tinjauan pustaka-konjungtivitis folikuler
TRANSCRIPT
KONJUNGTIVITIS FOLIKULER
Phillips Thygeson, M. D.
Istilah konjuntivitis folikuler digunakan untuk konjungtivitis akut maupun
kronik dimana folikel limfoid dari konjungtiva merupakan lesi predominan.
Lapisan limfoid dengan folikel–folikel yang tersebar merupakan gambaran dari
semua membran mukosa dan beberapa folikel biasanya terlihat di fornik atau di
sudut tarsus pada konjungtiva yang normal. Hal ini tentu saja tidak patologis.
Trachoma adalah sebuah folikuler seperti juga cicatrizing disease, tetapi biasanya
tidak termasuk dalam diskusi konjungtivitis folikuler oleh karena kelebihannya
yaitu memiliki karakteristik yang unik dan penting. “Folikulosis” juga tidak
termasuk karena merupakan hipertrofi non inflamatorik dari jaringan limfoid
normal yang sering tampak pada konjungtiva anak-anak dan biasanya merupakan
bagian hipertrofi limfoid general yang mengenai membran mukosa dari
keseluruhan traktus respiratorius bagian atas. Berbeda dengan konjungtivitis
folikuler yang merupakan penyakit inflamatorik kompleks yang berkembang dari
sebuah keaneka ragaman kasus.
Tidak seperti Trachoma, baik konjungtivitis akut ataupun kronis sebagian
besar jinak, dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memberikan peningkatan
hilangnya penglihatan atau sikatrik konjungtiva. Namun ada beberapa
pengecualian, contohnya konjungtivitis folikuler akut dari infeksi primer virus
herpes simpleks dan sekunder konjungtivitis folikuler kronik dari batas penutup
moluskum kontagiosum. Hal ini dan beberapa kondisi lainnya dapat
meninggalkan residu kerusakan yang hebat dan permanen. Penyebab dari
konjungtivitis folikuler sebagian besar adalah mikroba dan jarang oleh karena
alergi. Virus-virus, misalnya adenovirus, tampaknya merupakan kemungkinan
utama yang menimbulkan hipertrofi folikuler konjungtiva. Hal ini penting bahwa
beberapa bahan kimiawi, miotikum lainnya dan iododioxyuridine (IDU) juga
dapat sebagai penyebab.
1
Pada tahun 1933, Morax mempublikasikan monograf kalsiknya, Les
Conjonctivites Folikuleres, dimana dia merangkumkan pengalamannya sendiri
pada kondisi ini dan tersedia tinjauan literatur yang lengkap pada masa tersebut.
Analisisnya terhadap subyek sangat akurat dan studi berikutnya hanya
mengkonfirmasi dan menambahkan. Tujuan saya adalah untuk memeriksa ulang
subyek dari konjungtivitis folikuler, diantara banyak penelitian lainnya, fakta
bahwa virus dan klamidia sebagai agen penyebab, yang telah dibuat akhir-akhir
ini.
Semua tipe dari konjungtivitis folikuler tampaknya memiliki kesamaan
detominator: sebuah substansi yang dapat larut atau substansi-substansi yang
dapat melewati epitel dan menstimulasi hipertrofi folikuler. Pada penyakit yang
akut substansi ini cukup aktif menyebabkan adenopati preaurikuler, tetapi pada
penyakit yang kronis (kecuali untuk beberapa kasus keracunan berat IDU)
kelenjar limfe regional tidak banyak terpengaruh.
Klasifikasi konjungtivitis folikuler menurut Morax’s 1993 dijelaskan sebagai
berikut :
I. Konjungtivitis Folikuler Akut
A. Konjungtivitis inklusi pada orang dewasa
B. Konjungtivitis folikuler akut yang disebabkan oleh agen
psittacosis burung parkit
C. Konjungtivitis folikuler akut yang disebabkan oleh agen
pneumonitis yang disebarkan oleh kucing
D. Konjungtivitis adenovirus
1. Demam faringokonjungtival (Beal’s konjungtivitis
folikuler akut)
2. Keratokonjungtivitis epidemika
E. Konjungtivitis herpes primer akut atau keratokonjungtivitis
F. Penyakit Konjungtivitis New Castle
G. Tipe tak diketahui
II. Konjungtivitis Folikuler Kronis
2
A. Tipe axenfeld
B. Tipe epidemika
C. Toksik atau tipe reaktif
1. Konjungtivitis folikuler yang disebabkan oleh
eserine, miotik lain dan IDU.
