tesis_rev6
TRANSCRIPT
PENGARUH KEHANDALAN DAN EMPATI INSTALASI FARMASI TERHADAP KEPUASAN PASIEN RUMAH SAKIT
MATA CICENDO BANDUNG
Oleh
Rurry Triastuti120820090530
TESIS
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PADJAJARANBANDUNG
i
PENGARUH KEHANDALAN DAN EMPATI INSTALASI FARMASI TERHADAP KEPUASAN PASIEN RUMAH SAKIT
MATA CICENDO BANDUNG
Oleh
Rurry Triastuti120820090530
TESIS
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PADJAJARANBANDUNG
ii
PENGESAHAN
PENGARUH KEHANDALAN DAN EMPATI INSTALASI FARMASI TERHADAP KEPUASAN PASIEN RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Oleh
Rurry Triastuti120820090530
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh Gelar Magister Manajemen
Program Pendidikan Magister Program Studi Administrasi Rumah Sakit ini
Telah disetujui oleh tim Pembimbing pada tanggal tertera seperti di bawah ini.
Bandung, 6 Desember 2011
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ridad Agoes,dr., MPH Dr. Hadyana Sukandar, MSc.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister) baik di Universitas Padjadjaran
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Bandung, 6 Desember 2011
Yang membuat pernyataan,
Rurry Triastuti
NPM 120820090530
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ridad Agoes,dr., MPH
2. Dr. Hadyana Sukandar, MSc.
Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk member
pengarahan, diskusi dan bimbingan serta persetujuan sehingga tesis ini dapat selesai
dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak H. Saiful Bachri dan Ibu Hj. Siti Saudah
2. Prasejaz Daanish Pujihatma
3. Priambudi Pujihatma, ST, MT
Atas dukungan, doa dan semangat yang diberikan.
vi
Rurry Triastuti. 120820090530. Pengaruh Kehandalan dan Empati Instalasi Farmasi Terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Di bawah bimbingan : Prof. Dr. Ridad Agoes,dr., MPH dan Dr. Hadyana Sukandar, MSc.
Pelayanan kesehatan prima merupakan elemen utama rumah sakit untuk bertahan di era globalisasi ini.Rumah Sakit dewasa ini harus menjalankan beberapa fungsi sebagai penyelenggara pelayanan penunjang medik dan non medik. Salah satu dari pelayanan penunjang medic terapeutik adalah Instalasi farmasi Rumah Sakit.
Sebagai institusi profesi, instalasi farmasi harus memiliki kesadaran sosial berdasarkan prikemanusiaan dalam menyediakan pelayanan sebaik-baiknya bagi pasien. Di sisi lain, sebagai instansi perdagangan obat, wajar jika instalai farmasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemasukan bagi rumah sakit.
Instalasi farmasi juga mendapat persaingan dengan semakin banyaknya apotek-apotek swasta dengan persediaan obat yang sama atau bahan lebih lengkap dari instalasi farmasi rumah sakit. Manajemen instalasi farmasi yang baik penting untuk meningkatkan operasional rumah sakit yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Manajemen yang baik akan berbasis pada pelayanan berkualitas yang terfokus kepada kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan terdiri dari lima kategori, yaitu :aspek fisik, kehandalan, jaminan pelayanan, empati, dan daya tanggap.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kualitas layanan dalam aspek kehandalan instalasi farmasi dan empati pegawai instalasi farmasi terhadap kepuasan pasien instalasi farmasi di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran setiap variable yaitu variabel independen (kualitas pelayanan) dan variabel dependen (kepuasan pelanggan) dengan cara pelompokkan dan melakukan tabulasi. Analisa verifikatif menguji apakah ada pengaruh antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan.
Untuk menganalisis suatu pengaruh antara setiap variabel independen terhadap variabel dependen digunakan metode path analysis. Menggunakan metode ini, akan dikuantifikasi besar pengaruh variable kehandalan dan empati, baik langsung maupun tidak langsung, secara simulntan maupun parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kehandalan dan empati secara simultan memiliki pengaruh sebesar 48,7% terhadap kepuasan pasien instalasi farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Secara parsial, aspek kehandalan memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kepuasan pasien di Instalasi Farmasi RSMC, yaitu sebesar 30,6%, dan Empati memiliki pengaruh sebesar 18,1%
Ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien instalasi farmai sebagian besar sangat ditentukan oleh aspek kehandalan instalasi farmasi dan empati petugas installasi farmasi rumah sakit. Secara individual, kehandalan lebih memiliki pengaruh yang lebih besarterhadap kepuasan pasien dibandingkan dengan empati, baik secara langsung maupun tidak langsung.Kata kunci : kehandalan, empati, kepuasan, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
vii
Rurry Triastuti. 120820090530. The Effect of Reliability and Empathy of aHospital Pharmacy Unit Towards Patient Satisfaction in Cicendo Eye Hospital Bandung Under the advise of : Prof. Dr. Ridad Agoes,dr., MPH dan Dr. Hadyana Sukandar, MSc.
High quality healthcare service is the prime element of hospital, which acts as an enabling factor for the hospital to survive in this era of globalization. Nowadays, hospitals need to run its function as a provider in medical health care and therapeutic services..One of the therapeutic services which shall be provided by the hospital is the hospital pharmacy unit.
The pharmacy, as a professional institute, needs to have social responsibility, based on humanity, providing the best service quality for the customers. On the other side, as an institution which thrives from the business of medicine, pharmacy is expected to provide significant income for the hospital.
Hospital Pharmacy Unit is currently facing a greater competition due to the development and expansion of other pharmacies located outside of the hospital. These new pharmacies have better facilities, with better medicine availability, which may very well attract the customers and prevent them from purchasing medicine from the Hospital Pharmacy Unit. . Hospital Pharmacy Unit needs to be well managed in order to increase hospital operability and increase income as the final purpose. A good management will be based on high quality services which focus on the customer satisfaction. Service quality is divided into five categories: tangibles, empathy, assurance, responsiveness and reliability.
The purpose of this research is to analyze the effect of service quality, especially in the aspect of reliability and empathy, in determining the customer satisfaction in Rumah Sakit Mata Cicendo.
Two methods are being implemented in this paper, descriptive and verification. Descriptive method is used to explain an overview of each variable, which are independent variables (reliability and empathy), and dependent variable (customer satisfaction). Verification method is needed to test is there any effect on customer satisfaction caused by independent factor such as reliability and empathy.
Path analysis is used to analyze the effect of each independent variable (reliability and empathy), towards dependent variable (customer satisfaction). Through this method, the relationship between empathy, reliability and customer satisfaction will be quantified, simultaneously or partially.
The result shows that reliability and empathy simultaneously have significant relationship (48.7%) towards customer satisfaction. Partially, reliability aspect has the most significant relationship (30.6%) and empathy has smaller significant relationship (18.1%).
This shows that the patient satisfaction is mostly affected by the reliability aspect of the Hospital Pharmacy Unit. Reliability has a more significant relationship (direct or non direct) towards customer satisfaction compared to empathy. Key words: reliability, empathy, customer satisfaction
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah .......................................... 9
1.2.1 Identifikasi Masalah........................................................ 9
1.2.2 Rumusan Masalah........................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 11
1.4.1 Akademis........................................................................ 11
1.4.2 Praktis ............................................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................... 12
2.1.1 Kualitas pelayanan .......................................................... 12
2.1.1.1 Kualitas Pelayanan Rumah Sakit........................ 15
2.1.1.2 Kehandalan...………………………………… 19
2.1.1.3 Empati………………………………………… 22
2.1.1.4 Pelayanan Farmasi.............................................. 25
2.1.2 Kepuasan Pasien ............................................................. 32
ix
2.2 Kerangka Pemikiran.................................................................... 38
2.3 Hipotesis...................................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode yang Digunakan .......................................................... 42
3.2 Operasionalisasi Variabel ........................................................ 44
3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data ............................................ 46
3.3.1 Sumber Data.................................................................... 46
3.3.2 Cara Penentuan Data....................................................... 46
3.3.2.1 Penentuan Ukuran Sampel.................................. 46
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 48
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………………… 48
3.6 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ..................................... 50
3.6.1 Rancangan Analisis......................................................... 50
3.6.2 Uji Hipotesis................................................................... 54
3.7 Waktu dan Lokasi Penelitian…………………………………… 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil RSMC Bandung ............................................................. 59
4.1.1 Sejarah Pusat Mata Nasional RSMC Bandung............... 59
4.1.2 Visi dan Misi Pusat Mata Nasional RSMC Bandung……. 59
4.1.3 Struktur Organisasi Pusat Mata Nasional RSMC Bandung 60
4.1.4 Pelayanan Pusat Mata Nasional RSMC Bandung………….. 62
4.1.5 Perkembangan Lingkungan RSMC Bandung………….. 63
x
4.2 Uji Coba Kuesioner................................................................... 63
4.3 Analisa Deskriptif……………………………………………… 67
4.3.1 Karakteristik Responden…………................................. 67
4.3.2 Data Penelitian…………………………………………… 71
4.3.2.1 Kehandalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit…….. 71
4.3.2.2 Empati Petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit….. 74
4.3.2.3 Kepuasan Pasien…………………………………. 77
4.4 Pengaruh Kehandalan dan Empati terhadap Kepuasan Pasien….. 80
4.4.1 Hubungan Antar Variabel…………............................... 80
4.4.2 Koefisien Jalur……………………………………………. 82
4.4.3 Pengujian Jalur……………………………………………. 83
4.4.3.1 Pengujian Keseluruhan (Simultan)…….............… 83
4.4.3.2 Pengujian Secara Individu (Parsial)……............…. 85
4.4.3 Pengujian Hubungan antar variable Bebas.....................… 87
4.4.5 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung…………………..88
4.5 Pembahasan………………………………………………………. 90
4.5.1 Pembahasan Penilaian Pasien terhadap Kehandalan......…. 90
4.5.2 Pembahasan Penilaian Pasien terhadap Empati…………… 92
4.5.3 Pembahasan Penilaian Pasien terhadap Kepuasan…………93
4.5.4 Pembahasan Pengaruh Kehandalan & Empati terhadap
Kepuasan Pasien………………………………………… 95
5.1 Kesimpulan............................................................................... 100
xi
5.2 Saran......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 102
LAMPIRAN………………………………………………………………… 106
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. 119
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Rumah sakit dewasa ini dituntut untuk menyediakan pelayanan kesehatan
yang menyeluruh, mencakup pelayanan di bidang promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Dewasa ini, pelayanan kesehatan khususnya di kota-kota besar semakin
meningkat baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas, sehingga persaingan antar
rumah sakit menjadi semakin ketat. Konsumen memiliki kebebasan untuk
menentukan rumah sakit yang dipandang mampu memberikan pelayanan yang prima.
Menurut Puspita (2009:7), kualitas pelayanan merupakan indikator kerja bagi
penyelenggara pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Rumah sakit akan semakin
maju jika kinerjanya dapat dipertahankan. Oleh karena itu pelayanan rumah sakit
harus berubah mengarah pada kekuatan pasar sehingga orientasi rumah sakit bergeser
dari organisasi sosial ke arah sosioekonomi, dengan demikian mempertahankan
pelanggan adalah tujuan utama yang harus dicapai.
Perananan rumah sakit adalah berusaha menyediakan berbagai unsur layanan
di bidang kesehatan secara berkualitas sehingga bukan hanya memuaskan pasien,
tetapi juga diharapkan dapat bersaing dengan rumah sakit lainnya. Rumah sakit
dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan konsumen dengan meningkatkan kualitas
1
2
pelayanan kesehatan dengan tingkat mutu yang sebaik-baiknya, dengan biaya yang
seringan-ringannya.
Wahdi (2006:6) menyatakan bahwa kualitas pelayanan akan memberikan
dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan
penyedia jasa. Penyedia jasa dapat meningkatkan kepuasan pelanggan melalui usaha
memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan atau meniadakan
pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Dalam jangka panjang, ikatan
seperti ini memungkinkan penyedia jasa dapat memahami harapan pelanggan serta
kebutuhan mereka. Ikatan seperti ini hanya akan tumbuh jika rumah sakit berhasil
menyediakan pelayanan kesehatan dengan kualitas prima.
Kualitas pelayanan dinyatakan oleh Zeithaml dan Parasuraman (1990) melalui
model SERVQUAL, di mana terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yaitu:
reliability (kehandalan pelayanan), responsiveness (ketanggapan pelayanan),
assurance (kemampuan memberi jaminan pelayanan), empathy (memahami harapan
pelanggan), dan tangibles (faktor fisik yang dirasakan pelanggan). Kualitas layanan
merupakan strategi yang mendasar d/alam upaya perusahaan/rumah sakit meraih
sukses yang berkelanjutan dalam lingkungan persaingan bisnis yang ketat.
Pelayanan kesehatan prima merupakan elemen utama rumah sakit dan unit-
unit kesehatan untuk bertahan di era globalisasi ini. Karena itu, sistem managerial
lembaga kesehatan, perlu banyak pembenahan agar mampu bersaing. Bila elemen
tersebut sengaja diabaikan bahkan dilupakan, maka dalam waktu yang tidak terlalu
lama penyedia jasa bersangkutan akan kehilangan banyak pelanggan lama dan dijauhi
3
oleh calon pelanggan. Pelanggan akan beralih ke penyedia jasa lain yang lebih
mampu memahami kebutuhan spesifik pelanggan dan memberikan pelayanan spesifik
yang lebih baik. Hal ini menunjukkan pentingnya kepuasan pasien dalam
mempertahankan eksistensi rumah sakit di era globalisasi.
Terdapat hubungan yang erat antara kualitas pelayanan rumah sakit dengan
kepuasan pasien. Gagliano dalam Wiratno (1998) mendefinisikan kualitas pelayanan
sebagai pandangan terhadap hasil evaluasi antara harapan konsumen dengan
kenyataan yang diperoleh dari pelayanan yang diterima. Kepuasan didefinsikan oleh
Cronin dan Taylor (1992) sebagai persepsi pelanggan terhadap suatu layanan yang
diterima. Jika pelayanan berhasil memenuhi harapan konsumen, maka konsumen
akan merasa puas, sebaliknya konsumen akan merasa kecewa jika pelayanan yang
diberikan di bawah harapan.
Kepuasan pasien menurut Linder Pelz (2002) adalah evaluasi positif dari
dimensi pelayanan yang beragam. Dimensi dapat berupa sebagian kecil dari
pelayanan kesehatan, semisal hanya layanan rawat inap, rawat jalan, atau sebatas
layanan farmasi, dengan ruang lingkup dokter, perawat atau tenaga medis lain.
Dalam mengkaji kepuasan pasien, Linder Pelz menyatakan terdapat sepuluh aspek
yang perlu dikaji, yaitu: keterjangkauan (accessibility), ketersediaan sumber daya
(availability of resources), kontinuitas pelayanan (service continuity), efektivitas hasil
pelayanan (efficacy), keuangan (finance), kemanusiaan (humanity), ketersediaan
informasi (information gathering), pemberian informasi (information delivering)
serta kualitas dan kompetensi petugas (quality or competence).
4
Seluruh rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung harus
memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya demi menciptakan kepuasan
pasien. Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, sebuah rumah sakit pemerintah yang
terletak di kota Bandung, provinsi Jawa Barat. Seiring dengan perkembangan kota
Bandung, beberapa rumah sakit baik swasta maupun pemerintah, poliklinik, apotek
baru mulai bermunculan. Rumah sakit dan poliklinik baru kini memberikan alternatif
pelayanan medis bagi penduduk kota Bandung. Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
kini dituntut untuk dapat menyediakan pelayanan yang memuaskan bagi
pelanggannya, agar konsumen tetap memilih RSMC Cicendo sebagai tempat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Rumah sakit akan merasakan banyak manfaat jika dapat mengutamakan
kepuasan pasien. Menurut Azwar (1994), meneliti kepuasan pasien berguna untuk:
rekomendasi medis akan dengan senang hati diikuti oleh pasien yang puas dengan
pelayanan rumah sakit, adanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena
menjaga kepuasan pasien, citra positif akan menguntungkan secara sosial dan
ekonomi sebab masyarakat ingin mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti
yang selama ini mereka dengar, pihak yang berkepentingan dengan rumah sakit,
seperti: asuransi, akan lebih percaya terhadap instalasi rumah sakit tersebut, situasi
kondusif di dalam rumah sakit di mana hak pasien dijunjung tinggi sehingga
mencegah terjadinya malpraktek.
Rumah Sakit dewasa ini harus menjalankan beberapa fungsi sebagai
penyelenggara pelayanan penunjang medik dan non medik. Hal ini sesuai dengan SK
5
Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Umum, yang menyebutkan bahwa rumah sakit selain menyediakan
pelayanan. Pelayanan penunjang medik meliputi pelayananan terapeutik dan
diagnostik. Instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu dari pelayanan
penunjang medik terapeutik.
