produksi pg kebon agung

Upload: andreamabur

Post on 09-Oct-2015

406 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

produksi PG Kebon Agung

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB III

    PROSES PRODUKSI GULA

    Pabrik gula Kebon Agung menghasilkan produk utama gula kristal putih 1 dengan

    kualitas 1A dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes, dan blotong. Proses pemurniannya

    menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang

    menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada

    bahan baku dan bahan-bahan pembantu. Proses produksi gula terbagi atas beberapa proses,

    yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, pemasakan/pengkristalan, putaran

    pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada PG Kebon Agung proses tersebut

    terbagi dalam beberapa stasiun yaitu : stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun,

    penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun pembungkusan.

    Bahan baku yang digunakan di PG Kebon Agung adalah tebu yang berasal dari

    petani dan dikoordinir oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Untuk memenuhi kebutuhan

    pabrik, tebu didatangkan dari 3 sumber yaitu tebu rakyat, tebu pabrik, dan tebu dari luar

    daerah. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun

    percobaan untuk tebu giling, dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi.

    Semua kegiatan ini dilakukan oleh KUD setempat.

    1.1 Proses Produksi Secara Global

    Proses produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik gula di Indonesia

    menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku, begitu pula di PG Kebon Agung. Secara

    garis besar proses pembuatan gula dimulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula

    kristal dengan melewati lima tahapan proses, yaitu :

    1. Proses pemerahan tebu menjadi nira di stasiun gilingan.

    2. Proses pengendapan kotoran dari nira di stasiun pemurnian.

    3. Proses pemekatan nira encer menjadi nira kental di stasiun penguapan.

    4. Proses kristalisasi gula di stasiun masakan.

    5. Proses pemisahan kristal gula di stasiun putaran.

    Proses produksi gula ini di mulai dari stasiun gilingan, namun sebelum masuk stasiun

    gilingan, tebu yang di angkut oleh truk di timbang terlebih dahulu di penimbangan tebu.

    Setelah itu tebu di angkat oleh crane untuk di masukkan ke dalam meja tebu. Kemudian

  • 2

    dengan carrier atau konveyor yang terdiri dari rantai pendorong digeser ke atas dan tebu

    dimasukkan ke auxillary carrier yang akan membawa tebu ke leveller. Leveller berfungsi

    meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu tebal dan rata sehingga

    kerja cane cutter tidak terlalu berat. Hasil keluaran dari leveller adalah tebu yang

    berukuran sama panjang diteruskan ke cane cutter yang berjumlah 2 buah. Cane cutter

    berfungsi memotong tebu menjadi potongan potongan pendek kemudian dilanjutkan dan

    dimasukkan ke HDS (Heavy Duty Hummer Schredder) untuk menggiling potongan

    potongan tebu yang pendek dari cane cutter sehingga menjadi serat serat tebu yang

    siap diperas. Setelah itu serat tebu dibawa ke Roll gilingan yang berjumlah 5 buah

    (mill ke 1 mill ke 5) pada stasiun penggilingan secara perlahan oleh main

    carrier. Pada stasiun penggilingan terdapat proses pemerahan dengan ditambahkan air

    imbibisi (air bertemperatur tinggi 50 100C) sehingga diperoleh nira mentah yang akan

    ditampung pada bak penampungan nira, sedangkan bagasse atau ampas tebu hasil dari

    penggilingan ini dibawa ke penampungan bagasse guna persediaan setelah buka giling

    tahun berikutnya, dan persediaan terdahulu bisa dijual ke pabrik kertas untuk bahan baku

    pembuatan kertas. Selain itu bagasse merupakan bahan baku utama pansupply stasiun ketel

    yang akan digunakan sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi uap yang digunakan

    untuk proses produksi dalam pabrik gula kebon agung.

    Nira mentah hasil gilingan langsung dibawa ke stasiun pemurnian untuk dicampur

    dengan larutan kapur dan gas SO2 untuk mempercepat pengendapan dan mengikat kotoran

    yang berasal dari tanah yang masih menempel pada tebu, sehingga didapatkan hasil nira

    encer atau nira bersih dan ampas berupa kotoran yang disebut blotong. Kemudian nira

    encer tersebut diuapkan di stasiun penguapan untuk diperoleh nira kental dan didapatkan

    air kondensat untuk mengisi ketel uap yang berada pada stasiun ketel. Dari stasiun

    penguapan, nira kental dimasak di stasiun masakan agar terbentuk kristal-kristal gula

    (sucrose). Dan diperoleh cairan masecuite yang berwarna coklat pekat dan dihasilkan pula

    air kondensat untuk pengisi ketel uap. Selanjutnya masecuite diproses lanjut di stasiun

    putaran untuk memisahkan antara kristal gula dan cairan. Di stasiun putaran selain

    dihasilkan kristal gula D1 yang berwarna coklat juga dihasilkan cairana tetes. Kemudian

    gula D1 diproses lanjut di stasiun putaran 2 dan diperoleh kristal gula D2 yang berkristal

    halus berwarna krem dan cairan sisa yang disebut klare. Setelah itu kristal gula D2 kembali

    diproses di staisun putaran 3 dan dihasilkan gula C atau gula SHS yang memiliki ukuran

    kristal yang sedikit agak besar dengan warna putih keruh.

  • 3

    Gula SHS yang dihasilkan dari stasiun putaran menuju ke talang goyang dan

    masuk ke pengering dengan menggunakan pemanas / heater elemen listrik kemudian

    masuk ke elevator, setelah dari elevator masuk ke saringan getar untuk diperoleh

    ketiga jenis kristal gula yaitu : kasar, sedang dan halus. Kristal gula kasar dan halus

    dimasak kembali ke stasiun masakan dengan cara dicairkan kembali dan dikristalkan ulang

    sedangkan kristal gula yang berukuran sedang sebagai produk yang kemudian dikemas di

    stasiun pembungkusan yang sebelumnya terlebih dahulu diangkut oleh belt konveyor

    menuju silo yaitu bak penampungan gula yang berukuran besar. Setelah itu gula masuk ke

    stasiun pembungkusan yang akan ditimbang secara otomatis menggunakan sistem penutup

    dan pembuka katup pneumatik setelah mencapai sensor berat 50 Kg. Selain ditimbang

    menggunakan timbangan otomatis gula selanjutnya ditimbang secara manual

    menggunakan alat ukur berat digital guna memperoleh berat yang ideal 50 Kg, meskipun

    ada kompensasi kurang lebih 0,1% pada masing masing saknya. Semua proses ini mulai

    dari penimbangan, penjahitan sak dan proses pengangkutan kemasan gula tersebut

    menggunakan belt konveyor kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan.

    1.2 Tahapan Proses Produksi Gula

    Tahapan proses dalam pengolahan tebu menjadi gula di Pabrik Gula Kebon Agung

    Malang sebagai berikut :

    1. Stasiun Penerimaan

    2. Stasiun Timbangan

    3. Stasiun Gilingan

    4. Stasiun Pemurnian

    5. Stasiun Penguapan

    6. Stasiun Masakan

    7. Stasiun Putaran

    8. Stasiun Pembungkusan

  • 4

    STATIC MIXER

    Remelter

    Sulfitation

    Reactor

    JUICE

    HEATER 3(105-110 oC)

    Flocculant

    Tank

    Sulfitated

    Raw Juice

    Tank

    Vacuum

    CANE CUTTER

    UNIGRATOR

    Belt C

    onveyo

    r

    Thick Juice

    Tank

    Raw Juice

    Tank

    RAW JUICE

    JUICE

    HEATER 1(75 - 80 oC)

    JUICE

    HEATER 2(103-105 oC)

    Mud

    Juice

    CLEAR JUICE

    Cake Truck

    Filter Cake

    (Blotong)

    Condensor

    Cold Water

    (Injection)

    Hot

    Water

    Sulfitated

    Thick Juice

    Tank

    Stack SO2

    Reciever

    A

    Distributor

    A

    Bucket

    Elevator

    Rotoclone

    Belt Conveyor

    Syrup A

    Tank

    Reciever

    C

    Screw Conveyor

    Distributor

    C

    Seed A Syrup C

    Tank

    Distributor

    D1

    Distributor

    D2

    Molasses

    MOLASSES

    TANK

    (BY PRODUCT)

    Syrup D

    Tank

    Fondan

    Seed C

    Syrup

    C

    Syrup

    SHSSyrup

    A

    Syrup

    D

    ROTARY

    VACUUM

    FILTER

    Filtrate

    Tank

    SUGAR DRYERVibrating conveyor

    VIBRATING

    SCREEN

    Rapid

    Crystallizer

    Cane

    Preparation MILL 3 MILL 4 MILL 5

    Bagacillo

    Separator

    A

    A

    Reciever

    D1

    S S

    Vapor to

    Vacuum

    Crystallizer

    S

    Vapor to

    Heater

    C C C C C

    C

    S

    C

    S

    C

    DSM

    Screen

    Holding

    Tank

    water

    Flocculant

    Flash Tank

    Gas Vent

    Sublimator

    Sublimator

    Mud Mixer

    Spray

    Water

    Buffer

    Tank

    Sulfur

    Vacuum vacuum vacuum

    S

    C

    S

    C

    S

    C

    Dosing Pump

    water

    SUGAR CRYSTAL

    water

    MILL 1

    CANE SUGAR PROCESS

    PG KEBON AGUNG

    Imbibition

    (Extraction)

    Water

    BOILER

    Buffer

    Tank

    Stack SO2

    FLOWSHEET OF SUGAR FACTORY

    PG KEBON AGUNG - PT KEBON AGUNG

    MALANG - INDONESIA

    Made By Process PG Kebon Agung

    Notes :

    : Steam

    : Condensate

    S

    C

    Blower

    MILL 2

    C

    Flow

    meter

    Compressor

    Sulfur

    SO2 (g)

    Clear Juice

    Screen

    SO2(g)

    HES

    C

    Lime hydrate [(Ca(OH)2]

    Vent.

