bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. kosmetik

18
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, pada abad ke-19 pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Bahkan sekarang teknologi kosmetik merupakan paduan antara kosmetik dengan obat ( pharmaceutical) atau disebut kosmetik medik (Tranggono dan Fatma, 2007). Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias atau mengatur. Definisi kosmetik terdapat dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 yaitu, sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan memperbaiki bau badan serta melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Fatma, 2007). a. Penggolongan Kosmetik Menurut Sharma dkk, (2018) kosmetik dikategorikan menjadi empat jenis: a. Kosmetik kulit b. Kosmetik rambut c. Kosmetik kuku d. Kosmetik untuk tujuan kebersihan

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kosmetik

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, pada abad ke-19

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga

untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai

secara besar-besaran pada abad ke-20. Bahkan sekarang teknologi kosmetik

merupakan paduan antara kosmetik dengan obat (pharmaceutical) atau disebut

kosmetik medik (Tranggono dan Fatma, 2007).

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan

menghias atau mengatur. Definisi kosmetik terdapat dalam Peraturan Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019

yaitu, sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh

manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar atau

gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan, dan memperbaiki bau badan serta melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa

percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan

sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara

umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono

dan Fatma, 2007).

a. Penggolongan Kosmetik

Menurut Sharma dkk, (2018) kosmetik dikategorikan menjadi empat jenis:

a. Kosmetik kulit

b. Kosmetik rambut

c. Kosmetik kuku

d. Kosmetik untuk tujuan kebersihan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

6

Menurut sifat dan cara pembuatannya kosmetik dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu:

a. Kosmetik modern, dibuat dari bahan kimia dan diolah secara modern.

b. Kosmetik tradisional:

a) Betul-betul tradisional, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut

resep dan cara yang turun temurun.

b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar

tahan lama.

c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.

Menurut kegunaannya bagi kulit kosmetik dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu:

a. Kosmetik perawatan kulit (Skin Care Cosmetic)

Jenis ini berguna untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, yang

termasuk di dalamnya yaitu:

a) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing

cream, night cream, anti wrinkle cream.

c) Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, sunscreen

foundation, sunblock cream/lotion.

d) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasiver).

b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a) Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaian sebentar misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow.

b) Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya lama baru luntur

misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.

(Tranggono dan Fatma, 2007)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

7

b. Persyaratan Kosmetika

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2019, kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan

harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:

a. Persyaratan keamanan

b. Persyaratan kemanfaatan

c. Persyaratan mutu

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2015, selain persyaratan keamanan, kemanfaatan

dan mutu, ada persyaratan penandaan dan klaim untuk kosmetik yang diedarkan.

Penandaan adalah setiap informasi mengenai kosmetik yang berbentuk gambar,

tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada kosmetik,

dimasukkan, ditempelkan, atau merupakan bagian pada kemasan, serta yang

dicetak langsung pada produk. Klaim kosmetika adalah pernyataan pada

penandaan berupa informasi mengenai manfaat, keamanan dan atau pernyataan

lain yang dibutuhkan pada kosmetik. Penandaan pada kosmetika paling sedikit

harus mencantumkan:

a) Nama kosmetika

b) Kegunaan atau kemanfaatan

c) Cara penggunaan

d) Komposisi

e) Nama dan negara produsen

f) Nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi

g) Nomor bets

h) Ukuran, isi, atau berat bersih

i) Tanggal kadaluwarsa

j) Peringatan atau perhatian dan keterangan lain, jika dipersyaratkan.

c. Karakteristik Kosmetik Dekoratif

Karakteristik untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah :

a. Warna yang menarik.

b. Bau harum yang menyenangkan.

c. Tidak lengket.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

8

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau.

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit

(Tranggono dan Fatma, 2007)

d. Zat Warna dalam Kosmetik Dekoratif

Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar. Zat

warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok yaitu :

a. Zat warna alam yang larut

Zat warna ini sudah jarang dipakai meskipun dampak zat alam ini pada kulit

lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaanya relatif

lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal.

b. Zat warna sintetis yang larut

Zat warna sintesis dihasilkan melalui proses sintesis senyawa kimia tertentu.