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung juga menyediakan pelayanan di bidang
penunjang medik, salah satunya di instalasi farmasi. Pelayanan kesehatan di instalasi
farmasi juga harus diperhatikan karena sesuai dengan pernyataan Yusmainita
(2002:799-802) yang menyatakan bahwa terdapat 5 sumber pendapatan rumah sakit,
yaitu : instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi laboratorium patologi
klinik dan patologi anatomi, instalasi radiologi dan instalasi farmasi. Dari kelima
sumber tersebut, instalasi farmasi merupakan penyumbang pendapatan terbesar,
mengingat lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan
perbekalan farmasi (obat, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis
pakai, alat kedokteran dan gas medik). Hampir 50% dari seluruh pemasukan rumah
sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Pendapatan rumah sakit akan
mengalami penurunan jika rumah sakit tidak berhasil dalam menjaga kualitas
pelayanan instalasi farmasi.
Ifmaily (2006:2) menyatakan bahwa dewasa ini usaha di bidang farmasi
mempunyai dua profil, yaitu sebagai institusi profesi dan sebagai instansi
perdagangan obat. Sebagai institusi profesi, instalasi farmasi harus memiliki
kesadaran sosial berdasarkan prikemanusiaan dalam menyediakan pelayanan sebaik-
6
baiknya bagi pasien. Di sisi lain, sebagai instansi perdagangan obat, adalah wajar jika
instalai farmasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemasukan bagi rumah
sakit, meskipun komersialisasi rumah sakit yang berlebihan perlu dihindari.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes 129 tahun
2008 telah menetapkan standar pelayanan minimal instalasi farmasi rumah sakit, di
antaranya:
Waktu tunggu pelayanan obat jadi : ≤ 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racikan : ≤ 60 menit
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat : 100%
Kepuasan pelanggan : ≥ 80%
Penulisan resep sesuai formularium : 100%
Dengan demikian, sudah menjadi kewajiban bagi setiap instalasi farmasi rumah sakit
di Indonesia, termasuk RSMC Bandung untuk dapat memenuhi kualitas pelayanan
tersebut. Kegagalan dalam memenuhi parameter pelayanan di atas, akan
mengakibatkan pasien beralih ke instalasi farmasi di luar rumah sakit.
Saat ini instalasi farmasi juga mendapat persaingan dengan semakin
banyaknya apotek-apotek swasta dengan persediaan obat yang sama atau bahan lebih
lengkap dari instalasi farmasi rumah sakit. Siregar (2004) menyatakan bahwa hal ini
mengakibatkan instalasi farmasi di rumah sakit sulit untuk mengendalikan peredaran
perbekalan farmasi dan kesehatan di rumah sakit, sehingga tugas dan fungsinya di
rumah sakit tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Manajemen apotek yang baik
penting untuk meningkatkan operasional rumah sakit yang pada akhirnya akan
7
meningkatkan pendapatan rumah sakit. Dengan demikian rumah sakit dapat tetap
bertahan dan melaksanakan fungsi sosio-ekonominya.
Berdasarkan hasil survei yang didapat peneliti dari kotak suara terdapat
beberapa keluhan di instalasi farmasi, antara lain: ketidaktersediaan beberapa jenis
obat dan lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan obat, terdapatnya pembedaan
status sosial bagi pasien yang mengikuti program Jamkesmas, antrian yang tidak
teratur, petugas yang tidak ramah, segel obat yang telah terbuka ketika diserahkan ke
pasien dan obat yang diserahkan tanpa disertai dengan kuitansi. Walaupun keluhan di
Instalasi Farmasi tidak begitu banyak, tetapi keluhan tersebut perlu ditindaklanjuti
dengan meneliti aspek-aspek kualitas pelayanan yang menjadi sumber keluhan. Hal
tersebut perlu diperhatikan karena dari hasil riset yang dilakukan Kotler (2009: 49)
menunjukkan bahwa 25% dari total pembelian konsumen diwarnai ketidakpuasan.
Dari jumlah tersebut, hanya 5% pelanggan yang tidak puas yang bersedia melakukan
keluhan. Di antara pelanggan yang tidak puas, kebanyakan diantaranya langsung
berganti pemasok, artinya 95% pelanggan yang tidak puas tidak melakukan keluhan
ke perusahaaan, tetapi berpotensi menceritakan keluhan pada pihak ketiga dan
mempengaruhi untuk tidak memilih rumah sakit tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa keluhan yang tidak ditangani serius justru akan mengakibatkan rumah sakit
ditinggalkan oleh pasien.
Pasien memiliki harapan bahwa instalasi farmasi dapat menyediakan seluruh
obat/keperluan medis lainnya yang diresepkan oleh dokter dengan harga yang cukup
terjangkau. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chriswardani
8
(1998), yang menyatakan bahwa kemudahan dan kelancaran administrasi, termasuk
kesediaan dan kelengkapan obat-obatan di apotek rumah sakit dan lama waktu
pelayan apotek rumah sakit merupakan faktor yang menentukan kepuasan pasien,
selain faktor pelayanan dokter perawat serta faktor kenyamanan instalasi rawat inap.
Peneliti lain, Siregar (2004), menyatakan bahwa meskipun instalasi farmasi
merupakan salah satu bagian dalam rumah sakit, tetapi keberadannya sangat penting
dalam menunjang keberhasilan perkembangan profesionalisme rumah sakit dan juga
terhadap ekonomi dan biaya operasional rumah sakit. Obat merupakan salah satu
faktor penting untuk meningkatkan kesembuhan pasien. Oleh karena itu pelayanan
kefarmasian penting dan hampir berkaitan dengan hampir seluruh kegiatan lain di
rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terkait dengan pengaruh kualitas pelayanan instalasi farmasi terhadap
kepuasan pasien rumah sakit. Instalasi farmasi di Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung, sebagai salah satu sumber pemasukan rumah sakit, harus dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Rumah sakit sebagai sebuah institusi
sosioekonomi akan kehilangan pendapatan potensial jika pasien beralih ke instalasi
farmasi di luar rumah sakit, hanya karena instalasi farmasi rumah sakit belum mampu
menyediakan kualitas pelayanan yang prima.
Keluhan pelanggan seperti yang telah dikemukakan di atas dapat
dikategorikan dalam dua aspek. Ketidaktersediaan obat, waktu tunggu yang lama,
ketidaktertiban administrasi adalah aspek kehandalan sedangkan pembedaan status
9
sosial, petugas yang tidak ramah masuk ke dalam aspek empati. Oleh karena itu,
penulis hendak meneliti pengaruh kualitas pelayanan dalam aspek kehandalan dan
aspek empati terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit Mata Cicendo.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah
seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan instalasi farmasi dalam aspek kehandalan
dan empati, terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kehandalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung?
b. Bagaimana empati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung?
c. Bagaimana kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung?
d. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung simultan maupun parsial?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Tulisan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kehandalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung.
b. Untuk mengetahui empati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung.
c. Untuk mengetahui kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung.
d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dalam aspek
kehandalan dan empati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung simultan maupun
parsial
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Secara akademis, tulisan ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan ilmu manajemen rumah sakit melalui penerapan ilmu yang
diperoleh selama masa kuliah dan melakukan perbandingan dengan kondisi aktual
yang terjadi dalam rumah sakit
b. Melatih kemampuan berpikir secara sistematis
c. Sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang berminat dalam melakukan
penelitian lanjutan, khususnya mengenai kualitas pelayanan rumah sakit
11
1.4.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah:
a. Sebagai rekomendasi terhadap manejemen Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
Bandung dalam menganalisis masalah terkait dengan pengelolaan kualitas
pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan instalasi farmasi rumah sakit
b. Sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung dan rumah sakit
lain dengan permasalahan serupa, khususnya terkait dengan prengelolaan kualitas
pelayanan kesehatan, terutama terkait dengan instalasi farmasi rumah sakit.
12
c. BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk kepada penampilan
(performance) dari suatu pelayanan kesehatan (Walgito, 2001). Semakin sempurna
penampilan dari pelayanan kesehatan, makin sempurna pula mutunya.
Penampilan merupakan keluaran (output) dari suatu pelayanan kesehatan.
Menurut Walgito (2001), terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi output suatu
pelayanan, yaitu:
a. Unsur masukan, yang terdiri dari tenaga, dana, dan sarana. Jika tenaga tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan jika dana yang tersedia tidak
mencukupi, sulit untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.
b. Unsur lingkungan, mencakup kebijakan, organisasi dan manajemen. Jika
kebijakan, organisasi, dan manajemen tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan (standard of organization and management) dan atau tidak bersifat
mendukung maka sulit diharapkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
12
13
c. Unsur proses, mencakup tindakan medis dan non medis. Jika kedua tindakan
tersebut tidak sesuai dengan standar (standard of conduct) maka sulit
diharapkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Menurut Notoatmojo (1993), kualitas pelayanan kesehatan yang baik mengenal dua
pembatasan:
a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien. Kualitas pelayanan kesehatan yang
baik adalah apabila pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tersebut dapat
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk yang menjadi sasaran utama pelayanan kesehatan
tersebut.
b. Pembatasan pada upaya yang dilakukan. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik
adalah apabila tata cara penyelenggarannya sesuai dengan standar serta kode etik
profesi yang telah ditetapkan.
Zeithaml et al (1990) menyebutkan bahwa kualitas pelayanan ditentukan oleh
jarak ketidaksesuaian antara harapan/keinginan dan persepsi pasien. Kualitas
pelayanan yang baik adalah kualitas pelayanan yang mampu mempertemukan
harapan dan persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan yang diterima. Faktor-faktor
yang mempengaruhi harapan pasien adalah :
a. Komunikasi dari mulut ke mulut, yaitu informasi yang didengar dari pasien lain.
b. Kebutuhan perorangan, meliputi karakteristik individu danl ingkungan.
c. Pengalaman masa lalu.
14
d. Komunikasi eksternal, yaitu informasi yang berasal dari penyedia pelayanan
kesehatan.
Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada
pelanggan, perusahaan harus memperhatikan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan. Parasuraman et al (1990) menyatakan bahwa terdapat lima
dimensi pelayanan yang disebut dengan model SERVQUAL, yaitu:
a. Bukti fisik (aspek fisik) adalah kemampuan stau perusahaan dalam menunjukkan
eksistensi kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata
dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, mencakup : fasilitas fisik
(gedung, gudang, dsb), teknologi yang digunakan dan penampilan pegawai.
b. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpecaya. Kinerja
harus sesuai dengan harapan pelanggan, mencakup: ketepatan waktu, pelayanan
yang tidak memandung status sosial ekonomi maupun golongan suku ras atau
agama, sikap simpatik dan keakuratan pelayanan.
c. Ketanggapan (responsiveness) adalah kemamuan untuk membantu, memberikan
pelayanan yang tanggap dan tepat kepada pelanggan dengan disertai kejelasan
informasi. Pelayanan yang lamban dan informasi yang tidak jelas akan
menimbulkan pandangan negatif kepada penyedia pelayanan.
15
d. Jaminan (assurance) adalah kemampuan untuk menimbulkan rasa yakin atau
percaya pada pelanggan terhadap penyedia pelayanan. Hal ini mencakup
komunikasi, kredibilitas, keramahan, keamanan dan kompetensi
e. Perhatian (empathy), adalah pemberian perhatian yang tulus dan tanpa pamrih
kepada pelanggan dengan selalu berusaha mengerti apa yang pelanggan inginkan.
Penyedia pelayanan diharapkan dapat mengerti posisi pelanggan, sehingga dapat
memahami pelayanan apa saja yang harus diberikan untuk menjaga kenyamanan
pelanggan.
I.1.1.1 Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan
dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Menurut Jacobalis (1990) rumah sakit sebagai suatu sistem terdiri dari:
a. Input adalah sarana fisik, perlengakapan atau peralatan, organisasi dan
manajemen keuangan dan sumber daya lainnya
b. Proses adalah semua kegiatan dan keseluruhan input baik itu tindakan medis
maupun tindakan non medis dalam interaksinya dengan pemberian pelayanan
kesehatan
16
c. Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan proses yaitu tindakan tenaga medis
terhadap pasien dalam arti derajat kesehatan
Kualitas pelayanan rumah sakit didefinsikan sebagai derajat kesempurnaan
rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi
sumber daya yang tersedia di rumah sakit dengan wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
konsumen.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari:
a. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang
professional dalam bidangnya baik dokter umum mamupun spesialis
b. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis
terhadap pasien tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat sesuai aturan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medik, pelayanan penunjang yang diberikan terhadap
pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medis, dll.
d. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain salah
satunya adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis dan
kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya
rawat jalan dan rawat inap.
17
Variabel input dalam proses mewujudkan mutu pelayanan rumah sakit
meliputi (Tjiptono, 2001:27):
1) Faktor Manusia
Manusia sebagai pemberi pelayanan langsung, mulai dari dokter, paramedus, tenaga
administrasi, satpam, petugas parkir, maupun bukan pemberi pelayanan langsung
seperti direktur, yayasan/pemilik modal, petugas laundry, cleaning service, dan lain-
lain.
2) Faktor Sarana dan Prasarana Klinik
Bangunan gedung meliuti lay out, kualitas bahan, bentuk, warna, kebersihan, lokasi.
Peralatan: alat medis, alat non medis: alat suntik, termometer, mebelair, sarana
komunikasi, AC, kulkas, dan lain-lain.
3) Faktor Manajemen
Prosedur pelayanan, prosedur administrasi, ketentuan pemakaian alat, ketentuan
tarif, standar terapi, standar pelayanan, standar prilaku, dan lain-lain.
4) Faktor Alam
Fator ini lebih banyak bersifat tidak terkendali, atau sulit dikendalikan seperti:
Banjir, kemarau panjang, gempa bumi, angin ribut, dan lain-lain.
5) Dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan The National Research Corporation
(NRC) pada rumah sakit, terdapat 14 faktor yang diperhatikan rumah sakit (Cooper
1994:106), yaitu: kualitas staf medis, kualitas pelayanan gawat darurat, kualitas
pelayanan perawat, tersedianya pelayanan yang lengkap, rekommendasi dokter,
18
peralatan yang modern, karyawan yang sopan santun, lingkungan yang yang baik,
penggunaan rumah sakit sebelumnya, ongkos perawatan, rekomendasi keluarga,
dekat dari rumah, ruangan pribadi dan rekomendasi teman.
Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Sikap atau cara karyawan
dalam melayani pelanggan secara memuaskan berperan besar dalam menciptakan
keunggulan pelayanan (service excellent). Keunggulan seperti ini dibentuk melaluui
penginntegrasian 4 pilar yang saling berkaitan erat, yaitu ketepatan, kecepatan,
bkeramahan dan kenyamanan layanan.
Dalam buku standar rumah sakit pendidikan tingkat pengembangan (Depkes,
2005), PP 23 tahun 2005 terdapat peraturan mengenai Standar Pelayanan Minimun
(SPM) yaitu bahwa standar SPM mempertimbanngkan (dimensi): kualitas teknis, tata
cara, proses dan waktu, pemerataan dan kesetaraan; biaya; dan kemuidahan. Dimana
dalam penyusunannya standar BLU semestinya memenuhi persyaratan SMART:
Spesific (fokus pada jenis layanan), Measureable (dapat diukur), Achiveable (dapat
dicapai), Reliable (relevan dan dapat dihandalkan), dan Timely (tepat waktu).
Pelayanan kesehatan paripurna yang dilakukan rumah sakit meliputi, lebih
peka mengenai kebutuhan, fokus menyediakan kebutuhan, kompetitif, sedia
pelayanan baru, lebih efektif, harga lebih kreatif, dan menciptakan kepuasan semua
pihak.
19
2.1.1.2 Kehandalan
Kehandalan merupakan salah satu dimensi dari pelayanan berkualitas.
Pelayanan berkualitas merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memenuhi harapan pelanggannya. Pelayanan yang berkualitas lebih menekankan
aspek kepuasan konsumen yang diberikan oleh perusahaan yang menawarkan jasa.
Keberhasilan suatu perusahaan yang bergerak di sektor jasa tergantung
pelayanan yang ditawarkan. Pelayanan berhubungan erat dengan kepuasan
pelanggan. Pelayanan yang berkualitas memberikan suatu dorongan kepada
pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam
jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk selalu memahami
dengan seksama harapan-harapan konsumen.
Salah satu cara yang dapat dilakukan pihak manajemen untuk mempermudah
pengambilan tindakan perbaikan pelayanan dengan menetapkan standar pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan.
Jika pelayanan tidak memenuhi standar yang ditetapkan, berarti diperlukan perbaikan
agar permasalahan yang sama tidak terulang di masa mendatang.
Reliability atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai
dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk
semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang
tinggi.
20
Menurut Parasuraman dalam Tortorella (2005), kehandalan adalah
kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat (accurately)
dan kemampuan untuk dipercaya (dependably), terutama memberikan jasa secara
tepat waktu (ontime), dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang telah
dijanjikan dan tanpa melakukan kesalahan setiap kali.
Adapun atribut-atribut yang berada dalam dimensi ini antara lain:
a. Memberikan pelayanan sesuai janji
b. Pertanggung jawaban tentang penanganan konsumen akan masalah pelayanan
c. Memberi pelayanan yang baik saat kesan pertama kepada konsumen
d. Memberikan pelayanan tepat waktu
e. Memberikan informasi kepada konsumen tentang kapan pelayanan yang
dijanjikan akan direalisasikan.