    1 ST

    wash

    Packer

    ROTARY

    SULFUR

    BURNER

    Cane Truck

    Bagacillo

    Bagacillo

    Buffer

    Tank

    SULFUR

    TOWER

    CLARIFIER

    PRE

    EVAPORATOR

    1ST

    EVAPORATOR

    2ND

    EVAPORATOR4TH

    EVAPORATOR

    5TH

    EVAPORATOR

    3RD

    EVAPORATORVACUUM

    CRYSTALLIZER

    A

    VACUUM

    CRYSTALLIZER

    C

    VACUUM

    CRYSTALLIZER

    D

    2 ND

    wash

    CENTRIFUGE C CENTRIFUGE D1 CENTRIFUGE D2CENTRIFUGE A

    SILO

    Sulfur Burner

    SUGAR

    STOCKHOUSE

    (PRODUCT)

    Rotary Liming

    Lime

    (CaO)

    Air

    Air

    Air

    Blower

    Dust

    Collector

    Spray Water

    Syrup

    SHS

    Gambar 3.1 proses produksi gula di PG Kebon Agung

  • 5

    Gambar 3. 2 flowsheet produksi gula PG Kebon Agung

    Stasiun Gilingan

    Nira Mentah

    Tebu 100%

    Stasiun Pemurnian Nira

    Stasiun Puteran

    Stasiun Masakan

    Stasiun Penguapan

    Stasiun Pembungkusan

    Gudang

    Nira Encer

    Nira Kental

    Masecuite

    Gula Produk SHS

    Air

    Imbibisi

    Belerang

    Larutan

    Kapur

    Ampa

    s

    Blotong

    Siru

    p

    Stasiun Ketel

    Air Kondensat

    Air Kondensat

    Tetes

  • 6

    1.2.1 Stasiun Penerimaan

    Tujuan adanya stasiun penerimaan adalah :

    a. Melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang masuk dengan menggunakan Brix

    Wagger.

    b. Mencatat keterangan truk tebu yang masuk, yang terdiri dari nomor polisi truk, kode

    register, dan hasil analisa awal (% Brix) tebu pada DPT (Daftar Penerimaan Tebu).

    c. Membagi nomor antrian dan mengatur jalur truk tebu yang akan masuk ke stasiun

    gilingan.

    Truk Tebu yang masuk PG Kebon Agung harus ditempatkan dulu di penampungan

    truk tebu sementara sebelum masuk ke stasiun gilingan yang disebut dengan emplacement.

    Emplacement merupakan suatu tempat antrian truk pengangkut tebu yang akan di timbang

    dan digiling. Adanya empalcement diharapkan dapat melancarkan proses penimbangan dan

    penggilingan tebu. Di PG Kebon Agung terdapat tiga emplacement, yaitu :

    1. Empalcement dalam, yaitu tempat penampungan truk yang bermuatan tebu yang terletak

    di area depan pabrik.

    2. Empalcement luar, yaitu tempat penampungan yang terdapat di luar parik, tepatnya di

    area kawasan pabrik bagian depan.

    3. Empalcement lapangan, yaitu tempat yang digunakan sebagai cadangan apabila

    empalcement bagian luar dan bagian dalam sudah penuh.

    Sistem antrian tebu yang digunakan dari area emplacement adalah FIFO (First In

    First Out). Jadi truk tebu yang datang terlebih dahulu akan ditimbang dan masuk ke stasiun

    penggilingan terlebih dahulu. Sistem FIFO diberlakukan dengan tujuan untuk menjaga

    rendemen tebu agar tetap baik. Selain itu, juga untuk menjaga tebu dari pengaruh sinar

    matahari yang dapat menyebabkan inverse saccharosa pada tebu dan menghindarkan dari air

    hujan yang dapat menimbulkan tunas tebu yang dapat menurunkan kadar saccharosa dalam

    tebu.

    Setiap truk yang mengangkut tebu harus membawa surat perintah tebang dan angkut

    (PSTA) dari supplier tebu yang telah memiliki kode registrasi. Pemegang kode registrasi

    adalah pemilik atau pengirim tebu yang telah terdaftar di PG Kebon Agung. SPTA

    merupakan lembar rangkap lima yang memiliki perbedaan warna. Lembar 1 berwarna putih

    sebagai arsip PDE, lembar 2 berwarna hijau sebagai arsip sopir, lembar 3 berwarna biru

  • 7

    sebagai arsip bina wilayah, lembar 4 berwarna kuning sebagai arsip pabrikasi, dan lembar 5

    berwarna merah sebagai arsip bagian tebang dan angkut (penerimaan).

    Bahan baku yang masuk proses produksi gula harus memiliki kualitas baik, yaitu tebu

    layak giling yang memenuhi standar MBS yaitu: M (manis) dimana tebu harus memiliki

    %Brix yang tinggi atau lebih dari 15%, B (bersih) yang berarti tebu yang masuk tidak

    megandung trash, yang terdiri dari daduk, akar, tanah, pucuk/sogolan, pasir, dan krikil karena

    dapat menurunkan kapasitas gilingandan akan menyulitkan proses pemurnian bila terdapat

    koloid tanah (Al, Si, Fe), S (segar) dimana jarak waktu tebu di tebang dan digiling tidak lebih

    dari sehari dan maksimal 4 hari setelah di panen. Analisa MBS ini dilakukan di emplacement

    agar tebu yang masuk unit gilingan tebu adalah yang sudah ememnuhi standar MBS PG

    Kebon Agung. Program MBS yang diterapkan oleh PG Kebon Agung sebagai upaya untuk

    meningkatkan kualitas tebu membuat para pemasok tebu harus lebih selektif dalam

    mengirimkan tebunya. Dalam program ini, tebu yang masuk dan mempunyai kualitas lebih

    rendah dari stanar yang ditentukan maka akan dikenakan rafraksi/rendemen khusus.

    Tabel 3.1 pengendalian mutu (refraksi) tebu

    Jenis pelanggaran Rafraksi % Sanksi

    Tali pucuk 2 -

    Daduk 5 -

    Akar 5 -

    Sogolan 10 -

    Pucuk 15 -

    Akar dan tanah 15 -

    Kocok air 15 -

    Pucuk dan songolan 20 -

    Akar, tanah, pucuk, songolan

    dan daduk

    20 -

    Campur tanah 20 NGP khusus

    Tebu muda 20 NGP khusus

    Terbakar - NGP khusus

    lelesan - Ditolak

  • 8

    1.2.2 Stasiun Timbangan

    Gambar 3.3 timbangan

    Setelah melihat hasil rendemen yang baik maka selanjutnya truk tebu menuju ke

    stasiun timbangan. Stasiun timbangan berfungsi untuk mengukur berat tebu yang akan

    digiling dan juga bahan-bahan lain yang keluar masuk PG Kebon Agung kecuali blotong.

    Jenis timbangan yang dipakai berupa jembatan timbangan yang digunakan untuk mengetahui

    berat bruto dan tara. Pada jembatan timbang di lengkapi dengan load cell sebagai sensor

    berat, selanjutnya data dari load cell diproses dan ditampilkan secara digital menggunakan

    seven segmen. Terdapat tiga jenis timbangan yang digunakan di PG Kebon Agung yaitu :

    1. Timbangan untuk truk engkel kecil

    Spesifikasi teknik :

    Merk : Ringstrum

    Tipe : 5000/ 3326404

    Kapasitas :60 ton

    Daya/kelas :10Kg/III

    Produksi : Australia

    2. Timbangan untuk truk engkel besar, gandeng dan non tebu seperti tetes, belerang,

    kapur, dan lain-lain.