2. Infeksi konjungtivitis folikuler pada anak seperti
dakriosistitis kongenital, diplobasiler
blefarokonjungtivitis dan okuloglandular
konjungtivitis (leptotrikosis)
3. Moluskum kontagiosum keratokonjungtivitis
I.Konjungtivitis Folikuler Akut
A. KONJUNGTIVITIS FOLIKULER AKUT PADA ORANG DEWASA
Penyakit ini diuraikan oleh Morax dengan istilah “ konjungtivitis folikuler
akut, tipe swimming-pool”, yaitu tipe pertama dari konjungtivitis folikuler akut
yang ditemukan karena etiologi yang ada. Penyakit ini disebabkan oleh Clamydia
oculogenitalis. Yang merupakan agen penyebab dari konjungtivitis inklusi pada
bayi baru lahir, konjungtivitis papiler berat, kadang-kadang pada pseudomembran.
Penyakit mata pada anak-anak dan dewasa muncul dari nongonococcal venereal
infection pada servix wanita dan uretra laki-laki. Infeksi pada bayi berlangsung
selama kelahiran dan pada profilaksis , yang sangat efektif dalam mencegah
gonorrheal ophtalmia masuk ke situ.
Baru-baru ini, infeksi pada dewasa banyak ditemukan di Amerika Serikat
dan sebagian di San Francisco, karena kebiasaan seksual yang bergantian pada
beberapa orang generasi muda. Kasus terbanyak sekarang terlihat dari hasil
autoinokulasi pada mata penderita penyakit genital. Pasangan seksual terlihat
jarang sebagai sumber infeksi mata. Penyebaran melalui kolam renang tidak lagi
terjadi, tidak diragukan karena hampir semua penjernihan kolam menggunakan
khlor. Kejadian perpindahan penyakit ke mata orang dewasa dari anak-anak telah
dilaporkan di masa lalu, tetapi penulis hanya menemukan satu kasus pada 10
3
tahun yang lalu. Hal ini merupakan tipe penularan dari konjungtivitis inklusi dari
mata ke mata sangat jarang dan meskipun perpindahan telah terpenuhi secara
eksperimental (Allen), seperti perpindahan dari mata ke mata yang terjadi pada
penyakit alami. Sejauh ini yang penulis ketahui, konjungtivitis inklusi tidak ada
kecuali terkait dengan infeksi traktus genital. Dalam beberapa hal ini menyerupai
gonorrheal ophthalmia pada bayi baru lahir dan dewasa, kecuali di Mesir dan
Afrika Utara, selalu berhubungan secara genital.
Konjungtivitis inklusi pada dewasa hampir dapat selalu terdiagnosa pada
serangan yang ditemukan secara berlebih (gambar 2.1) pada usapan konjungtiva.
Eksudat mukopurulen yang berlimpah cukup untuk merekatkan menjadi satu yang
terjadi pagi hari. Perbedaan paling penting antara penyakit klamidia dan
konjungtivitis adenovirus, dimana dengan eksudat yang sedikit biasanya tidak
memberikan efek. Meskipun folikel pada fornik sesuai aturan, kasus berat pada
hipertropi papillari dapat dikaburkan dengan folikel pada konjungtiva tarsal.
Adenopati preaurikuler adalah tipe yang tetap. Keratitis epithelial hanya kornea
yang berubah, tetapi opasitas subepitelial dan mikropannus dapat diemukan pada
beberapa kasus.
