timpanosklerosis

18
PAPER TIMPANOSKLEROSIS DISUSUN OLEH: Karina Dwi Swastika 090100060 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT RS HAJI ADAM MALIK MEDAN

Upload: karyn13692

Post on 19-Jan-2016

308 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Timpanosklerosis

TRANSCRIPT

Page 1: Timpanosklerosis

PAPER

TIMPANOSKLEROSIS

DISUSUN OLEH:

Karina Dwi Swastika

090100060

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT

RS HAJI ADAM MALIK

MEDAN

2014

Page 2: Timpanosklerosis

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis

sehingga dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Tema makalah ini adalah mengenai Timpanosklerosis. Diharapkan

dengan ini, para dokter dapat memahami mengenai pemeriksaan dan tatalaksana

timpanosklerosis dalam praktek sehari-hari.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk

penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2014

Penulis

Page 3: Timpanosklerosis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..... ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………… 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 2

2.1 Definisi dan Klasifikasi………………………………………......... 2

2.2 Anatomi…………………………………………………………… 2

2.3 Etiologi…………………………………………………………...... 3

2.4 Gambaran Klinis……………………………………….................... 3

2.5 Patogenesis…………………………………………….................... 4

2.6 Diagnosis…………………………………………………………… 5

2.7 Penatalaksanaan…………………………………………………..... 7

BAB 3 KESIMPULAN………………………………………………........ 8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 9

Page 4: Timpanosklerosis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Timpanosklerosis merupakan penyakit pada membran timpani yang

menunjukkan gambaran bercak-bercak putih tebal atau menjadi putih dan tebal

seluruhnya akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada bagian tengahnya.1

Keadaan ini dikarakteristikkan oleh adanya hialinisasi dan deposit kalsium pada

membran timpani, telinga tengah, atau keduanya, sering muncul sebagai akibat

dari inflamasi atau trauma dan juga sering didapati setelah episode rekuren dari

otitis media akut, otitis media dengan efusi, dan insersi ventilasi tuba.2

Timpanosklerosis merupakan kelanjutan yang sering terjadi pada kasus-

kasus otitis media kronis atau rekuren dan setelah tindakan pembedahan pada

membran timpani atau telinga tengah. Hal ini biasanya terbatas pada mebran

timpani dan hanya memberikan gangguan klinis yang sangat sedikit. Namun,

apabila timpanosklerosis melibatkan telinga tengah, maka dapat mengakibatkan

fiksasi osikular dan gangguan pendengaran konduktif.3

Penelitian mengenai timpanosklerosis kebanyakan dilakukan pada pasien-

pasien dengan otitis media kronis dan timpanostomi dibandingkan dengan

populasi umum. Didapatkan bahwa pada 23-40 % anak-anak dengan keluhan

telinga mengeluarkan cairan yang ditatalaksanan dengan timpanostomi menderita

timpanosklerosis, dan miringosklerosis merupakan bentuk yang tersering.4

Insiden timpanosklerosis dilaporkan berkisar antara 6,4-33% pada subjek

dengan otitis media kronis. Insiden cenderung meningkat dengan pertambahan

usia dan tindakan timpanostomi penggantian tuba (insiden berkisar antara 28-

61%).3

BAB 2

Page 5: Timpanosklerosis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Klasifikasi

Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan

hialinisasi dan kalsifikasi pada membran timpani, telinga tengah atau keduanya

dan jika meluas dapat mempengaruhi pendengaran. Timpanosklerosis ini

diklasifikasikan sebagai berikut :

- Myringosclerosis, hanya mengenai membran timpani

- Intratympanic tympanosclerosis, mengenai bagian telinga tengah lain.2,4

2.2. Anatomi

Membran timpani merupakan pembentuk utama dinding lateral telinga

tengah, berupa lapisan tipis, resisten, semitransparan, abu-abu mengkilat, dan

mirip kerucut (cone-like). Apeks membran timpani terletak pada umbo, yang

mana berhubungan dengan bagian terbawah dari tangkai malleus. Kebanyakan

keliling membran timpani menebal untuk membentuk suatu cincin fibrokartilago,

annulus timpani, yang terletak pada alur tulang timpani yang disebut dengan

sulkus timpani.5

Gambar 1. Membran Timpani Normal Telinga Kanan

Page 6: Timpanosklerosis

3

Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu

pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani

kanan. Reflek cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane

timpani. Pada membran timpani terdapat 2 macam serabut yaitu serabut sirkuler

dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang

berbentuk kerucut tersebut. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai misalnya bila

reflek cahaya mendatar berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.6

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus malleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah-

belakang. Hal ini berguna untuk menyatakan letak perforasi dari membrane

timpani.6

2.3. Etiologi

Etiologi dari timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, mungkin

dibentuk dari sisa-sisa/bekas yang berhubungan dengan inflamasi kronis telinga

tengah. Faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan antara lain :

- Otitis media supurativa kronis (OMSK) dan otitis media dengan efusi.

