bab ii tinjauan teori a. teori medis - unimus

47
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS 1. Ikterus Neonatorum a. Pengertian Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem billiary, atau sistem hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan billirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated) (Rukiyah dan Yulianti, 2013).Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat http://repository.unimus.ac.id

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS

1. Ikterus Neonatorum

a. Pengertian

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat

penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam

darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya

gangguan fungsional dari hepar, sistem billiary, atau sistem

hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan billirubin

indirek (unconjugated) dan direk (conjugated) (Rukiyah dan

Yulianti, 2013).Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis

‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit,

sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi

kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya

dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama

pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar

bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada

konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis

berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang

disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama

kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

8

pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan

(preterm) (Winkjosastro, 2007).

b. Penyebab

Menurut Suriadi dan Yulianti ( 2010 ) penyebab ikterus pada

neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktor:

1) Produksi yang berlebihan

a) Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai

b) Hematoma, memar

c) Spheratisosis kongental

d) Enzim G6PD rendah

2) Gangguan konjugasi hepar

Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)

3) Gangguan transportasi

a) Albumin rendah

b) Ikatan kompetitif dengan albumin

c) Kemampuan mengikat albumin rendah

4) Gangguan ekresi

a) Obstruksi saluran empedu

b) Obstruksi usus

c) Obstruksi pre hepatik

Menurut Dewi (2010), ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu sebagai berikut :

1) Prahepatik (Ikterus hemolitik)

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

9

Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang

meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus

hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, di antaranya adalah infeksi, kelainan sel darah

merah, dan toksin dari luar tubuh itu sendiri.

2) Pascahepatik (Obstruktif)

Adanya obstruksi pada saluran empedu yang menyebabkan

bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan

masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam

ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu, sebagian

lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna

kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi

saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin ke dalam

saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna

putih keabu-abuan, dan seperti dempul.

3) Hepatoseluler (Ikterus Hepatik)

Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati

mengalami kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu

proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat

dalam aliran darah. Bilirubin direct mudah diekskresikan oleh

ginjal karena sifatnya yang mudah larut dalam air, namun

sebagian masih tertimbun dalam aliran darah.

c. Tanda Klinis Ikterus

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

10

Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), tanda klinis ikterus meliputi

1)Sklera, puncak hidung, mulut, dada, perut dan ekstremitas

berwarna kuning

2) LetargI

3) Kemampuan menghisap menurun

4) Kejang

1. Jenis Ikterus

1) Fisiologis

Ikterus Fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi

baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak

berpotensi menjadi kern ikterus.

Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tanda berikut :

a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi baru lahir.

b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% per hari.

c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5

mg% per hari.

d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.

e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan patologis.

2) Patologis

Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis

dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

11

hiperbilirubinia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala

sebagai berikut :

a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.

b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus kurang

bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

c) Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.

d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.

e) Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.

f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik

2. Patofisiologi

Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus

dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari

degedrasi hemoglobin darah dan sebagian lagi berasal dari hem

bebas atau dari proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan

bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan

biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami

reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini

sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena mempunyai

sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran

biologic seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas

tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke

hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin

terikat dengan oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

12

sel hati. Segera setelah ada didalam sel hati, terjadi persenyawaan

dengan ligandin (protein-Y), protein-Z, dan glutation hati lain yang

membawanya ke reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya

proses konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil

transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk.

Jenis bilirubin ini larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat

diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang

terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam

saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan

keluar dari tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi

kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses arbsorbsi

enterohepatik. Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan

kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini

terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus.

Proses tersebut anatara lain karena tingginya kadar eritrosit

neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari), dan

belum matangnya fungsi hepar. Peningkatan kadar bilirubin tubuh

dapat terjadi dalam beberapa keadaan. Kejadian tersering adalah

apabila terdapat pertambahan beban bilirubin pada sel hepar yang

berlebihan. Hal ini ditemukan bila terdapat peningkatan

penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit

bayi/janin, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau

terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.Gangguan ambilan

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

13

bilirubin plasma juga dapat menimbulakan peningkatan kadar

bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y

berkurang atau pada keadaan protein-Y dan protein-Z oleh anion

lain, misalkan pada bayi dengn asidosis atau anoksia/hipoksia.

Keadaan lain yang dapat memperlihatkan peningkatan kadar

bilirubuin adalah apabila ditemukan konjugasi hepar (defisiensi

enzim glukoronil transferase) atau bayi menderita gangguan

ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan

saluran empedu ekstra/intrahepatik (Rukiyah dan Yulianti, 2010)

3. Penilaian Ikteus

Penilaian ikterus secara klinis

Tabel 3.1 Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER

No Luas Ikterus Kadar bilirubin (mg%)

1 Kepala dan leher 5

2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9

3 Daerah 1,2,+, dan badan bagian bawah

dan tungkai

11

4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di

bawah dengkul

12

5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16

( Sumber Dewi, 2010 )

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

14

Gambar 2.1. Derajat dan daerah Ikterus

( Sumber : Dewi ,2010)

4. Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek

pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus

subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar

ventrikulus ke IV.

Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang,

tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnya

opistotonus.

Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme

otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot.

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

15

Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan

retardasi mental.

5. Diagnosa

Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat

membantu dalam menegakkan hiperbilirubinia pada bayi. Termasuk

anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi

tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Di samping itu faktor

resiko kehamilan dan persalinan juga berperan diagnosis dini

ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor resiko itu antara lain

adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan ibu

selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat

janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain. Secara

klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah

beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan peninggian billirubin

indirek, kulit dapat berwarna kuning terang sampai jingga,

sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu

warna kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit

dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri. Tanpa

mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus,

hiperbilirubinia yang cukup berarti memerlukan penilaian

diagnostic lengkap, yang mencakup penentuan fraksi bilirubin

langsung (direk) dan tidak langsung (indirek) hemoglobin, hitung

leukosit, golongan darah, tes Coombs dan pemeriksaan apusan darah

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

16

tepi. Bilirubin indirek, retikulositosis dan sediaan apusan

memperlihatkan petunjuk adanya hemolisis akibat non imunologiik.

Jika terdapat hiperbilirubenia direk, adanya hepatitis, fibrosis kistis

dan sepsis. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan bilirubin indirek

fisiologis atau patologis. Ikterus fisiologis. Dalam keadaan normal,

kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl dan

akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam;

dengan demikian ikterus dapat terlihat pada hari ke 2-3, biasanya

mencapai puncak antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl

selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah 2 mg/dl antar

hari ke 5-7 kehidupan. Ikterus patologis. Makna hiperbilirubinemia

terletak pada insiden kern ikterus yang tinggi, berhubungan dengan

kadar bilirubin serum yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm.

Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan memperlihatkan

kern ikterus pada kadar yang lebih rendah (10-15 mg/dl). (Rukiyah

dan Yulianti, 2013).

6. Cara Pencegahan Ikterus

1) Pencegahan Primer

a) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 –

12 kali/ hari untuk beberapa hari pertama.

b) Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau

air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami

dehidrasi.

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

17

2) Pencegahan Sekunder

a) Wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus

serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak

biasa.

b) Memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap

timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian

ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda (Marmi dan

Rahardjo ,2012),.

7. Penanganan

1) Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat

bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada

kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus

sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat,

dapat dilakukan beberapa cara berikut:

- Minum ASI dini dan sering

- Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO

- Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan

pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila

tampak kuning).

- Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat

digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada

bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya.

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

18

Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak

praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

2) Ikterus Patologis

(a) Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian

fenobarbital. Obat ini bekerja sebagai “enzyme inducer”

sehingga konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan dengan

cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam

baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti. Mungkin lebih

bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum

melahirkan bayi.

(b) Memberikan substrat yang kurang toksik untuk transportasi

atau konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk

mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti

dengan plasma dengan dosis 15-20 mg/kgBB. Albumin

biasanya diberikan sebelum transfusi tukar dikerjakan oleh

karena albumin akan mempercepat keluarnya bilirubin dari

ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin yang diikatnya

lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar. Pemberian

glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.

(c) Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi.

Walaupun fototerapi dapat menurunkan kadar bilirubin

dengan cepat, cara ini tidak dapat menggantikan transfusi

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

19

tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat

digunakan untuk pra dan pasca transfusi tukar.

(d) Indikasi terapi sinar adalah:

i) bayi kurang bulan atau bayi berat lahir rendah dengan

kadar bilirubin >10mg/dL.

ii) bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin >15 mg/dL.

iii) Lama terapi sinar adalah selama 24 jam terus-menerus,

istirahat 12 jam, bila perlu dapat diberikan dosis kedua

selama 24 jam.

(e) Transfusi tukar pada umumnya dilakukan dengan indikasi

sebagai berikut:

i) Kadar bilirubin tidak langsung >20mg/dL

ii) Kadar bilirubin tali pusat >4mg/dL dan Hb <10mg/dL

iii) Peningkatan bilirubin >1mg/Dl

(f) Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO):

i) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai

ikterus berat

ii) Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut:

berat lahir <2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37

minggu, hemolisis atau sepsis

iii) Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum

dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan

lakukan tes Coombs:

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

20

iv) Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya

terapi sinar, hentikan terapi sinar.

v) Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai

dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar

vi) Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan

merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat

defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD

bila memungkinkan.

Tabel 3.2 Penatalaksanaan Ikterus Menurut Waktu Timbulnya dan

Kadar Bilirubin

Bilirubin <24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam

serum <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500

(mg/dL)

<5 Tidak perlu terapi-observasi

5-9 Terapi sinar bila hemolisis

http://repository.unimus.ac.id

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

21

10-14 Transfusi tukar Terapi sinar

bila hemolisis

15-19 Transfusi tukar Terapi sinar

>20 Transfusi tukar

Sumber : Suraatmaja dan Soetjiningsih (2010) dalam : Pedoman

Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah,

Denpasar, cetakan IV

2. Bayi Baru Lahir

a. Penegrtian

Bayi yang lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran

serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra

uterin ke kehidupan ekstra uterin (Dewi, 2010).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram (Marmi & Rahardjo, 2012).

b. Klasifikasi

Menurut Winkjosastro (2005), klasifikasi bayi baru lahir menurut

gestasi, yaitu :

2) Preterm : kurang dari 37 minggu ( kurang 259 hari )

3) Term : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42

minggu lengkap (259-293 hari).

http://repository.unimus.ac.id

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

22

4) Post Term : 42 minggu lengkap atau 42 minggu lebih (293 hari).

c. Komplikasi

1) Asfikia

Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat

memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam

arang dari dalam tubuhnya (Dewi, 2010).