    Merk : mettle Toledo

    Tipe : 8142 pro

    Kapasitas : 100 ton

  • 9

    3. Timbangan untuk truk gandeng.

    Merk : Sartorius X3

    Tipe : PR 5140/00

    Kapasitas : 80 ton

    S/N :3027503713

    Produksi : Jerman

    Proses penimbangan dilakukan dengan cara truk harus melewati jembatan

    penimbangan sebanyak dua kali. Pertama truk ditimbang beserta muatan tebu unuk

    mengetahui berat kotor (bruto), kemudian truk akan ditimbang kembali tanpa muatan tebu

    untuk mengetahui berat truk (tara). Setelah diketahui berat bruto dan tara, kemudian

    dilakukan perhitungan berat bersih tebu yang di angkut (netto). Berikut adalah rumus

    perhitungan tebu pada jembatan timbangan :

    Keterangan : Netto = berat tebu bersih (Kg)

    Bruto = berat truk dengan tebu (Kg)

    Tara = berat truk tanpa tebu (Kg)

    Setiap harinya 2 buah jembatan yang dimiliki PG Kebon Agung menimbang truk

    sebanyak 600-700 truk/hari dengan bobot muatan rata-rata 80 kuintal untuk truk kecil roda 6.

    Sedangkan truk besar tidak gandeng beroda 10 (fuso) memiliki muatan rata-rata 135 kuintal,

    sedangkan untuk truk gandeng memiliki bobot rata-rata 270 kuintal.

    1.2.3 Stasiun Persiapan

    Setelah melalui proses timbangan, Muatan tebu pada truk akan dibawa ke stasiun

    persiapan. Bagian persiapan ini berfungsi memproses tebu menjadi serpihan-serpihan

    sebelum masuk ke Stasiun Gilingan. Stasiun Persiapan ditunjukkan dalam Gambar 3.2

    berikut ini :

    Netto = bruto tara

  • 10

    Bagian dari mesin persiapan adalah sebagai berikut :

    1. Mono Rail Crane (MRC)

    Fungsi : mengeluarkan tebu dari truk untuk dijatuhkan ke meja tebu.

    Spesifikasi Teknik :

    1) MRC 1

    Posisi : Barat Utara

    - Kapasitas MRC : 10.000 Kg

    2) MRC 2

    Posisi : Timur Utara

    Kapasitas MRC : 12.500 Kg

    3) MRC 3

    Posisi : Barat Selatan

    Kapasitas MRC : 12.500 Kg

    4) MRC 4

    Posisi : Timur Selatan

    Kapasitas MRC : 12.500 Kg

    1. Cane Table

    Fungsi : penampung tebu dari lori maupun truk dan menjatuhkannya ke carrier tebu

    menuju gilingan.

    Spesifikasi Teknik :

    - Kapasitas : 87.000 Kg

    - Panjang : 7 m

    - Lebar : 6 m

    - Kecepatan rantai : 3,6 s/d 7,2 m/min

    - Jumlah : 4 Buah

  • 11

    Gambar 3.4 Cane table

    2. Cane carrier

    Fungsi : mengangkut tebu dari meja tebu ke penggilingan secara perlahan lahan.

    Jenis :

    Main Carrier

    - Kapasitas : 178.000 Kg

    - Kecepatan : 4 s/d 12 m/min

    - Power motor penggerak : 110 kW

    - Sudut Kemiringan : 30

    Auxiliary Carrier.

    - Kapasitas : 178.000 Kg

    - Kecepatan : 0 s/d 6 m/min

    - Power motor penggerak : 110 kW

    - Sudut Kemiringan : 30

    Gambar 3.5 Cane carrier

  • 12

    2. Cane Leveller

    Fungsi : meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu tebal dan

    rata sehingga kerja cane carrier tidak terlalu berat. Leveller dipasang sebelum cane

    cutter.

    Gambar 3.6 cane leveller

    3. Cane Cutter

    Pada Pabrik Gula Kebon Agung ada 2 buah Cane Cutter.

    Fungsi : memotong tebu menjadi bagian-bagian yang pendek.

    Spesifikasi Teknik Cane Cutter 1 :

    - Diameter mata pisau : 1.520 mm

    - Jumlah disc holder : 28 buah

    - Jumlah tangkai pisau : 56 buah

    - Jarak dengan carrier : 400 mm

    - Turbin : 1500 Hp

  • 13

    Gambar 3.7 cane cutter 1

    Spesifikasi Teknik Cane Cutter 2 :

    - Diameter mata pisau : 1.540 mm

    - Jumlah disc holder : 20 buah

    - Jumlah tangkai pisau : 80 buah

    - Jarak dengan carrier : 25 - 50 mm

    - Turbin : 2500 Hp

    Gambar 3.8 cane cutter 2

    Spesifikasi Turbin Cane Cutter :

    - Model : DEG61-50H

    - Output : 1500Hp

    - Steam press : 16kg/cmg2

    - Steam temp. : 3100

  • 14

    - Exhaust press : 0,8 kg/cmg2

    - Turbine speed : 5220

    - Output shaft speed : 750

    - Weight : 6500

    Gambar 3.9 Cane Cutter

    4. Heavy Duty Cane Shredder (HDS)

    Fungsi : memperhalus potongan-potongan tebu menjadi serpihan serpihan. HDS

    berjumlah 1 buah yang berfungsi untuk menumbuk tebu. Gambar HDS ditunjukkan

    dalam Gambar 3.4

    Spesifikasi Teknik :

    - Model : Series SD 1822

    - Tip Diameter x Inlet Width (mm): 1.830 x 2.242

    - Capacity (TDC) : 3.200 4.000

    - Power : 4000 HP

    - Hammers (Row x Nos) = 8 x 11 : 88

    Gambar 3.10 Heavy Duty Cane Shredder (HDS)

  • 15

    1.2.4 Stasiun Gilingan

    Pada stasiun gilingan, tebu diperah/digiling untuk mendapatkan nira mentah. Dalam

    pemerahan ini perlu di tambahi dengan air imbibisi agar kandungan gula yang masih ada

    dalam ampas akan larut, sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah

    mungkin. Produk yang di hasilkan dari stasiun gilingan ada 2 macam yaitu nira mentah yang

    akan di proses menjadi gula pada proses selanjutnya dan ampas tebu yang akan digunakan

    sebagai bahan bakar di stasiun ketel.

    Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan gula di stasiun

    penggilingan :

    - Kualitas tebu yang meliputi jenis tebu,kadar sabut, umur tebu, kandungan

    kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu.

    - Persiapan tebu sebelum masuk gilingan, yaitu tipe atau jenis pencacahan awal.

    - Air imbibisi

    - Derajat kompresi terhadap ampas

    - Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran roll, bentuk alur roll, setelan

    gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan.

    Adapun bagian dari stasiun penggilingan ini sebagai berikut:

    1. Roll gilingan

    Fungsi : memeras tebu atau ampas sehingga diperoleh jumlah nira yang maksimal.

    Pada Pabrik Gula Kebon Agung menggunakan lima unit gilingan yang masing-

    masing unit terdiri atas :

    a) Roll Muka (Feed Roll )

    b) Roll Atas (Top Roll )

    c) Roll Belakang (Rear Roll / Bagasse Roll )

    d) Roll Pengisi (Fourth Roll / Feeding Roll )

    Spesifikasi Mill Setting Untuk Gilingan 1 :

    - Diameter luar Roll muka : 1168 mm

    - Diameter luar Roll atas : 1180 mm

    - Diameter luar Roll Belakang : 1180 mm

    - Dalam alur : 50 mm

  • 16

    - Diameter hitung Roll atas : 1130 mm

    - Panjang Roll : 2286 mm

    - Putaran / menit : 4,18

    - Kecepatan Putaran : 3800 Rpm

    Roll penggilingan menggunakan penggerak turbin dengan spesifikasi yang sama antara

    gilingan 1 5. Dengan spesifikasi turbin gilingan sebagai berikut :

    - Output : 1400Hp

    - Speed : 5084Hp

    - Steam press : 16kg/cm2

    - Steam temp. : 3100

    - Output shaft speed : 1200

    - Exhaust press : 1,0 kg/cm2

    Gambar 3.11 Roll gilingan

  • 17

    Gambar 3.12 Flow Sheet Stasiun Gilingan

    Keterangan Flow Sheet Stasiun Gilingan pada Gambar 3.11 ditunjukkan pada Tabel 3.2

    Tabel 3.2 Proses Gilingan

    2. Hidraulic Pressure

    Fungsi : menahan gerakan ke atas rol akibat masuknya umpan (ampas tebu). Dengan

    adanya tekanan yang berlawanan maka ampas akan terperah niranya.

