tgsfii

24
5/14/2018 tgsfii-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 1/24 TUGAS MAKALAH SENI RUPA RAGAM HIAS NUSANTARA Disusun Oleh: Deasy Nursyafira Sari X-1/04 SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 

Upload: anindya-rachma-dwicahyani

Post on 16-Jul-2015

326 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 1/24

TUGAS MAKALAH SENI RUPA

RAGAM HIAS NUSANTARA

Disusun Oleh:

Deasy Nursyafira Sari

X-1/04

SMA NEGERI 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 

Page 2: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 2/24

RAGAM HIAS NUSANTARA

Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola

yang diulang-ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni. Variasi ragam hias

biasanya khas untuk suatu unit budaya pada era tertentu, sehingga dapat menjadi

petunjuk bagi para sejarahwan atau arkeolog. Ragam hias Nusantara dapat

ditemukan pada motif batik, tenunan, anyaman, tembikar, ukiran kayu, dan

pahatan batu. Ragam hias ini muncul dalam bentuk-bentuk dasar yang sama

namun dengan variasi yang khas untuk setiap daerah. Motif ragam hias asli

Nusantara biasanya merupakan stilisasi dari bentuk alam atau makhluk hidup

(termasuk manusia), dan ada pula ragam hias adaptasi pengaruh budaya luar,

seperti dari Tiongkok, India, Persia, serta Barat.

A.  Ragam Hias Kain Batik

Kain batik merupakan salah satu kain khas Indonesia yang dibuat dengan

cara tradisional, yakni melukis kain dengan malam untuk selanjutnya dilakukan

pewarnaan pada kain tersebut. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni

tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak 

lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan

mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu

pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya

"Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.

Page 3: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 3/24

Semula, batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat

dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa in, batik juga dibuat di atas bahan

lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik 

dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan

canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan

lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian

dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda.

Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau

gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan

ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,

sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga

tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan

sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga

Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Adapun klasifikasi batik dilakukan berdasarkan

teknik pembuatan dan daerah asal.

1.  Klasifikasi Batik Berdasarkan Teknik Pembuatan

  Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik 

menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang

lebih 2-3 bulan.

  Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang

dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan

batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

  Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis

pada kain putih 

2.  Klasifikasi Batik Berdasarkan Motif 

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.

Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa

corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap

berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para

penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang

 juga memopulerkan corak  phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat

Page 4: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 4/24

kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak 

dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah

(gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti

warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai

dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki

perlambangan masing-masing.

Adapun contoh-contoh motif kain batik sebagai ragam hias antara lain

sebagai berikut :

  Batik Cap dari Cirebon

Batik khas Cirebon dibuat dengan cara mengecap sehingga dikenal sebagai

Batik Cap. Motif yang menjadi ciri Batik Cirebon adalah motif tumbuhan yang

terdiri dari bunga, daun, dan tangkai dan jika akan dikelompokkan menjadi

karangan bunga yang indah.

  Motif batik Lampung 

Motif Lampung memiliki keunikan tersendiri yang sangat berbeda dengan

motif wilayah lain yang ada di Indonesia. Lampung mulai mengenal seni tekstil

sejak abad ke 18 bertepatan dengan masuknya pengaruh kebudayaan India yang

mulai masuk ke perairan Sumatera sehingga pengaruh motif-motif Budha sangat

kental di dalamnya. Motif yang paling terkenal adalah motif perahu dan “pohon

Page 5: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 5/24

kehidupan”. Dua motif ini telah menjadi ciri khas kebudayaan Lampung dan

merupakan trade mark Lampung di mata dunia internasional.

  Batik Sogo Pipit

Batik Sogo Pipit merupakan batik tradisional Tuban. Motifnya terdiri dari:

motif suluran, daun bunga, dan burung phunik yang merupakan burung khas

daerah Tuban. Dalam batik ini ditemukan pula motif bunga dan motif binatang

yang bentuknya seperti ulat daun yang tampil dalam bentuk seperti steliren. 