2) BBLR

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir yang berat

lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai

dengan 2449 gram. (Prawirohardjo, Sarwono, 2006)

3) Tetanus Neonatorum

Penyakit yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang

disebabkan oleh clostridium tetani, kuman yang mengeluarkan

toksin yang menyerang sistem syaraf pusat (Sudarti, 2014).

4) Ikterus

Ikterus adalah perubahan warna kuning kulit yang sering

ditemukan pada bayi baru lahir (Paullette, 2007).

5) Meningitis

Merupakan peradangan pada daerah meningen , meningitis

terdiri atas meningitis tuberkolusis yang disebabkan oleh bakteri

dan meningitis virus atau disebut non purullen meningitis

http://repository.unimus.ac.id

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

23

(aseptik meningitis), yaitu meningitis yang disebabkan oleh

virus (Hidayat, 2008).

6) Diare

Pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga

didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan

berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar,

sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali

buang air besar (Dewi, 2010).

7) Malnutrisi Energi Protein (MEP)

Malnutrisi adalah kekurangan gizi akibat jumlah kandungan

mikro atau makronutriens yang tidak mencukupi (Rukiyah dan

Yulianti, 2013)

http://repository.unimus.ac.id

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

24

B. PATOFISIOLOGIS IKTERUS

Bagan 1.1. Patofisiologis Ikterus

(Sumber: Modifikasi Rukiyah dan Yulianti, 2010)

ERITROSIT

HEMOGLOBIN

HEM GLOBIN

BESI/FE BILIRUBIN INDIREK

(tidak larut dalam air

BILIRUBIN BERIKATAN

DENGAN ALBUMIN

BILIRUBIN BERKAITAN DENGAN

GULA RESIDU / BILIRUBIN DIREK

( larut dalam air )

BILIRUBIN DIREK DIEKSKRESI

KE KANDUNG EMPEDU

KANDUNG EMPEDU KE

DUEDENUM

BILIRUBIN DIREK DIEKSKRESI

MELALUI URINE DAN FECES

MELALUI HATI

Terjadi pada

Limpha Makofag

Terjadi dalam

plasma darah

Hati

Melalui Duktus

Biliaris

http://repository.unimus.ac.id

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

25

C. PATHWAY IKTERUS

Bagan 1.2..Pathway Ikterus

( Sumber : Modifikasi Suraatmaja dan Soetjiningsih 2010)

IKTERUS

PATHOLOGIS

1. Timbul dalam 24 jam pertama

2. Kadar Bilirubin indirect

>12,5mg%

3. .Menatap dalam 2 minggu

4. Kadar bilirubin direct >1mg%

5. Ada hubungan dengan proses

hemolitik

FISIOLOGIS

1. Timbul mulai hari ke2

2. Bilirubin indirect tidak > dari

10mg% per hari

3. Bilirubin direct tidak > 1mg

4. Menghilang popada 10 hari

pertama

FISIOLGIS

1. Bayi sehat tanpa resiko tidak

diterapi, minum ASI dini dan

sering

2. Terapi awal sinar sesuai WHO

3. Bayi pulang < 48 jam segera

periksa ulang jika kuning

PENANGANAN

PATOLOGIS

1. Pemberian Fenobarbital

2. Pemberian Albumin

3. Transfusi tukar

4. Fototerapi

Ikterus

Fisiologis Ikterus

Patologis

Perawatan BBL

Normal

Bilirubin serum

dibawah nilai yang

dibutuhkan

Bilirubin serum lebih

dari nilai yang

dibutuhkan

Hentikan

Fototerapi Periksa faktor Rhesu & gol ABO

Riwayat defisiensi G6PD di

keluarga

http://repository.unimus.ac.id

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

26

D. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan menggunakan

langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan

pengorganisasian, pemikiran serta langkah- langkah dalam suatu urutan

yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan (Varney,

2007).

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang akan dilakukan, studi kasus

ini penulis menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney karena

metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga

memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.

2. Langkah- langkah

Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir varney karena metode dan

pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam

pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses menurut Hellen

Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulan data dasar dan berakhir

dengan evaluasi.

Ketujuh langkah menurut Varney (2007) tersebut adalah sebagai berikut

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

http://repository.unimus.ac.id

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

27

tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Varney,

2007). Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan

obyektif adalah sebagai berikut :

1) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut

dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui

suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005)

a) Identitas Pasien

Menurut Nursalam (2005), identitas pasien meliputi :

(1) Nama :Untuk mengetahui nama bayi.

(2) Umur :Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya

disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan. Pada

kasus ikterus derajat III ini terjadi pada bayi berumur 24

jam pertama (Dewi, 2010).

