thp b_ kelompok e_ jamu kebon agung

9
UJI PERBEDAAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN TRADISIONAL SIRUP KEBONAGUNGDENGAN KONSENTRASI GULA JAWA YANG BERBEDA Dessy Putri Sona, Aji Dwi Waskito, Rohmah Munawaroh, dan Nurdiana Agustina 1 , 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember ABSTRAK Kebonagung herb is unique drink from Pasuruan City, East Java made from some spices combination which is beneficial for human’s healthy body. Initially this herb does not have shelf life characteristic and finally one of kebonagung her producer produce it as syrup by addition brown coconut sugar with high concentrantion. This practicum aims to examine the effect of brown coconut sugar addition with different amount toward physical and organoleptic quality. This practicum consist of two treatment where 1000 ml of herb is divided into 2 proportion that is added by 300 gram and 500 gram of brown coconut sugar for each proportion. The result shows that the different of brown coconut sugar addition influence the physical and organoleptic kharacteristic. Kebonagung syrup made from 300 gram brown coconut sugar has high solubility and viscosity than kebonagung syrup made from 500 gram brown coconut sugar that caused by the diffrences of boiling time. Meanwhile, based on organoleptic analysis with color, smell, flavor and overall parameter shows that panelists prefer kebonagung syrup made from 500 gram brown coconut sugar. This result shows that the addition of more brown coconut sugar contribute dark color and sweet taste toward kebonagung syrup. BEP value from drink of Kebonagung price is Rp.509.808.892 for BEP rupiah and for BEP Unit is 1274. Key words : Kebonagung, brown coconut sugar, physical and organoleptic kharacteristic and BEP. I. PENDAHULUAN Jamu Kebonagung merupakan minuman khas kota Pasuruan Jawa Timur. Jamu ini terbuat dari beberapa campuran bahan rempah- rempah seperti lada, kayu manis, kapulaga, bunga pala, cengkeh, cabe jamu, dan sereh yang selama ini diyakini mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Beberapa khasiat mengatasi batuk berdahak, sakit tenggorokan, menurunkan kolesterol, mengatasi perut kembung, dan menjaga kebugaran tubuh. Jamu ini banyak terjual di warung-warung makanan yang terletak di pinggir jalan kota Pasuruan. Permintaan jamu ini meningkat apabila memasuki bulan puasa yang digunakan sebagai minuman

Upload: rima-meila-sari

Post on 12-Nov-2015

88 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jamu kebon agung

TRANSCRIPT

  • UJI PERBEDAAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN

    TRADISIONAL SIRUP KEBONAGUNG DENGAN KONSENTRASI

    GULA JAWA YANG BERBEDA

    Dessy Putri Sona, Aji Dwi Waskito, Rohmah Munawaroh, dan Nurdiana

    Agustina1,

    1)Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

    Jember

    ABSTRAK

    Kebonagung herb is unique drink from Pasuruan City, East Java made from

    some spices combination which is beneficial for humans healthy body. Initially this herb does not have shelf life characteristic and finally one of kebonagung her

    producer produce it as syrup by addition brown coconut sugar with high

    concentrantion. This practicum aims to examine the effect of brown coconut sugar

    addition with different amount toward physical and organoleptic quality. This

    practicum consist of two treatment where 1000 ml of herb is divided into 2

    proportion that is added by 300 gram and 500 gram of brown coconut sugar for

    each proportion. The result shows that the different of brown coconut sugar

    addition influence the physical and organoleptic kharacteristic. Kebonagung

    syrup made from 300 gram brown coconut sugar has high solubility and viscosity

    than kebonagung syrup made from 500 gram brown coconut sugar that caused by

    the diffrences of boiling time. Meanwhile, based on organoleptic analysis with

    color, smell, flavor and overall parameter shows that panelists prefer kebonagung

    syrup made from 500 gram brown coconut sugar. This result shows that the

    addition of more brown coconut sugar contribute dark color and sweet taste

    toward kebonagung syrup. BEP value from drink of Kebonagung price is

    Rp.509.808.892 for BEP rupiah and for BEP Unit is 1274.

    Key words : Kebonagung, brown coconut sugar, physical and organoleptic

    kharacteristic and BEP.

