tinjauan tentang dasar pertimbangan hakim dalam .../tinjauan-tentang-dasar...permohonan cerai talak...

69
TINJAUAN TENTAN MENJATUHKAN PU CERAI TALAK (STUDI KASUS PE D Melengkapi Persyarat pada Fakultas H UNIVERSITA i NG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DAL UTUSAN DALAM PERKARA PERMOHON DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA ERKARA NOMOR: 327/PDT.G/2004/PA.Sk Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk tan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Hukum Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Rendy Danar Wijayanto NIM. E0005267 FAKULTAS HUKUM AS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 LAM NAN A ka) Ilmu

Upload: dangquynh

Post on 13-Aug-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM

MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PERMOHONAN

CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

(STUDI KASUS PERKARA NOM

Disusun dan Diajukan Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

i

TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PERMOHONAN

CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

(STUDI KASUS PERKARA NOMOR: 327/PDT.G/2004/PA.Ska

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Rendy Danar Wijayanto

NIM. E0005267

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

DALAM

MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PERMOHONAN

CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

Ska)

dalam Ilmu

Page 2: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

“TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PERMOHONAN CERAI

TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA (STUDI KASUS PERKARA NOMOR: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)’’

Oleh

Rendy Danar Wijayanto

E0005267

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, April 2010

Dosen Pembimbing

SOEHARTONO, S.H. M.Hum.

NIP. 19560425 198503 1002

Page 3: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PERMOHONAN

CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

(STUDI KASUS PERKARA NOMOR: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

Disusun Oleh :

Rendy Danar Wijayanto

NIM. E0005267

Telah diterima dan disahkan olah Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 20 April 2010

TIM PENGUJI

1. Harjono, S.H., M.H. : ......................................................

Ketua

2. Syafrudin Yudowibowo, S.H., M.H. : ......................................................

Sekretaris

3. Soehartono, S.H. M.Hum. : ......................................................

Anggota

MENGETAHUI

Dekan,

Moh. Jamin, S.H, M.Hum. 19610930198601100

Page 4: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

iv

PERNYATAAN

Nama : Rendy Danar W

NIM : E0005267

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Dalam Perkara

Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara

Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan

hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 21 April 2010

yang membuat pernyataan

Rendy Danar W

E0005267

Page 5: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

v

ABSTRAK RENDY DANAR WIJAYANTO. E0005267. 2010. TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN DENGAN ADANYA DISSENTING OPINION DALAM PERKARA PERMOHONAN CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA (STUDI KASUS PERKARA NOMER: 327/PDT.G/2004/PA.Ska). Fakultas Hukum. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan cerai talak perkara nomor: 327/PDT.G/2004/PA. Ska serta implikasi yuridis dari putusnya perkawinan karena talak.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan jenis data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah studi kepustakaan dengan menggunakan beberapa buku-buku, literatur, perundang-undangan, dokumen-dokumen serta sumber tertulis lainnya guna memperoleh bahan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan, kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

Hasil penelitian mengungkap tentang dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan cerai talak perkara nomor: 327/PDT.G/2004/PA. Ska serta implikasi yuridis dari putusnya perkawinan karena talak. Pemohon mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Agama Surakarta dengan alasan bahwa telah terjadi perselisihan atau pertengkaran dengan Termohon. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa yang menjadi dasar hukum pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan perkara permohonan cerai talak dengan alasan telah terjadi perselisihan atau pertengkaran adalah adalah Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 juncto Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Dengan demikian perkawinan antara Pemohon dengan Termohon putus karena perceraian. Majelis Hakim Pengadilan Agama Surakarta telah sesuai dalam menerapkan peraturan perundang-undangan, dalam memeriksa dan memutus perkara perceraian karena terjadi perselisihan atau pertengkaran di antara Pemohon dengan Termohon dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Surakarta. Dari penelitian ini juga diketahui implikasi yuridis dari putusnya perkawinan karena talak, yaitu putusnya perkawinan antara Pemohon dengan Termohon karena perceraian; hilangnya hubungan suami-isteri antara Pemohon dengan Termohon serta para pihak ( Pemohon dan Termohon) tidak lagi terikat perkawinan sehingga masing-masing pihak dapat melangsungkan perkawinan lagi. Untuk melakukannya tidak perlu mendapatkan ijin dari pihak lainnya

Dari hasil penelitian, penulis memberi saran bagi aparat pemerintah, dalam hal ini Pengadilan Agama, sedapat mungkin tetap memegang teguh prinsip mempersulit terjadinya perceraian, dengan mengingat bahwa perkawinan

Page 6: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

vi

merupakan suatu ikatan yang sakral antara suami-istri yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa serta mengingat dampak negatif akibat perceraian bagi generasi yang akan datang. Juga bagi mereka yang hendak melangsungkan perkawinan, hendaknya mempersiapkan diri secara lahir maupun batin dalam menghadapi permasalahan atau problem rumah tangga, termasuk terjadinya perselisihan/ pertengkaran yang timbul dalam kehidupan berumah tangga, untuk menghindari terjadinya perceraian dengan segala akibat hukumnya.

Page 7: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

vii

ABSTRACT

RENDY DANAR W. 2010. STUDY ON JUDGE PRINCIPAL JUDGEMENT OF A DIVORCE CASE VERDICT IN PENGADILAN AGAMA OF SURAKARTA (CASE STUDY NUMBER: 327/PDT.G/2004/PA.Ska). Faculty of Law. Sebelas Maret University of Surakarta.

This legal research objective is to know judge principal judgement of a divorce case verdict number: 327/PDT.G/2004/PA.Ska, and juridical implication of dissolution of marriage in divorce case.

This is a descriptive-normative legal research, based on secondary data and literature study technique use books, literatures, acts, documents and the other written resources in order to get related substance by the problems. This legal research is based on data qualitative analysis technique, that is data collecting, data qualification, and then to combine theory which is connected with the problems and finally conclusion extracting to get the results. The results is to reveal about judge principal judgements of a divorce case verdict number: 327/PDT.G/2004/PA.Ska, and juridical implication of dissolution of marriage in divorce case. The litigant purpose his divorce application to Surakarta Religion Court based on already happen the dissagreeement or dispute with the befendant. Based on the results and data analysis then implied where being the judge principal judgements of a divorce case verdict where already happen the dissagreeement or dispute is Article number 19 letter (f) Goverment Regulation Number 9 Year 1975 juncto Article number 116 letter (f) Islamic Law Compilation. So the marriage between the litigant and the befendant is dissolute because divorce. Pengadilan Agama of Surakarta Council is be in mutual accord in to applying acts, on the order to inspect and adjudicate divorce case where already happen the dissagreement or dispute between the litigant and the befendant in Pengadilan Agama of Surakarta yurisdiction. From this legal research, know too about juridical implication of dissolution of marriage in divorce case, they are: dissolution of marriage between the litigant and the befendant because divorce, no more man and wife relationship between them, and then they are no more in conjugal so each party can married again without permission from the other.

By the results, the writter give suggestion to Government Institution, in this case is Pengadilan Agama, as much as can heading toward to complicate the divorce principle, considering if marriage is a sacred relation between man and wife in the name of God also indeed hve negatively impact from divorse for the rising generation. Also for those who will get married, ought to prepare external and internal to facing disturbance of domestic peace, include dissagreement or dispute on home life, to avoid the divorce with any kinds of judicial consequences.

Page 8: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

viii

MOTTO

“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Q.s. asy-Syarh: 5-6)

Rosullah SAW bersabda : “Manusia yang paling disukai Allah adalah manusia

yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”

(HR. Muslim)

“ Jangan pernah merasa takut apa yang akan dijalani, karena semua sudah

diatur oleh-Nya, tugas kita adalah berusaha, berdoa dan bersabar. Karena

semua akan terasa indah jika datang dan terjadi pada waktunya.”

( Penulis)

Page 9: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

ix

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan

kepada :

· Ayah dan Ibu yang telah

memberikan do’a, perhatian dan

kasih sayang serta segalanya

untukku;

· Adik-adikku yang selalu ada dan

memberikan perhatian dan

keceriaan untukku;

· Teman-teman angkatan 2005 yang

telah mengisi hari-hariku dengan

semangat dan kerja sama;

· Almamaterku, Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Page 10: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih

dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi ) dengan judul: “TINJAUAN

TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM PERKARA PERMOHONAN

CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA (STUDI

KASUS PERKARA NOMOR: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)”.

Penulisan hukum ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas serta untuk

memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidaklah berlebihan bahwa

penulisan hukum ini penulis kerjakan dengan ketekunan dan telah mencurahkan

segala kemampuan yang ada, namun karya ilmiah ini sangat sederhana dan

mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf

apabila dalam penulisan hukum ini banyak kekurangan serta penulis mohon saran

dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian.

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis tidak dapat menyelesaikan

dari awal sampai akhir tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bapak Moh. Yamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum UNS

yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini.

2. Bapak Soehartono, S.H. M.Hum., selaku pembimbing penulisan hukum yang

telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan dan arahan bagi tersusunnya penulisan hukum ini.

3. Ibu Erna Dyah Kusumawati, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik

atas bimbingan, cerita dan nasihatnya selama penulis menuntut ilmu di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 11: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xi

4. Bapak Drs. Zaenuri, M.Hum selaku Hakim Pengadilan Agama Surakarta

yang telah membimbing dengan penuh perhatian memberikan arahan,

bantuan, meluangkan waktu tanpa mengenal lelah dan dengan penuh

kesabaran yang tiada batas demi keberhasilan penyusunan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga

dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat penulis

amalkan dalam kehidupan masa depan nantinya.

6. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah membantu dalam mengurus

prosedur-prosedur skripsi mulai dari pengajuan judul skripsi, pelaksanaan

seminar proposal sampai dengan pendaftaran ujian skripsi.

7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas

bantuannya yang memudahkan penulis mencari bahan-bahan referensi untuk

penulisan hukum ini.

8. Ibunda dan Ayahanda tercinta, yang tiada hentinya mencurahkan kasih

sayangnya dan tidak pernah lelah mendorong dan memberikan motivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

9. Adik-adik tercinta (Bowo, Dewi dan Akbar) atas kebersamaan, kebahagiaan

dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.

10. Keponakanku tercinta, si kecil Kaisya, atas keceriaan dan tawa lucunya yang

menghiburku di setiap saat.

11. Teman karibku di kampus: Jana dan Edwin, yang menjadi teman

seperjuangan tiap semester, yang dengan setia mendengar keluh kesah penulis

dan memberi bantuan, semangat, serta dukungan untuk menyelesaikan

skripsi. Maaf telah banyak merepotkan kalian. Semoga persahabatan ini tidak

lekang oleh waktu dan jarak.

12. Teman-teman magang di Pengadilan Agama Surakarta: Bagus, Probo, Eko,

Irma Permata Asri, Irma Nurjanah, Ainy, Intan dan Yudika.