Fokus pada kehandalan layanan secara ekonomis akan bermanfaat. Pada
gilirannya peningkatan efisiensi ekonomi lebih besar dari penghindaran terhadap hal
hal yang tidak bermanfaat. Pemahaman yang jelas terhadap kehandalan pelayanan
bermanfaat bagi semua pihak di dalam bisnis pelayanan jasa. Pelayanan menjadi
lebih menguntungkan dengan menawarkan jasa yang menarik kepada pelanggan. Para
pelanggan pada gilirannya mempunyai harapan tentang kehandalan dari pelayanan
yang mereka bayar dan jarang berpikir tentang penyerahan layanan tersebut oleh
penyedia jasa.
Menurut Tortorella (2005), kepedulian pelanggan adalah tentang apakah
mereka dapat mengakses pelayanan yang mereka beli ketika mereka
21
menginginkannya. Pelanggan memperhatikan apakah mereka dapat melakukan
transaksi secara lengkap tanpa gangguan, apakah mereka dapat menutup transaksi
ketika mereka sudah selesai. Pelanggan memperhatikan apakah mutu dari transaksi
memenuhi harapan mereka kapan saja transaksi terjadi. Semua hal tersebut
merupakan kehandalan yang bersinggungan dengan jasa, berfungsi sebagai pelayanan
sepanjang waktu yang ditawarkan oleh penyedia jasa. Kesimpulannya, sekali suatu
jasa layanan ditawarkan, kehandalan kesepakatan layanan dengan “sukses penyerahan
berulang” merupakan suatu pengalaman kehandalan yang perlu dipertahankan.
Menurut Tortorella (2005), kehandalan merupakan salah satu faktor yang
penting untuk mempertahankan bisnis jasa. Produk atau jasa yang tidak dapat
menjangkau lebih dari standar kehandalan akan hilang dari pasar, terutama dalam
iklim persaingan sekarang. Dalam upaya mencapai tingkat kehandalan, diperlukan
suatu pendekatan kepada pelanggan. Dalam komunikasi, energi, ruang, pertahanan,
transportasi, dan obat/kedokteran, kehandalan menjadi suatu hak milik yang tertinggi.
Tanpa kehandalan dalam produk dan jasa tersebut, pelanggan akan meninggalkannya.
Fornell et al. (1996) menyatakan bahwa kepuasan konsumen secara
menyeluruh adalah hasil evaluasi dari pengalaman konsumsi sekarang yang berasal
dari kehandalan dan standarisasi pelayanan.
Kehandalan mencerminkan jasa layanan dari penyedia berupa "kemampuan
untuk melaksanakan jasa layanan yang dapat dipercaya dan teliti". Kehandalan
meliputi "melakukan dengan benar saat pertama kali", yang merupakan salah satu
22
komponen yang paling utama dari jasa layanan pelanggan. Kehandalan juga meluas
untuk menyediakan jasa layanan seperti dan ketika dijanjikan dan mempertahankan
bebas dari kesalahan.
2.1.1.3 Empati
Empati merupakan bagian yang penting dari social competency dan
merupakan salah satu unsur kecerdasan sosial. Empati terinci dan berhubungan erat
dengan komponen-komponen lain, seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan
empatik dan pengertian sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang
lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non verbal. Penyelarasan yakni
mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang.
Ketepatan empatik yakni memahamai pikiran, perasaan dan maksud orang lain dan
pengertian sosial yakni mengetahui bagaimana dunia social bekerja (Goleman,
2007:114).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan empati sebagai keadaan mental
yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan
perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati adalah
kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan
pengalaman orang lain.
Secara lebih luas empati diartikan sebagai keterampilan social tidak sekedar
ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi juga mampu
23
melakukan respon kepedulian (concern) terhadap perasaan dan perilaku orang
tersebut (Maungunsong, 2010).
Empati akan timbul jika manusia dapat memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Melibatkan proses pikir secara utuh, dengan segala macam risiko perbedaan
pendapat, rasa bahkan kemungkinan konflik. Melalui pengolahan terus menerus
maka individu bisa mengenal status perasaannya, lalu kuat berempati dan
memanfaatkan emosinya dalam kehidupan kerja (Rachman & Savitri, 2009)
b. Muncul dalam tindakan-tindakan seperti yang dinyatakan Goleman (1997), yaitu:
i. Mampu menerima sudut pandang orang lain: individu mampu membedakan
antara apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain dengan reaksi dan
penilaian individu itu sendiri. Dengan perkembangan aspek kognitif
seseorang, kemampuan untuk menerima sudut pandang orang lain dan
pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat
sehingga ia akan mampu memberikan perlakuan dengan cara yang cepat.
ii. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain: individu mampu
mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya
emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang ditampakkan,
misalnya nada bicara, gerak-gerik dan ekspresi wajah. Kepekaan yang sering
diasah akan dapat membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi orang lain.
24
iii. Mampu mendengarkan orang lain: mendengarkan merupakan sebuah
ketrampilan yang perlu dimiliki untuk mengasah kemampuan empati. Sikap
mau mendengar memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan
orang lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan yang
terjadi.
Empati adalah salah satu contoh perilaku prososial, dimana perilaku prososial
adalah perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tapi tidak memberikan
keuntungan yang jelas bagi pemberi bantuan. Perilaku prososial mempunyai maksud
untuk menyokong kesejahteraan orang lain dengan cara menolong, menyelamatkan,
berkorban, bekerja sama dengan orang lain.
Cara meningkatkan perilaku prososial menurut Goleman antara lain:
a. Menyebarluaskan penayangan model perilaku prososial: dalam mengembangkan
perilaku-perilaku tertentu kita dapat melakukan melalui pendekatan behavioral
dengan model belajar sosial. Pembentukan perilaku prososial dapat kita lakukan
dengan memberikan stimulus tentang perilaku baik. Semakin sering seseorang
memperoleh stimulus, semakin mudah untuk meniru perilaku tersebut.
b. Memberikan penekanan terhadap norma-norma prososial. Norma-norma di
masyarakat yang memberikan penekanan terhadap tanggung jawab sosial dapat
dilakukan melalui lingkungan kerja.
c. Memberikan pemahaman tentang superordinate identity: pandangan bahwa setiap
orang merupakan bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan adalah hal
penting yang perlu dilakukan. Manakala seseorang merasa menjadi bagian dari
25
suatu kelompok yang lebih besar, ia akan berusaha tetap berada di kelompok
tersebut dan akan melakukan perbuatan yang menuntun ia dapat diterima oleh
anggota kelompok yang lain, salah satu cara adalah senantiasa berbuat baik bagi
orang lain.
2.1.1.4 Pelayanan Farmasi
Pelayanan Farmasi merupakan pelaksanaan fungsi pengorganisasian Quality
Assurance di rumah sakit pada lini depan, yaitu pelayanan langsung sehari-hari yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit secara utuh, dan
berorientasi kepada pasien, penyediaan obat yang bermutu, dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat (Wijono, 1999).
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan departemen yang dipimpin oleh
apoteker, bertanggung jawab untuk pengadaan, penyimpanan, distribusi obat,
meningkatkan penggunaannya di rumah sakit, serta memberi informasi dan menjamin
kualitas pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat (Wijono, 1999).
Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit :
a. Menunjang pelayanan farmasi yang optimal, baik dalam keadaan biasa maupun
keadaan darurat, sesuai keadaan penderita maupun fasilitas yang tersedia.
b. Pengawasan obat berdasarkan aturan yang berlaku.
c. Memberi informasi dan saran mengenai obat.
d. Menyelenggarakan kegiatan professional dalam pelayanan menurut etika farmasi.
26
e. Membantu mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisis, telaah
dan evaluasi pelayanan.
f. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.
g. Menyelenggarakan hubungan kerja profesional dengan petugas kesehatan lainnya.
Pelayanan kefarmasian rawat jalan adalah pelayanan kefarmasian yang
diberikan atas permintaan dokter kepada farmasi melalui resep dokter, untuk
penyediaan obat-obat dan atau perbekalan farmasi lain bagi pasien dari poliklinik
umum, poliklinik spesialis, dan poliklinik gigi, dan sekaligus farmasi memberikan
pelayanan penyuluhannya.
Pengertian Apotek berbeda dengan Farmasi. Apotek adalah tempat
pengabdian dan praktek profesi farmasi, sedangkan farmasi adalah profesi kesehatan
yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat
obat. Rantai hubungan tugas apoteker rumah sakit di unit rawat jalan adalah Dokter –
Apoteker –Pasien.
Dalam mengelola IFRS ada dua hal penting yang harus dipertimbangkan yaitu
staf SDM yang meliputi manajemen/apoteker penanggung jawab, staf professional/
asisten apoteker, pembantu/asisten apoteker, serta tata letak fasilitas bangunan fisik
(Wijono, 1999).
Faktor-faktor kunci (Ifmaily, 2006) yang perlu diperhatikan dalam pelayanan
resep meliputi :
a. Pelayanan yang cepat dan ramah disertai jaminan tersedianya obatdengan kualitas
baik
27
b. Harga kompetitif
c. Adanya kerjasama dengan unsur lain di rumah sakit seperti dokterdan perawat.
d. Faktor-faktor lain seperti lokasi apotek, kenyamanan dan keragaman.
Kegiatan pelayanan IFRS akan memperoleh sambutan positif darimasyarakat/
pasien apabila mereka diberi kepuasan karena seperti yang dikemukakan Engel, J.,
(1993) kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli. Kualitas Pelayanan
farmasi adalah sebagai berikut :
1. Penampilan IFRS
Penampilan IFRS adalah keadaan secara fisik dari penampilan IFRS
menyangkut penataan ruang tunggu dan desain interior (etalase obat),
kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu serta fasilitas penunjang lainnya
seperti adanya TV, AC, koran, ATM, toilet, telpon, café, dan lain-lain,
selanjutnya penampilan petugas, serta informasi secara umum berupa poster
maupun papan pemberitahuan tentang prosedur pelayanan. Lingkungan fisik
Instalasi Farmasi : Harus tersedia ruangan peralatan dan fasilitas lain yang
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan
farmasi sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional, profesional, dan etis. Pasien akan lebih memperhatikan instalasi
farmasi yang belum pernah dikunjungi daripada yang sudah sering
dikunjungi.
Menurut Engel,J., (1993), kenyamanan dalam menunggu merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi minat pasien dalam membeli obat di
28
apotek rumah sakit, dan hal yang memberi kenyamanan pada pelanggan
adalah penampilan fisik yang menarik dan tersedianya sarana penunjang.
Menurut Engel, J., (1993), penampilan karyawan yang rapi dan khas
merupakan hal yang perlu diperhatikan juga, tentu akan memberikan
karakteristik tersendiri sebagai pemberi image (citra) tentang suatu produk
jasa pelayanan yang akan diberikan serta dijual kepada konsumen.
2. Kemudahan pelayanan
Kemudahan pelayanan adalah kemampuan pihak provider untuk memberikan
pelayanan yang cepat dan praktis, sehingga pasien dapat mengakses
pelayanan dalam waktu yang cukup singkat dan praktis, dimanapun dan
kapanpun. Kemudahan mendapatkan pelayanan meliputi tersedianya sarana
penunjang, papan petunjuk keberadaan apotek, waktu tunggu yang tidak lama
(Engel J.,1993) baik itu dalam bentuk pelayanan teknis kefarmasiannya,
fasilitas delivery obat ke rumah pasien, dan cara proses pembayarannya.
Proses pembelian obat bebas yang dapat dibeli lewat telpon dengan pelayanan
24 jam, proses delivery obat racikan ke rumah pasien, sehingga pasien dengan
kondisi tertentu atau dengan domisili yang jauh dari rumah sakit tidak perlu
menunggu resep obat racikannya terlalu lama. Termasuk kemudahan proses
pembayaran dengan menggunakan credit card, baik dari segi pelayanan medis
maupun pelayanan obatnya. Kemudahan pelayanan dengan menyediakan
apotek 24 jam untuk konsumen termasuk pelayanan informasi kefarmasian 24
jam.
29
Gambar 2.1 : Algoritma Pelayanan Farmasi
3. Lengkap dan akuratnya pelayanan farmasi menjadi faktor utama dalam
menghadapi persaingan dengan apotek sekitar.
4. Kecepatan petugas dalam pelayanan.
Kecepatan pelayanan sangat penting karena pada masyarakat modern waktu
adalah komoditi yang tidak bisa diulang kembali. Pasien datang ke rumah
sakit membutuhkan waktu cukup lama untuk antre diperiksa dokter,
selanjutnya pada proses pengambilan obat mulai dari resep masuk ke apotek
sampai pasien menerima obat yang sudah selesai diracik atau diambilkan,
diharapkan tidak terlalu lama supaya pasien tidak jenuh menunggu.
30
Menurut Setiawan (2004) waktu tunggu pelayanan resep yang ideal adalah 15
menit. Sedangkan Gita (2004) mengemukakan bahwa pelayanan resep dengan
komposisi 2 R/ sampai 3 R/ obat jadi membutuhkan waktu 32,67 menit dan
untuk obat racikan membutuhkan waktu 47,39 menit.
Wahyuningsih, (2003) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa pelayanan
resep dengan komposisi 3 R/ obat jadi membutuhkan waktu 26,08 menit,
untuk 2 R/ obat jadi dan 1 R/ obat racikan membutuhkan waktu 66,25 menit.
Unsur amenities yang membuat waktu tunggu lebih menyenangkan yaitu
adanya musik, televisi, majalah, kebersihan, privacy, dimana hal ini
merupakan faktor penting untuk menarik pasien yang dapat menjamin
kelangsungan berobat dan meningkatkan cakupan.
5. Kompetensi petugas.
Kompetensi petugas meliputi tentang pengetahuan dan keahlian petugas
dalam memberikan pelayanan kefarmasian untuk pasien. Apoteker yang
bekerja di RS harus memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun dan harus
hadir setiap jam kerja. Memiliki legalisasi profesi yang telah disahkan oleh
Departemen Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan setempat, memiliki
kemampuan dalam leadership, manajemen dan ilmu kefarmasian. Asisten
Apoteker yang bekerja di RS harus memiliki pengalaman kerja minimal 2
tahun dan harus bekerja pada shift kerjanya, memiliki kemampuan
administrasi yang baik dan ilmu kefarmasian yang mantap.
31
Apoteker harus memiliki kemampuan pengetahuan dan keahlian yang dapat
dipercaya oleh pasien, dan secara berkesinambungan terus mengembangkan
wawasannya baik secara formal maupun informal sesuai perkembangan ilmu
kefarmasian dewasa ini. Selalu siap memberikan informasi tentang obat jika
pasien membutuhkannya. Apoteker juga harus punya kemampuan manajemen
yang baik terutama dalam proses perencanaan obat, pengadaan obat, distribusi
obat dan evaluasi obat untuk mengendalikan siklus perputaran obat di RS.
Kerjasama yang baik antara apoteker dan para stafnya sangat menunjang
upaya untuk memberikan pelayanan kefarmasian rumah sakit yang lebih baik
lagi kepada konsumennya, termasuk kerjasama dengan dokter dan para medis
lainnya.
6. Pemberian Informasi Obat
Apoteker dan petugas apotek harus memberikan informasi tentang obat secara
jelas untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan dosis, cara pakai
obat, dan supaya pasien juga mengetahui efek samping dan kontraindikasi
obat yang dikonsumsinya atau interaksi obat dengan obat lain maupun dengan
makanannya.
Untuk meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat, harus
diadakan penyuluhan obat oleh apoteker kepada pasien maupun keluarganya,
dalam hal penggunaan dan penyimpanan serta berbagai aspek obat yang lain.
7. Keramahan petugas
32
Sistem pelayanan kepada pelanggan harus ramah, cepat, tepat, serta dengan
informasi yang jelas. Keramahan pada pelanggan sangat penting agar mereka
merasa dihargai sehingga bisa menjadi pelanggan yang fanatik. Petugas
melakukan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan.
Hal tersebut dapat dicapai apabila jumlah petugas cukup sehingga beban
pekerjaan tidak terlalu berat, dengan demikian akan memberi kesempatan
kepada petugas untuk bersikap ramah. Proses pelayanan yang baik akan
mempengaruhi kualitas pelayanan, dan kualitas pelayanan yang baik akan
memberikan kepuasan pada konsumen.
Hubungan antar manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas
dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif,
memberikan perhatian, dan ini mempunyai andil besar dalam konseling yang
efektif. Pasien yang diperlakukan kurang baik cenderung untuk mengabaikan
saran dan nasehat petugas kesehatan, atau tidak mau berobat ketempat
tersebut.
Perhatian, harapan pasien tentang petugas memperhatikan pasien sesuai
dengan kebutuhannya, petugas selalu memberikan informasi dengan bahasa
yang bisa dimengerti pasien.
2.1.2. Kepuasan Pasien
Donabedian dalam Suryawati (2006) menyatakan bahwa mutu rumah sakit
ditentukan oleh empat aspek, yaitu penampilan keprofesian yang ada di rumah sakit
33
(aspek klinis), efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan berdasarkan
pemakaian sumberdaya, aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien dan
aspek kepuasan pasien yang dilayani.
Pengertian kepuasan menurut Taylor dan Cronin (1992) adalah persepsi
pelanggan terhadap satu satuan pengalaman yang diterima. Sedangkan Anjaryani
(2009) mendefiniskan kepuasan pasien sebagai reaksi emosional terhadap kualitas
pelayanan yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan
pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan.
Dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang dipandang dari
kepentingan konsumen dalam hal ini adalah pasien.
Kepuasan didefinisikan oleh Pascoe dalam Krowinski (1996) melalui dua sisi
yang berbeda (contrast model). Pasien memasuki rumah sakit dengan serangkaian
harapan dan keinginan. Bila didapat pelayanan kesehatan rumah sakit lebih baik
daripada yang diharpkan maka mereka akan puas, sebaliknya jika didapat pelayanan
kesehatan yang lebih rendah daripada harapan maka mereka akan merasa tidak puas.
Linder Pelz dalam Krowinski (1996) menyebutkan bahwa kepuasan pasien
adalah evaluasi positif dari dimensi pelayanan yang beragam. Evaluasi tersebut harus
dipahami sebagai suatu hal yang memiliki dimensi/variabel berpengaruh yang sangat
banyak. Pelayanan yang dievaluasi dapat berupa sebagian kecil dari pelayanan,
misalkan salah satu jenis pelayanan dari serangkaian pelayanan rawat jalan atau rawat
inap, semua jenis pelayanan yang diberkan untuk menyembuhkan seorang pasien,
34
pelayanan farmasi, sampai dengan sistem pelayanan secara menyeluruh di dalam
rumah sakit.
Kepuasan pasien merupakan sesuatu yang subyektif, dapat berubah-ubah serta
melibatkan multi faktor/dimensi dalam kehidupan manusia. Subyektifitas tersebut
dapat dikurangi.bahkan berubah menjadi obyektif, jika banyak orang memilki opini
yang sama. Oleh karena itu, dalam mengkaji kepuasan, dipergunakan suatu instrumen
penelitian yang valid disertai metode penelitian yang baik.
Suryawati (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat penelitian
kepuasan pasien bagi rumah sakit, diantaranya:
a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati diikuti
oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit.
b. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang puas akan
memberitahukan kepuasan kepada orang lain. Secara akumulatif, hal ini sangat
menguntungkan rumah sakit karena merupakan pemasaran tidak langsung.
c. Citra positif rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.
Bertambahnya jumlah pasien yang berobat, karena ingin mendapatkan pelayanan
yang memuaskan seperti yang mereka dengar selama ini akan meningkatkan
pendapatan rumah sakit. Nelson dalam Krowinski (1996), dalam studinya
terhadap 51 rumah sakit di Amerika Serikat dengan 15.000 pasien, menemukan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penampilan rumah sakit dengan
penampilan finansial rumah sakit. Kepuasan pasien terbukti berpengaruh secara
35
positif pada penerimaan rumah sakit, pendapatan bersih dan tingkat pengembalian
aset rumah sakit.
d. Berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders, antara lain: pemegang modal,
asuransi) rumah sakit akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit yang
bercitra positif
e. Dalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan lebih
diwarnai dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak hak pasien.
Merkouris (1999) menyebutkan bahwa mengukur kepuasan pasien dapat digunakan
sebagai alat unutk:
a. Evaluasi kualitas pelayanan kesehatan
b. Evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara perilaku sehat dan
sakit
c. Membuat keputusan administrasi
d. Evaluasi efek dari perubahan organisasi pelayanan
e. Adminsitrasi staf
f. Fungsi pemasaran
g. Formasi etik profesional
Ada dua dimensi kepuasan pasien menurut Krowinski (1996) yaitu:
a. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik profesi:
hubunngan dokter pasien, perawat-pasien, kenyamanan pelayanan, pengetahuan
dan kompetensi teknis, efektifitas pelayanan
36
b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan:
ketersediaan, kewajaran, kesinambungan, penerimaan, keterjangkauan, efisiensi
dan mutu pelayanan kesehatan.
Menurut Haryanti dan Hadi dalam Anjaryani (2009), ada dua teori dalam memahami
kepuasan pada konsumen dalam hal ini terhadap pasien :
a. The Expectancy Disconfirmation Model
Oliver menyampaikan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah
hasil perbandingan antara harapan dan pra pembelian atau pemilihan atau
pengambilan keputusan (prepurchase expectation) yaitu keyakinan kinerja yang
diantisipasi dari suatu produk atau jasa dan dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh.
b. Equity Theory
Dikemukakan oleh Stacy Adams tahun 1960 dalam Anjaryani (2009), dua
komponen yang terpenting dari teori ini, yaitu apa yang di dapat (input) dan apa
yang dikeluarkan (outcomes). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan
merasa puas tergantung pada apakah ia merasakan keadilan (equity) atau tidak
atas suatu situasi. Jika input dan outputnya sama apabila dibandingkan dengan
input dan output orang/jasa yang dijadikan perbandingan maka kondisi itu disebut
puas.
Junaidi dalam Sophian (2007) mengemukakan ada empat aspek yang dapat
diukur dalam menganalisa kepuasan pasien rumah sakit yaitu:
37
a. Kenyamanan, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang hal yang
menyenangkan dalam semua kondisi, lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan
ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan,
kebersihan WC/kamar mandi, pembuangan sampah, kesegaran ruangan, dan lain
sebagainya
b. Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, dapat dijabarkan dengan
pertanyaan petugas yang mempunyai kepribadian baik yang mendukung jalannya
pelayanan prima terjadi yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan,
sejauh mana tingkat komunikasi, dukungan, tanggapan dokter/perawat di ruangan
IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan dokter/perawat dihubungi,
keteraturan pemberian makanan, obat, pengukuran suhu dan lain sebagainya.
c. Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan dalam pertanyaan mengenai
ketrampilan, pengetahuan dan kualifikasi petugas yang baik seperti kecepatan
pelayanan pendaftaran, ketrampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman
petugas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil
tindakan, dan sebagainya.
d. Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan berkaitan dengan jumlah yang harus
diberikan atas pelayanan yang telah didapatkan, seperti kewajaran biaya,
kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit
yang sejenis lainnya, tingkat masyarat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi
masyarakat miskin. Tentu saja faktor diatas bisa dikembangkan dan disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit sepanjang itu dapat idefinisikan dan diukur.
38
Jacobalis (1990) menyatakan bahwa sulit untuk memenuhi kepuasan semua
konsumen, sebab peranan interaksi psikososial adalah seni dari pelayanan medis.
Kepuasan ini juga ditentukan oleh variabel non medis, diantaranya: tingkat
pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan,
kepribadiandan pengalaman hidup pasien . Sedangkan menurut Gunarsa, kepuasan
pasien juga dipengaruhi oleh karakteristik pasien diantaranya: umur, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, sosial ekonomi dan diganosis penyakit.
I.2 Kerangka Pemikiran
Kepuasan pasien rumah sakit tidak hanya ditentukan oleh tenaga medis baik
dokter maupun perawat, namun juga ditentukan oleh seluruh unit layanan rumah sakit
seperti farmasi, unit gawat darurat, unit rawat jalan, laboratorium, administrasi, dan
sebagainya. Kegagalan salah satu unit layanan akan menimbulkan persepsi negatif
terhadap unit tersebut, yang nantinya akan berpengaruh terhadap keinginan pasien
untuk mengunjungi rumah sakit.
Seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar rumah sakit, publik
semakin memiliki toleransi yang kecil terhadap kualitas layanan yang buruk. Jika
rumah sakit tidak mampu memberikan layanan terbaik di semua lini, maka pasien
tidak akan ragu untuk memilih rumah sakit lain. Instalasi farmasi sebagai penyedia
obat adalah perpanjangan tangan bagi dokter dan perawat yang telah memberikan
pelayanan bagi pasien. Pasien akan kecewa, jika setelah menerima layanan yang baik
39
dari tenaga medis baik dokter maupun perawat, meraka tidak berhasil mendapatkan
pelayanan yang sama baiknya dari instalasi farmasi.
Kesalahan dalam memberikan obat, lamanya waktu tunggu atau
ketidaktersediaan obat yang diresepkan dokter akan menimbulkan kekecewaan bagi
pasien karena tidak berhasil mendapatkan pelayanan kesehatan yang seutuhnya dari
rumah sakit. Hal ini juga akan berdampak buruk bagi rumah sakit, di mana rumah
sakit akan kehilangan salah satu sumber pemasukan. Sebaliknya, jika instalasi
farmasi mampu memberikan pelayanan yang prima, pendapatan rumah sakit akan
meningkat. Meningkatnya pendapatan akan berdampak positif bagi rumah sakit,
dimana akan terdapat dana yang dapat digunakan untuk menaikkan kualitas layanan
rumah sakit, yang nantinya akan membuat pasien kembali berobat ke rumah sakit
tersebut dan rumah sakit dapat berkembang secara berkelanjutan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kualitas pelayanan di instalasi farmasi
rumah sakit, khususnya aspek kehandalan dan empati, berpengaruh terhadap
kepuasan pasien rumah sakit.
II.
Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran
Kepuasan Pasien Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Kualitas Pelayan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Aspek Kehandalan
Aspek Empati Tenaga Medis Instalasi Farmasi Rumah Sakit
40
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari persepsi tentang dimensi
kualitas pelayanan, yaitu aspek kehandalan dan empati. Variabel yang telah
ditetapkan oleh Kepmenkes RI sebagai standar minimum pelayanan kesehatan akan
dibandingkan dengan data yang didapat untuk menilai apakah instalasi farmasi telah
dapat memenuhi standar pelayanan minimum tersebut. Kemudian, variable
kehandalan tersebut bersama variabel empati akan dilihat pengaruhnya terhadap
variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan pasien
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
2.3 Hipotesis
1. Terdapat kehandalan dan empati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung
2. Terdapat empati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
3. Terdapat kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung.
4. Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan dalam aspek kehandalan dan empati
dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Sub Hipotesis:
- Kehandalan (X1) di instalasi farmasi berpengaruh terhadap kepuasan pasien
(Y) Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
41
- Empati (X2) di instalasi farmasi berpengaruh terhadap kepuasan pasien (Y)
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
-
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Deskriptif
berarti penelitian ini mengamati fenomena yang berikutnya dianalisa untuk
menghasilkan suatu kesimpulan (Nazir, 1998:63-64). Verifikatif berarti penelitian ini
menguji kebenaran dari suatu hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik
(Singarimbun,1994:167).
Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran setiap variabel,
variabel independen (kualitas pelayanan) dan variabel dependen (kepuasan
pelanggan) dengan cara mengelompokkan dan melakukan tabulasi, kemudian
menjelaskan berdasarkan presentasinya kemudian melakukan kategorisasi variabel.
Analisa verifikatif menguji apakah ada pengaruh antara kualitas pelayanan
dengan kepuasan pelanggan.
Metode path analysis untuk menganalisis suatu pengaruh antara setiap
variabel independen terhadap variabel dependen baik langsung maupun tidak
langsung, secara simulntan maupun parsial.
Tipe penyelidikan/investigasi yang digunakan adalah metode kausalitas, yaitu
hubungan sebab akibat antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam
42
43
hal ini kualitas pelayanan tenaga farmasi dalam aspek kehandalan dan empati
terhadap kepuasan pasien RSMC Bandung.
Penelitian ini juga bersifat cross sectional, yaitu variabel independen dan
variabel dependen diukur dalam waktu yang bersamaan.
44
3.2 Operasionalisasi Variabel
a. Kualitas Pelayanan
Variabel Kehandalan
Variabel Deskripsi Indikator Ukuran Skala
KehandalanAdalah kemampuan melaksanakan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
Kecepatan penyerahan jadi obat oleh tenaga farmasi
Tk. Kecepatan Ordinal
Kecepatan penyerahan racik obat oleh tenaga farmasi
Tk. Kecepatan Ordinal
Ketepatan penyerahan obat oleh tenaga farmasi sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter
Tk. Ketepatan Ordinal
Ketersediaan obat dari instalasi farmasi/apotek
Tk. Ketersediaan Ordinal
Kualitas obat yang disediakan oleh tenaga farmasi
Tk. Kualitas Ordinal
Ketertiban administrasi instalasi farmasi/apotek
Tk. Ketertiban Ordinal
45
Variabel Empati
Variabel Deskripsi Indikator Ukuran Skala
Empati
Adalah perhatian pribadi kepada pasien berbentuk sikap peduli seperti memberi perhatian kepada keluhan pasien, memberi perhatian khusus terhadap seluruh pasien tanpa memperhatikan status sosial
Keramahan tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan
Tk. Kepedulian Ordinal
Pembedaan status sosial oleh tenaga farmasi
Tk. Pembedaan Ordinal
Kecakapan dalam menjelaskan pemakaian obat
Tk. Kecakapan Ordinal
Kesopanan tenaga farmasi Tk. Kesopanan Ordinal
Perhatian tenaga farmasi kepada pasien
Tk. Perhatian Ordinal
b. Kepuasan
Variabel Kepuasan
Variabel Deskripsi Indikator Ukuran Skala
Kepuasan
Bagaimana pasien menyatakan tingkat kepuasan atas layanan yang disediakan instalasi farmasi rumah sakit dan rumah sakit keseluruhan
Pembelian berulang Ordinal
Menginformasikan/ merekomendasikan kepada orang lain
Ordinal
Tidak memperdulikan harga atau peroduk pesaing
Ordinal
46
3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data
3.3.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer: didapat dari hasil penyebaran kuesioner kepada pasien di instalasi
farmasi mengenai kualitas pelayanan instalasi farmasi rumah sakit dan kepuasan
pasien RSMC.
b. Data sekunder: diperoleh dari data-data yang ada di Rumah Sakit Mata Cicendo,
Bandung.
3.3.2 Cara Penentuan Data
3.3.2.1 Penentuan Ukuran Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang ada di instalasi farmasi
RSMC Bandung. Penentuan ukuran dihitung dengan menggunakan metode iterasi.
Nirwana SK Sitepu (2004:26), penggunaan metode iterasi sesuai dengan alat analisis
yang digunakan dalam pengujian hipoteis yaitu analisa jalur (path analysis) yang
pada dasarnya dihitung dari koefisien korelasi antar variabel. Ukuran sampel minimal
untuk koefisien korelasi yang dilakukan secara iteratif atau perhitungan berulang-
ulang (Sitepu, 2004:26). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan ukuran
sampel minimum adalah sebagai berikut (Sitepu, 2004:26-27)
a. Tentukan perkiraan koefisien korelasi (r) terkecil berdasarkan keterangan
sekunder, kepekaan peneliti dalam bidang yang akan diteliti, kerangka pemikiran
tertentu, secara intuisi atau keterangan-keterangan lainnya.
47
b. Tentukan taraf nyata (α) dan kuasa uji (1-β) yang diinginkan.
c. Lihat tabel distribusi normal dengan memperhatikan arah uji.
d. Tentukan ukuran sampel secara iteratif.
Iterasi pertama menggunakan rumus:
n1=( Z1−α+Z1−β )
2
( 12
log( 1+r1−r ))
+3
Iterasi kedua menggunakan rumus:
n2=( Z1−α+Z1−β )
2
( 12
log( 1+r1−r ))+( r
2(n−1))+3
Dari hasil perhitungan ukuran sampel menggunakan metoda iterasi, maka ukuran
sampel pada penelitian ini sebesar 104 orang responden.
3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo,
Bandung. Waktu penentuan sampel adalah dari bulan November 2011. Sampel
dilakukan dengan metode random sampling.
48
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada sejumlah pasien Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji kuesioner pada 34 orang
responden untuk menguji validitas dan reliabilitas, instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Uji validitas dan relibilitas dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak SPSS.
1) Uji Validitas
Validitas menggambarkan sejauh mana suatu alat pengukur (kuesioner) itu mengukur
apa yang ingin diukur (Singarimbun, 1994:124). Untuk mengetahui validitas
instrumen, penelitian ini menggunakan koefisien korelasi rank spearman sebagai
berikut (Husein Umar, 2004; 138):
r s=1−6∑ di 2
n(n2−1)
atau
rs=∑ x2+∑ y2−∑ di2
2√∑ x2 .∑ y2
Dimana:
rs = koefisien korelasi rank spearman
n = jumlah sampel
49
∑di = jumlah hasil perhitungan antara ranking yang terdapat pada variabel x dan
variabel y.
∑x2 = jumlah ranking yang sama pada variabel x
∑y2 = jumlah ranking yang sama pada variabel y
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukaan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan dan hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran pada gejala yang sama diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun,
1994:140). Kehandalan yang rendah akan mencerminkan ketidakkonsistenan
responden dalam menjawab pertanyaan.
Suatu pertanyaan dikatakan reliabel dan dapat mengukur variabel penelitian yang
dimaksud jika nilai koefisien reliabilitasnya lebih atau sama dengan 0,7.
Rumus Cronbach-Alpha adalah sebagai berikut:
α= kk−1 (1−
∑i=1
k
Si2
STotal2 )
di mana Si
2=∑ (X i−X )2
(n−1)
Dengan:
α = koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
k =banyaknya item pertanyaan
50
Si2 = varians dari item ke i
S2tot = total varians dari keseluruhan item
3.6 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1 Rancangan Analisis
Setelah hasil uji kuesioner valid dan reliabel maka dilanjutkan dengan melakukan
penyebaran kuesioner kepada sampel di Instalasi Farmasi RSMC Bandung.
