bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. a

14
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perubahan Warna Gigi (Diskolorasi) a. Definisi Diskolorasi Gigi Warna normal gigi permanen manusia adalah putih keabu-abuan, putih kekuningan atau kuning keabu-abuan. Warna pada email gigi adalah putih translusen, sedangkan dentin berwarna putih kekuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan email, ketebalan dentin, warna dentin yang melapisi dibawahnya dan warna pulpa (Grossman et al, 2010). Diskolorasi gigi adalah suatu kondisi gigi mengalami perubahan warna. Perubahan warna dibagian anterior merupakan masalah yang paling mendorong pasien melakukan perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). b. Klasifikasi Diskolorasi Gigi Klasifikasi diskolorasi gigi dibagi menjadi intrinsik dan ekstrinsik. 1) Diskolorasi intrinsik, diskolorasi ini terjadi pasca odontogenesis baik secara lokal maupun general. Penyebab diskolorasi intrinsik dibedakan menjadi dua yaitu pre-eruptive dan post-eruptive. Pre-eruptive disebabkan karena adanya gangguan metabolik, genetik, obat-obatan, dan fluorosis. Post-eruptive disebabkkan karena kondisi gigi (karies), adanya bahan restorasi dan kondisi pulpa (Manuel, 2010). 2) Diskolorasi ekstrinsik, diskolorasi ini terjadi di permukaan luar gigi dan disebabkan oleh agen ekstrinsik. Penyebab diskolorasi ekstrinsik https://repository.unimus.ac.id

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Perubahan Warna Gigi (Diskolorasi)

a. Definisi Diskolorasi Gigi

Warna normal gigi permanen manusia adalah putih keabu-abuan,

putih kekuningan atau kuning keabu-abuan. Warna pada email gigi adalah

putih translusen, sedangkan dentin berwarna putih kekuningan. Warna gigi

ditentukan oleh ketebalan email, ketebalan dentin, warna dentin yang

melapisi dibawahnya dan warna pulpa (Grossman et al, 2010).

Diskolorasi gigi adalah suatu kondisi gigi mengalami perubahan

warna. Perubahan warna dibagian anterior merupakan masalah yang paling

mendorong pasien melakukan perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

b. Klasifikasi Diskolorasi Gigi

Klasifikasi diskolorasi gigi dibagi menjadi intrinsik dan ekstrinsik.

1) Diskolorasi intrinsik, diskolorasi ini terjadi pasca odontogenesis baik

secara lokal maupun general. Penyebab diskolorasi intrinsik dibedakan

menjadi dua yaitu pre-eruptive dan post-eruptive. Pre-eruptive

disebabkan karena adanya gangguan metabolik, genetik, obat-obatan,

dan fluorosis. Post-eruptive disebabkkan karena kondisi gigi (karies),

adanya bahan restorasi dan kondisi pulpa (Manuel, 2010).

2) Diskolorasi ekstrinsik, diskolorasi ini terjadi di permukaan luar gigi dan

disebabkan oleh agen ekstrinsik. Penyebab diskolorasi ekstrinsik

https://repository.unimus.ac.id

9

dibedakan menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung. Penyebab

langsung yaitu kromogenik organik yang melekat pada pelikel. Warna

yang dihasilkan dari warna asli kromogen tersebut yang berhubungan

dengan bahan yang biasanya dikonsumsi setiap hari seperti teh dan kopi

(Manuel, 2010). Teh merupakan larutan yang salah satu komposisinya

mengandung zat warna (klorofil). Teh hitam lebih dominan

mempengaruhi perubahan warna dibandingkan teh hijau, dikarenakan

teh hitam memiliki warna yang lebih pekat dibandingkan teh hijau

(Suratman, 2014). Penyebab tidak langsung dihasilkan dari interaksi

antara bahan kimia terhadap permukaan gigi seperti antiseptik kationik

dan garam metal (Manuel, 2010).