13. Seluruh teman-teman Angkatan 2005 FH UNS yang telah mengisi hari-hari

kuliah penulis selama ini. Maaf tidak bisa menyebutkan kalian satu persatu.

Page 12: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xii

14. Almamaterku, Fakultas Hukum UNS yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan dan pengalaman yang indah.

15. Semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan karya yang sempurna, untuk itu

kritik dan saran dari pembaca budiman sangat penulis perlukan. Akhirnya,

semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Surakarta, Maret 2010

Penulis

Page 13: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………..................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

MOTTO ......................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………............ xv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………...................……………….. xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................ 6

E. Metode Penelitian ......................................................... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ....................................... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ............................................................. 12

1. Tinjauan tentang Perkawinan................................... 12

a. Pengertian Perkawinan……....................…….. 12

b. Tujuan Perkawinan…................……………… 15

2. Tinjauan tentang Perceraian………….….......…….. 16

a. Pengertian Perceraian.......................................... 16

b. Pengertian Cerai Talak........................................ 17

Page 14: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xiv

3. Tinjauan tentang Putusan......................................... 18

a. Pengertian Putusan.............................................. 18

b. Macam-macam sifat dan isi putusan.................. 20

B. Kerangka Pemikiran....................................................... 25

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……………............…………… 28

B. Pembahasan……………............………………. 41

1. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan

Putusan Dalam Perkara Permohonan Cerai

Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi

Kasus Perkara Nomor:

327/PDT.G/2004/PA.Ska)............................ 41

2. Implikasi Yuridis dari Putusnya Perkawinan

karena Talak………....……………………. 47

BAB IV : PENUTUP

A. Simpulan......................................................................... 51

B. Saran............................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Kerangka Pemikiran……………………………………………. 27

Page 16: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Ijin Penelitian Nomor : 2835/ H27.1.11/PP/2009 Putusan Nomor : 327/PDT.G/2004/PA.Ska

Page 17: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian perumusan

perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Tentulah tidak merupakan perkawinan kalau sekiranya ikatan lahir

batin itu tidak bahagia, atau perkawinan itu tidak kekal dan tidak berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi menurut Undang-undang ini perkawinan barulah

ada apabila dilakukan antara seorang pria dan seorang wanita, tentulah tidak

dinamakan perkawinan apabila yang terikat dalam perkawinan itu 2 (dua) orang

pria saja (homo seksual) ataupun 2 (dua) orang wanita saja (lesbian). Demikian

juga tidaklah merupakan perkawinan bila dilakukan antara banyak pria dan

banyak wanita seperti group merriage yang terdapat di masyarakat Masai di

Afrika 5 (lima) orang pria sekaligus mengawini saudara perempuan seperti

terdapat di Tibet atau suku Margisan dan mungkin juga di kalangan suku Yadaan

Kanaits di India. (Mohd. Idris Ramulyo, 2002: 54).

Perkawinan adalah sah bila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundangan yang berlaku (Pasal 2 UU No. 1 Th. 1974 tentang

Perkawinan).

Perkawinan bukan hanya mempersatukan dua pasangan manusia, yakni laki –

laki dan perempuan, melainkan mengikatkan tali perjanjian yang suci atas nama

Allah S.W.T. bahwa kedua mempelai tersebut berniat membangun rumah tangga

yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah. Dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum

Islam dikatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah sehingga tercipta suatu

keharmonisan dalam rumah tangga itu sendiri. Keharmonisan dalam rumah tangga

mengacu pada prinsip perkawinan karena perkawinan dilandasi oleh ikatan lahir

Page 18: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xviii

dan batin yang menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

berkaitan dengan pelaksanaan hak-hak dan kewajiban suami-istri.

Semua manusia mengharapkan kehidupan perkawinannya dapat berlangsung

terus hingga akhir hayatnya. Hal ini diperkuat sebagaimana dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menegaskan bahwa prinsip

perkawinan adalah suatu akad yang suci yang dibangun oleh suami-istri dengan

tujuan membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia. Namun tak dapat

dipungkiri kehidupan rumah tangga tak luput dari permasalahan-permasalahan

yang timbul baik disengaja ataupun tidak disengaja yang mana dapat

menimbulkan perselisihan rumah tangga. Perselisihan-perselisihan yang terjadi

harus dapat diselesaikan secara proporsional. Artinya bahwa apabila penyebab

dari perselisihan tersebut adalah suatu kesalahan kecil yang tidak disengaja oleh

salah satu pihak, harus diselesaikan secara damai, tidak perlu diselesaikan dalam

jalur hukum.

Perkawinan harus dipertahankan semaksimal mugkin dari suami-istri. Pada

prinsipnya Undang-undang Perkawinan di Indonesia menganut ketentuan

mempersulit terjadinya perceraian. Kalaupun terjadi perceraian, hal tersebut

merupakan jalan akhir yang akan ditempuh apabila memang perkawinan tersebut

tidak dapat dipertahankan lagi. Perkawinan dapat diputus apabila terjadi karena

alasan-alasan yang prinsipil, yang apabila rumah tangganya dipertahankan akan

terjadi kemadharatan dan dampak buruk yang lebih besar daripada dampak

positifnya atau dengan kata lain, bercerai akan lebih besar manfaatnya daripada

tetap menjalin kehidupan rumah tangga.

Dalam BAB VIII Undang-undang No. 1 Tahun 1974 diatur tentang putusnya

perkawinan. Berdasarkan Undang-undang tersebut, dan Pasal 113 Kompilasi

Hukum Islam, perkawinan dapat putus karena :

a. Kematian;

b. Perceraian; dan

c. Atas keputusan Pengadilan.

Page 19: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xix

Adapun alasan-alasan perceraian yang disebutkan dalam Pasal 19 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yaitu:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa

izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukum yang

lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak mengalami kekejaman atau penganiayaan yang sangat berat

yang membahayakan pihak yang lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagi suami atau istri;

f. Antar suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, Perceraian dapat terjadi karena

alasan- alasan :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut

tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri;

Page 20: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xx

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan prtengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

g. Suami melanggar taklik talak;

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan

dalam rumah tangga.

Dalam suatu negara hukum seperti di Indonesia, Pengadilan adalah suatu

badan atau lembaga peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk

memperoleh keadilan. Oleh karena itu jalan yang terbaik untuk mendapatkan

penyelesaian suatu perkara dalam negara hukum adalah melalui lembaga

peradilan tersebut. Dalam suatu lembaga peradilan, hakim memegang peranan

penting karena hakim dalam hal ini bertindak sebagai penentu untuk memutuskan

suatu perkara yang diajukan ke pengadilan.

Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen,

Pengadilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang

berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Pengadilan Agama merupakan

pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan bagi yang

beragama Islam, mengenai perkara tertentu yang diatur dalam Undang-undang.

Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama berkedudukan di kota

madya atau ibu kota kebupaten dengan wilayah hukum meliputi wilayah kota

madya atau kabupaten.

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pengadilan

Agama Surakarta karena Pengadilan Agama Surakarta merupakan salah satu

Pengadilan Agama yang bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan

menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam yang di antaranya bidang perkawinan. Penulis ingin mengetahui lebih lanjut

tentang dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara

permohonan cerai talak di Pengadilan Agama Surakarta (studi kasus perkara

Nomor: 327/PDT.G/PA. Ska ).

Page 21: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxi

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “TINJAUAN TENTANG DASAR

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM

PERKARA PERMOHONAN CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA

SURAKARTA (STUDI KASUS PERKARA NOMOR:

327/PDT.G/2004/PA.Ska)’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, perumusan masalah dalam

penulisan hukum ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi dasar-dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan dalam perkara permohonan cerai talak di Pengadilan Agama

Surakarta?

2. Apakah implikasi yuridis dari putusnya perkawinan karena talak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan

diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah :

1. Untuk mengetahui dasar-dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan dalam perkara permohonan cerai talak di Pengadilan Agama

Surakarta tersebut.

2. Untuk mengetahui implikasi yuridis dari putusnya perkawinan karena talak.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat antara

lain :

1. Manfaat Teoritis

Page 22: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxii

a. Bagi perkembangan Hukum Acara Peradilan Agama mengenai dasar

pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan perceraian dengan

alasan antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran serta implikasi dari putusan tersebut.

b. Menambah referensi dan literatur kepustakaan di bidang Hukum Perdata

khususnya Hukum Perkawinan dan Hukum Acara Peradilan Agama.

c. Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian

sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk mengembangkan penalaran, pemahaman serta

tambahan pengetahuan dalam hal pelaksanaan Hukum Acara Peradilan

Agama.

b. Bagi Masyarakat Umum

Sebagai sumbangan dan masukan terhadap masyarakat sehingga

masyarakat dapat lebih mengetahui mengenai tata cara beracara di

Pengadilan Agama dalam sengketa perceraian.

E. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum dan masyarakat, dengan jalan menganalisisnya. Diadakan

pemeriksaan secara mendalam terhadap fakta hukum tersebut permasalahan-

permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.

Dalam setiap kegiatan penelitian harus digunakan suatu metode penelitian

yang tepat, hal ini dikarenakan metode penelitian merupakan unsur mutlak yang

harus ada dalam penelitian (Soerjono Soekanto, 2006:7).

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Page 23: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxiii

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka (Soerjono Soekanto &

Sri Mamudji, 2006:13-14)

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan studi kasus. Studi kasus dilakukan

dengan cara menelaah satu kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi

yang telah menjadi putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum

tetap.

3. Sifat Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif

yang merupakan penggambaran obyek penelitian secara lengkap dan

sistematis.

4. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan hokum ini, penulis mengambil lokasi penelitian di :

a. Pengadilan Agama Surakarta yang terletak di Jl. Veteran No. 273

Surakarta.

b. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta serta tempat-

tempat lain yang terdapat data yang diperlukan, dalam rangka

mengidentifikasi data secara sistematis.

5. Jenis data

Dalam penelitian hukum, data dibedakan antara data yang diperoleh secara

langsung dari masyarakat dan bahan-bahan kepustakaan. Data yang diperoleh

secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer (data dasar),

sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan

data sekunder (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006:12).

Page 24: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxiv

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, meliputi data yang

diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan/melalui literatur-literatur,

himpunan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hasil penelitian yang

berwujud laporan, maupun bentuk-bentuk lain yang berkaitan dengan

penelitian.

6. Sumber Data

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hokum primer dalam penulisan hukum ini adalah Putusan

Pengadilan Agama Surakarta Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dari data sekunder dari

bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen, makalah, skripsi

dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Merupakan bahan hukum yang memberikan informasi tentang bahan

hukum primer dan sekunder, seperti kamus, ensiklopedia, bibliografi dan

lain-lain.

7. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian pasti membutuhkan data yang lengkap, dalam hal ini

dimaksudkan agar data yang terkumpul benar-benar memiliki nilai validitas

dan reabilitas yang cukup tinggi. Di dalam penelitian lazimnya dikenal paling

sedikit tiga jenis teknik pengumpulan data yaitu : studi dokumen atau bahan

pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview (

Soerjono Soekanto, 2006 : 21 ).

Page 25: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxv

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan

data yang diperlukan adalah dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan

merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan beberapa buku-

buku, literatur, perundang-undangan, dokumen-dokumen serta sumber tertulis

lainnya guna memperoleh bahan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

8. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam

pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik

analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis, yaitu dengan

kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan pengeditan terlebih dahulu,

untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang sifatnya

kualitatif(Lexi J. Moleong, 2002:183).

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian

hukum normatif. Di dalam penelitian hukum normatif, maka pengolahan data

pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-

bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap

bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan

konstruksi (Soerjono Soekanto, 2006: 251).

Teknik analisis data adalah pengolahan data yang pada hakekatnya untuk

mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis, kegiatan

yang dilakukan berupa pengumpulan data, kemudian data direduksi sehingga

diperoleh data khusus yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas

untuk kemudian dikaji dengan menggunakan norma secara materiil atau

mengambil isi data disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan

akhirnya diambil kesimpulan dan akan diperoleh kebenaran obyektif.

Teknik analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah teknik analisis

data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan,

Page 26: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxvi

kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah dan

akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Adapun sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai dua hal yaitu, yang

pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta

mendukung di dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam

penulisan hukum ini, antara lain meliputi: tinjauan umum tentang

perkawinan yang terdiri dari: pengertian perkawinan dan tujuan

perkawinan; tinjauan umum tentang perceraian yang meliputi:

pengertian perceraian dan pengertian cerai talak; kemudian tinjauan

umum tentang putusan yang meliputi pengertian putusan, macam-

macam sifat dan isi putusan. Yang kemudian dalam bab ini akan

diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menggambarkan alur

pemikiran dalam penelitian.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas sekaligus menjawab

permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu

bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan dalam perkara permohonan cerai talak perkara nomor:

327/PDT.G/2004/PA. Ska serta implikasi yuridis dari putusnya

perkawinan karena talak.

Page 27: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxvii

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi simpulan serta saran dari hasil penelitian yang telah

dilakukan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 28: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxviii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Perkawinan

a. Pengertian Perkawinan

Langgengnya kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan yang

sangat diinginkan oleh Islam. Akad nikah diadakan adalah untuk

selamanya dan seterusnya hingga meninggal dunia, agar suami istri

bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga tempat berlindung,

menikmati naungan kasih sayang dan dapat memelihara anak-anaknya

yang hidup dalam pertumbuhan yang baik. Karena itulah dikatakan bahwa

“ikatan antara suami istri” adalah ikatan paling suci dan paling kokoh. Dan

tidak ada sesuatu dalil yang lebih jelas menunjukkan tentang sifat

kesuciannya yang demikian agung itu, lain dari pada Allah sendiri, yang

menamakan ikatan perjanjian antara suami istri dengan mitsaqan-

ghalidhan yang artinya adalah perjanjian yang kokoh (Sayyid Sabiq,

1980:7).

Perkawinan berasal dari kata Az-zawaaj adalah kata dalam bahasa

arab yang menunjukan arti: bersatunya dua perkara, atau bersatunya ruh

dan badan untuk kebangkitan. Sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla

(yang artinya):

“Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)” (Q.S At-

Takwir : 7)

Dalam firman-Nya tentang nikmat bagi kaum mukminin di surga,

yang artinya mereka disatukan dengan bidadari :

“Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik

lagi bermata jeli”(Q.SAth-Thuur : 20).

Page 29: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxix

Adapun dari sisi istilah yang juga terkenal dengan sebutan dari sisi

Syari’ah perkawinan didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti digambarkan UU No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan. Karena itu definisi yang menyatakan bahwa

perkawinan atau pernikahan sebagai transaksi atau akad pemilikan (‘aqd

al-tamlik) atau sebagai ganti kepemilikan (‘aqd mu’awadah) perlu ditinjau

ulang. Sebagai definisi ini tidak sejalan dengan nash al-Qur’an dan sunnah

Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan

lahir dan batin antara dua insan sebagai pasangan untuk menciptakan

keluarga (rumah tangga), yang bahagia, sejahtera, damai, tenteram dan

kekal (Khoirudin Nasution, 2002: 19).

Selanjutnya, ikatan pernikahan merupakan ikatan yang paling utama

karena berkaitan dengan dzat manusia dan mengikat antara dua jiwa

dengan ikatan cinta dan kasih sayang, dan karena ikatan tersebut

merupakan sebab adanya keturunan dan terpeliharanya kemaluan dari

perbuatan keji.

Hal tersebut dikuatkan pula dalam Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam

dijelaskan pula mengenai pengertian perkawinan, yang berbunyi :

“ Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dalam Pasal 1 Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, dapat ditarik beberapa unsur, yakni (Muchlis Marwan, 1992:

40):

a) Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan

seorang wanita;

Page 30: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxx

b) Keduanya terikat sebagai suami istri dan bukan terikat sebagai teman

biasa;

c) Mempunyai tujuan yaitu membentuk suatu keluarga;

d) Sifat dari keluarga yang diharapkan yaitu keluarga yang bahagia,

kekal dan sejahtera.

Pengertian perkawinan sebagaimana dijelaskan oleh Slamet Abidin

dan Aminudin (1999:10) adalah suatu akad antara seorang calon mempelai

pria dengan calon mempelai wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan

kedua belah pihak, yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut syarat

yang telah ditetapkan syara’ untuk menghalalkan percampuran antara

keduanya, sehingga satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu

sebagai teman hidup dalam rumah tangga.

Pentingnya perkawinan bagi kehidupan manusia, khususnya bagi

orang Islam adalah sebagai berikut (Soemiyati, 1986: 4):

a) Dengan melakukan perkawinan yang sah dapat terlaksana pergaulan

hidup baik secara individual maupun kelompok antara pria dan wanita

secara terhormat dan halal, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai

makhluk yang terhormat diantara makhluk-makhluk Tuhan yang

lainnya;

b) Dengan melaksanakan perkawinan dapat terbentuk satu rumah tangga

dimana kehidupan dalam rumah tangga dapat terlaksana secara damai

dan tenteram dan kekal dengan disertai rasa kasih syang antara suami-

istri;

c) Dengan melakukan perkawinan yang sah,dapat diharapkan

memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat sehingga

kelangsungan hidup dalam keluarga dan keturunannya dapat

berlangsung secara jelas dan bersih;

Page 31: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxi

d) Dengan terjadinya perkawinan maka timbullah sebuah keluarga yang

merupakan inti daripada hidup masyarakat yang teratur dan berada

dalam suasana damai;

e) Melaksanakan perkawinan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan

yang telah diatur dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul, adalah

merupakan salah satu ibadah bagi orang Islam.

b. Tujuan Perkawinan

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan

hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan

dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan rasa kasih

saying, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan

mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syari’ah (Soemiyati,

1986: 12).

Sedangkan tujuan perkawinan dalam Penjelasan Undang-undang No.

1 Tahun 1974 adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk

itu suami dan istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-

masing dapat mengembangkan kepribadiannya, membantu dan mencapai

kesejahteran spiritual dan materiil.

2. Tinjauan tentang Perceraian

a. Pengertian Perceraian

Dalam kehidupan rumah tangga, tak mungkin luput dari suatu

permasalahan. Kadang kala permasalahan yang timbul dapat menjadi

pemicu adanya perceraian. Perceraian merupakan bagian dari dinamika

rumah tangga. Perceraian ada karena adanya perkawinan. Meskipun tujuan

perkawinan bukanlah perceraian, perceraian merupakan sunnatullah,

dengan penyebab yang berbeda-beda (Beni Ahmad Saebani. 2008:47).

Page 32: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxii

Perceraian merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh suami istri

karena ikatan perkawinan mereka tidak mugkin untuk dipertahankan lagi.

Perceraian bukan hanya berdampak pada suami- istri saja, tetapi juga akan

berdampak pada anak- anak dan keluarga dari kedua belah pihak. Alasan-

alasan dilakukannya perceraian haruslah alasan yang paling mendasar,

yakni jika tidak dilakukan talak, kehidupan suami-istri akan lebih banyak

mendatangkan kemadharatan daripada kemaslahatannya.

Adapun alasan-alasan perceraian yang disebutkan dalam Pasal 19

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yaitu:

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal

lain diluar kemampuannya;

c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukum yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d) Salah satu pihak mengalami kekejaman atau penganiayaan yang

sangat berat yang membahayakan pihak yang lain;

e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagi suami atau istri,

f) Antar suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.

Dalam Pasal 114 Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa:

“putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi

karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.”

Adapun sebab-sebab atau alasan terjadinya perceraian menurut Pasal

116 Kompilasi Hukum Islam adalah sebagai berikut:

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

Page 33: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxiii

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lain diluar kemampuannya;

c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain;

e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;

f) Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga;

g) Suami melanggar taklik talak;

h) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan dalam rumah tangga.

b. Pengertian Cerai Talak

Cerai talak adalah salah satu bentuk cara yang dibenarkan hukum

Islam memutuskan akad nikah antara suami istri. Dalam pengkajian fiqih

seperti yang bersumber dari hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu

Majah, Kamus Istilah Agama menulis “talak berarti melepaskan ikatan,

yaitu melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapakan secara

sukarela ucapan talak kepada istrinya, dengan kata-kata yang jelas/shahih

ataupun dengan kata-kata sindiran/kinayah”(Shodiq&Shalahuddin

Chaery, - :358).

Dalam pasal 117 Kompilasi Hukum Islam tertulis:

“Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan

Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,

dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130 dan

131.”

Page 34: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxiv

Hak talak hanya pada suami, sedangkan cerai gugat dimiliki oleh istri.

Seorang istri berhak membayar kembali mahar yang telah diberikan oleh

suaminya. Karena hak talak ada pada suami, maka suami harus berhati-hati

dalam mengeluarkan kata – kata yang dapat berakibat jatuhnya talak.

Kata-kata sindiran pun dapat menyebabkan jatuhnya talak jika diucapkan

dengan niat menceraikan istrinya (Beni Ahmad Saebani. 2008: 53).

Thalaq sebagai perbuatan hukum gampang menimbulkan kibat hukum

putus perkawinan, sehingga hak yang diletakkan pada pihak suami ini

membutuhkan sifat kehati-hatian dalam arti suami tidak mudah

melontarkan kara dan niatannya (Achmad Kuzari. 1995:118).

