bab ii tinjauan teori a. teori medis - unimus
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI MEDIS
1. Ikterus Neonatorum
a. Pengertian
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam
darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya
gangguan fungsional dari hepar, sistem billiary, atau sistem
hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan billirubin
indirek (unconjugated) dan direk (conjugated) (Rukiyah dan
Yulianti, 2013).Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis
‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit,
sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi
kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya
dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama
pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar
bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada
konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis
berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang
disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat
http://repository.unimus.ac.id
8
pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan
(preterm) (Winkjosastro, 2007).
b. Penyebab
Menurut Suriadi dan Yulianti ( 2010 ) penyebab ikterus pada
neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktor:
1) Produksi yang berlebihan
a) Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
b) Hematoma, memar
c) Spheratisosis kongental
d) Enzim G6PD rendah
2) Gangguan konjugasi hepar
Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
3) Gangguan transportasi
a) Albumin rendah
b) Ikatan kompetitif dengan albumin
c) Kemampuan mengikat albumin rendah
4) Gangguan ekresi
a) Obstruksi saluran empedu
b) Obstruksi usus
c) Obstruksi pre hepatik
Menurut Dewi (2010), ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu sebagai berikut :
1) Prahepatik (Ikterus hemolitik)
http://repository.unimus.ac.id
9
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang
meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus
hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah infeksi, kelainan sel darah
merah, dan toksin dari luar tubuh itu sendiri.
2) Pascahepatik (Obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang menyebabkan
bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan
masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam
ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu, sebagian
lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna
kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi
saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin ke dalam
saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna
putih keabu-abuan, dan seperti dempul.
3) Hepatoseluler (Ikterus Hepatik)
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati
mengalami kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu
proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat
dalam aliran darah. Bilirubin direct mudah diekskresikan oleh
ginjal karena sifatnya yang mudah larut dalam air, namun
sebagian masih tertimbun dalam aliran darah.
c. Tanda Klinis Ikterus
http://repository.unimus.ac.id
10
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), tanda klinis ikterus meliputi
1)Sklera, puncak hidung, mulut, dada, perut dan ekstremitas
berwarna kuning
2) LetargI
3) Kemampuan menghisap menurun
4) Kejang
1. Jenis Ikterus
1) Fisiologis
Ikterus Fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi
baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak
berpotensi menjadi kern ikterus.
Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tanda berikut :
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi baru lahir.
b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% per hari.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5
mg% per hari.
d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan patologis.
2) Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis
dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
http://repository.unimus.ac.id
11
hiperbilirubinia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala
sebagai berikut :
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus kurang
bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
c) Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e) Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
2. Patofisiologi
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus
dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari
degedrasi hemoglobin darah dan sebagian lagi berasal dari hem
bebas atau dari proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan
bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan
biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami
reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini
sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena mempunyai
sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran
biologic seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas
tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke
hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin
terikat dengan oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam
http://repository.unimus.ac.id
12
sel hati. Segera setelah ada didalam sel hati, terjadi persenyawaan
dengan ligandin (protein-Y), protein-Z, dan glutation hati lain yang
membawanya ke reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya
proses konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil
transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk.
Jenis bilirubin ini larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat
diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang
terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam
saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan
keluar dari tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi
kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses arbsorbsi
enterohepatik. Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan
kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini
terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus.
Proses tersebut anatara lain karena tingginya kadar eritrosit
neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari), dan
belum matangnya fungsi hepar. Peningkatan kadar bilirubin tubuh
dapat terjadi dalam beberapa keadaan. Kejadian tersering adalah
apabila terdapat pertambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit
bayi/janin, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau
terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.Gangguan ambilan
http://repository.unimus.ac.id
13
bilirubin plasma juga dapat menimbulakan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y
berkurang atau pada keadaan protein-Y dan protein-Z oleh anion
lain, misalkan pada bayi dengn asidosis atau anoksia/hipoksia.
Keadaan lain yang dapat memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubuin adalah apabila ditemukan konjugasi hepar (defisiensi
enzim glukoronil transferase) atau bayi menderita gangguan
ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan
saluran empedu ekstra/intrahepatik (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
3. Penilaian Ikteus
Penilaian ikterus secara klinis
Tabel 3.1 Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No Luas Ikterus Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2,+, dan badan bagian bawah
dan tungkai
11
4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di
bawah dengkul
12
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16
( Sumber Dewi, 2010 )
http://repository.unimus.ac.id
14
Gambar 2.1. Derajat dan daerah Ikterus
( Sumber : Dewi ,2010)
4. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus
subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar
ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang,
tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnya
opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme
otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot.
http://repository.unimus.ac.id
15
Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan
retardasi mental.