2. Pemutihan Gigi (Bleaching)

a. Teknik Pemutihan Gigi (Bleaching)

Bleaching adalah suatu prosedur memutihkan gigi yang telah

mengalami perubahan warna, sehingga mendekati warna asli dengan

menggunakan bahan kimia (Riani et al, 2015). Menurut Walton dan

Torabinejad (2008), teknik bleaching terbagi menjadi dua yaitu :

1) Teknik Eksternal adalah pemutihan gigi secara ekstrakoronal biasanya

digunakan pada gigi vital yang mengalami pewarnaan karena faktor

ekstrinsik atau defek superfisial. Metode yang digunakan untuk

pemutihan secara ekstrakoronal, diantaranya:

a) In-Office Bleaching

Prosedur ini dilakukan diklinik dokter gigi. Digunakan untuk

menghilangkan stain pada gigi (penggunaan tetrasiklin atau

https://repository.unimus.ac.id

10

penuaan) dan perawatan pemutihan hanya satu gigi (pasca

perawatan endodontik). Bahan yang digunakan yaitu hidrogen

peroksida 34-44%. Biasanya hasil terlihat 30 menit setelah

perawatan.

b) Home Bleaching

Prosedur ini dapat dilakukan pasien dirumah dengan

pengawasan dan kontrol oleh dokter gigi. Setelah konsultasi

biasanya dilakukan pembuatan tray individu untuk dibawa pasien

dirumah. Tray dipakai selama beberapa jam setiap hari. Bahan yang

digunakan yaitu karbamid peroksida 10-22% atau gel non peroxide.

Biasanya membutuhkan waktu 2 hingga 4 minggu untuk mengukur

hasil yang terlihat. Contohnya adalah mouth guard bleaching.

c) Over The Counter

Prosedur ini dapat dilakukan pasien sendiri menggunakan

bahan pemutih yang dapat diperoleh secara bebas. Bahan yang

digunakan yaitu hidrogen peroksida 3-6%.

2) Teknik Internal adalah pemutihan gigi secara intrakoronal, pilihan

konservatif untuk perawatan estetik pada gigi non vital yang mengalami

pewarnaan karena faktor intrinsik yang lebih invasif. Metode yang

digunakan untuk pemutihan secara intrakoronal, diantaranya :

a) Termokatalitik

Prosedur ini menggunakan bahan oksidator yang diletakkan

didalam kamar pulpa dan diaktivasi dengan alat penghasil panas.

https://repository.unimus.ac.id

11

Alat penghasil panas diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan

atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi.

b) Walking Bleach

Prosedur ini dilakukan dengan cara mencampurkan sodium

perborat dengan air pada kamar pulpa, kemudian ditutup dengan

tumpatan sementara dan dibiarkan selama 1 minggu. Teknik ini

dapat dilakukan bersamaan setelah obturasi dan sebaiknya dipakai

dalam semua keadaan yang memerlukan teknik pemutihan secara

internal.

c) Foto Oksidasi Ultraviolet

Prosedur ini menggunakan sinar ultraviolet yang diletakkan

di permukaan labial gigi yang akan diputihkan . Bahan yang

digunakan yaitu hidrogen peroksida 30-35%. Caranya bahan

tersebut diletakkan didalam kamar pulpa dengan menggunakan

butiran kapas lalu disinar dengan sinar ultraviolet selama 2 menit.

b. Bahan Kimia Pemutih Gigi (Bleaching)

1) Hidrogen Peroksida

Bahan pemutih yang paling umum digunakan. Hidrogen

peroksida merupakan bahan pengoksidasi kuat melalui pembentukan

molekul oksigen reaktif, radikal bebas dan anion hidrogen peroksida.

Molekul reaktif ini akan memecah rantai panjang molekul chromopore

yang berwarna gelap dan akan menguraikannya menjadi bagian yang

lebih kecil, sedikit warna, dan lebih berdifusi (Garg, 2008). Hidrogen

peroksida yang paling sering digunakan adalah superoksol dan perhidrol

https://repository.unimus.ac.id

12

(Walton dan Torabinejad, 2008). Superoksol merupakan hidrogen

peroksida dengan konsentrasi 30-35% (Ingle, 2009). Perhidrol adalah

hirogen peroksida dengan konsentrasi 30% (Silva et al, 2010). Hidrogen

peroksida memiliki sifat yang tidak stabil, melepas oksigen, dan dapat

meledak. Cara menghindarinya dengan menyimpan bahan ini dalam

botol gelap dan pada suhu dingin (Walton dan Torabinejad, 2008).

2) Karbamid Peroksida

Bahan pemutih yang terdiri dari gabungan urea dan hidrogen

peroksida. Bahan ini merupakan bahan pemutih gigi yang berasal dari

urea yang terurai menjadi CO2 dan ammonia. Ammonia yang memiliki

PH tinggi inilah yang memfasilitasi prosedur bleaching (Garg, 2008).