    3. Ampas Plate

    Fungsi : penahan ampas yang keluar dari rol atas dan rol depan sehingga ampas

    dengan mudah ke tekanan kerja yang di belakangnya.

    Keterangan

    G1 : Unit Gilingan Ke-1

    G2 : Unit Gilingan Ke-2

    G3 : Unit Gilingan Ke-3

    G4 : Unit Gilingan Ke-4

    G5 : Unit Gilingan Ke-5

    N1 : Nira Perahan Dari Gilingan Ke-1

    N2 : Nira Perahan Dari Gilingan Ke-2

    N3 : Nira Perahan Dari Gilingan Ke-3

    N4 : Nira Perahan Dari Gilingan Ke-4

    N5 : Nira Perahan Dari Gilingan Ke-5

  • 18

    4. Ampas Balk

    Fungsi : menahan ampas plate supaya kedudukan ampas plate mampu menahan

    tekanan ampas.

    5. Scrapper Plate

    Fungsi : alat pembersih ampas yang masuk melekat dalam alur-alur pada rol

    gilingan.

    6. Intermediate Carrier

    Fungsi : mengangkut dan memberikan umpan ampas dari gilingan satu ke gilingan

    berikutnya. Intermediate carrier terbuat dari bahan stainles steell guna mencegah

    timbulnya jamur yanga akan merusak kadar gula pada nira karena ja mur tersebut

    memakan zat gula pada nira.

    7. Talang nira

    Fungsi : mengalirkan hasil perahan gilingan (nira) menuju bak penampung. Talang

    nira terbuat dari bahan stainles steel guna mencegah timbulnya jamur yanga akan

    merusak kadar gula pada nira karena jamur tersebut memakan zat gula pada nira.

    8. Bak Penampung Nira

    Fungsi : menampung hasil perahan (nira) hasil dari gilingan. Pada bak ini diberikan

    hembusan uap pada nira supaya dapat mengurangi buih. Bak penampung nira terbuat

    dari bahan stainles steel guna mencegah timbulnya jamur yang akan merusak kadar

    gula pada nira karena ja mur tersebut memakan zat gula pada nira.

    9. DSM ( Dutch State Mines Screen )

    Fungsi : menyaring nira mentah/ nira kotor yang dihasilkan oleh unit gilingan yang

    masih bercampur dengan kotoran seperti tanah dan ampas halus. Nira hasil saringan

    ditampung sedangkan ampas yang ikut terbawa nira jatuh ke saringan dan terbawa

    kembali ke ampas yang masuk.

    10. Gilingan berjumlah 5 unit

    Setiap unitnya terdiri dari 3 Roll gilingan yang terpasang seri dan satu Roll yang

    dikopel dengan salah satu Roll yang berfungsi mendorong serat tebu yang akan

    digiling atau diperah.

    11. Carrier Ampas

  • 19

    Berjumlah 1 buah yang berfungsi membawa ampas tebu dari gilingan akhir ke

    stasiun ketel (boiler) dan ke gudang penampungan ampas tebu atau bagasse.

    Proses Pada Stasiun Gilingan :

    Pada Pabrik Gula Kebon Agung proses penggilingan tersusun dari beberapa tahapan,

    yang masing-masing terdiri atas empat rol baja yaitu : rol atas, rol muka, rol belakang dan

    pengisi sebagai rol pembantu.

    1. Gilingan I

    Tebu yang telah dicacah oleh cane cutter dan ditumbuk di HDS merupakan

    umpan (feed) gilingan I dengan alat angkut main carrier dan dengan bantuan

    Feeding Roll masuk ke bukaan kerja depan kemudian feed diperah oleh Roll atas

    dan Roll belakang. Sedangkan nira yang dihasilkan disebut nira perahan pertama

    (NPP) dialirkan ke talang bak penampung nira. Ampasnya digunakan sebagai feed

    pada gilingan II.

    2. Gilingan II

    Ampas dari gilingan I ditarik oleh pencakar ampas yang digunakan sebagai

    feed gilingan II lalu diperah sehingga dihasilkan nira yang selanjutnya dan dialirkan

    ke bak penampungan nira perahan pertama. Hasil nira dari perahan gilingan pertama

    dan kedua akan digabung menjadi satu yang akan dialirkan ke bak penampungan

    oleh talang nira yang terbuat dari stainlees steel.

    3. Gilingan III

    Ampas dari gilingan II mendapatkan maserasi nira yang diangkut dengan

    intermediate carrier menuju gilingan III, kemudian diperah sehingga diperoleh nira

    sebagai maserasi nira untuk gilingan II. Sedangkan ampas yang dihasilkan dikirim

    sebagai umpan gilingan IV.

    4. Gilingan IV

    Demikian pula pada gilingan IV, ampas dari gillngan III dicampur dengan

    maserasi nira diperah yang menghasilkan nira, nira yang dihasilkan digunakan

    sebagai maserasi pada gilingan III. Ampas yang dihasilkan dialirkan ke gilingan V.

    5. GilinganV

  • 20

    Ampas dari gilingan IV dibawa menuju ke gilingan V dengan ditambah air imbibisi

    nira yang dihasilkan digunakan untuk imbibisi gilingan IV. Sedangkan ampas yang

    dihasilkan merupakan ampas akhir. Kemudian dibawa oleh bagasse elevator yang

    dilengkapi dengan saringan halus dimana ampas halus digunakan sebagai campuran

    mud juice (nira kotor) yang keluar dari clarifier menuju ke rotary vacuum filter.

    Sedangkan ampas kasar digunakan sebagai bahan bakar ketel dan sisanya disimpan

    di gudang penyimpanan bagasse guna keperluan bahan bakar ketel saat buka giling

    tahun berikutnya. Atau jika terlampau banyak bagasse biasanya juga dijual ke pabrik

    kertas guna bahan baku pembuatan kertas.

    Nira yang diproses lanjut adalah nira yang berasal dari gilingan I dan II. Nira tersebut

    ditampung dalam bak penampung dan dipompa dalam DSM Screen untuk disaring dari

    bagasse halus atau bagasse vit. Air imbibisi adalah untuk melarutkan kandungan gula yang

    ikut terbawa ampas semaksimal mungkin. Jumlah imbibisi yang diberikan 20 % dari tebu

    yang tergiling. Air imbibisi ditambahkan pada gilingan keempat dan kelima guna

    mendapatkan nira sebanyak mungkin dan meminimalkan kandungan ampas yang masih

    mengandung zat gula, dikhawatirkan ampas yang masih mengandung kadar gula menjadi

    bahan bakar ketel yang nantinya bisa menimbulkan kerak dan hasil pembakaran yang kurang

    optimal. Imbibisi yang ditambahkan pada ampas adalah berupa cairan nira dan air. Imbibisi

    yang diberikan pada ampas yang akan masuk pada gilingan II dan III, sedangkan imbibisi air

    ditambahkan pada ampas yang masuk gilingan IV dan V. Sistem imbibisi ada dua macam,

    yaitu :

    1. Imbibisi tunggal pembersih air yang hanya diberikan pada ampas gilingan V.

    2. Imbibisi ganda terdiri dari 2 atau double compound, triple compound atau

    quadrable compound imbibisi (imbibisi yang diberikan pada 4 unit gilingan).

    Air imbibisi ada dua macam, yaitu :

    1. Air imbibisi dingin

    2. Imbibisi air panas berasal dari kondensor yang diberikan oleh evaporator bagian

    akhir pada temperatur 50 100oC

  • 21

    Gambar 3.13 Stasiun Gilingan

    1.2.5 Stasiun Pemurnian

    Pada psbrik gula, proses pemurnian memegang peranan yang sangat penting dalam

    produksi gula, karena hasil dari pemurnian akan mempengaruhi kualitas gula yang

    dihasilkan. Tujuan dari proses pemurnian adalah menghilangkan sebanyak mungkin kotoran

    yang terdapat dalam nira mentah dengan tetap mempertahankan agar sukrosa maupun gula

    reduksinya tidak mengalami kerusakan. Stasiun ini bertujuan untuk mendapatkan nira murni

    dengan kadar gula semaksimal mungkin dan untuk menghilangkan zat-zat atau bahan organik

    yang terbawa oleh nira mentah sehingga diperoleh gula yang berkualitas tinggi. Adapun

    proses yang terjadi pada stasiun pemurnian ini adalah sebagai berikut:

    a) Proses kimia

    Dengan cara memberikan zat kimia pada nira (asam fosfat dan susu kapur) yang

    dapat mengikat komponen-komponen menjadi endapan garam halus.

    b) Proses fisika

    Dengan cara, pengendapan dan penyaringan kotorankotoran yang kasar.

    c) Proses kimia fisika

    Perpaduan antara proses kimia dan fisika untuk mempercepat terjadinya

    pengumpulan endapan kotoran.