5. Diagnosa
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat
membantu dalam menegakkan hiperbilirubinia pada bayi. Termasuk
anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi
tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Di samping itu faktor
resiko kehamilan dan persalinan juga berperan diagnosis dini
ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor resiko itu antara lain
adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan ibu
selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat
janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain. Secara
klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan peninggian billirubin
indirek, kulit dapat berwarna kuning terang sampai jingga,
sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu
warna kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit
dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri. Tanpa
mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus,
hiperbilirubinia yang cukup berarti memerlukan penilaian
diagnostic lengkap, yang mencakup penentuan fraksi bilirubin
langsung (direk) dan tidak langsung (indirek) hemoglobin, hitung
leukosit, golongan darah, tes Coombs dan pemeriksaan apusan darah
http://repository.unimus.ac.id
16
tepi. Bilirubin indirek, retikulositosis dan sediaan apusan
memperlihatkan petunjuk adanya hemolisis akibat non imunologiik.
Jika terdapat hiperbilirubenia direk, adanya hepatitis, fibrosis kistis
dan sepsis. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan bilirubin indirek
fisiologis atau patologis. Ikterus fisiologis. Dalam keadaan normal,
kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl dan
akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam;
dengan demikian ikterus dapat terlihat pada hari ke 2-3, biasanya
mencapai puncak antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl
selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah 2 mg/dl antar
hari ke 5-7 kehidupan. Ikterus patologis. Makna hiperbilirubinemia
terletak pada insiden kern ikterus yang tinggi, berhubungan dengan
kadar bilirubin serum yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm.
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan memperlihatkan
kern ikterus pada kadar yang lebih rendah (10-15 mg/dl). (Rukiyah
dan Yulianti, 2013).
6. Cara Pencegahan Ikterus
1) Pencegahan Primer
a) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 –
12 kali/ hari untuk beberapa hari pertama.
b) Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau
air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami
dehidrasi.
http://repository.unimus.ac.id
17
2) Pencegahan Sekunder
a) Wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus
serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak
biasa.
b) Memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap
timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian
ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda (Marmi dan
Rahardjo ,2012),.
7. Penanganan
1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat
bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada
kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus
sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat,
dapat dilakukan beberapa cara berikut:
- Minum ASI dini dan sering
- Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
- Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan
pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila
tampak kuning).
- Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat
digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada
bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya.
http://repository.unimus.ac.id
18
Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak
praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
2) Ikterus Patologis
(a) Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian
fenobarbital. Obat ini bekerja sebagai “enzyme inducer”
sehingga konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan dengan
cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam
baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti. Mungkin lebih
bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum
melahirkan bayi.
(b) Memberikan substrat yang kurang toksik untuk transportasi
atau konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk
mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti
dengan plasma dengan dosis 15-20 mg/kgBB. Albumin
biasanya diberikan sebelum transfusi tukar dikerjakan oleh
karena albumin akan mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin yang diikatnya
lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar. Pemberian
glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.
(c) Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi.
Walaupun fototerapi dapat menurunkan kadar bilirubin
dengan cepat, cara ini tidak dapat menggantikan transfusi
http://repository.unimus.ac.id
19
tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat
digunakan untuk pra dan pasca transfusi tukar.
(d) Indikasi terapi sinar adalah:
i) bayi kurang bulan atau bayi berat lahir rendah dengan
kadar bilirubin >10mg/dL.
ii) bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin >15 mg/dL.
iii) Lama terapi sinar adalah selama 24 jam terus-menerus,
istirahat 12 jam, bila perlu dapat diberikan dosis kedua
selama 24 jam.
(e) Transfusi tukar pada umumnya dilakukan dengan indikasi
sebagai berikut:
i) Kadar bilirubin tidak langsung >20mg/dL
ii) Kadar bilirubin tali pusat >4mg/dL dan Hb <10mg/dL
iii) Peningkatan bilirubin >1mg/Dl
(f) Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO):
i) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai
ikterus berat
ii) Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut:
berat lahir <2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu, hemolisis atau sepsis
iii) Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum
dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan
lakukan tes Coombs:
http://repository.unimus.ac.id
20
iv) Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya
terapi sinar, hentikan terapi sinar.
v) Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai
dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
vi) Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan
merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat
defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD
bila memungkinkan.
Tabel 3.2 Penatalaksanaan Ikterus Menurut Waktu Timbulnya dan
Kadar Bilirubin
Bilirubin <24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam
serum <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500
(mg/dL)
<5 Tidak perlu terapi-observasi
5-9 Terapi sinar bila hemolisis
http://repository.unimus.ac.id
21
10-14 Transfusi tukar Terapi sinar
bila hemolisis
15-19 Transfusi tukar Terapi sinar
>20 Transfusi tukar
Sumber : Suraatmaja dan Soetjiningsih (2010) dalam : Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah,
Denpasar, cetakan IV
2. Bayi Baru Lahir
a. Penegrtian
Bayi yang lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran
serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra
uterin ke kehidupan ekstra uterin (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram (Marmi & Rahardjo, 2012).
b. Klasifikasi
Menurut Winkjosastro (2005), klasifikasi bayi baru lahir menurut
gestasi, yaitu :
2) Preterm : kurang dari 37 minggu ( kurang 259 hari )
3) Term : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42
minggu lengkap (259-293 hari).
http://repository.unimus.ac.id
22
4) Post Term : 42 minggu lengkap atau 42 minggu lebih (293 hari).
c. Komplikasi
1) Asfikia
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari dalam tubuhnya (Dewi, 2010).
2) BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir yang berat
lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai
dengan 2449 gram. (Prawirohardjo, Sarwono, 2006)
3) Tetanus Neonatorum
Penyakit yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang
disebabkan oleh clostridium tetani, kuman yang mengeluarkan
toksin yang menyerang sistem syaraf pusat (Sudarti, 2014).
4) Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kuning kulit yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir (Paullette, 2007).
5) Meningitis
Merupakan peradangan pada daerah meningen , meningitis
terdiri atas meningitis tuberkolusis yang disebabkan oleh bakteri
dan meningitis virus atau disebut non purullen meningitis
http://repository.unimus.ac.id
23
(aseptik meningitis), yaitu meningitis yang disebabkan oleh
virus (Hidayat, 2008).
6) Diare
Pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali
buang air besar (Dewi, 2010).
7) Malnutrisi Energi Protein (MEP)
Malnutrisi adalah kekurangan gizi akibat jumlah kandungan
mikro atau makronutriens yang tidak mencukupi (Rukiyah dan
Yulianti, 2013)
http://repository.unimus.ac.id
24
B. PATOFISIOLOGIS IKTERUS
Bagan 1.1. Patofisiologis Ikterus
(Sumber: Modifikasi Rukiyah dan Yulianti, 2010)
ERITROSIT
HEMOGLOBIN
HEM GLOBIN
BESI/FE BILIRUBIN INDIREK
(tidak larut dalam air
BILIRUBIN BERIKATAN
DENGAN ALBUMIN
BILIRUBIN BERKAITAN DENGAN
GULA RESIDU / BILIRUBIN DIREK
( larut dalam air )
BILIRUBIN DIREK DIEKSKRESI
KE KANDUNG EMPEDU
KANDUNG EMPEDU KE
DUEDENUM
BILIRUBIN DIREK DIEKSKRESI
MELALUI URINE DAN FECES
MELALUI HATI
Terjadi pada
Limpha Makofag
Terjadi dalam
plasma darah
Hati
Melalui Duktus
Biliaris
http://repository.unimus.ac.id
25
C. PATHWAY IKTERUS
Bagan 1.2..Pathway Ikterus
( Sumber : Modifikasi Suraatmaja dan Soetjiningsih 2010)
IKTERUS
PATHOLOGIS
1. Timbul dalam 24 jam pertama
2. Kadar Bilirubin indirect
>12,5mg%
3. .Menatap dalam 2 minggu
4. Kadar bilirubin direct >1mg%
5. Ada hubungan dengan proses
hemolitik
FISIOLOGIS
1. Timbul mulai hari ke2
2. Bilirubin indirect tidak > dari
10mg% per hari
3. Bilirubin direct tidak > 1mg
4. Menghilang popada 10 hari
pertama
FISIOLGIS
1. Bayi sehat tanpa resiko tidak
diterapi, minum ASI dini dan
sering
2. Terapi awal sinar sesuai WHO
3. Bayi pulang < 48 jam segera
periksa ulang jika kuning
PENANGANAN
PATOLOGIS
1. Pemberian Fenobarbital
2. Pemberian Albumin
3. Transfusi tukar
4. Fototerapi
Ikterus
Fisiologis Ikterus
Patologis
Perawatan BBL
Normal
Bilirubin serum
dibawah nilai yang
dibutuhkan
Bilirubin serum lebih
dari nilai yang
dibutuhkan
Hentikan
Fototerapi Periksa faktor Rhesu & gol ABO
Riwayat defisiensi G6PD di
keluarga
http://repository.unimus.ac.id
26
D. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan
pengorganisasian, pemikiran serta langkah- langkah dalam suatu urutan
yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan (Varney,
2007).
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang akan dilakukan, studi kasus
ini penulis menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney karena
metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga
memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.
2. Langkah- langkah
Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir varney karena metode dan
pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam
pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses menurut Hellen
Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi.
Ketujuh langkah menurut Varney (2007) tersebut adalah sebagai berikut
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
http://repository.unimus.ac.id
27
tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Varney,
2007). Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan
obyektif adalah sebagai berikut :
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut
dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui
suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005)
a) Identitas Pasien
Menurut Nursalam (2005), identitas pasien meliputi :
(1) Nama :Untuk mengetahui nama bayi.
(2) Umur :Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya
disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan. Pada
kasus ikterus derajat III ini terjadi pada bayi berumur 24
jam pertama (Dewi, 2010).
(3) Jenis Kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi
laki-laki atau perempuan.
(4) Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal orang tua
pasien.