Data yang sudah diperoleh dari hasil kuesioner, selanjutnya dimasukkan ke dalam
program MS Excel. Setelah itu, data tersebut dimasukkan ke dalam program SPSS
untuk ditabulasikan.
Kategorisasi variabel diperlukan untuk menganalisa pengaruh kualitas pelayanan
farmasi terhadap kepuasan pasien RSMC Bandung. Kategorisasi variabel dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skor total setiap responden terhadap seluruh pertanyaan setiap
variabel.
b. Menentukan skor maksimum dan skor minimum pertanyaan, yang dilihat dari
skor tertinggi dan terendah pertanyaan.
c. Menentukan nilai tertinggi dan terendah, yang dilihat dari hasil total skor setiap
responden.
d. Menentukan nilai range dengan rumus:
Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
51
e. Menentukan nilai interval, dengan rumus:
Interval = Range/Jumlah Kelas
Jumlah kelas ditentukan berdasarkan jumlah tingkatan kategori yang akan dibuat.
f. Kategori variabel, diklasifikasikan sebanyak tiga tinngkatan yaitu baik, cukup dan
buruk
g. Menentukan nilai interval ketiga kategori berdasarkan nilai tertinggi dan terendah
Analisis verifikatif menggunakan metode path analysis, Patah analysis
dilakukan dengan menggunakan program Lisrel 8.5 dengan bantuan program-
program komputer lainnya seperti program Excel dan SPSS. Karena tingkat
pengukuran skala dalah ordinal, maka agar dapat diolah lebih lanjut harus diubah
terlebih dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan Methods of Successive
Interval (MSI).
Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil jawaban respondedn untuk setiap pertanyaan, dihitung
frekuensi setiap pilihan jawaban
b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap jawaban, hitung proporsi
setiap jawaban
c. Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pertanyaan hitung proporsi kumulatif
untuk setiap pilihan jawaban
d. Untuk setiap pertanyaan, tentukan nilai batas Z untuk setiap pilihan jawaban:
52
f ( z )= 1
√2 πe−0 . 5 Z2
e. Hitung skala value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut:
ScaleValue=( Density @ LowerLimit )−( Density @ UpperLimit )
( Area@ HigherLimit )−( Area @ LowerLimit )
f. Hitung skor (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut:
Skor = Skala Value +[Skala ValueMIN] + 1
Jika skala sudah berbentuk interval maka selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien
jalur. Koefisien jalur bisa dihitung dengan beberapa langkah kerja sebagai berikut
(Sitepu, 2004:26)
a. Gambarkan diagram jalur untuk hubungan variabel secara lengkap
Gambar 3.1 Diagram Jalur Pengaruh Kehandalan dan Empati di
Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien RSMC Bandung
r12
ρYX1X1
X2
ε
Y
ρYX2
ρYεε
53
Keterangan:
X1 = Variabel kehandalan
X2 = Variabel empati
R12 = Parameter hubungan X1 dan X2
ρYX1 = Parameter hubungan X1 dan Y
ε = variabel lain yang berpengaruh tapi tidak diteliti
ρY ε = Parameter hubungan Y dan ε
b. Hitung besarnya pengaruh langsung variabel penyebab (eksogenus) ke variabel
akibat (endogenus), dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur (path
coefficient) dari variabel eksogenus
c. Berdasarkan data yang ada, hitung koefisien korelasi sederhana dengan rumus:
r xy=n∑ XY−(∑ X ).(∑Y )
√ [n∑ X2−(∑ X )2 ] . [ n∑Y 2−(∑ Y )2 ]Harga koefisien korelasi antar variabel dibuat dalam matriks korelasi dengan
bentuk sebagai berikut:
[R11 R12
R21 R22]
d. Hitung matriks inver korelasi
CR=[CR11 CR12
CR21 CR22]
54
e. Hitung koefiisien jalur dengan rumus
Pxy=∑i=1
k
CRij r yxj
Pxy = koefisien jalur dari variabel Xi terhadap Y
Ryxi= korelasi antara variabel Y dengan variabel Xi
CRij = unsur elemen pada baris ke I dan kolom ke j dari matriks invers
korelasi
f. Hitung pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama dengan menggunakan rumus:
Ryxi2
=∑i=1
k
P yxir yxj
g. Kemudian dapat dihitung berapa besar pengaruh dari variabel lain yang tidak
masuk penelitian (Pyɛ) dengan rumus:
P yε=√1−R yXi .. . xk2
Setelah koefisien jalur dihitung, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk
membuktikan apakah variabel independen yang sedang diteliti berpengaruh
signifikan terhadap variabel penelitian.
3.6.2 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan melihat besarnya pengaruh setiap variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
55
A. Secara Simultan
Hipotesis statistik:
H0 : PXY1=PXY2=PXY3=PXY4=PXY5=0
H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah PXYi≠0, i = 1,2,3,4,5
Uji statistik yang digunakan adalah:
F=(n−k−1 )R
2yx 1 x2. . .xk
k (1−R2
yx 1 x 2. . .xk )
Dalam hal ini ryxi adalah korelasi antara variabel Xi dan Y.
Statistik uji di atas mengikuti distribusi dengan derajat kebebasan:
Kriteria uji, tolak H0, jika F0>Fα;(k,n-k-1)
Dengan Fα;(k,n-k-1) didapat dari tabel distribusi F snedecor (Fo) dengan α = 5%,
derajat kebebasan, db1= k dan db2 = n-k-1.
a. Jika Fhit ≥ Ftabel dengan taraf signifikan 5% maka pengujian signifikan atau ada
pengaruh nyata dari X1, X2 atau setidaknya salah satunya terhadap variabel
terikat Y.
b. Jika Fhit < Ftabel dengan taraf signifikan 5% maka pengujian tidak signifikan atau
tidak ada pengaruh nyata dari X1, X2 terhadap variabel terikat Y.
B. Secara Parsial
Hipotesis statistik:
56
H0 : PXY1=PXY2=PXY3=PXY4=PXY5=0
H1 : PXYi≠0, i = 1,2,3,4,5
Uji statistik yang digunakan adalah:
t=Pyxi
√(1−R2
y (x1 x 2. . . xk ))CRii
(n−k−1)
Dengan:
i = 1, 2, 3, 4, 5
k = banyaknya variabel penyebab dalam sub struktur berdistribusi t dengan
derajat bebas (n-k-1)
Statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan db (n-k-1). Sedangkan kriteria uji
untuk variabel X1, X2 secara individu terhadap Y adalah:
a. Jika thit ≥ thit dengan taraf signifikan 5% maka pengujian signifikan atau ada
pengaruh nyata dari X1, X2 atau setidaknya salah satunya terhadap variabel
terikat Y.
b. Jika thit < ttabel dengan taraf signifikan 5% maka pengujian tidak signifikan atau
tidak ada pengaruh nyata dari X1, X2 terhadap variabel terikat Y.
3.7 Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung dan yang menjadi objek penelitian adalah kualitas pelayanan tenaga
57
farmasi, responden penelitian adalah kualitas pelayanan tenaga farmasi, responden
penelitian adalah pasien di Instalasi Farmasi RSMC Bandung. Penelitian dilakukan
pada tanggal 4–7 November 2011.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang analisis pengaruh kehandalan instalasi farmasi dan empati
pegawai instalasi farmasi terhadap kepuasan pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 104
responden yaitu pasien yang mengunakan jasa pelayanan kesehatan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC) Bandung.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari dua macam, yaitu data
responden dan data penelitian. Data responden adalah seluruh identitas responden
yang dipandang relevan dengan permasalahan yang diidentifikasi. Sedangkan data
penelitian adalah sejumlah skor yang diperoleh dari jawaban responden atas
pertanyaan atau pernyataan mengenai variabel penelitian, yaitu variabel X1
(Kehandalan Instalasi Farmasi), variabel X2 (Empati Pegawai Instalasi Farmasi) dan
variabel Y (Kepuasan Pasien). Variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif dan analisis jalur. Data-data responden yang diperoleh melalui
kuesioner dianalisis secara deskriptif. Data lain yang diperoleh dari studi pustaka
akan digunakan sebagai data sekunder untuk melengkapi dan mendukung data
primer.
59
4.1 Profil RSMC Bandung
4.1.1 Sejarah Pusat Mata Nasional RSMC Bandung
Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC) berdiri sejak tahun 1909, dengan tujuan
awal menanggulangi wabah trakhoma dan xerophthalmia, kemudian berkembang
menjadi rumah sakit khusus yang menanggulangi semua penyakit mata dan kebutaan.
Pada tahun 1961 rumah sakit ini mulai digunakan oleh mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran, tahun 1968 digunakan sebagai tempat
pendidikan dokter spesialis mata dan mulai tahun 2007 sebagai tempat pendidikan
dokter sub spesialis mata.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 045/Per/I/2007 tanggal 15
Januari 2007 Rumah Sakit Mata Cicendo ditetapkan sebagai Rumah Sakit Khusus
Kelas A Pendidikan serta sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 276
/RMK05/VI/2007 Rumah Sakit Mata Cicendo ditetapkan menjadi Instansi
Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
yang merupakan Rumah Sakit Pendidikan afiliasi dengan Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. Oleh karena itu, RSMC harus terus meningkatkan perannya
dalam melakukan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang
penyakit mata baik untuk dokter maupun dokter spesialis.
4.1.2 Visi dan Misi Pusat Mata Nasional RSMC Bandung
60
Visi RSMC 2010-2014 yaitu “CICENDO WISE 2014” (Cicendo as a World-
Class Institution for Service-Education Research in Eye Health), arti: Cicendo
sebagai institusi yang Berkelas Dunia untuk Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian di
Bidang Kesehatan Mata.
Misi RSMC antara lain:
a. Memberikan pelayanan kesehatan mata yang paripurna sesuai dengan standar
dunia yang berorientasi pada kepuasan bagi seluruh lapisan masyarakat,
terjangkau, serta dan berkeadilan.
b. Memberikan peluang dan lingkungan yang kondusif untuk penyelengaraan
pendidikan kesehatan mata yang inovatif.
c. Menyelengarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan ilmu dan
teknologi di bidang kesehatan mata.
d. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mata.
e. Meningkatkan upaya kemitraan secara global
f. Meningkatkan profesionalisme pegawai
4.1.3 Struktur Organisasi Pusat Mata Nasional RSMC Bandung
Direksi RSMC adalah sebagai berikut:
Direktur Utama : Dr. M. Kautsar Boesoirie, SpM, MM
Direktur Medik dan Keperawatan : Dr. Hikmat Wangsaatmadja, SpM, Mkes, MM
Direktur Keuangan : Fresly Hutapea, SH, MARS, MH
61
Direktur Umum ,SDM &Pendidikan : Dr. Suryo Purhananto, Mkes
Susunan pengurus Komite Medik berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Mata Cicendo No. HK. 00.07.5-2.1804 tentang Penetapan Pengurus
Komite Medik Rumah Sakit Mata Mata Cicendo Bandung Periode 2008-2011.
Ketua : Dr. Bambang Susetio,SpM
Wakil Ketua : Dr. Iwan Sovani, SpM, Mkes, MM
Sekretaris : Dr. Mayasari Wahyu, SpM, Mkes.
Komite Etik Rumah Sakit Mata Cicendo:
Ketua : Dr. Bambang Setiohadji, SpM, MHkes.
RSMC memiliki 437 karyawan, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Petugas Kesehatan di Pusat Mata Nasional RSMC Bandung
No Petugas Kesehatan Jumlah
1. Dokter spesialis mata 36
2. Dokter spesialis anestesi 2
3. Dokter spesialis patologi klinik 1
4. Dokter residen 56
5. Perawat 100
6. Tenaga paramedik 55
7. Tenaga administrasi 135
8. Tenaga honorer 42
62
4.1.4 Pelayanan Pusat Mata Nasional RSMC Bandung
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat mata nasional, pendidikan dan
penelitian, RSMC memberikan pelayanan medis yang paripurna maupun penunjang
medis yang ditunjang dengan peralatan yang canggih dan mutakhir sejalan dengan
perkembangan IPTEK.
1. Pelayanan Medis
a. Instalasi Rawat Jalan
Sampai saat ini menerima kunjungan pasien sekitar 100.000/ tahun yang
terdiri dari poliklinik pavilliun, poliklinik spesialistik, dan poliklinik sub
spesialistik (antar lain: Katarak dan Bedah Refraktif; Refraksi, lensa kontak
dan low vision; Glaukoma; Infeksi dan Imunologi; Pediatrik Oftalmologi;
Vitreo-Retina; Neuro Oftalmologi; Tumor; Rekonstruksi; Oftalmologi
Komunitas).
b. Instalasi Rawat Inap
Memiliki 104 tempat tidur, dengan klasifikasi sebagai berikut:
Pavilliun : 4 tempat tidur
Kelas I : 12 tempat tidur
Kelas II : 28 tempat tidur
Kelas III : 60 tempat tidur
c. Instalasi Bedah
Melakukan pelayanan selama 24 jam, memiliki fasilitas 10 kamar operasi
untuk melayani berbagai jenis pelayanan bedah mata dengan jumlah tindakan
63
sekitar 7500/ tahun, juga ditunjang dengan peralatan bedah yang mutakhir,
seperti mesin bedah untuk tindakan fakoemulsifikasi, bedah vitreoretina,
cangkok kornea, dan pelayanan anestesi.
d. Instalasi Gawat Darurat Mata
Melakukan pelayanan tindakan gawat darurat mata yang dilayani oleh dokter
jaga mata serta perawat mata selama 24 jam terus menerus.
2. Pelayanan Penunjang Medik
a. Instalasi Elektro-Diagnostik dan Radiologi
Memiliki alat dari pemeriksaan sederhana mata sampai dengan alat canggih
yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
paling mutakhir diantaranya Optical Coherence Tomography (OCT); Fundus
Fluorescein Angiography (FFA); Non Contact Tonometri (NCT);
Electroretinography (ERG); Perimeter Humphrey, Octopus, Goldman; Laser
Nd-Yag, Laser Argon; Foto Fundus; Biometri; Refraktometri; Keratometri.
b. Instalasi Farmasi
Melakukan pelayanan Apotek Khusus Mata yang buka selama 24 jam.
c. Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium)
Melakukan pemeriksaan untuk menunjang keakuratan diagnosa penyakit mata
selama 24 jam selain pemeriksaan laboratorium umum lainnya.
d. Instalasi Optik
Melayani pemeriksaan dan penyediaan kaca mata dan lensa kontak.
e. Penyediaan Ambulans
64
Untuk keperluan, kenyamanan serta keamanan pasien tersedia ambulans yang
representatif setiap saat selama 24 jam.
f. Pelayanan Penunjang Non Medis
Aula, asrama, kantin, wartel/ kiospon, koperasi, area parkir, dan masjid.
4.1.5 Perkembangan Lingkungan Pusat Mata Nasional RSMC Bandung
Dengan lokasinya yang terletak di pusat kota Bandung, di sebelah Gedung
Pakuan, dekat dengan Stasiun Kereta Api Bandung dan dekat Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung (RSHS) sehingga letak Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata
Cicendo (RSMC) Bandung dinilai strategis bagi masyarakat karena mudah dicapai
dengan berbagai transportasi umum yang ada.
Pusat Mata Nasional RSMC terletak di atas lahan seluas 11.400 m2 dengan
luas bangunan 13.832,9 m2, alokasi untuk instalasi rawat jalan 2.176,25 m2, instalasi
rawat inap 2.249 m2, instalasi bedah 990 m2, instalasi penunjang 1.380,16 m2,
perkantoran 1.516 m2 dan gedung perkuliahan serta fasilitas riset 1320 m2.
4.2 Uji Coba Kuesioner
Untuk mengukur validitas dan reliabilitas item-item pertanyaan dalam
kuesioner, dibagikan sejumlah kuesioner uji coba terhadap 34 pasien yang datang
berobat ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Dari data tersebut,
dilakukan pengujian untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner.
Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas untuk masing-masing item pertanyaan:
65
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas
Variabel(A)
Item Pertanyaan (B)
Scale Mean jika Item
Dihapus(C)
Scale Varianc
e jika Item
Dihapus(D)
Corrected Item-Total
Correlation (E)
Cronbach's
Alpha jika Item Dihapus
(F)
Titik Kritis
(G)
Status (Valid jika
kolom E ≥ kolom
G)
Kehandalan
Q1 52.673 71.607 0.653 0.864 0.344 ValidQ2 52.685 74.138 0.424 0.873 0.344 ValidQ3 51.935 70.964 0.596 0.865 0.344 ValidQ4 52.077 72.149 0.445 0.873 0.344 ValidQ5 52.033 73.470 0.477 0.871 0.344 ValidQ6 52.472 68.579 0.684 0.861 0.344 Valid
Empati
Q7 51.968 72.132 0.531 0.868 0.344 ValidQ8 52.260 71.212 0.489 0.871 0.344 ValidQ9 51.923 70.880 0.529 0.868 0.344 ValidQ10 52.076 73.236 0.425 0.873 0.344 ValidQ11 52.139 71.351 0.602 0.865 0.344 Valid
Kepuasan
Q12 52.298 70.622 0.621 0.864 0.344 ValidQ13 52.712 71.111 0.651 0.863 0.344 ValidQ14 52.365 73.807 0.389 0.875 0.344 ValidQ15 52.046 72.433 0.471 0.871 0.344 Valid
Sumber: Perhitungan Statistik
Analisa validitas dilakukan menggunakan software SPSS versi 13.0. Validitas
menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ingin diukur
dalam penelitian. Tingkat validitas kuesioner diukur berdasarkan koefisien korelasi
item-total yang terkoreksi (kolom E), yang kemudian dibandingkan dengan titik kritis
(kolom G dengan nilai 0.344). Titik kritis ini diambil dari tabel harga kritik r Product
Moment pada interval 95% dan N = jumlah sampel uji coba kuesioner – 1. Tabel
66
menunjukkan bahwa seluruh nilai koefisien korelasi item-total yang terkoreksi dari
masing-masing item pertanyaan berada di atas nilai titik kritis. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dalam kuesioner adalah valid.