Agen penyakit ini (Tabel 2.1) telah ditanam pada kantung kuning telur
embrio unggas. Pada hasil akut atau subakut penyakit folikuler pada kera dan
termasuk kera tidak berekor yang siap dipertunjukkan. Respon infeksi yang baik
menggunakan terapi oral sulfonamid dan dosis terapi standar untuk 2 minggu
biasanya cukup. Tetrasiklin sebagai pengganti pada kasus yang sensitif terhadap
sulfonamid.
Konjungtivitas inklusi pada kasus berat dapat menyerupai tracoma derajat
Ha (folikuler tracoma) atau stage Hb (tracoma papiler), tetapi kedua penyakit ini
dapat dibedakan secara klinis dan laboratoris yang berarti. C. Oculogenitalis
menimbulkan penyakit derajat rendah pada monyet yang kontras dengan penyakit
yang ditimbulkan oleh C. Trachomatis. Perlindungan tes racun tikus membedakan
strain genital (tipe D, E dan F) sedang dari strain trakoma (tipe A, B, dan C). Pada
biopsi ditemukan perbedaan folikel inclusion conjunctivitis menunjukkan tidak
satupun perubahan nekrotik yang terjadi pada karakteristik folikel pada trakoma.
4
Tabel 2.1 karakteristik strain genital dari klamidia
1. Tumbuh pada agen yolk sac telur embrional
2. Non patogenik untuk tikus-tikus dengan suntikan intraserebral
3. Beracun untuk tikus-tikus selama 2-24 jam setelah suntikan
intravenous
4. Injeksi konjungtiva pada konjungtivitis folikuler akut dan subakut pada
monyet dan kera tak berekor
5. Nampak pada tubuh dengan matrik glikogen pada sel epitel
konjungtiva, tetapi tidak di monosit
6. Termasuk dalam kelompok D, E, atau F ketika diperlakukan tes
perlindungan untuk racun tikus
B. KONJUNGTIVITIS FOLIKULER AKUT YANG DISEBABKAN AGEN PSITTACOSIS PADA BURUNG PARKIT
Sejak 10 tahun yang lalu penulis mempelajari konjungtivitis folikuler
akut yang mewabah pada tiga rumah tangga, yang tidak dihubungkan
dengan penyakit lain, yang terjadi perbedaan di tiap negara. Ketiga keluarga
ini memelihara burung parkit. Disayangkan, penulis tidak mampu
memperoleh spesimen dari penderita atau untuk menguji secara pribadi,
tetapi infeksi pada mata dicurigai disebabkan oleh C. psittaci.
Meskipun beberapa literatur tentang infeksi diseminata oleh C.
psittaci tidak bisa menjelaskan bukti bahwa agen tersebut ditemukan pada
konjungtiva manusia, kenyataannya pada tahun 1966 Schacter et al 3
menemukan bahwa lokalisasi demikian bisa terjadi tanpa penyakit sistemik,
ketika seorang wanita muda yang bekerja sebagai teknisi di laboratorium
San Fransisco terinfeksi oleh agen psittacosis. Konjungtivitis yang
unilateral, folikuler, akut pada onsetnya dan disertai oleh adenopati
preaurikuler dan keratitis superfisial, epitelial dan subepitelial. Lesi pada
kornea lebih prominen daripada lesi pada konjungtiva, yang mana lebih
5
halus daripada yang biasanya terlihat pada konjungtivitis inklusi pada orang
dewasa. Klamidia berulang- ulang terisolasi dan diidentifikasi sebagai jenis
psittacosis, berbeda dari Chlamydia trachomatis, konjungtivitis inklusi dan
limfogranuloma venerum. Pengobatannya dengan tetrasiklin oral 1 gm
perhari selama 2 bulan, tetapi lesi tetap ada dalam 1 bulan atau lebih setelah
pengobatan dilanjutkan. Tidak ditemukan inklusi pada usapan konjungtiva
sewaktu- waktu selama perjalanan penyakit.
Konjungtivitis tipe ini dicurigai pada pasien- pasien yang terpapar
burung psittacine, atau pekerja laboratorium, dokter hewan atau petani yang
terpapar agen psittacosis-ornithosis. Diagnosis tergantung pada kultivasi
agen yolk sac telur embrional.