  Batik Jawa Solo dan Yogyakarta

Pada motif batik khususnya di Jawa Tengah, terutama Solo dan

Yogyakarta, setiap gambar memiliki makna. Ini berhubungan dengan arti atau

makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang

dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu.

Pada batik motif Sida Mukti seperti gambar di atas, yang secara harfiah berarti

“menjadi berkecukupan, makmur”. Motif ini hanya boleh digunakan oleh

kalangan keluarga keraton.

Page 6: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 6/24

Selain itu, ada motif Wahyu Tumurun (turunnya wahyu), yang digunakan

hanya pada upacara jumenengan (perayaan ulang tahun naik tahta). Sementara

motif Parang yang bernuansa cukup ramai, biasanya dipakai untuk acara pesta

atau menghadiri suatu perayaan. Sedangkan untuk melayat, digunakan warna yang

lebih lembut yaitu motif kawung. Keempat motif batik tersebut hanya

diperuntukan bagi keluarga keraton, dan tidak boleh digunakan oleh rakyat jelata.

Di luar empat motif batik tersebut, tentu masih terdapat banyak motif lain dari

daerah Solo dan Yogyakarta.

  Batik Mega Mendung

Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik 

Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam

bentuk maupun warnanya bergaya selera cina. Motif mega mendung

melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa

kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru,

mulai biru muda hingg biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang

mengandung air hujan, pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda

melambangkan semakin cerahnya kehidupan.

  Batik Gumelem

Batik Gumelem merupakan motif batik khas dari Kabupaten Banjarnegara,

Jawa Tengah.Corak batik Gumelem tidak lepas dari nuansa keratin dengan warna

Page 7: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 7/24

khasnya hitam, coklat, kuning/ putih, sehingga terkesan konservatif dan sangat

spesifik. Namun demikian dengan munculnya pengrajin muda, maka corak Batik 

Gumelem saat ini telah mengalami banyak kemajuan. Secara umum corak dan

warna Batik Gumelem dibedakan dalam dua golongan yaitu :

  Corak Batik Klasik 

Didominasi warna hitam, coklat tua dan putih/kuning, dengan variasi corak 

antara lain : motif Pring Ndapur,Gajah Ngguling,Kali Serayu, Udan Riris,Jahe

Serimpang, Sida Mukti, Sekar Kuning,Gabah Wutah, Blaburan,Grinting, Buritan

Galaran, Buntelan,Sido Luhur,Ukir Udar, Parang Angkuk,Parang Angkuk 

Siling,dan Kopi Pecah

  Corak Batik Kontemporer

Didomiansi warna masa kini seperti ; merah, biru, hijau, dan warna-warna

lain sesuai keinginan, dengan variasi corak antara lain : Sawung Alit, Lumbu Pari,

Kawung Ceplokan, Kantil Rinonce, Sekar Tirta,dll

  Batik Jlamprang

Motif  –  motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah

salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan.

Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang

berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan

ranting yang ujungnya berbentuk segi empat.

Page 8: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 8/24

  Batik Banten 

Batik Banten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita) memilki

khas tersendiri daripada batik lain. Beberapa motifnya diadopsi dari benda-benda

sejarah (artefak). Di setiap motif terdapat warna abu-abu yang konon menjadi

cermin daerah Banten. Batik Banten memilki ciri yang khas dan unik karena di

samping setiap motifnya bercerita sejarah dan juga berasal dari benda-benda

peninggalan seperti gerabah dan nama-nama penembahan kerajaan Banten seperti

Aryamandalika, Sakingking, dan lain-lain.

B.  Ragam Hias Kain Tenun

Kain tenun adalah kain yang dibuat dengan cara menenun kain secara

tradisional. Ada dua macam kain tenun yang menjadi ciri khas ragam hias

nusantara yakni kain ikat dan kain songket.

a.  Tenun Ikat 

Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang

ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat

dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat

Page 9: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 9/24

tenun bukan mesin. Kain ikat yang telah jadi dapat dijahit untuk dijadikan pakaian

dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.

Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik 

sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang

yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat

dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi

motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna.

Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah

di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara,

Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain gringsing dari

Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya kain di Indonesia yang dibuat

dari teknik tenun ikat ganda (dobel ikat). Kain ikat dapat dibedakan dari kain

songket berdasarkan jenis benang yang digunakan. Songket umumnya memakai

benang emas atau perak sehingga kain songket lebih mengkilat. Selain itu, motif 

kain songket hanya terlihat pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain ikat

terlihat pada kedua sisi kain. Berikut merupakan berbagai macam jenis kain tenun

ikat :

  Sarung Sabu

Suku kecil (Hubi iki) menggunakan ragam hias geometris pada sarung

wanita, dalam bahasa Sabu disebut Ledo. Orang Sabu mengenal tiga warna dasar

tenunan yaitu putih, coklat dan biru-hitam, sesuai jenis tumbuhan untuk 

mewarnakan benang sama dengan daerah lainnya. Perbedaan terletak pada cerah

atau suramnya warna yang umumnya disukai oleh suku yang bersangkutan.

Ragam hias bunga melata merupakan inspirasi dari pengaruh Belanda melalui

Page 10: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 10/24

gambar-gambar dalam buku-buku sulaman, kemudian disesuaikan dengan baik ke

dalam gaya tenunan asli Sabu. Cara penggunaan sarung wanita Sabu yang asli,

dengan bantuan tali ikatannya di pinggang, sesudah itu dilipat ke depan agar motif 

ikatnya tampak, dan dikencangkan ikatan di dada.

  Tenun Sambas Kalimantan

Kain tenun Sambas sendiri terkenal karena mempunyai motif khas, seperti

lunggi pucuk rebung, dagin serong, dagin biasa dan cual padang terbakar. Bahan

bakunya adalah benang emas. Pengerjaannya tenunan Sambas membutuhkan

keterampilan khusus dan ketekunan tersendiri. Kain Tenun Sambas merupakan

kain kebanggaan masyarakat Kabupaten Sambas. Kain Sambas biasanya dipakai

pada majelis-majelis perkawinan, musyawarah, menghadiri undangan- undangan

dari orang pembesar daerah atau raja, khitanan, dan acara-acara lainnya. Namun,

tenunan yang terkenal hingga ke negeri tetangga itu kini terancam punah. Sebab,

selain bahan baku yang mahal, perajin kain tenun juga makin berkurang. Sudah

  jarang generasi muda yang memiliki keterampilan untuk membuat kain tenun

Sambas, sekarang hanya generasi tualah pengerajin kain Sambas yang masih

bertahan.

  Kain Tapis

Page 11: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 11/24

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung

yang dibuat dari tenunan benang kapas dengan motif-motif beragam, seperti motif 

alam, flora, dan fauna yang disulam (sistem cucuk) dengan benang emas dan

perak. Tenunan ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah. Menurut

Van der Hoop, sejak abad II Masehi, orang-orang Lampung telah menenun kain

brokat yang disebut nampan dan kain Pelepai. Kedua hasil tenunan tersebut

memiliki motif-motif seperti motif kait dan konci, pohon hayat dan bangunan

yang berisikan roh manusia yang telah meninggal, binatang, matahari, bulan, serta

bunga melati. Setelah melewati rentang waktu cukup panjang, akhirnya lahirlah

kain tapis Lampung. Orang-orang Lampung terus mengembangkan kain tapis ini

sesuai dengan perkembangan zaman baik dari segi teknik pembuatannya maupun

motifnya.

  Ulos Batak 

Kain ulos khas Danau Toba ini merupakan salah satu kerajinan tradisional

Batak yang sangat terkenal. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna

emas dan perak ini didominasi warna merah, hitam, dan putih. Dulu, kain ini

hanya digunakan sebagai selendang dan sarung untuk pasangan kebaya. Namun,

saat ini telah mengalami modifikasi sehingga kerap digunakan dalam produk-

produk yang lebih menarik dan bernilai ekonomis, seperti sarung bantal, tas,

pakaian, dan lain-lain.