Hasil pengujian reliabilitas diberikan oleh tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Pertanyaan Correlation Nilai Kritis Hasil
Kehandalan No. 1- 6 0.783 0.344 Reliabel
Empati No. 7 - 11 0.812 0.344 Reliabel
Kepuasan No. 12 – 15 0.419 0.344 Reliabel
Sumber : Perhitungan Statistik
Reliabilitas menunjukkan tingkat kekonsistenan pengukuran dari seorang
responden ke responden lain. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pertanyaan
mudah dipahami sehingga tidak menyebabkan beda pemahaman dalam menjawab
pertanyaan tersebut. Reliabilitas dilihat dengan membandingkan variable Correlation
dengan nilai Batas Kritis yang digunakan pada perhitungan validitas. Tabel
menunjukkan bahwa nilai koefisien Correlation berada di atas nilai titik kritis.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan memiliki
tingkat reliabilitas yang baik.
Setelah kuesioner teruji validitas dan reliabilitasnya, disebarkan kuesioner
untuk mengambil data pada seluruh sampel yaitu 104 pasien Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Mata Cicendo.
67
4.3 Analisa Deskriptif
4.3.1 Karakteristik Responden
Responden dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, sumber informasi keberadaan Rumah Sakit Mata Cicendo, jumlah
berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo, alasan memilih berobat ke Rumah Sakit
Mata Cicendo dan apakah sudah pernah berobat ke Rumah Sakit lain.
Pengelompokan responden berdasarkan jenis kelamin diberikan oleh table
berikut.
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden
No Kategori F %
1 Laki-laki 42 40
2 Perempuan 62 60
Total 104 100
Sumber: Perhitungan Statistik
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 104 responden yang mengunjungi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, 42 orang (40%) berjenis
kelamin pria dan 60 orang (60%) berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.4
68
Usia Responden
No Kategori F %
1 < 20 tahun 13 12
2 21-30 tahun 17 16
3 31- 40 tahun 37 36
4 41-50 tahun 19 18
5 >50 tahun 18 18
Total 104 100
Sumber: Perhitungan Statistik
Tabel di atas menggambarkan usia responden. Dari 104 responden yang
mengunjungi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo, hampir tiga perempat
dari responden berusia lebih dari 30 tahun, sedangkan sangat sedikit dari responden
(12%) yang berusia kurang dari 21 tahun. Berdasarkan kelompok umur, responden
sebagian besar berusia antara 31- 40 tahun.
Tabel 4.5Pendidikan Terakhir Responden
No Kategori f %
1 SD – SLTP 27 26
2 SMA 44 42
3 Diploma 9 9
4 Strata 1 19 18
5 Pascasarjana 5 5
Total 104 100
Sumber: Perhitungan Statistik
69
Tabel di atas menggambarkan tingkat pendidikan responden. Lebih dari
setengah jumlah responden (68%) memiliki pendidikan terakhir SMA atau lebih
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang datang ke Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Mata Cicendo Bandung merupakan masyarakat menengah ke bawah yang
memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah.
Tabel 4.6Sumber Informasi Keberadaan Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
No Kategori f %
1 Media Elektronik 8 8
2 Rekomendasi Dokter 29 28
3 Media Cetak 3 3
4 Kerabat 64 61
Total 104 100
Sumber: Perhitungan Statistik
Tabel di atas menggambarkan sumber informasi yang diterima responden
terkait keberadaan Rumah Sakit Mata Cicendo. Lebih dari setengah jumlah responden
(61%) mendapatkan informasi atau mengetahui Rumah Sakit Mata Cicendo dengan
melalui word of mouth dari kerabat.
70
Tabel 4.7 Frekuensi Kunjungan ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
No Kategori F %
1 1 – 2 kali 47 45
2 3 – 5 kali 32 32
3 6 – 10 kali 10 10
4 Lebih dari 10 kali 15 14
Total 104 100
Sumber: Perhitungan Statistik
Tabel di atas menggambarkan seberapa sering responden menggunakan jasa
kesehatan Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa hamper separuh pasien, 47 orang (45%) baru berkunjung sebanyak satu
sampai dengan dua kali.
Tabel 4.8 Alasan Memilih Berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
No Kategori f %
1 Kualitas Dokter 12 11
2 Tarif yang Murah 2 2
3 Alat yang Canggih 13 13
4 Pelayanan yang Cepat 0 0
5 Karena RS Khusus Mata 74 71
6 Lainnya 3 3
Total 104 100
Sumber: Perhitungan Statistik
71
Tabel di atas menggambarkan alasan responden dalam memilih berkunjung ke
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Mayoritas responden (71%) memilih
berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung karena rumah sakit ini adalah
rumah sakit khusus mata.
Tabel 4.9Pemakaian Jasa Kesehatan Mata di Rumah Sakit Lain
No Kategori f %
1 Ya 31 30
2 Tidak 73 70
Total 104 100
Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner
Tabel di atas menggambarkan data responden yang pernah menggunakan jasa
kesehatan mata di rumah sakit/klinik lain. Sebanyak 70% responden mengatakan
bahwa mereka belum pernah menggunakan jasa kesehatan mata di rumah sakit lain.
Hal ini menunjukkan kecenderungan pasien bersikap loyal.
4.3.2 Data Penelitian
4.3.2.1 Kehandalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berikut ini akan dibahas persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan terkait
dengan aspek kehandalan. Penilaian dari sampel pasien, berupa salah satu dari lima
jawaban (1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3 : Kurang Setuju, 4: Setuju, 5:
72
Sangat Setuju) akan mewakili persepsi populasi pasien instalasi farmasi. Hasil
penilaian ini akan diteliti untuk mengetahui pengaruh antara kehandalan instalasi
farmasi dengan kepuasan pasien.
Indikator yang digunakan dalam aspek kehandalann diantaranya:
a. Kecepatan penyerahan obat jadi
b. Kecepatan penyerahan obat racik (puyer, krim racikan, dsb.)
c. Ketepatan obat sesuai dengan resep dokter
d. Kelengkapan persediaan obat
e. Kualitas obat yang disediakan instalasi farmasi
f. Ketertiban administrasi instalasi farmasi.
Jawaban pasien dirangkum dalam table berikut:
Tabel 4.10Penilaian Responden Mengenai Kehandalan
No.PP
5 4 3 2 1Jumla
hSkor Total
Skor Ideal
Penyeraha
n obat jadi
cepat.
14 48 27 13 2 104 371
52013
%46%
26
%
13
%2% 100% 71%
Penyeraha
n obat
racik cepat
7 37 47 12 1 104 349
5207% 35%
45
%
12
%1% 100% 67%
Obat yang
diberikan
sesuai
25 74 1 1 3 104 429520
24 71% 1% 1% 3% 100% 83%
73
resep%
Persediaan
obat
lengkap
20 47 24 12 1 104 385
52020
%45%
23
%
11
%1% 100% 74%
Obat
berkualitas
baik
25 62 10 6 1 104 416
52024
%60% 9% 6% 1% 100% 80%
Admisitras
i tertib
14 60 18 10 2 104 386
52013
%58%
17
%
10
%2% 100% 74%
Total Skor 2336Persentase Skor 75%
Sumber: Perhitungan Statistik
Berdasarkan hasil pengolahan yang disajikan pada tabel di atas, dapat dilihat
bahwa skor total untuk kehandalan instalasi farmasi adalah 2336. Jumlah skor
tersebut dimasukkan ke dalam garis kontinum, yang pengukurannya ditentukan
dengan cara :
Nilai Indeks Maksimum = 5 x 6 x 104 = 3120
Nilai Indeks Minimum = 1 x 6 x 104 = 624
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (3120 – 624) : 5
= 499.2
Persentase Skor = [(total skor) : nilai maksimum] x 100%
= (2336 : 3120) x 100%
74
= 75%
Gambar 4.1Garis Kontinum Kehandalan
624 1123 1622 2121 2620 3120
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap pertanyaan
nomor 1 sampai dengan 6 adalah 3120. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan
nilai yang diperoleh 2336 atau 75% dari skor ideal yaitu 3120. Dari gambar di atas,
dapat dilihat bahwa pasien memiliki penilaian yang baik terhadap aspek kehandalan
berupa kecepatan penyerahan obat jadi dan obat racik, ketepatan obat sesuai dengan
resep dokter, kelengkapan persediaan obat, kualitas obat dan ketertiban administrasi.
4.3.2.2 Empati Petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berikut ini akan dibahas persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan terkait
dengan aspek empati.
Indikator yang digunakan dalam aspek empati diantaranya:
a. Keramahan pegawai Instalasi Farmasi
b. Tidak adanya pembedaaan status sosial
c. Kecakapan pegawai Instalasi Farmasi dalam menjelaskan pemakaian obat
(2336)
Tidak baik
Kurang baik
Cukup baik
BaikSangat baik
75
d. Kesopanan pegawai Instalasi Farmasi
e. Perhatian pegawai Instalasi Farmasi
Jawaban pasien dirangkum dalam table berikut:
Tabel 4.11Penilaian Responden Mengenai Kehandalan
No.PP
5 4 3 2 1Jumla
hSkor Total
Skor Ideal
Pegawai
farmasi
bersikap
Ramah
29 51 18 5 1 104 414
52028
%49%
17
%5% 1% 100% 80%
Pegawai
tidak
membedaka
n status
sosial
21 57 14 10 2 104 397
52020
%55%
13
%
10
%2% 100% 76%
Kecakapan
pegawai
menjelaskan
pemakaian
obat dengan
baik
27 67 5 3 2 104 426
520
26
%65% 5% 3% 1% 100% 82%
Pegawai
farmasi
berlaku
sopan
21 67 12 2 2 104 415
52020
%64%
12
%2% 2% 100% 80%
76
Pegawai
farmasi
memberikan
perhatian
16 62 23 1 2 104 401
52015
%61%
22
%1% 1% 100% 77%
Total Skor 2053Persentase Skor 79%
Sumber: Perhitungan Statistik
Berdasarkan hasil pengolahan yang disajikan pada tabel di atas, dapat dilihat
bahwa skor total untuk empati adalah 2053. Jumlah skor tersebut dimasukkan ke
dalam garis kontinum, yang pengukurannya ditentukan dengan cara :
Nilai Indeks Maksimum = 5 x 5 x 104 = 2600
Nilai Indeks Minimum = 1 x 5 x 104 = 520
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (2600 – 520) : 5
= 416
Persentase Skor = [(total skor) : nilai maksimum] x 100%
= (2053 : 2600) x 100%
= 79%
77
Gambar 4.2Garis Kontinuum Empati
520 936 1352 1768 2184 2600
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap pertanyaan
nomor 1 sampai dengan 5 adalah 2600. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan
nilai yang diperoleh 2053 atau 79% dari skor ideal yaitu 2600. Dari gambar di atas,
dapat dilihat bahwa pasien memiliki penilaian yang baik terhadap aspek empati
pegawai instalasi farmasi rumah sakit seperti : keramahan, tidak adanya pembedaaan
status sosial, kecakapan, kesopanan dan perhatian pegawai instalasi farmasi.
4.3.2.3 Kepuasan Pasien
Berikut ini akan dibahas kepuasan pasien terhadap pelayanan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo.
Indikator yang digunakan dalam aspek kepuasan diantaranya:
a. Keinginan pasien untuk kembali berobat ke RS Mata Cicendo dan membeli obat
yang telah diresepkan dokter di Instalasi/ Apotek RS Mata Cicendo?
b. Keinginan pasien untuk menganjurkan orang lain untuk membeli obat yang telah
diresepkan dokter di Instalasi Farmasi/Apotek RS Mata Cicendo?
(2053)
Tidak baik
Kurang baik
Cukup baik
BaikSangat baik
78
c. Keinginan pasien untuk tetap membeli obat di Instalasi Farmasi/Apotek RS Mata
Cicendo meskipun ada Instalasi Farmasi/Apotek lain yang memberi penawaran
yang sama?
d. Penilaian pasien terhadap kepuasan secara umum terhadap kualitas layanan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Jawaban pasien dirangkum dalam table berikut:
Tabel 4.13
Penilaian Responden Mengenai Kehandalan
No.
PP5 4 3 2 1 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal
Pasien kembali ke
RSMC dan
membeli obat di
Instalasi Farmasi
25 61 14 1 3 104 416
520
24% 59% 13% 1% 3% 100% 80%
Pasien akan
menganjurkan
RSMC ke orang
lain
16 71 13 2 2 104 409
520
15% 69% 12% 2% 2% 100% 79%
Pasien tetap
membeli obat di
apotek RSMC
meski ada apotek
lain
18 50 28 7 1 104 389
520
17% 48% 27% 7% 1% 100% 75%
79
Layanan Farmasi
telah memuaskan
pasien
17 44 39 1 3 104 383
52016% 43% 37% 1% 3% 100% 74%
Total Skor 1597
Persentase Skor 77%
Sumber: Perhitungan Statistik
Berdasarkan hasil pengolahan yang disajikan pada tabel di atas, dapat dilihat
bahwa skor total untuk tangibles adalah 1597. Jumlah skor tersebut dimasukkan ke
dalam garis kontinum, yang pengukurannya ditentukan dengan cara :
Nilai Indeks Maksimum = 5 x 4 x 104 = 2080
Nilai Indeks Minimum = 1 x 4 x 104 = 416
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (2080 – 416) : 5
= 332,8
Persentase Skor = [(total skor) : nilai maksimum] x 100%
= (1597 : 2080) x 100%
= 77%
Gambar 4.3
80
Garis Kontinum Kepuasan Pasien
416 749 1072 1405 1737 2080
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap
pertanyaan nomor 1 sampai dengan 4 adalah 2080. Dari perhitungan dalam tabel
menunjukkan nilai yang diperoleh 1597 atau 77% dari skor ideal yaitu 2080. Dari
gambar di atas, dapat dilihat bahwa pasien memiliki penilaian yang baik terhadap
kepuasan yang mereka terima.
4.4 Pengaruh Kehandalan dan Empati terhadap Kepuasan Pasien
4.4.1 Hubungan Antar Variabel
Berdasarkan analisa korelasi bivariat, didapatkan hubungan antar variabel
kehandalan, Empati dan Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo sebagai berikut:
(1597)
Tidak baik
Kurang baik
Cukup baik
BaikSangat baik
81
Tabel 4.14
Korelasi Bivariat
Kehandala
nEmpati Kepuasan
Kehandalan
Pearson Corr. 1 0,43 0,63Sig. (2-tailed) 0,00 0,00N 104 104 104
EmpatiPearson Corr. 0,43 1 0,54Sig. (2-tailed) 0,00 0,00N 104 104 104
KepuasanPearson Corr. 0,63 0,54 1Sig. (2-tailed) 0.00 0.00 N 104 104 104
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).Sumber : Perhitungan Statistik
Hasil korelasi dapat digunakan sebagai indikasi hubungan antar variabel.
Tabel tersebut menunjukkan adanya korelasi signifikan antar variabel, yang ditandai
baris Sig yang semuanya bernilai di bawah 0,05. Korelasi paling signifikan
ditemukan pada hubungan antara Kehandalan (X1) dengan Kepuasan (Y), dengan
nilai korelasi sebesar 0,63. Keterikatan yang paling kecil ditemukan pada hubungan
antara Kehandalan (X1) dengan Empati (X2), dengan nilai korelasi sebesar 0,43.
Aspek kehandalan ternyata memiliki nilai korelasi terhadap kepuasan yang
lebih besar dibanding aspek empati. Aspek kehandalan memiliki korelasi terhadap
kepuasan sebesar 0,63, sedangkan aspek empati memiliki korelasi sebesar 0,54. Hal
ini mengindikasikan bahwa kehandalan memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap
kepuasan pasien dibandingkan dengan aspek empati.
82
4.4.2 Koefisien Jalur
Perhitungan jalur menggunakan software SPSS Versi 13.0 menghasilkan nilai sebagai
berikut:
Gambar 4.5 : Hasil Perhitungan Koefisien Jalur
Koefisien jalur masing-masing variabel diberikan oleh tabel berikut:
Tabel 4.15
Perhitungan Koefisien Jalur
Variabel Lambang NilaiKehandalan ρX1Y 0.49Empati ρX2Y 0.33Faktor Lain ρεY 0.72
Sumber : Perhitungan Statistik
Dengan demikian, diperoleh persamaan jalur sebagai berikut:
Y = 0.49 X1 + 0.33 X2 + 0.72 ε
Dengan:
Y = Kepuasan Pasien Instalasi farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
83
X1 = Kehandalan Instalasi Farmasi
X2 = Empati Pegawai Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
ε = faktor selain Kehandalan dan Empati yang juga berpengaruh terhadap
kepuasan pasien
Dalam persamaan tersebut, aspek kehandalan memiliki koefisien jalur yang
lebih besar dibanding aspek empati. Aspek kehandalan memiliki koefisien jalur
sebesar 0.49 sedangkan aspek empati hanya memiliki koefisien jalur sebesar 0.33.