(3) Jenis Kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi

laki-laki atau perempuan.

(4) Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal orang tua

pasien.

(5) Nama Orang Tua: Untuk mengetahui nama orang tua bayi

sebagai penanggung jawab.

http://repository.unimus.ac.id

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

28

(6) Umur Orang Tua : Untuk mengetahui berapa umur orang

tua. Dikaji untuk mengetahui adanya faktor resiko

persalinanan

(7) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan orang tua yang

berhubungan dengan pemberian dukungan spiritual sesuai

kepercayaan.

(8) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual yang

berhubungan dengan intelektual orang tua yang

berhubungan dengan pemberian KIE.

(9) Pekerjaan :Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

orang tua berhubungan dengan kemampuan dalam

mencukupi kebutuhan nutrisi.

a) Anamnesa

(1) Keluhan utama waktu masuk Adalah proses pengkajian

kondisi pasien pada saat datang yaitu dengan keluhan

setelah bayi lahir bayinya terlihat kuning, sulit menghisap,

sehingga timbul kecemasan pada orang tuanya

(2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah

pada keadaan saat ini ibu hamil menderita sakit flu, batuk,

dan demam.

(3) Riwayat Kesehatan Lalu

http://repository.unimus.ac.id

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

29

(4) Riwayat Prenatal (Kehamilan)

Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan.

Pengkajian ini meliputi : hamil ke berapa, umur

kehamilan, ANC, HPL, dan HPHT (Prawirohardjo, 2007).

Kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan

selama kehamilan/persalinan, kehamilan dengan diabetes

mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi

intranatal, dan lain-lain merupakan faktor resiko

terjadinya ikterus pada bayi (Rukiyah dan Yulianti, 2013).

(5) Riwayat Intranatal (Persalinan)

Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan

tanggal), penolong, tempat dan cara persalinan (spontan

atau tindakan) serta keadaan bayi saaat lahir

(Wiknjosastro, 2007).

(6) Riwayat post natal

Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas, adakah

komplikasi saat nifas atau tidak (Wiknjosastro, 2007).

(7) Riwayat Kesehatan Keluarga

(8) Riwayat Imunisasi

(9) Riwayat Sosial Ekonomi

2) Data Obyektif

obyektif adalah data yang diperoleh dari pengkajian dan

pemeriksaan fisik pasien guna menegakkan diagnosa. Menurut

http://repository.unimus.ac.id

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

30

Dewi, 2010 pemeriksaan bayi meliputi pemeriksaan sebagai

berikut:

a) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dinilai antara lain :

(1) Periksa laju nafas dengan melihat tarikan nafas pada dada

dan gunakan penunjuk waktu. Status pernapasan yang

baik adalah napas dengan laju normal 40-60 kali per

menit., tidak ada wheezing dan ronki. Apabila < 40 atau

> 60 dan ada wheezing, ronki maka tidak normal.

(2) Periksa laju jantung dengan menggunkan stetoskop dan

petunjuk waktu. Denyut jantung normal adalah 100 – 120

kali per menit dan tidak terdengar bunyi murmur. Apabila

denyut jantung < 100 atau > 120 dan terdengar bunyi

murmur maka tidak normal.

(3) Tonus otot, dengan batas normal adalah dapat bergerak

normal dan aktif.

(4) Periksa suhu dengan menggunakan termometer

aksila.Suhu normal adalah 36,5˚C – 37,2˚C. Apabila <

36,5˚C hipotermi dan apabila > 37,2˚C hipotermi.

b) Menurut Hidayat (2008), pemeriksaan fisik secara sistematis.

Pemeriksan ini dilakukan secara sistematis yang dimulai dari

kepala sampai kaki (head to toe) Pemeriksaan fisik sistematis

:

(1) Kepala : Ada/tidak caput atau chepal hematom

http://repository.unimus.ac.id

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

31

(2) Muka : Simetris/tidak simetris nampakkekuningan

(3) Mata : Sklera dan conjungtiva normal, tampak

kekuningan

(4) Telinga : Simetris atau tidak bagian kanan / kiri

(5) Mulut : Ada atau tidak ada labiopalatoskizis

(6) Hidung : Ada atau tidak ada polip,

nampak Kekuningan

(7) Leher : Ada atau tidak ada pembesaran

kelenjar,nampak kekuningan

(8) Dada : Simetris atau tidak bagian kanan kiri

(9) Perut : Kembung atau tidak kembung

(10) Tali pusat: Terbungkus kassa steril atau tidak

(11) Punggung : Ada spina bifida atau tidak, nampak

kekuningan

(12) Ekstremitas : Lengkap atau tidak, nampak kekuningan

(13) Genetalia : Laki-laki : Testis sudah turun atau belum

(14) Perempuan : Labia mayor sudah menutupi labia minor

atau belum

c) Pemeriksaan Reflek

Menurut Rukiyah dan Yulianti, (2013) pemeriksaan

reflek pada bayi ikterus adalah :

http://repository.unimus.ac.id

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

32

(1) Reflek grasping

Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat

pemeriksa meletakkan jari telunjuk pada telapak

tangannya, tetapi pada bayi dengan ikterus tidak bisa

menggenggam dengan kuat.

