tindakan yang diperlukan untuk menjamin kesehatan lingkungan fix.docx
TRANSCRIPT
TINDAKAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJAMIN KESEHATAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
FANDY VARIANTO (1015031)
RESHIANE C.R. (1015071)
JASON ALIM S. (1015074)
SHELLA MONICA (1015088)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mengatur semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mempunyai pengaruh merugikan
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Lingkungan
dibedakan menjadi 2 macam yaitu lingkungan fisik yang terdiri dari benda –
benda tidak hidup baik yang berguna maupun tidak berguna, dan lingkungan non
fisik yaitu lingkungan sosial, ekonomi, agama, dan lain – lain.
Menurut Leavell sakit atau sehat tergantung dari keseimbangan antara 3 faktor
yaitu: lingkungan, penjamu, dan bibit penyakit. Status kesehatan masyarakat
tergantung dari genetik, gaya hidup, pelayanan kesehatan dan juga lingkungan
hidup. Lingkungan hidup memegang persentase tertinggi dalam menentukan
status kesehatan masyarakat yaitu sebesar 45%. Maka dari itu penting sekali
untuk menjaga kesehatan lingkungan.
Tentu saja lingkungan dalam kondisi bersih serta sehat akan membuat para
penghuninya nyaman dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan baik. Kesehatan
tubuh manusia berada pada posisi paling vital. Alasannya tentulah mengarah pada
keberagaman kegiatan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI LINGKUNGAN SEHAT
Pengertian lingkungan sehat adalah lingkungan yang mendukung
terciptanya individu warga yang sehat serta masyarakat yang sehat.
Dalam kalimat lain, pengertian lingkungan sehat adalah lingkungan yang
terhindar dari hal – hal yang menyebabkan gangguan kesehatan seperti limbah
cair, limbah padat dan limbah gas. Juga terhindar dari binatang – binatang
pembawa bibit penyakit, zat kimia berbahaya, polusi suara berlebihan serta hal –
hal lain.
II. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya
masalah kesehatan masyarakat.Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :
a. Menurut WHO
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
b. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3),
Ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, Upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat tersebut
antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas umum.
III. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan.
1. Penyediaan Air Minum
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya
yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat.
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air
minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan
yang sehat, bersih, dan produktif.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara
adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha
swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan
pengembangan sistem penyediaan air minum.
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal,
1999):
- Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
- Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak dapat
diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
- Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil budidaya
manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di permukaan tanah.
Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi, muka air tanah akan
dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di daerah yang bertopografi
rendah.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
Syarat fisik, antara lain:
> Air harus bersih dan tidak keruh.
> Tidak berwarna
> Tidak berasa
> Tidak berbau
> Suhu antara 10-25 0C (sejuk)
Syarat kimiawi, antara lain:
- Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
- Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
- pH air antara 6,5 – 9,2.
Syarat bakteriologi, antara lain:
> Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.
2. Pengelolaan Air Buangan Dan Pengendalian Pencemaran
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga
tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya
masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran
air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat berupa sampah
domestik.
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah
rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin
meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin
memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu
disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke
badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau
proses pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan
memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan
hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:
a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah
industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan
mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya. Semakin besar
populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya. Limbah rumah tangga
dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian, minyak
goring bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu
sampah organik dan ada pula yang tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada
juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa obat, baterai bekas, air aki.
Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3). Tinja, air
cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau
pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan
mengikuti aliran air.
b. Limbah Lalu Lintas
Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari
kapal tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak
dapat mengotori air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga
sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.
c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang
berlebihan misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang
berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia yang stabil,
yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah,
dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-
organisme yang hidup di dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang
berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka.
Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:
• Perubahan perilaku masyarakat
• Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair
Perubahan Perilaku Masyarakat
Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi
pencemaran terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu
perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran air. Untuk
mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak
membuang sampah dan limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah
ke sungai dan disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan
peraturan-peraturan yang diterapkan di lingkungan masing-masing secara
konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah
ditentukan.Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang
pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat
pembuangan sampah dan tempat mandi-cuci-kakus (MCK). Peraturan
pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan
pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya diproses dahulu
dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air
buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian
akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.
Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:
> Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
> Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan
sepeda motor.
> Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan
sebagai tempat kakus.
> Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu.
Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair
Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank
di daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap
sepuluh rumah disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat
dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari pencemaran air
sumur / air tanah. Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam
pengolahan air buangan (air cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara
kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau sungai.
Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke
dalam beberapa kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan),
kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau
tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji
kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan
pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar
(selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar.
3. Pembuangan Sampah Padat
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau
pemakai semula. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah
dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya
sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas,
potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting,
rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Secara umum sampah didapat dari pemukiman penduduk, tempat umum dan
tempat perdagangan, sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat
dan ringan serta pertanian.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan,
atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber
daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau
radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan,
berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan
sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan
biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah
dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah
sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya
tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Metode Pembuangan :
Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di
antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah
metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis
plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk
mengambil gas yang terbentuk. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Metode Daur Ulang (Recycle)
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang,
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil
kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode
baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Pengolahan kembali secara fisik (Re-use)
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton,koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut
jenis bahannya.
Pengolahan biologis
Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.
Metode penghindaran dan pengurangan (Reduce)
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat
sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki
barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
4. Pengendalian Vektor
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
“infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang
(susceptible host). Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk
mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau
pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan
oleh vektor. Tujuan pengendalian vector adalah untuk menurunkan kepadatan
populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan
masyarakat.
Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor adalah meliputi usaha
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk
mengadakan modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau
interaksinya dengan manusia dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan
perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor.
a. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari
sesuatu transformasi fisik yang permanen atau berjangka panjang terhadap tanah,
air dan tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah, menghilangkan atau
menurunkan habitat larva tampa menyebabkan pengaruh merugikan yang tidak
perlu terhadap kualitas lingkugan manusia. Misalnya drainage perpipaaan untuk
mengurangi sebanyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor.
b. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng
terdiri atas kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan
kondisi sementara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada
habitatnya. Misalnya perubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air
secara periodik, menghilangkan vegetasi dll.
Pengendalian Cara Kimia
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :
1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna
3. Menarik bagi vektor
4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi
membunuh vektor dengan cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa
yang kurang berbahaya
7. Tidak mudah terbakar
8. Tidak korosit
9. Tidak meninggalkan warma
10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan
Pengendalian Cara Biologis
Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan masih digunakan pada waktu ini
untuk pengendalian vektor adalah ikan pemakan larva. Diantara species ikan kecil
yang baik digunakan untuk pengendalian secara biologis terhadap larva nyamuk
adalah ikan guppi (paecilia reticulata) dan ikan kepala timah (aphloceilus
panchax). Dosis yang disarankan oleh WHO adalah 3 – 7 ekor/m2. Rata-rata
untuk pengendalian di sawah atau perairan dangkal lain mungkin cukup dengan 5
ekor/m2.
5. Pencegahan/Pengendalian Pencemaran Tanah Oleh Ekskreta Manusia
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine)
dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.
Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan
hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban
atau kakus (Notoatmodjo, 2003).
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup
penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan
kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan
sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai
macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing
(gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban
sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
1. Tidak mencemari air
· Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
· Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
· Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
· Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
· Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
· Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
· Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
· Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
· Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya
· Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
· Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
· Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan
· Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air
· Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran
· Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodik
5. Aman digunakan oleh pemakainya
· Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain
yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
· Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran
· Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran
· Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh
· Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
· Jamban harus berdinding dan berpintu
· Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.
6. Higiene Makanan, Termasuk Higiene Susu
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances,
whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part of
human diet.” Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan
substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
Higiene dan Sanitasi
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi
kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap
untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini
bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan
pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
7. Pengendalian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk
hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran
udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun
1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam
seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan
awan panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Jenis-jenis Bahan Pencemar:
· Karbon monoksida (CO)
· Nitrogen dioksida (N02)
· Sulfur Dioksida (S02)
· CFC
· Karbon dioksida (CO2)
· Ozon (03
· Benda Partikulat (PM)
· Timah (Pb)
· HydroCarbon (HC)
Penyebab Utama Pencemaran Udara :
Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 %
pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.
Cara mencegah pencemaran udara:
1) Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap
serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.
2) melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara
memasang bahan penyerap polutan atau saringan;
3) Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum
dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara
bebas;
4) membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus
lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu
pemukiman atau kita;
5) mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar
dan mengurangi angkutan pribadi;
6) memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu
kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai
penahan debu dan bahan partikel lain.
8. Pengendalian Radiasi
Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses dimana energi
bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.
Orang awam sering menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana
terjadi pada senjata nuklir, reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat
merujuk kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya
inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau
untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi
memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu
sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit
fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat
berbahaya.
Medan elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang
dihasilkan oleh alam maupun peralatan elektronik yang bermuatan listrik.
Manusia sebagai satu sistem biologi di antara system biologi lainnya, selalu
terpajan oleh medan elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik mempunyai
spektrum sangat luas, namun yang terpenting berasal dari listrik, yaitu frekuensi
60 Hz . Berbagai penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk mengetahui efek
medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Medan elektromagnetik berpotensi
menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap sistem darah, sistem
kardiovaskular, sistem saraf maupun sistem reproduksi serta bersifat karsinogenik.
Tetapi hasil penelitian tersebut masih kontroversial, karena pemilihan populasi
dan metodologi penelitian yang tidak konsisten. Upaya pengendalian radiasi
medan elektromagnetik dapat dilakukan dengan cara pengendalian kuat medan
listrik dan kuat medan magnet maupun pengaturan jarak dan lama pemaparan dan
peralatan yang bermuatan listrik.
9. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus
nya dunia industri yang bergerak dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya
dapat dipahami betapa penting nya kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja
kesehariannya. Hal ini memiliki kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan
diri sendiri maupun dikarenakan aturan perusahaan yang meminta untuk menjaga
hal-hal tersebut dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencegah potensi
kerugian bagi perusahaan.
Untuk menjalani semua itu maka pemerintah telah menerbitkan undang-
undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu :
1. mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran.
8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
17. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari undang-undang yang dibuat tersebut, maka para pekerja dapat bekerja
dengan tenang dan dapat menaikkan pendapatan perusahaan tempatnya bekerja
tanpa harus memikirkan bagaimana membayar biaya pengobatan apabila pekerja
tersebut sakit karena kesehatan mereka sudah dijamin oleh undang-undang.
10. Pengendalian Kebisingan
Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan gangguan pada
fungsi pendengaran manusia. Risiko terbesar adalah hilangnya pendengaran
(hearing loss) secara permanen. Secara umum dampak kebisingan bisa
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Dampak auditorial (Auditory effects)
Dampak ini berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran, seperti
hilangnya/berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/ berfrekuensi tinggi
dalam telinga.
2. Dampak nonauditorial (Nonauditory effects)
Dampak ini bersifat psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi,
kebingungan, stres, dan berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan
kerja.
Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara yang
bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja :
1. Percakapan biasa (45-60 dB)
2. Bor listrik (88-98 dB)
3. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)
4. Gergaji mesin (110-115 dB)
5. Sirene ambulans (120 dB)
6. Pesawat terbang jet (140 dB).
Sedangkan jenis industri, tempat kebisingan bisa menjadi sumber bahaya yang
potensial bagi pekerja antara lain :
1. Industri perkayuan (wood working & wood processing)
2. Pekerjaan pemipaan (plumbing)
3. Pertambangan batu bara dan berbagai jenis pertambangan logam.
11. Perumahan Dan Pemukiman
Menurut Winslow dan APHA pemukiman sehat dirumuskan sebagai suatu
tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim,
beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari
penularan penyakit.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA),
syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian
yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829
/Menkes/SK/VII/1999 Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah
sebagai berikut:
a. Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap
air dan mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 50 lux dan
tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;
Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e. VentilasiLuas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f. Vektor penyakitTidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter
per orang setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum
h. Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatan hunianLuas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
12. Aspek Kesling Dan Transportasi Udara
Sebenarnya bukan hanya pencemaran lingkungan yang terlihat secara kasat
mata saja yang dapat membahayakan dan menimbulkan penyakit, pencemaran
suara juga dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Apabila tidak segera ditanggulangi, mungkin pencemaran suara ini dapat sangat
menggangu kehidupan. Masih jarang orang yang mengetahui bahwa pencemaran
suara sangat berbahaya karena kebanyakan orang tidak mengetahui tentang
dampak dari pencemaran suara tersebut sehingga orang menganggap pencemaran
suara tidak berbahaya.
