tim penyusun kajian - dewan mahasiswa...

45
0

Upload: others

Post on 16-Jul-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

0

Page 2: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

1

Tim Penyusun Kajian

Kajian Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan

Pandemi Covid-19

disusun oleh:

Adelia Rachma Indriaswari Susanto

Antonius Havik Indradi

Aqshal Muhammad Arsyah

Cora Kristin Mulyani

Kevin Daffa Athilla

Muhammad Hamzah Al Faruq

Muhammad Rayhan

Natalische Ramanda Ricko Aldebarant

Shafira Dinda

Page 3: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

2

Daftar isi

Tim Penyusun Kajian _______________________________________________________ 1

Daftar isi _________________________________________________________________ 2

Permasalahan Instrumen Hukum dalam Penanganan Pandemi Covid 19 ____________ 3

A. Masalah Akuntabilitas dan Pencerdasan Publik Pasal Komplementer dalam Perppu No. 1 Tahun 2020 6

B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu Copy Paste

dalam PP No. 21 Tahun 2020__________________________________________________________ 7

C. Masalah Birokrasi Pusat – Daerah dalam Permenkes No. 9 Tahun 2020 ________________________ 9

Pentingnya Transparansi dalam Penanganan Pandemi Covid-19 __________________ 11

A. Transparansi Persebaran Kasus Covid-19 _______________________________________________ 12

B. Perlindungan Data Pribadi Pasien Covid-19 _____________________________________________ 14

C. Serba – serbi 405,1 triliun ___________________________________________________________ 15

D. Perbandingan Penanganan Pandemi Covid-19 di Negara Lain _______________________________ 19

Penetapan Status Wilayah dalam Penanganan Pandemi Covid-19 _________________ 22

A. Munculnya Isu Pemberlakuan Darurat Sipil _____________________________________________ 22

B. Karantina Wilayah _________________________________________________________________ 23

C. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ______________________________________ 23

Pembebasan Narapidana: Solusi Pencegahan Pandemi Covid-19? _________________ 27

A. Wacana Awal Pembebasan Narapidana ________________________________________________ 27

B. Pembebasan Narapidana di Tengah Pandemi di Berbagai Negara ___________________________ 28

C. Sikap Pemerintah Indonesia dalam Pembebasan Narapidana _______________________________ 29

D. Pembebasan Narapidana Korupsi _____________________________________________________ 31

E. Dampak Pembebasan Narapidana ____________________________________________________ 33

Kinerja DPR dalam Penanganan Pandemi Covid-19 ____________________________ 35

A. Pembahsan RUU Kontroversial saat Penanganan Pandemi Covid-19 __________________________ 36

B. Pembentukan Satgas Lawan Covid-19 _________________________________________________ 37

Daftar Pustaka ___________________________________________________________ 40

Page 4: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

3

Permasalahan Instrumen Hukum dalam Penanganan Pandemi Covid 19

"Lex Rejciit Superflua, Pugnantia Incogrua"

Hukum menolak hal-hal yang bertentangan dan tidak perlu

Pada bahasan ini, Dema Justicia berfokus untuk membahas mengenai pola kerja

pemerintah dalam mengeluarkan regulasi berupa instrumen hukum sebagai solusi praktis

terhadap permasalahan nasional, perkembangan isu hukum di tengah pandemi, hingga pasal-

pasal kontroversial yang dikeluarkan pemerintah saat ini.

Dalam menangani pandemi Covid-19, Pemerintah pusat mengeluarkan berbagai

instrumen hukum berupa Peraturan Menteri, Keputusan Presiden, hingga pembuatan Undang-

Undang. Dapat dibilang pemerintah melakukan hal yang tepat dikarenakan instrumen hukum

merupakan solusi praksis yang tegas dan efektif dalam menyelesaikan berbagai masalah

termasuk permasalahan Covid-19 ini. Hal ini perlu diapresiasi lebih jauh ketika pemerintah

melakukan upaya mitigasi, minimalisasi, dan pencegahan pada saat yang tepat. Sayangnya

realita tidak berkata demikian.

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menghentikan penyebaran virus corona

dengan mengeluarkan beberapa kebijakan, antara lain:

1. Peraturan Pemerintah (PP) No.21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar.

2. Keputusan Presiden (Kepres) No.11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat

3. Peraturan Pengganti Undang - Undang (Perppu) No.1/2020 tentang Kebijakan

Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi

COVID-19 dan dalam Rangka Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional

atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Setidaknya terdapat tiga masalah dan isu pokok yang eksis jika kita menganalisis

pola kerja pemerintah secara seksama mulai dari pandemi ini muncul hingga sekarang.

Pertama, pemerintah pusat justru telat dalam mengeluarkan kebijakan berupa instrumen

hukum terutama pemerintah pusat. Hal ini dibuktikan dengan PP, Perppu, dan Keppres yang

baru keluar setelah sekian bulan merebaknya pandemi ini. Misalnya Pemerintah pusat baru

Page 5: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

4

mengeluarkan 3 instrumen hukum di atas pada tanggal 31 Maret 20201, sedangkan dapat kita

amati bahwa Pemerintah Daerah justru lebih tanggap mengenai hal ini dengan mengeluarkan

berbagai instrumen hukum penunjang lebih cepat. Misalnya saja Gubernur DIY, Sultan

Hamengkubuwono IX melalui Surat Keputusan Gubernur telah menetapkan status tanggap

darurat wabah pada tanggal 20 Maret, seminggu sebelum keluarnya keputusan Presiden. 2

Selain itu, di Ibukota Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga telah mengeluarkan Seruan

Gubernur berisi Penghentian Sementara Kegiatan Perkantoran pada tanggal 23 Maret.3 Padahal

menurut UU Pemerintahan Daerah, Pemerintah pusat justru memiliki tanggung jawab dalam

menangani urusan kesehatan sebagai urusan wajib sebagaimana yang tercantum dalam pasal

berikut.4

Pasal 12

(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;

e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan

f. sosial.

Hal lain yang menjadi perhatian publik akan lambatnya pemerintah dalam

mengeluarkan produk hukum tercermin terhadap baru keluarnya Peraturan Pemerintah tentang

Pedoman PPSB atau yang dikenal dengan PP No. 21 Tahun 2020. Padahal faktanya, Undang-

Undang ini sudah dibuat tahun lalu namun yang menjadi pertanyaan mendasar adalah

“Mengapa baru dibuat sekarang?” Untuk menjawab hal tersebut, publik perlu melihat

ketentuan penutup yang tercantum di dalam pasal 96 UU Karantina Kesehatan sebagai berikut:5

1 Lihat Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Kemasyarakatan 2 Eleonora Padmasta Wijana, suara.com, https://jogja.suara.com/read/2020/03/20/152353/sultan-tetapkan-diy-

berstatus-tanggap-darurat-bencana-covid-19, diakses 16 April 2020. 3 Lihat Seruan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2020 Penghentian Sementara Kegiatan

Perkantoran dalam Rangka Mencegah Penyebaran Wabah Covid-19 4 Lihat Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

No. 244, Tambahan Lembaran Negara No. 5587) 5 Lihat Pasal 96 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran

Negara No. 18, Tambahan Lembaran Negara No. 6236)

Page 6: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

5

Pasal 96

(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling

lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada permasalahan terhadap hal

ini secara yuridis karena sesuai dengan ketentuan yang ada. Namun, logika positivisme hukum

tidaklah dapat dijadikan sebagai legitimasi pemerintah lambatnya mengeluarkan PP a quo

dikarenakan jika kita melihat realitas yang ada, pemerintah mempunyai waktu yang lebih dari

cukup selama dua bulan sebelum merebaknya wabah ini dengan mengesahkan PP ini lebih

cepat.

Kedua, terdapat ketidakpastian hukum terhadap instrumen hukum yang akan keluar.

Pada awal Maret sempat muncul isu mengenai kedaruratan wilayah. Oce Madril dalam Acara

Diskusi "Persepsi" mengatakan bahwa pemerintah "gagap" dalam mengeluarkan kebijakan

strategis dalam menangani perkara Covid-19.6 Hal ini terbukti dengan fakta bahwa Pemerintah

tidak segera melaksanakan regulasi yang ada, yakni UU Kekarantinaan Kesehatan yang

dikeluarkan pada tahun 2018. Pemerintah malah membuat publik ramai dengan isu wacana

menggunakan Perpu Nomor 5 Tahun 1989 yang akan dibahas lebih dalam dalam segmen lain

Kajian ini.

Ketiga, terdapat masalah yang sama seperti kasus akhir-akhir ini seperti masalah

Omnibus Law RUU Cipta Kerja dan RKUHP dengan adanya beberapa pasal kontroversial

dalam beberapa instrumen hukum yang dikeluarkan pemerintah. Dalam hal ini Penulis akan

berfokus pada isu yang berkaitan dengan empat regulasi, yakni:

A. Undang-Undang tentang Kekarantinaan Kesehatan (UU No. 6 Tahun 2018);

B. Peraturan Pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PP No. 21 Tahun 2020);

C. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman PPSB (Permenkes No. 9 Tahun 2020); dan

D. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Kebijakan Keuangan Negara dan

Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi dan/atau Dalam Rangka

Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas

Sistem Keuangan (Perppu Nomor 21 Tahun 2020).

6 Hasil Diskusi Persepsi Dewan Mahasiswa Justicia bersama Oce Madril tanggal 9 April 2020

Page 7: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

6

A. Masalah Akuntabilitas dan Pencerdasan Publik Pasal Komplementer dalam

Perppu Nomor 1 Tahun 2020

Oce Madril setidaknya berpendapat bahwa terdapat dua isu besar dalam Perppu ini,

yakni isu akuntabilitas terhadap penggunaan anggaran pemerintah dan isu Kekebalan

Pemerintah terhadap PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). 7 Dalam diskusi Persepsi

beliau mengatakan bahwa dalam perumusan kebijakan anggarannya sendiri tidak ada masalah,

namun yang menjadi masalah adalah tidak diaturnya mekanisme pengawasan yang ketat di saat

pemerintah memberikan diskresi kepada KSSK yang cukup besar.8 Hal ini juga diperparah

dengan fakta bahwa anggaran yang diberikan kepada KSSK mencapai 400 Triliun Rupiah yang

juga belum jelas berasal dari mana dan digunakan untuk apa saja.9 Beliau juga menambahkan

dalam sesi tanya jawab bahwa dalam mekanisme sendiri juga terdapat masalah bahwa batasan

dari diskresi sulit dibuktikan.10 Beliau menutur safety net dari diskresi ada dua, yakni itikad

baik dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Masalahnya adalah salah

satu safety net, itikad baik sulit dibuktikan dikarenakan sifatnya yang abstrak.11

Selain itu, dengan diberlakukannya Perppu ini, maka Pemerintah mendapatkan

“imunitas” atau kekebalan secara hukum terhadap segala keputusan atau tindakan yang

dilakukannya selama didasarkan pada Perppu a quo seperti yang tercantum pada pasal 27 ayat

(3) berikut:12

Pasal 27

(3) Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini bukan merupakan objek gugatan yang

dapat diajukan kepada peradilan tata usaha negara.

Menanggapi hal ini, pemerintah seharusnya segera menyediakan upaya solutif berupa

mengeluarkan instrumen hukum baik keputusan atau instrumen hukum lainnya yang berisi

materi muatan pengawasan secara ketat terhadap hal ini. Selain itu, di saat yang sama

7 Ibid. 8 Andi Saputra, detiknews, https://news.detik.com/berita/d-4964520/pukat-ugm-kritik-keras-perppu-corona-

karena-hapus-delik-korupsi, diakses 17 April 2020. 9 Loc. Cit. Hasil Diskusi Oce Madril 10 Ibid. 11 Ibid. 12 Lihat Pasal 27 ayat (3) Perppu Nomor 1 Tahun 2020

Page 8: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

7

pemerintah tidak perlu mencabut Perppu ini dikarenakan materi muatan yang terdapat

dalam Perppu ini sudah tepat misalnya terkait Pasal 27 ayat (3) yang sempat ramai

sesungguhnya merupakan komplementer atau pelengkap pasal 49 UU Pengadilan Tata

Usaha Negara bahwa memang pengadilan tidak berhak menerima obyek hukum berupa

keputusan yang dilakukan oleh pemerintah saat situasi darurat.13

Pasal 49

Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata

Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan:

a. dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan

luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis,

hingga Isu Copy Paste dalam PP Nomor 21 Tahun 2020

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman PPSB menurut riset

yang dilakukan oleh Dewan Mahasiswa Justicia setidaknya memiliki beberapa isu yang disorot

publik. Pertama, melalui artikelnya Dicke Muhdi, Direktur Pendidikan & Pelatihan Bakornas

LKB HmI menyampaikan bahwa Pemerintah tidak menjalankan amanat UU Kekarantinaan

Kesehatan dalam menyediakan Pemenuhan Kebutuhan Pokok dalam ketentuan normatif PP a

quo.14 Hal ini merupakan suatu hal yang disayangkan dikarenakan di tengah dilema yang

dihadapi masyarakat untuk tetap berdiam diri dan membatasi pergerakan sosialnya, pemerintah

justru tidak memberikan kebutuhan pokok kepada masyarakat, terutama pada kalangan

marginal yang sangat membutuhkan bantuan. Kedua, PP a quo berisi materi muatan yang

singkat dan cenderung copy paste. Dalam acara Indonesian Lawyers Club (ILC) yang

bertemakan “Corona: Badai Semakin Kencang” yang disiarkan pada tanggal 7 April 2020,

Zainal Arifin Mochtar mengkritik pembuatan PP a quo yang isinya tidak sesuai harapan karena

13 Lihat Pasal 49 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara

No. 77, Tambahan Lembaran Negara No. 3344.)

