tit rime tri

31
Macam-macam metode Titrimetri yaitu: A. Asidi-alkalimetri Termasuk reaksi netralisasi yakni rteaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat baa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan bahan baku basa. Titrasi Langsung Asam-Basa Dalam Larutan Air 1) Titrasi asam kuat/basa kuat Titrasi yang biasa digunkan adalah asam kuat (HCl) dan dengan basa kuat (NaOH). Pada awal titrasi perubahan nilai pH berlangsung lambat sampai menhjelang titik ekivalen. Pada saat titik ekivalen,

Upload: phars

Post on 24-Jun-2015

1.791 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tit Rime Tri

Macam-macam metode Titrimetri yaitu:

A. Asidi-alkalimetri

Termasuk reaksi netralisasi yakni rteaksi antara ion hydrogen yang

berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk

menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat dikatakan sebagai

reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap

senyawa-senyawa yang bersifat baa dengan menggunakan baku asam.

Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa

yang bersifat asam dengan menggunakan bahan baku basa.

Titrasi Langsung Asam-Basa Dalam Larutan Air

1) Titrasi asam kuat/basa kuat

Titrasi yang biasa digunkan adalah asam kuat (HCl) dan dengan basa

kuat (NaOH). Pada awal titrasi perubahan nilai pH berlangsung lambat

sampai menhjelang titik ekivalen. Pada saat titik ekivalen, nilai pH

meningkat secara drastis. Untuk mengamati titk akhir titrasi dapat

digunakan indikator atau menggunakan metode elektrokimia. Suatu

indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna

diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai

contoh, Fenolftalein (PP) mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara

pH 8,4-10,4). Struktur fenolftalein akan melakukan penataan ulang pada

Page 2: Tit Rime Tri

kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenolftalein dari PP

sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna.

Metil Orange (MO) mempunyai pKa 3,7 (perubahan antara pH 2,7 dan

pH 4,7), mengalami hal yang serupa terkait dengan perubahan warna

yang tergantung pada pH. Kedua indikator ini berada pada kisaran titik

balik (titik infeksi) pada titrasi asam kuat dan basa kuat.

2) Titrasi asam lemah dengan basa kuat dan titrasi basa lemah dengan

asam kuat

Jika sejumlah kecil volume asam kuat atau basa kuat ditambahkan

pada basa lemah atau asam lemah maka nilai ph akan meningkat secara

drastis disekitar 1 unit pH, di bawah atau di atas nilai pKa. Seringkali

pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, seperti etanol

ditambahkan untuk melarutkan analit sebelum dilakukan titrasi.

3) Titrasi Tidak Langsung Dalam Pelarut Air

Titrasi tidak langsung ini dapat dilakukan untuk titrasi-titrasi asam

lemah dengan basa kuat, ataupun titrasi basa lemah dengan asam kuat.

Contoh yang paling umum dilakukan adalah titrasi asam lemah dengan

basa kuat.

Page 3: Tit Rime Tri

Pemilihan Indikator

Selain indikator tunggal, dalam asidi alkalimetri juga digunakan indicator

campuran dengan tujuan untuk memberikan perubahan warna yang tajam

pada titik akhir titrasi. Beberapa contoh indikator campuran adalah:

1) Campuran yang sama banyak antara merah netral (0,1% dalam etanol)

dan biru metilen (0,1% dalam etanol). Indikator campuran ini akan

memberika perubahan warna yang tajam dari biru violet menjadi hijau

ketika beralih dari larutan asam menjadi larutann basa pada pH sekitar 7.

Indikator ini dapat digunakan untuk mentitrasi asam asetat dengan larutan

ammonia atau kebalikannya. Baik asam atau basa, kekuatannya hamper

sama akibatnya titik ekivalen akan berada pada pH sekitar 7.

2) Campuran antara 3 bagian Fenolftalein (0,1% dalam larutan etanol)

dengan 1 bagian alfa naftoftalein (0,1% dalam etanol) akan memberikan

perubahan warna yang tajam dari merah muda ke ungu padda pH 8,9.

Indikator ini baik untuk titrasi asam fosfat dari tribasik menjadi dibasic

yang mana titik ekivalennya terjadi pada pH 8,7.

3) Campuran antara 3 bagian biru timol (0,1% larutan dari garam

natriumnya) dengan 1 bagian kresol merah (0,1% larutan garam

natriumnya) akan memberikan perubahan warna dari kuning ke ungu

pada pH 8,3. Indikator campuran ini baik untuk titrasi karbonat menjadi

bikarbonat.