Karbamid peroksida akan berkontak dengan gigi lebih lama

dibandingkan hidrogen peroksida dan sedikit mengiritasi gingiva.

Karbamid peroksida tersedia dengan konsentrasi antara 3-15%.

Konsentrasi yang umum digunakan yaitu 10% dengan pH sekitar 2

sampai 6,5 (Walton dan Torabinejad, 2008).

3) Sodium Perborat

Bentuk sediaan bahan ini yaitu granular yang harus dihaluskan

terlebih dahulu menjadi serbuk berwarna putih. Bahan ini saat

tercampur dengan air akan terurai menjadi sodium metaborat dan

hidogen peroksida. Sodium perborat hanya dapat digunakan untuk

memutihkan gigi non vital. Prosedur ini dinamakan teknik walking

bleach (Nagaveni et al, 2011).

https://repository.unimus.ac.id

13

c. Bahan Alami Pemutih Gigi (Bleaching)

Bahan alami yang terbukti dapat digunakan untuk memutihkan gigi

adalah buah stroberi, apel, tomat, nanas, belimbing wuluh, lemon. Buah-

buahan tersebut mudah dijumpai yang bersifat lebih aman dan lebih murah

(Fauziah et al, 2012). Buah-buahan tersebut mengandung β-karoten dan

asam askorbat. β-karoten berfungsi untuk membantu mencegah dan

menetralisir dari radikal bebas. Asam askorbat (vitamin c) merupakan

senyawa antioksidan yang mengandung superoksida (KO2), hidrogen

peroksida (H2O2), singlet oksigen (O2) dan radikal bebas lainnya

(Omodamiro dan Amechi, 2013). Hidrogen peroksida memiliki sifat

oksidator yang sangat kuat sehingga efektif untuk memutihkan gigi dengan

cara berdifusi melalu email untuk menuju ke tubuli dentin, dan merusak

molekul-molekul zat warna (Lumuhu et al, 2016). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jus tomat mampu memutihkan gigi post ekstraksi

karena dalam 1 buah jus tomat terdapat kandungan hidrogen peroksida

sebesar 4000x10-9

mol (Sumantri et al, 2017).

d. Mekanisme Pemutihan Gigi

Mekanisme pemutihan gigi pada buah yang mengandung asam

askorbat (C6H8O6) 100% menggunakan variasi waktu 2, 3 dan 4 hari

menunjukkan bahwa gigi mengalami perubahan warna menjadi lebih putih

(Lathifah, 2017). Perubahan warna tersebut disebabkan karena adanya

unsur hidrogen peroksida yang terkandung didalam asam askorbat.

Hidrogen peroksida akan berdifusi melalui email menuju ke tubuli dentin,

sehingga menghasilkan radikal bebas kuat berupa perhidroksil (HO2) dan

https://repository.unimus.ac.id

14

radikal bebas lemah oxygenize (O) yang dapat menyebabkan konjugasi

elektron dan terjadi perubahan absorpsi energi pada molekul email dan

dentin dengan reaksi:

H2O2 peroksida H2O (air) + O+

(oxygenize)

H+

(hidrogen) + HO2 (perhidroksil)

Molekul di dalam struktur gigi berubah struktur kimianya dengan adanya

penambahan oksigen sehingga molekul enamel mengecil dengan warna

yang lebih cerah dan mampu memberikan efek pemutih (Mulky et al,

2014). Penelitian menunjukkan perendaman gigi dalam asam askorbat buah

tomat konsentrasi 100% selama 2 hari menunjukkan hasil yang maksimal

dibandingkan dengan perendaman selama 3 dan 4 hari, hal tersebut karena

proses pemutihan gigi akan mencapai suatu keadaan yang disebut

saturation point dimana molekul-molekul sederhana akan terbentuk

maksimum, sehingga kerusakan struktur gigi dan hilangnya email menjadi

lebih cepat. Proses pemutihan gigi harus segera dihentikan apabila sudah

mencapai titik saturation point (Lathifah, 2017).