    I. PENDAHULUAN

    Jamu Kebonagung merupakan

    minuman khas kota Pasuruan Jawa

    Timur. Jamu ini terbuat dari

    beberapa campuran bahan rempah-

    rempah seperti lada, kayu manis,

    kapulaga, bunga pala, cengkeh, cabe

    jamu, dan sereh yang selama ini

    diyakini mempunyai banyak manfaat

    untuk kesehatan bagi yang

    mengkonsumsinya. Beberapa khasiat

    mengatasi batuk berdahak, sakit

    tenggorokan, menurunkan kolesterol,

    mengatasi perut kembung, dan

    menjaga kebugaran tubuh. Jamu ini

    banyak terjual di warung-warung

    makanan yang terletak di pinggir

    jalan kota Pasuruan. Permintaan

    jamu ini meningkat apabila

    memasuki bulan puasa yang

    digunakan sebagai minuman

  • santapan berbuka puasa yang

    menyegarkan dengan dipadu dengan

    penambahan es batu. Sayangnya,

    minuman yang mempunyai cita rasa

    yang tinggi ini cara pengusahaannya

    masih sangat tradisional. Akibatnya

    minuman ini tidak mempunyai daya

    simpan yang cukup lama (Pemkop

    Pasuruan, 2012).

    Pada awalnya minuman jamu

    Kebonagung merupakan minuman

    yang hanya bertahan selama tiga

    hari. Hal ini dikarenakan jamu

    mengalami fermenetasi oleh mikroba

    sehingga tidak layak untuk

    dikonsumsi.Keterbatasan daya

    simpan produk ini telah melahirkan

    ide bagi salah satu produsen

    minuman jamu kebonagung untuk

    dijadikannya sebagai sirup agar tahan

    lama dan memudahkan dalam proses

    penjualannya (Pemkop, Pasuruan,

    2012). Pengawetan jamu kebon

    agung dilakukan dengan

    penambahan gula jawa (gula kelapa)

    sehingga jamu tersebut berubah

    menjadi sirup kebonagung. Gula

    kelapa merupakan gula khas jawa

    yang memiliki kharakteristik

    antimikroba sehingga dapat

    mencegah pertumbuhan mikroba.

    Penambahan gula jawa perlu

    diperhatikan dalam pembuatan sirup

    kebonagung agar tidak menurunkan

    kualitas sirup kebonagung. Sifat-sifat

    penting yang perlu diperhatikan

    adalah sifat fisik dan sifat

    oragnoleptik yang mempengaruhi

    penerimaaan konsumen terhadap

    sirup yang dibuat. Oleh karena itu,

    dalam praktikum ini dilakukan

    pembuatan sirup kebonagung dengan

    penambahan gula jawa dengan

    konsentrasi yang berbeda yang

    kemudian dilakukan perbandingan

    uji fisik dan organoleptik terhadap

    penerimaan konsumen.

    II. METODOLOGI 1. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan bahan

    kompor,panci,baskom, sendok,

    baskom, timbangan, spatula dan

    pisau. Pisau digunakan untuk

    memotong rempah-rempah,

    timbangan digunakan sebagai alat

    untuk mengukur berat sampel, panci

    digunakan sebagai tempat perebusan

    sampel , spatula digunakan untuk

    mengaduk sampel agar proses

    pelarutan lebih mudah, sedangkan

    sendok digunakan untuk uji panelis,

    cup digunakan untuk wadah sirup

    kebonagung. Bahan yang digunakan

    yaitu kayu manis, bunga pala, lada,

    kapu laga, cengkeh,sereh, cabe jamu,

    gula jawa dan air sebagai pelarut

    gula jawa dan rempah.

    2. Prosedur Kerja

  • Dalam pembuatan sirup

    kebonagung, bahan air, lada, kayu

    manis, kapulaga, cabe jamu,bunga

    pala, cengkeh, merica dan sereh

    direbus sampai mengeluarkan aroma

    khas rempah-rempah yang bertujuan

    untuk menghasilkan campuran

    ekstrak rempah-rempah. Kemudian

    diangkat dan disaring. Fungsi

    penyaringan yaitu untuk memisahkan

    ekstrak rempah. Kemudian direbus

    kembali sambil ditambahkan gula

    jawa yang bertujuan untuk

    menghomogenkan dan memekatkan

    larutan sirup kebonagung. Setelah itu

    diaduk sampai larut yang bertujuan

    untuk menghomogenkan antara

    campuran gula jawa dan ekstrak

    rempah sampai mengental dan

    membentuk sirup kebonagung.