3. Tinjauan tentang Putusan

a. Pengertian Putusan

Jika didefinisikan, putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim, yang

olehnya sebagai Pejabat Kekuasaan Kehakiman yang diberi wewenang

untuk itu, diucapkan di dalam persidangan dengan maksud dan tujuan

untuk mengakhiri suatu perkara atau persengketaan antara dua pihak yang

bersengaketa (Sudikno Mertokusumo, 1980: 167-168).

Putusan tidak hanya yang diucapkan saja, melainkan juga pernyataan

yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh

Hakim di dalam persidangansebuah konsep, belum mempunyai kekuatan

sebagai putusan, apabila belum diucapkan di dalam persidangan. Antara

yanag ditulis di dalam konsep putusan dengan yang diucapakan harus

sama, tidak boleh berbeda. Dengan demikian, putusan dapat didefinisikan

pula dengan suatu “hasil atau kesimpulan suatu pemeriksaan perkara yang

didasarkan pada pertimbangan yang menetapkan apa yang

hukum”(Subekti dan R. Tjitrosoedibyo, 1980: 95).

Putusan Pengadilan merupakan intisari daripada seluruh kegiatan

persidangan. Dengan keluarnya putusan, maka berakhirlah suatu

persengketaan, karena dalam persengketaan tersebut telah ditetapakan

hukumnya, siapa yang salah dan siapa yang benar. Kegiatan dan tindakan

Page 35: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxv

selanjutnya adalah pelaksanaan putusan, sebagai realisasi tugas Pengadilan

yang terakhir adalah menyelesaikan perkara.

Produk hukum Pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Agama,

selain berupa putusan, ada juga produk hukum yang berupa penetapan.

Dimana produk hukum yang berupa putusan mn\erupakan pengakhiran

dari suatu persengkaetaan, produk hukum yang berupa penetapan

merupakn yang bersifat menyelesaikan suatu konflik atau persengketaan,

melainkan hal ini Majelis Hakim (Pengadilan) hanya sekedar memberikan

jasa-jasanya sebagai tenaga tata usaha Negara, sehingga isi dari penetapan

hanya bersifat menerangkan saja, yang dalam istilah hukumnya dikenal

dengan declaratoir (Taufiq Hamami, 2003: 172).

Putusan adalah produk hukum pengadilan agama untuk perkara yang

bersifat contensius, sedangkan penetapan adalah produk hukum

Pengadilan Agama untuk perkara yang bersifat voluntair. Dalam hal

putusan, digolongkan menjadi dua macam putusan, yaitu putusan sela dan

putusan akhir. Putusan sela adalah putusan sementara yang dijatuhkan

sebelum putusan akhir (selama persidangan masih berlangsung), dan pada

umumnya putusan ini dijatuhkan untuk memperlancar jalannya

persidangan dan mempermudah penjatuhan putusan akhir.

Beberapa contoh dari putusan sela yang terdapat dalam praktek

beracara di Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah sebagai

berikut:

a) Putusan sela tentang pengangkatan Hakam dalam kasus gugatan

perceraian karena alasan sqiqaq. Hakam ini ditugaskan oleh

Majelis Hakim dalam upaya mencari jalan keluar yang terbaik bagi

kedua belah pihak yang bersengketa, apakah disatukan kembali

atau dipisahkan (bercerai). Penekanannya lebih kepada usaha

merukunkan atau mendamaikan kembali. Hasil pekerjaannya

dilaporkan kepada Majelis Hakim.

Page 36: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxvi

b) Putusan sela tentang izin perpisahan tempat tinggal bersama antara

suami-istri selama proses persidangan berlangsung. Pada

umumnya, izin perpisahan ini atas permintaan salah satu pihak,

terutama pihak istri, mengingat hal-hal kemudharatan apabila

mereka tetap tinggal bersama dalam satu rumah/ tempat kediaman

bersama.

b. Macam-macam sifat dan isi putusan.

Dalam praktek peradilan pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Agama, putusan dapat dibeda-bedakan menurut sifat dan isinya(Taufiq

Hamami, 2003: 173-177).

1) Menurut sifatnya, putusan terdiri dari:

a) Putusan yang bersifat declaratoir.

Putusan declaratoir adalah suatu putusan yang bersifat

pernyataan atau menegaskan suatu keadaan hukum. Misalnya,

pernyataan atau penegasan (isbat) tentang adanya keterikatan

hubungan suami istri antar Penggugat dengan Tergugat. Putusan

semacam ini biasanya diterapkan pada putusan perceraian bagi para

pihak yang pernikahannya tidak tercatat pada Pegawai Pencatat

Nikah setempat.

b) Putusan yang bersifat constitutif.

Putusan constitutif adalah suatu putusan yang meniadakan

suatu keadaan hukum atau menimbulkan suatu keadaan hukum

baru. Misalnya putusan tentang jatuhnya talak satu bain sughro

Tergugat atas Penggugat. Sebelum dijatuhkannya putusan, antara

Penggugat dengan Tergugat secara hukum antara keduanya adalah

suami istri. Namun, setelah dijatuhkannya putusan, hilanglah

Page 37: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxvii

keadaan hukum tersebut dan terciptalah hukum baru berupa “bukan

suami istri lagi antara Penggugat dengan Tergugat”.

c) Putusan yang bersifat condemnatoir.

Putusan condemnatoir adalah suatu putusan yang bersifat

penghukuman. Tentang hal ini dapat dicontohkan tentang

keharusan Tergugat untuk membayar nafkah lampau yang telah

dilalaikan Tergugat kepada Penggugat, atau keharusan untuk

membayar kebutuhan hidup anak sampai anak tersebut dewasa/

mandiri.

Dalam praktek, suatu putusan tidak akan berdiri sendiri, tetapi

pada umumnya selalu bergabung antara declaratoir dan

condemnatoir atau bisa juga penggabungan antara ketiga-tiganya.

Suatu putusan condemnatoir tidak akan dapat berdiri sendiri, tetapi

sebelumnya harus didahului oleh putusan yang bersifat declaratoir.

Contohnya; penghukuman tentang pembayaran nafkah atau biaya

pemeliharaan anak. Untuk mendasarkan pelaksanaan penghukuman

tersebut, sebelumnya yang dalam hal ini Tergugat, harus

dinyatakan terlebih dahulu bahwa ia sebagai bapak atau ayah dari

anak tersebut berkewajiban untuk menanggung kebutuhan anak

tersebut sampai dengan dewasa.

Contoh lainnya, putusan tentang penghukuman pembayaran

mahar atau maskawin. Sehubungan dengan hal ini, sebelumnya

putusan tersebut harus didahului oleh putusan yang bersifat

declaratoir, yaitu suatu pernyataan bahwa mahar atau maskawin

tersebut belum di bayar/ masih dihutang oleh oleh Tergugat.

2) Menurut isinya, putusan terdiri dari:

a) Gugatan atau permohonan tidak diterima, yang dikenal dengan

putusan negative (N.O.).

Page 38: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxviii

N.O. singkatan dari Neit Ovankelijkler berarti gugatan atau

permohonannya tidak diterima. Putusan macam ini antara lain

karena alasan-alasan sebagai berikut:

(1) Gugatan/ permohonan kabur atau tidak jelas. Atas putusan

N.O., gugatan/ permohonan dapat diajukan kembali setelah

gugatan/ permohonan diperbaiki;

(2) Gugatan/ permohonan tidak berdasar/ melawan hak.

Umpamanya, gugatan cerai diajukan oleh orangtua

Penggugat/Pemohon, bukan oleh Penggugat/Pemohon sendiri.

Gugatan/permohonan dapat diajukan kembali setelah ia

(orangtua Penggugat/Pemohon) mendapatkan surat kuasa

khusus dari Penggugat/Pemohon atau istri;

(3) Gugatan/ permohonan masih belum waktunya (prematur).

Contoh tentang hal ini gugatan cerai dengan alasan

Tergugat/Termohon telah meninggalkan Penggugat/Pemohon

selama 4 bulan tanpa izin Penggugat/Pemohon. Menurut Pasal

19 huruf (b), waktunya harus selamnya 2 (dua) tahun berturut-

turut;

(4) Gugatan/ permohonan Nebis in Idem. Artinya, gugatan/

permohonan sudah pernah diputus oleh Pengadilan dengan

objek sengketa yang sama, pihak-pihak yang bersengketa juga

sama;

(5) Gugatan/ permohonan salah alamat, dikenal dengan istilah

Error In Persona, contoh permohonan cerai talak yang

diajukan oleh suami kepada orangtua istri;

(6) Gugatan/ permohonan telah lampau waktu (kedaluwarsa).

Contoh tentang hal ini permohonan pembatalan perkawinan

yang dilangsungkan di bawah ancaman. Apabila anacaman

telah berhenti dan dalam jangka 6 (enam) bulan setelah itu

masih hidup sebagai suami istri, dan tidak mengajukan haknya

untuk mengajukan pembatalan perkawinan, haknya gugur.

Page 39: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xxxix

Untuk itu bila setelah melampaui waktu 6 (enam) bulan baru

diajukan permohonan pembatalan, permohonannya tersebut

akan diputus N.O. oleh Pengadilan;

(7) Pengadilan tidak berwenang. Tentang hal ini, contohnya

adalah permohonan cerai talak diajukan di kediaman suami/

pemohon. Seharusnya, atau yang berwenang adalah Pengadilan

Agama yang mewilayahi tempat kediaman istri/ termohon.

b) Gugatan/ permohonan dikabulkan.

Putusan semacam ini diajukan dalam hal dalil-dalil gugatan

dapat dibuktikan kebenarannya. Akan tetapi, dalam, dalam hal ini

hanya sebagian saja yang dapat dibuktiakan. Gugatan/ permohonan

akan dikabulkan sebagian dan ditolak sebagian lainnya.

c) Gugatan/ permohonan ditolak.

Putusan semacam ini terjadi apabila dalil-dalil gugatan tidak

dapat dibuktikan kebenarannya. Perbedaan antara putusan N.O.

dengan putusan ditolak adalah kalau di dalam putusan N.O. tidak

sampai pada pemeriksaan pokok perkara. Sedangkan putusan

menolak gugatan/ permohonan dijatuhkan setelah pokok perkara,

dan ternyata dari hasil pemeriksaan tersebut, dalil-dalil gugatan/

permohonan tidak terbukti.

d) Gugatan/ permohonan digugurkan.

Putusan mengugurkan gugatan/ permohonan terjadi apabila

Penggugat/ Tergugat pada sidang pertama (biasanya Majelis

member kesempatan sampai sidang kedua) Penggugat/ Pemohonan

tidak hadir atau tidak menyuruh orang lain untuk hadir di

persidangan seabai wakil/ kuasanya yang sah, meskipun ia telah

dipanggil dengan patut dan resmi oleh Juru Sita/ Juru Sita

Page 40: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xl

Pengganti Pengadilan Agama, dan ketidak hadirannya tersebut

tanpa alasan yang sah, sedang Tergugat/ Termohon hadir. Guna

melindungi kepentingan Tergugat/ Termohon yang sudah

mengorbankan waktu dan mungkin juga uang untuk ongkos pergi

ke Pengadilan, gugatan Penggugat atau permohonan Pemohon

digugurkan.

e) Gugatan/ permohonan dibatalkan.

