tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon tanaman bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/laporan...

40
1 Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat Antargenerasi Masyarakat Etnik Using Banyuwangi Oleh: (0729016201) DR. DRA. NI NYOMAN SARMI, M.HUM(Ketua) (0717055902) DRA. LISTYANINGSIH, M.PD (Anggota) (0717075701) DRA. ANICLETA YULIASTUTI, M.HUM (Anggota) PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS-SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA 2016

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

1

Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat Antargenerasi Masyarakat Etnik Using

Banyuwangi

Oleh: (0729016201) DR. DRA. NI NYOMAN SARMI, M.HUM(Ketua)

(0717055902) DRA. LISTYANINGSIH, M.PD (Anggota) (0717075701) DRA. ANICLETA YULIASTUTI, M.HUM (Anggota)

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS-SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DR. SOETOMO

SURABAYA 2016

Page 2: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

2

Page 3: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat etnis apa pun di dunia ini memiliki ciri-ciri khusus sebagai penanda

jati diri mereka. Ciri-ciri khusus ini dapat berupa bahasa, sistem sosial, budaya, adat

istiadat, kesenian, mata pencaharian, dan sebagainya. GTBU adalah komunitas yang

merupakan penduduk asli yang mendiami sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Istilah Using berasal dari kata sing ‘tidak’ yang sering juga diucapkan using, osing,

atau hing. Secara historis, lare using atau wong Banyuwangen adalah orang-orang yang

tidak (sing) ikut mengungsi ketika terjadi perang Puputan Bayu (19771-1772) di

Blambangan (Banyuwangi). Mereka tetap memilih tinggal di ujung paling timur Pulau

Jawa. Di samping itu, istilah using mengandung resistensi budaya yang bermakna

bahwa orang Using/Osing/ Banyuwangi tidak mau menjadi Bali (tidak mau menjadi

dominasi kerajaan Bali) dan tidak mau menjadi Jawa (tidak mau menerima dominasi

kerajaan Mataram-Islam) (Sutarto, 2010:263).

Masyarakat Kabupaten Banyuwangi umumnya dan MEU khususnya sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani yang berdomisili tersebar hampir di beberapa

kecamatan. Hal ini merepresentasikan bahwa kehidupan mereka sangat dekat dengan

alam sehingga kehidupan sosial budaya mereka terkait dengan alam. Mereka bercocok

Page 4: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

4

tanam padi (baik pada lahan basah atau padi basah maupun pada lahan kering atau padi

ladang), jagung, palawija (kedelai, kacang tanah, kacang hijau) dan juga pola

tumpang sari. Di samping hasil pertanian, Kabupaten Banyuwangi umumnya dan

lingkungan tempat tinggal MEU merupakan tempat tumbuh berbagai jenis tanaman

bumbu dan obat tradisional, seperti cabe ‘cabe jawa’(Piper retrofractum), temu kunci

‘temu kunci’ (Kaempferia pandurata), lempuyang ‘lempuyang’ (Zingiber Americana),

dan adas(Foeniculum vulgare)‘tumbuhan bergetah yang bijinya dapat dijadikan

obat/jamu, dan sebagainya. Tanaman bumbu dan tanaman obat ini ada yang

dibudidayakan dan ada juga yang tumbuh liar baik dilingkungan tempat tinggal

maupun di area pertanian atau perkebunan dengan manfaatnya masing-masing.

Modernisasi yang melanda kehidupan MEU di bidang transportasi dan

komunikasi telah membuka keterisolasian masyarakat etnik UsingMEU yang

sebelumnya adalah mesyarakat yang statis, akrab dengan lingkungan, berprofesi petani,

setia pada budaya dan bahasanya berkembang menjadi masyarakat yang dinamis,

menjauh dari alam, menguasai beberapa bahasa daerah selain BU, dan sebagainya.

Salah satu dampak dari fenomena di atas adalah semakinberkurangnya interaksi,

interelasi, dan interdependensi dengan lingkungan alam, di samping juga munculnya

pemakaian bahasa lain dalam percakapan sehari-hari, baik tentang kehidupan sosial

atau lingkungan alam. Kurangnya interaksi, interelasi, dan interdependensi dengan

lingkungan alam MEU dengan lingkungan alam berdampak pada kurangnya interaksi

terhadap entitas-entitas tanaman bumbu dan tanaman obat beserta manfaat yang

Page 5: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

5

diemban oleh entitas acuannya masing-masing. Generasi tua/dewasa yang dulu akrab

dengan beberapa jenis tanaman obat khususnya, seperti orang-aring(Eclipta prostrate),

kemukus (Piper cubeba), sempol(Hedychium coronarium), sembung(Bumea

balsamifera), dan sebagainya karena manfaatnya untuk mengobati beberapa jenis

penyakit, saat ini sudah beralih menggunakan obat kimiawi yang praktis.

Nampaknya peran penting yang diemban tanaman bumbu dan tanaman obat

tradisional tersebut tidak disertai oleh pemahaman dan penggunaan leksikon-leksikon

yang terkait dengan kedua entitas tersebut. Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi

kebertahanan BU pada tataran leksikon flora untuk masa-masa yang akan datang

karena kepunahan bahasa diawali oleh tidak dipahami dan tidak terpakainya leksikon-

leksikon tertentu dalam percakapan sehari-hari penutur suatu bahasa (bdk. Seguy dalam

Lauder, 1990:163). Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini merupakan sebagain

kecil usaha untuk mengungkap permasalahan yang melanda BU dari segi leksikonnya

serta faktor-faktor apayang melatarbelakangi permasalahan tersebut.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas maka masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah tingkat pemahaman leksikon tanaman bumbu dan tananaman

obat antargenerasi MEU?

2) Bagaimanakah tingkat penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tananaman

obat antargenerasi MEU?

Page 6: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

6

3) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan variasi tingkatpemahaman dan

penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tananaman obat antargenerasi

MEU?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum dari kajian ini adalah untukmendokumentasikan kembali kekayaan

leksikon tentang lingkungan alam BU tentang tanaman obat dan tanaman bumbu yang masih

bertahan serta entitas acuan serta fungsinya masih dikenal dan leksikon yang terancam punah

dan yang sudah punah pada guyub tutur BU di Kabupaten Banyuwangi. Perangkat leksikon

yang masih bertahan dalam arti masih diketahui dan dipahami serta kejelasan rujukan makna

referensial eksternal merupakan salah satu penanda masih hidupnya BU, sedangkan perangkat

leksikon yang terancam punah menggambarkan dinamika dan keterancamannya. Selain itu,

penggalian leksikon-leksikon yang oleh penutur tuanya dianggap sudah punah

menggambarkan bahwa leksikon-leksikon kealaman tersebut pernah hidup, dikodekan, dan

secara referensial pernah ada namun kini telah punah atau tidak dikenal lagi karena perubahan

lingkungan.

Sementara itu, tujuan khususnya adalah untuk (1) mendeskripsikan tingkat

pemahaman leksikon tanaman bumbu dan tananaman obat antargenerasi MEU; (2)

mendeskripsikan tingkat penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tananaman obat

antargenerasi MEU; dan mengungkap faktor-faktor yang penyebab variasi

Page 7: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

7

tingkatpemahaman dan penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tananaman obat

antargenerasi MEU.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuannya, penelitian ini juga memiliki dua manfaat, yakni

manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis penelitian bermanfaat bagi

pengembangan bidang kajian linguistik, khususnya ekolinguistik bidang leksikon yang

menerapkan teori perubahan bahasa yang dipakai mengkaji perubahan BU dari segi

leksikon, sehingga hasil kajian ini dapat menambah data dan informasi tentang

leksikon-leksikon BU yang masih bertahan dan yang sudah punah karena dampak dari

perubahan lingkungan alam, bahasa, budaya. Selanjutnya, fakta-fakta yang ditemukan

dapat dijadikan acuan, perbandingan, dan pengembangan penelitian aspek-aspek

kebahasaan dan penelitian yang serupa di tempat lain sehingga pada akhirnya peneliti

berikutnya dapat melakukan penguatan dan pembenaran teoretis, khususnya yang

berkaitan dengan teori ekolinguistik yang diterapkan dalam kajian ini

Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat bagi (1) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengembangan pengajaran

dan pembelajaran bahasa yang berwawasan lingkungan; (2) para guru (dan orangtua)

dalam merancang kurikulum muatan lokal terkait dengan pengajaran BU dengan

menjadikan pengajaran leksikonnya sebagai salah satu pokok bahasan; dan (3) bahan

acuan dalam usaha revitalisasi bahasa daerah, khususnya BU.

