tinjauan pustaka pinus - eprints.umm.ac.id

18
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pinus Pinus adalah salah satu jenis kayu khas tropis yang bernilai komersial cukup baik di pasaran. Pinus terdiri dari banyak jenis yang berbeda-beda, tetapi, hanya ada dua jenis yang banyak beredar di pasaran sebab kedua jenis pinus ini memang banyak dikenal memiliki kualitas paling baik diantara jenis-jenis lainnya yakni pinus radiate dan Pinus merkusii. Baik jenis pinus radiate merkusii, keduanya adalah jenis pinus yang sangat populer di Indonesia sebab kedua jenis pinus tersebut merupakan jenis pinus yang banyak digunakan oleh industri-industri perkayuan atau individu (masyarakat umum) sebagai aneka kayu untuk membuat aneka macam furniture indoor ataupun jenis Pohon Pinus merkusiibesar dapat menjadi, batang lurus, silindris. Tegakan tua mencapai 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah lebih tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam (dapat berbeda pada strain-strain tertentu). Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan atau lebih berdasarkan jenisnya, panjang daun 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal, bunga jantan dan betina terdapat dalam satu pohon berumah satu (monoceous). Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan (Anonymous, 2014).

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pinus

Pinus adalah salah satu jenis kayu khas tropis yang bernilai komersial cukup

baik di pasaran. Pinus terdiri dari banyak jenis yang berbeda-beda, tetapi, hanya

ada dua jenis yang banyak beredar di pasaran sebab kedua jenis pinus ini memang

banyak dikenal memiliki kualitas paling baik diantara jenis-jenis lainnya yakni

pinus radiate dan Pinus merkusii. Baik jenis pinus radiate merkusii, keduanya

adalah jenis pinus yang sangat populer di Indonesia sebab kedua jenis pinus

tersebut merupakan jenis pinus yang banyak digunakan oleh industri-industri

perkayuan atau individu (masyarakat umum) sebagai aneka kayu untuk membuat

aneka macam furniture indoor ataupun jenis

Pohon Pinus merkusiibesar dapat menjadi, batang lurus, silindris. Tegakan

tua mencapai 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid,

setelah lebih tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua

berwarna gelap, alur dalam (dapat berbeda pada strain-strain tertentu). Terdapat 2

jarum dalam satu ikatan atau lebih berdasarkan jenisnya, panjang daun 16-25 cm.

Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal, bunga jantan dan betina terdapat

dalam satu pohon berumah satu (monoceous). Bunga jantan berbentuk strobili,

panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat

di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan (Anonymous, 2014).

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

5

2.2 Klasifikasi Pinus

Klasifikasi tanaman pinus adalah sebutandari sekelompok tumbuhan yang

semuanya tergabung dalam marga pinus. Pinus kebanyakan bersifat Monoceous

(berumah satu), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina

namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (Sub-

diceous).Adapun klasifikasi tanman pinus adalah sebagai berikut, kingdom:

plantae (tumbuhan), subkingdom: Tracheobionata (tumbuhan pembuluh), super

divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), kelas: pinopsida, ordo: pinales, family:

pinaceae, genus: pinus, dan spesies: Pinus merkusii(Anonymous, 2014a).

2.2.1 Ciri Umum Kayu Pinus

Pinus memiliki ciri khas yaitu memiliki batang utama silindris, lurus dalam

tegakan rapat serta memiliki alur yang dalam, cabang-cabang membentuk putaran

yang teratur, tinggi bebas, cabang bisa mencapai 10-25 meter, memiliki bentuk

daun jarum dengan jumlah dua helai yang dapat bertahan lebih dari 2 tanuh

dengan tepi daun bergigi halus, bunga berbentuk stobili jantan dan betina.

Daun merupakan bagian dari tajuk pohon yang mungkin terjadinya proses

fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Daun pinus berbentuk seperti jarum tersusun

dalam

berkas-berkas yang masing-masing atas dua helai. Tajuk pinus berwarna

hijau muda dengan bentuk limas pada waktu muda dan kemudian melebar setelah

dewasa. Tajuk yang besar dan baik memungkinkan produksi getah yang tinggi.