Dalam hal panjer biaya perkara sudah habis atau setidak-

tidaknya tidak mencukupi lagi untuk menanggulangi segala

keperluan yang mungkin muncul selama proses berjalan sampai

dengan diputus, Penggugat/ Pemohon akan ditegur untuk

menambah panjer biaya perkara oleh Panitera. Surat teguran

tersebut bertenggang waktu selambat-lambatnya satu bulan sejak

tanggal surat peneguran. Apabila ternyata Penggugat/ Pemohon

tidak memenuhi atau tidak mengindahkan teguran tersebut,

Panitera karena jabatannya akan membuat surat keterangan tentang

hal tersebut, dan menyampaikannya kepada Majelis Hakim yang

menangani perkara tersebut.

Berdasarkan surat keterangan tersebut, Majelis akan menilai

bahwa Penggugat/ Pemohon ternyata telah tidak bersungguh-

sungguh dalam berperkara, sesuai pertimbangan inilah, Majelis

Hakim akan memabatalkan perkara tersebut dengan membebenkan

Penggugat/ Pemohon untuk membayar biaya perkara. Bentuk

pembatalan cukup dituangkan dalam sebuah penetapan tentang hal

tersebut, dan tidak perlu dibacakan di dalam persidangan.

B. Kerangka Pemikiran

Semua manusia mengharapkan kehidupan perkawinannya dapat berlangsung

terus hingga akhir hayatnya. Hal ini diperkuat sebagaimana dalam Undang-

undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menegaskan bahwa prinsip

Page 41: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xli

perkawinan adalah suatu akad yang suci yang dibangun oleh suami- istri dengan

tujuan membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia.

Namun tak dapat dipungkiri kehidupan rumah tangga tak luput dari

permasalahan-permasalahan yang timbul baik disengaja ataupun tidak disengaja

yang mana dapat menimbulkan perselisihan rumah tangga. Perselisihan-

perselisihan yang terjadi harus dapat diselesaikan secara proporsional. Artinya

bahwa apabila penyebab dari perselisihan tersebut adalah suatu kesalahan kecil

yang tidak disengaja oleh salah satu pihak, harus diselesaikan secara damai, tidak

perlu diselesaikan dalam jalur hukum. Namun bila permasalahan di antara suami

istri tersebut tidak dapat lagi diselesaikan secara damai, maka jalan keluar satu-

satunya adalah dengan mengajukan permohonan cerai talak ke Pengadilan Agama

untuk memutuskan ikatan perkawinan antara suami istri tersebut.

Dalam suatu negara hukum seperti di Indonesia, Pengadilan adalah suatu badan

atau lembaga peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk memperoleh

keadilan. Tak terkecuali dalam bidang perkawinan yang menjadi wewenang

Pengadilan Agama. Oleh karena itu jalan yang terbaik untuk mendapatkan

penyelesaian suatu perkara perkawinan dalam negara hukum adalah melalui

lembaga peradilan dalam hal ini adalah Pengadilan Agama. Dalam suatu lembaga

peradilan, hakim memegang peranan penting karena hakim dalam hal ini

bertindak sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara yang diajukan ke

pengadilan.

Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini dapat dilihat

dalam skema sebagai berikut:

Page 42: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xlii

PERSIDANGAN

KETERANGAN KELUARGA

PEMOHON DAN TERMOHON

RAPAT PERMUSYAWARATA

N HAKIM

PENGAKUAN TERMOHON

PUTUSAN

KETERANGAN SAKSI

ALASAN PERCERAIAN

PERCERAIAN

IMPLIKASI YURIDIS

PERKAWINAN

Page 43: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xliii

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Untuk dapat menguraikan dan memberi penjelasan dalam pembahasan

mengenai hal-hal yang penulis kaji dalam penulisan hukum ini, penulis

mengadakan penelitian di Pengadilan Agama Surakarta. Dari hasil penelitian

penulis yakni Putusan Pengadilan Agama Nomor: 327/Pdt. G/2004/PA. Ska,

didapat data sebagai berikut:

1. Identitas Para Pihak

a. Pemohon

Pemohon berinisial CH, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS

(Guru), tempat tinggal Mangkuyudan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan

Laweyan, Kota Surakarta.

b. Termohon

Termohon berinisial SZ, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan Guru

Swasta, tempat tinggal di Perumnas Mojosongo, Kelurahan Mojosongo,

Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

2. Duduk Perkara

Duduk perkara dalam perkara No. 327/Pdt. G/2004/PA. Ska, adalah sebagai

berikut:

Bahwa Pemohon telah menikah dengan Termohon pada tanggal 2 Februari

1980 secara sah dan telah terdaftar dalam register Kutipan Akta Nikah Nomor :

571/06/II/1980.

Setelah menikah, Pemohon dan Termohon tinggal di rumah orang tua

Pemohon yakni di Mangkuyudan, Surakarta selama 4 tahun. Selanjutnya sejak

tahun 1985 menempati rumah sendiri di Perumnas Mojosongo, Kelurahan

Page 44: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xliv

Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta sampai sekarang dan sudah dikarunia

5 orang anak.

Pada awal kehidupan berumah tangga, antara Pemohon dan Termohon

dapat menjalin hubungan baik secara rukun dan damai, namun semenjak anak

pertama lahir (1981) mulai sering terjadi kesalahan pahaman yang

menyebabkan berkurangnya keharmonisan rumah tangga.

Pada tanggal 7 Desember 2003, Termohon marah dan mengusir Pemohon

untuk pergi dari rumah. Sejak saat itu Pemohon meninggalkan rumah dengan

sepengetahuan Termohon dan pulang ke rumah orangtua di Mangkuyudan,

Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Berdasarkan kasus tersebut, Pemohon mengajukan permohonan cerai yang

terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Surakarta dengan Nomor

Register: 327/Pdt. G/2004/PA. Ska, yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Bahwa Pemohon telah menikah dengan Termohon pada tanggal 2 Februari

1980 secara sah dan telah terdaftar dalam register Kutipan Akta Nikah

Nomor: 571/06/II/1980 tanggal 2-2-1980;

b. Bahwa setelah menikah, Pemohon dan Termohon tinggal di rumah orang

tua Pemohon yakni di Mangkuyudan, Surakarta selama 4 tahun. Dan

selanjutnya sejak tahun 1985 menempati rumah sendiri di Perumnas

Mojosongo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta sampai

sekarang dan sudah dikarunia 5 orang anak yang bernama:

1. HNIP, lahir pada tanggal 7 Juli 1981;

2. MIF, lahir pada tanggal 23 September 1984;

3. FAA, lahir pada tanggal 13 Mei 1987;

4. UNA, lahir pada tanggal 7 September 1988;

5. LF, lahir pada tanggal 13 Juni 1990.

Page 45: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xlv

c. Bahwa tujuan perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa;

d. Pada awal kehidupan berumah tangga, antara Pemohon dan Termohon dapat

menjalin hubungan baik secara rukun dan damai, namun semenjak anak

pertama lahir (1981) mulai sering terjadi kesalahan pahaman yang

menyebabkan berkurangnya keharmonisan rumah tangga yang disebabkan

antara lain karena:

1. Sifat cemburu Termohon yang berlebihan;

2. Adanya akhlak Termohon yang dianggap kurang baik, semisal:

· Sering mengucapkan kata-kata kotor dan tidak pantas;

· Berani/ tidak taat kepada suami dan orang tua;

· dan lain sebagainya yang semisal;

3. Termohon sering kali meminta perceraian di depan Pemohon;

4. Termohon tidak terima pada besarnya nafkah.

e. Bahwa pada hari Ahad malam tanggal 7 Desember 2003, terjadi kemarahan

yang luar biasa pada diri Termohon, yang akhirnya mengusir Pemohon

untuk pergi dari rumah. Sejak saat itu Pemohon meninggalkan rumah

dengan sepengetahuan Termohon dan pulang ke rumah orang tua di

Mangkuyudan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta;

f. Bahwa atas kejadian-kejadian tersebut, Pemohon merasa sudah tidak dapat

rukun dalam satu rumah tangga kembali dengan Termohon;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan kondisi tersebut, Pemohon mohon

agar Pengadilan Agama Surakarta berkenan memeriksa dan menjatuhkan

putusan sebagai berikut:

PRIMER:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

Page 46: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xlvi

2. Menyatakan, memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan talak

terhadap Termohon di depan Pengadilan Agama Surakarta;

3. Membebankan biaya perkara ini menurut hukum yang yang berlaku;

SUBSIDER:

Apabila Pengadilan Agama Surakarta berpendapat lain, mohon putusan yang

seadil-adilnya.

Bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, para pihak datang

menghadap persidangan dan majelis telah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak yang berperkara, tetapi tidak berhasil.

Bahwa Pemohon selaku Pegawai Negeri Sipil telah memperoleh izin untuk

melakukan perceraian dari atasannya dengan Nomor: M.AK

30/KS.01.1/07/2004 tanggal 9 Januari 2004.

Kemudian dibacakan surat permohonan Pemohon yang isinya tetap

dipertahankan oleh Pemohon.

Selanjutnya, sehubungan dengan permohonan Pemohon tersebut, Termohon

telah menyampaikan jawaban secara lisan pokoknya adalah:

a. Benar Termohon telah menikah dengan Pemohon pada tanggal 2 Februari

1980. Setelah menikah tinggal bersama di rumah orang tua Pemohon,

kemudian pada tahun 1985 tinggal di rumah sendiri di Perumnas

Mojosongo. Perkawinan Pemohon dengan Termohon tersebut telah

dikaruniai lima orang anak;

b. Pada awal kehidupan berumah tangga antara Pemohon dan Termohon

hidup rukun dan damai, kemudian setelah punya anak keadaan rumah

tangga tidak harmonis karena ada kesalahpahaman antara Pemohon

dengan Termohon. Namun tidak benar hal itu disebabkan oleh sikap

(akhlak) Termohon yang dikatakan Pemohon tidak baik dan Termohon

Page 47: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xlvii

cemburu yang berlebihan kepada Pemohon. Benar Termohon pernah

meminta cerai kepada Pemohon tapi seingat Termohon hanya sekali

karena emosi dengan Pemohon. Adapun mengenai besarnya nafkah,

Termohon pernah tidak menerima hanya pada bulan Nopember 2004;

c. Benar pada tanggal 7 Desember 2003 terjadi pertengkaran antara Pemohon

dengan Termohon, kemudian Pemohon pulang ke rumah orang tuanya di

Mangkuyudan samapai sekarang. Namun tidak benar kepergian Pemohon

tersebut diusir oleh Termohon;

d. Sehubungan dengan permohonan Pemohon hendak menjatuhkan talak

terhadap Termohon, dalam hal ini Termohon keberatan bercerai dengan

Pemohon. Karena sekalipun Pemohon dengan Termohon hidup berpisah,

namun Pemohon masih sering datang dan pernah melakukan hubungan

suami istri.