(2) Reflek Menghisap atau reflek suching

Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk

menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya, tetapi

pada bayi dengan ikterus reflek menghisapnya lemah

sehingga tidak bisa minum ASI dengan baik.

( 3) Reflek mencari atau Rooting

Kalau pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi

yang disentuh untuk mencari puting susu, tetapi pada bayi

ikterus reflek rootingnya lemah.

d) Pemeriksaan Antropometri

Menurut Dewi, (2010) pemeriksaan antopometri :

(1) Lingkar Kepala : Pada bayi normal antara 33-35 cm

(2) Lingkar dada : Pada bayi normal antar 30-38 cm

(3) Berat badan : Berat badan bayi normal antara 2500 - 4000

gram

(4) Panjang badan : Pada bayi normal antara 48-52 cm

e) Pemeriksaan Eliminasi

http://repository.unimus.ac.id

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

33

Pada pemeriksaan ini yang dikaji antara lain “ Eliminasi,

urine, dan mekonium terutama pada 24 jam pertama. Baik

frekuensi, warna, dan kondisi eliminasinya. Pada keadaan

normal urine dan mekonium sudah keluar pada 24 jam

pertama (Rukiyah dan Yulianti, 2008).

f) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium

antar lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar

bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007). Nilai kadar

bilirubin darah pada bayi ikterus derajat III adalah > 11 mg%

( Dewi, 2010).

b. Langkah kedua: Interpretasi Data

Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar terhadap

masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup kebidanan (Varney, 2007)

Diagnosa : By. Ny.X umur jam dengan ikterus fisiologis

Data Dasar

Data Subyektif :

http://repository.unimus.ac.id

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

34

a) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal.......

b) Ibu mengatakan ini anak yang ke.......

c) Ibu mengatakan belum bisa minum dengan baik

DataObyektif :

a) Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital pada

bayi meliputu nadi, respirasi dan suhu

b) Pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan : kepala, dada,

paha sampai umbilikus, berwarna kuning (Winkjosastro,

2007)

c) Pemeriksaan reflek lemah yang terdiri dari reflek morro,

reflek sucking, reflek rooting.

d) Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hb, golongan darah

serta kadar bilirubin dalam darah (Prawiroharjo, 2005).

Pada ikterus derajat III kadar bilirubin > 11 mg/dl (Dewi,

2010).

2) Masalah

Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan pasien

yang ditemukan dari hasil pengkajian dan diagnosa (Varney,

2007). Masalah yang sering dijumpai pada bayi ikterus adalah

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan kadar

bilirubin dalam darah (Suriadi & Yuliani, 2006).

3) Kebutuhan

Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi

http://repository.unimus.ac.id

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

35

dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan

analisis data (Varney, 2007). Kebutuhan-kebutuhan yang harus

diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah oksigen

sesuai terapi, pemberian terapi yang cukup, mengobservasi

keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan

sekitar tetap nyaman dan hangat (Marmi dan Rahardjo, 2012).

c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial

Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan

gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu

pasien untuk mengatasi dan mencegah (Varney, 2007). Masalah

potensial pada bayi baru lahir dengan ikterus akan muncul apabila

kadar bilirubin semakin meningkat yang akan menyebabkan

potensial terjadi gangguan pemenuhan cairan, potensial terjadi

infeksi, potensial terjadi kern ikterus (Marmi dan Rahardjo, 2012).

d. Langkah keempat : Antisipasi

Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa

potensial tidak terjadi (Varney, 2007). Antisipasi menuru

Prawiroharjo, (2006) untuk tanda ikterus derajat II pada kasus ini

antara lain :

1. Penurunan kadar bilirubin dengan cara

mempercepat metabolism dan pengeluaran bilirubin dengan

pemberian agar-agar, early feeding, pemberian fenobarbital

http://repository.unimus.ac.id

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

36

2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

3. Kolaborasi dengan dokter anak

e. Langkah lima : Perencanaan

Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi (Varney, 2007).

Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan asuhan kebidanan pada

bayi baru lahir dengan ikterus yaitu :

1. Observasi keadaan umum dan tanda vital

2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

3. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk

memeberikan terapi selanjutnya

f. Langkah enam : Pelaksanaan

Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu

dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney,

2007).

1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

3. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis

anak untuk melakukan terapi

g. Langkah tujuh : Evaluasi

Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terpenuhi, kadar bilirubin

atau derajat ikterus menurun, bayi tidak kesulitan dalam menyusu

http://repository.unimus.ac.id

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

37

(Varney, 2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang

diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

cairan terpenuhi, bilirubin turun dan berat badan bayi naik. Di dalam

memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen

Varney, sebagai catatan perkembangan dillakukan asuhan kebidanan

SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney, (2007) sistem

pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP.