Ada beragam jenis ulos, di antaranya: bintang maratur, ragiidup, sibolang,

ragihotang, mangiring, dansadum. Aneka macam jenis Ulos tersebut mempuyai

tingkat kerumitan, nilai, dan fungsi yang berbeda-beda. Semakin rumit pembuatan

sebuah Ulos, maka nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin mahal.

Page 12: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 12/24

  Tenun Troso

Troso adalah nama salah satu desa di kecamatan Pecangaan, Kabupaten

Jepara. Di desa inilah, komunitas pengrajin tenun troso berkegiatan. Sebenarnya,

tenun troso adalah teknik tenun gedok dan dalam jangka waktu cukup panjang

berkembang menjadi tenun ikat. Kerajinan tenun ini yang berkembang sejak 

zaman Belanda ini memiliki sekitar 50 corak khas Troso yang dijaga keasliannya,

seperti corak ikat lusi, ikan pakan, dan lurik. Selain corak-corak tersebut, beberapa

pengrajin tenun Troso pun mengatakan bahwa banyak juga corak Troso yang

mengadopsi corak daerah lain, seperti corak primitf dari Sumbawa dan

Kalimantan.

  Tenun Baduy

Jika menelaah asam mula tradisi menenun di Baduy, tentu saja akan

berhubungan dengan sejarah masyarakat itu sendiri. Menurut Anisjatisunda,

budayawan Sunda yang lama meneliti Baduy, tenun Baduy sudah ada sejak 

masyarakat itu menetap di balik Gunung Kendeng (wilayah Kanekes sekarang).

Untuk memenuhi kebutuhannya akan sandang, masyarakat Baduy pada zaman

kerajaan Padjajaran, memanfaatkan potensi alam yang ada. Ketika itu, sumber

daya alam berupa kapas adalah yang paling mudah didapat. Sehingga, kapas yang

Page 13: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 13/24

ada diproses menjadi kain dengan pemintalan sederhana, kemudian ditenun

dengan alat dari kayu dan bambu yang ada di sekitarnya.

Warna putih yang menjadi dominasi warna dalam tenun Baduy selain

hitam, merupakan warna paling awal yang digunakan oleh Masyarakat Baduy.

Warna putih tersebut tidak diwarnai karena tetap menggunakan warna asli kapas

yang putih. Warna putih ini bermakna terang, bersih, atau dilambangkan

sebagai Hyang yang tidak memiliki wujud. Untuk warna hitam dalam tenun

Baduy, merupakan ciri khas yang dimiliki oleh Baduy Luar. Warna hitam di sini

mengandung makna gelap atau malam. Dalam konteks Baduy, warna ini akan

menjadi pelindung di balik yang terang.

Tenun Baduy ini selain sangat dilirik desainer lokal karena keeksotisannya,

ternyata dikabarkan juga pernah masuk ke pasar mancanegara, yakni Eropa dan

Timur Tengah.

  Tenun Gringsing Tenganan Bali

Atau disebut juga wastra gringsing dibuat dari benang kapas dengan

beragam motif yang dibentuk dari tenun ikat ganda (mengikat benang lungsi dan

benang pakan sekaligus). Konon jenis tenunan ganda seperti ini sangat langka,

hanya terdapat di Jepang juga India, selain Indonesia. Pembuatannya memerlukan

waktu cukup lama, mulai satu sampai lima tahun lamanya, dan dilakukan dengan

teknik yang sukar. Nantinya, hasil tenun gringsing ini akan membentuk pola

geomteris rapi yang serasi dan indah.

Motif-motif yang sering digunakan dalam tenun Gringsing sangat khas,

antara lain motif Wayang Bah yang diambil dari cerita Mahabaratha. Tenun

dengan motif ini sering digunakan dalam tarian Abuang dan Rejang pada upacara-

Page 14: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 14/24

upacara ritual sakral baik oleh lelaki maupun perempuan. Di luar desa Tenganan,

kain gringsing dipakai sebagai alas kepala dalam upacara pemotongan gigi yaitu

upacara metatah atau mepandes. Kain ini juga digunakan dalam upacara menek 

daha (upacara penandaan akil balig) dan pemapah pengantin dalam upacara

perkawinan. sakit dari penderita.