Untuk memberikan kebebasan bagi perkembangan tajuk, dapat diusahakan

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

6

dengan jarak tanam yang lebar dengan cara melakukan penjarangan untuk

memberikan ruang yang cukup bagi pertmbuhan (Anonymous, 2014b)

Pinus merkusii dapat tumbuh pada ketinggian antara 200-2000 meter di

permukaan lau dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, tetapi

untuk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan ketinggian diatas 400-1500

meter di atas permukaan laut. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, pinus

membutuhkan antara lain:

1. Tanah yang cukup kesuburannya, walaupun unsur hara yang diperlukan

pinus relatif rendah dibandingkan dengan jenis pohon berdaun lebar.

2. Tanah yang tidak terlalu asam (PH 4,5-5,5).

3. Temperatur udara berkisar antara 18º-30ºC.

4. Bulan basah yang panjang (5-6 bulan) dan diselingi dengan bulan

kering yang pendek (3-4 bulan).

Menurut Samingan (1980) sifat-sifat kayu pinus adalah kayunya ringan

sedang berat jenis antara 0,46-0,70 bagian yang mendukung resin 0,95 kelas kuat

SII-III dan kelas awet kayu gubal 6-8 cm berwarna putih kekuning-kuningan,

kayu teras berwarna lebih tua, coklat atau kemerahan, kekerasan daya kembang

susut dan retak sedang, sifat pengerjaan lebih mudah patah tetapi agak sulit

digergaji. Batang umumnya berbentuk bulat dan lurus kulit berwarna coklat tua,

kasar, berakar dalam menyerpih dalam kepingan panjang.

Getah pinus, pohon pinus memiliki kayu gubal yang di dalamnya terdapat

sel-sel yang merupakan gudang dan persediaan bahan lainnya untuk diubah

menjadi persenyawaan baru dalam pembentukan selkayu dan getah. kayu gubal

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

7

merupakan pabrik getah, semakin tipin kayu gubal berarti semakin kecil getahnya,

sehingga getah yang dihasilkan berkurang. Secara garis besar, faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap getah pinus antara lain:

1. Faktor dalam (internal) antara lain jenis pohon, diameter dan kesehatan

pohon.

2. Faktor luar (eksternal) antara lain jarak tanam, cuaca dan kesuburan

tanah.

3. Faktor perlakuan (manusia) antara lain, bentuk luka sadapan, arah

(letak) luka sadapan dan upaya stimulasi.

2.2.2 Manfaat dan Keguanaan Pinus

Pohon pinus (tusam)merupakan salah satu jenis tanaman yang potensial

dibudayakan untuk dibudidayakan dengan berbagai manfaat sebagai berikut:

1. Batangnya dapat disadap karena mengandung getah dan getah ini dapat

diproses untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin. Gondorukem

dimanfaatkan lagi untuk bahan pembentukan sabun resin dan cat,

sedangkan terpentin biasanya digunakan untuk industry parfum, obat-

obatan dan desinfetktan (Siregar, 2005).

2. Hasil kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi bangunan,

bahan pembuatan korek api, dan kertas serat rajang.

3. Bagaimana kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan bakar, dan abunya

dapat dijadikan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk karena

mengandung kalium.

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

8

4. Pinus sering ditanam untuk rehabilitasi dan reboisasi lahan, karena

pohon conifer ini tumbuh pada Etnobotani kerucut pinus (strobilus)

oleh pengrajin dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan seperti

aksesoris (gantungan kunci) dan sebagai hiasan rumah.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Pinus

Seperti sifat pohon pada umumnya pertumbuhan pohon pinus juga

dipengaruhi dengan adanya kombinasi faktor lingkungan yang seimbang dan

menguntungkan. Apabila faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lainnya,

faktor tersebut dapat menekan pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman pinus misalnya yaitu temperatur

udara, intensitas cahaya matahari,unsur hara, air, tunjangan mekanis dan

kelembaban udara yang cukup untuk berlangsungnya proses fotosintesis secara

optimum, proses fotosintesis tersebut memproduksi karbohidrat yang cukup bagi

pertumbuhan tanaman pinus ( Harun, 1983). Kualitas cahaya pada wilayah tropis

ditentukan oleh musim dan kelerengan sedangkan kualitas ditentukan oleh

panjang gelombang yang diterima oleh tanaman.