Page 4: Tit Rime Tri

Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara Asidi-alkalimetri

dalam Farmakope Indonesia Edisi IV adalah: amfetamin sulfat dan sediaan

tabletnya, ammonia, asam asetat, asam asetat glasial, asam astil salisilat,

asam benzoate, asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat

(tretionin), asam salisilat, asam sitrat, asam sorbet, asam sulfat, asam tartrat,

asam undesilenat, benzyl benzoate, busulfan dan sediaan tabletnya, butyl

paraben, efedrin dan sediaan tabletnya, etenzamida, etil paraben, etisteron,

ekuinin, furosemida, glinbenklamida, kalamin, ketoprofen, kloralhidrat,

klonidin hidroklorida, magnesium oksida, levamisol HCl, linestrenol,

magnesium hidroksida, meprobamat, metenamin, metal paraben, metal

salisilat, naproksen, natrium bikarbonat serta sediaan tablet dan injeksinya,

natrium hidroksida, natrium tetraborat, neostigmin, metilsulfat, propel

paraben, propel tiourasil, sakarin natrium, dan zink oksida.

B. Titrasi bebas Air (TBA)

Titrasi bebas Air (TBA) merupakan prosedur titrimetri yang paling umum

digunakan untuk uji-uji dalam Farmakope. Metode ini mempunyai 2

keuntungan: (i)metode ini cocok untuk titrasi asam-asam atau basa-basa

yang sangat lemah, dan (ii) pelarut yang dugunakan adalah pelarut organik

yang juga mampu melarutkan analit-analit organik. Prosedur-prosedur umum

paling umum digunakan untuk titrasi basa-basa organik adalah dengan

menggunakan titrasi asam perklorat dalam asam asetat. Teori TBA sangat

Page 5: Tit Rime Tri

singkat sebagai berikut: air dapat bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh

karena itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam

atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau member

proton.

1) Titrasi Bebas Air Basa Lemah

Asam asetat merupakan penerima proton yang sangat lemah sehingga

tidak berkompetisi secara efektif dengan basa-basa lemah dalam hal

menerima proton. Hanya asam yang sangat kuat yang mampu

memprotonisasi asam asetat.

2) Titrasi Bebas Air Asam-asam lemah

Untuk titrasi bebas air (TBA) asam-asam lemah, pelarut yang digunakan

adalah pelarut-pelarut yang tidak berkompetisis secara kuat dengan asam

lemah dalam hal memberika proton. Alkohol dan pelarut-pelarut aprotik dapat

digunakan sebagai pelarut. Pelarut aprotik adalah pelarut yang dapat

menrunkan ionisasi asam-asam dan basa-basa. Termasuk dalam kelompok

pelarut ini adalah pelarut-pelarut non polar seperti benzene, karbon

tetraklorida serta hidrokarbon alifatik.

Titran yang sering digunakan pada TBA senyaw-senyawa yang bersifat

asam lemah adalah natriu metoksida, lithium metoksida dalam methanol,

atau tetrabutil ammonium hidroksida dalam dimetilformamid. Kalium

metoksida yang merupakan basa yang lebih kuat, tidak digunakan karena

dapat membentuk endapan gelatinus. Dalam beberapa keadaan yang mana

Page 6: Tit Rime Tri

natrium metoksida juga membentuk enadapan gelatinus maka lithium

metoksida merupakan pilihan. Titran-titran basa lainnya adalah natrium

aminometoksida (meruapakan basa paling kuat), dan natrium trifenilmetan

yang digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah seperti

fenol dan pirol. Sebagai titik akhir deteksi dapat digunakan indicator timol biru

atau secara potensiometri.

Beberapa Senyawa yang Ditetapkan Kadarnya Secara Titrasi Bebas

Air (TBA) dalam Farmakope Indonesia Edisi IV adalah: Allopurinol, Alprenolol

hidroklorida, Amantadin hidroklorida, amilorid hidroklorida, apomorfin

hidroklorida, amitriptilin hidroklorida, amomarbital, antazolin hidroklorida,

asam nalidiksat, asam valproat, atenolol, atrofin sulfat, azatiprin, bisakodil,

bromfeniramin maleat, bromokreptin masilat, endrofonium klorida, feniramin

maleat fenitoin, flufenazin hidroklorida, fluoro urasil, injeksi amfetamin sulfat,

inositol nikotinat, kofein, kodein sulfat, kokain hidroklorida, kuinidin sulfat,

kuinin hidroklorida, lisin asetat, loperamid hidroklorida, prometazin

hidroklorida, tomolol maleat, topikamida, trifluoroperazin hidroklorida,

trimetoprim, tripolidin hidroklorida, dan verapamil hidroklorida.