- Insersi Grommet (timpanostomi tuba) meningkatkan resiko terjadinya

timpanosklerosis

- Sklerosis sistemik

- Kemungkinan berhubungan dengan atheroma karotis atau aterosklerosis

- Hubungan dengan cholesteatoma masih diperdebatkan, meskipun dua keadaan

ini dapat muncul bersamaan.4

2.4. Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang umumnya muncul adalah ditemukannya plak putih

pada membran timpani. Jika proses ini hanya terbatas pada membrane timpani

saja biasanya tidak mempengaruhi pendengaran, namun bila proses ini telah

mencapai telinga tengah, maka rantai osikular menjadi tidak mobil yang akan

menyebabkan terjadinya tuli konduktif.2

Page 7: Timpanosklerosis

4

2.5. Patogenesis

Timpanosklerosis secara histologi tampak sebagai hialinisasi jaringan

penyangga subepitelial membran timpani dan telinga tengah, pada kebanyakan

kasus dapat ditemukan kalsifikasi. Osteogenesis juga dapat muncul bersamaan

dengan lesi yang terjadi. Saat plak muncul pada membrane timpani, plak tersebut

hanya terbatas pada lamina propia. Hussl dan Lim menemukan bahwa plak ini

merupakan proses degenerative yang mengakibatkan terjadinya kalsifikasi pada

jaringan penyangga pada telinga tengah. Mereka membuat hipotesa bahwa OME

atau OMA mengakibatkan terjadinya proses destruktif pada jaringan penyangga,

yang mana akan memicu untuk terjadinya degenarasi dari jaringan kolagen dan

kalsifikasi distropik. Degenerasi kolagen dapat merupakan akibat langsung dari

inflamasi atau infeksi yang terjadi pada telinga tengah (oleh proteinase dan

kolagenase bakteri). Wielinga dan kawan-kawan, menemukan bahwa pada kasus

sumbatan tuba eustachius, tanpa infeksi, dapat mengakibatkan timpanosklerosis

pada percobaan dengan tikus, dari sana mereka membuat hipotesa bahwa hanya

dengan deformasi cukup untuk mendukung pembentukan plak. Penyebab lain

yang mungkin adalah proses autoimun yang terjadi pada membran timpani. Hussl

and Lim mengemukakan 2 kemungkinan mekanisme terbentuknya plak

timpanosklerosis:7

Page 8: Timpanosklerosis

5

Gambar 2. Mekanisme terbentuknya plak timpanosklerosis7

2.6. Diagnosis

Timpanosklerosis diduga merupakan komplikasi dari otitis media, pasca

trauma, dan tindakan pembedahan yang mana ditemukan lapisan hialin yang

aselular dan akumulasi deposit kalsium pada membran timpani dan submukosa

telinga tengah. Pada kebanyakan pasien, gejala yang ditimbulkan tidak begitu

signifikan secara klinis dan mengakibatkan sedikit atau tidak ada gangguan

pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi, timpanosklerosis memberikan

gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada

membrane timpani.7

Page 9: Timpanosklerosis

6

Gambar 3. (A) Membran timpani pada timpanosklerosis, (B), Telinga kiri,

perforasi anateroinferior kering, (C) Perforasi anteroinferior dengan plak

timpanosklerotik, (D) Telinga kiri, perforasi subtotal karna timpanosklerosis8

Gambar 4. (A) Telinga kanan, plak timpanosklerosis pada rantai osiikular, (B)