Page 8: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

8

BAB II

KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Page 9: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

9

2.1 Konsep

2.2.1 Leksikon

Konsep leksikon yang diterapkan dalam tulisan ini adalah konsep yang

dikemukakan oleh Kridalaksana (1982) yang menyatakan bahwa leksikon adalah daftar

kata-kata tentang lingkungan tempat sesuatuhidup yang disertai dengan

penjelasannya.Di samping itu leksikon juga mengacu pada kekayaan kata yang dimiliki

seseorang, dalam hal ini responden penelitian.

2.2.2 Lingkungan

Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan bahasa

lingkungan.Lingkungan bahasa menurutSapir (dalam Fill dan Muhlhausler, ed.,

2001:14), adalah ruang alami dan ruang kultural tempat suatu bahasa hidup yang

mencakup lingkungan ragawi (fisik) dan lingkungan sosial tempat BU

hidup.Lingkungan ragawi berkaitan dengan karakter geografis, seperti topografis suatu

wilayah, iklim, tingkat cuarah hujan, sumber mineral, ragam flora dan fauna yang ada

di dalamnya. Selanjutnya lingkungan sosial mengacu pada berbagai kekuatan

masyarakat yang membentuk cara hidup dan cara berfikir individu yang meliputi

agama, etika, bentuk organisasi politik, dan seni yang memengaruhi daya hidup sebuah

bahasa (Fill & Muhlhausler, 2001:1). Sementara itu, bahasa lingkungan adalah sosok

(corpus) kebahasaan yang merefleksikan tentang lingkungan, termasuk di dalamnya

leksikon-leksikon sebagai produk dari praktik sosial dan diskursus sosial (Muhlhausler,

Page 10: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

10

2001:5) yang dalam kajian ini mengacu pada leksikon-leksikonyang menggambarkan

kekayaan lingkungan alam biotik dan abiotik tempat BU hidup.

2.2.2 Landasan Teori

Ekolinguistik diartikan sebagai interaksi antara bahasa danlingkungannya lewat

penutur bahasa tersebut.Haugen (dalam Garner, 2005) menegaskan bahwa lingkungan

bahasa terdiri atas dua komponen, yaitu komponen psikologis dan komponen

sosiologis.

Bahasa yang hidup (digunakan secara lisan atupun tertulis)

merepresentasikan fakta-fakta tentang alam, sosial, dan budaya yang ada di

lingkungannya (Fill dan Muhlhausler, 2001) sehingga selain menjadi fakta sosial,

bahasa juga merupakan rekaman tentang fakta-fakta alamiah sebagai tanda adanya

hubungan manusia dengan lingkungan alamnya yang terekam dalam leksikon suatu

bahasa, seperti tersirat dalam pernyataan Sapir (dalam Fill dan Muhlhausler, ed.,

2001:14) berikut.

“It is the vocabulary of a language that most clearly reflects the physical and

social environment of its speakers.The complete vocabulary of a language may

indeed be looked upon as acomplex inventory of all ideas, interests, and

occupations that take up the attention of the community, and were such a

comlete thesaurus of the language of a given tribe at our disposal , we might to

a large extent infer the character of the physical environment and the

characteristic of the peole making use of it. It is not difficult to find the

examples of languages whose vocabulary thus bears the stamp of the physical

enviroment in which the speakers are placed”

Page 11: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

11

Dari pernyataan di atas jelaslah tampak bahwa kekayaan leksikon suatu bahasa

mencerminkan kekayaan gagasan termasuk ide dan ideologi, kepentingan, dan

aktivitas-aktivitas penting terkait dengan profesi dan pekerjaan untuk mencari

penghidupan yang dilakukan oleh sebuah guyub tutur sebuah bahasa, di samping

mencerminkan lingkungan ragawi (seperti lingkungan kesungaian, kedanauan,

pegunungan, persawahan, dan sebagainya) bahasa tersebut dan karakter para

penuturnya. Masyarakat tutur suatu bahasa di lingkungan alam tertentu, karena

interaksi, interelasi, dan interdependensi pada lingkungan tersebut, akhirnya mereka

memiliki pengalaman tentang lingkungannya, dan hal ini terekam oleh bahasa,

terurai/terjabar dalam wujud leksikon-leksikon bahasanya (Fill dan Muhlhausler,

2001:1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Page 12: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

12

3.1 Lokasi Penelitian

Dari 24 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, kantong-kantong domisili MEU

ditemukan di tiga belas kecamatan, di antaranya adalah Kecamatan Glagah, Kecamatan

Giri, danKecamatan Rogojampi. Di beberapa desa di tiga kecamatan ini ditemukan

kantonng -kantong domisili MEU yang homogen yang mencapai 85%, seperti di Desa

Oleh Sari dan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah yang dijadikan tempat pengumpulan

data untuk penelitian ini.

3.2 Objek Penelitian

Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa penelitian ini

dilakukan di Desa Oleh Sari dan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten

Banyuwangi. Sementara itu, objek penelitian ini adalah leksikon lingkungan alam

terkait tanaman bumbu dan tanaman obat tradional yang tumbuh di lingkungan tempat

tinggal MEU di kedua desa tersebut di atas. Leksikon yang dimaksud berjumlah 57

buah yang diujikan pada tiga kelompok responden yang masing-masing berjumlah 21

orang, yakni kelompok remaja (15-30 tahun), dewasa (31-50 tahun), dan tua (51

tahun ke atas).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Page 13: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

13

Ada empat teknik yang ditempuh untuk mengumpulkan data penelitian agar

data bersifat valid. Teknik-teknik yang dimaksud meliputi: (1) teknik dokumentasi, (2)

teknik wawancara, (3) teknik pengamatan berpartisipasi, dan (4) teknik kuesioner

(angket). Berikut adalah uraian dari masing-masing teknik yang dimaksud.

(1) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi diterapkan untuk mendapatkan data dari berbagai sumber

tertulis. Sumber tersebut berasal dari kamus, dokumen-dokumen adat, buku bacaan,

surat kabar, jurnal, catatan-catatan, dan berbagai sumber tertulis lainnya. Melalui

penerapan metode dokumentasi dengan teknik catat ini diketahui karakteristik lokasi

penelitian dan karakteristik subjek penelitian yang berhubungan dengan dinamika

leksikon BU dari masa ke masa. Metode dokumentasi dengan penerapan teknik catat

berfungsi untuk mencatat hal yang terkait dengan keadaan lingkungan alam tempat

tinggal MEU. Di samping melalui pencatatan, dokumentasi juga dilakukan dengan

menggunakan alat foto. Objek yang difoto adalah lingkungan ekologis dan entitas-

entitas yang diacu oleh beberapa leksikon yang diteliti. Foto-foto ini dipakai sebagai

bukti fisik penelitian. Pencatan dan pemotoan dilakukan untuk mengumpulkan data

yang muncul di luar data yang dikumpulkan melalaui kuesioner, namun masih ada

kaitannya dengan topik atau permasalahan penelitian. Hasil catatan ini nantinya dipakai

sebagai pedoman dan keterangan tambahan ketika analisis data berlangsung.