(5) Nama Orang Tua: Untuk mengetahui nama orang tua bayi
sebagai penanggung jawab.
http://repository.unimus.ac.id
28
(6) Umur Orang Tua : Untuk mengetahui berapa umur orang
tua. Dikaji untuk mengetahui adanya faktor resiko
persalinanan
(7) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan orang tua yang
berhubungan dengan pemberian dukungan spiritual sesuai
kepercayaan.
(8) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual yang
berhubungan dengan intelektual orang tua yang
berhubungan dengan pemberian KIE.
(9) Pekerjaan :Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
orang tua berhubungan dengan kemampuan dalam
mencukupi kebutuhan nutrisi.
a) Anamnesa
(1) Keluhan utama waktu masuk Adalah proses pengkajian
kondisi pasien pada saat datang yaitu dengan keluhan
setelah bayi lahir bayinya terlihat kuning, sulit menghisap,
sehingga timbul kecemasan pada orang tuanya
(2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah
pada keadaan saat ini ibu hamil menderita sakit flu, batuk,
dan demam.
(3) Riwayat Kesehatan Lalu
http://repository.unimus.ac.id
29
(4) Riwayat Prenatal (Kehamilan)
Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan.
Pengkajian ini meliputi : hamil ke berapa, umur
kehamilan, ANC, HPL, dan HPHT (Prawirohardjo, 2007).
Kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan
selama kehamilan/persalinan, kehamilan dengan diabetes
mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi
intranatal, dan lain-lain merupakan faktor resiko
terjadinya ikterus pada bayi (Rukiyah dan Yulianti, 2013).
(5) Riwayat Intranatal (Persalinan)
Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan
tanggal), penolong, tempat dan cara persalinan (spontan
atau tindakan) serta keadaan bayi saaat lahir
(Wiknjosastro, 2007).
(6) Riwayat post natal
Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas, adakah
komplikasi saat nifas atau tidak (Wiknjosastro, 2007).
(7) Riwayat Kesehatan Keluarga
(8) Riwayat Imunisasi
(9) Riwayat Sosial Ekonomi
2) Data Obyektif
obyektif adalah data yang diperoleh dari pengkajian dan
pemeriksaan fisik pasien guna menegakkan diagnosa. Menurut
http://repository.unimus.ac.id
30
Dewi, 2010 pemeriksaan bayi meliputi pemeriksaan sebagai
berikut:
a) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dinilai antara lain :
(1) Periksa laju nafas dengan melihat tarikan nafas pada dada
dan gunakan penunjuk waktu. Status pernapasan yang
baik adalah napas dengan laju normal 40-60 kali per
menit., tidak ada wheezing dan ronki. Apabila < 40 atau
> 60 dan ada wheezing, ronki maka tidak normal.
(2) Periksa laju jantung dengan menggunkan stetoskop dan
petunjuk waktu. Denyut jantung normal adalah 100 – 120
kali per menit dan tidak terdengar bunyi murmur. Apabila
denyut jantung < 100 atau > 120 dan terdengar bunyi
murmur maka tidak normal.
(3) Tonus otot, dengan batas normal adalah dapat bergerak
normal dan aktif.
(4) Periksa suhu dengan menggunakan termometer
aksila.Suhu normal adalah 36,5˚C – 37,2˚C. Apabila <
36,5˚C hipotermi dan apabila > 37,2˚C hipotermi.
b) Menurut Hidayat (2008), pemeriksaan fisik secara sistematis.
Pemeriksan ini dilakukan secara sistematis yang dimulai dari
kepala sampai kaki (head to toe) Pemeriksaan fisik sistematis
:
(1) Kepala : Ada/tidak caput atau chepal hematom
http://repository.unimus.ac.id
31
(2) Muka : Simetris/tidak simetris nampakkekuningan
(3) Mata : Sklera dan conjungtiva normal, tampak
kekuningan
(4) Telinga : Simetris atau tidak bagian kanan / kiri
(5) Mulut : Ada atau tidak ada labiopalatoskizis
(6) Hidung : Ada atau tidak ada polip,
nampak Kekuningan
(7) Leher : Ada atau tidak ada pembesaran
kelenjar,nampak kekuningan
(8) Dada : Simetris atau tidak bagian kanan kiri
(9) Perut : Kembung atau tidak kembung
(10) Tali pusat: Terbungkus kassa steril atau tidak
(11) Punggung : Ada spina bifida atau tidak, nampak
kekuningan
(12) Ekstremitas : Lengkap atau tidak, nampak kekuningan
(13) Genetalia : Laki-laki : Testis sudah turun atau belum
(14) Perempuan : Labia mayor sudah menutupi labia minor
atau belum
c) Pemeriksaan Reflek
Menurut Rukiyah dan Yulianti, (2013) pemeriksaan
reflek pada bayi ikterus adalah :
http://repository.unimus.ac.id
32
(1) Reflek grasping
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat
pemeriksa meletakkan jari telunjuk pada telapak
tangannya, tetapi pada bayi dengan ikterus tidak bisa
menggenggam dengan kuat.