Zat warna ini dikenal juga dengan sebutan aniline atau coal-tar, karena zat

warna ini merupakan sintesis dari senyawa-senyawa hasil isolasi dari coal-

tar. Sifat-sifat zat warna sintetis yaitu:

a) Intensitas warna sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikitpun sudah

memberikan corak warna yang kuat.

b) Harus bisa larut dalam air, alkohol, minyak, atau salah satunya.

c) Daya lekatnya terhadap rambut, kulit dan kuku berbeda-beda.

d) Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk

kosmetik yang mengandung zat warna ini.

c. Pigment-Pigment alam

Pigment alam adalah pigment warna pada tanah yang memang terdapat secara

alamiah, misalnya aluminium silikat. Gradasi warna yang terdapat pada

alumunium silikat dipengaruhi oleh kandungan besi oksida atau mangan

oksidanya, misalnya kuning, merah bata dan sebagainya. Keunggulan

pigmen-pigmen alam adalah zat warna ini murni dan tidak berbahaya,

sedangkan kelemahannya yaitu zat warna yang dihasilkan tidak seragam,

sangat tergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya.

d. Pigment sintetis

Warna yang dihasilkan dari pigmen sintesis lebih terang dan cerah, contohnya

yaitu besi oksida sintesis yang menghasilkan berbagai pilihan warna sintesis

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

9

seperti kuning, cokelat, merah dan beragam warna violet. Sejumlah zat warna

asal coal-tar juga diklasifikasikan sebagai pigmen sintesis. Banyak pigment

sintesis yang tidak boleh dipakai dalam preparat kosmetika karena toksis,

misalnya kadmium sulfida dan prussian blue (Muliyawan dan Neti, 2013).

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika,

ada beberapa bahan yang dinyatakan dilarang dan diperbolehkan penggunaannya

sebagai zat warna dalam kosmetika sebagaimana tercantum dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Zat Warna Tambahan Pada Kosmetik

Yang

diperbolehkan

(No. CI)

Nama Yang tidak

diperbolehkan

(No. CI)

Nama

11725 Pigment Orange 1 12075 Pigment orange 5

11920 Solvent Orange 1 12140 Solvent Orange 7

11680 Pigmen Yellow 1 13065 Metanil yellow

14700 FD&C Red No. 4 15585 D&C Red No. 8

12490 Pigmen Red 5 26105 Scarlet red [NF X]

42520 Basic violet 2

42535 Basic violet 1

42510 Basic Violet 14 42555

42555:1

42555:2

Gentian violet

Basic Violet 3

Crystal violet,

Tannate

50325 Acid Violet 50 42640 Benzyl Violet

15850 D&C Red N0. 6 45170

Rhodamine B, D&C

Red No.19

42090 FD&C Blue No.1 61554 Solvent Blue 35

Sumber: Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019

2. Lipstik

a. Pengertian Lipstik

Lipstik termasuk dalam kosmetika golongan sediaan make-up atau dekoratif

yang terbuat dari bahan dasar dan zat warna yang digunakan untuk mempercantik

dan mempertegas warna bibir yaitu untuk menambah penampilan warna pada

bibir sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir

lebih kecil atau lebih besar, tergantung warna yang digunakan (Nanda dan

Ayudita, 2018).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

10

Sumber: Journal Consumer Voice Januari, 2016

Gambar 2.1 Lipstik.

Menurut Muliyawan dan Neti (2013) terdapat beberapa jenis-jenis lipstik, yaitu:

a. Sheer/gloss

Lipstik ini berbentuk bening (transparan), dan ketika digunakan warnanya

tidak mencolok tetapi memberikan efek glossy pada bibir.

b. Matte

Lipstik ysng mempunyai kandungan minyak lebih sedikit dan mengandung

pigmen yang banyak menyerap cahaya, sehingga ketika digunakan tidak

menimbulkan kilap.

c. Satin

Merupakan lipstik hasil perpaduan antara jenis glossy dan matte.

d. Cream

Lipstik yang bersifat seperti jenis matte tetapi teskturnya sedikit lebih berat.

e. Transferproof

Lipstik yang menggunakan teknologi silikon nonvolatile sehingga bersifat

lebih tahan lama saat diaplikasikan di bibir.

b. Karakteristik Lipstik

Karakteristik lipstik yang ideal yaitu memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Melapisi bibir secara mencukupi

b. Dapat bertahan di bibir selama mungkin

c. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket

d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

e. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya

f. Memberikan warna yang merata pada bibir

g. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

11

h. Tidak meneteskan minyak, permukaan mulus, tidak bopeng, berbintik-bintik

atau memperlihatkan hal yang tidak menarik (Tranggono dan Fatma, 2007).