Selanjutnya Pemohon menyampaikan tanggapan (Replik) secara lisan atas

jawaban Termohon yang pokoknya adalah:

a. Bahwa Pemohon tetap pada dalil Pemohon sebagaimana yang dikemukakan

dalam permohonan Pemohon;

b. Bahwa kalau terjadi pertengkaran, Termohon seringkali minta cerai dengan

Pemohon;

c. Bahwa Termohon sering mengeluh/ tidak terima nafkah yang telah

diberikan Pemohon;

d. Oleh karena itu Pemohon tetap dengan pendirian hendak menjatuhkan talak

terhadap Termohon sekalipun pada bulan Ramadhan tahun 2004 Pemohon

pernah datang dan melakukan hubungan suami istri dengan Termohon

(sekali).

Page 48: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xlviii

Sehubungan dengan Replik yang telah disampaikan oleh Pemohon,

kemudian Termohon menyampaikan tanggapan/ Duplik secara lisan adalan

sebagai berikut:

a. Bahwa Termohon tetap bertahan sebagaimana yang telah dikemukakan

dalam Jawaban terdahulu;

b. Bahwa Termohon tetap pula pada pendirian tidak ingin bercerai dengan

Pemohon.

Dalam proses persidangan, Majelis telah mendengar keterangan keluarga

masing-masing sebagai berikut:

I. Keluarga Pemohon

IS, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan Swasta, bertempat tinggal di

Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Saudara Sepupu

Pemohon.

Di bawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai

berikut :

a. Keluarga Pemohon telah mengetahui maksud Pemohon hendak

menjatuhkan talak terhadap Termohon;

b. Sepengetahuan keluarga, perkawinan Pemohon dengan Termohon telah

berjalan selama dua puluh empat tahun. Setelah menikah mereka

tinggal di Mangkuyudan selama empat tahun kemudian pindah di

Perumnas Mojosongo sampai sekarang dan dikaruniai lima orang anak;

c. Bahwa antara Pemohon dengan Termohon telah terjadi perselisihan dan

pertengkaran karena diantara mereka ada kesalahpahaman. Pemohon

akan menunaikan ibadah haji bersama ibunya dengan biaya ditanggung

oleh Ibu Pemohon;

Page 49: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

xlix

d. Bahwa Pemohon telah hidup terpisah dengan Termohon lebih kurang

satu tahun lamanya;

e. Keluarga sudah berusaha memberikan nasehat kepada kedua belah

pihak berperkara tetapi tidak berhasil.

II. Keluarga Termohon

RN, umur 70 tahun, agama Islam, pekerjaan Pensiunan Guru, tempat

tinggal Kelurahan Made Gondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten

Sukoharjo, Ayah Termohon.

Di bawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai

berikut :

a. Keluarga telah mengetahui maksud Pemohon hendak bercerai dengan

Termohon;

b. Sepengetahuan keluarga setelah menikah, Pemohon dan Termohon

tinggal bersama di Mangkuyudan selama 4 (empat) tahun kemudian

pindah di Perumahan Mojosongo sampai sekarang dan telah dikaruniai

lima anak;

c. Bahwa Pemohon dengan Termohon telah terjadi perselisihan, mereka

telah hidup berpisah. Namun tidak tahu persis soal penyebabnya;

d. Keluarga Termohon telah berusaha dengan maksimal mendamaikan

kedua pihak berperkara, tetapi tidak berhasil.

Untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan

bukti surat sebagai berikut:

a. Bukti P-1

Foto kopi Kutipan Akta Nikah Nomor 571/06/II/1980 tanggal 2 Februari

1980;

Page 50: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

l

b. Bukti P-2

Foto kopi Kartu Tanda Penduduk Pemohon yang dikeluarkan oleh Camat

Jebres tanggal 8 September 2003;

c. Bukti P-3

Surat Ijin Untuk Melakukan Perceraian dari atasan Pemohon dengan

Nomor: M.AK 30/KS.01.1/07/2004 tanggal 9 Januari 2004.

Selain mengajukan alat bukti surat, Pemohon juga mengajukan alat bukti 2

orang saksi yang masing-masing telah mengucapkan sumpah menurut Agama

Islam, yaitu :

1. Saksi I

MZ, umur 42 tahun, agama Islam, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, tempat

tinggal di Tobayan, Kelurahan Pogah, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten, Adik Pemohon.

Di bawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai

berikut :

a. Saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon;

b. Saksi sudah mengetahui maksud Pemohon hendak bercerai dengan

Termohon;

c. Sepengetahuan saksi, perkawinan Pemohon dengan Termohon telah

berjalan selam 24 tahun dan mereka telah dikaruniai lima orang anak.

Setelah menikah, Pemohon dan Termohon tinggal bersama di rumah

oaring tua Pemohon di Mangkuyudan selama 4 tahun, kemudian mereka

menempati rumah sendiri di Mojosongo dan sekarang telah berpisah

kurang lebih setahun lamanya;

Page 51: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

li

d. Saksi tidak mengetahui secara langsung soal penyebab Pemohon

Berpisah dengan Termohon, hanya Pemohon pernah bercerita dengan

saksi bahwa antara Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada

kecocokan (berselisih) sehingga lebih baik hidup berpisah;

e. Saksi yang juga selaku keluarga sudah pernah berusaha mendamaikan

kedua belah pihak berperkara, tetapi usaha tersebut tidak berhasil.

2. Saksi II

FA, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan Guru, bertempat tinggal di

Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Di bawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai

berikut :

a. Saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon;

b. Saksi tahu bahwa Pemohon hendak bercerai dengan Termohon;

c. Sepengetahuan saksi, antara Pemohon dengan Termohon telah hidup

berpisah selama delapan bulan lamanya. Saksi tidak tahu langsung

penyebabnya,hanya berdasarkan keterangan Pemohon, sekarang antara

Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada kecocokan (berselisih).

Selanjutnya Pemohon menyampaikan kesimpulan secara lisan yang pada

pokoknya adalah:

Bahwa Pemohon tetap pada pendirian sebagaimana yang dikemukakan

dalam permohonan tanggal 24 Oktober 2004 hendak menjatuhkan talak

terhadap Termohon. Mohon kepada Majelis Hakim menjatuhkan putusan,

mengijinkan kepada Pemohon untuk mengikrarkan talak terhadap Termohon.

Kemudian Termohon juga telah menyampaikan kesimpulan secara lisan

yang pada pokoknya adalah:

Page 52: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lii

Bahwa Termohon keberatan bercerai dengan Pemohon dan Termohon tetap

ingin mempertahankan perkawinan dengan Pemohon.

3. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

a. Bahwa maksud dan tujuan permohonan cerai talak Pemohon adalah

sebagaimana telah diuraikan dalam permohonan cerai tanggal 27 Oktober

2004;

b. Berdasarkan ketentuan Pasal 66 ayat(2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama, permohonan Pemohon secara formil dapat

diterima oleh Pengadilan Agama Surakarta;

c. Bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak

berperkara namun tidak berhasil;

d. Bahwa Pemohon telah memperoleh Surat Ijin Untuk Melakukan Perceraian

dari atasan Pemohon dengan Nomor: M.AK 30/KS.01.1/07/2004 tanggal 9

Januari 2004 sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat(1) Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi

Pegawai Negeri Sipil;

e. Bahwa secara hukum, antara Pemohon dan Termohon terikat perkawinan

yang sah;

f. Bahwa dalil atau alasan permohonan cerai talak yang diajukan Pemohon

pokoknya adalah sering terjadi perselisihan karena Termohon cemburu,

sikap (akhlaknya) kurang baik, sering minta cerai dengan Pemohon dan

tidak menerima nafkah yang diberikan oleh Pemohon. Namun dalil

permohonan itu dibantah oleh Termohon, menurut Termohon, telah

kesalahpahaman antara Pemohon dan Termohon sehingga menimbulkan

perselisihan atau pertengkaran diantara kedua belah pihak;

Page 53: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

liii

g. Bahwa Pemohon masih bersiteguh dengan permohonannya dan menolak

dalil-dalil bantahan Termohon. Dan sebaliknya, Termohon tetap bersiteguh

dengan jawabannya dan menolak untuk bercerai dengan Pemohon;

h. Bahwa dari proses pemeriksaan saksi-saksi, diperoleh keterangan bahwa

telah terjadi perselisihan di antara Pemohon dan Termohon. Keterangan

saksi tersebut telah menguatkan dalil atau alasan perceraian yang diajukan

oleh Pemohon. Termohon juga secara tegas tidak membantah adanya

perselisihan dan pertengkaran kecuali hanya sebagian penyebabnya;

i. Bahwa berdasarkan keterangan keluarga Pemohon maupun keluarga

Termohon, dikuatkan pula dengan bukti P.3 dan saksi-saksi yang diajukan

oleh Pemohon, telah membuktikan adanya perselisihan atau pertengkaran

antara Pemohon dengan Termohon;

j. Bahwa di antara Pemohon dan Termohon telah terjadi perbedaan sikap dan

arah berpikir sebagai bentuk perselisihan atau pertengkaran dimana baik

kedua belah pihak maupun keluarga Pemohon atau keluarga Termohon

sudah tidak mampu mendamaikan kembali;

k. Bahwa antara Pemohon dan Termohon sudah pisah tempat tinggal sehingga

keduanya tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai suami istri. Dengan

keadaan rumah tangga yang demikian, Majelis Hakim berpendapat bahwa

tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan sejahtera akan sulit tercapai;

l. Bahwa dengan dikabulkannya permohonan Pemohon tersebut, berdasarkan

ketentuan Pasal 41 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, Majelis Hakim secara ex officio perlu mempertimbangkan hak-

hak Termohon selaku istri yang akan ditalak oleh Pemohon, yaitu

mewajibkan kepada Pemohon untuk memberikan mut’ah serta nafkah iddah

kepada Termohon sesuai dengan ketentuan Pasal 149 huruf (a) dan (b);

Page 54: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

liv

m. Bahwa oleh karena perkara cerai talak termasuk sengketa bidang

perkawinan, maka sesuai ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, biaya yang timbul akibat

perkara ini dibebankan kepada Pemohon;

4. Amar Putusan

Majelis Hakim mengeluarkan putusan atas perkara tersebut dengan nomor:

327/PDT.G/2004/PA.Ska, yang pada amar putusannya berbunyi:

a. Mengabulkan permohonan Pemohon;

b. Memberikan izin kepada Pemohon (CH) mengikrarkan talak terhadap Termohon

(SZ) di depan siding Pengadilan Agama Surakarta;

c. Membebankan kepada Pemohon untuk memberikan mut’ah kepada Termohon

sebesar Rp. 3.000.000,00 ( Tiga juta rupiah ) dan memberikan nafkah iddah

selama ぼga bulan sebesar Rp. 1.500.000,00 ( Satu juta lima ratus ribu rupiah )

dibayar kontan sekaligus sebelum Ikrar Talak dijatuhkan;

d. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp.