(2) Reflek Menghisap atau reflek suching
Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk
menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya, tetapi
pada bayi dengan ikterus reflek menghisapnya lemah
sehingga tidak bisa minum ASI dengan baik.
( 3) Reflek mencari atau Rooting
Kalau pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi
yang disentuh untuk mencari puting susu, tetapi pada bayi
ikterus reflek rootingnya lemah.
d) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Dewi, (2010) pemeriksaan antopometri :
(1) Lingkar Kepala : Pada bayi normal antara 33-35 cm
(2) Lingkar dada : Pada bayi normal antar 30-38 cm
(3) Berat badan : Berat badan bayi normal antara 2500 - 4000
gram
(4) Panjang badan : Pada bayi normal antara 48-52 cm
e) Pemeriksaan Eliminasi
http://repository.unimus.ac.id
33
Pada pemeriksaan ini yang dikaji antara lain “ Eliminasi,
urine, dan mekonium terutama pada 24 jam pertama. Baik
frekuensi, warna, dan kondisi eliminasinya. Pada keadaan
normal urine dan mekonium sudah keluar pada 24 jam
pertama (Rukiyah dan Yulianti, 2008).
f) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
antar lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar
bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007). Nilai kadar
bilirubin darah pada bayi ikterus derajat III adalah > 11 mg%
( Dewi, 2010).
b. Langkah kedua: Interpretasi Data
Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar terhadap
masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup kebidanan (Varney, 2007)
Diagnosa : By. Ny.X umur jam dengan ikterus fisiologis
Data Dasar
Data Subyektif :
http://repository.unimus.ac.id
34
a) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal.......
b) Ibu mengatakan ini anak yang ke.......
c) Ibu mengatakan belum bisa minum dengan baik
DataObyektif :
a) Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital pada
bayi meliputu nadi, respirasi dan suhu
b) Pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan : kepala, dada,
paha sampai umbilikus, berwarna kuning (Winkjosastro,
2007)
c) Pemeriksaan reflek lemah yang terdiri dari reflek morro,
reflek sucking, reflek rooting.
d) Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hb, golongan darah
serta kadar bilirubin dalam darah (Prawiroharjo, 2005).
Pada ikterus derajat III kadar bilirubin > 11 mg/dl (Dewi,
2010).
2) Masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan pasien
yang ditemukan dari hasil pengkajian dan diagnosa (Varney,
2007). Masalah yang sering dijumpai pada bayi ikterus adalah
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (Suriadi & Yuliani, 2006).
3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi
http://repository.unimus.ac.id
35
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan
analisis data (Varney, 2007). Kebutuhan-kebutuhan yang harus
diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah oksigen
sesuai terapi, pemberian terapi yang cukup, mengobservasi
keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan
sekitar tetap nyaman dan hangat (Marmi dan Rahardjo, 2012).
c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan
gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu
pasien untuk mengatasi dan mencegah (Varney, 2007). Masalah
potensial pada bayi baru lahir dengan ikterus akan muncul apabila
kadar bilirubin semakin meningkat yang akan menyebabkan
potensial terjadi gangguan pemenuhan cairan, potensial terjadi
infeksi, potensial terjadi kern ikterus (Marmi dan Rahardjo, 2012).
d. Langkah keempat : Antisipasi
Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa
potensial tidak terjadi (Varney, 2007). Antisipasi menuru
Prawiroharjo, (2006) untuk tanda ikterus derajat II pada kasus ini
antara lain :
1. Penurunan kadar bilirubin dengan cara
mempercepat metabolism dan pengeluaran bilirubin dengan
pemberian agar-agar, early feeding, pemberian fenobarbital
http://repository.unimus.ac.id
36
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. Kolaborasi dengan dokter anak
e. Langkah lima : Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi (Varney, 2007).
Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan ikterus yaitu :
1. Observasi keadaan umum dan tanda vital
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
3. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
memeberikan terapi selanjutnya
f. Langkah enam : Pelaksanaan
Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney,
2007).
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk melakukan terapi
g. Langkah tujuh : Evaluasi
Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terpenuhi, kadar bilirubin
atau derajat ikterus menurun, bayi tidak kesulitan dalam menyusu
http://repository.unimus.ac.id
37
(Varney, 2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang
diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
cairan terpenuhi, bilirubin turun dan berat badan bayi naik. Di dalam
memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen
Varney, sebagai catatan perkembangan dillakukan asuhan kebidanan
SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney, (2007) sistem
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP.