c. Bahan-Bahan dalam Lipstik

Menurut Tranggono dan Fatma, (2007) bahan-bahan yang digunakan dalam

lipstik adalah:

a. Lilin

Lilin berperan dalam kekerasan lipstik, contoh yang biasa digunakan yaitu

paraffin wax dan basewax.

b. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-

zat warna eosin. Misalnya minyak castor, tetrahydrolfurfuryl alchohol, fatty

acid alcylolamides, dihydric alchohol beserta monoethers.

c. Lemak

Misalnya: krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya

hydrogenated castor oil), cetyl alchohol, oleyl alchohol, lanolin.

d. Acetoglycerides

Digunakan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik sehingga

meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan.

e. Zat-zat pewarna

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna

eosin yang memenui dua persyaratan untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit

dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castor oil.

Tetapi furfuryl alchohol beserta ester-esternya, terutama stearat dan ricinoleat,

memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alcylolamides,

jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang intensif.

f. Surfaktan

Surfaktan dalam lipstik digunakan untuk memudahkan pembasahan dan

dispersi partikel-partikel pigmen warna yang padat.

g. Antioksidan

h. Bahan pengawet

i. Bahan pewangi

Digunakan untuk menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak dan minyak.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

12

3. Rhodamin B

a. Sifat Kimia Rhodamin B

Rhodamin B dengan rumus molekul C28H31ClN2O3 mempunyai bentuk

struktur molekul sebagai berikut:

Sumber: Profetik Fakultas Farmasi UGM, 2012

Gambar 2.2 Struktur Kimia Rhodamin B

Berat Molekul : 479 g/mol

Nama Kimia : N-[9-(carboxyphenyl)–(dyetilamino)-3H-Xanten-3-ylidene]

N-ethylethanaminium clorida.

Nama Lazim : Rhodamin B clorida, tetraethylrhodamine, acid brilliant pink,

D&C red no. 19, basic violet 10, calcozine red bx, CI number

(No. Index warna): C.I 45170 serta diethyl-m-amino-

phenolphthalein hydrochloride (BPOM RI, 2016b).

Secara Fisik : Berbentuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak

berbau, mudah larut, dan dalam larutan akan berwarna merah

terang yang berfluoresence (Profetik Fakultas Farmasi UGM,

2012).

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah-

kebiruan dan berflourosensi kuat. Selain mudah larut dalam

air, rhodamin B juga larut dalam alkohol, asam kuat (HCl)

dan basa kuat (NaOH), serta sukar larut dalam asam lemah

dan dalam larutan alkali lemah. Larutan dalam asam kuat

membentuk senyawa dengan kompleks antimon berwarna

merah muda yang larut dalam isopropil eter (Praja, 2015).

b. Penggunaan Rhodamin B

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai

pewarna tekstil dan pewarna kertas, sedangkan di dalam laboratorium digunakan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

13

sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg dan Th (Praja, 2015).

Menurut peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004, rhodamin B merupakan zat

warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan.

Selain itu, menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 tentang persayaratan teknis bahan kosmetika,

salah satu zat warna yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan kosmetik

adalah rhodamin B. Zat warna rhodamin B walaupun telah dilarang untuk

digunakan tetapi masih banyak produsen yang sengaja menambahkan zat

warna rhodamin B untuk produknya baik pada produk pangan ataupun

produk kosmetika.

c. Efek Rhodamin B Terhadap Kesehatan

Rhodamin B termasuk bahan kimia berbahaya (harmful) bila tertelan, terhisap

pernapasan atau terserap melalui kulit (Praja, 2015). Toksisitas rhodamin B di

dalam tubuh disebabkan oleh interaksi antara rhodamin B yang masuk ke

aliran darah dengan asam amino yang kemudian membentuk globin adduct

(bentuk kompleks jika senyawa kimia berikatan dengan molekul biologi)

(Devi, 2013). Uji toksisitas rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit telah

membuktikan adanya pengaruh terhadap persentase kerusakan glomerulus. Hasil

analisis histologis ginjal mencit memperlihatkan adanya tingkat kerusakan pada

komponen penyusun ginjal yang meningkat seiring tingginya dosis dan lama

pemberian. Kerusakan yang ditemukan berupa penyempitan ruang bowman pada

glomerulus, hipertropi, nekrosis dan serosis tubulus (Mayori dkk, 2013).