Pinus merkusii tergolong jenis yang membutuhkan cahaya sinar matahari

secara penuh (jenis heliophytes) dalam proses pertumbuhannya berkurangnya

intensitas dan pendeknya waktu cahaya matahari yang diterima dapat

menghambat pertumbuhan pohon, karena kegiatan fotosintesa menjadi menurun.

2.3.1 Klasifikasi Agrogorestri Berdasarkan Komponen Penyusunnya

King (1978) dalam Affandi (2002), menyebutkan beberapa klasifikasi

agrogorestri berdasarkan komponen penyusunnya, seperti :

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

9

a. Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan

pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil - hasil

pertanian dan kehutanan.

b. Sylvopastoral systems, yaitu sistem pegelolaan lahan hutan untuk

menghasilkan kayu dan untuk memelihara ternak.

c. Agrosylvo-pastoral systems, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk

memprodusi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan, dan sekaligus

untuk memelihara hewan ternak.

d. Multipurpose forest tree production systems, yaitu sistem pengelolaan dan

penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya.

Akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan

sebagai bahan makanan manusia ataupun pakan ternak.

2.3.2 Sistem Agroforestri

Nair (1987) membedakan antara sistem agroforestri dan teknologi

agroforestri. Sistem agroforestri mencakup bentuk-bentuk agroforestri yang

banyak diselenggarakan di suatu daerah, dengan suatu cara pemanfaatan lahan

yang sudah umum dilakukan di daerah tersebut. Istilah teknologi agroforestri

adalah inovasi yang berasal dari hasil penelitian, dan digunakan dengan hasil

yang baik dalam mengelola sistem-sistem agroforestri yang telah diselenggarakan.

Menurut De Forestradan Michon. (2000), agroforestri dapat

dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan

sistem agroforestri kompleks.

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

10

a. Sistem Tumpangsari Sederhana: Pepohonan dan tanaman pangan.

Sistem agroforestri sederhana adalah perpaduan-perpaduan konvensional

yang yang terdiri atas sejumlah unsur kecil, menggambarkan apa yang kini

di kenal sebagai skema agroforestri klasik. Dari sudut penelitian dan

presepsi berbagai lembaga yang menangani agroforstri, tanpaknya sistem

agroforestri sederhana ini menjadi perhatian utama. Biasanya perhatian

terhadap perpaduan tanaman itu menyempitmenjadi satu unsur pohon yang

memiliki peran ekonomi penting ( seperti kelapa, karet, cengkeh dan jati)

atau yang memiliki peran ekologi (seperti dadap dan petai cina), dan sebuah

unsur tanaman musima (misalnya padi, jagung, sayur-mayur dan

rerumputan), atau jenis tanaman lain seperti pisang, kopi dan coklat juga

memiliki nilai ekonomi. Bentuk sistem agroforestri sederhana yang paling

banyak di bahas adalah tumpangsari. Sistem ini di kembangkan dalam

program perhutanan sosial perum perhutani. Sistem-sistem agroforestri

sederhana juga menjadi ciri umum pada pertanian komersil: kopi sejak dulu

dikelilingi dengan tanaman dadap, yang menyediakan naungan bagi kopi

dan kayu bakar bagi petani. Agroforestri sederhanma juga bisa dijumpai

pada pertanian tradisional. Sering kali perpaduan ini mencerminkan

intensifikasi sitem produksi yang berkaitan dengan adanya kendala alam,

seperti perpaduan kelapa dan sawah di tanah rawa di pantai Sumatra.