    III. HASILDAN PEMBAHASAN

    1. Hasil Uji Fisik a. Viskositas

    Gambar 1. Hasil Uji fisik

    Viskositas Sirup Kebonagung

    dengan Penambahan Gula

    yang Berbeda

    Gambar gambar menunjukkan

    adanya perbedaan tingkat viskositas

    antara sirup kebonagung yang

    ditambahkan gula jawa 500 gram

    dengan sirup kebonagung yang

    ditambahkan gula jawa 300 gram.

    Pembuatan sirup yang dengan

    penambahan gula jawa 300 gram

    memiliki tingkat kekentalanyang

    lebih tinggi dari pada sirup

    kebonagung yang ditambahkan gula

    jawa 500 gram. Pada uji fisik ini

    tidak memperhatikan waktu yang

    digunakan pada saat proses

    perebusan untuk pemekatan sirup

    kebonagung. Penambahan gula jawa

    300 g pada sirup kebonagung lebih

    lama waktu proses perebusan sampai

    mengental dibandingkan

    penambahan gula jawa 500 gram

    sirup kebonagung.

    Menurut Buckledkk. (1985),

    kekentalan suatu zat cair dengan

    penambahan gula tergantung pada

    lama waktupemanasan. Semakin

    lama pemanasan dilakukan, sirup

    yang dihasilkan akan semakin

    kental.Hal ini terjadi karena semakin

    tinggi daya suhu pemanasan maka

    semakin tinggi daya larut darigula.

    Gula akan mengikat lebih banyak air,

    sehingga viskositas meningkat.

    Penambahan gula dengan konsentrasi

    tinggi pada sirup dapat

    mempengaruhi tingkat viskositasnya.

    Semakin tinggi konsentrasi gula yang

    diberikan, semakin tinggi pula

    tingkat viskositasnya. Menurut

    Winarno (2002) bahwa peningkatan

    viskositas dipengaruhi dengan

    adanya penambahan gula dan

    konsentrasi gula yang ditambahkan.

    Semakin banyak komponen gula

    yang larut maka zat organik yang

    terlarutkan juga semakin banyak,

    sehingga jumlah total padatanterlarut

    menjadi semakin tinggi. Semakin

    tinggi jumlah total padatan terlarut

    maka nilai viskositasnya juga

    semakin tinggi.

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    Penambahan

    gula merah

    300 gram

    Penambahan

    gula merah

    500 gram

    viskositas

    U1

    viskositas

    U2

  • b. Daya Larut

    Gambar 2. Hasil Uji fisik Daya

    larut Sirup Kebonagung

    dengan Penambahan Gula

    yang Berbeda

    Gambar 2 menunjukkan

    perbedaan daya larut antara sirup

    kebonagung dengan penambahan

    gula jawa 500 gram dengan sirup

    kebonagung dengan penambahan

    gula jawa 300 gram. Berdasarkan uji

    kelarutan, waktu yang diperlukan

    sirup kebonagung dengan

    penambahan 300 gram gula jawa.

    lebih lama dibanding sirup

    kebonagung dengan penambahan

    500 gram gula jawa. Pada uji fisik ini

    tidak memperhatikan waktu yang

    digunakan pada saat proses

    perebusan untuk pemekatan sirup

    kebonagung. Penambahan gula jawa

    300 gram pada sirup kebonagung

    dilakukan proses perebusan yang

    lebih lama sehingga sirup menjadi

    sangat mengental dibandingkan

    sirup dengan penambahan gula jawa

    500 gram. Perbedaan waktu

    perebusan ini menyebabkan sirup

    dengan penambahan gula jawa 300

    gram memiliki daya larut lebih tinggi

    dibandingkan sirup kebonagung

    dengan penambahan gula jawa 500

    gram. Hal ini dikarenakan gula

    mudah larut dalam air, dimana

    semakin tinggi suhu maka tingkat

    kelarutan akan semakin besar.