  Tenun Endek Bali

Tenun endek menggunakan teknik tenun ikat dengan penyempurnaan

ragam hias pada bagian-bagian tertentu di kain dengan menambahkan coletan

yang disebut nyantri . Nyantri adalah penambahan warna dengan goresan kuas dari

bambu seperti orang yang melukis. Motif nyantrinya beragam, seperti flora, fauna,

  juga motif-motif yang diambil dari mitologi Bali dan wayang. Tenun endek ini

 juga banyak diberi kombinasi songket benang emas atau perak yang terdapat pada

hiasan pinggir kain.

Tenun endek dapat dijumpai dalam dua macam bentuk umum. Yang

pertama berbentuk sarung dan biasa digunakan oleh laki-laki. Kain sarung endek 

ini mempunyai sambungan di bagian tengah atau sampingnya. Bentuk yang kedua

berupa kain panjang dan biasa digunakan oleh perempuan. Kain ini mempunyai

motif di bagian pinggir sedangkan bagian tengahnya polos.

Page 15: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 15/24

  Tenun Sasak 

Desa Sade adalah salah satu sentra produksi tenun Sasak yang terkenal di

Lombok. Kaum wanitanya melakukan pembuatan tenun dengan cara-cara lama,

mulai dari pembuatan benang tenun yang menggunakan bahan-bahan alami

seperti serat nanas, serat pisang, kapas, kulit kayu; juga dalam hal pewarnaan yang

menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti warna kuning dari kunyit, coklat

dari kulit kayu, merah dari daun sirih, dan ungu dari nila.Menurut salah seorang

pengrajin tenun sasak dari Desa Sukarara, Lombok Tengah, motif tenun sasak 

lebih dari 150 jenis, baik motif asli dari perajin terdahulu maupun hasil

pengembangan perajin berikutnya. Untuk motif-motif tenun Sasak hasil proses

kreatif antara lain adalah subahnale kembang nyiur, subahnale bali, bulan kurung,

dan bintang remawe.

  Tenun Buton

Kerajinan tenun dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara biasanya

menggambarkan obyek alam yang mereka temukan di sekitarnya. Tenun Buton

 juga kaya akan warna-warna. Inilah yang menjadi kekhasan kerajinan tenun dari

Page 16: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 16/24

Buton. Corak dan motifnya bermacam-macan. Sebagai contoh adalah motif 

betano walona koncuapa yang terinspirasi dari abu halus yang melayang-layang

hasil pembakaran semak saat membuka ladang; motif colo makbahu atau korek 

basah, motif delima bongko (delima busuk), motif delima sapuua, dan lain

sebagainya. Selain sebagai perekat sosial, tenun Buton juga dianggap mampu

menjadi identitas diri. Dengan melihat pakaian yang dikenakan oleh wanita Buton

misalnya, kita bisa mengetahui apakah dia telah menikah atau belum. Selain itu,

bisa juga sebagai penanda apakah wanita tersebut berasal dari bangsawan atau

tidak.

  Tenun Donggala

Disebut juga dengan Buya Sabe, biasa digunakan sebagai pakaian pesta

untuk orang tua, menjamu tamu dari luar, juga pakaian dalam acara-acara duka.

Bahkan, pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, telah mengeluarkan aturan bagi

PNS untuk berseragam tenun Donggala pada setiap akhir pekan di kantor. Proses

pembuatan tenun Donggala, tergantung corak tenun. Di Kabupaten Donggala

teknik pembuatan dan corak kainnya ada enam jenis, antara lain, kain palekat

garusu, buya bomba, buya sabe, kombinasi bomba dan sube. Dari sekian corak 

tersebut, buya bomba yang paling sulit, hingga membutuhkan waktu pengerjaan

satu hingga dua bulan. Berbeda dengan corak lainnya yang hanya membutuhkan

waktu satu hingga dua minggu saja.

