tinjauan pustaka adsorbsi isothermis
DESCRIPTION
ini adalah bab 2 untuk modul adsorbsi isothermisTRANSCRIPT
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Adsorbsi
Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain.. Fenomena ini
melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben
pada permukaan adsorben. Adsorben adalah zat yang mengadsorpsi zat lain. yang
memiliki ukuran partikel seragam, kepolarannya sama dengan zat yang akan diserap dan
mempunyai berat molekul besar. Adsorbat adalah zat yang teradsorpsi zat lain.
(Yovita Novi, 2012).
II.2 Jenis Adsorbsi
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan sifatnya, yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu
proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih
besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi fisik terjadi karena adanya gaya mempunyai jarak jauh tapi lemah dan
energi yang dilepaskan jika partikel teradsorpsi secara fisik mempunyai orde besaran
yang sama dengan entalpi kondensasi. Adsorpsi ini bersifat reversible, berlangsung pada
temperature rendah, yaitu 1000 kal/mol atau kurang dan tidak perlu aktivasi.
Kesetimbangan adsorbsi yang reversibel dan cepat, misalnya adsorbsi gas pada charcoal
(sukardjo, 1990). Penerapannya antara lain pada penentuan luas permukaan, analisis
kromotografi, pemurnian gas dan pertukaran ion (anonim, 2012).
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi (Yovita Novi, 2012).
Tipe penyerapan ini sangat spesifik dan dilingkupi oleh kondisi yang lebih kuat dari pada
penyerapan fisika. Menurut Langmuir molekul-molekul bergerak ke ujung permukaan
oleh adanya valensi gaya dari beberapa jenis seperti yang terdapat pada atom-atom dalam
molekul. Penyelidikan harga untuk besaran-besaran yang sama seperti panas reaksi kimia
adalah 5 menjadi 100 kkal/gmol (Smith, 1970)
Menurut Taylor dengan adanya penyerapan kimia (chemisorption) ini merupakan
kombinasi dari molekul gas dengan permukaan padatan. Karena dengan adanya panas
yang tinggi maka adsorpsi tenaga yang dimiliki oleh penyerapan kimia dari molekul-
molekul dapat dibedakan secara mudah (Smith, 1970).
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Adsorpsi Kimia terjadi dengan adanya pembentukan ikatan kimia dengan sifat
yang spesifik karena tergantung pada jenis adsorben dan adsorbatnya. Adsorpsi kimia
bersifat irreversible, berlangsung pada temperatur tinggi, yaitu antara 10.000 kal/mol
sampai 20.000 kal/mol dan tergantung pada energi aktivasi. Penerapannya antara lain
pada proses korosi dan katalis heterogen (Alberty dan Daniels, 1983). Pada adsorbsi ini
terjadi dengan pembentukan senyawa kimia, hingga ikatannya lebih kuat. Misal adsorbsi
CO pada W, O2 pada Ag, H2 pada Ni (sukardjo, 1990).
Tabel II.1 Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya van der Waals
Molekul terikat pada adsorben oleh
ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi – 4 sampai –
40 kJ/mol
Mempunyai entalpi reaksi – 40 sampai
– 800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di
bawah titik didih adsorbat Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan fungsi adsorbat
Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan karakteristik adsorben dan
adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi
tertentu Melibatkan energy aktifasi tertentu
II.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorbsi
1. Jenis adsorben
Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan
terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar.
2. Jenis adsorbat
3. Konsentrasi
Proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi
rendah dari campuran yang mengandung bahan lain dengan konsentrasi tinggi.
4. Luas permukaan
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tumbukan efektif antara partikel itu akan meningkat dengan meningkatnya luas
permukaan karena tergantung pada banyanya tumbukan yang terjadi antara adsorben
dan adsorbat.
5. Suhu
Adsorpsi akan semakin cepat berlangsung pada suhu rendah, namun tidak
berpengaruh sebesar adsorpsi zat cair ketika terjadi pada zat gas.
6. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel yang diadsorpsi semakin cepat prosesnya.
7. pH
pH mempunyai pengaruh dalam proses adsorpsi. Ph optimum dari suatu proses
adsorpsi ditetapkan melalui uji laboratorium.
8. Waktu kontak
Waktu kontak untuk mencapai keadaan setimbang pada proses serapan pada
proses serapan logam oleh adsorben karena berkisar pada jangka waktu yang relatif
lama (Bernasconi, 1995).
II.4 Mekanisme Adsorbsi
Proses adsorbsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan
larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat faktor kimia dan fisika.
Proses adsorbsi tergantung pada sifat zat padat yang mengabsorbsi, sifat atom atau
molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur, dan lain-lain. Pada proses adsorbsi terbagi
menjadi empat tahap, yaitu:
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorbsi menuju lapisan film yang
mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui lapisan film.
3. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui kapiler atau pori dalam adsorben.
4. Adsorbsi zat terlarut yang teradsorbsi pada dinding pori atau permukaan adsorben
(proses adsorbsi sebenarnya).
(anonim, 2012).
Operasi dari proses adsorbsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Proses adsorbsi dilakukan dalam suatu bak dengan sistem pengadukan, dimana
penyerap yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan, dicampur dan diaduk
dengan air dalam suatu bangunan, sehingga terjadi penolakan antara partikel
penyerap dengan fluida.
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
2. Proses adsorbsi yang dijalankan dalam suatu bejana dengan sistem filtrasi, dimana
bejana yang berisi media penyerap dialirkan air dengan model pengaliran gravitasi.