Pencemaran suara ini sebenarnya dapat ditanggulangi apabila setiap manusia
yang hidup di dunia sadar akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Mungkin pencemaran suara dampaknya tidak terlihat secara kasat mata, namun
dampaknya dapat di rasakan langsung oleh organ tubuh. Untuk menanggulangi
pencemaran suara tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu misalnya
apabila ingin membangun suatu bandara di dalam suatu negara, pemerintah harus
dapat memperhitungkan dampak dari pembangunan bandara tersebut.
Pembangunan bandara dapat di dilakukan di daerah yang jarang pemukiman
penduduk agar tidak mengganggu penduduk yang tinggal disekitar bandara dan
bagi seorang pengusaha yang ingin membangun suatu pabrik, agar dapat
membangun pabrik mereka di wilayah yang memang benar – benar hanya untuk
kawasan industri. Selain pencemaran suara yang ditimbulkan oleh suatu pabrik
ada pencemaran lainnya yang dapat ditimbulkan, yaitu pencemaran udara dan
lingkungan dari limbah pabrik tersebut. Maka dari itu agar lingkungan dan bumi
kita tetap terlindung dari pencemaran, manusia harus sangat memperhatikan
lingkungan dan kesehatan.
Cara lain yang dapat dilakukan oleh manusia agar lingkungan tetap sehat
adalah dengan menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan dan melakukan
penghijauan khususnya untuk di kota – kota yang padat akan penduduk dan
kegiatan industri. Selain itu, pembangunan bangunan peredam kebisingan dan
meminimalisasi penggunaan kendaraan bermotor dapat membantu menanggulangi
pencemaran suara agar pencemaran suara dapat berkurang dan semua makhluk
hidup yang hidup di dunia dapat hidup dengan sehat.
13. Perencanaan Daerah Dan Perkotaan
Perencanaan memiliki banyak definisi. Menurut Dror (1963), perencanaan
merupakan suatu proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan unutk
melakukan tindakan dimasa depan. Dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Perencanaan Kota, Gallion dan Eisner menuliskan bahwa perencanaan adalah
suatu upaya untuk menciptakan perkembangan yang teratur di daerah perkotaan
dan mengurangi konflik-konflik sosial dan ekonomi yang akan membahayakan
kehidupan dan hak milik.
Pola Perencanaan Kota
Sebuah kota harus dibangun berdasarkan empat dasar. Dasar fisik sebuah kota
adalah wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman, dan
benda-benda lain yang menciptakan bentuk kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah
kota memberikan alasan bagi eksistensinya. Dasar politik sebuah kota sangat
penting bagi ketertiban. Dasar sosial sangat penting supaya kota ada artinya.
Elemen perancangan kota :
Land Use : cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan
kepadatan aktivitas pada suatu kawasan
Building Form and Massing : bentuk dan massa bangunan dapat
menunjukan ciri kawasan yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai,
coverage, skala, dan lain-lain
Activity support : Pendukung kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang
memperkuat penggunaan ruang publik
Open space : Lahan kosong di kota untuk dijadikan taman sehingga harus
dilakukan secara integral dengan perencanaan bangunan dan saling
menunjang
Pedestrian ways : Jalur pejalan kaki, untuk mendukung aktivitas kawasan,
juga untuk estetika terutama pada pusat kota
Circulation and parking : Sistem pergerakan dan elemen utama yang dapat
memberi bentuk lingkungan kota
Signage : Menunjukan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu,
penandaan tidak hanya dilakukan dengan pemberian papan nama tetapi
dpaat dilakukan dengan berntuk atau ciri visual lainnya
Preservation : upaya pelestarian harus mampu melindungi kelestarian
lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk
seperti kawasan bersejarah
Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di
perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :
a) Urbanisasi kepadatan kota keterbatasan lahan daerah
slum/kumuh sanitasi kesehatan lingkungan buruk
b) Kegiatan di kota (industrialisasi) menghasilkan limbah cair dibuang
tanpa pengolahan (ke sungai) sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci,
kakus penyakit menular.
c) Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi) emisi gas buang (asap)
mencemari udara kota udara tidak layak dihirup penyakit ISPA.