Pada percobaan yang dilakukan Kaji dan Fumitomo (1991) yaitu efek

pewarna kosmetik rhodamin B terhadap proliferasi fibroblast bibir manusia pada

sistem kultur ditemukan bahwa rhodamin B pada konsentrasi 25 µg/mL dan

konsentrasi yang lebih tinggi secara signifikan menurunkan jumlah sel setelah

dikultur selama 72 jam. Secara histologis kerusakan sel ditandai dengan

perubahan degeneratif inti dan bentuk sel yang tidak teratur serta penurunan

jumlah sel.

Menurut WHO, rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat

kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin

(Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

14

Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh

dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun

bagi tubuh. Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-

CH3) yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan

DNA dalam tubuh (POM RI, 2016a).

Paparan jangka pendek penggunaan rhodamin B pada kulit dapat

menyebabkan iritasi pada kulit. Rhodamin B dapat berikatan dengan protein dan

makromolekul organik sehingga kulit dapat berfungsi sebagai reservoir (tempat

penyimpanan) dari rhodamin B. Jumlah rhodamin B yang meningkat pada kulit

terjadi karena penyerapan sistemik rhodamin B. Selain menimbulkan iritasi pada

kulit, rhodamin B juga memberikan efek buruk pada bibir jika digunakan sebagai

pewarna pada lipstik. Rhodamin B dapat menghambat proliferasi (perkembangan)

sel fibroblast pada bibir yang berakibat pada gangguan perbaikan dan

pemeliharaan sel sehingga bibir rentan terluka (POM RI, 2016b). Jika terpapar

rhodamin B dalam jumlah besar maka akan terjadi gejala keracunan. Tanda-tanda

dan gejala akut bila terpapar rhodamin B:

a. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan

b. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit

c. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan,

udem pada kelopak mata

d. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna

merah atau merah muda

e. Jika terpapar pada bibir maka akan menyebabkan bibir menjadi pecah-pecah,

kering, gatal, bahkan menyebabkan kulit bibir terkelupas (Praja, 2015).

d. Metode Pemeriksaan Rhodamin B

Pengujian rhodamin B dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode, diantaranya yaitu:

a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi

dan partisi yang ditentukan oleh fase diam dan fase gerak (eluent). Metode

KLT banyak digunakan untuk analisis karena identifikasi pemisahan

komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, flouresensi atau dengan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

15

sinar UV, selain itu, kecepatan penentuan kadar akan lebih baik karena

komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak

(statis), sedangkan kelemahan metode ini yaitu analisis KLT dilakukan

beberapa kali menggunakan bermacam eluen dengan tingkat kepolaran yang

berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisah yang

baik serta noda zat warna yang bagus (Afrina, 2017).

b. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode pengukuran absorpsi energi

cahaya sebagai fungsi dari panjang gelombang yang digunakan untuk

menetapkan kadar dengan menggunakan perbandingan absorbansi sampel

dengan absorbansi baku, atau dengan menggunakan persamaan regresi linier

(Gandjar dan Abdul, 2014). Metode pengukuran spektrofotometri UV-Vis

digunakan secara luas karena keuntungannya yang mudah digunakan, murah,

terandalkan memberi presisi yang baik untuk pengukuran kualitatif dan

kuantitatif, sedangkan keterbatasannya yaitu selektivitasnya sedang, sehingga

tidak mudah diterapkan pada analisis campuran (Watzon, 2013).

c. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC merupakan kromatografi cair yang sistem alir cairan elusinya dibantu

dengan pompa tekan dan selama proses elusi tidak berhubungan dengan udara

luar. Metode HPLC memiliki kelebihan dibanding metode lain, yaitu mampu

memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, kecepatan analisis dan

kepekaan yang tinggi, resolusi yang baik, dapat digunakan bermacam-macam

detektor serta kolom dapat digunakan kembali, sedangkan kelemahannya

yaitu biaya yang relatif mahal dan proses deteksi bersifat dinamis sehingga

harus cepat diamati (Purwati, 2010).

4. Spektrofotometer UV-Vis

a. Definisi Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri merupakan metode pengukuran absorpsi energi cahaya oleh

suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang (Day dan A.L, 2002).

Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan kadar dengan

menggunakan perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau

dengan menggunakan persamaan regresi linier. Persamaan kurva baku selanjutnya

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

16

digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel (Gandjar dan Abdul, 2014).

Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitrans atau

absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang (Day dan A.L, 2002).

Sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan energi radiasi elektromagnetik

yang dapat merambat dalam bentuk gelombang. Sinar ultraviolet mempunyai

panjang gelombang antara 200-400 nm, sedangkan sinar tampak mempunyai

panjang gelombang antara 400-800 nm. Warna sinar tampak dapat dihubungkan

dengan panjang gelombangnya (Gandjar dan Abdul, 2014).

Tabel 2.2 Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak

Panjang gelombang Warna yang diserap Warna yang diamati/ warna

komplementer

400-435 nm

450-480 nm

480-490 nm

490-500 nm

500-560 nm

560-580 nm

580-595 nm

595-610 nm

610-750 nm

Ungu (lembayung)

Biru

Biru kehijauan

Hijau kebiruan

Hijau

Hijau kekuningan

Kuning

Orange

Merah

Hijau kekuningan

Kuning

Orange

Merah

Merah anggur

Ungu (lembayung)

Biru

Biru kekuningan

Hujau kebiruan

Sumber: Gandjar dan Abdul, 2014.

b. Penggolongan Spektrofotometer

Spektrofotometer terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang

digunakan, diantaranya sebagai berikut:

a. Spektrofotometer UV (Ultra Violet)

b. Spektrofotometer Vis (Visible)

c. Spektrofotometer UV-Vis

d. Spektrofotometer IR (Infra Red)

(Day dan A.L, 2002).

Berdasarkan tipe instrumennya spektrofotometer UV-Vis dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

a. Spektrofotometer UV-Vis single beam

b. Spektrofotometer UV-Vis double beam

(Suhartati, 2017)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

17

c. Aspek kualitatif dan kuantitaif spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan

sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.

a. Aspek kualitatif

Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk

identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya, tetapi jika digabung dengan

spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, spektroskopi massa, maka

dapat digunakan untuk maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut.

b. Aspek kuantitatif

Dalam aspek kuantitatif, radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan

dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas

yang diserap. Intensitas radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang

melalui satu satuan luas penampang perdetik (Gandjar dan Abdul, 2014).

Sumber: Suhartati, 2017

Gambar 2.3 Visualisasi Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa semakin banyak sinar diabsorbsi

oleh sampel pada panjang gelombang tertentu maka semakin tinggi absorbannya,

yang dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer:

A = log I0/I1 = a.b.c

Keterangan:

A = Absorbans

I0 = intensitas sinar sebelum melalui sampel

I1 = intensitas sinar setelah melalui sampel

a = absortivitas

b = lebar sel yang dilalui sinar

c = konsentrasi

(Suhartati, 2017)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

18

d. Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer untuk pengukuran di daerah spektrum UV-Vis terdiri atas

suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam

jangkauan panjang gelombang dari 200-800 nm (Gandjar dan Abdul, 2015).

Sumber: Suhartati, 2017

Gambar 2.4 Diagram alat spektrofotometer UV-Vis (Single beam)

a. Sumber Sinar

Sumber sinar atau lampu merupakan dua lampu yang terpisah, yang secara

bersama-sama mampu menjangkau keseluruhan daerah spektrum ultraviolet

dan sinar tampak (Gandjar dan Abdul, 2015). Lampu diuterium digunakan

untuk daerah ultraviolet pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara

lampu halogen kuarsa atau tungsen digunakan untuk daerah visible pada

panjang gelombang 350-900 nm (Gandjar dan Abdul, 2014).

b. Monokromator

Monokromator merupakan tempat untuk melewatkan sinar polikromatik

untuk diubah menjadi monokromatik. Monokromator terdiri atas elemen

pendispersi, celah masuk (entrance slit), dan celah keluar (exit slit). Elemen

pendispersi berfungsi mendispersikan radiasi yang jatuh kepadanya sesuai

dengan panjang gelombang. Celah masuk memungkinkan cahaya dari sumber

sinar jatuh ke elemen pendispersi. Celah keluar mengizinkan hanya cahaya

dengan pita yang sangat sempit yang dapat melalui sampel dan detektor.

c. Sel Sampel (Kuvet)

Sel sampel merupakan tempat diletakkan sampel. Wadah sampel harus

mempunyai jendela yang transparan di daerah yang dituju. Mutu data

spektroskopi tergantung pada bagaimana kuvet digunakan dan dipelihara.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

19

d. Detektor

Detektor digunakaan untuk mengukur intensitas radiasi yang mengenainya,

dengan mengubah energi radiasi ke dalam energi listrik atau sinyal elektrik

(Gandjar dan Abdul, 2015).

e. Read Out

Merupakan sistem baca yang menangkap besarnya listrik yang berasal dari

detektor untuk pembacaan hasil pemeriksaan (Gandjar dan Abdul, 2014).

d. Analisis Spektrofotmeter UV-Vis

Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan analisis dengan spektrofotometer

UV-Vis yaitu:

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis.