3. Spectrophotometer

Interpretasi warna gigi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu visual dan

instrumental. Cara instrumental yang lebih objektif dan sering dimanfaatkan

dalam penelitian in vitro adalah spectrophotometer. Penggunaan instrumen

spectrophotometer dinilai lebih akurat, lebih objektif dan lebih konsisten

dibanding shade guide karena sudah mengunakan teknologi dan tidak

dipengaruhi oleh keterampilan dari operator (Kwon et al, 2009).

https://repository.unimus.ac.id

15

Prinsip kerja pada spectrophotometer yaitu cahaya akan dijatuhkan pada

permukaan email tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cara menyinari gigi

ditegaskan dengan tiga sumbu koordinat yaitu L* (value/lightness), a*

(chrome/kekotoran) dan b* (hue/corak). Cahaya yang mengenai pemukaan

email sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan diserap oleh pigmen-pigmen

warna pada gigi. Sebagian cahaya yang dipantulkan akan ditangkap oleh

spectrophotometer dan diperoleh dalam data nilai warna gigi (dE*ab) yang

dihitung menggunakan sistem comission de l’Eclairage atau CIE L*a*b*,

dengan rumus: dE*ab = (L*)2+(a*)

2+(b*)

2)1/2

. Hasil menunjukkan apabila nilai

yang rendah berarti pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak,

spesimen akan menjadi lebih putih. Pengendalian sinar spectrophotometer pada

bagian akar gigi yaitu dengan cara menyelubungi bagian akar tersebut dengan

menggunakan lakban hitam, karena lakban hitam memiliki nilai 0 yang artinya

gelap, sehingga tidak dapat mempengaruhi hasil penilaian, karena arah

tembakan sinar hanya terfokus pada mahkota gigi (Prastiwi, 2016).

4. Alpukat (Persea americana Mill.)

a. Sejarah dan Taksonomi Alpukat

Tanaman alpukat awalnya berasal dari kawasan Amerika Tengah

yaitu Meksiko, Peru, dan Venezuela. Namun, kini tanaman ini sudah

menyebar hingga ke seluruh dunia termasuk di daerah beriklim tropis

seperti Indonesia. Buah ini masuk ke wilayah Indonesia sekitar abad ke-18

(Budiana, 2013). Ada tiga tipe alpukat yang dikenal, yakni tipe Meksiko

(Persea drymifolia), tipe Guatemala (Persea guatemalensia), dan tipe

Indian Barat (Persea americana). Di Indonesia sendiri tipe alpukat yang

https://repository.unimus.ac.id

16

paling banyak ditemukan berasal dari Indian Barat dan sebagian dari

Guatemala. Kedua tipe tersebut dapat tumbuh dan di budidayakan di daerah

subtropis dan tropis dengan ketinggian antara 1000-2000 mdpl

(Wirakusumah, 2008).

Taksonomi

Menurut Rahmawati (2012), taksonomi tanaman alpukat sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Magnolids

Ordo : Laurales

Family : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana

Nama binomial

Persea americana Mill.

Sinonim

Persea americana Mill.

Persea gratissima Gaertn.

b. Morfologi Alpukat

Gambar 2.1 Tanaman dan Buah Alpukat (Chandra, 2013)

https://repository.unimus.ac.id

17

Alpukat merupakan tanaman kelas dikotil yang memiliki tinggi

pohon mencapai 20 meter, rantingnya tegak umumnya percabangan jarang

dan arahnya horizontal. Tumbuhan alpukat mempunyai akar tunggang

(Dalimartha, 2008).

Daun pada tanaman alpukat berbentuk tunggal memanjang, panjang

tangkainya 1,5-5 cm dan tersusun seperti lilin, letaknya berdesakan diujung

ranting, berbentuk jorong sampai bundar telur memanjang. Tepi daunnya

rata kadang sedikit menggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang 10-20

cm dan lebarnya 3-10 cm. Daun yang muda berwarna kemerahan,

sedangkan daun yang tua berwarna hijau (Dalimartha, 2008).

Bunga pada tanaman alpukat merupakan jenis bunga majemuk,

berkelamin dua karena memiliki benang sari dan putik. Serbuk yang

terdapat di kepala sari apabila sudah masak akan jatuh pada kepala putik

yang telah terbuka dan terjadi penyerbukan. Setelah itu dilanjutkan dengan

pembuahan (Dalimartha, 2008).

Menurut Kalie yang dikutip oleh Lubis (2008), biji alpukat berwarna

kekuningan berkeping dua, ukurannya tergolong besar dan diselubungi oleh

kulit biji yang tipis. Biji alpukat tersusun dari jaringan parenkim yang

mengandung lemak dan tepung sebagai bahan cadangan makanan.