14. Pencegahan Kecelakaan
Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan terhadap faktor
lingkungan adalah pemikiran standart persyaratan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan rumah tangga industri yang aman, yang dilakukan melalui :
Melaksanakan program pengelolaan lingkungan perusahaan dengan mengacu
pada standar pemeliharaan rumah tangga perusahaan / industri yang aman
Melaksanakan program keselamatan kerja di industri / perusahaan dengan
menerapkan model manajemen keselamatan kerja yang sesuai
Melaksanakan program pengendalian lingkungan dengan mengacu pada model
manajemen pengendalian factor fisisk tempat kerja yang sesuai.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. (Lientje Setyawati, 2000). Sasaran Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah Manusia atau
pekerja, Mesin mekanik dan Lingkungan pekerja.
Tujuan dilaksanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah menciptakan suatu sistem Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini
diharapkan adanya penempatan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia, meningkatnya komitment pimpinan perusahaan
dalam melindungi tenaga kerja, meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja
untuk menghadapi kompetisi perdagangan global, proteksi terhadap industri
dalam negeri, meningkatnya daya saing dalam perdagangan internasional,
mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional,
meningkatnya pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem,
perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang terkait
dengan penerapan K3.
15. Rekreasi Umum dan Pariwisata
Potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai
keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam Flora dan fauna serta jasa
lingkungannya di kawasan Pelestarian Alam dan Hutan Lindung mengacu kepada
prinsip-prinsip social forest management yang dalam pemanfaatannya berazaskan
kelestarian ekologi, social dan ekonomi.
Pemanfaatan yang tidak memperhatikan faktor kelestarian fungsi hutan, akan
menimbulkan laju degradasi hutan. Sebagai illustrasi angka deforestrasi mencapai
1, 6 juta hektar per tahun.
Potensi jasa lingkungan hutan baik langsung ataupun tidak langsung dapat
dimanfaatkan secara terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain untuk :
wisata alam, pemanfaatan sumberdaya air, supply oksigen, perlindungan system
hidrologis dan carbon offset (Pedoman Inventarisasi Jasa Lingkungan, Ditjen
PHKA, 2003.)
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka kawasan
Pelestarian alam seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman Wisata
Alam yang memiliki gejala keunikan alam, keindahan alam, keanekaragaman
flora dan faunanya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek dan daya
tarik wisata alam, disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Agar objek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan
modal dan teknologi yang memadai, serta untuk menjaga kelestariannya
diperlukan pengelolaan yang arif agar tidak menimbulkan dampak negative
terhadap lingkungan kawasan dan social budaya masyarakat sekitar.
Pemanfaatan jasa lingkungan untuk kepentingan wisata alam, perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata alam yakni konservasi,
edukasi, ekonomi, rekreasi dan peran / partisipasi masyarakat.
16. Tindakan-Tindakan Sanitasi yang Berhubungan dengan Keadaan
Epidemi/Wabah, Bencana Alam dan Perpindahan Penduduk
Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik manusia,yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan,bagi
perkembangan fisik,kesehatan,dan daya tahan hidup manusia.
Sasaran utama kegiatan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk
mengurangi penyakit tinja kemulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektor
dengan melaksanakan penyuluhan praktek kebersihan yang baik, penyediaan air
minum yang aman dan pengurangan kesehatan linkungan dengan mengusahakan
suatu kondisi yang memungkinkan orang-orang untuk hidup dengan kesehatan,
martabat, kenyamanan,dan keamanan yang memadai.
Adapun untuk mengurangi resko dari bencana yang ditimbulkan hal yang
dilakukan dalam kegiatan sanitasi adalah sebagai beikut:
1. Pasokan/penyediaan air bersih
Dalam kondisi bencana pasokan air bersih snagat penting,hal ni dikarenakan
air bersih merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk menjaga
kelangsungan hidup,banyak kasus yang ditemukan ketika bencan sering terjadi
kekurangan air dikarenakan akses yang terputus sehinggah kualitas tidak memadai
ataupun kualitas airnya tidak memenuhi syarat kesehatan akibatnya masyarakat
menjadi rentan terhadap penyakit. Adapun yang harus diperhatikan terhadap
penyedian air bersih yaitu kuantitas dan kualitas dari air bersih tresebut.
