrate yang diperoleh. Selanjutnya filtrate dijernihkan dengan corong Buchner. Filtrate diuapkan diatas penangas air dan proses penguapannya dibantu dengan menggunakan kipas angin hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak yang diperoleh ditimbang beratnya. [12]. (Irianti dkk, 2009).

    3. Pembuatan sabun mandi cair Larutkan texapon kedalam 500 ml air. Setelah texapon larut, masukkan keseluruh bahan satu persatu kemudian aduk sampai rata, setelah itu biarkan cairan sabun mandi beberapa saat hingga busa sabun menurun. Untuk kekentalan sabun mandi dapat juga digunakan ekstrak mahkota dewa (50 ml).

    4. Pembuatan formalin 0,01% Dengan menggunakan rumus pengenceran : dimasukkan formalin tersedia (25%) sebanyak 0,4 ml kedalam aquadest sebanyak 999,6 ml hingga diperoleh volume 1000 ml formalin 0,01%

    5. Pengujian ekstrak mahkota dewa dalam sabun mandi cair Pencampuran ekstrak dalam sabun mandi cair dilakukan dengan kandungan ekstrak yang bervariasi untuk mengetahui konsentrasi optimum dari ekstrak sebagai antiseptic (tabel 1)

    Tabel 1. Konsentrasi ekstrak (buah) mahkota dewa

    Sampel Konsentrasi Ekstrak Mahkota dewa (%)

    1 10 2 20 3 30 4 40 5 50 6 60 7 70 8 80 9 90 10 100

    Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harmster, dikarenakan hewan ini lebih mudah diperoleh dan lebih banyak. Sampel tersebut diujicobakan kepada 2 (dua) kelompok yang mengidap penyakit kulit ataupun alergi (gatal-gatal); kelompok hewan pertama (A) diberikan sabun mandi mahkota dewa, sedangkan kelompok (B) hanya diberi sabun mandi tanpa ekstrak mahkota dewa. Pengujian efek dilakukan sampai hewan percobaan sembuh dari gatal-gatalnya. Perubahan yang terjadi terhadap A dan B diperhatikan dan dicatat (Tabel 2).

  • 254

    Prosiding SNYuBe 2013

    Tabel 2. Parameter yang diuji

    No Parameter yang diuji Keterangan

    1 Range kadar optimum ekstrak mahkota dewa pada sabun mandi cair sebagai antiseptik

    Kadar sampel : 10 100%

    2 Perbedaan sabun cair (body foam) tanpa dan dengan ekstrak mahkota dewa terhadap 2 kelompok hewan, A dan B

    A = diberi sabun dengan ekstrak mahkota.dewa (10 ekor) B = sabun tanpa ekstrak mahkota dewa (10 ekor)

    Hasil dan Pembahasan

    Hasil . Pengujian effektivitas (pengaruh) ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi (body foam) ini dilakukan terhadap 2 kelompok hewan; yaitu kelompok A adalah hewan yang diberi sabun dengan ekstrak buah mahkota dewa; dan dan kelompok B, adalah hewan yang diberi sabun tanpa ekstrak mahkota dewa. Dalam penelitian ini digunakan hamster yang menderita gatal-gatal (scubbish) di bagian telinga sebagai hewan percobaan. Dari Hasil pengamatan diperoleh data pada tabel 3. :

    Tabel 3. Hasil pengamatan sabun dengan ekstrak mahkota dewa

    NO Konsentrasi mahkota dewa dalam body foam

    (%)

    Waktu penyembuhan

    (hari)

    1 10 25 2 20 23 3 30 21 4 40 19 5 50 17 6 60 13 7 70 10 8 80 12 9 90 14

    10 100 15

    Gambar 2. Grafik pengamatan sabun dengan ekstrak mahkota dewa

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    10 30 50 70 90

    Jum

    lah

    har

    i h

    ewan

    un

    tuk

    pen

    yem

    bu

    han

    JUMLAHHARIPENYEMBUHAN

  • 255

    Prosiding SNYuBe 2013

    Tabel 4. Hasil pengamatan sabun tanpa mahkota dewa

    NO Waktu penyembuhan (hari)

    1 35 2 33 3 32 4 31 5 37 6 33 7 30 8 32 9 34

    10 35 To 33

    Gambar 3. Grafik pengamatan sabun tanpa ekstrak mahkota dewa

    Tabel 5. Data analisis ragam

    No Waktu penyembuhan (hari)