Page 17: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 17/24

 

b.  Songket 

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional melayu di kawasan

Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan

brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada

umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun

berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Songket harus melalui

delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara

tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-

motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini

seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik,

dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja. Songket.

dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai

destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala

yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta

bangsawan Kesultanan Melayu.

Jenis-jenis songket tersebut antara lain :

  Songket Pandai Sikek 

Motif-motif kain tenun Pandai Sikek selalu diambil dari contoh kain-kain

tua yang masih tersimpan dengan baik dan sering dipakai sebagai pakaian pada

upacara-upacara adat dan untuk fungsi lain dalam lingkup upacara adat, misalnya

sebagai “tando,” dan dipajang juga pada waktu batagak rumah.Motif -motif 

songket Pandai Sikek diyakini sebagai motif asli pada kain-kain tenunan

perempuan-perempuan Pandai Sikek pada zaman lampau, yang namanya sebagian

masih diingat oleh beberapa orang tua yang hidup sekarang..

Page 18: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 18/24

  Songket Jambi

Tenun dari daerah ini terkenal dengan keragaman motifnya. Motif-motif 

khas Jambi yang biasa digambarkan di tenun ini antara lain adalah angso duo,

kembang duren, bungo intan, keluk paku, bunga melati, durian pecah, dan bunga

sulur. Setiap motif tentu saja memiliki makna tersendiri. Motif durian pecah,

misalnya, mempunyai makna akan kesuburan dan hasil bumi yang melimpah.

Motif bunga melati merupakan lambang keindahan perempuan, sementara motif 

angso duo pada tenunan songket jambi merupakan lambang dari Jambi sebagai

Tanah Pilih Pesako Betuah.

  Tenun Songket Palembang

Page 19: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 19/24

Tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam

upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan,

maupun tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga

digunakan dalam acara resmi penyambutan pejabat dari luar maupun dari

Palembang sendiri.

Motif-motif songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian,

yaitu motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif 

geometris, dan campuran antara tumbuh-tumbuhan juga geometris. Motif-motif 

tersebut diwariskan secara turun-temurun sehingga polanya tidak berubah.

Beberapa nama motif tenun songket Palembang antara lain: lepus piham, lepus

 polos, bungo mawar, biji pare, jando berhias, tigo negeri, emas jantung, dan lain-

lain.

C.  Ragam Hias Ukiran

Ukiran merupakan salah satu jenis seni rupa yang berbentuk 3 dimensi, dan

biasanya terdapat pada kayu/batu (Relief). Kemampuan mengukir telah dimiliki

oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu, dan hal ini terlihat dari banyaknya

ukiran/relief yang terdapat pada candi Hindu dan Budha. Berikut adalah beberapa

contoh motif ukiran yang terdapat di Jawa dan Minangkabau

  Ukiran Jepara 

Page 20: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 20/24

Bentuk  – bentuk ukiran daun pada motif ini berbentuk segitiga dan miring.

Pada setiap ujung daun biasanya terdapat bakal bunga ataupun buah dengan

bentuk melingkar. Bentuk lingkaran ini tidak hanya tunggal, tetapi bentuknya

lebih dari satu atau bertingakat. Lingkaran pada pangkal lebih besar, semakin ke

ujung semakin mengecil. Ada juga bakal bunga atau buah berbentuk lingkaran

besar. Adapun ukiran motif Jepara ini kebanyakan alas atau dasarnya dibuat tidak 

begitu dalam,bahkan sering dibuat dengan dasar (tembus), ukiran ini sering

disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus.

  Ukiran Pajajaran 

. Ciri-ciri umum motif Pejajaran ini mempunyai semua bentuk ukiran daun

mulai dari daun pokok, daun patran, daun trubus, bunga, buah dan sebagainya

berbentuk cembung (bulat).

  Ukiran Pekalongan 

Page 21: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 21/24

Motif Pekalongan mempunyai bentuk ukiran daun campuran, yaitu

pencampuran antara bentuk daun yang cembung dan bentuk yang cekung.

