tgs konjungtivitis
TRANSCRIPT
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 1/16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konjungtivitis vernalis merupakan suatu peradangan konjungtiva, mempunyai
dasar reaksi hipersensitivitas tipe l dan IV1
. Sering terjadi pada Negara yang memiliki 4
musim, seperti di Mediterania, Afrika Selatan, dan Amerika Utara. Genetik dan
lingkungan sangat berperan dalam terjadinya penyakit ini. Kebanyakan kasus terjadi
pada musim semi, dan berulang pada musim dingin. (11)
Insidensi konjungtivitis vernalis relatif kecil, yaitu sekitar 0,l%--0,5% dari
pasien dengan masalah mata yang berobat, dan hanya 2% dari semua pasien yang
diperiksa di klinik mata Mediterania. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan
khusus. Hal ini karena penyakit ini sering kambuh dan menyerang anak-anak usia 4--20
tahun, dengan frekuensi pada anak lelaki tiga kali lebih banyak. Dengan demikian,
memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman.3
Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kental dan
lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Penyakit ini pada umumnya tidak
mengancam penglihatan, namun dapat menimbulkan rasa tidak enak. Mata sering
berkedip, mata tampak kemerahan, serta meresahkan penderita. Pada anak-anak jelas
akan mengganggu aktivitas belajar dan secara umum dapat mengganggu kualitas
kehidupan. Pada beberapa kasus dapat menimbulkan gejala sisa. Misalnya, mikropanus,
astigmatisme miopia, keratokonus, dan keratoglobus1.
Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana mengatasi kasus-kasus
konjungtivitis ini secara memuaskan. Artinya, memiliki daya guna penyembuhan
maksimal, termasuk mengurangi kekambuhan dan tidak mengurangi kualitas kehidupan
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 2/16
serta efek samping minimal. Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan tersebut,
akan dikaji beberapa hal, meliputi patofisiologi, gambaran klinik, dan yang terpenting
adalah hasil kajian beberapa obat yang pernah dilaporkan. Diharapkan karya ilmiah ini
dapat menjadi bahan pertimbangan para klinisi untuk menetapkan langkah yang tepat
dalam menangani kasus konjungtivitis vernalis.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini untuk menambah wawasan mengenai
bagaimana patofisiologi, gambaran klinik, cara mendiagnosis, dan pengobatan yang
tepat mengenai konjungtivitis vernalis.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 3/16
BAB II
ANATOMI, FISIOLOGI, DAN HISTOLOGI KONJUNGTIVA
II.1. Anatomi dan Fisiologi konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea.14
konjungtiva membantu melindungi
mata dengan menjaga benda asing kecil dan menyebabkan infeksi mikroorganisme dan
dengan kontribusi terhadap pemeliharaan air mata. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian,
yaitu :
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya.
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks
berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata
mudah bergerak. Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi
dan menyebar kebawahnya.13
II.2. Histologi
1. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di
atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata
terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 4/16
2. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan
untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel
basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.
3. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus).
4. Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat
mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan
adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler
bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa
tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini
menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.13
5. Kelenjar air mata assesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar
kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar
wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 5/16
BAB III
KONJUNGTIVITIS VERNALIS
1. Definisi
Konjungtivitis vernal adalah peradangan selaput bening yang
menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Penyakit ini, juga
dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis musiman” atau
“konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. 1,3
(Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000… Ilyas DSM,
Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1998)
Epidemiologi
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 –
10 tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.
Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin.
Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim panas dan
musim gugur dari pada musim gugur.