E. TEORI KEWENANGAN
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan
kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi
mendukung program pemerintah untuk pembangunan dalam negara, salah
satunya dalam aspek kesehatan. Maka diperlukan adanya Peraturan ataupun
Undang-Undang Kesehatan yang memuat Registrasi dan Praktik Bidan
dalam penyelenggaraan Praktik Bidan seperti yang diatur dalam
PERMENKES RI NO 04 / TAHUN 2019
Pada Permenkes no.04 tahun 2019 BAB VI Praktik kebidanan bagian
kedua tentang tugas dan wewenang Pasal 46 bidan harus sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya:
1) Pelayanan kesehatan ibu
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal
http://repository.unimus.ac.id
38
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ,ibu
hamil,bersalin,nifas dan rujukan;dan
f. melakukan deteksi dini kasus resiko dan komplikasi pada masa
kehamilan,masa persalinan,pasca persalinan,masa nifas,serta
asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan
2) Pelayanan kesehatan anak
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir,bayi,balita, dan
anak prasekolah
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi,balita,dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,gangguan tumbuh
kembang,dan rujukan;dan
d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir dilanjutkan dengan rujuka
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Bidan berwenang melakukan komunikasi,informasi,edukasi,konseling
dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan
http://repository.unimus.ac.id
39
4) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan/ atau
Pelimpahan secara mandat
- Dokter kepada bidan sesuai dengan kompetensinya
- Harus dilakukan secara tertulis
- Dengan tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan wewenang
-Harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala
a. Pelimpahan secara delegatif
- Diberikan oleh Pemerintah pusat atau Pemerintah daerah kerpada
Bidan
- Diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam
rangka Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Pelimpahan tanggung jawab; atau progra pemerintah
5) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
a. Dalam keadaan kegawatdaruratan untuk pemberian pertolongan
pertama bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sesuai dengan kompetensinya
http://repository.unimus.ac.id
40
b. Pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien
c. Dan ditetapkan oleh bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya
d. Dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan
http://repository.unimus.ac.id
41
DATA PERKEMBANGAN
NO ASUHAN
KEBIDANAN
DATA HARI I DATA PERKEMBANGAN I DATA PERKEMBANGAN II
Hari/Tanggal :Minggu/03-03-2019
Jam : 09.00 WIB
Hari/Tanggal : Senin/04-03-2019
Jam : 08.00 WIB
Hari/Tanggal : Selasa/05-03-2019
Jam : 08.00 WIB
1. Subjektif 1) Ibu mengatakan anaknya
lahir pada tanggal 28
Februari 2019 pukul
07.00WIB
2) Ibu mengatakan anaknya
berjenis kelamin perempuan
3) Ibu mengatakan kulit bayinya
berwarna kuning pada muka
,leher dan dada
1. Ibu mengatakan cemas
dengan keadaan bayinya
2. Ibu mengatakan bayinya
masih dirawat di dalam infant
warmer
3. Ibu mengatakan bayinya
belum lancar minumASI
4. Ibu mengatakan ASI keluar
dengan cara di perah
1. Ibu mengatakan bayinya
masih dirawat di dalam
infant warmer
2. Ibu mengatakan bayinya
belum lancar minumASI
3. Ibu mengatakan ASI keluar
dengan cara di perah
http://repository.unimus.ac.id
42
4) Ibu mengatakan bayinya
belum lancar minum ASI
2. Objektif 1) Keadaan umum : lemah
2) APGAR Score : 7-8-9
3) Antropometri :
Beratbadan :2700gram
Panjangbadan : 47cm
Lingkarkepala : 33cm
LingkarDada : 30cm
4) Reflek Sucking : lemah
5) Kepala leher, dan dada
kekuningan
1. Keadaan umum bayi: Baik
2. Kesadaran
:Composmentis
3. Vital sign
Nadi :142x/m.
RR : 58x/m
Suhu : 37 °C
BeratBadan : 2700 gram
4. Reflek menghisap :bayi
kuat
1. Keadaan umum bayi: Baik
2. Kesadaran: Composmentis
3. Vital sign
Nadi :142x/menit
Respirasi : 58x/menit
Suhu : 37˚C
BeratBadan : 2700gram
4. Reflek menghisap bayi kuat
5. Muka normal,tidak ada
ikterik
http://repository.unimus.ac.id
43
6) Hasil pemeriksaan
Laboratorium :
Haemoglobin
1gr%,Hematokrit 50,2
%,Golongan darah A
7). Pemeriksaan Umum
a Keadaan Umum : lemah
b Kesadaran composmentis
c TTV
Suhu : 36,7 °C
Nadi :138x/menit
Respirasi :43x/menit
d Berat badan :2700 gram
5. Muka