Telinga kiri, perforasi total dengan timpano sklerosis.8

Page 10: Timpanosklerosis

7

Pemeriksaan penunjang biasanya tidak terlalu dibutuhkan apabila telah

ditemukan lesi yang khas, tidak ada perluasan, dan tidak ada kecurigaan adanya

gangguan pendengaran atau penyakit telinga ten gah lain. Namun, pemeriksaan

penunjang yang dapat membantu antara lain:7

- Audiometri, dapat menentukan derajat dan tipe gangguan pendengaran

- Timpanometri, hasil timpanogram dapat dipengaruhi oleh adanya

timpanosklerosis

- CT Scan dapat membantu menegakkan diagnosis terutama bila disertai dengan

kelainan pada kavitas telinga tengah.7

2.7. Penatalaksanaan

Timpanosklerosis pada telinga tengah secara histologi mirip dengan

timpanosklerosis pada membran timpani, tapi lebih sering menyebabkan tuli

konduktif dikarenakan terjadinya fiksasi osikular. Dalam beberapa buku

dinyatakan bahwa timpaniosklerosis cenderung berulang setelah tindakan

pembuangan dengan operasi. Smyth dan kawan-kawan melaporkan hasil yang

memuaskan pada 79% kasus timpanisklerosis yang dilakukan rekonstruksi

osikular (stapedektomi dan reseksi osikular total) yang dilakukan dalam 2 tahap.7

Timpanosklerosis mungkin dapat ditemukan dibelakang membran timpani

yang intak. Plak yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat dibiarkan saja.

Lapisan yang luas/besar pada sisa-sisa membran timpani harus dihilangkan karena

materi avaskular ini dapat menghambat integrasi dari graft, dan dapat juga

memberikan dapak pada rantai osikular terutama kepala malleus dan incus pada

epitympanum. Mobilisasi tidaklah disarankan karenan refiksasi sering terjadi.9

Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai

penatalaksanaan pada pasien-pasien dengan timpanosklerosis, namun resiko untuk

kerusakan kokhlea lebih tinggi dibandingkan dengan yang disebabkan oleh

penyakit telinga tengah lain, ini dikarekan oleh tindakan diseksi luas yang

dibutuhkan pada kasus timpanosklerosis dan terdapatnya erosi dari labirin.7

BAB 3

Page 11: Timpanosklerosis

8

KESIMPULAN

1. Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan

hialinisasi dan kalsifikasi pada membran timpani, telinga tengah atau

keduanya dan jika meluas dapat mempengaruhi pendengaran.

2. Timpanosklerosis merupakan kelanjutan yang sering terjadi pada kasus-

kasus otitis media kronis atau rekuren dan setelah tindakan pembedahan

pada telinga tengah.

3. Etiologi timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, namun faktor-

faktor yang mungkin berhubungan antara lain OMSK, otitis media dengan

efusi, insersi Grommet, sklerosis sistemik, atheroma karotis atau

aterosklerosis, dan cholesteatoma.

4. Jika proses timpanosklerosis ini hanya pada membran timpani biasanya

tidak mempengaruhi pendengaran, namun bila proses ini telah mencapai

telinga tengah dapat menyebabkan terjadinya tuli konduktif.

5. Gambaran timpanosklerosi pada pemeriksaan otoskopi adalah semisirkuler

atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membran timpani

6. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu antara lain audiometri,

timpanometri, dan CT Scan.

7. Plak timpanosklerosis yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat

dibiarkan saja.

8. Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai

penatalaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Timpanosklerosis

9

1. Asarkar, Ameya, and Shishir Gosavi. "Tympanosclerosis - a Beginner's Worry:

a case Series and Review of Literature." Otolaryngology, 2013.

2. Lalwani AK, Agrawal SK, Aguila DJ, et al. Current Diagnosis and Treatment :

Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2nd Edition. New York : Mc Graw

Hill – Lange; 2007.

3. Snow Jr, James B and Ballenger, John Jacob. Ballenger’s Otorhinolaryngology

Head and Neck Surgery. 16th Edition. Spain : BC Decker Inc; 2003.

4. EMIS & PIP. Tympanosclerosis. Disitasi dari http://www.patient.co.uk/

showdoc/40025285.htm pada tanggal 3 Juli 2014. Last Update [Januari 2009].

5. Sanna, Mario, Russo, Alessandra, and De Donato, Giuseppe. Color Atlas of

Otoscopy : From Diagnosis to Surgery. 1st Edition. New York : Thieme

Inc; 1999.

6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan

Telinga. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok

Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2007.

7. Flint, Paul W., Haughey, Bruce H., Lund, Valerie J., et al. Cummings

Otolaryngology Head and Neck Surgery. 5th Edition. China : Mosby-Year

Book Inc; 2010.

8. Menner AL. Pocket Guide to Ear. 1st Edition. New York : Thieme Inc; 2003.

9. Hildmann H, Sudhoff H. Middle Ear Surgery. 1st Edition. New York :

Springer- Verlag; 2006.