2. Gambaran Klinik
a. Cobblestone: konjungtiva mengalami hiperemia dan vasodilatasi difus,
yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi
jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak
terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan
deposit pada konjungtiva4.
b. konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau: disebabkan karena
Jaringan ikat yang berlebihan sehingga memberikan warna putih susu
kebiruan
5
.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 6/16
c. ptosis mekanik: disebabkan karena Hipertrofi papil pada konjungtiva
tarsal6.
d. kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi.
e. kerusakan kornea: Sekresi mukus yang kental dan melekat pada
penderita konjungtivitis vernalis, menurut Neumann dan Krantz,
mengandung banyak mukopolisakarida serta asam hyaluronat. Dalam hal
ini memungkinkan timbulnya tarikan sel epitel kornea dan gesekan dari
papil tarsal pada kornea8. Kerusakan kornea diduga juga berkaitan
dengan infiltrasi sel radang yang berasal dari konjungtiva8.
f. keratokonus dan keratoglobus: disebabkan karena pembentukan ulkus
epitelial non-infeksi yang mengakibatkan terjadinya kekeruhan stroma
kornea di sentral maupun superior9. Lebih jauh, kurvatura kornea juga
akan memperlihatkan perubahan disertai astigmatisme miopik dan pada
tahap lanjut dapat terjadi keratokonus serta keratoglobus8.
g. Eksudat konjungtiva pada konjungtivitis sangat spesifik, berwarna putih
susu kental, lengket, elastik, dan fibrinous. Peningkatan sekresi mukus
yang kental pada tear film dan adanya peningkatan jumlah asam
hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. Hal ini memberikan
keluhan adanya sensasi seperti tali atau cacing pada matanya.
3. Gambaran Histopatologik
a. Tahap awal (fase prehipertrofi)
Pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh
satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara
papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 7/16
berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil,
basofil, dan sel mast.
b. Tahap berikutnya akan dijumpai sel-sel mononuklear seperti limfosit
makrofag. Sel mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan
terletak superficial. Dalam hal ini, hampir 80% sel mast dalam kondisi
terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam membuktikan peran
sentral sel mast dalam kasus konjungtivitis vernalis3,8
. Keberadaan
eosinofil dan basofil, khususnya di dalam konjungtiva, sudah cukup
menandai adanya abnormalitas jaringan. Bentuk limbal disertai hipertrofi
limbus yang dapat disertai bintik-bintik yang sedikit menonjol keputihan
dikenal sebagai Horner-Trantas dot`s.
c. Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata
yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan
sel plasma pada konjungtiva. Proliferasi limfosit akan membentuk
beberapa nodul limfoid10
. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik
dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang
berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut
juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya di
konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa
kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar10
.
d. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi
kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok,
serta reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan
substansi dasar maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 8/16
stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasia
jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan
dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan
mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 5--10 lapis
sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah
besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai
hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi.
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40
lapis sel (acanthosis). Horner-Trantas dot`s yang terdapat di daerah ini
sebagian besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi,
namun masih ada sel PMN dan limfosit. Di dalam ulkus kornea non-
infeksi pada kasus konjungtivitis vernalis dapat ditemukan kristal
Charcot Leyden yang merupakan granula eosinofil dan plak mukoid11.
e. Diagnosis Konjungtivitis Vernalis
1. Anamnesis
Keluhan utama: gatal yang menetap
Keluhan tambahan: fotofobia, berair, rasa mengganjal
pada kedua mata, Horner-Trantas dot`s( terjadi pada anak-
anak yang lebih kecil), cobblestone (papil raksasa),
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 9/16
sensasi seperti tali atau cacing pada mata.
2. Pemeriksaan fisik
Eksudat konjungtiva: berwarna putih susu kental, lengket,
elastik, dan fibrinous. Peningkatan sekresi mukus yang
kental pada tear film dan adanya peningkatan jumlah
asam hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket.
3. Pemeriksaan laboratorium
kerokan konjungtiva (eksudat) yang dipulas dengan
Giemsa untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil
pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-
granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil
dan granula basofilik bebas.
f. Diagnosis banding
1. konjungtivitis atopic, gejalanya:
kelopak mata tebal
likenisasi
konjungtiva hiperemi dan kemosis
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 10/16
papil-papil di konjungtiva tarsalis inferior. Kadang-
kadang, papil ini bisa besar mirip cobble stone, dan dapat
dijumpai pada konjungtiva tarsalis superior.