14 Dicke Muchdi, https://www.medianasional.id/negara-sengaja-membunuh-warganya/, diakses 18 April 2020.

Page 9: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

8

isinya hanya terdiri atas 7 pasal dan materi muatannya kurang lebih sama dengan materi muatan

yang terkandung dalam UU Karantina Kesehatan.15 Lebih jauh lagi, Dosen Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Fitriani Ahlan Sjarif melalui artikelnya memaparkan bahwa:16

“PP ini seakan hanya memuat penegasan kembali bahwa kewenangan

penyelenggaraan karantina kesehatan adalah mutlak ranah Pemerintah Pusat

dan mengingatkan Pemerintah Daerah untuk harus meminta persetujuan

terlebih dahulu kepada Menteri Kesehatan sebelum melaksanakan PSBB di

wilayahnya. Tindakan penegasan ini tak bermakna apapun karena

sesungguhnya dalam UU Kekarantinaan Kesehatan memang kewenangan

menetapkan PSBB dimiliki oleh (Pemerintah Pusat), Menteri Kesehatan.”

Ketiga, ruang lingkup yang diatur oleh PP a quo tidak berguna dalam jangka panjang.

Dalam artikel yang sama Fitriani juga menjelaskan bahwa ruang lingkup yang diatur dalam PP

a quo hanya mengatur mengenai PPSB saat bencana alam Covid-19 saja, bukan bencana alam

berupa wabah dalam pelaksanaan PPSB pada umumnya. 17 Padahal banyak sekali potensi

munculnya wabah bencana alam yang bervariasi namun tidak diatur dalam peraturan

perundang-undangan penanganannya. Hal ini berimplikasi pada ketidakefektivitas penggunaan

instrumen hukum sebagai upaya solutif, sehingga jika terjadi bencana wabah serupa

pemerintah perlu mengeluarkan Peraturan Pemerintah baru. Keempat, beliau menyampaikan

analisisnya mengapa ruang lingkup dari PP a quo cenderung sempit disebabkan oleh alasan

bahwa PP a quo bukan merupakan PP pendelegasian dari UU Kekarantinaan.18 Pendelegasian

di sini bermakna pada “aturan turunan” yang diamanatkan oleh Undang-Undang terhadap

peraturan di bawahnya yang bersifat teknis. Beliau berpendapat ada dua hal yang mendasari

ini, yang pertama terlihat melalui konsiderans PP a quo justru tidak menyebut sama sekali

pendelegasian Pasal 60 UU Kekarantinaan. Padahal, salah satu ciri suatu peraturan perundang-

undangan menjalankan amanat undang-undang yang berada di atasnya adalah menyebut norma

yang berkaitan dalam konsideransnya. Lalu, yang Kedua terlihat dari penggunaan definisi dari

PPSB berbeda antara UU Kekarantinaan dengan PP Pedoman PPSB.19

15 Indonesian Lawyers Club. Corona: Badai Semakin Kencang. Siaran Tanggal 7 April 2020. 16 Fitriani Ahlan Sjarif, hukumonline.com, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e85a13602bad/pp-

inikah-yang-kita-harapkan-untuk-menangani-covid-19-di-indonesia-oleh--fitriani-ahlan-sjarif/, diakses 18 April

2020. 17 Ibid. 18 Ibid. 19 Ibid.

Page 10: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

9

Definisi PPSB menurut PP Pedoman

PPSB (bersifat spesifik hanya pada kasus

Corona saja):

“Pembatasan kegiatan tertentu penduduk

dalam suatu wilayah yang diduga

terinfeksi Corona Virus Disease 2019

(COVID-19) sedemikian rupa untuk

mencegah kemungkinan

penyebaran Corona Virus Disease 2019

(COVID-I9)”.

Definisi PSBB dalam UU Kekarantinaan

Kesehatan (bersifat lebih umum)

“Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah

pembatasan kegiatan tertentu penduduk

dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi

penyakit dan/atau terkontaminasi

sedemikian rupa untuk mencegah

kemungkinan penyebaran penyakit atau

kontaminasi”

C. Masalah Birokrasi Pusat – Daerah dalam Permenkes Nomor 9 Tahun 2020

Selain isu dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020, Oce Madril juga menyampaikan

bahwa dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PPSB juga

terdapat beberapa masalah. Pertama, Peraturan Menteri a quo justru bersifat lebih birokratis.

Hal ini terlihat bahwa dalam hal pemerintah daerah akan melakukan PPSB perlu melakukan

permohonan terlebih dahulu kepada pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Kesehatan.

Padahal pada dasarnya kewenangan yang dimiliki Menteri Kesehatan untuk menetapkan PSBB

merupakan kewenangan aktif yang mana berarti bukan berdasar permohonan. 20 Maka

seharusnya Menteri Kesehatan secara aktif langsung bisa menetapkan PSBB tanpa harus ada

permohonan terlebih dahulu dari pemerintah daerah yang justru membuat semuanya menjadi

cukup rumit. Kedua, problem lain yang ada dalam Permenkes terdapat pada pasal 4 ayat (5)

yang menyatakan bahwa:

“Selain data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) gubernur/bupati/walikota

dalam mengajukan permohonan Pembatasan Sosial Berskala Besar kepada

Menteri juga menyampaikan informasi mengenai kesiapan daerah tentang

aspek ketersediaan kebutuhan hidup dasar rakyat, sarana dan prasarana

kesehatan, anggaran dan operasionalisasi jaring pengaman sosial, dan aspek

keamanan”

20 Loc. Cit. Oce Madril.

Page 11: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

10

Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai cara pemerintah pusat melempar tanggungjawab

kepada pemerintah daerah, dimana seolah-olah kewajiban pemenuhan dasar rakyat harus

dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi karena yang

seharusnya terjadi ialah kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selain itu,

dalam menghadapi kondisi pandemi seperti sekarang ini Menteri Kesehatan dituntut untuk bisa

bertindak lebih aktif.

Ketiga pokok permasalahan dalam instrument hukum penanganan pandemic Covid-19

ini perlu segera dituntaskan oleh pemerintah dengan memperhatikan urgensi dan langkah-

langkah yang tepat demi menciptakan suatu kepastian, ketepatan, dan penanganan hukum yang

efisien.

Page 12: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

11

Pentingnya Transparansi dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Dalam negara demokratis, perwujudan good governance atau pemerintahan yang baik

tidak akan pernah bisa lepas dari apa yang namanya transparansi. Hal itu karena tata kelola

pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi

masyarakat dalam setiap penentuan kebijakan publik.21 Tidak terkecuali bagi kebijakan yang

menjadi respon terhadap wabah penyakit dan itu jika dihubungkan dengan keadaan saat ini

adalah bahwa menghadirkan transparansi terkait kasus COVID-19 merupakan salah satu upaya

membentuk pemerintahan yang baik. Mendel (2004) mengatakan bahwa keterbukaan

informasi merupakan kewajiban bagi pemerintah karena pada dasarnya informasi merupakan

milik publik.22 Maka dari itu, salah satu tujuan dari adanya transparansi atau dapat juga disebut

dengan keterbukaan informasi adalah supaya dapat menimbulkan partisipasi masyarakat,

dengan adanya transparansi itulah masyarakat dapat berpartisipasi aktif terhadap segala bentuk

penanganan COVID-19 baik yang melibatkan diri dengan kebijakan dan program pemerintah

ataupun yang berbentuk inisiatif. Partisipasi aktif dapat menjadi salah satu faktor pendorong

keberhasilan bangsa Indonesia menghadapi COVID-19. Hal tersebut yang menyebabkan

masyrakat menuntut transparansi atas data persebaran kasus COVID-19 serta dana

penanggulangan yang di dalamnya termasuk sumber dan prioritas alokasi.

Akan tetapi pada prakteknya pemerintah tidak dengan sungguh-sungguh menciptakan

transparansi dalam menangani COVID-19. Meskipun pemerintah sudah memberikan beberapa

informasi dan data terkait Covid-19, namun yang menjadi permasalahannya adalah informasi

yang tersaji tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Hal itu terbukti ketika data yang selama

ini disajikan pemerintah pusat tidak sinkron dengan pemerintah daerah.23 Bahkan sejauh ini

pemerintah terkesan menutupi beberapa data dan fakta yang dicurigai publik berkaitan dengan

persebaran virus dan kasus positif COVID-19 di Indonesia. Menyusul fakta yang sebenarnya,

muncul keraguan ketika informasi yang disampaikan oleh pemerintah dengan fakta di lapangan

tidak memiliki kecocokan. Tidak hanya itu, upaya penanggulangan yang erat kaitannya dengan

21 Aldi Muhamad Mustopa, Geotimes, 2017, Mewujudkan Good Governance Melalui Transparansi Informasi

Publik, https://geotimes.co.id/opini/mewujudkan-good-governance-melalui-transparansi-informasi-publik/,

diakses tanggal 7 April 2020. 22 Ibid. 23 Tempo. 2020. BNPB Blak-blakan Data Kasus Positif COVID-19 Tidak Sesuai.

https://nasional.tempo.co/read/1328220/bnpb-blak-blakan-data-kasus-positif-COVID-19-tidak-

sesuai/full&view=ok. Diakses tanggal April 8, 2020.

Page 13: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

12

dana penanggulangan juga masih belum dapat memuaskan harapan masyarakat karena

akuntabilitas nominalnya yang masih diragukan.

A. Transparansi Persebaran Kasus Covid-19

Zona merah merupakan indikator negara atau wilayah tertentu yang telah berada pada

tahapan transmisi komunitas, sebagai contoh negara China, Korea Selatan, dan Italia. 24

Menurut penuturan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Pada awalnya

pemerintah pusat hanya memberikan informasi mengenai jumlah pasien positif, pasien sembuh,

dan meninggal di suatu provinsi.25 Dalam hal ini, pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang

dalam pemantauan (ODP) tidak diberikan secara jelas terkait data persebarannya. Sultan DI

Yogyakarta juga mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak mau memberikan data yang

menginformasikan daerah mana saja yang diidentifikasikan ke dalam zona merah, padahal data

tersebut penting untuk membuat kebijakan pencegahan penyebaran virus corona.26 Gubernur

DKI Jakarta Anies Baswedan juga memberikan kritiknya bahwa dengan diberikannya data

mengenai siapa saja pasien yang positif selanjutnya akan dapat dilakukan pengetesan kepada

orang-orang yang berinteraksi dengannya, sehingga angka persebarannya dapat ditekan.27

Kendala yang serupa juga dihadapi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),

mereka mengungkapkan bahwa data yang mereka miliki tidak sinkron dengan data dari

Kementerian Kesehata. 28 BNPB yang ditugaskan sebagai Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19 melalui Keppres No 7 Tahun 2020 seharusnya menjadi sumber utama

mengenai persebaran COVID-19 sehingga tidak terjadi miskomunikasi antara BNPB dengan

Kementrian Kesehatan. BNPB merasa bahwa Kementiran Kesehatan tidak terbuka

menyampaikan data terkait kasus Covid-19, bahkan BNPB tidak dapat mengakses data secara

24 Chen Shen dan Yaneer Bar-Yam, Color zone pandemic response version 2, New England Complex Systems

Institute, 2 Maret 2020. 25 Pribadi Wicaksono, Sultan HB X Kritik Pusat yang Tak Terbuka Soal Zona Merah Corona,https://nasional.tempo.co/read/1325789/sultan-hb-x-kritik-pusat-yang-tak-terbuka-soal-zona-merah-

corona, diakses tanggal 7 April 2020. 26 Ibid. 27 Muhammad Ilman Nafi'an, Anies Minta Transparansi Data Pasien Positif Corona,

https://news.detik.com/berita/d-4961322/anies-minta-transparansi-data-pasien-positif-corona, diakses tanggal 7

April 2020. 28 Ahmad Faiz Ibnu Sani, BNPB Blak-blakan Data Kasus Positif COVID-19 Tidak Sesuai,

https://nasional.tempo.co/read/1328220/bnpb-blak-blakan-data-kasus-positif-COVID-19-tidak-

sesuai/full&view=ok, diakses tanggal 7 April 2020.

Page 14: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

13

menyeluruh.29 Selain itu, muncul pandangan lain bahwa ketidaksinkronan data antara BNPB,

Kementrian Kesehatan, dan Pemerintah Daerah disebabkan oleh alat tes Covid-19.

Alat yang biasa digunakan untuk tes COVID-19 di Indonesia terdapat dua jenis yakni

PCR dan Rapid Test. Kedua alat tersebut memiliki perbedaan dalam teknis penggunaannya

maupun hasil yang didapatkan. PCR adalah alat untuk mendeteksi COVID-19, alat ini bekerja

dengan mendeteksi kandungan genetik pada virus tersebut 30 . Pemeriksaan menggunakan

Polymerase Chain Reaction (PCR) memakai sampel lendir dari hidung atau tenggorokkan.

Ketika sampel cairan dari saluran pernapasan bawah tiba di lab, para peneliti mengesktrak asam

nukleat di dalamnya. Asam nukleat tersebut mengandung genom virus yang dapat menentukan

adanya infeksi atau tidak dalam tubuh. Hasil tes biasanya keluar dalam waktu beberapa hari.

Sedangkan, Rapid Test adalah alat untuk mendeteksi COVID-19 yang sudah dikembangkan di

beberapa negara seperti di Singapura dan Cina. Rapid test terbilang hanya membutuhkan waktu

yang singkat untuk penggunaanya. Kurang lebih 15 hingga 20 menit hasil tes akan keluar.

Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang

diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila

ada paparan virus Corona.31 Akan tetapi tes menggunakan rapid test memiliki kekurangan

yakni bisa menghasilkan diagnosis negative. Namun bisa saja diagnosis negative sebenarnya

positif terinfeksi. Biasanya diagnosis negative meski sebenarnya positif, terjadi saat tes

dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi virus corona COVID-19.32 Lebih jauh lagi, pada

saat awal kasus Covid-19 muncul, Indonesia masih belum siap dengan fasilitas penunjangnya

di rumah sakit. Hal ini ditunjukkan dengan alat PCR yang baru dipesan oleh BUMN dari Swiss

bekerja sama dengan perusahaan Roche Holding AG dan baru akan sampai pada hari Sabtu, 4

April 2020 dan rencananya alat tersebut baru akan disebar ke beberapa provinsi.33

29 Dieqy Hasby Widhana, BNPB: Data Corona Kemenkes Tertutup & Tak Sinkron dengan Pemda,

https://tirto.id/bnpb-data-corona-kemenkes-tertutup-tak-sinkron-dengan-pemda-eLh2, diakses 23 April 2020. 30 Dinda Silviana Dewi, 2020, Beda Rapid Test dan PCR Test untuk Deteksi Virus Corona COVID-19,

https://tirto.id/beda-rapid-test-dan-pcr-test-untuk-deteksi-virus-corona-covid-19-eKCY, Diakses Tanggal 10

April 2020. 31 Ibid. 32 Nurul Wahida, 2020, 3 Alat Tes Mendeteksi Virus Corona COVID-19 di Indonesia,

https://plus.kapanlagi.com/3-alat-tes-mendeteksi-virus-corona-covid-19-di-indonesia-2f6bda.html, Diakses

Tanggal 10 April 2020. 33 Herdi Hikam, 2020, Alat Tes Kilat Virus Corona, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-

4969356/alat-tes-kilat-virus-corona-dari-swiss-mendarat-di-ri diakses pada 8 April 2020.

Page 15: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

14

B. Perlindungan Data Pribadi Pasien Covid-19

Pada awalnya, berbagai lapisan masyarakat sempat menuntut agar pemerintah pusat

membuka data mengenai persebaran COVID-19. Namun, ketentuan yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) seakan

tidak sejalan dengan yang menjadi tuntutan masyarakat tersebut. Pasal 17 UU a quo mengatur

pengecualian informasi yang boleh dibuka kepada publik atau pemohon. Dalam pasal tersebut

diatur tentang perlindungan rahasia pribadi yang di dalam ketentuan tersebut juga mengatur

tentang informasi medis. Bunyinya adalah sebagai berikut;

Pasal 17 huruf h

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik

dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:

1. riwayat dan kondisi anggota keluarga;

2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis seseorang;

3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;

4. hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan

rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau

5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan

satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan non formal.

Lebih lanjut, ketentuan pidana apabila terjadi pelanggaran terhadap Pasal 17 UU a quo juga

diatur jelas dalam Pasal 54 UU a quo yang berbunyi sebagai berikut;

Pasal 54

(1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh

dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal

17 huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp

10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

UU lain yang juga mengatur materiil yang sama dalam kaitannya dengan Pasal 17 UU a quo

huruf h yakni Pasal 48 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Pasal 57 UU

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 38 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, dan Pasal 73 UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Berdasarkan kutipan

diatas, maka informasi terkait data pasien COVID-19 yang menjadi tuntutan masyarakat untuk

dibuka mempunyai alasan hukum untuk tetap tidak dibuka. Maka dari itu, perlu digaris

Page 16: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

15

bawahi dari transparansi terkait dengan kasus COVID-19 ini adalah bukan tentang data pribadi

pasien pengidap, tetapi lebih condong kepada data persebaran di tiap daerah dan dana

penanggulangannya.

C. Serba – serbi 405,1 triliun

Hingga sekarang ini belum diketahui cara pasti untuk menyelesaikan pandemi ini,

prioritas penggunaan dana harus segera digunakan untuk menyelesaikan masalah ini dan

membantu kehidupan masyarakat yang ekonominya terdampak oleh pandemi ini. Seperti yang

dikatakan Jokowi pada live streaming di akun YouTube SetNeg pada Selasa 31 Maret 2020,

beliau akan fokus menyiapkan bantuan untuk masyarakat lapisan bawah34. Sumber dana 405,1

mengerahkan aparat kepolisian, militer, dan dari Kementrian Kesehatan dengan triliun tertuang

dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan pandemi

COVID-19 Dalam Perppu tersebut dijelaskan bahwa yang menjadi sumber dari 405,1 triliun

untuk pembiayaan penanggulangan COVID-19 adalah sebagai berikut:

1. Sisa Anggaran Lebih (SAL),

2. Dana Abadi dan akumulasi Dana Abadi Pendidikan,

3. dana yang dikuasai negara dengan kriteria tertentu.

4. dana yang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU),

5. dana dari pengurangan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN.35

Presiden Jokowi pada saat memberikan sambutan rapat kerja di Istana Bogor

menjelaskan dana 405,1 triliun dibagi kedalam beberapa sektor yang menjadi prioritasnya.

Sektor tersebut dalam kajian ini dibagi menjadi beberapa poin penting supaya memudahkan

pembaca memahaminya, yakni:

34 Detik.com, 2020, Pandemi Corona, Jokowi Fokuskan Siapkan Bantuan Untuk Masyarakat Bawah.

https://news.detik.com/berita/d-4959845/pandemi-corona-jokowi-fokus-siapkan-bantuan-untuk-masyarakat-

bawah . Diakses 7 April 2020

35 Detik Finance. 2020. Jokowi Gelontorkan 405T Lawan Corona, Uangnya dari Mana?

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4960978/jokowi-gelontorkan-rp-405-t-lawan-corona-

uangnya-dari-mana/. Diakses tanggal 7 April 2020

Page 17: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

16

1. Rp 75.000.000.000.000,00 untuk belanja di bidang kesehatan yaitu perlindungan

tenaga kesehatan, pembelian alat kesehatan, perbaikan fasilitas kesehatan, dan

insentif dokter.

2. Rp 110.000.000.000.000,00 untuk perlindungan sosial yaitu penambahan anggaran

kartu sembako, kartu pra kerja, dan subsidi listrik.

3. Rp 70.100.000.000.000,00 untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR.

4. Rp 150.000.000.000.000,00 untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi

nasional.36

Pertama, Rp 75 triliun di bidang kesehatan mencakup di dalamnya subsidi BPJS untuk

membayar tagihan rumah sakit, insentif tenaga medis pusat dan daerah di 132 RS rujukan.

Rincian penggunaan data tersebut adalah :

1. Rp 25 triliun dari Rp 75 triliun itu digunakan untuk insentif dokter yang terbagi

atas dokter spesialis Rp 15 juta perbulan, dokter umum Rp 10 juta perbulan,

perawat Rp 7,5 juta perbulan, dan tenaga kesehatan lainnya serta tenaga

administrasi rumah sakit Rp 5 juta yang direncanakan untuk diberikan selama 6

bulan, dan santunan kematian sebesar Rp300 juta setiap orangnya.

2. Cadangan Rp 65,8 triliun untuk bahan dan alat penunjang seperti APD, rapid test,

reagen, ventilator, sarana prasarana kesehatan termasuk memperbarui rumah sakit

agar mampu menunjang eskalasi COVID-19 termasuk pembangunan RS Pulau

Galang dan Wisma Atlet untuk karantina pasien37.

Kedua, Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial dibagi menjadi berikut;

1. Menambah Program Keluarga Harapan yang sebelumnya 9,2 juta keluarga

penerima menjadi 10 juta keluarga penerima dan dibayarkan setiap bulannya

sampai akhir tahun yang dimulai pada bulan April.

36 Warta Ekonomi. 2020. Jokowi Terbitkan Perppu, Anggaran Penanganan Covid 19 Sebesar Rp400 Triliun.

https://www.wartaekonomi.co.id/read279006/jokowi-terbitkan-perppu-anggaran-penanganan-COVID-19-

sebesar-rp400-triliun/0. Diakses tanggal 7 April 2020 37 Kementerian Keuangan, 2020, Perppu No.1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas

Sistem Keuangan, Respons Luar Biasa Pemerintah Hadapi Situasi COVID-19,

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/perppu-no1-tahun-2020-tentang-kebijakan-keuangan-negara-dan-

stabilitas-sistem-keuangan-respons-luar-biasa-pemerintah-hadapi-situasi-covid-19/ . Diakses pada 14 April 2020

Page 18: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

17

2. Menambah penerima Kartu Sembako yang sebelumnya 15,2 juta penerima menjadi

20 juta penerima dengan besaran yang sebelumnya Rp 150 ribu menjadi Rp 200

ribu untuk 9 bulan dimulai pada bulan April.

3. Kartu Prakerja yang sebelumnya dianggarkan Rp 10 triliun menjadi Rp 20 triliun

dan diutamakan untuk pekerja di sektor non formal. Pemerintah memberikan listrik

gratis untuk 3 bulan bagi 450 kVa dan 900 kVa dengan diskon 50%.

4. Penambahan subsidi perumahan untuk masyarakat berpendapatan rendah dengan

175 ribu unit rumah tambahan atau Rp 1,5 triliun sebagai cadangan tambahan. Serta

cadangan sosial lainnya yaitu sebesar Rp30,8 triliun.

5. Cadangan Rp 25 triliun untuk kebutuhan pokok dan operasi pasar agar tidak terjadi

kelangkaan barang di daerah yang sudah ditutup untuk karantina. Anggaran

pendidikan sesuai mandat konstitusi (20% dari APBN)38.

Ketiga, Rp 70,1 triliun akan diperluas bidangnya menjadi lebih dari 19 sektor termasuk

didalamnya penundaan pajak dan pembebasan bea masuk untuk beberapa komoditi tertentu.

Kemudian, penundaan pembayaran pokok dan bunga KUR selama 6 bulan menimbulkan biaya

bagi lembaga keuangan sebesar Rp 6,1 triliun39.

Lalu, sebagai konsekuensinya tambahan belanja COVID-19 akan menyebabkan

penerimaan dari pajak, bea cukai, PNBP, migas, nonmigas menjadi menurun. Akibatnya, dana

extra ordinary ini memicu peningkatan defisit anggaran hingga 5,07%40. Angka ini melewati

ambang batas angka defisit sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara. Dalam penjelasan Pasal 12, defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari produk

domestik bruto (PDB). Karena itulah Joko Widodo menggunakan Perppu sebagai payung

hukumnya. Pemerintah membutuhkan relaksasi kebijakan defisit di atas 3% yang dinyatakan

dalam Perppu. Namun, relaksasi defisit tersebut hanya untuk 3 tahun kedepan dimulai sejak

tahun 2020. Setelah itu defisit akan kembali ke disiplin fiskal yang maksimal hanya 3% dimulai

dari tahun 2023.

38 Ibid. 39 Ibid. 40 Kata Data, 2020, Sisi Minus Stimulus Rp 405 Triliun dalam Penanganan Virus Corona,

https://katadata.co.id/telaah/2020/04/03/sisi-minus-stimulus-rp-405-triliun-dalam-penanganan-virus-corona .

Diakses pada 14 April 2020.

Page 19: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

18

Selain itu, menurut catatan Kemenkeu penghematan belanja negara diperkirakan dapat

mencapai Rp 190 triliun yang bisa digunakan untuk membiayai penanggulangan COVID-19.

Terdiri dari belanja kementerian dan lembaga sebesar Rp 95,7 triliun dan TKDD (Transfer ke

Daerah dan Dana Desa) Rp 94,2 triliun. Dengan begitu, akan ada tambahan belanja atas

penanganan COVID-19 sebesar Rp 255,1 triliun. Disamping itu, ada alternatif pembiayaan

lainnya yang masih menjadi pertimbangan pemerintah.

Artinya yang diharapkan dari adanya keterbukaan informasi tidak jauh-jauh dari

terbentuknya komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Mengingat

komunikasi dianggap penting di tengah situasi pandemi COVID-19 di Indonesia.41 Maka,

berdasarkan analisis dengan adanya transparansi akan membawa dampak positif terhadap

penanggulangan COVID-19 di Indonesia, yaitu:

1. Kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik

bersama para pihak yang mengambil peran penanganan pandemi corona (COVID-19).

2. Hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam hal penanganan ODP,

PDP, dan positif corona dapat berjalan baik.

3. Penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah di tingkatan yang lebih kecil lagi

seperti pemerintahan kabupaten/kota hingga di lingkup pedesaan sekalipun menjadi

akurat.

4. Tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap lingkungan sosialnya akan dapat dilakukan

pada porsinya.

5. Meminimalisir peluang terjadinya hoaks terkait pandemi corona (COVID-19).

6. Dana penanggulangan COVID-19 dapat dimaksimalkan penggunaannya.

7. Memperkecil peluang terjadinya korupsi atas berbagai dana penanggulangan COVID-

19 di berbagai sektornya.

41 Panji Prayitno, 2020, Liputan 6, Hoaks Menyebar di Tengah Wabah Corona COVID-19, Apa Solusinya?,

https://www.liputan6.com/regional/read/4212838/hoaks-menyebar-di-tengah-wabah-corona-covid-19-apa-

solusinya. Diakses tanggal April 8, 2020.

Page 20: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

19

D. Perbandingan Penanganan Pandemi Covid-19 di Negara Lain

Negara pertama yang menghadapi pandemi adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Berkaitan dengan isu ini, pemerintah RRT mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain: sejak

20 Januari 2020, Komisi Kesehatan Nasional (KKN) RRT mempublikasikan data harian

tentang kasus yang dikonfirmasi dan kasus yang masih diduga di semua provinsi hingga

dianggap tidak perlu lagi membagikan data mengenai pandemi COVID-19 ini ke dunia

internasional, dan masih banyak lagi.42 Di sisi lain, pemerintah RRT juga menuai berbagai

kritik seperti dugaan manipulasi data kematian 43 dan propaganda untuk agenda politik

pemerintahan dan politik luar negeri.44

Negara lain yang diapresiasi sukses untuk menangani pandemi ini adalah Korea Selatan.