(2) Teknik Wawancara

Page 14: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

14

Teknik wawancara yang diterapkan dalam penelitian adalah wawancara tak

terstruktur. Data yang diperoleh melalui penerapan metode wawancara ini digunakan

untuk mendukung data yang diperoleh melalui survei dan pengamatan berpartisipasi.

Wawancara dilakukan terhadap lima orang narasumber atau informan kunci yang sudah

ditentukan pada subbab responden. Wawancara terhadap wakil responden bertujuan

untuk mengkonfirmasikan jawaban mereka dengan jawaban yang diberikan pada

kuesioner, di samping untuk memberikan pendapat mereka tentang lingkungan alam

tempat tinggal mereka.

Proses wawancara dilakukan secara bersemuka dengan teknik tanya-jawab

untuk mendapatkan data kualitatif tentang kebahasaan, khususnya terkait dengan

leksikon lingkungan alam BU setelah adanya perubahan lingkungan alam, sosial, dan

budaya. Agar wawancara terjadi secara natural dan data yang diperoleh sesuai dengan

yang dibutuhkan, peneliti telah menciptakan hubungan baik dengan para narasumber.

Wawancara, khususnya terhadap informan kunci, dilakukakan beberapa kali untuk

mendapat data yang betul-betul valid.

(3) Teknik Observasi

Faisal (1990) mengelompokkan metode observasi menjadi

Di anatar empatteknik obesrvasia yang ada, yakni teknik observasi partispasi,

observasi secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi tak berstruktur, dalam

penelitian ini diterapkan adalah metode observasi berpartisipasi. Metode ini diterapkan

untuk mendapatkan data faktual dan otentik tentang leksikon yang muncul dalam

Page 15: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

15

percakapan golongan remaja, golongan dewasa, dan golongan tua yang berupa topik

yang terkait dengan eksistensi leksikon yang terdapat dalam kuesioner.

(4) Teknik Kuesioner (Angket)

Data yang dikumpulkan melalaui kuesioner merupakan data utama dalam

penelituan ini. Metode ini diterapkan untuk mendapatkan data tentang pengakuan diri

(self-report) dari responden. Di samping itu, melalui penerapan metode ini didapatkan

data berupa data tentang kompetensi leksikon responden dan dinamika tingkat

pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam responden. Peneliti dibantu

oleh tujuh orang pembantu peneliti untuk memudahkan dan memepercepat proses

penyebaran kuesioner. Ketujuh pembantu peneliti ini telah mendapat pemahaman dan

instruksi-instruksi penting terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan agar

penelitian dapat terlaksana seperti yang telah diharapkan.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul melalui instrumen, selanjutnya

dilakukan analisis. Data yang diperoleh melalui kuesioner, yakni berupa pengakuan

dianalisis secara kuantitatif. Pengakuan (self repot) tentang pemahaman dan

penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tanaman obat oleh ketiga kelompok

responden ditentukan prosentasenya melalui jumlah pengakuan dibagi jumlah

responden sehingga didapatkan prosentase pemahaman dan penggunaan masing-

Page 16: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

16

masing leksikon pada setiap respenden. Sementara itu, data yang diperoleh melalui

observasi dianalisis secara kualitatif untuk mendukung temuan data kuantitatif

3.5 Penyajian Hasil Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian yang menerapkan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif secara terpadu, sehingga deskripsi data hasil penelitian juga ditampilkan

secara terpadu. Setiap data yang disajikan saling mendukung, artinya penyajian data

kuantitatif didukung oleh penyajian data kualitatif, demikian juga sebaliknya. Metode

yang diterapkan dalam penyajian data adalah metode formal dan informal. Penyajian

data secara formal ditampilkan berupa tabel hasil tabulasi dan tabel analisis. Sementara

itu, penyajian data secara informal dilakukan dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat

yang menyertai penyajian analisis secara formal. Penyajian hasil analisis data juga

menggunakan teknik induktif dan deduktif . Penyajian hasil analisis secara induktif

artinya pemaparan hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum,

sedangkan pemaparan secara deduktif adalah sebaliknya, yaitu dari hal-hal yang

bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Penerapan kedua tekhnik tersebut

adalah untuk menghindari penyajian yang monoton.

Page 17: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

17

BAB IV

ANALISIS

Sebelum sampai pada analisis variasi tingkat pemahaman dan

penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tanaman obat antargenerasi MEU, terlebih

dahulu ditampilkan nama-nama entitas tanaman bumbu dan tanaman obat dalam BU.

Nama-nama tersebut ada yang sama persis dengan nama dalam bahasa Jawa dan ada

yang juga sama seperti nama dalam bahasa Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari sejarah

BU itu sendiri. Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, bahwa BU dan BJ

memiliki bahasa induk yang sama, yakni BJ kuna. Sementara itu, ditemukan nama-

nama entitas acuan yang sama dengan BI adalah akibat adanya kata-kata pinjaman

(loan words) dari BI oleh BU karena ketidak mampuan BU mewadahi buah pikiran

yang mengacu pada hal-hal yang bersifat baru dan modern.

Terkait dengan hal tersebut di atas, berikut ditampilakn nama-nama entitas

tanaman bumbu dan tanaman obat dalam BU beserta sejumlah nama latinnya.

Tabel 4.1

Nama-nama Entitas Acuan Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman

Obat dalam Bahasa Using

Leksikon BU Gloss dan penjelasannya dalam BI Nama Latin

Temu dan

jenisnya

temu Temu

temu cemeng temu hitam Curcuma aeroginusa

temu kunir temu kunyit/kuning Curcuma domestica

temu putih temu putih Curcuma zedoaria

temu rapet temu rapat Kaempferia rotunda

temu kunci temu kunci Kaempferia pandurata

temu giring temu giring Curcuma heyneana

Page 18: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

18

Jenis

tanaman obat

dan bumbu

lainnya

bawang abang bawang merah Allium ceppa

bawang putih bawang putih Allium sativum

bakung tumbuhan berumpun berbunga putih yang

hidup dipinggir kali yang menyerupai

sempol

Crinum asiaticum

bangle tumbuhan berumpun menyerupai lengkuas

yang umbinya berasa pahit yang dapat

digunakan sebagai obat

Zingiber cassummunar

iles-iles iles-iles Arum masculatum

lempuyang Lempuyang Zingibern Americana

lempuyang

wangi

lempuyang wangi Zingiber aromaticum

lempuyang

gajah

lempuyang gajah Zingiber

Zerumber

jae Jahe Zingiber officinale

kencur Kencur Kaempferia galangal

kunir Kunyit Curucuma domestica

laos Lengkuas Alpina galangal

sempol sempol,tumbuhan seperti lengkuas,

berbunga putih dan air bunganya dapat

dipakai sebagai obat tetes mata

Hedychium coronarium

kembang

bintang

tumbuhan berbunga putih dengan mahkota

bunga berjumlah lima tersusun menyerupai

bintang.