C. KONJUNGTIVITIS AKUT YANG DISEBABKAN OLEH AGEN
PNEUMONITIS YANG DISEBARKAN OLEH KUCING
Pada tahun 1969, Ostler, Schachter dan Dawson 4 melaporkan
kasus pasien pria kulit putih yang berumur 21 tahun ”hippietype“ dengan
konjungtivitis folikuler akut pada mata kanan, adenopati preaurikuler,
keratitis superfisial, flikten bulbi dan eksudat minimal. Mengingat
komunitas lingkungan pasien dan munculnya konjungtivitis tersebut
dicurigai terinfeksi oleh C. oculogenitalis. Badan inklusi ditemukan pada
usapan konjungtiva dan yolk sac menjadi positif pada agen klamidia dalam 1
minggu. Waktu yang singkat ini diperlukan untuk mengisolasi agen
psittacosis dari burung atau binatang asalnya. Pasien tidak melakukan
kontak seksual selama 6 bulan tetapi dia mempunyai anak kucing dengan
gangguan pernafasan atas dan infeksi konjungtiva. Agen pneumonitis yang
disebarkan oleh kucing yang pertama dijelaskan oleh Baker5 pada tahun
1944 lalu kemudian oleh Cello6 pada tahun 1967, diisolasi dari anak kucing,
konjungtiva dan hidung dan kelihatannya identik dengan klamidia yang
diisolasi dari pasien.
Sejak agen pneumonitis feline resisten terhadap sulfonamid,
tetrasiklin sebagai obat standar untuk agen psittacosis yang diberikan
6
dengan dosis 1 gm perhari untuk 1 minggu. Pada 3 minggu yang kedua
diperlukan untuk penyembuhan. Saat pasien diperiksa pada akhir bulan
ketiga, konjungtiva dan kornea kembali normal. Mata kiri tidak pernah
tertular.
Terkecuali untuk hal ini eksudat minimal, penyakit ini bisa sangat
membingungkan dengan konjungtivitis inklusi. Kenyataannya bahwa
inklusi yang didapatkan pada usapan konjungtiva bisa membedakan dari
agen infeksi burung parkit.
D. KONJUNGTIVITIS ADENOVIRUS
Semua jenis adenovirus yang terdapat pada konjungtiva manusia
dapat menyebabkan konjungtivitis folikuler akut. Dibawah kondisi normal
terdapat 2 karakteristik gambaran klinik, yaitu demam faringokonjungtival
(PCF) (Gambar 2.2), biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan
keratokonjungtivitis epidemika (EKC). Infeksi konjungtiva sporadis dengan
tipe 7 biasanya lebih berat daripada infeksi sporadis dengan tipe yang lain.
Tipe 4 bertanggung jawab untuk infeksi pneumonia pada perekrutan anggota
militer dan infeksi ini jarang terjadi disertai oleh penyakit konjungtival
berat.
1. Demam faringokonjungtival
Demam faringokonjungtival (PCF), juga sering disebut
Beal’s konjungtivitis folikuler akut dan konjungtivitis adenovirus
tipe 3, sekarang diketahui disebabkan oleh adenovirus, biasanya
tipe 3 dan dipastikan merupakan penyakit yang sama dimana
Morax menggambarkan dengan nama ” Beal’s konjungtivitis
folikuler akut”. Penyakit ini sekarang menjadi konjungtivitis
swimming pool di Amerika Serikat sejak penggunaan C.
oculogenitalis di kolam renang untuk tujuan praktis yaitu
mengurangi proses klorinasi. Epidemik PCF biasanya terjadi pada
bulan-bulan diakhir musim panas dan kebanyakan dari para
penderita merupakan perenang di kolam renang umum dan sungai
7
kecil. Pada epidemik tersebut, saya telah mengamati, terdapat
beberapa contoh sifat- sifat sekunder yang diturunkan dari anak-
anak sampai dewasa. Kasus sporadis terjadi pada semua musim
dan biasanya menyebar dari kantor dokter anak atau tenaga medis
yang lain. Di wilayah San Fransisco, kami tidak melihat
penyebaran penyakit ini di rumah sakit. Kebanyakan kasus terjadi
pada anak-anak, tetapi juga terlihat pada dewasa muda.