:berwarna kuning
6. Bayi sudah BAB 4 kali warna
coklat, konsistensi lunak dan
BAK 7 kali warna jernih
7. Hasil pemeriksaan Laboratorium
Bilirubin direct 3,06mg%
Bilirubin Indirect 8,12mg%
Billirubin Total 11,18mg%
6. Bayi sudah BAB 4 kali
warna coklat, konsistensi
lunak dan BAK 7 kali
warna jernih
http://repository.unimus.ac.id
44
3. Analisa Bayi Ny.F jenis kelamin perempuan
umur 3 hari dengan ikterus
Fisiologis derajat II hari ke 2
DS
1.Ibu mengatakan anaknya lahir
pada tanggal 28 Februari 2019
pukul 07.00 WIB
2.Ibu mengatakan anaknya berjenis
kelamin perempuan
3.Ibu mengatakan kulit bayinya
berwarna kuning pada muka dan
dada
4.Ibu mengatakan bayinya belum
lancar minum ASI
Bayi Ny.F jenis kelamin perempuan
umur 4 hari dengan ikterus
Fisiologis derajat I hari ke 3
DS
1.Ibu mengatakan cemas dengan
keadaan bayinya
2.Ibu mengatakan bayinya masih
dirawat di dalam infant warmer
3.Ibu mengatakan bayinya belum
lancar minumASI
4.Ibu mengatakan ASI keluar
dengan cara di perah
DO
1.Keadaan umum : Baik
Bayi Ny.F jenis kelamin
perempuan umur 5 hari dengan
Bayi baru Lahir normal
DS
1. Ibu mengatakan bayinya masih
dirawat di dalam infant
warmer
2. Ibu mengatakan bayinya
belum lancar minumASI
3. Ibu mengatakan ASI keluar
dengan cara di perah
DO
1.Keadaan umum : Baik
2.Kesadaran
http://repository.unimus.ac.id
45
DO
1.Keadaan umum : lemah
2.APGAR Score : 7-8-9
3.Antropometri :
Berat badan :2700 gram
Panjangbadan : 47cm
Lingkarkepala : 33cm
LingkarDada : 30cm
4.Reflek Sucking : lemah
5.Kepala, leher, dan dada
kekuningan
6.Hasil pemeriksaan Laboratorium :
Haemoglobin 16 g%, Hematokrit
50,2 % Golongan darah A
2.Kesadaran :Composmentis
3.Vital sign
Nadi :142x/m.
RR : 58x/m
Suhu : 37 °C
4.BeratBadan : 2700 gram
5.Reflek menghisap :bayi kuat
6.Muka berwarna kuning
7.Bayi sudah BAB 4 kali warna
coklat,konsistensi lunak dan BAK
7 kali warna jernih
8. Hasil pemeriksaan Laboratorium
Bilirubin direct 3,06mg%
Bilirubin Indirect 8,12mg%
:Composmentis
3.Vital sign
Nadi :142x/menit
Respirasi : 58x/menit
Suhu : 37˚C
4.BeratBadan : 2700gram
5.Reflek menghisap bayi kuat
6.Muka normal,tidak ada ikterik
7. Bayi sudah BAB 4 kali warna
coklat konsistensi lunak dan BAK
7 kali warna jernih
DO
http://repository.unimus.ac.id
46
7. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : lemah
b. Kesadaran: composmentis
c. TTV
Suhu : 36,7 °C
Nadi :138x/menit
Respirasi :43x/menit
d. Berat badan :2700 gram
Billirubin Total 11,18mg%
4. Planing Tanggal 3 Maret 2019
jam 09.05 WIB 1.
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi dengan menyusui ASI
secara on demand
Tanggal 4 Maret 2019
jam 08.05 WIB
1.Mengobservasi suhu bayi
pastikan suhunya 36,˚C - 37˚C
Tanggal 5 Maret 2019
jam 08.05 WIB
1. Mengobservasi suhu bayi
pastikan suhunya 36,˚C - 37˚C
http://repository.unimus.ac.id
47
-Memberikan ASI kepada bayinya
setiap saat dia mau
Evaluasi
.Bayi sudah minum ASI secara on
demand
2.Memantau suhu bayi
-Menempatkan termometer pada
ketiak bayi,karena cara ini
diyakini paling akurat untuk
mengukur suhu
Evaluasi.
Suhu bayi 36,5˚C
-Menempatkan termometer pada
ketiak bayi,karena cara ini
diyakini Paling akurat untuk
mengukur suhu
Evaluasi.
Suhu bayi 36,6 ˚C
2.Memantau keadaan ikterus bayi
dengan cara melihat warna kuning
pada kulit bayi
-Cara melihat keadaan ikterus
bayi dengan menggunakan rumus
KRAMER yaitu melihat luasnya
ikterus
- Derajat 1 daerah kepala dan
-Menempatkan termometer pada
ketiak bayi,karena cara ini
diyakini paling akurat untuk
mengukur suhu
Evaluasi.
Suhu bayi 36,6 ˚C
2. Memantau keadaan ikterus
bayi dengan cara melihat warna
kuning pada kulit bayi
- Cara melihat keadaan ikterus
bayi dengan menggunakan
rumus KRAMER yaitu melihat
luasnya ikterus
http://repository.unimus.ac.id
48
3.Memantau keadaan ikterus bayi
dengan cara melihat warna kuning
kulit pada bayi
-Cara melihat keadaan ikterus
bayi dengan menggunakan rumus
KRAMER
yaitu melihat luasnya ikterus
-Derajat 1 daerah kepala dan
leher kadar bilirubin 5mg%
.-Derajat II daerah 1 dan badan
bagian atas kadar bilirubin 9mg%
-Derajat III daerah 1,2 dan badan
bagian bawah tungkai,kadar
bilirubin 11gr%
leher kadar bilirubin 5mg%
-Derajat II daerah 1 dan badan
bagian atas kadar bilirubin 9mg%
-Derajat III daerah 1,2 dan badan
bagian bawah tungkai,kadar
bilirubin 11gr%
-Derajat IV daerah 1,2,3 dan
lengan, kaki dibawah
dengkul,kadar bilirubin 12 mg%
-Derajat V daerah 1,2,3,4,dan
tangan, kaki,kadar bilirubin
16 mg%
Evaluasi.