  • 22

    Gambar 3.14 Flow Sheet Stasiun Pemurnian

    1. DSM nira encer

    Fungsi : menyaring nira encer yang berasal dari proses gilingan untuk memisahkan

    dari ampas kasar.

    2. Tangki nira mentah

    Fungsi : tempat menampung nira mentah setelah dari DSM.

    3. Heater 1

    Fungsi : memanaskan nira mentah pada temperatur 75- 800C dengan bahan pemanas

    dari uap ketel yang mempunyai tekanan uap dengan temperature 0 3000C untuk

    memperlancar proses pengendapan.

    Tipe : Shell untuk steam.

    Tube untuk nira.

    Fungsi : Mencegah terjadinya gula inversi.

    Mempercepat reaksi antara bahan organik dan

    anorganik.

    Membunuh bakteri pengurai sukrosa.

    Koloid lebih cepat mengendap.

    Mengeluarkan gas gas dalam nira.

  • 23

    4. Splitter Box

    Fungsi : mengatur jumlah susu kapur yang masuk sehingga dapat sesuai

    dengan yang dikehendaki berdasarkan jumlah nira mentah dalam kurun waktu

    tertentu secara kontinyu.

    5. Tabung Pembakaran gas belerang

    Fungsi : menghasilkan gas SO2 dengan jalan membakar belerang dengan udara

    kering pada dapur belerang.

    6. SO2 Tower

    Fungsi :

    - Menetralkan kelebihan Ca(OH)2.

    - Membentuk endapan CaSO3 yang dapat menyerap kotoran sehingga

    mengumpul dan mengendap.

    Spesifikasi Teknik :

    - Merk : Stork

    - Kapasitas : 10 m3

    - Diameter : 2.200 mm

    - Tinggi : 6.735 mm

    7. Netraliser

    Fungsi : Merupakan tabung yang berfungsi sebagai pengaturan pH nira yang

    diinginkan yaitu 7,2. Jika pH nira mentah yang keluar dari SO2 Tower masih kurang

    dari 7,2, maka dalam bejana netraliser akan mencampurkan susu kapur agar

    dihasilkan pH yang diinginkan.

    8. Heater 2

    Fungsi : memanaskan nira mentah pada temperatur 105 - 1100C dengan bahan

    pemanas dari uap ketel yang memiliki tekanan uap dengan temperature 0-3000C

    untuk memperlancar proses pengendapan.

    Tipe : Shell untuk steam.

    Tube untuk nira.

    9. Single Tray Clarrifier

    Alat yang digunakan berjumlah 1 buah.

    Fungsi : memisahkan atau mengendapkan kotoran-kotoran yang terbentuk pada saat

    proses pemurnian sehingga akan didapatkan dua lapisan yaitu bagian atas nira jernih

    dan nira kotor (nira yang bercampur kotoran akibat dari larutan pengikat plokulan).

    Spesifikasi Teknik :

  • 24

    - Kapasitas : 278 m3

    - Tinggi : 18 ft

    - Sistem : Kontinyu

    - Jumlah : 1 buah

    - Diameter : 20 ft

    10. Saringan nira jernih

    Fungsi : nira encer di saring dalam saringan nira jernih kemudian ditampung dalam

    peti nira jernih.

    11. Heater 3

    Fungsi : memanaskan nira jernih yang berasal dari saringan nira jernih pada

    temperatur 110-1150C dengan bahan pemanas dari uap ketel yang mempunyai

    tekanan uap dengan temperature 0-3000C untuk memperlancar proses penguapan.

    12. Mud feed mixer

    Fungsi : mencampur nira kotor dengan bagasilo (ampas halus) yang berasal dari

    bagasse elevator.

    13. Rotari Vakum filter

    Fungsi : memisahkan kotoran nira yang berasal dari mud feed mixer sehingga

    diperoleh nira tapis dan blotong, kemudian nira tapis akan mengalir ke tangki nira

    mentah dan diproses ulang untuk mendapatkan nira jernih dan blotong akan

    diangkut oleh truk petani untuk dijadikan pupuk.

    14. Tabung pebakaran gas belerang

    Fungsinya menghasilkan gas SO2 dengan cara membakar belerang dengan udara

    kering pada dapur belerang

    Proses Pada Stasiun Pemurnian

    Nira mentah yang berasal dari stasiun gilingan yang sudah tersaring dalam DSM Screen

    selanjutnya turun menuju ke peti tank nira mentah, lalu nira mentah dipompa menuju heater

    1 untuk dipanaskan dengan temperatur 750C dengan bahan pemanas dari uap ketel dengan

    tempertur 0 3000C.

    Nira mentah mengalir ke bejana sulfitasi nira mentah, disini pH nira mentah diturunkan

    menjadi 6,8 dengan mencampurkan antara nira mentah dari pre liming dengan gas SO2 atau

    gas belerang, kemudian setelah nira mencapai pH 6,8 maka nira mengalir ke tabung netralizer

    yang di dalamnya ditambahkan susu kapur untuk didapatkan pH sebesar 7 7,2.

  • 25

    Dari bejana sulfitasi nira mentah lalu ke bejana netraliser, selanjutnya nira mentah

    dipompa ke heater 2 untuk dipanaskan dengan temperatur 1100C dengan bahan pemanas dari

    uap ketel untuk mempermudah dalam proses pengendapan dan penguapan nira. Selanjutnya

    nira mentah tersebut turun ke single try clarrifier, di dalam tabung terdapat 2 lapisan yaitu :

    lapisan atas merupakan nira jernih dan lapisan bawah merupakan nira kotor, dimana nira

    kotor merupakan nira yang masih mengandung partikel-partikel kotoran yang terikat oleh

    larutan flocoulant.

    Nira jernih yang dihasilkan dari single tray clarrifier akan mengalir melalui door

    clarifier yang kemudian akan mengalir menuju saringan nira jernih yang berjumlah sembilan

    buah. Setelah melalui saringan nira jernih lalu nira jernih dipompa menuju heater 3 untuk

    mendapatkan panas sebesar 110 1150C yang berfungsi untuk mempercepat penguapan.

    Untuk nira kotor dari single tray clarrifier akan mengalir ke tabung nira kotor yang

    kemudian akan dipompa ke mud feed mixer yang berungsi untuk mencampurkan antara nira

    kotor dengan bagasilo (ampas halus) dari bagasse elevator yang dihasilkan dari sparator

    ampas gilingan, selanjutnya mengalir ke rotari vakum filter, yang akan menghasilkan nira

    tapis dan blotong, dimana nira tapis akan dialirkan ke tabung penampung nira mentah untuk

    diproses ulang pada stasiun pemurnian sampai mendapatkan nira jernih dan blotong akan

    dibuang atau dijual untuk dijadikan pupuk petani.

    1.2.6 Stasiun Penguapan

    Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung di dalam nira

    encer sehingga diperoleh nira kental dengan batas kekentalan 64%, selain itu hasil dari

    penguapan adalah air kondensat yang berfungsi sebagai air pengisi ketel. Peralatan yang

    digunakan pada stasiun penguapan adalah sebagai berikut :

    1. Just Heater III

    Berfungsi untuk menaikkan temperatur nira mencapai 105C agar nira encer

    mencapai titik didih sehingga dalam proses penguapan air berlangsung maksimal.

    2. Pre Evaporator (Jumlah 2 buah)

    Fungsi: Menguapkan air yang terkandung dalam nira encer.

    3. Thermokompressor

  • 26

    Berfungsi sebagai alat bantu pada evaporator (steam jet injector). Untuk saat ini

    tidak menggunakan thermocompressor dikarenakan membutuhkan daya yang sangat

    besar.

    4. Pompa vakum (Jumlah 2 buah)

    Fungsi : sebagai penekan uap sehingga tekanan tiap-tiap badan penguapan berbeda.

    5. Kondensor (Jumlah 1 buah)

    Fungsi : Mengembunkan air yang diuapkan di evaporator IV.

    6. Juice Catcher (Jumlah 1 buah)

    Fungsi : sebagai penampung uap akhir sebelum ke kondensor dan mendeteksi

    keringat/uap air yang mengandung gula masuk ke penyaringan dan dilanjutkan ke

    single try.

    7. Bejana sulfitasi nira kental

    Fungsi : menurunkan pH nira kental hingga 5,6

    8. Bejana penguapan / evaporator (Jumlah 7 buah)

    Fungsi: menguapkan air yang banyak terkandung dalam nira encer jadi nira kental.