Adas tumbuhan bergetah yang bijinya dapat

dijadikan obat/jamu

Foeniculum vulgare

mahkota dewa mahkota dewa

kemiri Kemiri Aleurites mollucana

cabe cabe jawa Piper retrofractum

cabe merah cabe merah Capsicum annuum

cabe rawit cabe rawit Cartamus frutescens

pulasari Pulasari Alyxia stellate

Jinten Jintan Coleus amboinicus

kapulaga Kapulaga Amomum cardamomum

jemukus kemukus, tumbuhan rambat jenis lada-

ladaan/ lada berekor

Piper cubeba

cengkeh Cengkeh Syzygium aromaticum

sambiloto sambiloto, tumbuhan yang tinggi batang

hamper sama dandaunnya sangat pahit dan

dapat dipakai obat panas dalam

Andrographis paniculata

sembung Sembung Bumea balsamifera

deringu jerangu, yaitu jenis rumput-ruputan yang

tumbuh dengan subur di daerah yang

lembab, akar maupaun daunnya dapat

dipakai obat boreh

Acorus calamus

dilem tumbuhan dengan daun berbulu halus dan Pogostemon cablin

Page 19: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

19

berbau harum, dipakai untuk campuran

boreh bayi

kayu putih tumbuhan yang daun dan kulit batangnya

disuling untuk bahan minyak kayu putih

Melaleuca leucadendra

kayu manis tumbuhan yang kulit batang pohonnya

berbau harum dan dipakai untuk pemberi

aroma dalam minuman atau kue

Cinnamomum verum

kumis kucing kumis kucing Orthosiphon stamineus/

grandiflorus

legundi tumbuhan semak yang daunya berwarna

abu-abu keunguan yang dapat digunakan

sebagai obat pengusir nyamuk.

Vitex trifolia

lidah buaya lidah buaya, tumbuhan untuk pencegah

panas dalam

Polygala glamerata

luntas beluntas Pluchea indica

mangkokan umbuhan dengan daun menyerupai

mangkok dan berkhasiat untuk

menyuburkan rambut

Nothopanax scutellarium

meniran jenis tanaman yang banyak ditemukan di

pekaranagn atau tegalan yang dipakai untuk

campuran jamu penambah stamina

Phyllantus urinaria/ niruri

tapak dara tumbuhan dengan bentuk bunga

menyerupai paruh burung merpati

Chataranthus roseus

tapak liman tumbuhan yang tumbuhmenempel di tanah

dengan helai daun membentang seperti jari-

jari manusia

Elephantopus scaber

sambung

nyawa

tumbuhan yang daunnya berkhasiat sebagai

obat untuk ‘menyambung nyawa orang yang

sudah sekarat’

Gynura procumbens

pecah beling pecah beling/peceh seribu Sthrobilanthes crispus

urang-aring tumbuhan yang banyak ditemukan di

pematang atau saluran air di sawah untuk

penyuburkan rambut

Eclipta prostrate

sereh Sereh Andropogon citriodium

pule jenis tumbuhan yang getah dan kulit

pohonnya sangat pahit dan dipakai obat

Alsetonia scholaris

teki rumput teki, jenis rumput yang akarnya

dapat dipakai boreh.

Cyperus rotundus

Pada table di atas terlihat bahwa nama-nama entitas tanaman bumbu dan obat

tidak dipisahkan dalam table. Hal ini disebabkan bahwa sejumlah entitas berfungsi baik

sebagai bumbu maupun sebagai obat, seperti misalnya sereh (Andropogon citriodium)

‘sereh’. Entitas ini, di samping digunakan sebagai penyedap untuk masakan tertentu,

Page 20: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

20

juga di gunakan sebagai obat untuk pengusir nyamuk. Berikut adalah temuan tenang

literasi pemahaman dan penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tanaman obat

antargenerasi MEU.

2.2 Variasi Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat

Antargenerasi MEU.

Di samping kaya akan berbagai jenis tanaman bahan pangan, buah-buahan, dan

sayur-sayuran, Kabupaten Banyuwangi juga kaya akan berbagai jenis tanaman bumbu

dan obat dengan tingkat populasi yang berbeda-beda, baik yang dibudidayakan maupun

yang tumbuh liar. Namun hal ini tidak dibarengi oleh pemahaman yang memadai

terutama di kalangan responden remaja terhadap leksikon-leksikonnya. Berdasarkan

analisis data dan pengamatan di lapangan, ditemukan bahwa tingkat pemahaman ketiga

kelompok responden terhadap leksikon-leksikon yang entitasnya berfungsi, baik

sebagai obat tradisional maupun sebagai bumbu, seperti bawang abang, cengkeh, jahe,

kemiri, kencur, dan sebagainya hampir mencapai 100%. Hal ini disebabkan oleh

interaksi, interelasi, dan interdependensi yang tinggi terhadap entitas-entitas acuannya

karena keberadaannya sangat dekat dengan kehidupan MEU sehari-hari. Di sisi lain,

ada sejumlah leksikon dari entitas-entitas tanaman obat tradisional yang tingkat

pemahaman ketiga kelompok responden sangat rendah, yakni untuk leksikon

lempuyang wangi: 19%, 30%, dan 59,1%; lempuyang gajah: 19%, 25%, dan

59,1%;kembang bintang: 14,3%, 35%, dan 59,1%; dan sembung: 9,6%, 35%, dan

54,5% yang mana keempat leksikon tersebut entitas acuannya merupakan tanaman

Page 21: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

21

obat. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa lempuyang wangi (Zingiber

aromaticum) dan lempuyang gajah (Zingiber zerumber) adalah sebagai bahan dasar

boreh; kembang bintang adalah untuk obat mata; dan sembung(Bumea balsamifera)

adalah untuk penurun panas dalam. Akan tetapi tingkat pemahaman ketiga kelompok

responden rendah.

Rendahnya tingkat pemahaman ketiga kelompok responden terhadap leksikon-

leksikon tersebut di samping karena sedikitnya populasi juga disebabkan oleh

kurangnya interaksi, interelasi, dan interdependensi terhadap entitas-entitas tersebut.

Fenomena ini, antara lain, disebabkan oleh fungsinya sebagai tanaman obat sudah

digantikan oleh obat yang bersifat kimiawi.

Tabel berikut menunjukkan tingkat pemahaman ketiga kelompok responden

terhadap leksikon tanaman bumbu dan obat lainnya.

Page 22: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

22

Tabel 4.2

Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat

Antargenerasi MEU

Leksikon BU Tingkat Pemahaman Leksikon BU Tingkat Pemahaman

Remaja

(%)

Dewasa

(%)

Tua

(%)

Remaja

(%)

Dewasa

(%)

Tua

(%)

Temu dan

jenisnya

cabe merah 100 100 100

temu 95,2 100 100 cabe rawit 100 100 100

temu cemeng 81 90 100 pulasari 23,8 55 81,8

temu kunir 57,1 95 100 Jinten 66,7 70 95,5

temu putih 52,4 80 81,8 kapulaga 71,4 90 95,5

temu rapet 33,3 75 81,8 jemukus 90,5 100 100

temu kunci 90 100 100 cengkeh 100 100 100

temu giring 33,3 55 59,1 sambiloto 62 80 100

Jenis tanaman

obat dan bumbu

lainnya

sembung 9,6 35 54,5

bawang abang 100 100 100 deringu 57,1 95 95,5

bawang putih 100 100 100 dilem 42,3 95 95,5

bakung 19 60 72,7 kayu putih 57,1 95 95,5

bangle 19 65 77,3 kayu manis 85,7 100 100

iles-iles 14,3 25 81,8 kumis kucing 90,5 100 100

lempuyang 76,2 100 100 legundi - 35 88,2

lempuyang wangi 19 30 59,1 lidah buaya 100 100 100

lempuyang gajah 19 25 59,1 luntas 76,2 100 100

jae 100 100 100 mangkokan 62 70 81,8

kencur 100 100 100 meniran 66,7 70 90,5

kunir 100 100 100 tapak dara 38,1 40 68,2

laos 100 100 100 tapak liman 42,6 40 68,2

sempol 19 35 72,7 sambung nyawa 28,6 60 68,2

kembang bintang 14,3 35 59,1 pecah beling 47,6 70 86,4

Adas 23,8 80 81,8 urang-aring 66,7 70 90,5

mahkota dewa 76,2 80 86,4 sereh 100 100 100

kemiri 100 100 100 pule 33,3 45 90,9

cabe 100 100 100 teki 57,1 85 100

Pada table di atas terlihat bahwa untuk leksikon entitas-entas acuannya

memiliki peran penting dalam hidup MEU tingkat pemahaman yang tinggi untuk ketiga