Perpaduan semacam ini juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat,

seperti pohon-pohon randu yang di tanam di pematang-pematang sawah di

Jawa Tengah sejak berabad-abad lalu.

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

11

b. Sistem Tumpangsari Kompleks.

Sistem agroforestri komplek atau singkatanya agroforest, adalah sistem-

sistem, yang terdidri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman

musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya

mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Sistem

agroforestri kompleks bukanlah hutan-hutan yang tertata lambat laun

melalui transformasi ekosistem secara alami, melainkan merupakan kebun-

kebun yang ditanam melalui proses perladangan. Kebun-kebun agroforest

dibangun pada lahan-lahan yang sebelumnya dibabati, kemudian ditanami

dan diperkaya. Dalam kondisi terbatasnya lahan karena ledakan jumlah

penduduk dan perluasan konsesi penebangan hutan, transmigrasi, dan hutan

tanaman industri: lahan yang masih tersisa kebanyakan sudah berupa

agroforest.

2.3.3 Peranan Tumpangsari terhadap Aspek Sosial Ekonomi

Permasalahan sosial ekonomi masyarakat desa hutan adalah mengenai

etika mereka dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan untuk

meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, baik masyarakat yang tinggal di

dalam hutan maupun sekitar hutan. Etika tersebut menjamin kelestarian hutan dan

menjamin agar manusia yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan juga

memanfaatkannya, guna menunjang dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pemanfaatan hutan harus didasarkan pada pemikiran bahwa hutan merupakan

sumber keuntungan (devisa negara) dan merupakan sumber kehidupan manusia,

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

12

khususnya yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan (Soetrisno,1992

dalam Mulyono, 1998)

Menurut Zakaria (1994) bahwa dalam pengelolaannya, hutan memberikan

kontribusi yang sangat besar dalam sistem ekonomi rumah tangga petani, antara

lain:

a. Kontribusi ekologis, yaitu mengembalikan fungsi hutan dalam sistem

teknologi petani menyangkut fungsi tata air dan fungsi ekologis lainnya.

b. Kontribusi ekonomis.

1). Teknologi pertanian, khususnya berkaitan dengan sumberdaya hutan

sebagai sumber material yang dibutuhkan dalam teknolgi pertanian

rumah tangga masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.

2). Sebagai sumber material untuk berbagai kebutuhan rumah tangga pada

umumnya (misalnya untuk pembuatan peralatan rumah tangga dan

sumber energi)

3). Sebagai sumber makanan pelengkap dan alternative pada saat tertentu.

4). Sebagai tempat penghasil komoditi ekonomis diluar pertaniann.

Berkaitan dengan kontribusi ekonomi, agroforestri yang merupakan salah

satu pola pengelolaan hutan yang mempunyai fungsi ekonomi yang penting bagi

masyarakat setempat. Andayani (1992) menyatakan bahwa kegiatan pengelolaan

hutan merupakan kegiatan yang cukup besar dan membutuhkan waktu yang cukup

lama, sehingga dengan pola agroforestri dapat membuka lapangan kerja yang baru

bagi masyarakat, itu artinya dapat mengurangi tingkat pengangguran yangsemakin

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

13

meningkat. Tumpangsari juga merupakan salah satu sumber pendapatan utama

bagi masyarakat setempat.

2.3.4 Kelebihan sistem Tumpangsari

Chundawat dan Gautam (1993) dalam Lahjie (2002), sistem agroforestri

memiliki beberapa kelebihan/keuntungan antara lain adalah:

a. Dengan modal dan biaya tenaga kerja yang rendah bisa mempertahankan

dan meningkatkan produktifitas lahan melalui siklus unsur hara dan

perlindungan tanah.

b. Meningkatkan nilai out put pada suatu areal lahan tertentu melalui

penanaman campuran pohon dan spesies lainnya berdasarkan ruang atau

urutan waktu.