Kebijakan utama Korea Selatan adalah dengan tes masal dan pelacakan. Orang yang positif

terkena virus akan dikarantina di tempat yang diatur pemerintah, lalu data dari ponsel dan kartu

kredit mereka digunakan untuk melacak pergerakan dan aktivitas serta kontak yang mereka

punya, lalu orang yang terdeteksi berada di dekat mereka akan menerima pesan yang

memberitahu mengenai keberadaan dari orang terpapar virus ini.45 Di sisi lain, mereka yang

melakukan karantina pribadi di rumah harus mengunduh sebuah aplikasi yang dapat melacak

pergerakan mereka, dan barangsiapa yang tidak melakukannya akan didenda sampai dengan

$2.500.46 Metode yang efektif seperti ini diapresiasi baik dari dalam negeri maupun dari dunia

internasional. Media dari Amerika Serikat The Washington Post mengapresiasi Korea Selatan

dengan metode penanganannya yang cocok untuk diterapkan di negeri yang demokratis.47

Agence France-Presse, media yang berkantor pusat di Paris, membandingkan metode yang

42 Xinhua, China publishes timeline on COVID-19 information sharing, int'l cooperation,

http://www.xinhuanet.com/english/2020-04/06/c_138951662.htm, diakses 8 April 2020. 43 Reshma Kapadia, What the U.S. Can Learn From China's Response to the Coronavirus pandemic,

https://www.barrons.com/articles/what-the-u-s-can-learn-from-chinas-response-to-the-coronavirus-pandemic-

51584699300, diakses 8 April 2020. 44 Matthew Karnitschnig, China is winning the coronavirus propaganda war, https://www.politico.eu/article/coronavirus-china-winning-propaganda-war/, diakses 8 April 2020. 45 Victor J. Blue, The Virus Can Be Stopped, but Only With Harsh Steps, Experts Say,

https://www.nytimes.com/2020/03/22/health/coronavirus-restrictions-us.html, diakses 8 April 2020. 46 Max Fisher dan Choe Sang Hun, How South Korea Flattened the Curve,

https://www.nytimes.com/2020/03/23/world/asia/coronavirus-south-korea-flatten-curve.html, diakses 8 April

2020. 47 Josh Rogin, South Korea shows that democracies can succeed against the coronavirus,

https://www.washingtonpost.com/opinions/2020/03/11/south-korea-shows-that-democracies-can-succeed-

against-coronavirus/, diakses 8 April 2020.

Page 21: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

20

dilakukan RRT yang otoriter dengan Korea Selatan yang demokratis, dan mengatakan memang

dengan metode seperti ini tidak dapat dipungkiri bahwa ada masalah dalam bidang privasi ,

tetapi disisi lain pemerintah Korea Selatan juga menangani krisis dengan menggunakan model

informasi terbuka, partisipasi publik, dan pengetesan yang luas. 48 Majalah Time juga

menyimpulkan bahwa alasan tingginya jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi di Korea

Selatan adalah berkat keterbukaan dan transparansi masyarakat, kapabilitas diagnosa yang

tinggi, pers bebas dan sistem yang demokratis.49

Jepang di sisi lain memiliki cerita berbeda. Pemerintah Jepang tidak memiliki

kewenangan untuk memaksa penduduknya agar melakukan karantina di rumah.Tetapi, metode

yang dipakai pemerintah Jepang dalam menangani wabah ini secara umum adalah melakukan

pelarangan untuk berkumpul dan himbauan untuk beraktivitas di rumah serta himbauan untuk

melakukan pengetesan jika mengalami kondisi-kondisi yang dianggap sebagai ciri tertular oleh

virus corona ini. Di samping hal tersebut, pemerintah Jepang juga menuai kritikan dari

beberapa pihak. Standar dan mekanisme pengetesan dianggap tidak jelas, banyak orang yang

ingin melakukan tes tetapi tidak digubris oleh badan terkait, padahal banyak juga dari orang

tersebut yang meninggal karena pneumonia. Pemerintah Jepang berdalih bahwa orang-orang

tersebut hanya mengalami kondisi ringan saja sehingga tidak perlu dilakukan pengetesan

karena sumber daya yang juga terbatas sehingga diutamakan untuk orang dengan kondisi yang

lebih parah. Lalu, kritik mengenai data akan kasus virus. Media Korea Selatan membandingkan

jumlah sampel yang diuji dan jumlah kasus yang dikonfirmasi antara Jepang dan Korea Selatan,

lalu mereka menyimpulkan bahwa ada lebih banyak kasus virus di Jepang. Hal ini

menimbulkan spekulasi di Korea Selatan bahwa keputusan untuk tidak menambah jumlah

sampel yang diuji diakibatkan oleh rencana Jepang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade

Musim Panas 2020 dan Paralimpiade Musim Panas 2020 walau tentu saja dibantah Pemerintah

Jepang.50

48 AFP, Can South Korea be a model for virus-hit countries?, https://www.timesofisrael.com/can-south-korea-be-

a-model-for-virus-hit-countries/, diakses 8 April 2020. 49 Steven Borowiec, How South Korea’s Coronavirus Outbreak Got so Quickly out of Control,

https://time.com/5789596/south-korea-coronavirus-outbreak/, diakses 8 April 2020. 50 The Guardian, Coronavirus quarantine plans ignite row between South Korea and Japan,

https://www.theguardian.com/world/2020/mar/06/coronavirus-quarantine-plans-ignite-row-between-south-

korea-and-japan, diakses 8 April 2020

Page 22: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

21

Negara tetangga kita Singapura juga memiliki metodenya sendiri. Dari awal kasus ini

mencuat, Singapura sudah bersiap-siap, mungkin juga karena sudah memiliki pengalaman saat

wabah SARS pada tahun 2002-2003 silam. Mereka menyadari kurangnya fasilitas medis

sehingga fasilitas seperti rumah sakit, lab, dan alat tes dipersiapkan mulai dari bulan

Desember.51 Kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan massa pun dilarang oleh pemerintah.

Warga diwajibkan untuk melakukan pengetesan, jika hasilnya positif maka akan dibawa ke

fasilitas khusus untuk ditangani, dan jika negatif, maka akan melakukan karantina rumah.

Setiap beberapa hari warga akan mendapatkan SMS berupa link yang harus diklik untuk

menunjukan lokasi mereka dan jika mereka tidak memegang ponselnya maka aparat akan

mendatangi rumah warga tersebut. Pelanggaran karantina rumah juga akan diberi sanksi oleh

pemerintah.52 Tentu saja pemerintah Singapura menuai kritik dari berbagai pihak. Walaupun

World Health Organization (WHO) memuji langkah pemerintah Singapura yang memberikan

“totalitas” dalam penanganan ini, kritik juga muncul akibat terlalu eksesif dan agresifnya

kebijakan yang tingkat tertentu. 53 Hal ini sangat merugikan hak-hak sipil, seperti yang

diungkapkan oleh The New York Times.54

51 Edward White in Wellington, How Singapore waged war on coronavirus, https://www.ft.com/content/ca4e0db0-6aaa-11ea-800d-da70cff6e4d3, diakses 8 April 2020. 52 The Conversation, Why Singapore’s coronavirus response worked – and what we can all learn,

https://theconversation.com/why-singapores-coronavirus-response-worked-and-what-we-can-all-learn-134024,

diakses 8 April 2020 53 Sumiko Tan, Coronavirus: Police helping MOH in contact tracing,

https://www.straitstimes.com/singapore/police-helping-moh-in-contact-tracing, diakses 8 April 2020. 54 Natasha Singer dan Choe Sang-Hun, As Coronavirus Surveillance Escalates, Personal Privacy Plummets,

https://www.nytimes.com/2020/03/23/technology/coronavirus-surveillance-tracking-privacy.html, diakses 8

April 2020.

Page 23: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

22

Penetapan Status Wilayah dalam Penanganan Pandemi Covid-19

A. Munculnya Isu Pemberlakuan Darurat Sipil

Sebelum menetapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar, Presiden Joko

Widodo dalam rapat terbatas dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada 30

Maret 2020 lalu sempat mencetuskan wacana penerapan darurat sipil yang berdasarkan pada

Perppu Nomor 23 Tahun 1959 Keadaan Bahaya.55 Wacana tersebut kemudian menimbulkan

kontroversi karena perppu yang akan digunakan dinilai tidak sesuai dengan kondisi yang

sekarang terjadi. Perppu Nomor 23 Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya terbit di era

pemerintahan Presiden Soekarno, yang mana perppu ini pendekatannya lebih ke arah

“penertiban” warga negara dengan dalih mewujudkan kepentingan keamanan dan ketertiban

umum karena pada kala itu terjadi revolusi, disintegrasi, hingga permasalahan terancamnya

eksistensi negara. 56 Seperti yang termuat dalam ketentuan pasal 10 perppu a quo yang

menyatakan bahwa:

(1) Penguasa Darurat Sipil Daerah berhak mengadakan peraturan-peraturan yang

dianggap perlu untuk kepentingan ketertiban umum atau untuk kepentingan

keamanan daerahnya, yang menurut perundang-undangan pusat boleh diatur

dengan peraturan yang bukan perundang-undangan pusat.

(2) Penguasa Darurat Sipil Pusat berhak mengadakan segala peraturan-peraturan

yang dianggap perlu untuk kepentingan ketertiban umum dan untuk kepentingan

keamanan.

Hal tersebut sangatlah berbeda dengan situasi sekarang dimana Indonesia sedang

menghadapi pandemi dengan dampak merugikan yang begitu serius di berbagai sektor hingga

rakyat lebih membutuhkan kebijakan yang akan menjamin kehidupan sekaligus kebutuhan

dasarnya, bukan justru mengarah pada “penertiban demi keamanan”. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidaklah relevan ketika pada masa pandemi ini menggunakan perppu a quo

sebagai salah satu dasar untuk menerapkan kebijakan dalam rangka mengatasi pandemi virus

corona. Beruntungnya, wacana tersebut batal diterapkan. Presiden Joko Widodo menyatakan

55 Ihsannudin, 2020, “Tiga Dasar Hukum Pembatasan Sosial Skala Besar dan Darurat Sipil, Salah Satunya Perppu

Era Soekarno”, https://nasional.kompas.com/read/2020/03/31/05050071/tiga-dasar-hukum-pembatasan-sosial-

skala-besar-dan-darurat-sipil-salah, diakses pada tanggal 18 April 2020. 56 Op.cit, Oce Madril.

Page 24: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

23

bahwa pemerintah tidak akan menerapkan darurat sipil dan lebih memilih untuk menerapkan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).57

B. Karantina Wilayah

Merujuk dari definisi pada Pasal 1 Angka 10 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018

tentang Kekarantinaan Kesehatan menjelaskan bahwa:

Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah

termasuk wilayah Pintu Masuk beserta isinya yan diduga terinfeksi penyakit

dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

penyebaran penyakit atau kontaminasi.

Definisi tersebut menjelaskan bahwa karantina wilayah bertujuan untuk melindungi masyarat

dari penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, mencegah dan menangkal penyakit dan/atau faktor risiko

kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat,

meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat serta memberikan

perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas kesehatan.

Konsekuensi dari adanya karantina wilayah ini menimbulkan hak dan kewajiban

masyarakat, yaitu masyarakat berkewajiban untuk mematuhi ketentuan karantina wilayah serta

ikut serta dalam perwujudan karantina wilayah. Adapun hak yang dimiliki masyarakat adalah

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis, kebutuhan hidup dasar orang dan

makanan hewan ternak yang berada di wilayah karantina menjadi tanggungjawab pemerintah

pusat. Terkait syarat Karantina Wilayah harus ada wabah penyebaran penyakit, adanya

penutupan wilayah dengan diberi tanda, dijaga aparat yang berwenang, masyarakat tidak boleh

keluar-masuk dan kebutuhan dasar mereka wajib dipenuhi. Prosedur Karantina Wilayah

berdasarkan Pasal 10 UU Kekarantinaan Kesehatan bahwa pemerintah pusat yang berhak dan

berwenang menerapkan penutupan suatu wilayah.

C. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Presiden Joko Widodo menetapkan status darurat kesehatan masyarakat terkait dengan

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) melalui Keppres Nomor 11 Tahun 2020. Dalam

57 Lusiana Mustinda, 2020, “Apa Sih Arti Darurat Sipil dan Risikonya?”, https://news.detik.com/berita/d-

4960272/apa-sih-arti-darurat-sipil-dan-risikonya , diakses pada tanggal 18 April 2020.

Page 25: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

24

dictum kedua keppres tersebut menyatakan bahwa “Menetapkan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di lndonesia yang wajib dilakukan upaya

penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Penetapan status

darurat kesehatan masyarakat tersebut didasarkan pada pasal 10 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Tak hanya itu, Presiden kemudian menerbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam

Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai bagian dari

tanggapan mengenai kedaruratan kesehatan masyarakat.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menurut pasal 1 peraturan pemerintah a quo

ialah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kemudian, pasal 4 pp a quo menyatakan

bahwa:

(1) Pembatasan Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi: a. peliburan sekolah dan

tempat kerja; b. pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau c. pembatasan kegiatan di

tempat atau fasilitas umum.

(2) Pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b harus

tetap mempertimbangkan kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja, dan ibadah

penduduk.

(3) Pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan

memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.