    Konsentrasi sabun dengan m.dewa

    Analisis ragam

    1 To a 2 T1 10 b 3 T2 20 c 4 T3 30 d 5 T4 40 e 6 T5 50 f 7 T6 60 g 8 T7 70 h 9 T8 80 i

    10 T9 90 j 11 T10 100 k

    Catatan :

    Rata-rata waktu penyembuhan = 33 hari (To) sebagai kontrol

    Pembahasan

    Pengumpulan bahan mahkota dewa yang dilakukan pada sekitar bulan April-Juli 2013 dirasakan agak sulit disebabkan kondisi buah dari tanaman tersebut tidak terlalu banyak (track). Guna mengatasi hambatan ini dikumpulkan mahkota dewa dari sekitar Kelurahan Tanjung Sari, Tanjung Selamat, dan Tanjung Anom. Buah yang diinginkan adalah buah yang matang berwarna merah mengkilat, tidak kehitaman, sehingga daging buah didalamnya berwarna putih kekuningan, berserat, dan tidak busuk.

    0

    10

    20

    30

    40

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Jum

    lah

    har

    i h

    ewan

    un

    tuk

    pen

    yem

    bu

    han

    JUMLAH HARIPENYEMBUHAN

  • 256

    Prosiding SNYuBe 2013

    Tanaman mahkkota dewa banyak yang berbuah, namun sebagian besar masih muda (berwarna hijau), kalaupun berwarna merah namun sudah kehitaman, sehingga harus mengumpulkan dari beberapa pohon untuk memperoleh buah matang yang diinginkan. Dari buah mahkota dewa yang berwarna merah inilah dibuat ekstrak air mahkota dewa.

    Hasil pencampuran ekstrak mahkota dewa dengan sabun cair (body foam)

    menunjukkan hasil bahwa keduanya dapat bercampur dengan baik, hal ini disebabkan adanya kandungan saponin juga dalam ekstrak mahkota dewa yang telah dikemukakan pada penelitian sebelumnya.

    Hewan yang digunakan adalah harmster, sebagai pengganti marmot, dikarenakan hewan marmot ini cukup sulit didapat. Biasanya didaerah sekitar Berastagi, Sumatera Utara. Namun karena saat ini adanya bencana alam (force major) berupa gunung Sinabung yang sedang meletus (kondisi waspada hingga awas), maka diupayakan hewan lain yang mirip, sehingga dipilihlah hamster, dengan jenis Syrian dan Winter white (tidak sakit bila menggigit). Hewan hamster ini mudah sekali menderita gatal-gatal terutama bagian telinga, apabila kondisi kandang kotor, tidak dilakukan penggantian serbuk kayu sebagai tempat tinggalnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi gatal-gatal dari hamster diberikan sabun mahkota dewa. Hamster ini harus sering di sentuh/dipegang, agar tidak cepat bergerak dan melompat keluar kandang bila ingin dipegang untuk diberi perlakuan dengan sabun mahkota dewa.

    Perlakuan terhadap Kelompok hewan terbagi 2 (dua) yaitu : satu kelompok (10 ekor) diberi body foam (sabun) mahkota dewa dengan variasi konsentrasi antara 10 100 % dengan skala 10 (kelompok A) ; sedangkan kelompok ke-dua (10 ekor), diberi sabun tanpa mahkota dewa (kelompok B). APabila mulai dilakukan Pemberian sabun mahkota dewa kepada hewan pertama dari kelompok A pada konsentrasi 10%, maka kepada hewan pertama dari kelompok kedua (B) diberikan juga sabun tanpa ekstrak buah mahkota dewa. Apabila mulai dilakukan Pemberian sabun mahkota dewa kepada hewan pertama dari kelompok A pada konsentrasi 20%, maka kepada hewan kedua dari kelompok kedua (B) diberikan juga sabun tanpa ekstrak buah mahkota dewa. Kelompok B merupakan control. Demikian juga seterusnya hingga konsentrasi 100%. Penelitian ini dilakukan hingga terlihat perubahan atau penyembuhan penyakit gatal-gatal (scubbish) dari hewan hamster sebagai hewan percobaan.