E. TEORI KEWENANGAN

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan

kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi

mendukung program pemerintah untuk pembangunan dalam negara, salah

satunya dalam aspek kesehatan. Maka diperlukan adanya Peraturan ataupun

Undang-Undang Kesehatan yang memuat Registrasi dan Praktik Bidan

dalam penyelenggaraan Praktik Bidan seperti yang diatur dalam

PERMENKES RI NO 04 / TAHUN 2019

Pada Permenkes no.04 tahun 2019 BAB VI Praktik kebidanan bagian

kedua tentang tugas dan wewenang Pasal 46 bidan harus sesuai dengan

kompetensi dan kewenangannya:

1) Pelayanan kesehatan ibu

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil

b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal

c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan

menolong persalinan normal

http://repository.unimus.ac.id

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

38

d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas

e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ,ibu

hamil,bersalin,nifas dan rujukan;dan

f. melakukan deteksi dini kasus resiko dan komplikasi pada masa

kehamilan,masa persalinan,pasca persalinan,masa nifas,serta

asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan

2) Pelayanan kesehatan anak

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir,bayi,balita, dan

anak prasekolah

b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;

c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi,balita,dan anak

prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,gangguan tumbuh

kembang,dan rujukan;dan

d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru

lahir dilanjutkan dengan rujuka

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Bidan berwenang melakukan komunikasi,informasi,edukasi,konseling

dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang undangan

http://repository.unimus.ac.id

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

39

4) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan/ atau

Pelimpahan secara mandat

- Dokter kepada bidan sesuai dengan kompetensinya

- Harus dilakukan secara tertulis

- Dengan tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan wewenang

-Harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala

a. Pelimpahan secara delegatif

- Diberikan oleh Pemerintah pusat atau Pemerintah daerah kerpada

Bidan

- Diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam

rangka Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Pelimpahan tanggung jawab; atau progra pemerintah

5) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

a. Dalam keadaan kegawatdaruratan untuk pemberian pertolongan

pertama bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar

kewenangan sesuai dengan kompetensinya

http://repository.unimus.ac.id

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

40

b. Pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien

c. Dan ditetapkan oleh bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan

keilmuannya

d. Dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan

http://repository.unimus.ac.id

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

41

DATA PERKEMBANGAN

NO ASUHAN

KEBIDANAN

DATA HARI I DATA PERKEMBANGAN I DATA PERKEMBANGAN II

Hari/Tanggal :Minggu/03-03-2019

Jam : 09.00 WIB

Hari/Tanggal : Senin/04-03-2019

Jam : 08.00 WIB

Hari/Tanggal : Selasa/05-03-2019

Jam : 08.00 WIB

1. Subjektif 1) Ibu mengatakan anaknya

lahir pada tanggal 28

Februari 2019 pukul

07.00WIB

2) Ibu mengatakan anaknya

berjenis kelamin perempuan

3) Ibu mengatakan kulit bayinya

berwarna kuning pada muka

,leher dan dada

1. Ibu mengatakan cemas

dengan keadaan bayinya

2. Ibu mengatakan bayinya

masih dirawat di dalam infant

warmer

3. Ibu mengatakan bayinya

belum lancar minumASI

4. Ibu mengatakan ASI keluar

dengan cara di perah

1. Ibu mengatakan bayinya

masih dirawat di dalam

infant warmer

2. Ibu mengatakan bayinya

belum lancar minumASI

3. Ibu mengatakan ASI keluar

dengan cara di perah

http://repository.unimus.ac.id

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

42

4) Ibu mengatakan bayinya

belum lancar minum ASI

2. Objektif 1) Keadaan umum : lemah

2) APGAR Score : 7-8-9

3) Antropometri :

Beratbadan :2700gram

Panjangbadan : 47cm

Lingkarkepala : 33cm

LingkarDada : 30cm

4) Reflek Sucking : lemah

5) Kepala leher, dan dada

kekuningan

1. Keadaan umum bayi: Baik

2. Kesadaran

:Composmentis

3. Vital sign

Nadi :142x/m.

RR : 58x/m

Suhu : 37 °C

BeratBadan : 2700 gram

4. Reflek menghisap :bayi

kuat

1. Keadaan umum bayi: Baik

2. Kesadaran: Composmentis

3. Vital sign

Nadi :142x/menit

Respirasi : 58x/menit

Suhu : 37˚C

BeratBadan : 2700gram

4. Reflek menghisap bayi kuat

5. Muka normal,tidak ada

ikterik

http://repository.unimus.ac.id

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

43

6) Hasil pemeriksaan

Laboratorium :