kelompok responden. Hal ini terlihat pada tingkat pemahaman pada leksikon-leksikon,

seperti pada leksikon generik temu‘temu’, leksikon temu ireng ‘temu hitam’, dan temu

kunci ‘temu kunci’ yag tingkat pemahmannya di atas 80%. Fenomena ini

Page 23: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

23

dilatarbelakangi oleh masih adanya interaksi, interelasi, dan interdependensi MEU

dengan intitas acuannya yang semuanya untuk bahan membuat jamu, di samping untuk

penyedap jangan bening khususnya temu kunci. Fenomena yang sama juga terjadi pada

kelompok leksikon yang entitas acuannya sebagai bahan bumbu dapaur, seperti di

antaranyabawang abang, bawang putih, jae, kencur, kunir, laos, cabe, cabe rawit, dan

sereh dengan tingkat pemahaman hampir 100% untuk semua kelompok responden. Di

samping adanya intedependensi yang tinggi terhadap entitas-entitas acuannya, banyak

populasi yang tumbuh di lingkungan tempat tinggal mereka adalah factor-faktor yang

berpengaruh.

Sementara itu, fenomena menarik terjadi pada leksikon yang mengacu pada

entitas legundi, yaitu tumbuhan perdu dengan daun berwarna abu-abu keunguan yang

digunakan sebagai obat pengusir nyamuk, dengan tingkat pemahaman responden

remaja 0%, artinya bahwa tak satu pun dari mereka tahu atau pernah mendengar

leksikon tersebut. Berdasarkan pengamatan di lapangan, entitas ini populasinya masih

ada namun karena tidak adanya interdependensi, ketidaktahuan akan manfaatnya,

fungsinya tergantikan oleh obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot buatan

pabrik, serta tidak adanya transfer pengetahuan dari generasi pendahulu menyebabkan

responden remaja tidak paham dan tidak pernah menggunakan leksikonnya dalam

percakapan sehari-hari.

Page 24: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

24

4.3Variasi TingkatPenggunaan Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat

Antargenerasi MEU

Dari sejumlah leksikon yang ada di kelompok ini,ada yang entitasnya berfungsi

ganda yaitu sebagai tanaman obat sekaligus sebagai tanaman bumbu dan ada yang

hanya berfungsi sebagai tanaman obat saja. Yang termasuk dalam kelompok pertama

diantaranya adalah bawang abang ‘bawang merah’, bawang putih ‘bawang putih’, jae

‘jahe’, kunir ‘kunyit’, cabe merah ‘cabe merah’, laos ‘lengkuas’, dan sereh ‘sere’.

Entitas yang termasuk kelompok kedua jumlahnya sangat banyak, di antaranya temu

cemeng ‘temu hitam’, temu kunci ‘temu kunci’, bangle ‘bangle’, sambiloto ‘sambiloto’,

kembang bintang ‘bunga bintang, dan sebagainya. Jika tingkat penggunaan leksikon

kedua kelompok tersebut dibandingkan, terlihat tingkat penggunaan leksikon kelompok

pertama jauh lebih tinggi dari pada kelompok yang kedua. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.3

Tingkat Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu dan Obat

Antargenerasi MEU

Leksikon BU Tingkat Penggunaan Leksikon BU Tingkat Penggunaan

Remaja

(%)

Dewasa

(%)

Tua

(%)

Remaja

(%)

Dewasa

(%)

Tua

(%)

Temu dan jenisnya cabe merah 100 100 100

temu 14,3 85 90,9 cabe rawit 100 100 100

temu cemeng 4,8 55 63,6 pulasari - 10 18,2

temu kunir 4,8 65 77,3 Jinten - 30 36,4

temu putih - 50 63,6 kapulaga 9,6 25 40,1

temu rapet - 55 63,6 jemukus - 5 9,1

temu kunci 45 65 77.3 cengkeh 95,2 100 100

temu giring 4,8 35 40,1 Sambiloto 4,8 50 63,6

Jenis tanaman obat

dan bumbu lainnya

sembung - 10 13,6

bawang abang 100 100 100 deringu 4,8 25 45,5

bawang putih 100 100 100 dilem - - 36,4

Page 25: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

25

bakung 4,8 35 40,1 kayu putih 14,3 50 54,5

bangle 9,6 25 40,1 kayu manis 28,6 40 36,4

iles-iles - - 22,7 kumis kucing 19 65 72,7

lempuyang 14,3 75 77,3 legundi - - 4,5

lempuyang wangi 4,8 40 40,1 lidah buaya 62 80 81,8

lempuyang gajah - 25 36,4 luntas 38,1 85 86,4

jae 100 100 100 mangkokan 4,8 60 54,5

kencur 95.2 100 100 meniran - 45 50

kunir 100 100 100 tapak dara - 25 31,8

laos 100 100 100 tapak liman - 30 31,8

sempol - 15 13,6 sambung

nyawa

- 30 36,4

kembang bintang - 20 18,2 pecah beling 4,8 60 63,6

Adas 9,6 35 40,1 urang-aring 14,3 60 63,6

mahkota dewa 14,3 60 59,1 sereh 95,2 95 100

kemiri 100 100 100 pule - 25 31,8

cabe 62 80 81,8 teki 14,3 60 63,6

Ada dua fenomena penting yang dapat dijelaskan dari isi tabel di atas.

Fenomena pertama, tingkat penggunaan ketiga kelompok responden terhadap leksikon

tanaman obat yang sekaligus merupakan tanaman bumbu semuanya hampir mencapai

100%, seperti terlihat pada tingkat penggunaan leksikon bawang abang (100%, 100%,

dan 100%), jae (100%, 100%, dan 100%), cengkeh (95,2%, 100%, dan 100%), laos

(100%, 100%, dan 100%), dan sereh (95,2%, 95%, dan 100%). Ada beberapa faktor

penyebab tingginya tingkat penggunaan leksikon terhadap entitas-entitas ini. Selain

adanya interaksi, interelasi, intedependensi yang sangat tinggi karena semuanya

merupakan kebutuhan sehari-hari MEU, adanya transfer pengetahuan dari generasi

pendahulu kepada generasi berikut dan banyaknya populasi adalah sebagai faktor

penyebab fenomena di atas.

Hal penting kedua yang dapat diamati adalah adanya perbedaan tingkat

penggunaan leksikon yang sangat jauh antara responden muda di satu pihak dan

Page 26: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

26

responden dewasa dan tua di pihak lainnya. Hal ini dapat diamati pada sebagian

leksikon yang mengacu pada entitas-entitas yang hanya berfungsi sebagai tanaman obat

saja. Beberapa di antaranya adalah kemukus (0%, 5% dan 9,1%), sembung (0%, 10%

dan 13,6%), temu cemeng (4,8%, 55% dan 63,6%), lempuyang wangi (4,8%, 40% dan

40,1), temu kunci (14,3%, 50% dan50%), teki (14,3%, 60% dan 63,6%), kayu putih

(14,3%, 50%, 54,5), kumis kucing (19%, 65% dan 72,7), kayu manis (28,6%, 40% dan

40,1%), dan luntas (38,1%, 85% dan 86,5%).

