tgs faal
DESCRIPTION
tgs faalTRANSCRIPT
Pengaruh Stress fisik akut terhadap aktivitas: respirasi, kardiovaskuler, dan laju metabolisme
Dan
Mengukur metabolism berdasarkan konsumsi o2
Chanvira Aria Candrayana (08-045)Charles Hasudungan Siregar (08-141)Andreas Octaviano (08-Anindita Dyah Larasati (08-148)Ni Luh Made (08-147)Happy martha Nababan (08-145)Caesario (07-073)Leonardus Harry Doli Sinaga (07-167)Belinda
PENGARUH STRESS FISIK AKUT TERHADAP AKTIVITAS: RESPIRASI, KARDIOVASKULER, DAN LAJU METABOLISME
PENDAHULUAN
Secara fisiologis stress didefinisikan bagaimana tubuh bereaksi terhadap stimulus baik
fisik maupun mental (stressor) yang menyebabkan stress. Stress akut mempengaruhi organisme
dalam jangka pendek: stress kronis dalam jangka panjang.
Respon awal tubuh terhadap stress adalah respon alarm. Pada tahap ini saat stressor mulai
diterima tubuh, adrenalin akan diproduksi untuk menghasilkan respon pertahanan awal yaitu
respon ‘fight or flight’. Sistem adrenergik yaitu kelenjar medulla adrenal, lokus seroleus, dan
pons menjadi aktif dan menggunakan epinefrin untuk menjalankan respon otonom dan neuro
endokrin sebagai respon alarm global. Sistem saraf otonom memberikan respon cepat terhadap
stress umumnya dikenal sebagai respon ‘fight or flight’, melibatkan aktivitas sistem saraf
simpatik dan menekan aktivitas saraf parasimpatis, yang akan mempengaruhi ativitas fungsional
tubuh terutama sistem kardiovaskuler, pernafasan, gastrointestinal, ginjal, dan perubahan
endokrin.
Kemungkinan pada tahap ini juga terlibat adanya aktivasi dari sumbu hipotalamus,
hipofisa, dan adrenal (sumbu HPA) yang memproduksi kortisol. Sebagai tanggapan terhadap
stressor, neuron dengan badan-badan sel di nukleiparaventikular (PVN) dari hipotalamus
mengeluarkan corticotropin releasing hormone (CRH) dari pituitari ke dalam aliran darah umum
yang menghasilkan sekresi glukokortikoid kortisol dan lainnya dari korteks adrenal. Kortikoid
ini melibatkan seluruh tubuh sebagai respon organisme terhadap stress.
I. Respon Kerja Fisik Terhadap Sistem Respirasi dan Kardiovaskuler
Tujuan:
Mengamati dan mempelajari: pengaruh kerja fisik terhadap frekuensi pernafasan, denyut jantung,
dan nadi.
Alat dan Bahan:
- Subjek percobaan (OP): manusia.
- Stetoskop.
- Alat pencatat waktu.
Tata Kerja:
1. Istirahat
Subjek disuruh tidur terlentang (istirahat) dimeja selama 5 menit.
Amatilah gerakan-gerakan dada dan perut, pada waktu inspirasi dan ekspirasi.
Hitunglah frekuensi pernafasan.
Hitunglah frekuensi denyut jantung dengan menempelkan alat stetoskop di daerah
interkostal 4-5 dada sebelah kiri atau dengan menempelkan telinga pada dada subjek
didaerah tersebut.
Hitunglah frekuensi nadi pada aktelia radialis yang terletak pada pangkal ibu jari sedikit
dibawah pergelangan tangan subjek dengan menggunakanjari tangan dada. Catatlah
hasilnya ditabel yang tersedia.
2. Kerja fisik
Subjek disuruh kerja fisik: lari-lari ditempat selama 5-10 menit, kemudian terlentang lagi.