Haemoglobin

1gr%,Hematokrit 50,2

%,Golongan darah A

7). Pemeriksaan Umum

a Keadaan Umum : lemah

b Kesadaran composmentis

c TTV

Suhu : 36,7 °C

Nadi :138x/menit

Respirasi :43x/menit

d Berat badan :2700 gram

5. Muka

:berwarna kuning

6. Bayi sudah BAB 4 kali warna

coklat, konsistensi lunak dan

BAK 7 kali warna jernih

7. Hasil pemeriksaan Laboratorium

Bilirubin direct 3,06mg%

Bilirubin Indirect 8,12mg%

Billirubin Total 11,18mg%

6. Bayi sudah BAB 4 kali

warna coklat, konsistensi

lunak dan BAK 7 kali

warna jernih

http://repository.unimus.ac.id

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

44

3. Analisa Bayi Ny.F jenis kelamin perempuan

umur 3 hari dengan ikterus

Fisiologis derajat II hari ke 2

DS

1.Ibu mengatakan anaknya lahir

pada tanggal 28 Februari 2019

pukul 07.00 WIB

2.Ibu mengatakan anaknya berjenis

kelamin perempuan

3.Ibu mengatakan kulit bayinya

berwarna kuning pada muka dan

dada

4.Ibu mengatakan bayinya belum

lancar minum ASI

Bayi Ny.F jenis kelamin perempuan

umur 4 hari dengan ikterus

Fisiologis derajat I hari ke 3

DS

1.Ibu mengatakan cemas dengan

keadaan bayinya

2.Ibu mengatakan bayinya masih

dirawat di dalam infant warmer

3.Ibu mengatakan bayinya belum

lancar minumASI

4.Ibu mengatakan ASI keluar

dengan cara di perah

DO

1.Keadaan umum : Baik

Bayi Ny.F jenis kelamin

perempuan umur 5 hari dengan

Bayi baru Lahir normal

DS

1. Ibu mengatakan bayinya masih

dirawat di dalam infant

warmer

2. Ibu mengatakan bayinya

belum lancar minumASI

3. Ibu mengatakan ASI keluar

dengan cara di perah

DO

1.Keadaan umum : Baik

2.Kesadaran

http://repository.unimus.ac.id

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

45

DO

1.Keadaan umum : lemah

2.APGAR Score : 7-8-9

3.Antropometri :

Berat badan :2700 gram

Panjangbadan : 47cm

Lingkarkepala : 33cm

LingkarDada : 30cm

4.Reflek Sucking : lemah

5.Kepala, leher, dan dada

kekuningan

6.Hasil pemeriksaan Laboratorium :

Haemoglobin 16 g%, Hematokrit

50,2 % Golongan darah A

2.Kesadaran :Composmentis

3.Vital sign

Nadi :142x/m.

RR : 58x/m

Suhu : 37 °C

4.BeratBadan : 2700 gram

5.Reflek menghisap :bayi kuat

6.Muka berwarna kuning

7.Bayi sudah BAB 4 kali warna

coklat,konsistensi lunak dan BAK

7 kali warna jernih

8. Hasil pemeriksaan Laboratorium

Bilirubin direct 3,06mg%

Bilirubin Indirect 8,12mg%

:Composmentis

3.Vital sign

Nadi :142x/menit

Respirasi : 58x/menit

Suhu : 37˚C

4.BeratBadan : 2700gram

5.Reflek menghisap bayi kuat

6.Muka normal,tidak ada ikterik

7. Bayi sudah BAB 4 kali warna

coklat konsistensi lunak dan BAK

7 kali warna jernih

DO

http://repository.unimus.ac.id

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

46

7. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : lemah

b. Kesadaran: composmentis

c. TTV

Suhu : 36,7 °C

Nadi :138x/menit

Respirasi :43x/menit

d. Berat badan :2700 gram

Billirubin Total 11,18mg%

4. Planing Tanggal 3 Maret 2019

jam 09.05 WIB 1.

1. Memenuhi kebutuhan nutrisi

bayi dengan menyusui ASI

secara on demand

Tanggal 4 Maret 2019

jam 08.05 WIB

1.Mengobservasi suhu bayi

pastikan suhunya 36,˚C - 37˚C

Tanggal 5 Maret 2019

jam 08.05 WIB

1. Mengobservasi suhu bayi

pastikan suhunya 36,˚C - 37˚C

http://repository.unimus.ac.id

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

47

-Memberikan ASI kepada bayinya

setiap saat dia mau

Evaluasi

.Bayi sudah minum ASI secara on

demand

2.Memantau suhu bayi

-Menempatkan termometer pada

ketiak bayi,karena cara ini

diyakini paling akurat untuk

mengukur suhu

Evaluasi.

Suhu bayi 36,5˚C

-Menempatkan termometer pada

ketiak bayi,karena cara ini

diyakini Paling akurat untuk

mengukur suhu

Evaluasi.

Suhu bayi 36,6 ˚C

2.Memantau keadaan ikterus bayi

dengan cara melihat warna kuning

pada kulit bayi

-Cara melihat keadaan ikterus

bayi dengan menggunakan rumus

KRAMER yaitu melihat luasnya

ikterus

- Derajat 1 daerah kepala dan

-Menempatkan termometer pada

ketiak bayi,karena cara ini

diyakini paling akurat untuk

mengukur suhu

Evaluasi.

Suhu bayi 36,6 ˚C

2. Memantau keadaan ikterus

bayi dengan cara melihat warna

kuning pada kulit bayi

- Cara melihat keadaan ikterus

bayi dengan menggunakan

rumus KRAMER yaitu melihat

luasnya ikterus

http://repository.unimus.ac.id

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

48

3.Memantau keadaan ikterus bayi

dengan cara melihat warna kuning

kulit pada bayi

-Cara melihat keadaan ikterus

bayi dengan menggunakan rumus

KRAMER

yaitu melihat luasnya ikterus

-Derajat 1 daerah kepala dan

leher kadar bilirubin 5mg%

.-Derajat II daerah 1 dan badan

bagian atas kadar bilirubin 9mg%

-Derajat III daerah 1,2 dan badan

bagian bawah tungkai,kadar

bilirubin 11gr%

leher kadar bilirubin 5mg%

-Derajat II daerah 1 dan badan

bagian atas kadar bilirubin 9mg%

-Derajat III daerah 1,2 dan badan

bagian bawah tungkai,kadar

bilirubin 11gr%

-Derajat IV daerah 1,2,3 dan

lengan, kaki dibawah

dengkul,kadar bilirubin 12 mg%

-Derajat V daerah 1,2,3,4,dan

tangan, kaki,kadar bilirubin

16 mg%

Evaluasi.