    Pengukuran total padatan

    terlarut dilakukan untuk

    menunjukkan total padatan dalam

    suatu larutan. Kelarutan gula jawa

    dalam air cukup besar pada suhu

    pemasakan yang tinggi dan juga

    gula jawa merupakan fraksi padat,

    semakin banyak gula yang

    ditambahkan maka padatan yang

    dihasilkan juga tinggi. Olsen (1995)

    menyatakan bahwa gula jawa

    merupakan komponen padatan

    terlarut yang dominan disamping

    pigmen, asam organik, vitamin dan

    protein. Oleh karena itu,

    peningkatan konsentasi gula akan

    diikuti pula dengan peningkatan

    nilai total padatan terlarut.

    Penambahan rempah-rempah

    yang digunakan juga mempunyai

    andil besar dalam mempengaruhi

    total padatan terlarut dari sirup

    kebonagung. Semakin banyak

    rempah-rempah yang digunakan,

    maka akan semakin banyak bagian

    rempah-rempah yang ikut larut

    dalam sirup, seperti kandungan air,

    kandungan pati, kandungan gula,

    dan asam-asam organik lainnya,

    sehingga akan menambah total

    padatan. Hal ini didukung oleh

    Sugiyono (2010) bahwa komponen-

    komponen yang terukur sebagai

    total padatan terlarut pada rempah-

    rempah antara lain yaitu Aldehid

    sinamat, eugenol dan anti mikroba.

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    Penambahan

    gula jawa 300 g

    Penambahan

    gula jawa 500 g

    Daya larut

  • 2. Hasil Uji Organoleptik a. Warna

    Gambar 3. Hasil Uji

    Organoleptik Warna terhadap

    Sirup Kebonagung dengan

    Penambahan Gula yang

    Berbeda

    Nurhayati (2000) dalam

    Harun (2013) menyatakan bahwa

    dalam penggunaan warna dari aspek

    kognitif kecerahan warna akan lebih

    menarik perhatian. Lawless dan

    Heymann (2010) dalam Harun

    (2013) berpendapat bahwa warna

    merupakan salah satu parameter yang

    dapat digunakan untuk menilai suatu

    peroduk pangan dan dapat

    menunjang kualitasnya. Bahan

    pangan yang memiliki warna yang

    menarik akan menimbulkan kesan

    positif, walaupun belum tentu

    memiliki rasa yang enak.Gambar 1

    menunjukkan bahwa penilaian

    panelis lebih cenderung menyukai

    sirup kebonagung dengan

    penambahan gula jawa sebanyak 500

    gram. Hasil ini menunjukkan bahwa

    panelis menyukai warna sirup yang

    lebih cerah. Warna gelap kecoklatan

    dipengaruhi oleh penambahan gula

    jawa (Harun, 2013). Hasil pembuatan

    sirup kebonagung dengan

    penambahan gula 300 gram memiliki

    warna yang lebih gelap dibanding

    sirup dengan penambahan gula 500

    gram. Perbedaan warna gelap

    disebabkan waktu pemanasan yang

    lebih lama pada sirup dengan

    penambahan gula jawa 300 gram

    dibanding sirup penambahan gula

    jawa 500 gram.

    b. Aroma

    Gambar 4. Hasil Uji

    Organoleptik Aroma terhadap

    Sirup Kebonagung dengan

    Penambahan Gula yang

    Berbeda

    Aroma merupakan salah satu

    parameter yang dapat menentukan

    kualitas organoleptik. Hasil uji

    organoleptik menunjukkan bahwa

    penambahan gula jawa 300 gram

    memiliki hasil penilaian lebih tinggi

    dibanding penambahan gula jawa

    500 gram. Pada sampel sirup dengan

    penambahan gula 300 gram lebih

    memiliki aroma khas kayu manis

    sedangkan pada sampel sirup dengan

    penambahan gula 500 gram lebih

    memiliki aroma khas gula jawa.

    Penilaian panelis yang lebih dominan

    terhadap sampel dengan penambahan

    300 gram dikarenakan aroma khas

    yang dihasilkan dari kayu manis.

    Aroma khas pada minyak kayu

    manis berasal dari komponen minyak

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    penambahan gula

    500 g

    penambahan gula

    300 g

    Warna

    54

    56

    58

    60

    62

    64

    66

    Penambahan gula 500

    g

    Penambahan gula 300

    g

    Aroma

  • atsiri kulit kayu manis adalah

    sinamaldehid dan eugenol yang

    menentukan kualitas minyak atsiri.