Kriteria suatu daerah untuk bisa diterapkan PSBB menurut pasal 2 Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 9 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka

Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) adalah jumlah kasus dan/atau

jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat ke

beberapa wilayah; dan terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau

negara lain. Penerapan PSBB diusulkan oleh kepala daerah kepada Menteri Kesehatan dengan

disertai data peningkatan jumlah kasus menurut waktu disertai kurva epidemiologi; penyebaran

kasus menurut waktu; dan kejadian transmisi lokal.58 Apabila suatu daerah yang mengajukan

permohonan tidak memenuhi kriteria seperti yang telah diuraikan di atas, Menteri Kesehatan

dapat tidak menerima permohonan pengajuan tersebut. Seperti yang terjadi pada daerah

58 Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar

Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Page 26: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

25

Palangkaraya dan Sorong yang permohonannya untuk melakukan penerapan PSBB ditolak

oleh Menteri Kesehatan dengan alasan belum memenuhi sejumlah persyaratan yang telah

ditentukan.59 Terkait dengan kewenangan yang dimiliki Menteri Kesehatan untuk menetapkan

PSBB, pada dasarnya kewenangan tersebut merupakan kewenangan aktif, yang mana bukan

berdasarkan permohonan. Sehingga seharusnya penerapan PSBB tidak perlu berdasarkan

permohonan dari Pemda terlebih dahulu, akan tetapi Menteri Kesehatan secara aktif langsung

bisa menerapkan PSBB sendiri tanpa menunggu pengajuan permohonan pemerintah daerah.60

Salah satu daerah yang sudah menerapkan PSBB ialah Provinsi DKI Jakarta. Penetapan

PSBB tersebut dilakukan oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor HK.01.07/Menkes/239/2020. 61 Gubernur DKI Jakarta kemudian menerbitkan

Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala

Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Provinsi DKI Jakarta

sebagai panduan untuk melaksanakan PSBB di provinsi tersebut. PSBB diberlakukan hingga

24 April 2020. Akan tetapi, sejauh ini penerapan kebijakan tersebut belum sepenuhnya efektif

karena tidak dibarengi dengan ketegasan pemerintah serta kepatuhan dari masyarakat sendiri.62

Selama pelaksanaan PSBB, warga masih banyak yang beraktivitas di luar rumah, jalan-jalan

utama di sebagian DKI Jakarta pun masih terlihat ramai. 63 Supaya kebijakan PSBB yang

diterapkan bisa berjalan efektif, antara masyarakat dan pemerintah harus berjalan beriringan.

Masyarakat harus disiplin dan mematuhi kebijakan PSBB, sedangkan pemerintah juga harus

bersikap tegas, apabila diperlukan bisa memberikan sanksi pidana bagi yang melanggar seperti

yang termuat dalam pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan yang menyatakan bahwa:

Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-halangi

penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling

59 Idham Kholid, 2020, “Menkes Tolak Permohonan PSBB Palangka Raya, Pemprov Kalteng Heran”, https://news.detik.com/berita/d-4974806/menkes-tolak-permohonan-psbb-palangka-raya-pemprov-kalteng-

heran, diakses pada tanggal 19 April 2020. 60 Op.cit, Oce Madril. 61 Humas Sekretariat Kabinet, 2020, “Menkes Tetapkan Status PSBB untuk Provinsi DKI Jakarta”,

https://setkab.go.id/menkes-tetapkan-status-psbb-untuk-provinsi-dki-jakarta/, diakses pada tanggal 19 April

2020. 62 Kompas, 2020, “Warga Masih Abaikan PSBB”, https://kompas.id/baca/metro/2020/04/16/warga-masih-

abaikan-psbb/, diakses pada tanggal 19 April 2020. 63 Ibid.

Page 27: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

26

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00

(seratus juta rupiah).

Berdasarkan UU Kekarantinaan Kesehatan, antara Karantina Wilayah dan PSBB terdapat

beberapa perbedaan yaitu sebagai berikut:

PSBB Karantina Wilayah

Terkait tanggungjawab pemerintah untuk

menjamin kebutuhan hidup dasar masyarakat

tidak diatur

Kebutuhan hidup dasar masyarakat dan

makanan hewan ternak yang berada di

wilayah karantina menjadi tanggungjawab

pemerintah pusat (Pasal 55 ayat 1)

Terkait peran aparat keamanan dalam

penerapan kebijakan PSBB tidak disebutkan

secara spesifik (pasal 59 ayat (4))

Wilayah yang dikarantina dijaga terus

menerus oleh Kepolisian Negara Republik

Indonesia (pasal 54 ayat (2))

Paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan

tempat kerja; pembatasan kegiatan

keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di

tempat atau fasilitas umum (pasal 59 ayat

(3))

Anggota masyarakat yang dikarantina tidak

boleh keluar masuk wilayah karantina (Pasal

54 ayat (3))

Sumber: Kompas, 31 Maret 2020

Page 28: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

27

Pembebasan Narapidana: Solusi Pencegahan Pandemi Covid-19?

A. Wacana Awal Pembebasan Narapidana

Salah satu kebijakan pemerintah untuk mencegah dan mengurangi penyebaran pandemi

Covid-19 diantaranya adalah membebaskan 30.000 narapidana. Kebijakan tersebut menuai

kontroversi di tengah masyarakat, ada yang mendukung, tetapi juga tidak sedikit yang menolak.

Di dalam perkembangannya, terdapat beberapa teori tujuan pidana kontemporer antara

lain teori efek jera, teori edukasi, teori rehabilitasi, teori pengendali sosial, dan teori keadilan

restoratif.64 Pasal 10 paragraf 3 International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)

menyatakan bahwa tujuan yang penting dari sistem pemasyarakatan/penjara adalah reformasi

dan rehabilitasi sosial dari tahanan. The Standard Minimum Rules for The Treatment of

Prisoners juga menyatakan tentang tujuan untuk memfasilitasi rehabilitasi sosial dari pelaku

tindak pidana. Hal serupa juga terdapat dalam revisi European Prison Rule, yaitu untuk

memfasilitasi reintegrasi ke masyarakat bebas terhadap mereka yang telah dirampas

kemerdekaannya. Hal ini juga telah mempengaruhi interpretasi atas ketentuan yang terdapat

dalam European Convention for The Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms.

Bila dilihat lebih dalam sesungguhnya apa yang dikemukakan di atas sebenarnya merupakan

penerapan dari teori-teori tujuan pidana kontemporer.

Keputusan pembebasan ini dituangkan di dalam Keputusan Menteri Hukum dan

HAM RI No.M.HH-19 PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang Pengeluaran dan Pembebasan

Narapidana dan Anak melalui Asimilasi dan Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan

Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Pembebasan ini dilakukan kepada Narapidana yang

telah menjalani 2/3 masa tahanannya pada 1 April 2020 hingga 31 Desember 2020, tidak

dipidana karena tindak pidana yang diatur di dalam PP No. 99 Tahun 2012, dan bukan

merupakan WNA. Secara praktis, pembebasan 30.000 Narapidana dapat menghemat

pengeluaran pemerintah hingga Rp 260 miliar.65 Anggaran sebesar itu bisa digunakan untuk

mendukung program pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran Covid-19.

64 Eddy O.S. Hiariej, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. 65 Tri Kurnia Yunianto, "Cegah Penularan Corona di Lapas, 30 Ribu Napi Bakal Dibebaskan”,

https://katadata.co.id/berita/2020/04/01/cegah-penularan-corona-di-lapas-30-ribu-napi-bakal-dibebaskan,

diakses 17 April 2020.

Page 29: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

28

Terlebih pembebasan narapidana lumrah diberikan kepada arapidana yang dianggap memenuhi

persyaratan tertentu pada saat hari besar agama66 maupun setiap tanggal 17 Agustus.67

B. Pembebasan Narapidana di Tengah Pandemi di Berbagai Negara

Kebijakan pembebasan narapidana ini menimbulkan berbagai macam asumsi buruk

mengenai keputusan pemerintah di tengah kondisi pandemi ini. Padahal pembebasan

narapidana ini sempat didesak oleh PBB pada akhir Maret 2020 lalu.68 PBB mendesak otoritas

pemerintah negara-negara agar membebaskan narapidana yang masuk ke dalam

kategori rentan. Mereka yang masuk dalam kategori paling rentan adalah mereka yang sudah

berusia lanjut, sedang dalam kondisi sakit, dan para pelanggar berisiko rendah. Alasan utama

desakan PBB karena penjara-penjara kelebihan kapasitas dan tidak memiliki fasilitas kesehatan

yang memadai untuk para narapidana dan petugas sipir. Hal tersebut dikhawatirkan menjadikan

penjara sebagai episentrum baru penyebaran virus.

Berbagai negara sudah melakukan langkah kongkrit dalam pembebasan narapidana di

tengah pandemi. Prancis dikabarkan sudah mengurangi 10% narapidananya. Beberapa metode

dilakukan untuk mengurangi narapidananya antara lain Prancis menunda penghukuman bagi

mereka dengan kejahatan ringan dan alasan medis, menunda yang sedang menunggu

persidangan, dan pembebasan lebih awal. 69 Turki sudah mengesahkan undang-undang

pembebasan sementara narapidananya. Turki sudah mencatatkan sebanyak 17 kasus posit if

corona di penjara dengan tiga korban meninggal dunia. Virus ini kemudian menular pada 79

sipir dan 80 pegawai kementrian. Setelah UU disahkan, setidaknya 45.000 narapidana akan

66 Dylan Aprialdo Rachman, "112.523 Narapidana Dapat Remisi Idul Fitri Tahun 2019",

https://nasional.kompas.com/read/2019/06/03/15184361/112523-narapidana-dapat-remisi-idul-fitri-tahun-2019,

diakses 17 April 2020. 67 M. Rosseno Aji, “130 Ribu Narapidana Peroleh Remisi HUT RI ke-74”,

https://nasional.tempo.co/read/1237093/130-ribu-narapidana-peroleh-remisi-hut-ri-ke-74, diakses pada 17 April

2020 68 Martha Ruth Thertina, “Kebijakan Penjara-penjara Dunia di Tengah Pandemi Corona”,

https://katadata.co.id/berita/2020/04/09/kebijakan-penjara-penjara-dunia-di-tengah-pand diakses pada 15 April

2020. 69 AFP, “Eropa Bebaskan Ribuan Napi di Tengah Pandemi Corona”

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200407005513-134-490991/eropa-bebaskan-ribuan-napi-di-

tengah-pandemi-corona, diakses 16 April 2020.

Page 30: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

29

dibebaskan sementara dan akan dikenai wajib lapor sampai Juli 2020.70 Penjara memang bisa

berpotensi menjadi epicentrum baru penyebaran corona. Di Iran contohnya, sebanyak 25.000

narapidana dari total 190.000 narapidana positif terinfeksi corona. Pemerintah Iran merespon

dengan membaskan 85.000 narapidananya dan 75.000 diantaranya dibebaskan sementara.

Sisanya adalah mereka yang dibebaskan karena kejahatan ringan.

C. Sikap Pemerintah Indonesia dalam Pembebasan Narapidana

Pemerintah Indonesia membebaskan narapidana melalui dua program yaitu program

asimilasi dan program integrasi. Asimilasi adalah program pembinaan narapidana dan anak

dengan membiarkan mereka hidup berbaur di masyarakat. Integrasi adalah narapidana yang

telah memenuhi syarat-syarat pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti menjelang bebas.

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM mencatat ada 38.822

narapidana yang telah dibebaskan dari penjara per 20 April 2020.71 Jumlah tersebut adalah

akumulasi pembebasan narapidana dari program asimilasi dan integrasi. Detailnya sebanyak

36.641 bebas melalui program asimilasi yang terdiri dari 35.378 narapidana dewasa dan 903

anak. Sebanyak 2.181 narapidana bebas melalui program integrasi dengan 2.145 narapidana

dewasa dan 36 anak.

Namun, pembebasan narapidana tersebut tidak mencakup semua kasus. Ada beberapa

pengecualian terhadap kasus tertentu yang diatur dalam Permenkumham 10 Tahun 2020

tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak Dalam

Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Mereka yang tidak

mendapatkan pembebasan adalah narapidana yang melakukan tindakan terorisme, korupsi,

narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, kejahatan terhadap keamanan negara, dan

kejahatan terhadap kejahatan hak asasi manusia berat, kejahatan transnasional, serta warga

negara asing.72

70 Kris Mada, “Turki Bebaskan 45.000 Narapidana”,

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200407005513-134-490991/eropa-bebaskan-ribuan-napi-di-

tengah-pandemi-corona, diakses pada 16 April 2020. 71 Krisnadi, “Hingga Senin Ini, 38.822 Napi Telah Bebas Lewat Asimilasi Terkait COVID-19”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/20/10120611/hingga-senin-ini-38822-napi-telah-bebas-lewat-

asimilasi-covid-19, diakses 20 April 2020. 72 Permenkumham Nomor 10 Tahun 2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana

dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19.

Page 31: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

30

Per 13 April 2020, Presiden Joko Widodo sudah menetapkan pandemi COVID-19

menjadi bencana nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Covid-19 Sebagai Bencana Nasional. 73 Ini

berarti Indonesia telah menghadapi suatu kondisi yang darurat. Penyebaran COVID-19 yang

sangat cepat berbanding terbalik dengan kapasitas penjara yang Indonesia yang kelebihan

kapasitas. Kondisi kelebihan kapasitas ini mendorong negara untuk membebaskan narapidana

karena bagaimanapun negara harus tetap menjamin hak hidup masing-masing warga negaranya

di tengah pandemi COVID-19 ini. Sejalan dengan komisi tinggi PBB untuk Hak Asasi

Manusia mengenai pembebasan narapidana dengan kondisi overcapacity dengan menetapkan

kehidupan yang lebih baik di luar penjara.

Apabila sedikit menyinggung mengenai physical distancing yang selama ini

diinstruksikan oleh pemerintah, kondisi penjara yang kelebihan kapasitas berlawanan dengan

instruksi ini. Instruksi ini tidak bisa berjalan dengan kondisi penjara yang kelebihan kapasitas.