C. Titrasi Argentometri

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan

perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut

juga metode pengenadapan karena pada argentometri memerlukan

Page 7: Tit Rime Tri

pembentukkan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang

mendasari reaksi argentometri adalah:

AgNO3 + Cl- → AgCl + NO3-

Sebagai indikator dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan

warna merah dengan adanya kelebiha ion Ag+.

Metode argentometri yang paling luas digunakan adalah metode titrasi

kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahakn ke dalam sampel

yang mengandung ion klorida atau bromida.Sisa AgNO3 selanjutnya

dititrasi kembali dengan ammonium tiosianat menggunakan indicator besi

(III)ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida

dengan cara titrasi kembali adalah sebagai berikut:

AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl + NO3-

Sisa AgNO3 + NH4SCN → AgSCN + NH4NO3

3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 → Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4

Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih

dahulu atau dilapisis dengan penambahan dietilftalat untuk mencegah

disosiasi AgCl oleh ion tiosianat. Halogen yang treoikat dengan cincin

aromatis tidak dapat dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus dibakar

dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen sebelum dititrasi.

Metode-meotde Dalam Titrasi Argentometri

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr,

metode Volhard, metode K.Fajans, dan metode Leibig.

Page 8: Tit Rime Tri

1. Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

bromida dalam suasanan netral dengan larutan baku perak nitrat dengan

penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan

titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik

ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan

kromat dengan membentu endapan perak kromat yang berwarna merah.

Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang

asam adalah dengan menambahakan CaCO3 atau NaHCO3 secar

berlebihan. Untuk larutan yang asam, dialkaliskan dulu dengan asam

asetat kemudian ditambahakan sedikit berlebihan CaCO3.

Kerugian metode Mohr:

a. Bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode Mohr

akan tetapi untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang

maksimal dan memuaskan, karena endapan perak iodide atau perak

tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat sehingga akan memberikan

titik akhir yang kacau.

b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat, juga akan

mengendap.

c. Titik akhir kurang sensitive jika menggunakan larutan yang encer.

d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan

mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojogan yang kuat

Page 9: Tit Rime Tri

mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebasakan ion yang

terjebak tadi.

Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan

penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna

biru akan hilang pada saat titik akhir dan warna putih-kuning endapan

perak iodida (agI) akan muncul.

2. Metode Volhard

Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan

larutan baku kalium dan ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali

kelarutan 7,1x10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas

dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai

indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat

dalam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam

suasana asam sebab ion besi (III) akan dendapkan menjadi Fe(OH)3 jika

suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukkan. Untuk

mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan dicapai titik akhir titrasi,

titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh enadapn

perak tiosianat dapat berekasi dengan tiosianat. Metode Volhard dapat

digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromide, dan iodida dalam

suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat

berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali

dengan larutan baku tiosianat.

Page 10: Tit Rime Tri

3. Metode K.Fajans

Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi yang mana pada titik

ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak

memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan

endapan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah endapan harus

dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah

besar dan ion bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai

daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan

yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna

indikator tidak jelas. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan

ion pengendap. Ion indikator harus tidak teradsorbsi sebelum tercapai

titik ekivalen, tetapi haru segera teradsorbsi kuat setelah tercapai titik

ekivalen. Ion indicator tidak boleh teradsorbsi terlalu kuat, seperti

misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator

teradsorbsi lebih dulu sebelum titik ekivalen tercapai.

4. Metode Leibig

Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator,

akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan

perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk

endapan putih, tetapi pada penggojogan akan larut kembali karena

terbentuk terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.

Page 11: Tit Rime Tri

Cara leibeg hanya akan menghasilkan titik akhir yang memuaskan

apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir titrasi

dilakukan perlahan-lahan. Cara Leibeg ini tidak dapat dilakukan pada

keadaan larutan amoni-alkalis karena ion perak akan membentuk

kompleks Af(NH3)2- yang larut.Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan

sedikit larutan kalium iodida.

Dalam Farmakope Indonesia, titrasi argentometri digunakan untuk

penentuan kadar:ammonium klorida, fenoterolhidrobromida, kalium

klorida, klorbutanol, melfalan, metenamin mandelat,dan sediaan

tabletnya, natrium klorida, natrium nitroprusida, sistein hidroklorida, dan

tiamfenikol.