    Disamping itu juga mengandung

    methyl-n-amyl ketone yang juga

    sangatmenentukan dalam flavour

    khusus dari minyak kayu manis

    (Rusli dan Abdullah,1988 dalam

    Fitrieni, 2011). Sementara itu,

    penilaian panelis yang lebih terhadap

    sampel penambahan gula 500 gram

    dikarenakan aroma khas yang lebih

    dominan dari gula jawa yang

    konsentrasinya lebih tinggi. aroma

    khas gula jawa berasal dari

    kandungan asam organik di

    dalamnya sehingga menyebabkan

    gula jawa mempunyai aroma khas

    berbau karamel (Nurlela, 2002 dalam

    Harun, 2013). Karamelisasi

    memberikan kontribusi pada aroma

    karena selain menghasilkan coklat

    juga menghasilkan senyawa maltol

    dan isomaltol yang memiliki aroma

    karamel kuat dan rasa manis

    (Tjahjaningsih, 1996 dalam Harun

    2013)

    c. Rasa

    Gambar 5. Hasil Uji

    Organoleptik Rasa terhadap

    Sirup Kebonagung dengan

    Penambahan Gula yang

    Berbeda

    Rasa merupakan salah satu

    faktor sensori yang penting dalam

    penerimaan produk (Harun, 2013).

    berdasarkan penilaian organoleptik

    terhadap rasa, panelis lebih

    menyukai sirup kebonagung dengan

    penambahan gula jawa sebanyak 500

    gram dibanding sirup dengan

    penambahan gula jawa sebanyak 300

    gram. Hal ini membuktikan bahwa

    panelis menyukai rasa yang lebih

    manis. Semakin banyak gula yang

    ditambahkan maka sampel akan

    semakin manis (Harun, 2013).

    Menurut Suwardjono (2001) rasa

    manis pada gula jawa disebabkan

    oleh kandungan sukrosa yang tinggi

    pada gula jawa.

    d. Keseluruhan

    Gambar 6. Hasil Uji

    Organoleptik Keseluruhan

    terhadap Sirup Kebonagung

    dengan Penambahan Gula

    yang Berbeda

    Penilaian keseluruhan dapat

    dikatakan merupakan gabungan dari

    yang tampak seperti warna, aroma

    dan rasa (Triyono, 2010). Dari

    gambar di atas, penilaian panelis

    secara keseluruhan lebih banyak

    pada sirup kebonagung dengan

    penambahan gula jawa 500 gram

    dibanding sirup kebonagung dengan

    penambahan gula jawa 300 gram.

    Semakin banyak gula jawa yang

    ditambahkan maka semakin tinggi

    55

    60

    65

    70

    75

    penambahan gula

    500 g

    penambahan gula

    300 g

    Rasa

    55

    60

    65

    70

    75

    251 (penambahan gula

    500 g)

    591 (penambahan gula

    300 g)

    Keseluruhan

  • tingkat kesukaan panelis dikarekan

    rasa yang lebih manis, warna yang

    tidak terlalu gelap serta

    menghasilkan aroma khas gula jawa.

    3. BEP Break Even Point (BEP)

    adalah suatu keadaan dimana jumlah

    penerimaan sama dengan jumlah

    biaya, yaitu saat perusahaan tidak

    memperoleh keuntungan namun

    juga tidak menderita kerugian. Pada

    penelitian ini digunakan konsep

    contribution margin. Menurut

    Riyanto (2001), apabila

    menggunakan konsep Contribution

    margin, BEP akan tercapai pada

    volume penjualan dimana

    contribution margin-nya tepat sama

    besarnya dengan biaya tetapnya.Jadi,

    apabila contribution margin lebih

    besar daripada biaya tetap, berarti

    penerimaan perusahaan lebih besar

    dari biaya total. Hal tersebut berarti

    bahwa perusahaan telah memperoleh

    keuntungan.

    Analisis Break Even Point

    sangat bermanfaat untuk

    merencanakan laba operasi dan

    volume penjualan suatu perusahaan.