2. Pembuangan Tinja
Pembuangan tinja yang aman dapat mengurangi resiko penyakit yang
ditimbulkan baik langsung atau tidak langsung,penyediaan sarana yang tepat
adalah satu dari beberapa respon kedaduratan yang paling penting untuk
menjamin kesehtan penduduk.didalam pembuangan tinja hal yang harus di
perhatikan yaitu jumlah dan akses ke jamban. Masyarakat berhakmendapat jumlah
jamban yang memadai,cukup dekat dengan tempat tinggal, untuk memungkinkan
akses yang cepat,aman, dan pantaas baik siang maupun malam.selain itu
pemeliharaan dilokasi pengungsian jamban yang dibangun tentunya merupakan
jamban umum,yang harus diperhatikan yaitu memberikan kesadaran dan membuat
pertemuan dengan sesama pengungsi untuk menentukan bentuk pemeliharaan
jamban,sebaiknya didalam jamban umum diseiakan sabun,pembalut dan jarak
jamban.
3. Pengendalian Vektor
Vektor adalah suatu agent/penyebab pembawa penyakit,dan salah satu
penyakit yang ditimbulkan disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak
terkontrol. Contoh: vektor/hama dan jenis penyakit yang ditimbulkan nyamuk,
lalat/kecoak/kutu/mites, tikus.
4. Manajemen Sampah
Pada saat bencana yang sering di jumpai kondisi sanitasi yang buruk,seperti:
sering ditemukannya puing-puing,sampah-sampah dan jenis limbah lainnya yang
berserakan akibat bencana yang ditimbulkan.hal tersebut akan menjadi masalah
kesehatan apabila tidak mendapat manajemen sampah yang baik dan tepat.
5. Pemeliharaan Drainase
Pada situasi bencana,salah satu masalah bidang sanitasi adalah pada
drainase/saluran air yang rusak atau tidk dipeatikan,hal ini bisa dilihat dari
tercemarnya air permukaan dilokasi pengungsi yang berasal dari limbah rumah
tangga atau titik-titik distribusi air,kebocoran jamban,got,air hujan,air banjir..
Drainase di perlukan pada kondisi bencana agar tidak menjadi
perkembangbiakkan nyamuk,lalat,dll, dan tidak menggangu pemandangan.
Adapun cara pemeliharaan drainase diantaranya:
- Periksa lubang saluran,bila ada kotoran yang tersangkut ,ambil dan buang
ketempat sampah.
- Sesekali siram dengan air agar terjadi penyumbatan oleh tanah yang
terbawa air.
6. Penyuluhan Kesehatan
Tujuan dari pennyuluhan adalah untuk mengajak masyarakat dan memberikan
kesadaran akan pentingnya kesehatan pribadi dan kesehatan lingkungan.
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan bencana alam, berikut
ini adalah tindakan saat bencana dan pasca bencana :
a. Air bersih
1. Supply alat dan bahan pengelohan air sederhana.
2. Pengamanan penyelenggaraan supply air minum dari sumber hingga saat
dikonsumsi.