Tampilan beberapa contoh data di atas untuk memperlihatkan rentangan tingkat

penggunaan responden remaja terhadap leksikon tanaman obat dari terendah 0% dan

yang tertinggi 38,1%. Jika tingkat penggunaan ini dibandingkan dengan tingkat

penggunaan pada responden dewasa dan tua ditemukan perbedaan yang sangat jauh,

yakni 1:5, 1:10,1:11, atau lebih. Fenomena ini hampir sebagian besar disebabkan oleh

kurangnya interaksi dan pengetahuan responden terhadap entitas dan manfaatnya pada

kehidupan mereka karena fungsinya sebagai obat ramuan tradisional sudah digantikan

oleh obat kimia yang penggunaannya lebih praktis serta mudah diperoleh. Sementara

itu, tingkat penggunaan terhadap leksikon luntas, yakni sebesar 38,1% bukan semata-

mata disebabkan fungsinya sebagai tanaman obat, melainkan sebagai tanaman pagar

dan bahan sayur urap di samping populasinya sangat banyak.

Page 27: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

27

4.4. Faktor-faktor Penyebab Variasi Tngkat Pemahaman dan Tingkat

Penggunaan Leksikon Lingkungan Alam Antargenerasi Masyarakat Etnik

Using

.

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pengamatan di lapangan, ada sejumlah

factor yang melatari variasi tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan

alam antargenerasi MEU. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perubahan pola hidup

penutur yang terkait dengan perubahan profesi, perubahan pola makan, dan perubahan

konsumsi obat merupakan faktor-faktor penyebabnya. Sebelum modernisasi melanda

kehidupan mereka, hampir seluruh MEU adalah merupakan petani, karena mereka

umumnya mendiami lahan-lahan persawahan yang sangat subur. Namun, seiring

dengan berubahnya jaman, banyak di antara mereka beralih profesi, seperti menjadi

buruh bangunan (banyak di antara mereka bekerja di sejumlah proyek besar dan kecil

di pulau Bali); menjadi pelayan toko (cukup banyak di antara mereka berpindah

domisili ke kota, khususnya beberapa kabupaten di pulau Bali dan di Kodya Denpasar),

dan pedagang (khususnya pedagang hasil bumi, baik berskala kecil maupun besar). Hal

ini menyebabkan mereka yang dulunya berdekatan dengan alam dan juga

menggantungkan hidup mereka dari sumber makanan, akan tetapi kini mereka menjauh

karena factor mobilitas sosial.

Selanjutnya, perubahan pola makan yang MEU. Mereka yang dahulunya

mengonsumsi bahan bumbu dan obat-obatan tradisional, saat ini beralih menggunakan

bumbu instant atau bumbu jadi bentuk kemasan. Demikian halnya dalam hal

mengkonsumsi obat-obatan. Pemanfaatkan tanaman obat tradisional untuk

Page 28: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

28

menyembuhkan beberapa jenis penyakit juga sangat berkurang. Juga demi alasan

kepraktisan, mereka beralih menggunakan obat-obatan yang bersifat kimiawi.

Fenomena-fenomena ini adalah penyebab berkurangnya interaksi dan interdepensi

GTBU dengan lingkungannnya yang menyebabkan terjadinya variasi pemahaman dan

penggunaan leksikon lingkungan alam oleh MEU. Tidak akrabnya mereka, khususnya

sebagian kalangan muda dan sebagian golongan dewasa pada entitas-entitas tertentu

yang ditemukan di lingkungan alam sekitarnya sangat berpengaruh terhadap tingkat

pemahaman dan penggunaan leksikon-leksikon acuannya.

Di samping itu, adanya akses menuju fasilitas kehidupan modern juga

menyebabkan GTBU menjauh dari lingkungan alam. Sebagai contoh, pada beberapa

tahun yang lalu, GTBU dari generasi muda masih ditemukan berkeliaran di kebun-

kebun untuk berburu tupai, monyet, atau musang untuk dijadikan bahan lauk, atau

mereka pergi ke area persawahan untuk mencari belut atau jenis ikan lainnya. Dengan

kata lain mereka tidak lagi tertarik bermain di lingkungan hijau tetapi lebih memilih

berkunjung ke pasar-pasar modern atau mall-mall yang akhir-akhir ini bermunculan

seperti jamur di musim hujan. Sebagai dampaknya intensitas interaksi dengan

lingkungan alam juga semakin berkurang. Jikalau semakin sering dan semakin banyak

MEU bersikap seperti ini, niscaya pengetahuan mereka akan sumber daya alam

lingkungan mereka semakin menipis yang berdampak pada ketidaktahuan mereka

terhadap leksikon-leksikon kealaman BU yang akhirnya berdampak kepunahan BU,

terutama pada tataran leksikon kealaman.

Page 29: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

29

Selanjutnya, ketika modernisasi belum menyentuh beberapa aspek kehidupan

MEU, tingkat ketergantungan mereka pada lingkungan alam cukup tinggi. Seperti

diketahui, bahwa tingkat interaksi, interelasi, dan interdependensi sebuah kelompok

masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya sangat tinggi pada wilayah-wilayah

yang memiliki akses komunikasi, interaksi, dan transportasi atau terisolir dari

kelompok masyarakat lainnya, terutama untuk keberlangsungan hidup. Untuk alasan

tersebut generasi pendahulu perlu mentransfer segala pengetahuan yang mereka miliki

kepada generasi berikutnya melalui lagu-lagu, dongemg-dongeng, atau ritual-ritual

terkait dengan keberlangsungan kehidupan alam sekitarnya (Pilgrim, 2006). Hal

sebaliknya terjadi pada MEU. Dikarenakan oleh tidak adanya lagi kebutuhan dari segi

faktor biologis terhadap entitas-entitas tumbuhan tanaman obat, generasi pendahulu

tidak merasa perlu mentransfer pengetahuan mereka tentang entitas-entitas tersebut

kepada generasi berikutnya. Hal ini berdampak pada terputusnya transfer pengetahuan

yang terkait dengan sumber daya alam dan kebermanfaatan entitas-entitas (local

ecological knowledge) yang ada di dalamnya.

Page 30: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

30

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Simpulan

Leksikon lingkungan alam terkait dengan tanaman bumbu dan tanaman obat

BU sangat beragam. Keberagaman juga terjadi pada tingkat pemahaman dan tingkat

penggunaannya oleh antargenerasi MEU. Untuk leksikon-leksikon yang entitas

acuannya memiliki peranan penting pada kehidupan MEU tinggkat pemahamannya

sangat tinggi, yakni mencapai 100%. Hal ini terlihat pada tingkat pemahaman leksikon-

leksikon, di antaranya bawang abang, bawang putih, lengkuas, kemiri, jae, kencur,

temu (leksikon generik), dan sereh yang mencapai 100% untuk semua responden. Hal

ini disebabkan oleh tingginya interaks, interelasi, dan interdependensi dengan entitas

acuannya. Hal sebaliknya ditemukan pada tingkat pemahaman terhadap leksikon yang

entitas acuannya kurang bermanfaat bagi kehidupan mereka, fungsinya sudah

tergantikan oleh fungsi entitas lain, sedikitnya populasi, atau ecoregion tempat tumbuh

entitas jauh dari pemukiman.

Faktor-faktor penyebab terjadinya variasi tingkat pemahaman dan tingkat

penggunaan leksikon tanaman bumbu dan tanaman obat ada beberapa hal. Salah

satunya adalah perubahan pola hidup penutur yang terkait dengan: (1) perubahan

profesi, yakni dari profesi petani menjadi buruh bangunan, menjadi pelayan toko, dan

pedagang; (2) perubahan pola makan, misalnya mereka yang dahulunya mengonsumsi

Page 31: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

31

ramuan tradisonal untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit beralih

menggunakan obat-obatan yang bersifat kimiawi. Fenomena di atas menyebabkan

rendahnya tingkat inetraksi, interelasi, dan interdependensi dengan entitas-entitas acuan

lekesikon tanaman bumbu dan obat antargenerasi.