Sambil memperhatikan gerakan dada dan perutnya , hitunglah frekuensi pernafasannya,
denyut jantung, dan nadinya (seperti pada 1). Ulangilah setiap 5 menit sekali, sampai
semuanya normal kembali.
Catatlah hasilnya pada tabel.
Tabel: frekuensi respirasi, denyut jantung dan nadi
Waktu
Istirahat Kerja fisik
Respirasi Denyut
Jntung
Nadi Respirasi Denyut
Jantung
Nadi
Menit ke 5 14 x/menit 73 x/menit 67x/ menit - - -
Menit ke 10 - - - 24 x/menit 130 x/menit 104 x/menit
Menit ke 15 - - - 22 x/menit 115 x/menit 101 x/menit
Menit ke 15 - - - 19 x/menit 105 x/menit 99 x/menit
Menit ke 20 - - - 16 x/menit 96 x/menit 74 x/menit
Menit ke 25 - - - 15 x/menit 95 x/menit 70 x/menit
Menit ke 30 - - - 13 x/menit 87 x/menit 68 x/menit
Table: kerja fisik modifikasi
OP Waktu istirahat Kerja fisik
nadi nadiI Detik 30 64 x/menit
Menit 5, detik 30 128x/menit
Menit 6 119 x/menit
Menit 7. Detik 30 103 x/menit
Menit 8 98 x/menit
Menit 8, 30 77 x/menit
9 65 x/menit
II Detik 30 110x/menit
Menit 5, detik 30 180x/menit
Menit 6 172x/menit
Menit 6, detik 30 160x/menit
Menit 7 146 x/menit
Menit 7, detik 30 144 x/menit
Menit 8 128 x/menit
Menit 8, detik 30 122 x/menit
Menit 9 116 x/menit
Menit 9, detik 30 112 x/menit
Menit 10 108 x/menit
Pertanyaan:
1. a. Berapa lama setelah kerja fisik frekuensi respirasi, denyut jantung dan nadi
menjadi normal kembali ?
b. Sebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya kembali ke normal (frekuensi
respirasi, jantung, dan nadi).
2. Pada kerja fisik, terjadi kenaikan frekuensi respirasi, denyut jantung, dan nadi. Terangkan
mekanisme pengaturannya.
Pembahasan
1. A. Pada op saat istirahat (tidur telentang) denyut jantung 73 x/menit, nadi 67x/ menit, frekuensi pernafasan 14 x/menit. Setelah subyek melakukan kerja fisik selama 5 menit. Didapatkan denyut jantung 130 x/menit, nadi 104 x/menit, frekuensi pernafasan 24 x/menit. Frekuensi respirasi, denyut jantung dan nadi kembali menjadi normal setelah kerja fisik selama 30 menit
Hutang Oksigen
Setelah kerja fisik maka terjadi pemulihan sistem aerobik dengan cara membayar hutang
oksigen. Tubuh normal mengandung kira-kira 2 liter cadangan oksigen yang dapat digunakan
untuk metabolisme aerobik bahkan tanpa menghirup oksigen. Cadangan oksigen terdiri dari 0,5
L udara di dalam paru-paru, 0,25 L larut dalam cairan tubuh, 1 L dalam hemoglobin darah, 0,3 L
dalam serabut otot sendiri, bergabung dengan mioglobin.
Pada saat kerja fisik yang berat, hampir semua cadangan oksigen ini digunakan dalam
waktu 1 menit atau lebih untuk metabolisme aerobik. Kemudian setelah kerja fisik selesai,
cadangan oksigen ini harus digantikan dengan menghirup tambahan jumlah oksigen melebihi
dan di atas kebutuhan normal. Sebagai tambahan, kira-kira lebih dari 9 liter oksigen harus
dikonsumsi untuk menghasilkan pembentukan kembali sistem fosfagen dan sistem asam laktat.
Semua tambahan oksigen ini harus dibayar kembali kira-kira sebanyak 11,5 L, disebut sebagai
hutang oksigen.