    Spesifikasi Teknik :

    Jenis : Calandria

    Jumlah : 7 buah

    9. Bejana sulfitasi nira kental

    Fungsi : menurunkan pH nira kental sampai 5,6

  • 27

    NIRA MENTAH

    PRE EVAPORATOR

    EVAPORATOR

    TANGKI PENAMPUNGKENDENSOR

    POMPA

    POMPA

    PETI MASAKAN

    JUST KICCER

    Gambar 3.15 Flow sheet Stasiun Penguapan

    Tabel 3.3 Spesifikasi Evaporator

    Dimensi Pre

    Evap I

    Pre

    Evap II

    Evap

    III

    Evap

    IV

    Evap

    V

    Evap

    VI

    Evap

    VII

    Evap

    VIII

    Evap

    IX

    Luas

    pemanasan

    (m2)

    4000

    4000

    3000

    2200

    2200

    1700

    1100

    1100

    1100

    Panjang

    pipa (mm)

    2383 2383 2375 2375 2375 2375 2375 2375 2375

    Diameter

    pipa (mm)

    38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35

    Jumlah

    pipa (mm)

    16016 16016 8550 7800 7800 6500 4320 4320 4320

  • 28

    Suhu (C) 118 118 118 118 108 95 85 Delay Delay

    Tekanan 0,8 ato 0,8 ato 0,8

    ato

    0,8

    ato

    0,6

    ato

    8

    cmHg

    30

    cmHg

    Delay Delay

    Pada masing-masing badan evaporator dilengkapi dengan :

    a) Pipa pemanas

    Fungsi tempat pertukaran panas antara uap dengan nira.

    b) Pipa Jiwa

    Fungsi : tempat sirkulasi nira dan keluarnya nira ke bejana penguapan berikutnya.

    c) Outlet kondensat

    Fungsi : tempat keluarnya air kondensat.

    d) Sapvanger

    Fungsi : untuk menahan pereikan nira agar uap air yang dipakai sebagai bahan

    pemanas evaporator tidak tercampur dengan nira.

    e) Sight glass

    Fungsi : kaca pengontrol nira.

    f) Termometer dan manometer vakum

    Fungsi : pengontrol kondisi badan evaporator.

    Proses Pada Stasiun Penguapan :

    Nira encer dari heater III di stasiun pemurnian dialirkan ke pre evaporator untuk

    diuapkan sebagian airnya. Dari pre evaporator, nira kental dengan temperatur 115C dan

    tekanan 0,8 atm dialirkan ke badan penguapan dengan sirkulasi lima tahap yaitu:

    1. Tahap I : Nira encer dari pre evaporator dialirkan ke evaporator I untuk

    dipanaskan oleh uap bekas dengan temperatur 108C dan tekanan 0,6 Kg/cm2.

    2. Tahap II : Nira dari evaporator I dialirkan ke evaporator II untuk diuapkan airnya

    dengan temperatur 80C s/d 95C dan tekanan 8 s/d 10 cmHg.

    3. Tahap III : Nira dari evaporator II dialirkan ke evaporator III dan diuapkan dengan

    temperatur 80C s/d 85C dan tekanan 30 s/d 35 cmHg.

  • 29

    4. Tahap IV : Nira encer dari evaporator III dialirkan ke evaporator IV dan diuapkan

    dengan temperatur 60C s/d 62C dan tekanan 60 cmHg.

    5. Tahap V : Nira yang keluar dari evaporator IV dialirkan ke evaporator V dan

    diuapkan hingga memiliki kekentalan tertentu (nira kental).

    Proses Pada Setiap Badan Penguapan :

    1. Pre evaporator.

    Nira encer hasil pemurnian dialirkan ke evaporator, disini nira encer mengalami

    pemanasan lanjut dengan temperatur 115C s/d 120C dengan tekanan 0,8 atm. Uap

    yang digunakan dalam proses ini adalah uap-uap bekas turbin yang dimanfaatkan

    sebagai feeding atau pemanasan pada pemanasan pendahuluan (PP) juga pada

    stasiun masakan.

    2. Evaporator I.

    Dimanfaatkan untuk menguapkan nira encer dengan menggunakan uap bekas dari

    pre evaporator. Hasil penguapan ini adalah uap nira I yang digunakan sebagai

    pemanas pada evaporator II, kemudian dialirkan ke evaporator II.

    3. Evaporator II.

    Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan menggunakan uap nira I

    dengan temperatur 90C s/d 95C dan tekanan 19 cmHg. Hasil penguapan ini

    digunakan untuk pemanasan pada evaporator III yang selebihnya digunakan untuk

    pemanasan pendahuluan I dan niranya dialirkan ke evaporator III.

    4. Evaporator III.

    Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan memakai uap nira dari hasil

    penguapan pada evaporator II dengan temperatur 80C s/d 85C dan tekanan 30 s/d

    35 cmHg vakum. Uap nira hasil dari penguapan ini digunakan untuk pemanasan

    pada evaporator IV.

    5. Evaporator IV

    Evaporator ini menggunakan uap nira hasil dari penguapan pada evaporator III

    dengan temperatur 60C s/d 62C dan tekanan 60 cmHg vakum. Uap bekas dari

    evaporator IV ini dialirkan ke kondensor dan didinginkan pada cooling pond (kolam

    pendingin), seterusnya digunakan sebagai air kondensat pengisi ketel.

  • 30

    6. Evaporator V

    Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan

    tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.

    7. Evaporator VI

    Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan

    tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.

    8. Evaporator VII

    Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan

    tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.

    9. Evaporator VIII

    Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan

    tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.

    Gambar 3.16 Gambar Stasiun Penguapan

  • 31

    1.2.7 Stasiun Masakan

    NIRA DARI SULFITASI

    PETIGULA CGULA

    D II

    PAN MASAKAN

    BIBITAN

    PALUNG

    BIBITAN

    PETI C

    PALUNG

    D

    PAN MASAKAN

    D

    PENDINGIN

    CEPAT UNTUK

    GULA D

    MIXER

    PETI

    PAN MASAKAN

    A

    PALUNG

    A

    MIXER

    PETI

    A

    PAN MASAKAN

    C

    PALUNG

    C

    MIXER

    PETI

    D

    MIXER

    PALUNG

    GULA D1

    TANGKI TETES

    AKHIR

    PALUNG

    GULA C

    PALUNG

    GULA A

    MIXER

    GULA A

    PALUNG

    GULA

    HALUS

    KO

    ND

    EN

    SO

    R

    KO

    ND

    EN

    SO

    R

    KO

    ND

    EN

    SO

    R

    KO

    ND

    EN

    SO

    R

    UNTUK AWAL MASAK

    GULA

    BIBITAN STROOP A

    PUTARAN

    GULA C

    PUTARAN

    GULA D1PUTARAN

    GULA D2

    KLARE D

    PALUNG

    GULA D2

    SARINGAN GETAH

    GU

    LA

    HA

    LU

    SG

    ULA

    PR

    OD

    UK

    GU

    LA

    KA

    SA

    R

    LEBURAN

    GULA KASAR / GULA HALUS

    Air

    Ko

    nd

    en

    sa

    si

    Kla

    re S

    HS

    Gu

    la S

    HS

    I

    Gudang Induk

    Putaran

    Gula A II

    Putaran

    Gula A ITetes A

    Sugar driyer

    TIMBANGAN

    Gambar 3.17 Flow Sheet Stasiun Masakan

    Stasiun ini bertujuan untuk mengubah sukrosa yang berbentuk larutan menjadi kristal

    gula yang rata rata berukuran 0,8 s/d 1,0 mm. Peralatan yang digunakan pada stasiun ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Pan Masakan ( Jumlah 13 buah )

    Fungsi : membuat kristal gula dengan cara menguapkan nira mentah hingga

    mencapai titik jenuhnya. Jumlah pan masakan ada 12 unit yang terdiri dari pan

    masakan. Jumlah pan masakan untuk gula A, A2, C, D dan D2 adalah sebagai

    berikut :

    Pan Masakan gula A : 5 buah

    Pan masakan gula A2 : 2 buah

    Pan masakan gula C : 1 buah

    Pan masakan gula D dan D2 : 5 buah

  • 32

    2. Palung Pendingin

    Jumlahnya ada 10 unit. Palung pendingin untuk gula A sebanyak 4 buah, gula C

    sebanyak 1 buah dan gula D sebanyak 5 buah.

    Fungsi : Tempat penampung hasil masakan untuk didinginkan dengan

    suhu 40 - 45 C sebelum dibawa ke stasiun putaran.

    Sebagai tempat penyempurnaan kristalisasi.

    Meningkatkan kejenuhan air sampai mendekati daerah

    metastabil.

    Palung pendingin ini dilengkapi dengan pengaduk yang berfungsi :

    a) Mempercepat pendinginan.

    b) Mendorong keluarnya masakan yang akan diputar.

    c) Mencegah agar tidak membeku karena pendinginan masakan pertama.

