tinjauan pustaka katarak
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
Definisi:
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan
perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan
pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya
lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan/aging merupakan
penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma, toksin,
penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor pajanan,
katarak dapat muncul pada usia 70 tahun.1
Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa mengalami
kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada tahun
2020.2 Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat. Penelitian di India
menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di Amerika Serikat.
Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus (<=6/9) pada populasi
berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak
dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.3
Di Indonesia, katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak (1,02%) dari total angka kebutaan
1,47%. Peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat
sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka
kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap peningkatan
angka kejadian tersebut.4
Klasifikasi
Berdasarkan cara didapat katarak dibagi menjadi
Kongenital, acquired
Berdasarkan morfologi, katarak diklasifikasikan menjadi
Subkapsular, inti, kortikal
Berdasarkan stadium kematangan yakni
Insipien, imatur, matur, hipermatur
Katarak Didapat
Berbeda dengan katarak kongenital dimana kekeruhan lensa terjadi karena terganggunya
pembentukan lensa, kekeruhan lensa pada acquired cataract terjadi akibat degenerasi lensa yang
sudah terbentuk sebelumnya. Mekanisme pasti mengapa terjadi degenerasi tersebut masih belum
jelas. Namun, faktor-faktor seperti fisikia, kimia, dan biologis yang mengganggu keseimbangan
air dan elektrolit diduga berujung kepada kekeruhan lensa.
A. Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering dijumpai. Katarak ini biasanya
bilateral, namun onset nya berbeda antara mata satu dengan yang lainnya. Berdasarkan letaknya,
katarak senilis dapat terjadi di kortikal (katarak halus : gambar atas kanan, atas kiri, dan tengah
kiri)), nukleus (katarak kasar : gambar tengah kanan), dan subkapsular (gambar bawah kiri).
Gambar 1. Lokasi-lokasi katarak. 5
Faktor-faktor yang berperan dalam katarak senilis antara lain faktor keturunan, radiasi UV, diet,
riwayat dehidrasi, dan merokok. Sedangkan faktor-faktor yang dapat membuat onset menjadi
lebih cepat adalah faktor keturunan, DM (katarak nuklear), distrofi miotonik (katarak
subkapsular) dan dermatitis atopik.
Mekanisme Kekeruhan.
1. Katarak senilis kortikal. Peningkatan usia/aging dapat menyebabkan penurunan protein, asam
amino, kalium yang diikuti peningkatan konsentrasi natrium dan hidrasi lensa, menyebabkan
koagulasi protein yang ada di korteks.
2. Katarak senilis nuklear. Proses degeneratif yang terjadi adalah sklerosis nuklear yang
berkaitan dengan dehidrasi dan penebalan nukleus. Dapat terjadi peningkatan protein tidak
terlarut air.
Stadium Maturasi katarak3
1. Katarak insipien
Kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk jaruji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal).
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa karena lensa degeneratif menyerap air.
Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma.
3. Katarak imatur
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
4. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Bila katarak imatur atau intumesen
tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa kembali normal dan
terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan kembali normal, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi negatif.
5. Katarak hipermatur
Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa sehingga ukuran
lensa mengecil.
6. Katarak Morgagni
Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan , akan terjadi pengerutan dan korteks telah
mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya dalam kapsul lensa.
Gambar 2. Stadium Maturasi Katarak6
2. Katarak Metabolik6
a. Diabetes Mellitus
Hiperglikemia dapat meningkatkan kadar glukosa di humour aqueous, sehingga glukosa dapat
berdifusi ke lensa. Glukosa kemudian dimetabolisme menjadi sorbitol oleh aldose reductase.
Sorbitol kemudian terakumulasi di lensa, sehingga terjadi overhidrasi osmotik sekunder. Pada
derajat ringan, pengaruhnya hanya sebatas ke indeks refraktif lensa yang berkaitan dengan kadar
glukosa plasma pasien. Pada fase lanjut, timbul vakuol cairan korteks.
b. Dermatitis atopi
10% pasien dengan dermatitis atopi mendapatkan katarak pada dekade-2 dan -4 kehidupan.
Katarak biasanya bilateral dan berkembang pesat. Gambarannya adalah plak subkapsular anterior
yang padat dan berbentuk seperti tameng, dengan kapsula anterior yang kerut.
3. Katarak Sekunder6
Katarak sekunder terbentuk akibat penyakit mata lainnya. Penyebab paling sering adalah uveitis
anterior kronik. Penyakit ini akan menyebabkan inflamasi di intraokuler, sehingga terjadi
katabolisme pada batas darah-aqueous atau darah-vitreous. Penyakit lain yang dapat memicu
katarak adalah miopia tinggi. Pada kekeruhan miopia patologis, dapat terjadi kekeruhan lensa
subkapsular anterior dan sklerosis nukleus.
4. Katarak Trauma
Katarak dapat terjadi akibat trauma tajam, tumpul, sengatan listrik, radiasi infra merah, dan
radiasi ion.
Pemeriksaan Katarak3,6
1. Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity). Visus pasien bergantung dari 6/9 sampai PL
(perception of light) +. Visus ini merupakan salah satu penanda fase perkembangan katarak.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination. Menunjukkan warna lensa
pada area pupil.
3. Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow. Pemeriksaan ini mengindikasikan adanya
katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara oblik, terbentuk bayangan bulan sabit pada
batas pupil di iris. Saat lensa sepenuhnya buram atau transparan, maka tidak ada bayangan bulan
sabit yang terbentuk.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada lensa
katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah katarak. Pada lensa
katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai status
ada tidaknya kelainan di makula, papil nervus optikus dan retina, yang bertujuan untuk menilai
prognosis katarak.
Apabila funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan refleks
cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian mata selain lensa. Dapat
pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung, refleks cahaya tidak
langsung).
5. Slit-lamp examination. Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi. Pemeriksaan ini
menunjukkan morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran, ketebalan, dan kekerasan
nukleus).
Gambar
Daftar Pustaka
1. PERDAMI. Katarak. Available from: http://www.perdami.or.id/?
page=news_seminat.detail&id=2. [cited on: Monday, 18/03/2013, 20:00].
2. WHO. Cataract. Available from :
http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html (cited on Monday 18 March
2013 : 21:00)
3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology – 4th ed. New Delhi: New Age
International Publishers; 2007. p.93-103
4. Soehardjo. Kebutaan katarak: faktor risiko, gejala klinis, dan pengendalian. [Disertasi].
Jogjakarta: Universitas Gajah Mada; 2008.
5. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology 16th Edition. New
York: McGraw-Hill; 2007. p.105-20
6. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology 16th Edition. New
York: McGraw-Hill; 2007. p.105-20
7. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FKUI-RSCM; 2011. Halaman 74-76.