Pada prinsip hutang oksigen. Pada saat orang tersebut melakukan kerja fisik maka
kecepatan ambil oksigen akan meningkat untuk membentuk kembali sistem fosfagen dan
membayar kembali cadangan oksigen dari hutang oksigen. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan
dimana frekuensi pernafasan subyek meningkat untuk mengganti oksigen yang terpakai.
Pengaturan aktivitas pernafasan
Pada saat kita melakukan aktivitas fisik, maka kecepatan pemakaian oksigen dan
pembentukan karbon dioksida seringkali meningkat, sehingga membutuhkan peningkatan yang
setara pada ventilasi paru.
Sistem pernafasan kita diatur oleh konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen dalam jaringan.Kelebihan karbon dioksida atau kelebihan ion hidrogen dalam
darah terutama bekerja langsung pada pusat pernafasan itu sendiri menyebabkan kekuatan sinyal
motorik inspirasi dan ekspirasi ke otot-otot pernafasan sangat meningkat.
Oksigen, tidak mempunyai efek langsung yang bermakna terhadap pusat pernafasan di
otak dalam pengaturan pernafasan. Tetapi ia bekerja pada kemoreseptor perifer yang terletak di
badan-badan karotis dan aorta, dan kemudian mentransferkan sinya saraf ke pusat pernafasan.
Jadi sesuai teori di atas apabila tubuh melakukan kerja berat maka konsentrasi
karbondioksida dan ion hidrogen meningkat sehingga otot2 pernafasan akan bekerja lebih keras
untuk mengurangi kadar zat-zat tersebut. Hal ini sesuai dengan percobaan dimana frekuensi
pernafasan menjadi dari 17x / menit menjadi 35x / menit.
Penyesuaian sirkulasi seluruh tubuh selama kerja fisik
Selama kerja fisik, terjadi perangsangan kuat sistem saraf simpatis di seluruh tubuh untuk
menyediakan banyak aliran darah yang dibutuhkan oleh otot.
Akibat perangsangan yang kuat dari simpatis ke seluruh tubuh, sinyal parasimpatis
menuju jantung menjadi sangat lemah. Kecepatan denyut jantung menjadi sangat meningkat
akibat rangsangan simpatis ke jantung dan terbebasnya jantung dari hambatan parasimpatis
normal.
Sebagian besar arteriol di sirkulasi perifer berkontraksi dengan kuat kecuali arteriol-
arteriol dalam otot yang aktif, yang berdilatasi dengan kuat akibat pengaruh vasodilator lokal
dalam otot. Jadi, jantung dirangsang untuk meningkatkan aliran darah yang memang dibuthkan
oleh otot, pada saat yang bersamaan aliran darah yang melalui sebagian besar daerah yang tidak
berotot untuk sementara akan berkurang, sehingga untuk menerima meminjamkan persediaan
darahnya bagi otot.
Jadi percobaan ini sesuai dengan teori, dimana denyut jantung dan nadi akan meningkat akibat rangsangan saraf simpatis ketika tubuh melakukan aktifitas fisik, hal ini dilakukan untuk menyediakan aliran darah ke otot. Dimana pada saat itu kebutuhan oksigen untuk metabolisme di otot meningkat.
Faktor yang mempengaruhi lamanya pernapasan, nadi, dan denyut jantung kembali seperti
semula setelah latihan adalah:
1. Beratnya aktivitas yang dilakukan
Semakin berat seseorang melakukan aktivitas, maka banyak oksigen yang dibutuhkan
oleh tubuh, saat melakukan aktivitas berat, itu akan mempengaruhi denyut jantung dan
nadi yang akan semakin cepat mengalirkan darah yang kaya oksigen ke bagian tubuh
yang membutuhkannya, dan paru-paru yang berperan sebagai penyedia oksigen juga akan
bekerja dengan cepat menyalurkan oksigen ke dalam darah, untuk dialirkan ke seluruh
tubuh.