c. Diversifikasi kisaran out put dari suatu areal dengan tujuan untuk

meningkatkan swasembada dan mengurangi resiko hilangnya pendapatan

karena pengaruh cuaca buruk, pengaruh biologi atau pasar pada suatu jenis

tanaman tertentu.

d. Mendistribusikan kebutuhan input tenaga kerja secara lebih merata

berdasarkan musiman, dengan demikian mengurangi pengaruh musim

pemupukan pekerjaan dan musim kurang pekerjaan dalam karakteristik

kegiatan pertanian tropis.

e. Menyediakan penerapan produktif untuk lahan, tenaga kerja atau modal

yang belum dimanfaatkan.

f. Menciptakan persediaan modal untuk memenuhi biaya-biaya yang tidak

tentu atau kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga.

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

14

Tak bisa dipungkiri, enam poin yang disampaikan Chundawat dan Gautam

di atas sudah cukup meyakinkan bahwa sistem agroforestri layak untuk dipilih.

Meskipun demikian untuk lebih mengantisipasi segala kemungkinan perlu kiranya

diketahui pula kekurangan dan kelemahannya.

2.3.5 Manfaat Tumpangsari

Adanya berbagai jenis tanaman pohon-pohonan dan tanaman pertanian

yang ditanam bergilir atau secara bersama-sama akan diperoleh beberapa

keuntungan (Anonim, 2011), antara lain:

a. Keuntungan ekologis, yaitu penggunaan sumber daya alam lebih efisien.

b. Keuntungan ekonomis, yaitu jumlah produksi yang dicapai akan lebih

tinggi, kenaikan produksi kayu dan pengurangan biaya pemeliharaan

tegakan kayu.

c. Keuntungan sosial, yaitu memberikan kesempatan kerja sepanjang tahun,

menghasilkan panenan kayu pada musim paceklik pertanian serta produksi

yang diarahkan kepada keperluan sendiri atau pasar.

d. Keuntungan psikologis, yaitu perubahan yang relative kecil dengan cara

produksi dan lebih mudah diterima oleh masyarakat daripada teknik-teknik

yang berlandaskan sistem monokultur.

e. Keuntungan politis, yaitu sebagai alat untuk memberi pelayanan sosial yang

lebih baik dan kondisi yang lebih layak bagi petani.

2.4 Tumpangsari

Tumpangsari adalah aplikasi sistem agroforestry yang dibingkai dalam

program pembangunan hutan bersama masyarakat oleh instansi hutan terkait.

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

15

Secara definitif tumpangsari adalah suatu pembangunan sistem pembangunan

hutan tanaman yang mencampurkan tanaman ke hutanan dan tanaman pertanian.

Pada sistem ini petani (pesanggem) diberi ijin untuk tanaman semusim (palawija)

seperti ubi kayu, jagung dan lain-lain.

Terlepas dari tumpangsari sebagai proyek ataupun program reboisasi, tetapi

secara teknis penanaman tumpangsari menganut sistem agroforestry, yaitu

kombinasi tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian yang dilakukan secara

bersamaan ataupun bergiliran (Mahendra, 2009).

Fandeli (1985) mengatakan bahwa sistem tumpangsari adalah salah satu

sistem penanaman hutan secara buatan dimana tanaman palawija diizinkan untuk

ditanam di antara tanaman pokok (pohon).

2.4.1 Tahapan Pelaksanaan Tumpangsari

Pelaksanaan tumpangsari oleh Perhutani dilakukan beberapa tahap, antara

lain:

1. Tahap persiapan administrasi

Persiapan administrasi kegiatan penanaman dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan kehutanan penerapan system tumpangsari dalam

reboisasi kawasan dilakukan dikantor. Dalam persiapan ini juga ditunjuk calon

mandor tanam serta pembagian lokasi oleh masing-masing petani penggarap.

Selanjutnya dilakukan perjanjian kontrakan para penggarap (pesanggem)

dengan pihak pengelolaan hutan untuk menerapkan sistem tumpangsari dalam

reboisasi.