Pembebasan narapidana secara singkat juga bisa menjadi penjaminan pemerintah terhadap hak

hidup narapidana dalam kondisi pandemi seperti hak hidup yang telah diatur dalam dalam

pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang ditekankan pada frasa hak

untuk hidup dan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. 74

Selebihnya dalam Pasal 7 UU No.6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan yang

berbunyi:75

Setiap orang mempunyai hak memperoleh perlakuan yang sama dalam penyelenggaraan

kekarantinaan kesehatan, serta mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan

medis, kebutuhan pangan, dan kebutuhan kehidupan sehari-hari lainnya selama karantina

berlangsung.

Dalam frasa setiap orang mempunyai hak memperoleh perlakuan yang sama, tidak

mengecualikan bagi mereka para narapidana. Lebih lanjut, pembebasan narapidana merupakan

73 CNN, “Jokowi Tetapkan Corona Sebagai Bencana Nasional”

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200413180042-20-493149/jokowi-tetapkan-wabah-corona-sebagai-

bencana-nasional, diakses pada 20 April 2020. 74 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886). 75 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6236)

Page 32: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

31

salah satu upaya pemerintah dalam pemenuhan hak hidup narapidana dengan tidak

membiarkan mereka terinfeksi oleh COVID-19 karena kondisi overcapacity.

D. Pembebasan Narapidana Korupsi

Wacana pembebasan narapidana akibat korupsi menuai polemik di kalangan

masyarakat. Upaya peringanan hukuman bagi para koruptor ini dilakukan dengan merevisi PP

No 99 Tahun 2012 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Bina

Pemasyarakatan. 76 Namun, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa tidak akan ada

pembebasan narapidana koruptor. Pembebasan narapidana karena COVID-19 ini dikarenakan

alasan pidana umum. Yasonna Laoly setidaknya merinci empat kriteria narapidana yang bisa

dibebaskan melalui revisi PP tersebut. Kriteria tersebut adalah narapidana kasus narkotika

dengan syarat memiliki masa pidana 5 sampai 10 tahun yang sudah menjalani dua pertiga masa

tahanan, usulan pembebasan itu berlaku bagi narapidana kasus tindak pidana korupsi yang

berusia 60 tahun ke atas dan sudah menjalani 2/3 masa tahanan, dan bagi narapidana tindak

pidana khusus yang mengidap sakit kronis dan telah menjalani 2/3 masa tahanan.77

Apabila menengok kriteria narapidana korupsi yang akan dibebaskan menurut Yasonna

Laoly, ada beberapa nama besar koruptor yang mungkin berpotensi untuk dibebaskan. ICW

menyebutkan setidaknya ada 22 nama yang berpotensi dibebaskan antara lain pengacara senior

O.C. Kaligis (77); eks Menteri Agama, Suryadharma Ali (63); eks Hakim Mahkamah

Konstitusi, Patrialis Akbar (61); eks Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari (70); dan eks

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik (70).78 Nama besar koruptor

Setya Novanto juga tidak luput dari daftar nama ini. Setya Novanto yang tersandung kasus

korupsi e-KTP sebesar 2,3 triliun berpotensi dibebaskan karena usianya sudah 64 tahun.

Wacana ini bukan pertama kali muncul, tercatat pada 2015 saat Yasonna Laoly

menjabat sebagai Menkumham pada periode pertama. Banyak pihak yang mengkritik wacana

76 CNN, “Jokowi: Pembebasan Napi Koruptor Tak Pernah Dibahasa di Rapat”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200406095618-12-490649/jokowi-pembebasan-napi-koruptor-tak-

pernah-dibahas-di-rapat, diakses pada 20 April 2020. 77 Ibid. 78 CNN, “Daftar 22 Napi Megakorupsi yang Bisa Dibebaskan Yasonna”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200403133638-12-490015/daftar-22-napi-megakorupsi-yang-bisa-

dibebaskan-yasonna, diakses 20 April 2020.

Page 33: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

32

ini, salah satunya PUKAT UGM yang menilai bahwa pembebasan ini tidak berdasar karena

jumlah narapidana korupsi di Indonesia sangat sedikit dibandingkan dengan warga binaan

lembaga pemasyarakatan di Indonesia.79 Korupsi adalah suatu kejahatan yang serius bersama

dengan narkotika dan terorisme. Jika revisi PP No 99 Tahun 2012 Tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Bina Pemasyarakatan. ini diberlakukan maka akan bertentangan

dengan PP Menkumham 10 Tahun 2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi

Bagi Narapidana dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran

Covid-19 yang secara jelas pada Bab II mengecualikan narapidana korupsi untuk mendapatkan

pembebasan karena pandemi.

Kajian Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK mengenai Tata Kelola Sistem

Pemasyarakatan bisa menjadi pertimbangan dalam kebijakan narapidana korupsi. Salah satu

rekomendasinya adalah menyarankan urutan prioritas dalam mengurangi narapidana sesuai

dengan kapasitas lapas. Menurut KPK, tahanan korupsi saat ini hanya berkisar 5.000 orang dan

tidak menyebabkan kelebihan kapasitas. Terlebih tahanan korupsi tidak berada dalam satu sel

yang sama dengan tahanan lain seperti di Lapas Sukamiskin, Bandung. Pada tahun 2018 KPK

juga tidak menyarankan narapidana korupsi dipindahkan di lapas umum. Apabila diletakkan di

lapas umum, narapidana korupsi cenderung mendapat perlakuan istimewa. Solusinya adalah

pemindahan narapidana korupsi di lapas dengan keamanan maksimal di Nusakambangan. Tim

peneliti KPK memetakan beberapa risiko jika napi korupsi tetap ditempatkan di lapas umum

seperti risiko suap terkait izin-izin yang diberikan oleh Kalapas kepada napi korupsi, risiko

suap terkait jual beli fasilitas di dalam sel, lemahnya pengendalian/pengawasan dalam proses

kunjungan baik pihak keluarga maupun pihak lain terlebih menyangkut high profile visitor,

serta lemahnya mekanisme control di lapas umum menjadi celah masuknya contraband.80

79 Jauhari Wawan S, “PUKAT UGM Kritik Wacana Pembebasan Napi Koruptor Berdalih Cegah Corona”,

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4962329/pukat-ugm-kritik-wacana-pembebasan-napi-koruptor-

berdalih-cegah-corona, diakses 20 April 2020. 80 Tim Kajian KPK, Kajian KPK: Napi Koruptor Bukan Penyebab Kapasitas Berlebihan Lapas”,

https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1578-kajian-kpk-napi-koruptor-bukan-penyebab-kapasitas-berlebih-

lapas, diakses 20 April 2020.

Page 34: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

33

E. Dampak Pembebasan Narapidana

Menurut Pasal 1 angka 7 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, definisi

narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lapas. Seseorang

yang menjalani pidana penjara ataupun kurungan berarti hak atas kebebasannya sedang

direnggut. Akan tetapi, di dalam pelaksanaannya narapidana tidak hanya menjalani hukuman

saja, tetapi juga menjalani rehabilitasi, yang merupakan salah satu dari tujuan pemidanaan. Hal

ini seperti yang terdapat di dalam konsiderans huruf c UU a quo bahwa tujuan dari sistem

pemasyarakatan adalah agar warga binaan pemasyarakatan menyadari kesalahannya,

memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara

wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Akan tetapi muncul pertanyaan terkait apakah narapidana yang dibebaskan sudah tepat

sasaran dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi walaupun belum tuntas menjalani masa

hukumannya. Masa hukuman yang tidak dijalani secara penuh mengakibatkan tujuan dari

pemidanaan tersebut, yaitu rehabilitasi dan efek jera, tidak terimplementasi secara penuh pula.

Hal tersebut berpotensi mengakibatkan narapidana tersebut belum siap untuk berintegrasi dan

berasimilasi kembali ke masyarakat. Ketidaksiapan tersebut bisa menjadi pemicu mantan

narapidana tersebut untuk kembali melakukan tindak pidana demi kelangsungan hidupnya.

Seperti yang terjadi di Pontianak, eks napi asimilasi Lapas Kelas IIA Pontianak berinisial GR

bersama tersangka lain, MT dan ES, tertangkap tangan mencuri ponsel. Pelaku tidak hanya

beraksi sekali, namun hingga empat kali setelah bebas. Kasus serupa juga terjadi di Jakarta

Timur, sebuah minimarket dibobol oleh 4 orang yang salah satunya merupakan eks napi

asimilasi yang kemudian ditembak mati empat hari pasca pembobolan.81

Pembebasan ini juga dimanfaatkan oleh beberapa oknum sipir untuk melakukan pungli

terhadap napi yang akan dibebaskan. Sejumlah napi di berbagai daerah mengaku diminta untuk

membayar sejumlah uang kepada sipir agar dibebaskan melalui program asimilasi. Seorang

napi Lapas Cipinang mengaku diminta uang sebesar Rp 5 juta setelah sebelumnya sempat

diminta uang sebesar Rp 7 juta. Menurut pengakuan mereka, praktik pungli ini dilakukan

81 Alfian Putra Abdi, “Eks Napi Program Asimilasi Jokowi Kembali, Apa Penyebabnya?”, https://tirto.id/eks-

napi-program-asimilasi-jokowi-kembali-berulah-apa-penyebabnya-ePvS, Diakses 20 April 2020.

Page 35: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

34

secara sistematis. Napi yang memenuhi syarat program asimilasi diminta mencari napi lain

yang tidak memenuhi syarat untuk dimintai uang oleh sipir agar dibebaskan.82 Hal semacam

ini harus menjadi bahan evaluasi dan perhatian pemerintah agar kedepannya bisa lebih berhati-

hati dalam membuat suatu kebijakan.

82 Muhammad Ahsan Ridhoi, ‘’Napi Berulah Lagi dan Masalah Lain Iringi Asimilasi Corona Kemenkumham’’,

https://katadata.co.id/berita/2020/04/17/napi-berulah-lagi-dan-masalah-lain-iringi-asimilasi-corona-

kemenkumham, Diakses 20 April 2020.

Page 36: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

35

Kinerja DPR dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan lembaga legislatif yang mendapatkan

legitimasinya langsung dari rakyat melalui pemilihan umum. Hal inilah yang mampu

menguatkan kedudukan DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat dalam melaksanakan

kedaulatan rakyat atau demokrasi. Dalam konteks era reformasi sekarang, lembaga legislatif

secara praktis dicoba kembali untuk melakukan check and balances dengan eksekutif dalam

penyelenggaraan tata pemerintahan. Adanya check and balances tersebut diharapkan mampu

menyelaraskan cabang-cabang kekuasaan agar tidak ada yang berlaku sewenang-wenang atau

menyalahi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20A ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa DPR memiliki tiga fungsi yakni

fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.83 Fungsi legislasi merupakan fungsi DPR dalam

merancang peraturan perundang-undangan. Fungsi ini merupakan cerminan dari kedaulatan

rakyat atau demokrasi itu sendiri karena peraturan perundang-undangan yang diciptakan

merupakan pengaturan kehidupan bernegara.84 Oleh karenanya, lembaga perwakilan rakyat

atau lembaga legislatiflah yang salah satunya berwenang membentuk dan menetapkan

peraturan.85 Dalam menjalankan fungsinya, DPR merancang Undang-Undang bersama-sama

dengan Presiden yang mana outputnya adalah Undang-Undang. Fungsi ini merupakan fungsi

yang paling kerap disorot oleh berbagai pihak termasuk media. Hal ini disebabkan oleh output

dari fungsi a quo berupa peraturan perundang-undangan yang mana semua orang dapat

mengaksesnya. Fungsi legislasi nantinya akan berkaitan dengan fungsi lainnya.

Fungsi anggaran atau budgeting berkenaan dengan bagaimana DPR mendistribusikan

anggaran sesuai dengan skala prioritas.86 Pelaksanaan fungsi ini adalah pemberian persetujuan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan Presiden. Apabila DPR

menolak rancangan yang diajukan Presiden maka yang digunakan adalah APBN tahun lalu

sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (3) UUD 1945.87 Sedangkan fungsi pengawasan atau

control adalah fungsi yang melekat pada DPR sehingga berkaitan erat dengan pelaksanaan

check and balances dengan cabang kekuasaan lain. Presiden dan pemegang kekuasaan

83 Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 84 Jimly Asshidique, 2009, Pengantar Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Depok, hlm. 298. 85 Ibid. 86 Rania Solihah Siti Witianti, “Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Pasca Pemilu 2014:

Permasalahan dan Upaya Mengatasinya”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 2, No. 2, Oktober, 2016, hlm. 295. 87 Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 37: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

36

eksekutif lainnya adalah pelaksana sekaligus perancang kebijakan yang mendapat mandat oleh

Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang bisa dikatakan sangat

mungkin untuk melakukan kesewenang-wenangan kekuasaan. Dalam hal ini, fungsi

pengawasan berperan untuk menyeimbangkan kekuasaan tersebut dengan esensi wakil rakyat

adalah pelaksana praktis demokrasi. Pengawasan oleh DPR dilakukan atas pelaksanaan UU

dan APBN.88 Pengawasan terhadap UU merupakan lanjutan dari fungsi legislasi dimana UU

yang telah dibuat bersama-sama pelaksanaannya tidak boleh menyimpang. Sedangkan

pengawasan pada APBN adalah controlling yang dilakukan DPR sebagai perwakilan rakyat

agar APBN ditujukan dan digunakan sebaik-baiknya untuk masyarakat umum.