2. Hutang oksigen
Karena kebutuhan oksigen yang banyak, maka tidak semua oksigen yang dibutuhkan
dapat terpenuhi, oleh sebab itu tubuh menggunakan glikolisis anaerobik untuk
mendapatkan ATP yang dibutuhkan selama latihan. Dengan adanya pelunasan oksigen,
maka asam laktat yang merupakan hasil dari glikolisis anaerobik dibersihkan, dan sistem
kreatin fosfat dipulihkan.
3. Otot yang terlatih
Otot yang terlatih dalam latihan akan membutuhkan lebih sedikit oksigen, dibanding otot
yang tidak pernah di latih.
4. Kadar epinefrin plasma
Epinefrin merupakan suatu hormon yang meningkatkan konsumsi O2 oleh tubuh,
meningkat selama latihan. Sampai kadar epinefrin dalam darah kembali ke keadaan
sebelum olahraga, pengambilan O2 akan meningkat diatas normal.
Pembahasan:Setelah melakukan kegiatan fisik, ditemukan adanya peningkatan frekuensi nafas, detak jantung, dan denyut nadi. Dimana pada terdapat hubungan antara sistem pernafasan, metabolisme, serta fungsi kardiovaskuler dalam melakukan kegiatan fisik.Pada fungsi kardiovaskuler dalam latihan adalah mengangkut oksigen dan nutrisi lain ke otot. Untuk keperluan itu, aliran darah otot meningkat secara dramatis selama latihan. Perhatikan bahwa bukan hanya aliran yang meningkat kira-kira 13 kali lipat tetapi juga penurunan aliran tiap kontraksi otot. 2 hal dapat diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya:
1. Proses aktual itu sendiri secara temporer menurunkan aliran darah otot untuk sementara karena otot yang berkontraksi memeras pembuluh darah intramuskular. Sehingga menyebabkan kelelahan otot akibat berkurangnya pengangkutan oksigen dan nutrisi yang cukup selam kontraksi yang terus menerus
2. Aliran darah ke otot selama latihan dapat meningkat. Perbandingan berikut menunjukan kenaikan aliran darah maksimum yang dapat terjadi pada atlet yang terlatih baik.
Ada pula hubungan antara curah kerja, konsumsi oksigen, dan curah jantung selama latihan. Konsumsi oksigen berperan penting dalam terjadinya peningkatan curah kerja otot dan selanjutnya konsumsi oksigen akan melebarkan pembuluh darah otot sehingga meningkatkan aliran balik vena dan curah jantung. Curah jantung yang khas pada beberapa tingkat latihan pada penelitian lain adalah sebagai berikut:Pria muda rata-rata pada saat istirahat 5,5 L/menitPengeluaran maksimum selama latihan pada seorang pria muda yang tidak terlatih 23 L/menitPengeluaran maksimum rata-rata selama latihan pada seorang pelari maraton pria 30 L/menitDari penelitian tersebut, bisa kita tarik kesimpulan bahwa orang normal (secara umum) yang tidak terlatih dapat meningkatkan curah jantung sedikit diatas 4 kali lipat. Dan atlet yang terlatih baik dapat meningktkan curah jantung sekitar 6 kali lipat. Sedangkan pada pelari maraton yang telah terbiasa dengan curah jantung sebesar 34-40 L/menit mempunyai curah jantung 7-8 kali nilai curah istirahat normal.Pada umumnya, makin tinggi frekuensi detak jantung per menit, makin banyak darah yang dipompakan. Pada percobaan yang kami lakukan, didapatkan peningkatan detak jantung sebesar 50 kali per menit. Berdasarkan teori yang kami ambil dari buku fisiologi guyton and hall, selama fase diastolik, pengisian ventrikel biasanya akan meningkatkan volume setiap ventrikel sampai kira-kira 110 sampat 120 mL, selanjutnya sewaktu ventrikel mengosongkan isinya selama fase sistolik, volume ventrikel akan menurun sampai 70 mL. yang disebut keluaran isi sekuncup, dimana hasil kerja sekuncup jantung adalah jumlah energi yang diubah oleh jantung menjadi kerja selama setiap denyut jantung sewaktu memompa darah ke dalam arteri. Volume yang masih tertinggal dalam setiap ventrikel yakni kira-kira 40-50 mL, disebut sebagai volume akhir sistolik.