D. Titrasi Kompleksometri

Titrasi Kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan

garam-garam logam. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran

yang sering digunakan. Struktur EDTA adalah

EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua

logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Laogam-logam

alkali tanah seperti kaium dan magnesium membentuk kompleks

Page 12: Tit Rime Tri

yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karena titrasi logam-

logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer ammonia pH

10. Persamaan reaksi umum pada titrasi kompleksometri adalah:

Mn+ + Na2EDTA (MEDTA)n-4 + 2H+

Untuk titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat

warna ditambahakan pada larutan logam pada saat awal sebelum

dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan

sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit

kelebihan EDTA) maka kompleks indikator logam akan pecah dan

menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan

untuk titrasi kompleksometri ini antara lain: Hitam eriokrom

(Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome Black); mureksid;

jingga pirokatekol; jingga xilenol; asam kalkon; karbonat; kalmagit;

dan biru hifroksi naftol.

Macam-macam Titrasi Komplekosmetri

Ada berbagai jenis titrasi komplekosmteri yaitu: titrasi langsung;

titrasi kembali; titrasi substitusi, titrasi tidak langsung, dan titrasi

alkalimetri.

1. Titrasi Langsung

Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana.

Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya

Page 13: Tit Rime Tri

buffer pH 10 lalu ditambaha indicator logam yang sesuai dan dtitrasi

langsung dengan larutan baku dinatrium edetat. Pada titik ekivalen,

kadar ion logam yang ditetapkan berkurang dengan sekonyong-

konyong yang ditunjukkan oleh perubahan warna indikator logam

yang dipengaruhi oleh perubahan pM=-log(Mn-). Indikator juga dapat

ditetapkan secara ampetometri, konduktometri, spektrofotometri, atau

potensiometri.

2. Titrasi Kembali

Cara ini penting untuk logam yang mengendap pada hidroksida

pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa, yang

membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang

membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada

dengan indikator. Pada keadaan demikian dapat ditambahkan larutan

baku dinatrium edetat berlebihan kemudian larutan ditambaha buffer

pada pH yang diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi

dengan larutan baku ion logam. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan

pertolongan indikator logam.

3. Titrasi Substitusi

Cara ini dilaukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik

akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi

Page 14: Tit Rime Tri

kembali, atau jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan

dintrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium

dan kalium. Kalsium, timbale dan raksa dapat ditetapkan dengan cara

ini dengan indicator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.

4. Titrasi Tidak Langsung

Cara titrasi tidak langsung (indirect titration) dapat digunakan

untuk menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi

denga pengkhelat. Seperti contoh barbiturate tidak bereaksi dengan

EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion

merkuri dalam keadaan basa sebagai kompleks 1:1. Setelah

pengendepan dengan kelebihan Hg (II), kompleks dipindahkan

dengan cara penyaringan dan dilarutkan kedalam larutan baku EDTA

berlebihan. Larutan baku Zn(II) dapat digunakan untuk mentitrasi

kembali kelebihan EDTA ini menggunakan indikator yang sesuai

untuk mendeteksi titik akhir. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai

berikut:

B- + Gh2+ KompleksHg-B

Anion Babrbiturat

Kompleks Hg-B+>>EDTA2- B- + Hg-EDTA+EDTA2-

EDTA2- + Zn2+ Zn-EDTA + 2H-

Page 15: Tit Rime Tri

Pendekatan lain adalah pengendapan anion dengan kelebihan

logam yang sesuai dengan kelebihan ion logam dan filtrat ini dititrasi

dengan larutan baku EDTA. Sebagai contoh sulfat dapat diendapkan

dengan Ba(II) berlebihan, dan kelbihan Ba(II) dititrasi dengan larutan

baku EDTA.

5. Titrasi Alkalimetri

Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat Na2H2Y

dibebaskan oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali

sesuai dengan persamaan reaksi berikut:

Mn+ + H2Y2- (MY)+n-4 + 2H-

Larutan logam yang ditetapkan denagn metode ini sebelum dititrasi

harus dalam suasanan netral terhadap indicator yang digunakan.

Penetapan titk akhir ini menggunakan indikator asam-basa atau

secara potensiometri.

E. Titrasi Redoks

Titrasi redokas berdasarkan pada perpindahan elketron antara titran

dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk

mendeteksi titk akhir, meskipun demikian pengguanaan indicator yang

dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering

digunakan.

1. Titrasi yang melibatkan Iodium

Page 16: Tit Rime Tri

Titrasi yang melibatkan Iodium dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu titrasi langsung (Iodimetri) dan titrasi tidak langsung

(iodometri)

a) Titrasi Langsung

Iodium merupakan ioksidator yang relative kuat dengan nilai

potensial oksidator sebesar +0,535V. Pada saat reaksi oksidasi,

iodium akan direduksi menajdi iodida sesuai dengan reaksi:

I2 + 2e 2I-

Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan

untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir

pada iodometri ini dapat dilakukan dengan menggunakan

indicator amilum yang memberikan warna biru pada saat tercapai

titik akhirnya.

b) Titrasi Tidak Langsung (Iodometri)

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan

untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial

oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau

senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O.