    Dari hasil pengamatan akhir diperoleh data bahwa waktu penyembuhan penyakit scubbish pada hamster dengan sabun tanpa mahkota dewa rata-rata selama 33 hari; sementara waktu penyembuhan scubbish dengan sabun + ekstrak mahkota dewa berkisar antara 10 25 hari. Hal ini menunjukkan bahwa waktu penyembuhan menggunakan sabun dengan ekstrak mahkota dewa lebih cepat dari pada bila menggunakan sabun tanpa ekstrak mahkota dewa.

    Waktu penyembuhan pada konsentrasi ekstrak buah mahkkota dewa 70% adalah waktu penyembuhan yang paling cepat bila dibandingkan dengan variasi konsentrasi lain, yaitu pada hari ke-10; sementara pada konsentrasi lain berkisar antara 12-25 hari. Hal ini disebabkan sabun dan ekstrak merupakan campuran yang sama-sama bersifat antibakteri. Sabun sendiri mengandung saponin yang berfungsi sebagai antibakteri, dan ekstrak buah mahkota dewa mengandung flavonoid yang juga telah diuji sebagai antibakteri.

    Pemberian sabun berguna untuk menhambat pertumbuhan bakteri, karena adanya kandungan saponin didalam sabun. Ditambah dengan flavonoid dari ekstrak mahkota dewa semakin menambah daya hambat bakteri pada sabun. Namun pemberian

  • 257

    Prosiding SNYuBe 2013

    antibakteri yang berlebih terlihat kurang efektif, terbukti dengan konsentrasi 90-100%, mempunyai waktu penyembuhan lebih lama. Juga terlihat pada sabun tanpa ekstrak buah mahkota dewa yang memerlukan waktu penyembuhan antara 30 35 hari, lebih lama dari sabun yang mengandung ekstrak buah mahkota dewa.

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians (ragam) menunjukkan bahwa penggunaan sabun mahkota dewa berpengaruh nyata terhadap penyembuhan, hal ini membuktikan bahwa sabun mahkota dewa berdaya guna sebagai antiseptic (table 5.3)

    Flavonoid sebagai antioksidan sehingga mampu menghambat zat yang bersifat racun. Senyawa aktif yang terkandung dalam buah mahkota dewa yang diduga mampu sebagai antibakteri yang sangat mungkin untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang timbul pada saat proses penyembuhan. Flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri karena dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler, protein terlarut, dan kompleks dengan dinding sel. Penurunan daya penyembuhan pada konsentrasi mahkota dewa lebih dari 70% berkaitan dengan berkurangnya gugus polar (gula) dan non polar (steroid) pada saponin (sabun) yang memiliki permukaan aktif yang lebih kuat dan banyak manfaat.

    Kesimpulan

    Sabun cair (body foam) dengan ekstrak air mahkota dewa dapat bercampur dengan baik. Pencampuran mahkkota dewa dengan sabun (body foam) tidak sulit dilakukan disebabkan sifat mahkota dewa juga mengandung saponin.

    Konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cari (body foam) yang paling efektif sebagai antiseptic adalah 70%..

    Saran

    1. Tanaman mahkota dewa berpotensi untuk tetap di budidayakan, karena selain dimanfaatkan sebagai anti tumor, anti diabetes, dapat digunakan sebagai antimikroba dan antiseptic.

    2. Dapat dilakukan juga uji efektivitas pengaruh konsentrasi ekstrak biji mahkota dewa terhadap sabun mandi cair (body foam) pada penelitian berikutnya.

    Referensi

    [1] Black, H.S, 1990, Antioxidant and Caretonoid as Potensial Photoprotectants dan Nicholas, J.L dan Nadim, A.S (eds), Sunsreen Development, Evaluation and Regulatory Prospects, Volume 10, Marcel Dekker inc, New York

    [2] Gusselli, A, Nardini, M., Baldi, A, and Scaccini, S, 1998, Antioxydant activity of Different phenolic Fraction Separated, from an Italian Red Wine, J. Agric Food Chem, 46 (2).

    [3] Harmanto, N, 2002, Mahkota dewa, Obat Pusaka para Dewa, Agromedia pustaka

    [4] Noor Fariza, journal of Anti-inflamatory of the Major Component from Methanol extract of Phaleria macrocarpa leaves, 2012.

    [5] Rudi Hendra, dkk, Flavonoid Analyses and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit, International Journal of Molecular Sciences ISSN 1422-0067, 2011

    [6] Tri Septiawati, Daya Hambat Ekstrak Etanol Buah mahkota dewa terhadap aktivitas Glukosidase secara Invitro, 2008.