Hal ini berarti sebelum melakukan kegiatan fisik, curah jantung Dewi adalah 70 kali/menit x 40-50 mL = 28-35L/menit dan setelah melakukan kegiatan fisik, didapatkan curah jantungnyasebesar 120 kali/menit x 40-50 mL = 48-60L/menit. Peningkatan yang didapat disini adalah sebesar kira-kira 2 kali lipat. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan adanya faktor perbedaan jenis kelamin. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa aktivitas fisik sangat mempengaruhi kerja dari sistem kardiovaskular.Pernafasan dalam kerja fisikBerdasarkan teori yang kami dapat dari buku guyton and hall berkaitan dengan bagaimana pengaruh kegiatan fisik dengan peningkatan frekuensi pernafasan didapatkan bahwa pernafasan penting untuk kinerja maksimum pada atlet yang membutuhkan daya tahan. Konsumsi O2 dan ventilasi paru total biasanya meningkat 20 kali antara keadaan istirahat dan latihan dengan intensitas maksimal. Kapasitas pernafasan maksimum adalah sekitar 50% lebih besar daripada ventilasi paru-paru selama latihan maksimum.Volume O2 pelari kira-kira 45% lebih besar dari volume O2 orang yang tidak terbiasa/ tidak terlatih. Hal ini mungkin ditentukan secara genetik, yaitu orang yang memiliki ukuran dada lebih besar berkaitan dengan ukuran tubuh dan otot pernafasan. Akan tetapi latihan yang lama pada pelari meningkatkan volume O2 maksimum dengan 10% lebih besar dari nilai normal. Pada objek yang tidak terlatih membutuhkan Volume oksigen yang lebih kecil dari 45 % pada orang yang terlatih.Kapasitas difus oksigen adalah suatu ukuran kecepatan dimana oksigen dapat berdifusi dari alveoli ke darah. Peningkatan kapasitas difusi hampir 3 kali lipat antara keadaan istirahat dan keadaan latihan maksimum. Jadi, atlet yang memerlukan jumlah oksigen per menit lebih banyak memiliki kapasitas difusi lebih tinggi.Nilai yang diukur untuk kapasitas difusiBukan atlet pada saat istirahat : 23 ml/menitBukan atlet selama latihan maksimum : 48 ml/menitPada percobaan yang telah dilakukan objek yang tidak terlatih, didapatkan hasil peningkatan frekuensi pernafasan sebanyak 16 kali per menit untuk memenuhi kebutuhan otot untuk melakukan metabolisme selama kegiatan fisik.
METABOLISMEMengukur Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2
Tujuan:
Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2.
Dasar Teori:
Hewan dalam hidupnya selalu memerlukan energi untuk pertumbuhan, produksi, bekerja,
dan mempertahankan suhu tubuh agar kehidupannya berlangsung optimal. Semua energi tersebut
berasal dari oksidasi zat makanan. Yang dimaksud dengan pengukuran metabolisme energi
adalah pengukuran panas yang diproduksi oleh seekor hewan.
Ringkasnya:
Energi makanan = Energi kerja + Energi disimpan + Energi panas tubuh.
Kalorimetri secara tak langsung dapat dilakukan dengan mengukur konsumsi oksigen
dalam waktu tertentu. Energi dalam tubuh hewan berasal dari oksidasi makanan yaitu hidrat
arang, lemak, dan protein. Satu liter oksigen yang terpakai untuk mengoksidasi hidrat arang
menghasilkan panas 5.0 Kalori, lemak menghasilkan panas 4.7 Kalori, dan protein menghasilkan
panas 4.6 Kalori.