Pada iodometri, sampek yang bersifat oksidator direduksi dengan

kalium iodide yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku

natrium tiosulfat. Sebagai contoh penentuan kadar klorin (Cl2)

dalam agen pemutih. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Page 17: Tit Rime Tri

Cl2 + 2I- 2Cl- + I2

Selanjutnya iodium yang dibebasakn dititrasi dengan larutan baku

natrium tiosulfat menurut reaksi:

2S2O32- + I2 S4O6

2- 2I-

2. Permanganometri

Selain lebih dari satu abad, kalium permanganate telah

digunakan sebagai alat pengoskidasi yang penting dalam reaksi

redoks. Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganate

adalah sebagai berikut:

MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O

Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan

sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka akan

kemungkinan terjadi reaksi seperti di bawah ini:

2MnO4- + 16 H+ + 10 Cl- 2Mn2- + 5Cl2 + 8H2O

Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk

pembentukkan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-

garam besi. Adanya mangan dioksida dapat mempercepat

terjadinya permanganate karena mangan dioksida tersebut

memeprbanyak pembentukkan mangna dioksid sehingga peruraian

tambah cepat.

Page 18: Tit Rime Tri

Kalium Permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam

larutan alkalis kuat, maka ada dua kemungkinan bagian reaksi,

yaitu pertama reaksi:reaksi yang berjalan lebih cepat:

MnO4- + e- MnO4

2-

Dan reaksi kedua yang berlangsung realtif lambat:

MnO42- 2H2O +2e- MnO2 + 4OH-

Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV larutan baku kalium

permanganat hanya digunakan untku menetapkan kadar hydrogen

peroksida dengan cara sebagai berikut: Timbang saksama lebih

kurang 1 ml hydrogen peroksida dalam labu tentukur (labu takar)

yang telah ditara sebelumnya dan diencerkan dengan air

secukupnya hingga 100 ml. Pada 20,0 ml larutan ini ditambahkan

20ml asam sulfat 2N, titrasi dengan kalium permanganate 0,1N

sampai terbentuk warna pink permanen pertama kali tiap ml larutan

kalium permanganate 0,1N setara dengan 1,701 mg hidrogen

peroksida.

3. Serimetri

Larutan serium (IV) sulfat dalam larutan encer merupakan zat

pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil daripada larutan kalium

permanganate, dengan suatu syarat bahwa asam sulfat cukup

mampu menghindari hidrolisis dan pengendapan garam

Page 19: Tit Rime Tri

basanya. Kalau larutan kalium permanganat dapat direduksi

menjadi beberapa macam keadaan hasil reduksi larutan serium

(IV) sulfat menghasilkan ion serium (III).

Jika dibandingkan dengan kalium permanganate dan kalium

bikromat, maka penggunaan larutan baku serium (IV) sulfat

mempunyai beberapa keuntungan:

1. Larutan serium (IV) sulfat sangat stabil pada penyimpanan

yang lama dan tidak perlu terlindung dari cahay seperti

larutan permanganate bahkan pada pendidihan yang terlalu

alam tidak mengalami perubahan konsentrasi. Asam sulfat

yang diperlukan untuk pengasaman sekitar 10 sampai 40 ml

asam sulfat tiap liter larutan. Dengan demikian terbukti

bahwa larutan serium (IV) sulfat lebih stabil jika

dibandingkan dengan larutan kalium permanganat.

2. Larutan serium (IV) sulfat dapat digunakan untuk

menetapkan kadar larutan yang mengandung klorida yang

konsentrasinya tinggi.

3. Reaksi ionserium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam

memberikan perubahan valensi yang sederhana (valensinya

satu).Sehingga berta ekivalennya adalah sama dengan

berat molekulnya, sehingga pada permanganate karena

Page 20: Tit Rime Tri

hasiln reduksinya bermacam-macam, maka berat

ekivalennya tergantung pada kondisi percobaan.

4. Larutan serium (IV sulfat) merupakan pengoksidasi

(oksidator) yang baik sehingga semua senyawa yang dapat

ditetapkan dengan kalium permanganat dapat ditetapkan

dengan serium (IV) sulfat bahkan dengan reduktor yang lain.

5. Larutan serium (IV) sulfat kurang berwarna sehingga tidak

mengkaburkan pengamatan titik akhir dengan indikator.

Penggunaan indicator ion fero fenantrolin sangat

memuaskan pada saat titrasi dengan larutan baku serium

(IV)sulfat..