Keadaan ikterus nampak pada

-Derajat 1 daerah kepala dan

Leher, kadar bilirubin 5mg%

-Derajat II daerah 1 dan badan

bagian atas kadar bilirubin

9mg%

-Derajat III daerah 1,2 dan badan

bagian bawah tungkai,kadar

bilirubin 11gr%

-Derajat IV daerah 1,2,3 dan

lengan, kaki dibawah

dengkul,kadar bilirubin 12 mg%

-Derajat V daerah 1,2,3,4,dan

tangan, kaki,kadar bilirubin

16 mg%

http://repository.unimus.ac.id

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

49

-Derajat IV daerah 1,2,3 dan

lengan,kaki dibawah dengkul,

kadar bilirubin 12 mg%,

-Derajat V daerah 1,2,3,4,dan

tangan,kaki, kadar bilirubin

16 mg%

Evaluasi

Keadaan ikterus nampak pada

muka, leher,dan dada

4. Menjaga lingkungan bayi agar

tetap nyaman dan hangat dengan

cara menggendong metode

kangguru serta memberi selimut

muka

3.Memberikan nutrisi yang

adekuat yaitu menyusui ASI

secara on Demand

- Memberikan ASI kepada

bayinya setiap saat bayi mau

Evaluasi.

ASI sudah diberikan secara on

demand

Evaluasi

Ikterus tidak ada,

3. Memberikan nutrisi yang

adekuat yaitu ASI diberikan

secara on demand

-Memberikan ASI setiap saat

bayi mau

Evaluasi

ASI sudah diberikan secara

on demand.

4.Memperbolehkan pasien pulang

-Melakukan pemeriksaan pada

bayi data subyektif dan data

obyektif hasil semua normal

http://repository.unimus.ac.id

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

50

bayi Menggendong metode

kangguru

-Memastikan gendongan ketat

tetapi bayi nyaman

-Sebaiknya bayi menghadap

kedada ibu ibu sehingga bayi

merasakan detak jantung ibu dan

merasa nyaman

-Sebaiknya dapat menyangga

punggung dengan baik dan aman

Serta menghindari kemungkinan

terjungkal

-Kaki bayi disarankan berbentuk

M saat di gendong untuk menjaga

kolaborasi dengan dokter jaga,

pasien di perbolehkan pulang

Evaluasi.

Pasien Pasien pulang

5.Memberikan KIE tentang asi

Eksklusi eksklusif dan gizi seimbang

- Manfaat ASI eksklusif:

Membentuk kekebalan pada

tubuh bayi,

,memberikan nutrisi lengkap

pada bayi,

menjaga bayi berat badannya

normal

http://repository.unimus.ac.id

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

51

sendi pinggul bayi

Evaluasi

Lingkungan disekitar bayi bersih

dan hangat

5..Menjaga personal hygiene bayi

dengan cara mengganti popok

setiap BAB dan BAK

Supaya personal hygiene bayi

terjaga

-Melakukan kebersihan sekitar

tempat tidur bayi dengan

membersihkan dan merapikan

,mengganti popok setiap kali

meningkatkan kecerdasan bayi,

memperkuat tulang bayi,

menghemat biaya -

Gizi seimbang:

meliputi air putih 8 gelas,

sumber protein 2-4 porsi,

sayur 3-4 porsi,

buah 2-3 porsi,

sumber karbohidrat 3-4 porsi,

gula 4 sdm,

garam 1 sdt,

minyak 5 sdm

giEvalua Evaluasi.

Ibu mengerti tentang ASI

http://repository.unimus.ac.id

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

52

basah baik karena ,BAB,BAK dan

air

Evaluasi.

Tempatn tidur sudah dibersihkan

dan dirapikan popok yang basah

sudah diganti, personal hygiene

bayi terjaga

6. Mengobservasi BAK dan BAB

setiap 4 jam

-Mengobservasi BAB dengan

cara melihat frekuensi ,warna,

konsistensi dan bau,sedangkan

untuk melihat BAK dengan cara

melihat frekuensi dan warna

eksklusif,dan gizi seimbang

6.Menganjurkan ibu untuk

Mengon mengontrolkan anaknya bila ada

keluhan bayinya keadaan umum

lemah, tubuhnya bertambah

kuning,suhu badan tinggi,

respirasi cepat/lambat,nadi

cepat /lambat,malas minum

,BAB dan BAK tidak normal

Evaluasi

Ibu bersedia mengontrolkan

anaknya bila ada keluhan seperti

diatas

http://repository.unimus.ac.id

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS - Unimus

53

Evaluasi.

Bayi sudah bisa BAK dan BAB

http://repository.unimus.ac.id