286.000,00 (Dua ratus delapan puluh enam ribu rupiah).

Page 55: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lv

B. Pembahasan

2. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Dalam

Perkara Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta

(Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska).

Dalam penulisan hukum ini, penulis melakukan penelitian tentang

permohonan cerai talak dengan nomor : 327/PDT.G/2004/PA.Ska di

Pengadilan Agama Surakarta. Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis

dapat mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam

perkara permohonan cerai talak dengan alasan adanya perselisihan/

pertengkaran di antara kedua belah pihak yang terdaftar dalam perkara

nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska.

Pada perkara nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska tersebut, penulis

menganalisa pertimbangan-pertimbangan hakim sebagai berikut:

a. Adanya permohonan Pemohon yang pada pokonya didasarkan pada alasan

bahwa telah terjadi kesalahpahaman, sehingga terjadi perselisihan/

pertengkaran yang menyebabkan berkurangnya keharmonisan rumah

Page 56: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lvi

tangga, sifat cemburu diri Termohon yang berlebihan, akhlak Termohon

yang dianggap kurang baik, Termohon sering kali meminta cerai di depan

Pemohon dan tidak terima besarnya nafkah dari Pemohon;

Pada permohonan Pemohon, alasan Pemohon mengajukan

Permohonan cerai talak pada pokoknya adalah di antara Pemohon dengan

Termohon terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran.

Sesuai dengan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun

1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam disebutkan alas an

perceraian yakni “antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan

dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga”. Kedua tersebut dapat menjadi dasar hukum dalam

memutus perkara nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska.

b. Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon

tetapi tidak berhasil;

Dalam Pasal 82 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

berbunyi:

Ayat (1): Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim berusaha mendamaikan kedua pihak.

Ayat (4): Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.

Berdasarkan Pasal 82 ayat(1) dan (4) Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tersebut, selama perkara belum diputus, tidak menutup kemungkinan

bagi Majelis Hakim untuk berusaha mendamaikan kedua pihak yang

bersengketa.

Karena perdamaian tidak tercapai, maka Majelis Hakim melanjutkan

pemeriksaan permohonan cerai talak dengan nomor:

Page 57: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lvii

327/PDT.G/2004/PA.Ska yang diajukan oleh Pemohon yang bernama CH

terhadap Termohon yang bernama SZ sesuai dengan ketentuan Pasal 65

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang berbunyi:

“ Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.”

Dalam perkara ini, Pemohon mengajukan permohonannya ke

Pengadilan Agama Surakarta karena tempat kediaman Termohon masuk

dalam yurisdiksi Pengadilan Agama Surakarta, sesuai dengan ketentuan

Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah

dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 juncto Pasal 129

Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa permohonan cerai talak

diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman Termohon atau Istri.

c. Terhadap dalil-dalil permohonan yang diajukan oleh Pemohon, Termohon

menolak dalil-dalil Pemohon kecuali yang dengan tegas diakui

kebenarannya oleh Termohon seperti yang diuraikan dalam Jawaban dan

Duplik Termohon;

Karena dalam jawaban dan duplik yang diajukan oleh Termohon

terdapat penolakan atas dalil-dalil permohonan Pemohon, untuk memenuhi

ketentuan Pasal 163 HIR, Majelis Hakim berpendapat perlu diadakannya

proses pembuktian untuk mengetahui kebenaran dari dalil-dalil

permohonan Pemohon maupun bantahan-bantahan yang diajukan

Termohon.

d. Keterangan keluarga Termohon yang disampaikan di bawah sumpah, yang

pada pokoknya menerangkan bahwa di antara Pemohon dengan Termohon

Page 58: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lviii

telah terjadi perselisihan dan mengetahui Pemohon dan Termohon telah

hidup berpisah namun tidak mengetahui penyebabnya;

e. Keterangan keluarga Pemohon yang disampaikan di bawah sumpah, yang

pada pokoknya menerangkan bahwa di antara Pemohon dengan Termohon

telah terjadi perselisihan dan pertengkaran karena diantara mereka ada

kesalah pahaman dan mengetahui bahwa Pemohon telah hidup berpisah

dengan Termohon lebih kurang satu tahun lamanya;

f. Keterangan dua orang saksi Pemohon yang disampaikan dibawah sumpah,

yang pada pokoknya menerangkan bahwa mengetahui Pemohon dan

Termohon telah hidup berpisah namun tidak mengetahui penyebabnya.

g. Keterangan Termohon yang secara tegas tidak membantah adanya

perselisihan dan pertengkaran kecuali hanya sebagian penyebabnya.

Dalam proses pemeriksaan bukti-bukti, saksi-saksi dan keluarga dari

pihak Pemohon maupun Termohon, didapatkan keterangan, baik para saksi

maupun keluarga kedua belah pihak mengetahui bahwa antara Pemohon

dengan Termohon telah terjadi perselisihan meskipun para saksi tidak

mengetahui penyebab perselisihan, puncaknya sekitar bulan Desember

2003, Pemohon dengan Termohon telah pisah rumah, dimana Pemohon

sekarang tinggal di rumah orang tuanya di Mangkuyudan dan Termohon

Termohon tinggal di Mojosongo. Keterangan para saksi Pemohon (MZ

dan FA) dan keluarga Pemohon maupun Termohon tersebut telah

menguatkan dalil Pemohon serta berdasarkan pada jawaban Termohon

yang secara tegas tidak membantah adanya perselisihan dan pertengkaran

kecuali hanya sebagian penyebabnya, Majelis Hakim berpendapat, dalil

atau alasan perceraian yang diajukan oleh Pemohon telah didukung cukup

bukti.

h. Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon

telah pecah dan sudah tidak ada kesempatan untuk berdamai kembali,

Page 59: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lix

dimana Pemohon bersikukuh tetap ingin bercerai walaupun Termohon

tidak menghendaki perceraian, sehingga apabila rumah tangga Pemohon

dan Termohon yang sudah pecah atau berselisih itu tetap dipaksakan

dipertahankan, justru akan menimbulkan kemadharatan bagi kedua belah

pihak;

Berdasarkan fakta tersebut, maka permohonan cerai talak Pemohon

telah mendapat cukup alasan berdasarkan Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 juncto Pasal 116 huruf (f) Kompilasi

Hukum Islam.

Pada Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tertulis alasan perceraian yakni “antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”. Perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus antara suami dan istri membuat rumah tangga laksana neraka dunia, dimana suami istri di dalamnya tersiksa, jauh dari rasa ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan yang justru menjadi tujuan perkawinan. Penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran juga bermacam-macam, antara lain adalah karena tekanan ekonomi rumah tangga, bisa karena cara hidup dan pandangan yang berbeda, bisa karena kehidupan beragama yang berbeda dan sebagainya (Ridwan Syahrani, 1987:56).

Ada 2 (dua) pendapat mengenai penggunaan alasan perceraian

sebagaimana tertulis pada Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor

9 Tahun 1975 juncto Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, yakni

“antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga”. Pendapat pertama mengatakan, bahwa alasan-alasan perceraian

itu hanyalah contoh saja, dimana tiap alasan dapat dipergunakan untuk

meminta perceraian, asal saja alasan itu mengakibatkan suami istri tidak

dapat hidup rukun lagi sebagai suami istri. Pendapat kedua mengatakan

bahwa penyebutan alasan-alasan itu sifatnya limitatif, karenanya tidak

dapat ditambah dengan alasan perceraian yang lain. Hal ini sesuai dengan

prinsip kekal abadinya perkawinan dan kehendak pembentuk Undang-

Undang untuk mempersulit perceraian dan adanya pokok pikiran bahwa

Page 60: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lx

alasan-alasan untuk menuntut perceraian harus merupakan alasan-alasan

tertentu (Ridwan Syahrani, 1987:57-58).

Pada kasus tersebut, dapat juga diterapkan metode Argumentum per

analogiam atau metode berfikir analogi. Analogi memberi penafsiran pada

suatu peraturan hukum dengan memberi kias pada kata-kata dalam

peraturan tersebut, sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat

dimasukkan kemudian dianggap sesuai dengan bunyi peraturan tersebut

(Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993 : 23).

Hakim menggunakan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor

9 tahun 1975 juncto Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yang

berbunyi “Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga”. Menurut penulis, Pasal tersebut apabila dianalogikan maka

perselisihan dan pertengkaran tersebut meliputi segala hal yang dapat

menyebabkan terjadinya perselisihan dan pertengkaran dalam rumah

tangga. Dalam kasus di atas, dengan adanya sikap dan arah berpikir

Pemohon dengan Termohon masing-masing sudah berbeda yang

menyebabkan terjadinya perselisihan dan pertengkaran dalam rumah

tangga dapat menjadi alasan terjadinya perceraian, sehingga menurut

penulis, Hakim telah tepat memberikan dasar hukum Pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 juncto Pasal 116 huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam.

i. Berdasarkan hasil Rapat Permusyawaratan Hakim yang dilanjutkan

dengan proses voting, Majelis Hakim sepakat untuk mengabulkan

permohonan Pemohon untuk menceraikan Termohon dan menjatuhkan

talak Pemohon atas Termohon.

Rapat permusyawaratan hakim (RPH) merupakan perundingan yang

dilaksanakan untuk mengambil keputusan terhadap suatu perkara yang

Page 61: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxi

diajukan kepadanya dan sedang diproses dalam persidangan Pengadilan

Agama yang berwenang. Musyawarah Majelis Hakim dilaksanakan secara

rahasia, maksudnya apa yang dihasilkan dalam rapat Majelis Hakim

tersebut hanya diketahui oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara

sampai putusan diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

Tujuan diadakan musyawarah majelis ini adalah untuk menyamakan

persepsi, agar terhadap perkara yang sedang diadili itu dapat dijatuhkan

putusan yang seadil-adilnya, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Sehingga Majelis Hakim harus bersungguh-sungguh dengan cara

musyawarah mufakat untuk menghasilkan suara bulat dalam memutuskan

perkara (Abdul Manan, 2000: 161).