Keadaan ikterus nampak pada
-Derajat 1 daerah kepala dan
Leher, kadar bilirubin 5mg%
-Derajat II daerah 1 dan badan
bagian atas kadar bilirubin
9mg%
-Derajat III daerah 1,2 dan badan
bagian bawah tungkai,kadar
bilirubin 11gr%
-Derajat IV daerah 1,2,3 dan
lengan, kaki dibawah
dengkul,kadar bilirubin 12 mg%
-Derajat V daerah 1,2,3,4,dan
tangan, kaki,kadar bilirubin
16 mg%
http://repository.unimus.ac.id
49
-Derajat IV daerah 1,2,3 dan
lengan,kaki dibawah dengkul,
kadar bilirubin 12 mg%,
-Derajat V daerah 1,2,3,4,dan
tangan,kaki, kadar bilirubin
16 mg%
Evaluasi
Keadaan ikterus nampak pada
muka, leher,dan dada
4. Menjaga lingkungan bayi agar
tetap nyaman dan hangat dengan
cara menggendong metode
kangguru serta memberi selimut
muka
3.Memberikan nutrisi yang
adekuat yaitu menyusui ASI
secara on Demand
- Memberikan ASI kepada
bayinya setiap saat bayi mau
Evaluasi.
ASI sudah diberikan secara on
demand
Evaluasi
Ikterus tidak ada,
3. Memberikan nutrisi yang
adekuat yaitu ASI diberikan
secara on demand
-Memberikan ASI setiap saat
bayi mau
Evaluasi
ASI sudah diberikan secara
on demand.
4.Memperbolehkan pasien pulang
-Melakukan pemeriksaan pada
bayi data subyektif dan data
obyektif hasil semua normal
http://repository.unimus.ac.id
50
bayi Menggendong metode
kangguru
-Memastikan gendongan ketat
tetapi bayi nyaman
-Sebaiknya bayi menghadap
kedada ibu ibu sehingga bayi
merasakan detak jantung ibu dan
merasa nyaman
-Sebaiknya dapat menyangga
punggung dengan baik dan aman
Serta menghindari kemungkinan
terjungkal
-Kaki bayi disarankan berbentuk
M saat di gendong untuk menjaga
kolaborasi dengan dokter jaga,
pasien di perbolehkan pulang
Evaluasi.
Pasien Pasien pulang
5.Memberikan KIE tentang asi
Eksklusi eksklusif dan gizi seimbang
- Manfaat ASI eksklusif:
Membentuk kekebalan pada
tubuh bayi,
,memberikan nutrisi lengkap
pada bayi,
menjaga bayi berat badannya
normal
http://repository.unimus.ac.id
51
sendi pinggul bayi
Evaluasi
Lingkungan disekitar bayi bersih
dan hangat
5..Menjaga personal hygiene bayi
dengan cara mengganti popok
setiap BAB dan BAK
Supaya personal hygiene bayi
terjaga
-Melakukan kebersihan sekitar
tempat tidur bayi dengan
membersihkan dan merapikan
,mengganti popok setiap kali
meningkatkan kecerdasan bayi,
memperkuat tulang bayi,
menghemat biaya -
Gizi seimbang:
meliputi air putih 8 gelas,
sumber protein 2-4 porsi,
sayur 3-4 porsi,
buah 2-3 porsi,
sumber karbohidrat 3-4 porsi,
gula 4 sdm,
garam 1 sdt,
minyak 5 sdm
giEvalua Evaluasi.
Ibu mengerti tentang ASI
http://repository.unimus.ac.id
52
basah baik karena ,BAB,BAK dan
air
Evaluasi.
Tempatn tidur sudah dibersihkan
dan dirapikan popok yang basah
sudah diganti, personal hygiene
bayi terjaga
6. Mengobservasi BAK dan BAB
setiap 4 jam
-Mengobservasi BAB dengan
cara melihat frekuensi ,warna,
konsistensi dan bau,sedangkan
untuk melihat BAK dengan cara
melihat frekuensi dan warna
eksklusif,dan gizi seimbang
6.Menganjurkan ibu untuk
Mengon mengontrolkan anaknya bila ada
keluhan bayinya keadaan umum
lemah, tubuhnya bertambah
kuning,suhu badan tinggi,
respirasi cepat/lambat,nadi
cepat /lambat,malas minum
,BAB dan BAK tidak normal
Evaluasi
Ibu bersedia mengontrolkan
anaknya bila ada keluhan seperti
diatas
http://repository.unimus.ac.id
53
Evaluasi.
Bayi sudah bisa BAK dan BAB
http://repository.unimus.ac.id