4.2 Saran

Berdasarkan informasi dan fakta yang ditemukan dalam kajian ini, pada uraian

berikut dikemukakan beberapa saran yang dianggap berguna bagi keberlangsungan

hidup BU dan penjagaan serta pelestarian lingkungan ragawi BU.

Perangkat leksikon yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini hanyalah

sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah leksikon lingkungan alam BU

yang ada. Oleh karena itu, penelitian-penelitian terkait sangat dibutuhkan demi

terdiskripsikan dan terinventarisasikannya secara lebih mendalam leksikon-leksikon

yang ada yang merupakan representasi dari keberagamannya serta interaksi, interelasi,

dan interdenpendensi GTBU dengan lingkungan alam sekitar mereka.

Rendahnya tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam

BU, khususnya oleh generasi muda, sangat penting dicermati dan menjadi perhatian

berbagai pihak. Sebagai “bahasa daerah kecil” (bahasa yang tidak memiliki tradisi

sastra) dapat dipastikan bahwa BU tidak pernah mencapai prestise tinggi. Walaupun hal

itu tidak mungkin dicapai, paling tidak MEU masih menghargai bahasanya sebagai

Page 32: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

32

salah satu aspek kebudayaan dan lambang identitas mereka. Selanjutnya, adanya usaha

pendokumentasian unsur kebahasaan, khususnya leksikon lingkungan alam BU, sangat

perlu dilakukan karena berdasarkan temuan di lapangan masih sangat banyak entitas

acuan yang leksikon-leksikonnya tidak ditemukan dalam Kamus Bahasa Using

sehingga dapat disusun kamus bahasa Using, khususnya tentang leksikon lingkungan

alam yang dapat diwariskan kepada generasi GTBU yang akan datang.

Dari semua saran di atas, saat ini hal yang paling penting yang harus menjadi

perhatian bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kelestarian atau

keberlangsungan hidup BU, yakni turunnya Surat Peraturan Gubernur Jawa Timur No

19 Tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah sebagai Muatan Lokal Wajib di

Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa bahasa daerah di Jawa Timur hanya terdiri atas

bahasa Jawa dan bahasa Madura. Di samping itu, sejak bergulirnya penerapan

Kurikulum 2013 seluruh lembaga pendidikan setingkat SMP di seluruh kabupaten di

daerah Banyuwangi telah meniadakan pengajaran BU, dan tidak tertutup kemungkinan

hal ini juga diberlakukan pada tingkat SD. Ada dua dampak yang ditimbulkan Surat

Peraturan Gubernur itu, pertama semakin berkurangnya kesempatan GTBU

mempelajari bahasanya secara formal dan kedua adanya pengingkaran terhadap

rekomendasi Kongres Bahasa Jawa pada bulan Oktober 1996 yang menyetujui

diajarkannya BU di tingkat provinsi Jawa Timur yang kemudian diperkuat oleh ijin dari

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, diijinkannya pengajaran BU di sekolah-sekolah

di Jawa Timur. Oleh karena itu tindakan nyata untuk menyelamatkan BU adalah harga

mati.

Page 33: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

33

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

34

Adisaputra, A. 2010. “Ancaman terhadap Kebertahanan Bahasa Melayu Langkat”(disertasi)i.

Denpasar: Universitas Udayana

Akmajian, et al. 1984. Lingusitics: An Introduction to Language and Communication. Cambridge,

Massachusetts: The MIT Press.

Ali, H.2004. Kamus Bahasa Daerah:Using – Indonesia. Banyuwangi: Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi.

Alwasilah, A.C. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif. Bandung : Pustaka Jaya

Alwi, H.S.D. dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:

Balai Pustaka.

Arifin, E.B dkk. 2008.Wong Agung Wilis. Banyuwangi: Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Ayatrohaedi.1985. Bahasa Sunda di Daerah Cirebon. Jakarta PN Balai Pustaka.

Baru, Y. 2012. “Khasanah Leksikon Alam Guyub Tutur Karoon: Kajian

Ekolinguitik”(tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Linguistik Universitas

Udayana.

Bauer, Laurie.1983.English Words-Formation. London: Cambridge University Press

Bonvillain, Nancy. 2003. Language, Culture, and Communication.New Jersey: Printice

Hall.

Chaer, A. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Renika Cipta

Chambers, J.K. dan Peter Trudgill. 1980. Dialectology. Cambridge-London :

Cambridge University Press.

Chambers, J.K. 2003. Sociolinguistic Theory. London : Blackwell Publishers

Chomsky, N.1965. Aspects of the Theory of Syntax.Cambridge, Massachusetts: The

M.I.T.Press.

Chomsky, N.1972. Language and Mind. New York: Harcourt Brace Jananovich.

Crystal, D.1980. A First Dictionary of Linguistics and Phonetics: Andre Deutch.

Crystal, D. 2000. Language Death.Cambridge: Cambridge University Press

Danie, J.A. 1991. Kajian Geografi Dialek di Minahasa Timur Laut. Jakarta: Balai

Pustaka.

Page 35: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

35

Dixon, R.M.W. 2005. A Semantic Approach to English Grammar. New York: Oxford

University Press Inc.

Dorian, N.1981. Language Death: The Life Cycle of a Scottish Ghaelic Dialect:

Phyladelphia: University of Pennsylvania Press.

Duranti, A.1997. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University

Press

Edwards, J.1985. Language, Society, and Identity. Oxford: Basil Blackwell

Evans, N. 2010. Dying Words: Endangered Languages and What They Have to Tell

Us. UK. Blackwell Publishing.

Faisal, S. 1990.Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3

Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford : Basil Blackwell

Fasold, R.1993. The Sociolinguistics of Language. Oxford : Basil Blackwell.

Foley, W. A. 1997. Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell

Publishers.

Fill, A. dan P. Muhlhausler (eds). 2001. TheEcolinguistics Reader: Language, Ecology

and Environment. London : Continuum.

Gal, S. 1979. Language Shift: Social Determinants of Linguistic Change in Bilingual

Austrian. New York: Academic Press.

Gibbon, M.T. (ed). 2002.Tafsir Politik:Telaah Hermeneutis Wacana Sosial –Politik

Kontemporer (Terjemahan Ali Noer Zaman).Yogyakarta: Qalam

Goodenough,W. 1981. Language, Culture, and Society. Menlo Park, California: The

Benjanmin /Cummings Publishing Company.

Halle, Morris. 1973. “Prolegomena to a Theory of Word Formation” Linguistic

Inquiry,Vol. IV, No. 1

Halliday, M.A.K. dan Coulthard.1972.”The User and Uses of Language” dalam

J.Fishman (editor) . Reading in the Sociology of Language. Nederland: The

Hague.

Halliday, M.A.K.1977. The Explorations in The Functions of Language. London.

Edward Arnold (Publishers) Ltd.

Haugen, E.1972.”The Ecology of Language”, in Dil, A.S. (ed) The Ecology of

Language: Essays by Einar Haugen, Stanford: Stanford University Press.

Page 36: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

36

Herusantosa, S.1987."Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi”(disertasi). Jakarta:

Universitas Indonesia.

Holmes, J. 2000. An Introduction to Sociolinguistics (second edition).

Hymes, D.1974. Foundation in Sociolinguistics:An Ethgrapic Approach. Philadephia:

University Pennsylvannia Press

Kantor Pembinaan Kesenian Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Propinsi Jawa Timur.1972. Bahasa-bahasa Daerah Propinsi Jawa Timur

dalam Bahasa dan Kesusastraan. Seri khusus No.10 Jakarta : Lembaga

Bahasa Nasional.

Kaplan, D dan Albert, A.M.1999.Teori Budaya. Diterjemahkan Landung Simatupang.