Pada bentuk epidemik, PCF secara cepat ditandai oleh
trias simptom yang karakteristik (faringitis, konjungtivitis dan
demam). Tetapi kasus sporadis biasanya memerlukan tes
laboratorium untuk membedakan dari konjungtivitis folikuler tipe
lain. Keragu-raguan dengan keratokonjungtivitis epidemika (EKC)
berlainan sejak EKC tidak mempunyai tanda sistemik, kecuali pada
bayi. Konjungtivitis pada PCF muncul bervariasi dengan folikel
sebagai tanda yang paling menonjol dan hanya 1 instansi pada
pasien-pasien di San Fransisco memperlihatkan formasi
pseudomembran. Folikel paling sering muncul pada fornik tetapi
kadang-kadang beberapajuga terdapat pada konjungtiva tarsal atas.
Sebagian besar merupakan keratitis epitelial minor dan kadang-
kadang beberapa infiltrasi subepitelial dapat terlihat. Pannus dan
ulkus kornea tidak bertambah berat dan eksudat konjungtiva jarang
terjadi. Belum ada laporan kasus-kasus ini berlangsung lebih dari 3
minggu. Konjungtivitis dan EKC sering terjadi secara unilateral,
setidaknya konsep konjungtivitis PCF pada awalnya selalu terjadi
secara bilateral.
Usapan konjungtiva selalu didapatkan sel-sel
mononuklear dalam jumlah yang tinggi (gambar 2.4)– poin yang
membedakan antara PCF dan inklusi konjungtivitis dimana
eksudatnya didominasi netrofil. Meskipun inklusi intranuklear
diketahui telah terjadi, tetapi merupakan tipe yang tidak spesifik
dan tidak sisa dilihat pada pewarnaan Giemsa biasa. Diagnosis
8
laboratorium yang pasti tergantung pada (1) Kultivasi adenovirus
pada HeLa atau se-sel kultur jaringan yang lain, atau (2)
Demonstrasi kenaikan titer dari netralisasi antibodi pada fase akut
dan konvalesen.
2. Keratokonjungtivitis Epidemika
ECK atau keratokonjungtivitis adenovirus tipe 8 terjadi
di seluruh dunia, tetapi paling sering di Asia. Di Jepang, sebagai
contoh, 30 % dari seluruh populasi memiliki antibodi tipe 8 yang
ditandai kontras pada 15 orang pada populasi umum di Amerika
Serikat. Penyakit pertama kali telah diperkenalkan di Amerika
Serikat yaitu pada tahun 1941 ketika lebih dari 25.000 kasus
meningkat di Hawaii dan menyebar dari Hawai ke California dan
semua negara bagian. Sekarang hal ini menjadi endemik, dengan
periode pemicu terjadi di kantor-kantor dokter, klinik dan rumah
sakit. Klinik glaukoma biasanya paling cepat terkena karena
pelaksanaan tonometri. Penyebaran virus terjadi melalui tangan
yang terkontaminasi, tonometer dan cairannya. Di Jepang, telah
dilakukan penelitian mengenai imunisasi dengan vaksin virus.
EKC muncul sebagai konjungtivitis folikuler akut berat
dengan adenopati preaurikuler yang nyata. Hal ini tidak sama pada
kasus PCF, kadang-kadang folikel tertutup oleh hipertropi papiler,
kemosis, pseudomembran dan kadang-kadang membran
sesungguhnya. Ptechiae pada kulit kelopak mata bisa terjadi pada
kasus yang berat. Kasus-kasus membran bisa menandai dan harus
dibedakan dari difteri dan infeksi - Streptococcus hemoliticus.