Buah alpukat berbentuk bulat sampai lonjong yang memiliki berat

berkisar 0,3-0,4 kilogram dengan panjang 5-20 cm. Buah berwarna hijau

atau hijau kekuningan (Dalimartha, 2008).

c. Kandungan Gizi Alpukat

Buah alpukat mengandung senyawa yang penting diantaranya yaitu:

https://repository.unimus.ac.id

18

Tabel 2.1 Kandungan gizi alpukat per 100 gram

Komponen Kadar

Energi Buah (kcal) 160

Air (gr) 73,23

Protein (gr) 2

Lemak (gr) 14,66

Karbohidrat (gr) 8,53

Serat (gr) 6,7

Vitamin :

B1 (mg) 0,067 (5%)

C (mg) 10 (17%)

E (mg) 2,07

K (mcg) 21,0

Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, 2011.

Bagian alpukat yang banyak dikonsumsi adalah daging buahnya, dan

biasanya masyarakat juga mengolah daging buah alpukat untuk dijadikan

sebagai bahan masakan. Dalam daging buah alpukat kaya akan lemak,

walaupun demikian lemak alpukat termasuk lemak sehat karena didominasi

asam lemak tak jenuh tunggal atau asam oleat yang mengandung omega 9.

Kadar lemak jenuh dalam alpukat tergolong rendah. Selain mengandung

lemak, alpukat juga dikenal memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi

yaitu protein, mineral, betakaroten, vitamin A, B dan C. Alpukat juga

banyak mengandung mineral, kalium, sedikit mengandung pati, dan banyak

mengandung serat (Karina, 2012).

Alpukat merupakan salah satu sumber alami yang kaya antioksidan.

Dibandingkan dengan antioksidan sintetis, sumber antioksidan alami akan

jauh lebih aman untuk dikonsumsi dan meningkatkan kesehatan.

https://repository.unimus.ac.id

19

Antioksidan berfungsi untuk menetralisir radikal bebas yang menyebabkan

terjadinya berbagai macam penyakit. Salah satu jenis antioksidan yang

banyak terkandung dalam alpukat adalah asam askorbat. Kandungan asam

askorbat dari berbagai jenis buah tropis yang diteliti secara berurutan dari

yang tertinggi yaitu didapatkan pada buah alpukat, jeruk, strawberri, jambu,

apel, pepaya dan asam jawa dengan konsentrasi masing-masing adalah

119,8; 96,8; 66,65; 49,86; 49,57; 48,4; 41,06 mg/100gr (Febrianti et al,

2016).

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan buah

alpukat ras amerika tengah. Peneliti memilih buah alpukat karena banyak

diminati, mudah ditemukan dan mengandung asam askorbat lebih tinggi

dibandingkan dengan buah tropis lainnya.

https://repository.unimus.ac.id

20

B. Kerangka Teori

H2O2 peroksida H2O (air) + O+

(oxygenize)

H+

(hidrogen) + HO2 (perhidroksil)

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Pewarnaan Pada Gigi

(Diskolorisasi)

Penatalaksanaan :

pemutihan gigi (Bleaching)

Bahan kimia :

hidrogen peroxide,

carbamide peroxide,

sodium perborat

Bahan alami:

buah alpukat (Persea

americana Mill.)

Hidrogen peroksida

dalam asam askorbat

2 hari 3 hari 4 hari

Peningkatan warna gigi

Keterangan :

Tidak dilakukan penelitian

Dilakukan penelitian

Etiologi :

faktor ekstrinsik

dan Intrinsik

Waktu Bahan

Konjugasi elektron dan penambahan

oksigen, sehingga molekul enamel mengecil

https://repository.unimus.ac.id

21

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh hipotesis sebagai berikut :

1. Asam askorbat dalam buah alpukat (Persea americana Mill.) efektif dalam

meningkatkan warna gigi.

2. Efektivitas asam askorbat dalam buah alpukat (Persea americana Mill.)

pada konsentrasi 100% dengan lama perendaman 2 hari paling efektif dalam

meningkatkan warna gigi dibandingkan lama perendaman 3 hari atau 4 hari.

Variabel Independen

Lama perendaman gigi dalam asam

askorbat buah alpukat (Persea

americana Mill.) selama 2, 3 dan 4 hari

Variabel Dependen

Peningkatan warna gigi

https://repository.unimus.ac.id