A. Pembahsan RUU Kontroversial saat Penanganan Pandemi Covid-19

Dalam konteks pandemi Covid-19, DPR sejatinya memiliki urgensi yang sangat

penting dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Presiden Joko Widodo telah menetapkan Covid-

19 sebagai bencana nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai

Bencana Nasional.89 Tentunya dengan penetapan tersebut, aspek yang berhubungan dengan

kesejahteraan masyarakat harus menjadi perhatian utama. Pemahaman urgensi tersebut

seharusnya mendorong pemerintah untuk turut memaksimalkan kinerjanya. Kendatipun

fungsi legislasi merupakan fungsi paling esensial dari lembaga legislatif, desakan yang

ada dari masyarakat menyasarkan pada fungsi angggaran dan pengawasan dari DPR.

Hal ini disebabkan pemerintah dalam melakukan upaya penanganan pandemi Covid-19 perlu

adanya untuk diberi pengawasan. Tentunya ini merupakan bagian dari pelaksanaan demokrasi

oleh lembaga yang bersifat representatif. Apabila DPR tetap ingin memaksimalkan fungsi

legislasinya, maka Undang-Undang yang dirancang sebaiknya bertujuan untuk menangani

pandemi Covid-19. Namun kenyataan yang ada di lapangan berbeda dengan yang diharapkan.

Alih-alih membahas peraturan perundang-undangan dalam rangka menangani pandemi Covid-

19, DPR justru membahas berbagai Rancangan Undang-Undang (RUU) yang tidak relevan

dengan kepentingan masyarakat saat ini. RUU tersebut diantaranya adalah RUU Cipta Kerja

88 Sulistyowati, “Ketidakadilan DPR-RI dalam Menjalankan Fungsinya”, Jurnal UNDIP, hlm. 77. 89 Ihsanuddin, “Presiden Jokowi Teken Keppres Tetapkan Wabah Covid-19 Bencana Nasional”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/18101841/presiden-jokowi-teken-keppres-tetapkan-wabah-covid-

19-bencana-nasional, diakses pada 21 April 2020.

Page 38: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

37

atau yang lebih kerap disebut sebagai “Omnibus Law”, RUU KUHP, hingga RUU

Pemasyarakatan yang justru menuai kontroversi di masyarakat.90

Pembahasan “Omnibus Law” RUU Cipta Kerja oleh DPR RI sempat menuai berbagai

kritik keras terhadap aspek formil maupun materiil RUU tersebut.91 Tidak dapat dipungkiri

bahwa DPR RI memiliki Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang menjadi salah satu

prioritas kerja. Akan tetapi, melihat kondisi bangsa saat ini, publik menyerukan kepada DPR

RI untuk dapat lebih mempriortaskan fungsi pengawasannya terhadap pelaksanaan

penanggulangan Covid-19, utamanya dalam hal realokasi APBN dalam berbagai sektor vital

sebagaimana diamanatkan dalam Perpu Nomor 1 Tahun 2020.

B. Pembentukan Satgas Lawan Covid-19

Tak lama setelah dikeluarkannya Perpu Nomor `1 Tahun 2020 oleh Presiden Joko

Widodo, DPR membentuk suatu tim atau satuan tugas yang diproyeksikan untuk mengawasi

jalannya pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam menanggulangi pandemic Covid-19,

dimana DPR membentuk Satuan Tugas (Satgas) Lawan Covid-19 serta Tim Pengawas DPR RI

terhadap Pelaksanaan Penanganan Bencana Pandemi Covid-19.92 Satgas Lawan Covid-19 ini

diketuai oleh Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, sedangkan Tim Pengawas diketuai oleh

Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar. Mengutip pemaparan dari Ketua DPR RI Puan

Maharani, adapun yang menjadi fokus kerja dari dibentuknya Satgas lawan Covid-19 DPR RI

ini adalah menghimpun dan mengoordinasikan sumbangan dari berbagai donatur dalam rangka

penanganan wabah Covid-19 hingga koordinasi penyaluran bantuan ke daerah-daerah. 93

Bantuan yang dikoordinasikan antara lain bantuan dalam aspek kesehatan maupun ekonomi

masyarakat. Dinyatakan bahwa pelaksanaan kinerja Satgas Lawan Covid-19 tidak akan

90 Sania Mashabi, “Saat Wabah, DPR Diminta Titik Beratkan Fungsi Pengawasan ketimbang Legislasi”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/14/23371161/saat-wabah-dpr-diminta-titik-beratkan-fungsi-

pengawasan-ketimbang-legislasi, diakses pada 21 April 2020. 91 Media Indonesia, DPR Menilai Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 Tidak Efektif

https://mediaindonesia.com/read/detail/301566-dpr-menilai-permenkes-nomor-9-tahun-2020-tidak-efektif,

diakses 20 April 2020 92 Budiarti Utami Putri, Selain Satgas, DPR Punya Tim Pengawas Penanganan Covid-19,

https://nasional.tempo.co/read/1330127/selain-satgas-dpr-punya-tim-pengawas-penanganan-covid-19, diakses

15 April 2020 93 Annisa Dea Widiarini, Bentuk Satgas Covid-19, DPR Bantu Pemerintah Hadapi Pandemi Corona,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/18360611/bentuk-satgas-covid-19-dpr-bantu-pemerintah-hadapi-

pandemi-corona, diakses 19 April 2020.

Page 39: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

38

menggunakan APBN ataupun penerimaan keuangan negara melainkan dana Satgas ini berasal

dari iuran masing-masing anggota Satgas yang berasal dari lintas partai.94 Disamping itu tujuan

dibentuknya Tim Pengawas oleh anggota DPR tersebut salah satunya untuk mengawasi

pelaksanaan kerja pemerintah terutama dalam pengalokasian dana APBN yang diatur dalam

Perpu Nomor 1 Tahun 2020.95 Sebagaimana diketahui bahwa perppu a quo mengatur mengenai

berbagai penyesuaian keuangan negara dalam rangka menjamin stabilitas ekonomi selama

penanganan pandemic Covid-19. Tentunya, sebagaimana diketahui bahwa DPR memiliki

wewenang untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN96 sehingga kiranya dapat

dilihat bahwa pengawasan terhadap penggunaan anggaran pemerintah dalam rangka

penanganan Covid-19 menjadi tanggung jawab lembaga DPR secara keseluruhan, bukan hanya

milik sebagian kelompok.

Menarik untuk dilihat mengenai dasar pembentukan Satgas Lawan Covid-19 dan Tim

Pengawas tersebut. Secara formal, tentunya kedua lembaga tersebut tidak dapat didefinisikan

sebagai salah satu alat kelengkapan DPR RI sebagaimana diatur dalam Pasal 83 UU Nomor 2

Tahun 2018. Ketentuan Pasal 83 huruf k undang-undang a quo menyatakan bahwa DPR dapat

membentuk alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. Adapun

Satgas maupun Tim Pengawas a quo pada faktanya memang tidak dibentuk dalam rapat

paripurna. DPR RI. Hal ini juga selaras dengan keterangan bahwa lembaga tersebut tidak

memanfaatkan pendanaan APBN dalam kinerjanya, melainkan iuran anggota. Maka apabila

dilihat secara kelembagaan, kedua tim ini dapat dianggap sebagai wadah bagi anggota DPR

untuk turut memberikan partisipasi kemanusiaan dalam penanganan wabah Covid-19.

Melihat kembali pada urgensi dikuatkannya fungsi DPR dalam hal pengawasan

terhadap jalannya pemerintahan selama masa penanganan pandemi Covid-19, perlu adanya

peran aktif DPR dalam mewujudkan harmonisasi dan koordinasi yang efektif oleh pemerintah

dalam perumusan kebijakan penanganan pandemi. Terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor

94 Budiarti Utami Putri, Bentuk Satgas Lawan Covid-19, DPR Tak Pakai Uang Negara, https://nasional.tempo.co/read/1329797/bentuk-satgas-lawan-covid-19-dpr-tak-pakai-uang-negara, diakses 19

April 2020. 95 Nawir Arsyad Akbar, DPR Juga Bentuk Tim Pengawas Penanganan Covid-19,

https://republika.co.id/berita/q8nvlg428/dpr-juga-bentuk-tim-pengawas-penanganan-covid19, diakses 20 April

2020 96 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentangn Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014

tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6187).

Page 40: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

39

12 Tahun 2020 yang menetapkan pandemi Covid-19 sebagai Bencana Nasional memberikan

wewenang kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sebagai pelaksana terdepan

penanggulangan bencana nasional. Sedangkan dalam hal penanganan di daerah, para gubernur,

bupati, dan walikota menjadi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di daerah

masing-masing yang harus memperhatikan kebijakan pemerintah pusat dalam setiap

perumusan kebijakan untuk menanggulangi pandemi di daerahnya. Dari adanya penetapan

Bencana Nasional tersebut, perlu kiranya DPR melaksanakan pengawasan atas kinerja Gugus

Tugas di tingkat nasional demi mewujudkan pelaksanaan kebijakan yang koordinatif dan

efektif. Mengutip pendapat dari Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Universitas

Andalas, Feri Amsari, diharapkan DPR RI dapat mengintensifkan pengawasan terhadap kinerja

lembaga-lembaga pemerintah dalam setiap proses perumusan kebijakan yang berkaitan dengan

penanggulangan Bencana Nasional Covid-19 ini.97 Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar

koordinasi penanggulanan bencana dalam tataran pemerintah pusat, Gugus Tugas, maupun

dengan pemerintah daerah tidak terjadi perbedaan data maupun perumusan kebijakan yang

dapat menghambat kinerja masing-masing. Urgensi dari tindakan ini adalah sebagai tindak

lanjut dari munculnya beberapa permasalahan koordinasi kerja antara pemerintah pusat, Gugus

Tugas, maupun pemerintah daerah, salah satunya mengenai polemik transparansi dan validitas

data korban terdampak Covid-19 yang didata oleh daerah serta pemerintah pusat.98 Disamping

itu pula, diperlukan peran aktif DPR dalam mengawasi kebijakan penetapan status Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh Kementrian Kesehatan sehingga proses penetapan daerah

yang diberi status PSBB tidak terhambat oleh proses birokratis yang tidak efisien.99

97 Hasil Diskusi Persepsi Dewan Mahasiswa Justicia bersama Feri Amsari tanggal 8 April 2020. 98 Wayan Agus Purnomo, Beda Irama Data Jakarta, https://majalah.tempo.co/read/nasional/160237/mengapa-

data-korban-covid-19-pemerintah-pusat-dan-daerah-berbeda, diakses 20 April 2020. 99 Op.cit, Media Indonesia.

Page 41: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

40

Daftar Pustaka

A. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Peraturan Pengganti Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan

Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan dalam Rangka Ancaman

yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentangn Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Nomor 29, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 6187).

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 18,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 6236).

Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 244,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587).

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3886).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara Nomor 77,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3344).

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar

Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2020 tentang Syarat Pemberian

Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan

Penanggulangan Penyebaran Covid-19.

Seruan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2020 Penghentian Sementara Kegiatan

Perkantoran dalam Rangka Mencegah Penyebaran Wabah Covid-19

B. Buku

Asshidique, Jimly, 2009, Pengantar Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Depok.

Eddy O.S. Hiariej, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta.

C. Diskusi Online

Hasil Diskusi Persepsi Dewan Mahasiswa Justicia bersama Feri Amsari tanggal 8 April 2020.

Hasil Diskusi Persepsi Dewan Mahasiswa Justicia bersama Oce Madril tanggal 9 April 2020.

Hasil Diskusi Persepsi Dewan Mahasiswa Justicia bersama Muhammad Fatahillah Akbar tanggal 10 April

2020.

D. Siaran TV

Indonesian Lawyers Club. Corona: Badai Semakin Kencang. Siaran Tanggal 7 April 2020.

E. Jurnal

Shen, Chen dan Yaneer Bar-Yam, Color zone pandemic response version 2, New England Complex

Systems Institute, 2 Maret 2020.

Sulistyowati, “Ketidakadilan DPR-RI dalam Menjalankan Fungsinya”, Jurnal UNDIP

Page 42: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

41

Witianti, Rania Solihah Siti, “Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Pasca Pemilu 2014:

Permasalahan dan Upaya Mengatasinya”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 2, No. 2, Oktober, 2016

F. Internet

Abdi, Alfian Putra, “Eks Napi Program Asimilasi Jokowi Kembali, Apa Penyebabnya?”,

https://tirto.id/eks-napi-program-asimilasi-jokowi-kembali-berulah-apa-penyebabnya-ePvS, Diakses 20 April 2020.

AFP, Can South Korea be a model for virus-hit countries?, https://www.timesofisrael.com/can-south-

korea-be-a-model-for-virus-hit-countries/, diakses 8 April 2020.

AFP, “Eropa Bebaskan Ribuan Napi di Tengah Pandemi Corona”

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200407005513-134-490991/eropa-bebaskan-

ribuan-napi-di-tengah-pandemi-corona, diakses 16 April 2020.

Aji, M. Rosseno, “130 Ribu Narapidana Peroleh Remisi HUT RI ke-74”,

https://nasional.tempo.co/read/1237093/130-ribu-narapidana-peroleh-remisi-hut-ri-ke-74, diakses

pada 17 April 2020

Blue, Victor J., The Virus Can Be Stopped, but Only With Harsh Steps, Experts Say,

https://www.nytimes.com/2020/03/22/health/coronavirus-restrictions-us.html, diakses 8 April

2020.

Borowiec, Steven, How South Korea’s Coronavirus Outbreak Got so Quickly out of Control,

https://time.com/5789596/south-korea-coronavirus-outbreak/, diakses 8 April 2020.

CNN, “Daftar 22 Napi Megakorupsi yang Bisa Dibebaskan Yasonna”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200403133638-12-490015/daftar-22-napi-

megakorupsi-yang-bisa-dibebaskan-yasonna, diakses 20 April 2020

CNN, “Jokowi: Pembebasan Napi Koruptor Tak Pernah Dibahasa di Rapat”,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200406095618-12-490649/jokowi-pembebasan-napi-

koruptor-tak-pernah-dibahas-di-rapat, diakses pada 20 April 2020.