Trantas dot’s juga bisa dijumpai pada atopik meskipun
tidak sesering pada konjungtivitis vernalis. Seperti pada
konjungtivitis vernalis, pada atopik bisa didapatkan
keratitis epitel, ulserasi, dan kekeruhan stroma. Pada
atopik cepat terjadi neovaskularisasi. Pada pemeriksaan
kerokan konjungtiva jarang dijumpai eosinopil dan tidak
dijumpai granula-granula eosinofilik yang bebas.
2. Giant Papillary Conjunctivitis (pada pemakaian lensa kontak, baik
yang hard maupun yang soft). Gejalanya:
gatal
banyak mukus
papil raksasa di konjungtiva tarsalis superior.
Kelainan ini dapat timbul baik satu minggu sesudah
pemakaian lensa kontak maupun setelah lama pemakaian.
Pada kelainan ini, tidak ada pengaruh musim. Pemeriksaan
sitologi hanya menunjukkan sedikit eosinofil. Dengan
dilepasnya lensa kontak, gejala-gejalanya akan berkurang.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 11/16
BAB IV
PENATALAKSANAAN KONJUNGTIVITIS VERNALIS
Seperti halnya semua penyakit alergi lainnya, terapi konjungtivitis
vernalis bertujuan mengidentifikasi alergen dan bahkan bila mungkin
mengeliminasi atau menghindarinya. Untuk itu, anamnesis yang teliti baik pada
pasien maupun orang tuanya akan dapat membantu menggambarkan aktivitas
dan lingkungan mana yang harus dihindari. Dengan demikian, penatalaksanaan
pada pasien ini akan terbagi ke dalam dua bentuk yang saling menunjang untuk
dapat memberikan hasil yang optimal. Ketiga bentuk penatalaksanaan tersebut
meliputi: (A) tindakan umum dan (B) terapi medikasi :
A. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu
mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis tersebut di
atas. Beberapa tindakan tersebut antara lain:
a. Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter
b. Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari
c. Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan
alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena
lensa kontak akan membantu retensi allergen
d. Kompres dingin di daerah mata
e. Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi
protektif karena membantu menghalau allergen
f. Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai
climato-therapy
11
. Cara ini memang kurang praktis, mengingat tingginya biaya
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 12/16
yang dibutuhkan. Namun, efektivitasnya yang cukup dramatis patut
diperhitungkan sebagai alternatif bila keadaan memungkinkan
g. Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan,
karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-
mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada
akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.
B. Terapi Medik
Terapi medik berdasarkan derajat berat ringannya gejala yang dialami pasien.
Kasus ringan
a. Topical antihistamines
Kasus ringan-sedang
a. Topical mast- cell stabilizers
Pasien yang mengalami kekambuhan, diberikan 4x1 per hari selama 2
minggu.
Kasus sedang-berat
a. Kortikosteroid topical atau immunomodulatory topikal seperti cyclosporine
Sangat efektif untuk mengurangi peradangan dan gejala yang ada.
Efek samping : penurunan tajam penglihatan, peradangan pada permukaan
ocular, keratopathy epithelial.
Pasien yang mengalami kekambuhan, kortikosteroid topikal diberikan 2 jam
selama 5-7 hari kemudian dosis diturunkan perlahan-lahan.
b. Jika pasien kooperatif bisa diberikan injeksi kortikosteroid 0,5-1,0 ml di
daerah supratarsal, untuk menghindari pemakaian obat secara berulang.
Short-acting steroid : dexamethasone phosphate (40 mg/ ml)
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 13/16
Longer-acting steroid : triamcinolone acetonide (40 mg/ml)
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 14/16
BAB V
KESIMPULAN
Konjungtivitis vernal adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian
putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Perjalanan penyakit terdiri atas stadium
Infiltratif, supuratif atau purulenta dan konvalesen (penyembuhan).
