tinnitus.docx

4
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya. 1. Tinnitus Subyektif Sumber suara yang terlalu keras dapat menyebabkan tinnitus subyektif dikarenakan oleh impedansi yang terlalu kuat. Suara dengan impedansi diatas 85 dB akan membuat stereosilia pada organon corti terdefleksi secara lebih kuat atau sudutnya menjadi lebih tajam, hal ini akan direspon oleh pusat pendengaran dengan suara berdenging, jika sumber suara tersebut berhenti maka stereosilia akan mengalami pemulihan ke posisi semula dalam beberapa menit atau beberapa jam. Namun jika impedansi terlalu tinggi atau suara yang didengar berulang-ulang (continous exposure) maka akan mengakibatkan kerusakan sel rambut dan stereosilia, yang kemudian akan mengakibatkan ketulian (hearing loss) ataupun tinnitus kronis dikarenakan oleh adanya hiperpolaritas dan hiperaktivitas sel rambut yang berakibat adanya impuls terus-menerus kepa ganglion saraf pendengaran (Folmer et. al., 2004). Meniere’s syndrome dengan adanya keadaan hidrops pada labirintus membranaseous dikaranakan cairan endolimphe yang berlebih, tinnitus yang terjadi pada penyakit ini ditandai dengan adanya episode tinnitus berdenging dan tinnitus suara bergemuruh (Crummer & Hassan, 2004). Neoplasma berupa acoustic neuroma juga dapat menyebabkan terjadinya tinnitus subyektif. Neoplasma ini berasal dari sel schwann yang tumbuh dan menyelimuti percabangan NC VIII (Nervus

Upload: agnestrianadewi

Post on 31-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tgj

TRANSCRIPT

Page 1: tinnitus.docx

Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.

1. Tinnitus SubyektifSumber suara yang terlalu keras dapat menyebabkan tinnitus

subyektif dikarenakan oleh impedansi yang terlalu kuat. Suara dengan impedansi diatas 85 dB akan membuat stereosilia pada organon corti terdefleksi secara lebih kuat atau sudutnya menjadi lebih tajam, hal ini akan direspon oleh pusat pendengaran dengan suara berdenging, jika sumber suara tersebut berhenti maka stereosilia akan mengalami pemulihan ke posisi semula dalam beberapa menit atau beberapa jam. Namun jika impedansi terlalu tinggi atau suara yang didengar berulang-ulang (continous exposure) maka akan mengakibatkan kerusakan sel rambut dan stereosilia, yang kemudian akan mengakibatkan ketulian (hearing loss) ataupun tinnitus kronis dikarenakan oleh adanya hiperpolaritas dan hiperaktivitas sel rambut yang berakibat adanya impuls terus-menerus kepa ganglion saraf pendengaran (Folmer et. al., 2004).

Meniere’s syndrome  dengan adanya keadaan hidrops pada labirintus membranaseous dikaranakan cairan endolimphe yang berlebih, tinnitus yang terjadi pada penyakit ini ditandai dengan adanya episode tinnitus berdenging dan tinnitus suara bergemuruh (Crummer & Hassan, 2004).

Neoplasma berupa acoustic neuroma juga dapat menyebabkan terjadinya tinnitus subyektif. Neoplasma ini berasal dari sel schwann yang tumbuh dan menyelimuti percabangan NC VIII (Nervus Oktavus) yaitu n. vestibularis sehingga terjadi kerusakan sel-sel saraf bahkan demyelinasi pada saraf tersebut Crummer & Hassan, 2004).

Tinnitus yang diakibatkan oleh obat-obatan digolongkan dalam tinnitus ototoksik. Ototoksisitas yang terjadi akibat dari penggunaan obat-obatan tertentu sebagaimana telah dibahas sebelumnya akan mempengaruhi sel-sel rambut pada organon corti, NC VIII, ataupun saraf-saraf penghubung antara cochlea dengan system nervosa central (Crummer & Hassan, 2004).

2. Tinnitus Obyektif

Tinnitus obyektif banyak disebabkan oleh adanya abonormalitas vascular. Kelainan pada tuba auditiva (patulous Eustachian tube) akan menyebabkan terdengarnya suara bergemuruh terutama pada saat bernafas karena kelainan muara tuba pada nasofaring. Biasanya penderita tinnitus

Page 2: tinnitus.docx

dengan keadaan ini akan menderita penurunan berat badan, dan mendengar suaranya sendiri saat berbicara atau autophony. 

a. Pulsatile TinnitusTinnitus pulsatil banyak diderita oleh pasien dengan turbulensi aliran arteri ataupun aliran darah yang cepat pada pembuluh darah. stenosis arteri carotis merupakan tempat yang umum ditemukan, karena arteri carotis tempatnya berdekatan dengan bagian proximal cochlea. Sehingga melalui tulang getaran turbulensi aliran darah mempengaruhi cochlea dan menyebabkan tinnitus obyektif.

b. Non-pulsatile TinnitusTinnitus jenis ini juga sering berhubungan dengan kontraksi periodik abnormal pada otot-otot faring, mulut, dan wajah bagian bawah, sehingga akan mempengaruhi kerja tuba auditiva. Tinnitus jenis ini jarang ditemukan, sementara itu tinnitus obyektif juga merupakan kasus yang jarang, sehingga dapat dikatakan bahwa kasus non-pulsatil tinnitus adalah sangat jarang ditemukan. 

Mengapa pasien pada skenario mengeluhkan adanya tinnitus?Dapat dilihat dari etiologi vertigo sebagai keluhan pasien. Disana terdapat adanya hubungan dengan kelainan di telinga seperti;

Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga   bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)

Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga) herpes zoster otikus Peradangan saraf vestibuler Penyakit Meniere

Vertigo menjadi gejala utama penyakit Meniere. Timbulnya tidak tentu, tetapi selalu timbul kembali. Cara bangkitnya khas, ialah mendadak dan gejala penyertanya hampir selamanya dijumpai pada saat vertigo bangkit, yaitu nistagmus, tuli, tinitus, mual, muntah, takikardia, dan wajah pucat. Setelah vertigo selesai daya pendengaran pulih kembali. Tetapi sering dijumpai bahwa walaupun tulinya membaik, daya pendengaran mundur secara berangsur-angsur untuk akhirnya menjadi tuli total. Baru setelah itu vertigo tidak akan timbul kembali. (Mardjono, 2008)

Mardjono, Mahar DR. Prof., Sidharta, Priguna DR.Prof. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

Page 3: tinnitus.docx

Folmer, R. L., Martin, W. H., Shi, Y. 2004. Tinnitus: Questions to reveal the cause, answers to provide relief. J Fam Pract 53: 532−540.

Folmer, R.L., Griest, S.E., Martin, W.H., 2001. Chronic Tinnitus as Phantom Auditory Pain. Otolaryngol Head Neck Surg 124: 394–400.