    Setelah mengetahui informasi

    besarnya hasil titik impas yang

    dicapai, maka industri dapat

    melakukan kebijakan, yaitu

    menentukan berapa jumlah produk

    yang harus dijual (budget sales),

    harga jualnya (sales price) apabila

    indutri menginginkan laba tertentu dan dapat meminimalkan kerugian

    yang akan terjadi. Berikut ini adalah

    pengklasifikasian biaya tetap dan

    biaya variabel pada produk minuman

    Kebonagung berdasarkan laporan

    keuangan selama 5 tahun, dapat

    dilihat pada tabel 1.

    Table 1. Klasifikasi Biaya Variabel

    Pada minuman Kebonagung

    Berikut merupakan perhitungan

    breakeven point dengan metode

    matematika yaitu BEP unit dan BEP

    rupiah adalah sebagai berikut:

    a. BEP Unit

    \

    = 10.672.000

    4000 3163= 12746

    b. BEP Rupiah

    = 10.672.000

    837 4000= 509.808.892

  • Dari perhitungan diatas dapat

    dianalisa bahwa untuk dapat

    beroperasi dalam kondisi BEP yaitu

    laba nol mka minuman Kebonagung

    harus menghasilkan produk 12747

    buah dengan harga Rp.4000 per uah

    dengan jumlah penjualan

    Rp. 509.808.892. Jika target

    penjualan selama 5 tahun kurang

    lebih 54 bulan dengan produksinya

    50 buah perhari maka BEP akan

    kembali sekitar 8,5 bulan.

    IV. KESIMPULAN

    Berdasarkan praktikum dan

    pembahasan yang telah dilakukan,

    dapat disimpukan bahwa:

    a. Berdasarkan hasil uji fisik daya larut dan viskositas, hasil

    pembutan sirup kebonagung

    dengan penambahan 300 gram

    gula merah memiliki membuthkan

    waktu yang lebih lama untuk

    homogen dan viskositas yang

    tinggi dibanding sirup

    penambahan gula 500 gram akibat

    suhu perebusan yang tidak

    diperhatikan.

    b. Berdasarkan hasil uji organoleptik, paenlis lebih

    menyukai sirup kebonagung

    dengan penambahan 500 gram

    gula jawa yang memiliki rasa

    yang lebih manis dikarenakan

    penambahan gula jawa yang lebih

    banyak.

    c. Berdasarkan perhitungan BEP yaitu laba nol mka minuman

    Kebonagung harus menghasilkan

    produk 12747 buah dengan harga

    Rp.4000 per uah dengan jumlah

    penjualan Rp. 509.808.892,00

    DAFTAR PUSTAKA

    Buckle, K.A., R.A. Edwars, G.H.

    Fleet, dan Wooton. 1985.

    Ilmu Pangan.

    UniversitasIndonesia. Jakarta.

    Fitrieni, Ira. 2011. Kajian

    Pengembangan Industri

    Pengolahan Kulit Kayu

    Manis di Sumatera Barat.

    Bogor. Sekolah Pascasarjana

    Institut Pertanian Bogor.

    Harun, Noviar, Rahmayuni dan

    Sitepu, Yucha Eklesia. 2013.

    Penambahan Gula Kelapa

    dan Lama Fermentasi

    Terhadap Kualitas Susu

    Fermentasi Kacang Merah

    (Phaesolus Vulgaris

    L.)Program Studi Teknologi

    Hasil Pertanian, Fakultas

    Pertanian, Universitas Riau,

    Pekanbaru.

    Olsen, H. S. 1995. Enzymatic

    Production of Glucose

    Syrups. Blackie Academic

    and Professional. London

    Pemerintah Kota Pasuruan. 2012.

    Bangkit Satuan, Cerdas,

    Mendalam. Pasuruan.

    (Majalah).

    Sugiyono, 2010. Ilmu Pengetahuan

    Bahan Pangan. Alfabeta.

    Bandung

    Suwardjono, 2001. Pengaruh

    Penggunaan bahan Pengawet

    Alam terhadap Kualitas Nira

    Kelapa yang Digunakan

    untuk Pembuatan Gula

    Kelapa di Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Yogyakarta.

    Lembaga Penelitian

    Universitas Terbuka.

    (Laporan Penelitian).

  • Winarno. 2002. Kimia Pangan dan

    Gizi. PT.Gramedia. Jakarta