Hidrat Arang:
C6H12O + 6O2 6CO2 + 6H2O (GLUKOSA)
RQ = 6/6 =1.0 dengan nilai kalor 5.0 Kal/L O2
Lemak:
2C51H98O +145O2 102CO2 + 92H20 (TRIPALMITIN)
RQ = 102/145 = 0.70 dengan nilai kalor 4.7 Kal/L O2
Protein:
2C3H7O2N + 6O2 (NH2)2CO + 5CO2 + 5H2O (ALANIN)
RQ = 5/6 = 0.83 dengan nilai kalor 4.9 Kal/L O2
RQ campuran makanan adalah 0.82 dengan nilai kalori 4.825 Kalori/liter oksigen yang
dikonsumsi.
Semua perhitungan harus dalam keadaan suhu dan tekanan baku (pada 273°K, tekanan 760
mmHg). Gunakan hukum Boyle-Gay Lusac untuk menghitungnya.
P1V1 = P2V2
T1 T2
bahan dan alat1.metabolor stoplers2.brometer3.termometer4.timbangan5.tikus
Cara Kerja:
1. Timbang tikus (dalam kg).
2. Pastikan sistem tidak bocor.
3. Catat suhu dan tekanan udara, tulis sebagai T1 (tulis dalam °K) dan P1.
4. Masukkan tikus ke dalam metabolor.
5. Tarik spuit di luar metabolor (20 mL).
6. Tutup ruang metabolor, masukkan udara dalam spuit, perhatikan stop watch saat udara
dalam spuit dimasukkan ke dalam toples = waktu 0 detik percobaan, perhatikan bahwa air
di pipa U menjadi tidak sama.
7. Catat berapa lama tikus menghabiskan 20 mL udara, yaitu saat permukaan air di pipa U
kembali sama tinggi.
8. Buka tutup metabolor.
9. Ulangi no 5, 6, dan 7.
10. a) Hitung konsumsi O2 dalam satu hari, b) hitung konsumsi O2 dalam keadaan STP, c)
hitung produksi panas, dan d) hitung laju metabolisme.
\
Hasil kelompok 1 :
1. Tanggal percobaan : 4 Juli 2011
2. Tempat percobaan : Laboratorium 2
3. Hewan percobaan : Tikus , bobot badan : 200 gr
4. Suhu : 303oK , tekanan : 760 mmHg
5. Lama tikus menghabiskan 20 ml udara
Percobaan 1 = 5 menit
Percobaan 2 = 10 menit
Rata-rata = 15 = 7,5 menit
2
6. Volume O2 yang dikonsumsi selama percobaan
20 = 2,67 ml/menit = 0,00267 L/menit
7,5
7. Volume O2 dikonsumsi/hari
0,00267 x 24 jam x 60 menit = 3,8448 L/hari
8. Volume O2 dikonsumsi/hari pada STP
P1 . V1 = P2.V2
T1 T2
760 mmHg . V1 = 760 mmHg . 3,85 L/hari
273oK (273+30)oK
V1 = 273 x 2926 = 798798 = 3,467 = 3,5 L/hari
760 x 303 230380
9. Produksi panas (ME)
3,5 L/hari x 4,825 kal/hari = 16,88 kal/hari
10. Laju metabolism/hari/BM
BM = BB 0,75
(0,2)0,75
Laju metabolisme = ME = 22,195 = 80,315 kal/hari/kg 0,75
BM (0,18)0,75
Hasil kelompok 2 :
11. Tanggal percobaan : 4 Juli 2011
12. Tempat percobaan : Laboratorium 2
13. Hewan percobaan : Tikus , bobot badan : 200 gr
14. Suhu : 303oK , tekanan : 760 mmHg
15. Lama tikus menghabiskan 20 ml udara
Percobaan 1 = 5 menit
Percobaan 2 = 10 menit
Rata-rata = 15 = 7,5 menit
2
16. Volume O2 yang dikonsumsi selama percobaan
20 = 2,67 ml/menit = 0,00267 L/menit
7,5
17. Volume O2 dikonsumsi/hari
0,00267 x 24 jam x 60 menit = 3,8448 L/hari
18. Volume O2 dikonsumsi/hari pada STP
P1 . V1 = P2.V2
T1 T2
760 mmHg . V1 = 760 mmHg . 3,85 L/hari
273oK (273+30)oK
V1 = 273 x 2926 = 798798 = 3,467 = 3,5 L/hari
760 x 303 230380