Bahkan pada beberapa kasus yang berat, tidak terdapat tanda-tanda
sistemik, kecuali pada bayi tetapi sangat jarang terjadi. Kornea
yang tidak berubah memperlihatkan penyebaran yang luas dari
keratitis epitelial. Hal ini 8 sampai 10 hari kemudian biasanya
diikuti oleh infiltrat subepitelial. Hal tersebut sebetulnya
patognomonik dan ketika terjadi pada daerah pupil menyebabkan
9
penurunan visus akut yang bersifat sementara. Untungnya, infiltrat
tersebut perlahan menghilang lebih dari beberapa bulan dan tidak
meninggalkan bekas luka.. Pannus tidak pernah terjadi pada EKC,
tetapi kasus dengan pseudo atau membran sebenarnya bisa
meningkatkan bekas luka pada konjungtiva, kadang-kadang
disertai simblefaron. Trikiasis dan entropion tidak pernah dijumpai.
Reaksi konjungtival biasanya berkurang dalam 3 atau 4 minggu,
tetapi tidak pada kasus infiltrat kornea yang menetap selama 2
tahun.
Pada PCF, diagnosis laboratorium tergantung pada isolasi
adenovirus pada HeLa atau sel-sel yang lain, atau pada
peningkatan titer antibodi tipe 8 pada serum. Karena jarang
dijumpai penyakit ini di Amerika Serikat, maka kehadiran antibodi
pada spesimen serum yang tunggal adalah dignosis yang pasti. Sel-
sel mononuklear mendominasi pada usapan konjungtiva, tetapi
ketika terjadi pseudomembran mungkin juga banyak terdapat
netrofil. Inklusi intranuklear bisa dilihat pada pewarnaan usapan
yang difiksasi oleh teknik Papanicolaou, tetapi hal tersebut bukan
merupakan diagnostik yang penting.
E. KONJUNGTIVITIS HERPETIK PRIMER AKUT ATAU
KERATOKONJUNGTIVITIS
Dokter mata maupun dokter anak sering melupakan bahwa mata
mungkin menjadi letak infeksi, atau salah satu sumber infeksi pada serangan
awal herpes simplek pada individu yang tidak memiliki antibodi dalam
serum darahnya, biasanya, tetapi tidak selalu, pada bayi atau anak kecil.
Serangan konjungtivitis herpetik primer atau keratokonjungtivitis, sering
berhubungan dengan lesi herpetik pada mulut, hidung atau kelopak mata,
biasanya diikuti paparan herpes labialis pada ibu atau anggota keluarga yang
lain. Pada pengalaman kami, setengah dari kasus ini mempunyai jenis
folikuler. Pada setengah kasus yang lain, bentuk folikel tertutup oleh
10
hipertrofi papiler atau oleh pseudomembran atau membran. Pada
penyembuhan kasus folikuler yang tepat tanpa menimbulkan konjungtiva
residual untuk kasus membran dapat menimbulkan ulkus konjungtiva.
Diagnosis konjungtivitis folikuler akut, tipe herpetik primer, dapat
dibuat berdasarkan riwayat pemaparat herpes pada keluarga dan ciri khasnya
berhubungan dengan lesi pada kornea, kulit, mulut. Kadang-kadang infeksi
dapat tampak hanya sebagai konjungtivitis. Sel herpetik raksasa menjadi ciri
khas yang tetap pada konjungtivitis serta keratitis dan biasanya biasanya
merupakan diagnosis yang signifikan. Tetapi diagnosis definitif tergantung
pada isolasi dari virus atau peningkatan titer antibodi pada fase akut dan
konvalesen.
F. PENYAKIT KONJUNGTIVITIS NEW CASTLE
Penyakit New Castle, merupakan penyakit pneumoencephalitis
pada unggas yang disebabkan oleh virus, pertama kali diperkenalkan oleh
Doyle tahun 1927 dan pada tahun 1943 pertama kalinya dilaporan
menginfeksi manusia, konjungtivitis folikuler akut digambarkan oleh
Burnet. Kemudian menjadi kasus sporadis pada petani ternak dan unggas
serta epidemik minor diantara ayam ternak dan burung kenari telah diteliti
diseluruh dunia. Di California.......................
11
12