CNN, “Jokowi Tetapkan Corona Sebagai Bencana Nasional”

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200413180042-20-493149/jokowi-tetapkan-wabah-

corona-sebagai-bencana-nasional, diakses pada 20 April 2020.

Detik.com, 2020, Pandemi Corona, Jokowi Fokuskan Siapkan Bantuan Untuk Masyarakat Bawah.

https://news.detik.com/berita/d-4959845/pandemi-corona-jokowi-fokus-siapkan-bantuan-untuk-

masyarakat-bawah . Diakses 7 April 2020

Detik Finance. 2020. Jokowi Gelontorkan 405T Lawan Corona, Uangnya dari Mana?

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4960978/jokowi-gelontorkan-rp-405-t-lawan-corona-

uangnya-dari-mana/. Diakses tanggal 7 April 2020

Dewi, Dinda Silviana. 2020. Beda Rapid Test dan PCR Test untuk Deteksi Virus Corona COVID-19.

https://tirto.id/beda-rapid-test-dan-pcr-test-untuk-deteksi-virus-corona-covid-19-eKCY. Diakses

Tanggal 10 April 2020. Pukul 22.33

Edward White in Wellington, How Singapore waged war on coronavirus,

https://www.ft.com/content/ca4e0db0-6aaa-11ea-800d-da70cff6e4d3, diakses 8 April 2020.

Fisher, Max dan Choe Sang Hun, How South Korea Flattened the Curve,

https://www.nytimes.com/2020/03/23/world/asia/coronavirus-south-korea-flatten-curve.html,

diakses 8 April 2020.

Hikam, Herdi. 2020. Alat Tes Kilat Virus Corona. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-

4969356/alat-tes-kilat-virus-corona-dari-swiss-mendarat-di-ri diakses pada 8 April 2020.

Humas Sekretariat Kabinet, 2020, “Menkes Tetapkan Status PSBB untuk Provinsi DKI Jakarta”, https://setkab.go.id/menkes-tetapkan-status-psbb-untuk-provinsi-dki-jakarta/, diakses pada tanggal

19 April 2020

Ihsanuddin, “Presiden Jokowi Teken Keppres Tetapkan Wabah Covid-19 Bencana Nasional”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/18101841/presiden-jokowi-teken-keppres-tetapkan-

wabah-covid-19-bencana-nasional, diakses pada 21 April 2020.

Page 43: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

42

Ihsannudin, “Tiga Dasar Hukum Pembatasan Sosial Skala Besar dan Darurat Sipil, Salah Satunya Perppu

Era Soekarno”, https://nasional.kompas.com/read/2020/03/31/05050071/tiga-dasar-hukum-

pembatasan-sosial-skala-besar-dan-darurat-sipil-salah, diakses pada tanggal 18 April 2020.

Kata Data, 2020, Sisi Minus Stimulus Rp 405 Triliun dalam Penanganan Virus Corona,

https://katadata.co.id/telaah/2020/04/03/sisi-minus-stimulus-rp-405-triliun-dalam-penanganan-virus-

corona . Diakses pada 14 April 2020.

Kapadia, Reshma, What the U.S. Can Learn From China's Response to the Coronavirus pandemic,

https://www.barrons.com/articles/what-the-u-s-can-learn-from-chinas-response-to-the-

coronavirus-pandemic-51584699300, diakses 8 April 2020.

Karnitschnig, Matthew, China is winning the coronavirus propaganda war,

https://www.politico.eu/article/coronavirus-china-winning-propaganda-war/, diakses 8 April 2020.

Kementerian Keuangan, 2020, Perppu No.1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan

Stabilitas Sistem Keuangan, Respons Luar Biasa Pemerintah Hadapi Situasi COVID-19,

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/perppu-no1-tahun-2020-tentang-kebijakan-

keuangan-negara-dan-stabilitas-sistem-keuangan-respons-luar-biasa-pemerintah-hadapi-situasi-

covid-19/ . Diakses pada 14 April 2020

Kholid, Idham, 2020, “Menkes Tolak Permohonan PSBB Palangka Raya, Pemprov Kalteng Heran”,

https://news.detik.com/berita/d-4974806/menkes-tolak-permohonan-psbb-palangka-raya-

pemprov-kalteng-heran, diakses pada tanggal 19 April 2020.

Kompas, 2020, “Warga Masih Abaikan PSBB”, https://kompas.id/baca/metro/2020/04/16/warga-masih-

abaikan-psbb/, diakses pada tanggal 19 April 2020

Krisnadi, “Hingga Senin Ini, 38.822 Napi Telah Bebas Lewat Asimilasi Terkait COVID-19”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/20/10120611/hingga-senin-ini-38822-napi-telah-bebas-

lewat-asimilasi-covid-19, diakses 20 April 2020.

Mada, Kris, “Turki Bebaskan 45.000 Narapidana”,

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200407005513-134-490991/eropa-bebaskan-

ribuan-napi-di-tengah-pandemi-corona, diakses pada 16 April 2020.

Muchdi, Dicke, https://www.medianasional.id/negara-sengaja-membunuh-warganya/, diakses 18 April

2020.

Mashabi, Sania, “Saat Wabah, DPR Diminta Titik Beratkan Fungsi Pengawasan ketimbang Legislasi”,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/14/23371161/saat-wabah-dpr-diminta-titik-beratkan-

fungsi-pengawasan-ketimbang-legislasi, diakses pada 21 April 2020.

Media Indonesia, DPR Menilai Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 Tidak Efektif,

https://mediaindonesia.com/read/detail/301566-dpr-menilai-permenkes-nomor-9-tahun-2020-tidak-efektif,

diakses 20 April 2020

Mustinda, Lusiana, 2020, “Apa Sih Arti Darurat Sipil dan Risikonya?”, https://news.detik.com/berita/d-

4960272/apa-sih-arti-darurat-sipil-dan-risikonya , diakses pada tanggal 18 April 2020.

Mustopa, Aldi Muhamad, Geotimes, 2017, Mewujudkan Good Governance Melalui Transparansi

Informasi Publik, https://geotimes.co.id/opini/mewujudkan-good-governance-melalui-

transparansi-informasi-publik/, diakses tanggal 7 April 2020.

Nafi'an, Muhammad Ilman, Anies Minta Transparansi Data Pasien Positif Corona,

https://news.detik.com/berita/d-4961322/anies-minta-transparansi-data-pasien-positif-corona,

diakses tanggal 7 April 2020.

Putri, Budiarti Utami, Selain Satgas, DPR Punya Tim Pengawas Penanganan Covid-19,

https://nasional.tempo.co/read/1330127/selain-satgas-dpr-punya-tim-pengawas-penanganan-

covid-19, diakses 15 April 2020

Putri, Budiarti Utami, Bentuk Satgas Lawan Covid-19, DPR Tak Pakai Uang Negara,

https://nasional.tempo.co/read/1329797/bentuk-satgas-lawan-covid-19-dpr-tak-pakai-uang-negara,

diakses 19 April 2020.

Purnomo, Wayan Agus, Beda Irama Data Jakarta,

https://majalah.tempo.co/read/nasional/160237/mengapa-data-korban-covid-19-pemerintah-pusat-

dan-daerah-berbeda, diakses 20 April 2020.

Page 44: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

43

Prayitno, Panji, 2020, Liputan 6, Hoaks Menyebar di Tengah Wabah Corona COVID-19, Apa Solusinya?,

https://www.liputan6.com/regional/read/4212838/hoaks-menyebar-di-tengah-wabah-corona-

covid-19-apa-solusinya. Diakses tanggal April 8, 2020.

Rachman, Dylan Aprialdo, "112.523 Narapidana Dapat Remisi Idul Fitri Tahun 2019",

https://nasional.kompas.com/read/2019/06/03/15184361/112523-narapidana-dapat-remisi-idul-

fitri-tahun-2019, diakses 17 April 2020.

Ridhoi, Muhammad Ahsan, ‘’Napi Berulah Lagi dan Masalah Lain Iringi Asimilasi Corona

Kemenkumham’’, https://katadata.co.id/berita/2020/04/17/napi-berulah-lagi-dan-masalah-lain-

iringi-asimilasi-corona-kemenkumham, Diakses 20 April 2020.

Rogin, Josh, South Korea shows that democracies can succeed against the coronavirus,

https://www.washingtonpost.com/opinions/2020/03/11/south-korea-shows-that-democracies-can-

succeed-against-coronavirus/, diakses 8 April 2020.

Sani, Ahmad Faiz Ibnu, BNPB Blak-blakan Data Kasus Positif COVID-19 Tidak Sesuai, https://nasional.tempo.co/read/1328220/bnpb-blak-blakan-data-kasus-positif-COVID-19-tidak-

sesuai/full&view=ok, diakses tanggal 7 April 2020.

Saputra, Andi, detiknews, https://news.detik.com/berita/d-4964520/pukat-ugm-kritik-keras-perppu-corona-

karena-hapus-delik-korupsi, diakses 17 April 2020.

Singer, Natasha dan Choe Sang-Hun, As Coronavirus Surveillance Escalates, Personal Privacy Plummets,

https://www.nytimes.com/2020/03/23/technology/coronavirus-surveillance-tracking-privacy.html,

diakses 8 April 2020.

Sjarif, Fitriani Ahlan, hukumonline.com, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e85a13602bad/pp-

inikah-yang-kita-harapkan-untuk-menangani-covid-19-di-indonesia-oleh--fitriani-ahlan-sjarif/,

diakses 18 April 2020.

Tan, Sumiko, Coronavirus: Police helping MOH in contact tracing,

https://www.straitstimes.com/singapore/police-helping-moh-in-contact-tracing, diakses 8 April

2020.

Tempo. 2020. BNPB Blak-blakan Data Kasus Positif COVID-19 Tidak Sesuai. https://nasional.tempo.co/read/1328220/bnpb-blak-blakan-data-kasus-positif-COVID-19-tidak-

sesuai/full&view=ok. Diakses tanggal 8 April 2020.

The Conversation, Why Singapore’s coronavirus response worked – and what we can all learn,

https://theconversation.com/why-singapores-coronavirus-response-worked-and-what-we-can-all-

learn-134024, diakses 8 April 2020

The Guardian, Coronavirus quarantine plans ignite row between South Korea and Japan,

https://www.theguardian.com/world/2020/mar/06/coronavirus-quarantine-plans-ignite-row-

between-south-korea-and-japan, diakses 8 April 2020

Thertina, Martha Ruth, “Kebijakan Penjara-penjara Dunia di Tengah Pandemi”

Corona.https://katadata.co.id/berita/2020/04/09/kebijakan-penjara-penjara-dunia-di-tengah-

pandemi-corona diakses pada 15 April 2020

Tim Kajian KPK, Kajian KPK: Napi Koruptor Bukan Penyebab Kapasitas Berlebihan Lapas”,

https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1578-kajian-kpk-napi-koruptor-bukan-penyebab-

kapasitas-berlebih-lapas, diakses 20 April 2020.

Wahida, Nurul. 2020. 3 Alat Tes Mendeteksi Virus Corona COVID-19 di Indonesia.

https://plus.kapanlagi.com/3-alat-tes-mendeteksi-virus-corona-covid-19-di-indonesia-2f6bda.html.

Diakses Tanggal 10 April 2020.

Warta Ekonomi. 2020. Jokowi Terbitkan Perppu, Anggaran Penanganan Covid 19 Sebesar Rp400 Triliun.

https://www.wartaekonomi.co.id/read279006/jokowi-terbitkan-perppu-anggaran-penanganan-

COVID-19-sebesar-rp400-triliun/0. Diakses tanggal 7 April 2020.

Wawan S, Jauhari, “PUKAT UGM Kritik Wacana Pembebasan Napi Koruptor Berdalih Cegah Corona”,

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4962329/pukat-ugm-kritik-wacana-pembebasan-napi-

koruptor-berdalih-cegah-corona, diakses 20 April 2020.

Wicaksono, Pribadi, Sultan HB X Kritik Pusat yang Tak Terbuka Soal Zona Merah

Corona,https://nasional.tempo.co/read/1325789/sultan-hb-x-kritik-pusat-yang-tak-terbuka-soal-zona-merah-corona, diakses tanggal 7 April 2020.

Page 45: Tim Penyusun Kajian - Dewan Mahasiswa Justiciademajusticia.org/wp-content/uploads/2020/04/Politik...B. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Sempitnya Ruang Lingkup Yuridis, hingga Isu

44

Widhana, Dieqy Hasby, BNPB: Data Corona Kemenkes Tertutup & Tak Sinkron dengan Pemda,

https://tirto.id/bnpb-data-corona-kemenkes-tertutup-tak-sinkron-dengan-pemda-eLh2, diakses 23

April 2020.

Widiarini, Annisa Dea, Bentuk Satgas Covid-19, DPR Bantu Pemerintah Hadapi Pandemi Corona,

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/18360611/bentuk-satgas-covid-19-dpr-bantu-

pemerintah-hadapi-pandemi-corona, diakses 19 April 2020.

Wijana, Eleonora Padmasta, suara.com, https://jogja.suara.com/read/2020/03/20/152353/sultan-tetapkan-

diy-berstatus-tanggap-darurat-bencana-covid-19, diakses 16 April 2020.

Xinhua, China publishes timeline on COVID-19 information sharing, int'l cooperation,

http://www.xinhuanet.com/english/2020-04/06/c_138951662.htm, diakses 8 April 2020.

Yunianto, Tri Kurnia, "Cegah Penularan Corona di Lapas, 30 Ribu Napi Bakal Dibebaskan”,

https://katadata.co.id/berita/2020/04/01/cegah-penularan-corona-di-lapas-30-ribu-napi-bakal-

dibebaskan, diakses 17 April 2020.