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

16

2. Persiapan lahan untuk penanaman

a. Lahan yang akan ditanami harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan

pemasangan tanda batas area

b. Membersihkan sisa-sisa tegakan, semak, rumput, alang-alang serta

tumbuhan lain yang mengganggu. Bila dibuat terasering jika kondisi lahan

agak kering.

c. Pembuatan jalan pemeriksaan yang digunakan untuk pengawasan jalannya

reboisasi.

d. Pengelolaan tanah baik dengan cangkul maupun alat lainnya agar tanaman

pertanian dan kehutanan biar tumbuh degan baik.

e. Pemasangan ajir pada tempat-tempat tanaman pokok dan tanaman sela.

Biasanya untuk membedakan, ajir diberi warna berbeda pada ujungnya.

3. Pengadaan benih oleh pihak Perhutani untuk ditanam para petani yang ikut

andil dalam kontrak penanaman system tumpangsari.

4. Pelaksanaan penanaman

a. Tanaman pokok dan tanaman sela ditanam terlebih dahulu pada ajir yang

telah ditetapkan jarak tanamnya.

b. Tanaman pertanian ditanam secara teratur diantara larikan tanaman hutan

dengan jarak 25cm di luar/larikan tanaman hutan dengan maksud agar

tanaman pertanian tidak mengganggu pertumbuhan tanaman hutan.

c. Seluruh pelaksanaan penanaman tanaman hutan dan tanaman pertanian

dilaksanakan oleh para petani penggarap dengan bimbingan dan

pengawasan petugas kehutanan.

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

17

5. Pemeliharaan tanaman

a. Jangka waktu kontrak para petani selama 29 bulan dan selama jangka

waktu itu para petani dapat melakukan tiga kali penanaman tanaman

pertanian.

b. Selama masa kontrak, para penggarap diwajibkan mengadakan

pemeliharaan tanaman hutan yang meliputi pekerjaan merumput

(menyiang) mendangir, menyulam, dan memangkas cabang, sehingga

pada akhir masa kontrak diperoleh tanaman hutan yang baik. (Perum

Perhutani, 1984 dalam Indriyanto 2008)

2.4.2 Klasifikasi Tanaman Pada Tumpangsari

Tumpangsari sebagai aplikasi sitemagroforestri memiliki karakteristrik

berupa klasifikasi tanaman dalam usaha penanaman kawasan hutan. Klasifikasi

tanaman ini berdasarkan tata letak tanaman dalam kawasan Konsekuensinya dari

masing-masing tanaman tersebut berbeda. Berikut ini berupa klasifikasi tanaman

yang dipakai dalam sistem tumpangsari:

1. Tanaman pokok yaitu tanaman utama yang dibudidayakan sesuai dengan

tujuan pengelolaan hutan. Biasanya tanaman pokok adalah tanaman yang

bernilai ekonomi tinggi memiliki pasar yang luas baik nasional maupun

international. Misalnya jati (Tectona grandis) untuk kayu pekakas, akasia

(Acasiamangium) untuk bahan baku pulp and paper, kayu putih

(Melaleuca leucadendron) untuk industri minyak kayu putih dan lain

sebagainya.

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

18

2. Tanaman pertanian (Palawija) yaitu tanaman yang ditanam diantara

larikan tanaman pokok. Tanaman palawija ini menjadi hak petani

(pesanggem selama masa 2 tahun. Setelah masa kontrak habis, petani tidak

boleh lagi menanam tanaman palawija dengan maksud memberikan ruang

tumbuh yang lebih optimal dan tidak mengganggu tanaman pokok

(pohon). Contoh tanaman palawija (pangan) antara lain: ketelapohon

(Manihotutilissima), ubi jalar (Ipomoea batatas), jagung (Zea mays) dan

lain sebagainya.