19. Produksi panas (ME)
3,5 L/hari x 4,825 kal/hari = 16,88 kal/hari
20. Laju metabolism/hari/BM
BM = BB 0,75
(0,2)0,75
Laju metabolisme = ME = 22,195 = 80,315 kal/hari/kg 0,75
BM (0,18)0,75
Pembahasan:
Laju metabolisme tikus yang diberikan stressor lebih besar nilainya yaitu 80,315
kal/hari/kg 0,75, dibandingkan dengan tikus yang tidak mendapatkan stresor yaitu 77,7 kal/hari/kg 0,75. , hal ini dikarenakan sebagai respons terhadap stres, CRF disekresikan dari hipotalamus ke
sistem hipofisial-hipofisis-portal. CRF bekerja di hipofisis anterior untuk memicu pelepasan
hormon adrenokortikotropin (ACTH). Setelah dilepaskan ACTH bekerja di korteks adrenal
untuk merangsang sintesis dan pelepasan glukokortikoid. Glukokortikoid ini memiliki berbagai
macam efek di dalam tubuh, seperti meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan aktivitas
kardiovaskular ( seperti respon “flight or fight”) dll.
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya stressor berpengaruh terhadap laju peningkatan
metabolisme tubuh, sehingga tikus yang diberikan stressor pun akan menghabiskan oksigen lebih
cepat dan banyak dibandingkan dengan tikus control
PembahasanMetabolisme tubuh secara sederhana berarti semua reaksi kimia didalam semua sel tubuh dan kecepatan metabolisme dalam keadaan normal dinyatakan dengan istilah kecepatan pembebasan panas selama reaksi kimia.
Semua energi yang dilepaskan oleh proses metabolik akhirnya menjadi panas tubuh untuk membahas kecepatan metabolisme tubuh perlu digunakan satuan jumlah energi yang dilepaskan dari berbagai makanan atau yang digunakan oleh berbagai proses fungsional tubuh.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme1. Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan keseluruihan pembentukan panas tubuh
yang merupakan peningkatan kecepatan metabolisme.2. Kebutuhan energi untuk aktivitas sehari-hari, yaitu proses makan dan pencernaan makanan
meningkatkan jumlah pemakaian energi setiap hari.3. Usia4. Hormon5. Iklim
Kecepatan metabolisme basal, berarti kecepatan pemakaian energi dalam tubuh selama istirahat
absolut namun orang tersebut dalam keadaan terjaga. Teknik yang biasa digunakan untuk
menentukan kecepatan metabolisme basal adalah untuk mengukur kecepatan pemakaian oksigen
dengan menggunakan kalorimeter. Konsumsi oksigen pada setiap jenis hewan berbeda-beda.
Pada percobaan digunakan metabolator untuk hewan percobaan digunakan metabolator untuk
hewan percobaan tikus. Jumlah energi yang dibebaskan tiap liter oksigen yang dipakai tubuh
rata-rata 4,825 kalori. Ini disebut ekuivalen energi dari oksigen. Hasil percobaan membuktikan
konsumsi oksigen/ oksigen dipakai oleh tubuh (hewan percobaan) mempengaruhi laju
metabolisme dengan mengukur panas yang merupakan hasil dari proses metabolisme yang
dikalkulasikan dengan tetapa n ekuivalen energi.