Dari proses voting yang dilakukan tersebut, akhirnya Majelis Hakim

sepakat menyatukan pendapat di antara mereka untuk membuat satu

putusan untuk memutus perkara tersebut. Majelis Hakim menyatakan

menerima dan mengabulkan permohonan cerai talak yang diajukan oleh

Pemohon, CH kepada istrinya, SZ.

2. Implikasi Yuridis dari Putusnya Perkawinan karena Talak.

Dalam perkara nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska tersebut, yang menjadi

dasar untuk melakukan perceraian adalah antara Pemohon dengan Termohon

telah terjadi perbedaan sikap dan arah berpikir yang tidak dapat lagi

dikompromikan sehingga menyebabkan terjadinya perselisihan/ pertengkaran

di antara Pemohon dengan Termohon dan rumah tangga Pemohon dan

Termohon sudah tidak harmonis lagi. Pemohon dan Termohon telah hidup

berpisah/ pisah rumah selama 10 (sepuluh) bulan.

Majelis Hakim dalam menyelesaikan perkara tersebut menggunakan

dasar hukum Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

juncto Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Pada Pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 disebutkan alasan perceraian

yakni “antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

Page 62: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxii

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga”.

Dalam amar putusan Hakim, dapat diketahui implikasi yuridis dari

putusnya perkawinan karena talak yaitu:

a. Putusnya perkawinan antara Pemohon dengan Termohon karena

perceraian.

Dengan adanya putusan Pengadilan Agama Surakarta dengan

nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska tersebut dengan demikian

perkawinan antara Pemohon dengan Termohon putus karena

perceraian.

b. Hilangnya hubungan suami-isteri antara Pemohon dengan

Termohon.

Karena perkawinan antara Pemohon dengan Termohon telah

putus karena perceraian, maka di antara Pemohon dengan

Termohon sudah tidak terikat dalam hubungan suami-isteri,

sehingga semua kewajiban maupun hak sebagai suami maupun

istri juga hilang.

c. Para pihak ( Pemohon dan Termohon) tidak lagi terikat

perkawinan sehingga masing-masing pihak dapat melangsungkan

perkawinan lagi. Untuk melakukannya tidak perlu mendapatkan

ijin dari pihak lainnya.

Mengenai masalah hak pengasuhan anak, tidak tertulis dalam amar

putusan karena baik Pemohon maupun Termohon tidak manyinggung soal

hak pengasuhan anak. Hak pengasuhan anak telah tertulis dalam Pasal 156

Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi :

Page 63: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxiii

a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh:

1) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu; 2) Ayah; 3) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah; 4) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan; 5) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.

b. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya;

c. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula;

d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri (21 tahun);

e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, pengadilan agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a),(b), (c) dan (d);

f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.

Selain Pasal diatas, juga terdapat dalam Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam

yang berbunyi :

Dalam hal terjadinya perceraian: a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun

adalah hak ibunya; b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk

memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya; c. biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Menurut Pasal 156 dan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam di atas karena

anak-anak Pemohon dan Termohon masing-masing telah mumayyiz (saat

perkara disidangkan) maka anak diberikan kebebasan untuk memilih diantara

ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya.

Mengenai masa iddah karena perkawinan antara Pemohon dengan

Termohon putus karena perceraian, maka iddah-nya adalah iddah talak. Iddah

artinya satu masa yang mengharuskan perempuan-perempuan yang telah

Page 64: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxiv

diceraikan oleh suaminya, baik cerai mati ataupun cerai hidup, untuk

menunggu sehingga dapat diyakinkan bahwa rahimnya telah berisi atau kosong

dari kandungan. Sedangkan Iddah talak artinya adalah iddah karena bercerai.

Perempuan-perempuan yang dalam iddah talak terdiri atas empat macam,

yakni (Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S, 2007:372-374) :

a. Perempuan-perempuan yang telah dicampuri dan belum putus dari haid.

Iddahnya ialah tiga kali suci atau tiga kali haid;

b. Perempuan-perempuan yang dicampuri dan telah putus dari masa haid

karena sudah tua;

c. Perempuan-perempuan yang dicampuri, sedangkan ia belum pernah haid,

karena belum baligh, iddah mereka tiga bulan;

d. Perempuan-perempuan yang belum didukhul berarti tidaklah ada iddah

bagi mereka.

Sehingga dalam perkara diatas, masa iddah bagi Penggugat adalah tiga kali

suci atau tiga kali haid.

Page 65: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxv

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis kemukakan, didapatkan

kesimpulan atas hal yang telah penulis tinjau dan bahas lebih lanjut tersebut,

yakni:

1. Dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara nomor: 327/Pdt.

G/2004/PA. Ska adalah:

a. Adanya permohonan Pemohon yang pada pokonya didasarkan pada alasan

bahwa telah terjadi kesalahpahaman sehingga terjadi perselisihan/

pertengkaran yang menyebabkan berkurangnya keharmonisan rumah

tangga, sifat cemburu diri Termohon yang berlebihan, akhlak Termohon

yang dianggap kurang baik, Termohon sering kali meminta cerai di depan

Pemohon dan tidak terima besarnya nafkah dari Pemohon;

b. Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon

tetapi tidak berhasil;

c. Terhadap dalil-dalil permohonan yang diajukan oleh Pemohon, Termohon

menolak dalil-dalil Pemohon kecuali yang dengan tegas diakui

kebenarannya oleh Termohon seperti yang diuraikan dalam Jawaban dan

Duplik Termohon;

d. Keterangan keluarga Pemohon yang disampaikan di bawah sumpah, yang

pada pokoknya menerangkan bahwa diantara Pemohon dengan Termohon

telah terjadi perselisihan dan pertengkaran karena diantara mereka ada

kesalah pahaman dan mengetahui bahwa Pemohon telah hidup berpisah

dengan Termohon lebih kurang satu tahun lamanya;

e. Keterangan keluarga Termohon yang disampaikan di bawah sumpah, yang

pada pokoknya menerangkan bahwa diantara Pemohon dengan Termohon

Page 66: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxvi

telah terjadi perselisihan dan mengetahui Pemohon dan Termohon telah

hidup berpisah namun tidak mengetahui penyebabnya;

f. Keterangan dua orang saksi Pemohon yang disampaikan dibawah sumpah,

yang pada pokoknya menerangkan bahwa mengetahui Pemohon dan

Termohon telah hidup berpisah namun tidak mengetahui penyebabnya;

g. Keterangan Termohon yang secara tegas tidak membantah adanya

perselisihan dan pertengkaran kecuali hanya sebagian penyebabnya;

h. Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon

telah pecah dan sudah tidak ada kesempatan untuk berdamai kembali,

dimana Pemohon bersikukuh tetap ingin bercerai walaupun Termohon

tidak menghendaki perceraian, sehingga apabila rumah tangga Pemohon

dan Termohon yang sudah pecah atau berselisih itu tetap dipaksakan

dipertahankan, justru akan menimbulkan kemadharatan bagi kedua belah

pihak;

i. Berdasarkan hasil Rapat Permusyawaratan Hakim yang dilanjutkan

dengan proses voting, Majelis Hakim sepakat untuk mengabulkan

permohonan Pemohon untuk menceraikan Termohon dan menjatuhkan

talak Pemohon atas Termohon.

2. Implikasi Yuridis dari putusnya perkawinan karena talak.

a. Putusnya perkawinan antara Pemohon dengan Termohon karena

perceraian.

b. Hilangnya hubungan suami-isteri antara Pemohon dengan Termohon.

c. Para pihak ( Pemohon dan Termohon) tidak lagi terikat perkawinan

sehingga masing-masing pihak dapat melangsungkan perkawinan lagi.

Untuk melakukannya tidak perlu mendapatkan ijin dari pihak lainnya.

Page 67: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxvii

B. Saran

1. Bagi aparat pemerintah, dalam hal ini Pengadilan Agama, sedapat mungkin

tetap memegang teguh prinsip mempersulit terjadinya perceraian, dengan

mengingat bahwa perkawinan merupakan suatu ikatan yang sakral antara

suami-istri yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa serta mengingat

dampak negatif akibat perceraian bagi generasi yang akan datang. Selain itu

diharapkan juga pihak pengadilan dapat memberikan penyelesaian yang baik

manakala menghadapi permohonan atau gugatan perceraian dengan alasan

terjadi perselisihan/ pertengkaran antara suami dan istri dengan menyarankan

mereka untuk melakukan upaya perundingan dengan melibatkan keluarga

sehingga tercapai perdamaian antara kedua belah pihak;

2. Bagi mereka yang hendak melangsungkan perkawinan, hendaknya

mempersiapkan diri secara lahir maupun batin dalam menghadapi

permasalahan atau problem rumah tangga, termasuk terjadinya perselisihan/

pertengkaran yang timbul dalam kehidupan berumah tangga, untuk

menghindari terjadinya perceraian dengan segala akibat hukumnya.

Page 68: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxviii

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan. 2000. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta: Yayasan al-Hikmah.

Achmad Kuzari. 1995. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Beni Ahmad Saebani. 2008. Perkawinan Dalam Hukum Islam dan Undang –

Undang (Perspektif Fiqh Munakahat dan UU No. 1/1974 tentang

Poligami dan Problematikanya). Bandung : Penerbit Pustaka Setia.

Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin S. 2007. Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’i Buku 2: Muamalat, Munakahat, Jinayat. Bandung: Pustaka Setia.

Khoiruddin Nasution. 2002. Hukum Perkawinan I. Yogyakarta : Academic dan

Tazzafa.

Lexi J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muchlis Marwan dan Thoyib Mangkupranoto. 1992. Hukum Islam II, Surakarta :

UNS Press.

Muhd Idris Ramulyo 2002. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Peter Mahmud Marzuki.2009. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana.

Ridwan Syahrani. 1987. Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: PT Media Sarana Press.

Sayyid Sabiq. 1980. Fikih Sunnah Jilid 8. Bandung : PT Alma’arif.

Shodiq dan Shalahuddin Chaery. Kamus Istilah Agama. Jakarta: CV.

Sienttararama.

Slamet Abidin dan Aminudin. 1999. Fiqh Munakahat. Bandung : Penerbit

Pustaka Setia.

Soemiyati. 1986. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan

(UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Yogyakarta: Liberty).

Soerjono Soekanto.2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Page 69: TINJAUAN TENTANG DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM .../Tinjauan-tentang-dasar...Permohonan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Surakarta (Studi Kasus Perkara Nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska)

lxix

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Subekti . dan Tjitrosoedibyo. 1980. Kamus Hukum. Jakarta: Pradya Paramita.

Sudikno Mertokusumo. 1980. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta:

Liberty.

Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Taufiq Hamami. 2003. Kedudukan Dan Eksistensi Peradilan Agama Dalam Sistem Tata Hukum Di Indonesia. Bandung: Alumni.

Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Putusan nomor: 327/PDT.G/2004/PA.Ska