Gambaran klinik pada anak adalah ditemukan cobblestone, ptosis mekanik,
keratokonus dan keratoglobus, kista-kista kecil. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
yaitu pemeriksaan reaksi alergi dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Penatalaksanaan dimulai dengan menentukan derajat kasus. Pasien yang termasuk
dalam kasus ringan diberikan antihistamin topikal, kasus ringan sedang dengan
pengobatan dengan penicillin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB
selama 7 hari, sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau
garam fisiologik setiap 4 ¼ jam, kemudian beri salep penicillin setiap ¼ jam dan
penicillin tetes mata 10.000 – 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian
salep diberikan setiap 5 menit, 30 menit, disusul dengan salep penicillin setiap 1 jam
selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 15/16
Daftar Pustaka
1. Smolin G, and O`Connor GR, Ocular Immunology, 2nd ed., Little Brown Co,
Boston, l986.
2. Bloomfield S and Theodore F, The conjunctivitis in Clinical Immunology of the
Eye , William Wilkins, Baltimore, l983.
3. Abilson B and Albert DM , Allergic and Toxic Reaction in Jacobiec FA(ed):
Principles and Practice of Ophthalmology Vol 5, first ed.,WB Saunders Co,
Philadelphia, l994.
4. Smith JS , Eye diseases in hot climate, 2nd ed, Butterworth and Co, London,
l990.
5. Lambiase J, Boriani S, Increased plasma level of Substance p in Vernal
Keratoconjunctivitis , Invest Ophthalmol and Vis Sci, Sept, l997, 2161-4.
6. Mendicuale J, Aranzaski C, Topical cyclosporine A 2% in the treatment of
VKC, Eye l997(ll):75-8.
7. Doshler N and Reid TN, Immune histochemical evidence that human pterygia
originate from an invasion of Vinentia expressing altered limbal epithelial basal
cells, Curr Eye Res l994, l3:473-81.
8. Bacon AS and McGill JL, Adhesion moleculer and relationship to leucocyte
level in allergic eye disease, Invest Vis Sci l998(39):2.
9. Allansmith MR, The Eye and Immunology, first ed, The CV Mosby Co, Toronto,
l982
10. Wang K, Yang S, Clinicopathology in VKC , Abstract XII Afro-Asian Congress
Ophthalmology, E 182, Nov ll-l5, 2000, Guang Zhou, China.
5/12/2018 tgs konjungtivitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tgs-konjungtivitis 16/16
11. Abu el asrar AM and Tabbara KF, Adhesion Molecules in VKC, Br J
Ophthalmol, l997(8l):l099-ll06.
12. AAO Foundation, External Eye Diseases and Cornea in Basic and Clinical
Science Course, American Academy of Ophthalmology, Section 8, l997-l998.
13. AAO Foundation, External Eye Diseases and Cornea in Basic and Clinical
Science Course, American Academy of Ophthalmology, Section 8, 2000-200l.
14. Iwasaki N, Kosala Y, Momose T, Yasuda T, Absorption of Topical Disodium
Cromoglycate and its preservatives by soft contacty lens, CLA Ophthalmol
Japan, l998, l4(3):l55-8.
15. Avunduk AM, Avunduk MC, Kepicioglu Z, Mechanical and Comparison of
antialllergic efficacy of topical Lodoxamide and cromolyn sodium in VKC,
Ophthalmology, 2000,l07(7):1333-7.
16. Richard C, Tringuand C, Block-Michel E, Comparison of Topical 0.05%
Levocabastine and 0.l% Lodoxamide in patients with Allergic Conjunctivitis,
Eur J Ophthalmol, l998, 8(4):207-16.
17. Bayoumi MY, Bayoumi AY, Eld-Dui MS, El-Din MA, Topical Cyclosporine A
in VKC: Clinical and Immune Histochemical Study, Abstract XII Afro-Asian
Congress of Ophthalmology, E 56, Nov ll-l5, 2000, Guang Zhou, China.
18. Kazuomi H, Shimazaki J, Shimmura S, and Tsubota K, Multilayered Amniotic
Membrane Transplantation for Severe Ulceration of the Cornea and Sclera, Am J
Ophthalmol, 200l,131(3):324-3l.