3. Desinfeksi sumber air bersih
4. Pemeriksaan sarana distribusi dan penampungan dari kerusakan dan
kemungkinan kontaminasi
5. Perbaikan kembali sarana prasarana
b. Sampah
1. Pengumpulan sampah
2. Supply kantong sampah
3. Pemilahan sampah dalam daur ulang
4. Pemanfaatan sampah dan lumpur dalam upaya memperbaiki lingkungan
c. Limbah
1. Supply sarana penampungan limbah dan tinja darurat
2. Pengembalian fungsi sarana pembuangan limbah dan tinja
d. Lingkungan fisik
1. Memfungsikan alat ventilasi dan pencahyaan serta ventilasi alam
2. Penyebaran informasi tentang cara membersihkan rumah dan kebersihan diri
pasca banjir
e. Makanan minuman
1. Pengamanan proses penyelenggaraan makanan di tempat pengungsian
2. Penekanan kembali penyelenggaraan makanan yang sehat mengingat kondisi
lingkungan yang belum pulih
f. Vector dan binatang pengganggu
1. Membasmi vector yang ada
2. Mewaspadai terdapatnya dan peningkatan perindukan vector dan binatang
pengganggu
3. Penghapusan serangga dewasa secara masal dan serempak
17. Tindakan Pencegahan yang Diperlukan untuk Menjamin Lingkungan.
Kemampuan daya dukung lingkungan hidup sangat terbatas baik secara
kuantitas maupun kualitasnya sehingga pemerintah dalam pengelolaan lingkungan
hidup membuat aturan yang dituangkan dalam UU No. 23 tahun 1997 pengertian
lingkungan hidup yang tercantum dalam UU No. 4 tahun 1982 atau No. 23 tahun
1997 adalah sebagai suatu kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan,
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Komponen lingkungan terdiri dari tiga komponen utama yaitu
fisik, biotis, dan sosekbudkesmas. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, perlu
dilakukan berbagai upaya pengembangan yang berwawasan lingkungan dengan
meningkatkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan.
Pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan seperti penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian lingkungan hidup
(UU No. 23 tahun 1997 pasal 1 dan 2) upaya dalam melestarikan lingkungan
biasanya dikaitkan dengan upaya pencegahan atau penanggulangan dampak yabng
ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan. Asas yang menjadi pedoman
pelaksanaan adalah pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan (berkelanjutan) sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terciptanya
keselarasan hubungan antar manusia dan lingkungan hidup.
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Merupakaan telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
penting dari suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup (PPRI No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL). Penelaahan
dampak penting dari aktivitas atau kegiatan pembangunan merupakan hal
pokok yang mendominasi kegiatan studi AMDAL. Dampak penting adalah
perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang disebabkan oleh suatu
usaha kegiatan (PP 51/1993 pasal 1 dan 9)
2) Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
Merupakan perangkat preventif dalam pencegahan dan penanggulangan
dampak lingkungan yang merupakan dokumen yang dibuat pada fase
perencanaan suatu kegiatan pembangunan. Sebagai kelengkapan dalam
memperoleh perizinan.
Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan
perangkat sukarela dianggap sebagai gambaran kepeduliaan yang lebih
tinggi dalam upaya pengelolaan lingkungan, karena datangnya dari hati
nurani yang memikirkan kerugiannya atau dampak negatif. Masalah
lingkungan telah mendapat perhatian yang luas di berbagai negara sejak
dasawarsa 1970-an hingga sekarang. Konferensi lingkungan hidup sedunias
di Stockholm pada tahun 1972 menghasilkan keputusan yang sangat positif,
penanganannya telah banyak dilakukan baik oleh masing-masing-masing
negara seluruh dunia, seperti rusaknya lapisan ozon, masalah perubahan
iklim global dll ini semua menunjukkan bahwa dalam melakukan
pembangunan perlu dilakukan melalui pendekatan ekologis.
3) Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan baik yang
direncanakan maupun diluar rencana, tidak akan menurunkan atau
menghapus kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan kita pada
tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi
Untuk mencapai tujuan ini hasil AMDAL haruslah berupa rencana
pengelolaan lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan tersebut terdiri
dari dua bagian yaitu rencana penanganan dampak dan pemantauan dampak.
Tujuan penanganan adalah untuk memperbesar dampak positif dan
memperkecil dampak negatif. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan dampak adalah :
Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan rantai
kehidupan ini kita runutkan terus, tidak akan ada habisnya. Oleh karena itu,
kita hanya berhenti sampai pada perkiraan dampak penanganan dampak
dengan memilih metode penanganan dampak yang diketahui dengan
kepercayaan tinggi.
Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang
sederhana serta dampaknya sangatlah kecil terhadap lingkungan sehingga
dampak penanganan tersebut dapat diabaikan
• Penanganan dampak dimulai dari pemilihan alternatif proyek
• Penanganan dampak memerlukan biaya
• Penanganan dampak mencakup penanganan dampak positif, pihak
pemrakarsa sering tidak tertarik untuk memanfaatkan dampak positif.
BAB III
KESIMPULAN
Memang akan sangat sulit bila kita harus melakukan semuanya sekaligus,
apalagi menuntut hasil yang instan. Hal seperti ini merupakan masalah kebiasaan,
memang sulit untuk diubah tetapi bisa dan mungkin untuk tercapai. Mulailah
tanamkan kesadaran akan lingkungan sehat sejak usia dini. Dengan lingkungan
yang sehat maka akan banyak manfaat yang akan dirasakan oleh hidup kita.