    3. Pompa injeksi

    Pompa ini berfungsi memasukkan air pendingin ke kondensor (pembawa uap panas

    dari pan masakan ke sungai untuk didinginkan kemudian masuk ke pompa injeksi

    agar pan masakan tetap dingin).

    Valve uap

    Fungsi : Memasukkan uap ke dalam pan masakan

    Pompa vakum (pompa reduksi)

    Fungsi : Memvakumkan udara dalam pan masakan

    Pompa rota

    Fungsi : membawa gula dari palung ke putaran

    4. Palung Pendingin cepat

    Fungsi : Sebagai pendinginan masakan.

    Mengurangi kekentalan masakan D agar mudah diputar.

  • 33

    Proses Pada Stasiun Masakan :

    1. Pada Pembibitan

    Pada proses masakan sebelum nira dari penguapan masuk ke pan masakan terjadi

    proses pembibitan gula terlebih dahulu. Proses pembibitan tersebut berlangsung

    pada pan masakan A2. Bahan dari pembibitan tersebut dari stroop D dan C deklare

    sebanyak 200 HL yang telah tercampur hingga larutan tersebut hampir jenuh

    kemudian dimasukkan nira mentah dan gula fondan dengan volum 200 cc. Bahan-

    bahan tadi di campur menjadi satu hingga mencapai volume 400 HL. Hasil dari

    pencampuran tersebut menjadi bibitan D2 yang memiliki harga kemurnian sekitar 60

    64 HK.

    Proses pembibitan yang terjadi pada pan masakan A2 dibagi menjadi A I sebanyak

    200 HL dengan penambahan dari masing-masing bahan stroop C dengan harga

    kemurnian sebesar 69-72 HK, hingga mencapai volume 350 400 HL dengan besar

    dari kristal gula sebesar 0.3 mm. Dari hasil pembagian pada pan masakan AI gula

    tersebut masuk ke palung, kemudian gula bibitan tersebut dipompa menuju menuju

    putaran gula C. Pada putaran C terjadi pemisahan antara plokulan gula C dan tetes

    C. Tetes C masuk ke peti C untuk proses pada pan masakan D sedangkan plokulan

    gula C masuk ke peti nira kental yang digunakan sebagai proses pembibitan

    kembali.

    2. Pada pan masakan A

    Pan masakan A bahannya nira mentah yang berasal dari bejana sulfitasi dan klare

    SHS. Dalam pan masakan A terjadi pemasakan antara nira mentah dan klare SHS.

    Dari pan masakan A campuran nirah mentah dan klare SHS menuju ke palung A

    yang kemudian di pompa oleh pompa rota meuju ke mixer yang selanjutnya masuk

    ke putaran A untuk memisahkan antara gula A dengan tetes A. Hasil dari putaran A

    yang berupa tetes A masuk ke peti A untuk dijadikan bahan pada pan masakan C.

    Sedangkan hasil putaran yang berupa gula A masuk menuju palung pendingin gula

    A yang akan dipompa menuju ke mixer gula A sebelum menuju putaran gula A2.

    Pada putaran gula A2 terjadi pemisahan antara gula SHS dan klare SHS. Klare SHS

    akan masuk ke pembibitan dan bahan ke pan masakan A dan gula SHS 1 langsung

    dialirkan ke sugar driyer untuk mendapatkan gula produk.

  • 34

    3. Pada pan masakan C

    Pan masakan C bahan berupa nira, klare SHS dan stroop A hingga

    volume 400 HL yang telah dicampur dengan gula A sebanyak 40 HL yang

    mempunyai harga kemurnian sebesar 69 - 72 HK dengan ketebalan kristal sebesar

    0,5 0,6 mm.

    Hasil dari pan masakan C akan masuk ke palung C yang kemudian dipompa

    oleh pompa rota menuju mixer sebelum masuk ke putaran C. Setelah nira

    didinginkan di palung dan dimixer, nira akan mengalir ke putaran gula C untuk

    memisahkan antara tetes C dan gula C. Hasil dari putaran gula C yang berupa tetes C

    masuk menuju peti C untuk dijadikan bahan pada pan masakan D. Sedangkan hasil

    putaran yang berupa gula C masuk menuju palung pendingin gula C dan akan

    dipompa rota menuju palung gula C yang nantinya akan dijadikan bahan pada pan

    masakan bibitan.

    4. Pada pan masakan D

    Pan masakan D bahan berupa klare D dan tetes C hingga volume 400HL.

    Klare D didapatkan melalui proses masakan bibitan. Hasil dari pan masakan D akan

    masuk ke palung D1 dan diteruskan ke palung pendingin cepat untuk mendapatkan

    gula D atau rapit, dari palung pendingin cepat rapit atau gula D akan dimixer

    sebelum masuk ke putaran D1. Setelah nira didinginkan di palung dan dimixer, nira

    akan mengalir ke putaran gula D1. Pada putaran gula D1 akan menghasilkan gula

    D1 dan tetes D1. Hasil dari putaran yang berupa tetes D1 akan langsung masuk ke

    tangki tetes akhir karena sudah mempunyai kepekatan yang amat jenuh. Sedangkan

    hasil yang berupa gula D1 akan mengalir ke palung gula D1 dan dipompa rota

    menuju mixer dan dilanjutkan ke putaran D2 untuk mendapatkan hasil putaran yang

    berupa klare D yang digunakan untuk bahan pan masakan D dan hasil putaran yang

    berupa gula D2 akan dilanjutkan ke palung gula D2 , setelah dari palung gula D2,

    gula akan mengalir dan akan melewati 2 valve, dimana valve tersebut akan

    mengalirkan gula D2 ke leburan dan ke palung gula D2, apabila tangki leburan

    penuh maka gula D2 akan dialirkan ke palung gula D2 yang digunakan sebagai

    bahan pan masakan bibitan.

  • 35

    Proses Kristalisasi

    Proses kristalisasi dilaksanakan dengan menguapkan air yang terdapat dalam nira

    kental sehingga terjadi pembesaran inti kristal dan bibit yang ditambahkan kedalamnya. Hal

    tersebut dilakukan pada temperatur rendah serta tekanan vakum dengan maksud untuk

    mendapatkan kristal yang memenuhi syarat (ukuran, bentuk, dan mutunya). Pada PG Kebon

    Agung menggunakan proses masakan tiga tingkat yang terdiri atas masakan A, masakan C,

    masakan D. Sedangkan gula produktif didapat dari masakan A hasil dari masakan C dan D

    dilebur sebagai bibitan untuk masakan A. Langkah-Langkah Proses Kristalisasi :

    1. Menarik hampa

    Sebelum proses kristalisasi dilakukan mulai dari membuat bejana hampa (vakum

    pan). Pembuatan bejana hampa dimulai dengan menutup semua katup yang

    berhubungan dengan pan kemudian dibuka katup pancingan, apabila tekanan vakum

    mencapai 50 cmHg maka afskuiter yang berhubungan dengan pompa vakum sekitar

    63 cmHg, sementara itu afskuiter pancingan ditutup kembali.

    2. Menarik larutan

    Larutan sukrosa yang akan digunakan sebagai bahan dasar kristal disimpan dalam

    peti-peti larutan, peti-peti kental, peti-peti stroop, peti klare dan peti leburan. Dalam

    peti-peti perlengkapan ini pipa-pipa pemanas dengan lubang terbuka yang dapat

    dialirkan uap panas ke dalam larutan. Pemanas ini dimaksudkan untuk menurunkan

    kejenuhan agar kristal yang terdapat dalam larutan melarut. Setelah larutan terbebas

    dan inti-inti kristal yang terdapat larutan melarut, baru dilanjutkan untuk langkah

    selanjutnya.

    3. Pembuatan bibit

    Pembibitan dengan cara spontan

    Larutan gula dipekatkan sampai mencapai daerah stabil, sehingga

    terbentuklah inti inti kristal.

    Pembibitan dengan kejutan

    Larutan dibawa ke daerah pertengahan kemudian inti kristal dimasukkan ke

    dalam larutan.

    Pembibitan dengan inti penuh

  • 36

    Larutan gula dipekatkan sampai daerah meta mantap kemudian dibersihkan

    dan selanjutnya diuapkan pada daerah mantap.

    4. Membesarkan kristal dan memasak tua

    Setelah pembuatan bibit kemudian membesarkan bibit sampai ukuran kristal

    tercapai, penarikan bahan dihentikan, mengurangi penguapan, dan mengecilkan

    pemasukan panas.

    5. Menurunkan masakan

    Setelah masak cukup tua maka diturunkan ke palung pendingin. Penurunan masakan

    dengan menghilangkan hampa dengan cara membuka afskuiter yang

    menghubungkan pan dengan pompa vakum, sementara itu uap ditutup.