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada

daerah UV-Vis sehingga dilakukan dengan cara merubah menjadi senyawa

lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.

b. Waktu operasional

Untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna, tujuannya

mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan

dengan mengukur hubungan waktu pengukuran dengan absorbansi.

e. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang

gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang

gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara

absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

konsentrasi tertentu.

f. Pembuatan kurva baku

Dibuat dari seri larutan baku yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

(y) dengan konsentrasi (x).

g. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

(Gandjar dan Abdul, 2014).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

20

5. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan

pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar

diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan

proses, yaitu pra-analitik, analitik, dan pasca-analitik.

a. Tahap Pra-analitik

Tahap pra-analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium sebelum

pemeriksaan sampel. Kegiatan pra-analitik dimulai dari pengambilan sampel,

pemberian identitas sampel, pengolahan sampel (preparasi sampel) dan

penyimpanan sampel.

b. Tahap Analitik

Tahap analitik adalah tahap pemeriksaan sampel, dimana sampel dianalisa

menggunakan suatu instrumen dan metode tertentu. Tujuan pengendalian mutu

tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan sampel dapat

dipercaya (valid). Tahap ini uji kualitas reagen, uji ketelitian dan ketepatan,

pipetasi reagen dan sampel, serta pemeriksaan sampel.

c. Tahap Pasca-analitik

Tahap pasca analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang berupa lembar

hasil pemeriksaan laboratorium. Tahap ini meliputi pembacaan hasil (perhitungan,

pengukuran, identifikasi, penilaian) dan pelaporan hasil (Siregar dkk, 2018).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

21

B. Kerangka Teori

- - - - - - - -

Kosmetik

Bahan pewarna tambahan

yang diperbolehkan:

1. Pigment Orange 1

2. Solvent Orange 1

3. Pigmen Yellow 1

4. FD&C Red No. 6

5. Pigmen Red 5

6. Basic violet 2 7. Basic Violet 14

8. Acid Violet 50

9. C&D Red N0. 6

10. FD&C Blue No.1

Bahan pewarna tambahan

yang tidak diperbolehkan:

1. Pigment orange 5 2. Solvent Orange

3. Metanil yellow

4. D&C Red No. 8

5. Scarlet red [NFX]

6. Basic violet 1

7. Gentian violet, Basic

Violet 3, Crystal violet,

Tannate

8. Benzyl Violet

9. Rhodamine B, D&C

Red No.19, Stearic acid 10. Solvent Blue 35

Dampak rhodamin B terhadap

kesehatan:

1. Pada kulit: iritasi kulit

2. Pada mata: iritasi mata,

mata kemerahan, udem

pada kelopak mata 3. Pada bibir: menghambat

proliferasi sel fiboblast

pada bibir

4. Jika tertelan: gejala

keracunan, gangguan

fungsi hati hingga kanker

hati

Kosmetik Riasan

(dekoratif)

Lipstik

Rhodamin B

Uji rhodamin B dengan spektrofotometer Uv-

Vis

Kosmetik Perawatan

Kulit

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kosmetik

22

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas pada penelitian ini ada lipstik yang berwarna merah muda

sampai merah tua dan variabel terikat yaitu rhodamin B, dengan konsep sebagai

berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

D. Kompetensi DIII Teknologi Laboratorium Medis

Nomor Area Kompetensi

1. Profesionalitas yang luhur

2. Mawas diri dan pengembangan diri

3. Komunikasi efektif

4. Pengelolaan informasi

5. Landasan ilmiah ilmu laboratorium medik

6. Keterampilan laboratorium medik yang meliputi :

a. Mempersiapkan dan menganalisis bahan biologis

b. Menginterpretasikan hasil uji laboratorium

c. Melaksanakan penjaminan mutu

d. Menerapkan keamanan kerja dan keamanan pasien

e. Melaksanakan intra dan interpersonal kolaborasi

7. Pengelolaan masalah kesehatan berbasis laboratorium

Rhodamin B Lipstik yang berwarna merah

muda sampai merah tua