3. Tanaman sela yaitu tanaman yang ditanam berupa larikan diantara larikan

tanaman pokok. Fungsinya untuk konservasi tanah, penyedia unsur N dan

menghilangkan sifat monokultur. Bisa juga untuk mencegah serangan

hama dan penyakit seperti penanaman mimba. Syarat tanaman sela adalah

tahan bila dipangkas, perakaran dalam, mampu mengikat N, mempunyai

multi fungsi dan memiliki viabilitas tinggi. Misalnyakaliandraputih

(Calliandra tetragona). Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena

leococephala) dan lain-lain.

4. Tanaman pengisi yaitu tanaman yang ditanaman diareal kosong, diantara

tanaman pokok, biasanya dipilih jenis-jenis yang memiliki nilai ekonomis

tinggi. Sifat tanaman pengisi biasanya berlawanan dengan tanaman pokok

agar tidak terjadi kompetisi sumber daya. Syarat lain dari tanaman pengisi

adalah tidak menggugurkan daun, viabilitas tinggi, tahan pangkas, dan

juga tahan terhadap hama dan penyakit. Missalnya, sawokecik, jengkol

dan lain-lain.

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

19

5. Tanaman tepi yaitu tanaman yang ditanam dipinggir lahan. Berfungsi

sebagai pembatas lahan dengan areal lain baik dengan jalan, batas jurang

atau batas tanah milik orang lain. Syarat tanaman tepi adalah tajuknya

rendah, memiliki nilai artistic tinggi, tahan api dan selalu hijau. Contoh

tanaman tepi yang baik antara lain kaliandra bunga merah, secang, dan

sonokeling.

6. Tanaman pagar yaitu tanaman yang berupa larikan di tepi lahan dan

memiliki fungsi menjaga lahan dari ancaman ternak atau hewan lain yang

bisa merusak tanaman didalam kawasan. Salah satu ciri tanaman pagar

yang bisa digunakan adalah batangnya berduri seperti scang (Caesalphinia

sapan). Syarat lain dari tanaman pagar adalah tahan api dan tahan

kekeringan.

2.4.3 Kelebihan dan KekuranganTumpangsari

Menurut Lahjie (1990) keuntungan dan kerugian penerapan sistem

tumpangsari sebagai salah satu program reboisasi hutan dan lahan:

1. Kelebihan:

Regenerasi buatan terhadap hutan dapat dicapai dengan biaya murah,

masa pengangguran dapat teratasi, metode pembangunan hutan tanaman

dengan biaya rendah, dan juga dapat membantu pemanfaatan lahan secara

maksimal

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

20

2. Kekurangan:

Kehilangan kesuburan tanah dan terbukanya tumbuhan penutup tanah,

bahaya berjangkit penyakit hutan, serta dapat menjadikan tanah semakin

rentan terhadap erosi yang dipercepat (accelartion erosion)

2.4.4 Jenis-jenis Tanaman yang dijadikan Tumpangsari

1. Kopi

Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan

biji tanaman kopi. Kopi digolongkan dalam famili Rubiaceae dengan genus

Coffea. Secara umum kopi hanya memilik dua spesies yaitu Coffea arabica

dan Coffia Robusta(Anonymous, 2015).

Kopi digolongkan sebagai minuman psikostimulan yang akan

menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan dan memberikan

efek fisiologis biologis berupa peningkatan energi (Anonymous, 2015b).

2. Cabai

Cabai merah besar(Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis

sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung

berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun,

Carol, Kok sonin,(2007) melaporkan canai mengandung antioksidan yang

berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan

terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung

lasparaginase dan capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker

(Anonymous, 2015).

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA Pinus - eprints.umm.ac.id

21

3. Jagung

Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering,

sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi.

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, dan

grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (latosol) merupakan

jenis tanah yang terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan

tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Pada

tanah berpasir, tanaman jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan baik

dengan syarat kandungan unsur hara tersedia dan mencukupi. Pada tanah

berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol, jagung manis hibrida

masih dapat tumbuh dengan baik dengan syarat tata air (drainase) dan tata

udara (aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami

jagung manis hibrida adalah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau

lempung (Gembung 2007).