Jogyakarta:Pustaka Pelajar.

Katamba, F. 1993. Morphology. London: MACMILLAN PRESS LTD

Keraf, G. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

Kovecses, Z.2006.Language, Mind, and Culture: A Practical Introduction. New York:

Oxford University Press. Inc

Kridalaksana, H.1982. Kamus Linguistik. Jakarta:Gramedia

Kridalaksana, H.1993.Kamus Linguistik.Jakarta:Gramedia.

Kridalaksana, H. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. (edisi kedua).

Jakarta: PT GRAMEDIA PUSTAKA

Kusnadi.2002. Perempuan, Seni Tradisi, dan Perubahana Sosial: Kelangsungan Hidup

Kesenian Seblang di desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Banyuwangi:Penerbit Tapal Kuda bekerja sama dengan Pusat Budaya Jawa

dan Madura Lemlit Unej.

Labov, W.1972. Socilinguistics Patterns. Philadelphia: The University of Pensylvania.

Laird, C and R.M.Gorrel (Ed). 1971. Reading about Language. New York: Harcourt

Brace Jovanovich, Inc.

Lekkerker. 1923. Blambangan.

Lindo, A. V. & Bundsgaard (eds). 2000. Dialectal Ecolinguistics: Three Essays for the

Symposium 30 Years Language and Ecology in Graz December 2000.

Austria: University of Odense Research Group Ecology, Language and

Ecology.

Page 37: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

37

Lombard, D. “Pandangan Orang Jawa terhadap Hutan” dalam Citra Masyarakat

Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan

Loundsbury, G.L.1972.” Linguistics and Psychology” dalam J.Fishman (editor).

Readings in the Sociology of Language. Paris : Mouton.

Mahsun.1995.Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Jogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya

(edisi revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Martinet, A.-----. Ilmu Bahasa: Pengantar. Jogyakarta: Kanisius

Marwoto dkk. 1999. “Kajian Hemeneutik Mantra Using Banyuwangi. Laporan

Penelitian. Jember: Fakultas Sastra Universitas Jember.

Maskur dkk. 2005. Lancar Basa Using. Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten

Banyuwangi.

Mbete, A. M. dkk.2009.”Penyusutan Fungsi Sosioekologis Bahasa Melayu Langkat

dan bahasa Muna serta Upaya Pemberdayaannya” Laporan Penelitian.

Denpasar:Universitas Udayana.

Mbete, A.M. 2013. Penuntun Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik.

Denpasar: Penerbit Vidia.

Moriyama, M dan M. Budiman (Ed ).2010.Geliat Bahasa Selaras Jaman: Perubahan

Bahasa-bahasa di Indonesia Pasca-Orde Baru.Jakarta:PT Gramedia.

Mourelatos, A.P.D. 1981. “Event, Process, and State”. Dalam: Tedeschi dan Zaenen,

ed. Syntax and Semantics: Tense and Aspect, 14: 191—212. New York:

Academic Press.

Mulyadi. 1998. “Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia” (tesis). Denpasar:

Program Pascasarjana, Universitas Udayana.

Mulyana D. 2002. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Narbabu, C dan Achmadi. 2002.Metode Penelitian.Jakarta Bumi Aksara.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 2009. Banyuwangi dalam Angka. Banyuwangi:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 2010. Banyuwangi dalam Angka. Banyuwangi:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Page 38: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

38

Prijanggana.1957.”Sedikit tentang Bahasa Using” dalam Bahasa Budaya No.6.2:32—

36.

Poerwanto, H. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahayu, E.W. dan T. Haryanto. 2008. Barong Using Aset Wisata Banyuwangi.

Banyuwangi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Rasna, I W. 2010. “Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tanaman Obat

Tradisional di Kabupaten Buleleng dalam Rangka Pelestaria Lingkungan:

Sebuah Kajian Ekolinguistik” Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No.2, Agustus

Saeed, J.I. 2000. Semantics. USA: Blackwell Publishers

Salzmann, Z. 1998. Language, Culture, and Society: An Introduction to Linguistic

Anthropology. Colorado: Westview Press.

Saputra, A. 2010. “Penyusutan Fungsi Sosio-Budaya Bahasa Melayu Langkat pada

Komunitas Remaja di Kota Stabat, Kabupaten Langkat”. Desertasi.Denpasar:

Program Pascasarjana Linguistik Universitas Udayana.

Saputra, H. S.P. 2007. Memuja Mantra. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara

Jogyakarta.

Sariono, A. dan T. Maslikatin.2002. Bahasa dan Sastra Using: Ragam dan Alternatif

Kajian. Banyuwangi: Penerbit Tapal Kuda bekerja sama denga Pusat Budaya

Jawa dan Madura Lemlit Unej.

Sariono, A.2002. “Pola Diglosia dalam Masyarakat Using” Penelitian. Banyuwangi :

Penerbit Tapal Kuda bekerja sama dengan Pusat Budaya Jawa dan Madura,

Lemlit Unejp I Juli-Agustus

Sariono, A.2007. “Pemilihan Bahasa Dalam Masyarakat Using:Studi Kasus pada

Masyarakat Using di Kelurahan Singotrunan, Kecamatan Banyuwangi,

Kabupaten banyuwangi” Disertasi.Jogyakarta : Universitas Gajah Mada

Sukharani, D. 2010. “Leksikon Nomina Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut

Tawar: Kajian Ekolinguistik”Thesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatra Utara.

Suastra, I M.2004. “Mekanisme Penyebaran Perubahan Bahasa dan Faktor-faktor

Penyebabnya: Sebuah Kajian Sosiolinguistik”. Orasi Ilmiah dalam Rangka

Pengenalan Jabatan Guru Besar Tetap Univ.Udayana. Denpasar: Univ.

Udayana.

Page 39: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

39

Subaharianto, A. 2002. Cara Using dan Besiki: Catatan Antropologis. Jember: Penerbit

Tapal Kuda.

Subyatiningsih, F dkk.1999. “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Using di Banyuwangi”

Laporan Penelitian (Belum terbit)

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (cetakan ke 9).

Bandung: ALFABETA

Sugono, D.1974. Problematik Pengajaran Bahasa Indonesia di SD Masyarakat Jawa

Dialek Osing di Banyuwangi. Malang:FKSS IKIP Malang (Skripsi tidak terbit.

Sugono, D.1983.”Perilaku Sufiks Verba Dialek Osing. Pacific Linguistics. Series C –

No.77

Suprapto, D. 1984. Babad Blambangan. Yogyakarta: UGM

Suparlan, S. 1981. “Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya: Perspektif

Antropologi Budaya” dalam Indonesian Journal of Cultural Studies. Jakarta:

Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Sutarto, A. 2010. Kamus Budaya dan Religi Using. Jember: Lembaga Penelitian UNEJ.

Swadesh, N.1972. The Origin of Deverivication of Language. London:Routledge dan

Kevin Paul

Trask, R.L dan P. Stockwell.2007. Language and Linguistics: The Key Concepts. New

York: Routledge

Trudgill, P.1983. On Dialect, Social and Geographical Perspective. Oxford : Basil

Blackwell.

Verhaar, J.M.W. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Verheijen, J.A.J. 1984. Plant names in Austronesian Linguistics. Jakarta: Badan

Penyelenggara Seri NUSA Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.

Wierzbicka, A. 1997. Understanding Cultures through Their Key Words. New York:

Oxford Univ. Press

Zainuddin, S. 1999. Pemertahanan Dialek Using di Kabupaten Banyuwangi. Jember :

Universitas Jember.

Page 40: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Tanaman Bumbu ...repository.unitomo.ac.id/578/1/LAPORAN PENELITIAN.pdf · Lingkungan dalam kajian bahasa menyangkut lingkungan bahasa dan

40