    3.2.8 Stasiun Putaran

    Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal-kristal gula yang larutan induknya

    (stroop) kristal tersebut. Peralatan yang digunakan stasiun putaran adalah sebagai berikut :

    1. Putaran discontinue

    Fungsi : Untuk putaran gula A

    Jumlah : 7 unit.

    Gambar 3.18 Discontinue Centrifugal

  • 37

    a) Mesin putaran discontinue 1, 2, 6, 7

    Merk : Broadbent

    Max rpm : 1200

    Working rpm : 1000

    Kapasitas : 1850 kg/charge

    Waktu : 3 menit

    Jumlah : 3 unit

    b) Mesin putaran discontinue 4 dan 5

    Merk : WS/ Wastren Stater

    Max.rpm : 1000 rpm

    Kapasitas : 650 Kg

    Jumlah : 2 unit

    c) Mesin putaran discontinue 3

    Merk : WS/ Wastren Stater

    Kapasitas : 1000 kg /charge

    Jumlah : 1 unit

    Max.speed : 1000 rpm

    1. Putaran continue (Lowgrade Centrifuge)

    Fungsi : Untuk putaran gula D2(9-13), D1(6-8) dan gula C(1-5)

    Jumlah : 13 unit.

    a) Mesin putaran continue gula D1 ada 3 unit :

    Mesin putaran continue 1 dan 2 gula D1

    Merk : BMA

    Type : k2300

    Max.speed : 2000 rpm

    Diameter basket : 1300 mm

    Kapasitas : 2200 kg/jam

  • 38

    Jumlah : 2 unit

    Mesin putaran continue 3 gula D1

    Merk : Roberts WS Centrifugal

    Job.no : 5276198

    Max.speed : 1800 rpm

    Working speed : 1750 mm

    Kapasitas : 800-1200 kg/jam

    Jumlah : 1 unit.

    b) Mesin putaran continue gula D2 ada 4 unit :

    Mesin putaran continue 1-3 gula D2

    Merk : Roberts WS Centrifugal

    Max.speed : 2000 rpm

    Working speed : 1950 mm

    Kapasitas : 800-1200 kg/jam

    Jumlah : 3 unit

    Mesin putaran continue 4 gula D2

    Merk : BMA

    Max.speed : 2400 rpm

    Kapasitas : 650 kg/jam

    Jumlah : 1 unit

    c) Mesin putaran continue gula C ada 5 unit :

    Mesin putaran continue 1-5 gula C.

    Merk : BMA

    Max.speed : 2400 rpm

    Kapasitas : 650 kg/jam

    Jumlah : 5 unit

  • 39

    Proses Pada Stasiun Putaran :

    1. Proses masakan untuk putaran A

    Mula-mula tromol putaran (blower) pelan dan bahan masuk pada batas

    tertentu, kemudian putaran dipercepat dengan penyemprotan air panas dengan

    temperatur 80C melalui nozzle. Tujuan pemberian hembusan dengan uap panas

    adalah untuk membersihkan atau melepaskan cairan induk yang masih tertinggal

    serta untuk mengeringkan kristal gula. Kemudian putaran diperlambat maka stroop

    gula akan turun yang akhirnya pada penutup bagian bawah terbuka dan gula turun ke

    talang goyang (grasshopper konveyor).

    Dalam perkembangan pada stasiun putaran, digunakan putaran discontinue tipe

    single carry. Keunggulan dari tipe ini adalah kontrol peralatannya mudah

    dikendalikan menggunakan PLC sehingga dalam perawatannya lebih mudah. Selain

    itu troubleshooting saat kerusakan juga semakin mudah ditangani. Proses pada

    Stasiun putaran meliputi :

    Gula A masuk discontinue, diputar menghasilkan gula produk SHS stroop

    A dan klare SHS yang keluar dipisahkan dengan pengaturan kontrol valve

    separator yang diatur secara otomatis oleh PLC.

    Gula SHS ini dibawa ke talang goyang kemudian masuk ke pengeringan

    selanjutnya diangkat dengan bucket elevator ke vibrating screen dan

    didapatkan tiga jenis gula.

    Jenis gula kasar dan halus dimasak kembali di stasiun masakan. Dan untuk

    gula normal di stasiun pembungkusan ditimbang 50 Kg selanjutnya

    disimpan di gudang dan siap untuk dipasarkan.

    2. Proses masakan untuk putaran C dan D

    Alat ini bekerja secara otomatis dan bekerja secara terus menerus tanpa

    terputus, gula masuk dan menguap dengan gaya sentrifugal. Larutan yang berupa

    zat cair akan menembus saringan serta masuk ke ruang larutan kemudian secara

    overflow keluar melalui saluran, sedangkan kristal gula tertahan pada saringan gula

    akibat kemiringan basket dan gaya sentrifugal. Selanjutnya kristal keluar melalui

    corong pengeluaran kristal.

  • 40

    3.2.9 Stasiun Pembungkusan

    Stasiun ini bertujuan. untuk menyelesaikan hasil kerja stasiun putaran yaitu gula produk

    yang masih basah dikeringkan sehingga gula produk menjadi kering dan siap untuk dikemas.

    Peralatan yang digunakan stasiun penyelesaian adalah sebagai berikut :

    1. Grasshoper konveyor (talang goyang)

    Fungsi : sebagai pengering pendahuluan dan pengangkut gula ke sugar

    driyer untuk memisahkan gumpalan gula. Alat ini bergerak secara eksentrik

    sehingga menimbulkan getaran (vibrating).

    2. Pengeringan

    Fungsi : mengeringkan gula SHS.

    Alat ini bekerja otomatis, gula yang diproses melalui proses pengeringan bertujuan

    agar gula yang masih basah dapat menjadi kering dan membentuk kristal putih dan

    dapat memisahkan antara kotoran dan gula.

    3. Bucket Elevator

    Fungsi : mengangkut gula kering menuju saringan atau ayakan getar (vibrating

    screen).

    4. Dust collector (rotoclone)

    Fungsi : sebagai penangkap debu-debu gula dan pengeringan gula.

    Alat dilengkapi dengan blower yang menghisap udara dan gula debu dan sugar

    dryer yang kemudian dihembuskan ke atas. Pada bagian atas dilakukan

    penyemprotan dengan air untuk mengikat gula debu. Selanjutnya cairan yang masih

    mengandung gula debu tersebut dilebur kembali. Kapasitas rotoclone sekitar 14000

    lt/jam.

    5. Vibrating screen

    Fungsi : memisahkan gula normal, kasar dan halus.

    Vibrating screen di Pabrik Gula Kebon Agung ini dibagi menjadi dua tingkatan

    yaitu : dengan memisahkan gula krikil, gula standar dan gula halus.

  • 41

    6. Silo (sugar storage)

    Fungsi : sebagai penampung gula produksi SHS sebelum dibungkus dalam karung.

    Di bagian bawah alat ini berupa corong yang digunakan sebagai discharge gula dan

    dari corong ini gula dimasukkan dalam karung.

    7. Pembungkusan

    Fungsi : membungkus gula yang sudah distandarisasi.

    Pada proses pembungkusan ini gula yang dihasilkan adalah gula standar dan

    dikemas dalam karung dan selanjutnya ditimbang.

    8. Timbangan.

    Fungsi : menimbang gula yang sudah dikemas atau dibungkus.

    Pada proses timbangan ini gula ditimbang dalam karung kurang lebih 50,2 Kg dan

    seterusnya dijahit.

    9. Belt Conveyor berfungsi sebagai alat transportasi gula menuju gudang.

    Stasiun Pembungkusan ditunjukkan dalam Gambar 2.12 berikut ini :

    Gambar 3.19 Stasiun Pembungkusan

    Proses pada stasiun penyelesaian

    Gula SHS yang dihasilkan oleh stasiun putaran disebut gula produksi. Gula SHS yang

    berasal dan stasiun putaran dibawa oleh talang goyang menuju ke alat pengeringan gula,

    udara dihembuskan pada temperatur 400C. Debu debu gula yang dibawa oleh udara pada

    alat pengering dihisap oleh mesin penghisap debu dan debu-debu gula tersebut dikirim lagi

  • 42

    ke pan masakan bibitan. Gula kering yang keluar diangkut dengan bucket elevator menuju ke

    vibrating screen (ayakan getar). Vibrating screen di PG Kebon Agung Malang dibagi

    menjadi dua tingkat yaitu dengan memisahkan gula krikilan, gula standar dan gula halus.

    Gula krikilan dan gula halus dilebur untuk bibitan masakan A, sedangkan gula standar

    dikemas dalam karung 50,2 kg dan seterusnya dijahit. Setelah dihitung berapa jumlahnya

    kemudian dimasukkan ke gudang dengan belt konveyor dan siap dipasarkan.