Hal ini menunjukkan bahwa aspek kehandalan memiliki pengaruh yang lebih besar
terhadap kepuasan pasien dibanding dengan aspek empati.
4.4.3 Pengujian Jalur
4.4.3.1 Pengujian Keseluruhan (Simultan)
Hipotesis utama penelitian ini adalah Kehandalan dan Empati Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung secara simultan memiliki pengaruh yang kuat
terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
sesuai dengan hipotesis berikut:
H0 : ρX1Y = ρX2Y = 0
(Kehandalan Instalasi Farmasi dan Empati Pegawai Instalasi Farmasi secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Mata Cicendo Bandung)
84
H1 : Paling tidak ada sebuah ρXiY ≠ 0, dimana i = 1,2.
(Kehandalan Instalasi Farmasi dan Empati Pegawai Instalasi Farmasi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung)
Statistik Uji:
F=(n−k−1 ) RYX 1. . Xk
2
k (1−RYX 1. . Xk2 )
Dengan :
k = jumlah variabel independen sedangkan
n = jumlah sampel penelitian.
R = koefisien determinasi Y
Kriteria Uji:
H0 ditolak jika F hitung ≥ F tabel, H0 diterima jika F hitung < F tabel. Nilai F hitung
diperoleh dari tabel distribusi F dengan α =5%, derajat kebebasan db1 = k, derajat
kebebasan db2 = n-k-1.
85
Tabel 4.16
Pengujian Simultan
Hipotesis F Hitung db F Tabel Kesimpulan
(X1,X2) secara simultan berpengaruh
terhadap Y47,86
db1= 23,09 H0 ditolak
db2 = 101
Sumber : Perhitungan Statistik
Nilai F Hitung sebesar 47,86 lebih besar daripada nilai F Tabel 3,09. Dengan
demikian, hipotesis H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel Kehandalan
Instalasi Farmasi dan Empati Pegawai Instalasi farmasi secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo.
4.4.3.2 Pengujian Secara Individu (Parsial)
Hipotesis parsial adalah Kehandalan dan Empati Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo secara parsial memiliki pengaruh yang kuat terhadap Kepuasan Pasien
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, sesuai dengan hipotesis
berikut:
H0 : PXiY = 0, i = 1,2.
(Tidak ada pengaruh yang nyata dari variable bebas Xi terhadap Y)
H1 : PXiY ≠ 0, i = 1,2.
(Terdapat pengaruh yang signifikan dari variable bebas Xi terhadap Y)
Statistik Uji:
86
t i=Pyxi
√ (1−R2) C R ii
n−k−1
Dengan :
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel penelitian.
CR = koefisien korelasi antar variabel
Pyxi = koefisien regresi variabel y terhadap xi
i = 1,2.
Kriteria Uji:
H0 ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel. Nilai t hitung diperoleh dari
tabel t dengan α =5%, derajat kebebasan db = n-k-1.
Tabel 4.17
Pengujian Individual
No. Hipotesis Koefisien t hitung db t tabel Kesimpulan
1 PX1Y ≠ 0 0,49 6,15101 1,98
H0 ditolak
2 PX2Y ≠ 0 0,33 4,21 H0 ditolak
Sumber : Perhitungan Statistik
Nilai t hitung untuk variabel kehandalan (6,15) dan variabel empati (0,33)
lebih besar daripada t tabel (1,98). Hal ini menunjukkan bahwa kehandalan Instalasi
87
Farmasi (X1) dan Empati Pegawai Instalasi Farmasi (X2) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung.
4.4.4 Pengujian Hubungan Antar Variabel Bebas
Hubungan antara variabel independen Kehandalan Instalasi Farmasi (X1)
dengan Empati Instalasi Farmasi (X2) diberikan oleh tabel berikut:
Tabel 4.18
Pengujian Hubungan antara Variabel Independen
Hipotesis Korelasi (R) t hitung t tabel Kesimpulan
Terdapat hubungan
signifikan antara X1
dengan X2.
0,43 2,61 1,98
H0 ditolak, terdapat
hubungan signifikan antara
X1 dengan X2.
Sumber : Perhitungan Statistik
Nilai t hitung lebih besar daripada t tabel, oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa antara variabel Kehandalan Instalasi Farmasi dengan Empati Pegawai Instalasi
farmasi memiliki hubungan yang signifikan.
4.4.5 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh langsung dan tidak langsung aspek Kehandalan Instalasi Farmasi
terhadap Kepuasan Pasien diberikan oleh table berikut:
88
Tabel 4.19
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kehandalan Instalasi Farmasi
terhadap Kepuasan Pasien
Jenis Pengaruh RumusBesar
Pengaruh
Pengaruh Langsung Kehandalan Instalasi Farmasi terhadap
Kepuasan PasienρYX1 x ρYX1 0,236
Pengaruh Tidak Langsung (melalui Empati) Kehandalan
Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien ρYX1 x RX1X2 x ρYX2 0,07
Total Pengaruh Kehandalan Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien 0,306
Sumber : Perhitungan Statistik
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek Kehandalan Instalasi
Farmasi memiliki pengaruh sebesar 30,6% terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung.
Tabel 4.20
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Empati Pegawai Instalasi Farmasi
terhadap Kepuasan Pasien
Jenis Pengaruh RumusBesar
Pengaruh
Pengaruh Langsung Empati Pegawai Instalasi Farmasi
terhadap Kepuasan PasienρYX2 x ρYX2 0,111
Pengaruh Tidak Langsung (melalui Kehandalan) Empati
Pegawai Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien ρYX1 x RX1X2 x ρYX2 0,07
Total Pengaruh Empati Pegawai Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien 0,181
Sumber : Perhitungan Statistik
89
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek Empati Pegawai Instalasi
Farmasi memiliki pengaruh sebesar 18,1% terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung.
Perhitungan pengaruh total aspek Kehandalan Instalasi Farmasi dan aspek
Empati Pegawai Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien diberikan oleh tabel
berikut:
Tabel 4.21
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kehandalan Instalasi Farmasi dan
Empati Pegawai Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien
ParameterPengaruh
Langsung
Pengaruh Tidak
Langsung
Besar
Pengaruh
Kehandalan Instalasi Farmasi 0,236 0,07 0.306
Empati Pegawai Instalasi Farmasi 0,111 0,07 0,181
Total Pengaruh Kehandalan Instalasi Farmasi dan Empati Pegawai Instalasi
Farmasi terhadap Kepuasan Pasien0,487
Pengaruh Faktor Lain / Residu 0,513
Sumber : Perhitungan Statistik
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek Kehandalan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dan Empati Pegawai Instalasi Farmasi memiliki total pengaruh sebesar
51,3% terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung.
90
4.5 Pembahasan
Hubungan antara variabel independen Kehandalan Instalasi Farmasi (X1)
dengan Empati Instalasi Farmasi (X2) diberikan oleh tabel berikut:
4.5.1 Pembahasan Penilaian Pasien terhadap Aspek Kehandalan
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu
62 orang (59%) menyatakan bahwa waktu penyerahan obat jadi sudah cukup cepat.
Hal ini mengindikasikan bahwa penyerahan obat jadi yang cepat mendapat respon
dari pasien pengguna jasa instalasi farmasi karena pasien memiliki anggapan bahwa
salah satu parameter layanan instalasi farmasi adalah waktu tunggu pasien. Untuk
penyerahan obat racik, jumlah ini berkurang menjadi 44 atau 42% responden yang
menilai bahwa waktu penyerahan obat racik sudah cukup cepat. Dengan demikian,
waktu penyerahan obat racik menjadi salah satu parameter yang masih perlu
diperbaiki oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Dilihat dari persepsi lain, sebagian besar responden yaitu 99 orang (95%)
menyatakan bahwa penyerahan obat sudah tepat sesuai dengan resep dokter. Meski
demikian, ketidaktepatan penyerahan obat meski hanya bernilai 5% tetap berpotensi
menimbulkan kerugian besar bagi pasien, khususnya akibat salah mengkonsumsi
obat. Dengan demikian, ketepatan penyerahan obat sesuai resep dokter menjadi salah
satu parameter yang masih perlu diperbaiki oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung.
Untuk kelengkapan obat, 67 responden (65%) menilai bahwa persediaan obat
di instalasi farmasi sudah cukup lengkap, sedangkan 87 responden (84%) menilai
91
bahwa kualitas obat yang diberikan oleh instalasi farmasi sudah cukup baik. Hal ini
menunjukkan bahwa konsumen mengapresiasi persediaan dan kualitas obat yang
disediakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Untuk ketertiban administrasi, 74 pasien (71%) menganggap bahwa
administrasi sudah cukup tertib. Yang dimaksud dengan administrasi antara lain
adalah pemberian obat yang selalu disertai dengan kuitansi dan ketertiban antrian.
Dengan demikian, faktor administrasi juga menjadi salah satu faktor yang diapresiasi
positif oleh pasien.
Secara umum, parameter kehandalan dinilai cukup baik oleh pasien.
Parameter yang mendapat nilai terendah adalah parameter waktu penyerahan obat
jadi dan waktu penyerahan obat racik. Kedua parameter ini perlu diperbaiki agar
pasien tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan obat. Hal ini juga
sejalan dengan saran tertulis yang diberikan beberapa pasien, dimana pasien merasa
bahwa waktu tunggu pemberian obat masih perlu untuk diperbaiki.
Aspek kehandalan menurut Gronroos (2007: 84) memiliki dua aspek, yaitu
kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, dan
perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat. Pasien memiliki harapan
bahwa obat yang diresepkan dokter harus tersedia di instalasi farmasi, dengan
kualitas yang baik, dan waktu tunggu yang tidak terlalu lama. Ekspektasi dari pasien
ini secara tidak langsung menjadi janji yang harus dapat dipenuhi oleh Instalasi
Farmasi. Di sisi lain, pelayanan yang diberikan juga harus akurat, obat yang diberikan
harus tepat, sesuai dengan yang diresepkan dokter. Dengan demikian, pelayanan yang
92
memenuhji janji dan keakuratan menjadi dua hal yang saling berkaitan dalam
menjaga kepuasan konsumen.
4.5.2 Pembahasan Penilaian Pasien terhadap Aspek Empati
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu
80 orang (77%) menyatakan bahwa pegawai instalasi farmasi sudah cukup ramah .
Hal ini mengindikasikan bahwa keramahan pegawai instalasi mendapat respon dari
pasien pengguna jasa instalasi farmasi karena pasien memiliki anggapan bahwa
keramahan adalah salah satu unsur terpenting dalam melayani konsumen.
Dilihat dari persepsi pembedaan status sosial, sebagian besar responden yaitu
78 orang (75%), menyatakan bahwa mereka tidak mengalami status pembedaan sosial
selama dilayani. Meski demikian, masih terdapat 15% responden yang merasa
diperlukan secara berbeda. Hal ini masih perlu diperbaiki mengingat sebagian besar
pasien berasal dari kalangan menegah ke bawah.
Untuk aspek kecakapan pegawai dalam menjelaskan pemakaian obat,
kesopanan dan perhatian pegawai Instalasi Farmasi, mayoritas responden menyatakan
bahwa pegawai instalasi farmasi sudah cukup cakap (94 responden, 91%), sopan (88
responden, 84%) dan member perhatian (78 responden, 76%).
Secara umum, parameter empati dinilai cukup baik oleh pasien. Gronroos
(2007: 84) menyatakan bahwa empati merupakan keterlibatan langsung karyawan
dalam memahami kondisi pasien. Sikap empati menjadi penting mengingat sebagian
besar pasien Rumah Sakit Mata Cicendo berasal dari kalangan menengah ke bawah.
93
Parameter yang masih perlu mendapat perhatian adalah kesamarataan perlakuan bagi
pasien instalasi farmasi rumah sakit. Dengan perlakuan yang sama rata, tidak melihat
status sosial, pasien khususnya dari kalangan menengah ke bawah akan merasa
dihargai dan nyaman dalam menggunakan fasilitas Instalasi Farmasi.
4.5.3 Pembahasan Penilaian Pasien terhadap Aspek Kepuasan
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu
86 orang (83%) menyatakan bersedia untuk kembali berkunjung dan membeli obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo. Hal ini mengindikasikan bahwa
kualitas pelayanan instalasi farmasi diapresiasi pasien melui niatnya untuk kembali
berkunjung dan membeli obat di kemudian hari.
Dilihat dari persepsi lain, sebagian besar responden yaitu 87 orang (84%),
menyatakan bahwa mereka akan merekomendasikan kepada orang lain untuk berobat
ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung dan membeli obat yang diresepkan dokter di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo. Kualitas layanan yang baik akan
membuat orang merasa puas dan menyebarkan kepuasan tersebut melalui word of
mouth marketing. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Reidenbach
dan Smalwood (1990) yang menyatakan bahwa dalam industry rumah sakit terdapat
kebutuhan jasa yang unik yaitu “patient confidence” yang tidak terdapat pada jasa
lainnya. Dalam penelitiannya yang menggunakan modifikasi dari metode
SERVQUAL berpendapat bahwa terdapat hubungan antara kualitas yang diterima
(perceived quality) seorang pasien, kepuasannya dan rekomendasi yang diberikannya
94
terhadap kondisi rumah sakit tersebut. Rekomendasi yang sifatnya komunikasi dari
mulut ke mulut dapat menanamkan reputasi rumah sakit tersebut di benak konsumen
lain.
Pelayanan yang baik dari suatu perusahaan, akan menjadi landasan bagi
terbentuknya citra perusahaan yang baik di tengah masyarakat (Alma,2005).
Kepuasan pasien dan pemasaran dari mulut ke mulut diharapkan dapat menciptakan
citra yang positif bagi masyarakat mengenai Rumah Sakit Mata Cicendo. Hal ini juga
semakin memperkuat temuan pada Tabel 4.6 terkait dengan sumber informasi
keberadaan Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, dimana 61% responden
menyatakan bahwa mereka mengetahui keberadaan rumah sakit ini dari informasi
kerabat.
Lebih dari separuh pasien memiliki loyalitas yang cukup tinggi terhadap
instalasi farmasi, terbukti bahwa sebagian besar responden, yaitu 68 orang (65%)
menyatakan bahwa mereka akan tetap membeli obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo meskipun ada apotek lain yang memberikan penawaran sejenis. Meski
demikian, masih ada 32% pasien yang dapat saja beralih ke apotek lain. Faktor ini
perlu diperbaiki oleh manajemen agar nantinya Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung tetap dapat bersaing dengan apotek-apotek lain.
Secara umum, sebanyak 61 responden (59%) menyatakan bahwa mereka
merasa puas terhadap layanan yang diberikan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung.
95
4.5.4 Pembahasan Pengaruh Kehandalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit &
Empati Pegawai Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien
Untuk mengetahui pengaruh kehandalan instalasi farmasi terhadap kepuasan
pasien di Instalasi Farmasi RSMC Bandung dilakukan pengujian hipotesis. Dapat
dilihat pada hasil pengujian secara simultan (Tabel 4.16) bahwa F hitung lebih besar
dari F tabel, maka H0 ditolak, berarti hasil pengujian signifikan, secara keseluruhan
variable kehandalan instalasi farmasi (X1) dan empati pegawai instalasi farmasi (X2),
berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Instalasi Farmasi RSMC Bandung (Y).
Kondisi ini disebabkan karena faktor kualitas pelayanan yang disediakan di
Instalasi Farmasi RSMC sudah baik bagi pasien, sehingga pasien merasa puas dengan
kualitas pelayanan Instalasi Farmasi RSMC.
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui variabel bebas mana yang
secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y dapat dilanjutkan dengan pengujian
secara parsial, dengan rumusan hipotesis:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas yang ke-i
(Xi) terhadap Y
Terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas yang ke-i (X i)
terhadap Y
Tolak Ho jika t hitung > t tabel ( )
Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui dari tabel 4.23:
96
1.) Untuk dimensi kehandalan, didapatkan bahwa t hitung (6,157) lebih besar dari t
tabel (1,98), dengan demikian H0 ditolak, maka terdapat pengaruh yang
signifikan dari kehandalan terhadap kepuasan pasien di Instalasi Farmasi RSMC.
Semakin baik aspek kehandalan, seperti: waktu penyerahan obat yang cepat,
kualitas obat yang baik, persediaan obat yang lengkap, maka pasien akan
semakin puas dengan pelayanan instalasi farmasi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Fornell et al. (1996) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen
adalah hasil evaluasi dari pengalaman konsumsi yang terkait dengan aspek
kehandalan dan standarisasi pelayanan. Lebih lanjut lagi, Tortorella (2005)
menyatakan bahwa kehandalan merupakan salah satu faktor yang penting untuk
mempertahankan bisnis jasa. Produk atau jasa yang tidak dapat menjangkau
lebih dari standar kehandalan akan hilang dari pasar, terutama dalam iklim
persaingan sekarang. Dengan demikian, agar tidak ditinggalkan oleh konsumen,
parameter-parameter ini harus dijaga dan ditingkatkan agar pasien tidak beralih
ke instalasi farmasi di luar rumah sakit.
