tinjauan teori 1
TRANSCRIPT
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irevesibel dimana kemampuan tubuh ginjal untuk mempertahankan
metabolesme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dawn sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,
2001).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (Smaltzer, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun (Price, 1992).
2.2 Epidemiologi
Penyakit ginjal stadium terminal merupakan penyebab utama dari
morbiditas dan mortalitas di Amerika Serikat. Hampir satu dari 10.000 orang
pertahun mengalami penyakit ginjal stadium terminal. Pada tahun 1986 program
penyakit ginjal stadium terminal dari Health Care Financing
Administration (HCFA) Medicare mencakup 114. 859 pasien dengan biaya
hampir 3 milyar dollar pertahun. Pada 1984 dilakukan hampir 7000 tranplantasi
ginjal, sedangkan pasien-pasien lainnya menjalani hemodialisis atau dialisis
peritoneal. Penyakit ginjal stadium terminal merupakan program penyakit kronik
yang terbesar di banyak negara (Price, 1992).
Menurut penelitian Feest dan kawan-kawan Devon dan Northwest, insiden
penyakit ginjal stadium terminal berkisar 148 dari 1000.000 orang pertahun. Hasil
penelitian Khan dan kawan-kawan di Grampian, insiden penyakit ginjal stadium
terminal berkisar 130 dari 1000.000 orang pertahun. Insiden penyakit ginjal
stadium terminal bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Menurut penelitian
Feest di Southampton, rata-rata berjumlah 58, 160, 282, 503 dan 588 dari
1.000.000 orang pertahun dalam kelompok usia 20-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69
tahun, 70-79 tahun, dan ≥ 80 tahun.
2.3 Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hamper semua penyakit. Apapun
sebabnya, dapat menimbulkan perburukan fungsi ginjal secara progresif.
Dibawah ini terdapat beberapa penyebab gagal ginjal kronik.
a. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-
perubahan stuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan
hialinisasi (sklerosis) di dinding pembuluh darah. Organ sasaran utama organ ini
adalah jantung, otak, ginjal dan mata.
Pada ginjal adalah akibat aterosklerosis ginjal akibat hipertensi lama
menyebabkan nefrosklerosis begina. Gangguan ini merupakan akibat langsung
dari iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris dan permukaan berlubang-
lubang dan berglanula. Secara histologi lesi yang esensial adalah sklerosis arteri
arteri kecilserta arteriol yang paling nyata pada arteriol eferen. Penyumbatan arteri
dan arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga
seluruh nefron rusak (Price, 2005).
b. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada glomerulus yang
diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks antigen antibodi. Reaksi
peradangan di glomerulus menyebabkan pengaktifan komplemen, sehingga terjadi
peningkatan aliran darah dan peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan
filtrasi glomerulus. Protein-protein plasma dan sel darah merah bocor melalui
glomerulus. Glomerulonefritis dibagi menjadi dua yaitu:
1) Gomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
2) Glomerulonefritis kronik adalah pradangan yang lama dari sel-sel
glomerulus (Price, 2005).
c. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Nefritis lupus disbabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang
terperangkap dalam membrane basalis glomerulus dan menimbulkan kerusakan.
Perubahan yang paling dini sering kali hanya mengenai sebagian rumbai
glomerulus atau hanya mengenai beberapaglomerulus yang tersebar (Price, 2005).
d. Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista multiple,
bilateral,dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan. Semakin lama ginjal tidak mampu
mempertahankan fungsi ginjal, sehingga ginjal akan menjadi rusak (GGK) (Price,
2005).
e. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis
itu sendiri dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut juga bias terjadi
melalui infeksi hematogen. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi
berulang-ulang dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau repluks vesikoureter (Price, 2005).
f. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyebab tunggal ESRD yang tersering,
berjumlah 30% hingga 40% dari semua kasus. Diabetes mellitus menyerang
struktur dan fungsi ginjal dalam bentuk. Nefropati diabetic adalah istilah yang
mencakup semua lesi yang terjadi diginjal pada diabetes mellitus (Price, 2005).
Riwayat perjalanan nefropati diabetikum dari awitan hingga ESRD dapat dibagi
menjadi lima fase atau stadium:
1) Stadium 1 (fase perubahan fungsional dini) ditandai dengan hifertropi
dan hiperfentilasi ginjal, pada stadium ini sering terjadi peningkatan
GFR yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu, kadar gula dalam darah
yang tinggi, glucagon yang abnormal hormone pertumbuhan, efek
rennin, angiotensin II danprostaglandin.
2) Stadium 2 (fase perubahan struktur dini) ditandai dengan penebalan
membrane basalis kapiler glomerulus dan penumpukan sedikit demi
sedikit penumpukan matriks mesangial.
3) Stadium 3 (Nefropati insipient)
4) Stadium 4 (nefropati klinis atau menetap)
5) Stadium 5 (Insufisiensi atau gagal ginjal progresif)
2.4 Tanda dan Gejala
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem rennin-angiotenin-
aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan
berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin
uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang
terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah
dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran,
ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996):
a. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut Smeltzer (2001) antara lain: hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin-angiotensin-aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
4) Pembesaran vena leher
5) Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
1) Krekel
2) Nafas dangkal
3) Kusmaull
4) Sputum kental dan liat
c. Sistem Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual dan muntah
2) Perdarahan saluran GI
3) Ulserasi dan pardarahan mulut
4) Nafas berbau ammonia
d. Sistem Musculoskeletal
1) Kram otot
2) Kehilangan kekuatan otot
3) Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
1) Warna kulit abu-abu mengkilat
2) Pruritis
3) Kulit kering bersisik
4) Ekimosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1992. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Breanda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. EGC: Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. 3 Jilid 1 dan 2. Balai Pustaka: Jakarta.