Jenis media penyerap ini sering digunakan dalam bentuk bongkahan (butiran) dan
proses adsorbsi biasanya terjadi selama berada di dalam media penyerap.
(anonim, 2012).
II.1.5 Persamaan untuk Adsorpsi
Pengukuran isoterm adsorpsi pada umumnya disasarkan atas turunan dari persamaan
1. Isoterm Langmuir
Menurut Langmuir, bila gas diserap pada permukaan zat padat lapisan yang
terjadi hanya satu lapis molekul (Sukardho, 1990). Selain itu Langmuir
berpendapat, bahwa gas diadsorpsi pada permukaann solid dan membentuk tidak
lebih dari satu lapis ketebalannya. Teori Langmuir menggambarkan proses adsorpsi
terdiri dari dua proses berlawanan, yaitu kondensasi molekul-molekul fase
teradsorpsi menuju permukaan dan evaporasi/penguapan molekul-molekul dari
permukaan kembali ke dalam larutan Isoterm ini berdasarkan asumsi, bahwa :
1. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi
satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Seluruh permukaan
adsorben memiliki aktivitas adsorbsi yang sama atau seragam. Tidak ada
interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
2. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme sama
3. Tidak terjadi interaksi antara molekul-molekul adsorbat.
4. Hanya terbentuk satu lapisan tunggl saat adsorpsi maksimum.
(anonim, 2012).
Namun , biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut :
1. Selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan.
2. Molekul teradsorpsi tidak inert dan mekanisme adsorpsi pada molekul pertama
sangat berbeda dengan mekanisme adsorpsi yang pada molekul terakhir
teradsorpsi.
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Dimana :
A = molekul gas dan
A + S AS
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
S = permukaan adsorpsi
Adsorpsi ion logam oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan
langmuir, yaitu :
Gambar II.1 Grafik Isotermis Langmuir
Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan konstanta
pada persamaan adsorpsi langmuir menunjukkan besarnya adsorpsi yang
dihubungkan dengan energi ikat (anonim, 2012).
2. Isoterm Freundlich
Hubungan antar jumlah zat teradsorpsi persatuan luas atau satuanmassa
dantekanan dinyatakan dengan persamaan Freundlich
(Maron and Lando, 1980)
Dimana :
y = berat atau volume zat teradsorpsi persatuan luas atau massa adsorban.
P = tekanan saat kesetimbangan tercapai
K,n = konstanta-adsorben
C/(c/m)=1/Kbt C/b
Y = k.
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Untuk adsorpsi solute yang tidak melibatkan gas maka persamaan Freundlich
menjadi :
(Maron and Lando, 1980)
Dengan :
Y = berat atau volume zat teradsorpsi persatuan luas ataumassa adsorban.
x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konstanta dari adsorben yang tersisa dalam kesetimbangan
K,n = konstanta adsorben
Jika kemudian dibuat plot log y melawan log C, maka akan diperoleh garis
lurus yang mempunyai slope sebesar 1/n dan nilai interceptnya sebesar log k. Dari
isoterm ini akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan
digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan karena dengan isoterm ini dapat
ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.
Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah :
1. Kurva isoterm yang cenderung datar, artinya isoterm yang digunakan menyerap
pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan
2. Kurva isoterm yang curam, artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi keseimbangan.
Gambar II.2 Grafik Isotermis Freudlich
Y = x/m = k.
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
3. Isoterm Brunauer, Emmet and Teller ( BET)
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
homogen. Perbedaan Isotermini dengan Languir adalah BET berasumsi bahwa
molekul-molekul adsoerbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di
permukaanya. Pada isoterm ini, mekanisme adsorpsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adaah : Isoterm
Langmuir biasanya lebih baik apabuila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan
isoterm BET lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan pada adsorpsi
fisika
Gambar II.3 Grafik Isotermis BET
(anonim, 2012).
II.6 Peranan Karbon Aktif dalam Adsorbsi Isotermis
Karbon aktif dapat dijadikan sebagai zat pengadsorbsi atau adsorben.
Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung
karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif
berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami
pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan
zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan (Roy 1985). Luas permukaan,
dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan
proses aktivasi (Anonim, 2013).
Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm), dan makropori
(diameter >50 nm). Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2
berdasarkan fungsinya, yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon): Jenis arang
ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu
melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini
dapat ditemui pada karbon tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair
(liquid-phase carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran
atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon aktif
ini adalah makropori yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk.
Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi.
Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas permukaan karbon aktif
dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan
kimia. Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2,
NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti
udara, uap air atau CO2 (Anonim, 2013).
II.7 Titrasi
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa. (Anonim, 2012).
Tujuan dari titrasi adalah menentukan konsentrasi suatu larutan dengan konsetrasi
dan volume yang telah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya sampa perbandingan molnya tepat seperti yang diperlukan dalam
persamaan kimia seimbang kemudian konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat
dihitung (yuni, 2012).
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
1. Asam kuat - Basa kuat
Contoh :
HCl + NaOH→ NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Kurva Titrasi:
Gambar II.4 Kurva Asam Kuat dan Basa Kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
Contoh :
HCl + NH4OH→ NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4
Kurva Titrasi:
Gambar II.5 Kurva Asam Kuat dan Basa Lemah
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
3. Asam lemah - Basa kuat
Contoh :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva titrasi :
Gambar II.6 Asam Lemah dan Basa Kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
Contoh :
HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl
Reaksi ionnya :
H+ + BO2 - → HBO2
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Contoh :
KOH + CH3COONa → NaOH + CH3COOK
Reaksi ionnya :
K+ + OH- → KOH