Sebenarnya bentuk campuran dalam motif tradisional Jawa memang banyak 

ditemukan, baik dari motif Pekalongan maupun motif tradisional yang lainnya,

memang beberapa ada yang konsekuen dengan kekhasan bentuknya sendiri.

  Ukiran Madura

Secara garis besar Motif Madura ini mempunyai bentuk ukiran daun yang

melengkung, merelung dan terdapat ukel pada tiap ujung daunnya. Pecahan

Cawen terdapat pada setiap bentuk daun, bukan pada salah satu daun (daun

pokok) tetapi terdapat pada setiap bentuk daun yang ada terutama yang seiring

seirama, mengikuti alur ritme dari daun pokok pada motif Madura ini. Pecahan

Cawen pada daun pokok menyerupai gergaji, bentuknya bergerigi seperti yang

terdapat pada gergaji.

Motif Madura ini banyak terdapat pada perahu, alat-alat untuk karapan sapi,

hiasan bangunan rumah dan sebagainya. Bentuk motif ukiran ini kebanyakan

berlapis-lapis (bersusun) sangat bagus, karena ukirannya kelihatan saling terpisah

antara bentuk yang satu dengan yang lainnya. Bentuk ukiran yang bersusun ini

tampak lebih hidup dan kelihatan sekali keindahannya yang khas, yang agak 

berbeda dengan motif tradisional yang lain.

Page 22: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 22/24

  Ukiran Yogyakarta

Motif Yogyakarta ini terkenal dengan nama ukiran perak Yogya. Bentuk 

motif ini mengambil contoh dari unsur daun pakis. Ukiran daun pokok berelung-

relung, lemah gemulai dengan bentuk daun cembung dan cekung yang tumbuh

pada relung tersebut. Pada akhir relung ini sering tumbuh bunga yang mekar

dengan indahnya. Bunga yang mekar ini memberikan simbol seorang gadis muda

yang sedang mekar-mekarnya dan melambangkan pula masa awal perkembangan

menuju suatu kemajuan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang

haruslah punya cita-cita yang tinggi untuk meraih masa depan yang cerah.

  Ukiran Surakarta

Motif Surakarta ini mempunyai bentuk ukiran daun yang melengkung

berirama seperti simbol yang terdapat pada masyarakatnya yaitu masyarakat yang

ramah, bersahabat dan menghormati orang lain. Di samping itu, bentuk motif ini

Page 23: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 23/24

menggambarkan tipikal masyarakatnya terutama untuk wanita yaitu digambarkan

dengan lengkungan yang lemah gemulai dengan dipenuhi kesantunan wataknya.

  Ukiran Cirebon

Bentuk ukiran daun motif Cirebon ini berbentuk cembung dan cekung

(campuran). Corak motif ukiran ini ada yang berbentuk karang adapula yang

berbentuk awan, menyerupai ukiran Tiongkok. Ukiran corak ini kurang begitu

dikenal, karena ukiran ini kebanyakan hanya dipakai untuk hiasan bangunan

rumah saja.Untuk fungsi-fungsi yang lain memang jarang ditemukan, apalagi

yang hanya berfungsi sebagai hiasan semata, hampir sama sekali tidak dijumpai.

Kalaupun ditemukan hiasan di luar bangunan rumah, motif yang dijumpai tersebut

bukanlah murni motif Cirebon, tetapi motif pengembangan dari motif Cirebon

tersebut. Pencampuran yang semacam ini sudah tidak tergolong ke dalam motif 

ukir tradisional Jawa, tetapi termasuk ke dalam motif modern atau mungkin juga

motif kontemporer.

  Ukiran Minangkabau

Page 24: tgsfii

5/14/2018 tgsfii - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tgsfii 24/24

Ukiran Minangkabau memiliki banyak kesamaan dengan ukiran khas

Yunani, Eropa. Beberapa hal yang mencirikan persamaan ukiran Minangkabau

dengan Yunani antara lain :

a.  Unsur sulur tanaman rambat

b.  Unsur tunas daun anggur

c.  Unsur Buah Anggur