2.) Untuk dimensi empati, didapatkan t hitung (4,218) lebih besar dari t tabel (1,98),
dengan demikian H0 ditolak, maka terdapat pengaruh yang signifikan dari empati
terhadap kepuasan pasien di Instalasi Farmasi RSMC. Empati di sini mencakup
keramahan, tidak adanya pembedaaan status sosial, kecakapan, kesopanan dan
perhatian pegawai instalasi farmasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ifmaily
(2006), yang menyebutkan bahwa pelayanan yang ramah merupakan salah satu
97
kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan resep. Notoatmojo (1993)
menyatakan bahwa keramahan pada pelanggan sangat penting agar mereka
merasa dihargai sehingga bisa menjadi pelanggan yang fanatik. Petugas harus
melakukan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. Agar
petugas dapat melakukan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
pelanggan, petugas harus dalam jumlah yang cukup sehingga beban pekerjaan
tidak terlalu berat, sehingga akan memberi kesempatan kepada petugas untuk
bersikap ramah. Widjono (1999) menyatakan bahwa pasien yang diperlakukan
kurang baik cenderung untuk mengabaikan saran dan nasehat petugas kesehatan,
atau tidak mau berobat ketempat tersebut. Hubungan antar manusia yang baik
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga
rahasia, menghormati, responsif, memberikan perhatian, dan ini mempunyai
andil besar dalam konseling yang efektif.
Dari kedua faktor tersebut, variabel kehandalan (X1) memiliki pengaruh
paling signifikan terhadap kepuasan pasien di Instalasi Farmasi RSMC, yaitu sebesar
30,6%. Ini berarti setiap kenaikan dimensi kehandalan sebesar 1% akan
meningkatkan kepuasan pasien sebesar 30,6%. Kemudian diikuti oleh variabel residu
yaitu variabel lain selain kehandalan dan empati sebesar 51,3%. Empati menempati
variabel terakhir dengan pengaruh sebesar 18,1%, yang berarti setiap kenaikan
dimensi empati sebesar 1% akan meningkatkan kepuasan pasien sebesar 18,1%.
Hal ini mengindikasikan bahwa kehandalan Instalasi Farmasi dan empati
pegawai di Instalasi Farmasi RSMC merupakan dimensi yang penting dalam
98
menentukan kepuasan pasien kualitas pelayanan Instalasi Farmasi RSMC. Oleh
karena itu, Instalasi Farmasi RSMC perlu memperhatikan dimensi-dimensi tersebut
dan perlu meningkatkannya menjadi lebih baik lagi, agar pasien tidak beralih ke
Instalasi Farmasi di luar RSMC.
Salah satu hal yang didapat dalam penelitian ini adalah pengaruh faktor residu
/ faktor selain kehandalan dan empati yang juga berpengaruh terhadap kepuasan
pasien instalasi farmasi. Oleh karena itu, diperlukan studi mengenai faktor lain dari
kualitas layanan, seperti jaminan pelayanan / assurance, aspek fisik / tangibles dan
daya tanggap / responsiveness.
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sesuai hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis pengaruh
kehandalan dan empati terhadap kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Mata Cicendo (RSMC) Bandung, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1). Kehandalan instalasi farmasi yang meliputi dimensi : kecepatan penyerahan obat
jadi, kecepatan penyerahan obat racik (puyer, krim racikan, dsb.), ketepatan obat
sesuai dengan resep dokter, kelengkapan persediaan obat, kualitas obat yang
disediakan Instalasi Farmasi dan ketertiban administrasi Instalasi Farmasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung dinilai baik oleh sebagian
besar responden.
2.) Empati pegawai instalasi farmasi yang meliputi dimensi: keramahan pegawai
Instalasi Farmasi, tidak adanya pembedaaan status sosial, kecakapan pegawai
Instalasi Farmasi, kesopanan pegawai Instalasi Farmasi dan perhatian pegawai
Instalasi Farmasi dinilai baik oleh sebagian besar responden.
3.) Sebagian besar responden menyatakan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo telah berhasil menyediakan layanan yang memuaskan. Tingkat loyalitas
konsumen terbukti cukup tinggi, sebagian responden menyatakan akan kembali
100
lagi ke Rumah Sakit Mata Cicendo untuk mendapatkan pelayanan klinis dan
pelayanan farmasi.
4.) Secara simultan, dimensi kehandalan dan empati memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata
Cicendo.
5. Hasil uji statistik secara parsial, menunjukkan bahwa masing-masing aspek yaitu
kehandalan dan empati memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepuasan
pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo. Secara berurutan yang
memberi pengaruh paling besar yaitu kehandalan (30,6%), residu (faktor lain,
sebesar 51,3%) dan empati (18,1%).
5.2 Saran
Bertitik tolak kepada temuan hasil penelitian dan analisis seperti yang telah
diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1.) Untuk mempertahankan kehandalan, parameter-parameter seperti kecepatan
penyerahan obat jadi, kecepatan penyerahan obat racik (puyer, krim racikan,
dsb.), ketepatan obat sesuai dengan resep dokter, kelengkapan persediaan obat,
kualitas obat yang disediakan instalasi farmasi dan ketertiban administrasi perlu
dimonitor secara berkala oleh pihak manajemen rumah sakit. Monitoring ini
diperlukan untuk mengantisipasi kenaikan jumlah pasien di masa mendatang,
dimana Instalasi Farmasi diharapkan dapat terus konsisten menyediakan
pelayanan farmasi yang handal. Jika kehandalan layanan menurun, pasien dapat
101
dengan mudah beralih ke Instalasi Farmasi di luar rumah sakit, yang nantinya
akan menurunkan sumber pendapatan Rumah Sakit Mata Cicendo.
2.) Untuk mempertahankan aspek empati yang sudah dinilai baik oleh responden,
perlu dilakukan penyuluhan berkala kepada pegawai instalasi farmasi mengenai
cara berinteraksi dengan konsumen. Hal ini diperlukan untuk menjaga loyalitas
konsumen, mengingat instalasi farmasi di luar rumah sakit kini sudah semakin
professional, sudah dapat menyediakan layanan yang lebih personal, lebih ramah
kepada pengunjung.
3.) Kepuasan pasien nantinya akan berujung pada loyalitas pasien. Sikap loyal ini
nantinya akan menimbulkan pemasaran dari mulut ke mulut oleh pasien tersebut.
Pemasaran ini juga nantinya akan menimbulkan reputasi rumah sakit yang baik.
Dengan demikian, kepuasan pasien akan menimbulkan banyak efek domino
yang akan menguntungkan rumah sakit. Oleh karena itu, setiap unit dalam
Rumah Sakit Mata Cicendo, termasuk Instalasi Farmasi, harus meningkatkan
kualitas pelayanan secara terus menerus untuk menjaga tingkat loyalitas pasien.
4.) Dalam penelitian ini disimpulkan juga bahwa masih terdapat faktor residu/faktor
lain yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien Instalasi Farmasi. Oleh karena
itu maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh variabel lain
seperti assurance, daya tanggap dan aspek fisik / tangibles terhadap kepuasan
pasien Instalasi Farmasi RSMC Bandung.
102
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa, Alphabet, Bandung.
Anjaryani, Wieke Dyah. 2009. Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Tesis Program Studi Magister Promosi Kesehatan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Azwar, A. 1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Prinsip Lingkungan Pemecahan Masalah). Jakarta: Yayasan Penerbit IDI.
Chriswardani,S. 1998. Pengembangan Indikator Kepuasan Pasien Rumah Sakit di Jawa Tengah, Riset Pembinaan Kesehatan, Balitbangkes Departemen Kesehatan RI.
Cooper, Philip D. 1994. Health Care Marketing : A Foundation for Managed Quality. Gathresburg, Maryland: Aspen Publisher, Inc.
Cronin, JJ, Taylor, SA. 1992. Measuring Service Quality : A Re-examination and Extension. Journal of Marketing.
Engel, J., Blackwill, R., and Miniard, W. 1993. Perilaku Konsumen. Edisi VI. Jakarta: Binapura Aksara.
Fornell,C., Michael, D. 1996. The American Customer Satisfaction Index : Nature, Purpose and Finding. Journal of Marketing Vol. 60:7-17.
Gita, I Made. 1999. Evaluasi Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan Dihubungkan dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Jakarta Timur, (Tesis). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Manajemen Rumah Sakit, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Goleman, D.. 2007. Social Intelligence : Ilmu Baru tentang Hubungan AntarManusia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ifmaily. 2006. Analisis Pengaruh Persepsi Layanan farmasi Pasien Unit Rawat Jalan terhadap Minat Beli Obat Ulang di Instalasi Farmasi RSI Ibu Sina Yarsi Padang. Tesis Universitas Diponegoro.
103
Jacobalis, S. 1990. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit: Suatu Pengantar. Jakarta: Citra Windu Satria.
Kotler, Philip & Armstrong, Gary. 2000. Principle of Marketing, Fifth Edition. Prentice Hall, New Jersey, USA.
Krowinski, W.J., Steven, R.S. 1996. Measuring and Managing Patient Satisfaction. American Hospital Publishing Inc.
Linder – Pelz, Susie, 2002. Toward a Theory of Patient Satisfaction. Social Science and Medicine Journal, Volume 16, Issue 5.
Mangunsong, F. 2010. Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan. Melalui <http://www.experd.com/news-articles/articles/51-menanam-empati-timbuhkan-kecerdasan>
Merkouris, A., Lanara,V., Ifantupulous and Lemonidou, C. 1999. A Key Concept for Evaluating and Improving Nursing Practice. Journal of Nursing Management.
Nazir, M. 1998. Analisis Kepuasan Pasien akan Minat pemanfaatan Kembali Jasa Pelayanan di Rumah Sakit UmumTual Kabupaten Maluku Tenggara, melalui http://www.digilib.litbang.depkes.go.id,
Nirsetyo, Wahdi. 2006. Analisis factor-faktor yang MempengaruhiKepuasan Pasien Sebagai Upaya Meningkatkan Loyalitas Pasien. Tesis Program Studi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Notoatmojo. S. 1993. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Puspita, Ika. 2009. Hubungan Persepsi Pasien tentang Kualitas Pelayanan dengan Citra Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Tesis Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Rachman, E. & Savitri, S. 2009. Asah Empati. Melalui <http://www.experd.com/news-articles/articles/55>
Reidenbach, Smallwood, 1990. “Exploring Perceptions of Hospital Operations by a Modified SERVQUAL Approach”, Journal of Health Care Marketing, Vo. 10, No. 4 (Desember 1990).
104
Setiawan, B. 1991. Aspek Pengembangan di Instalasi Farmasi. Cermin Dunia Kedokteran. Edisi Khusus. 1991; 71 ; 130 – 33.
Singarimbun, M. 1994. Metoda Penelitian Survey Edisi Revisi. Jakarta: LP3S.
Siregar. C. J. P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC
Sitepu, N. 2004. Analisis Jalur. Unit Pelayanan Statistika FMIPA UNPAD, Bandung.
Sophian,J. 2007. Model Kesetiaan dalam Bisnis. http://eprints.ums.ac.id/140/1/pdf, 6 Februari 2009
Suryawati, Chriswardani, Dharminnto, Shaluhiyah, Zhroh. 2006. “Penyusunan Indikator Kepuasan Pasien rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah”, AJurnal manajemen Pelayanan kesehatan No. 4 Vol.09.
Tjiptono, F. 2001. Manajemen Jasa Cetakan Kedua, Andi Offset, Yogyakarta.
Tortorella, M. 2005. Service Reliability Theory and Engineering. Quality Technology and Quantitative Management Vol. 2 No. 1 : 1-16.
Wahyuningsih, E. 2003. Upaya Peningkatan Pelayanan Obat di Instalasi farmasi RSUD Purworejo dengan Perbaikan Tata Kerja , Peningkatan Sikap serta Motivasi Sumber Daya Manusia. Jurnal Sains Kesehatan No. 16 Vo. 2.
Walgito.2001.Pengantar Psikologi Umum.Penerbit Andi, Yogtyakarta.
Wijono,D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan Aplikasi Vol. 1. Airlangga University Press. Surabaya.
Wiratno, Dwi Haryono. 1998. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen dengan Servqual. Wahana, Vo.1 No. 1, Agustus.
Yusmainita. 2002. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jurnal Medika; No. 12; Tahun XXVIII ; Desember; 2002; 799 – 802.
Zeithaml, L, Valerie, A, Parasuraman; Leonardo L. Berry. 1998. Servqual: A Multiple Item Scale for Measuring Consumer Perception of Service Quality. Journal of Marketing and retailing, Vol 64, p 12-40.
105
Zeithaml. L. 1988. Consumer Perceptions of Price, Quality and Value : A Means End Model and Dynthesis of Evidence. Journal of Marketing, Vol. 52 (July 1988): 2-22.
Zeithaml, L., Valerie, A., Parasuraman and Leonard, L.B. 1990. Delivering Quality Service, Balancing Customer Perception and Expectation. New York: The Free Press.
106
LAMPIRAN
107
Kuesioner Penelitian
PENGARUH KEHANDALAN DAN EMPATI INSTALASI FARMASI
TERHADAP KEPUASAN PASIEN RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dalam rangka penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Kehandalan dan
Empati Instalasi Farmasi terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit Mata Cicendo
Bangdung”, yang merupakan persyaratan memperoleh gelar Magister Manajemen di
Universitas Padjadjaran Bandung, penulis memohon kesediaan Bapak/Ibu berkenan
meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner berikut.
Angket yang saya berikan ini merupakan salah satu alat pengumpul data yang
sangat penulis perlukan dalam pembuatan tesis. Jawaban dari setiap pertanyaan yang
Bapak/Ibu berikan akan dijamin kerahasiaanya dan menjadi tanggung jawab penulis.
Atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu, penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga bantuan Bapak/Ibu mendapatkan balasan di sisiNya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Rurry Triastuti
108
Lembar Kuesioner
A. Karakteristik Responden
Responden yang terhormat,
Kami memohon kesediaan Anda untuk membubuhkan tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda pilih.
1. Jenis Kelamin:
a. Laki – laki b. Perempuan
2. Usia :
a. < 20 thn b.20-30 thn c. 31-40 thn d. 41-50 thn e. >50 thn
3. Pendidikan Terakhir:
a. SD-SLTP b.SLTA c. Diploma d. S1 e. S2-S3 f. Lainnya:.........
4. Dari mana Anda mengetahui keberadaan Rumah Sakit Mata Cicendo?
a. Media Elektronik b.Rekomendasi Dokter c. Media Cetak d. Kerabat
e. Lainnya: ..........................
5. Sudahberapa kali Anda melakukan pengobatan di Rumah Sakit Mata Cicendo?
a.1-2 kali b. 3-5 kali c. 6-10 kali d. Lebih dari 10 kali
6. Alasan apa yang membuat Anda memilih Rumah Sakit Mata Cicendo?
a. Kualitas dokter b. Tarif yang murah c. Alat yang Canggih
d. Pelayanan yang Cepat e. Karena RS Khusus Mata f. Lainnya:........
109
7. Apakah Anda pernah berobat mata ke Rumah Sakit lain?
a.Ya, di ................ b. Tidak
8. Jika Ya, alasan berobat ke rumah sakit lain adalah..
a. Kualitas dokter b. Tarif yang murah c. Alat yang Canggih
d. Pelayanan yang Cepat e. Karena RS Khusus Mata f. Lainnya:........
110
B. Kuesioner Kehandalan
Kehandalan (reliability) merupakan kemampuan melaksanakan pelayanan sesuai
dengan yang dijanjikan secara tepat. Dalam hal ini kemempuan instalasi farmasi
dalam melaksanakan pelayanan secara tepat kepada pasien/ pelanggan.
Jawablah pertanyaan di bawah ini yang menyangkut pengalaman Anda setelah Anda
menerima atau mengalami pelayanan di Instalasi RS Mata Cicendo Bandung, dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban pertanyaan berikut:
Subyek Jawaban
Waktu tunggu penyerahan obat jadi oleh tenaga farmasi cepat / tidak lama.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Waktu tunggu penyerahan obat racik (missal : puyer, krim racikan, dsb) oleh tenaga farmasi cepat / tidak lama.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Obatyang diserahkan oleh tenaga farmasi selalu sesuai dengan resep dokter.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Obat – obatan yang ada di instalasi farmasi selalu tersedia lengkap.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Obat-obatan yang disediakan di installasi farmasi kualitasnya baik (seperti keadaan segel sebelum diterima, tanggal kadaluarsa, dsb.).
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Administrasi di instalasi farmasi (system antrian berdasarkan nomor, penyerahan kuitansi setelah menerima obat) sudah tertib.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
111
C. Kuesioner Empati
Empati (empathy) dapat digambarkan sebagai perhatian yang diberikan oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini, tenaga farmasi) yang bersifat pribadi kepada
pasien/pelanggan dengan memperlihatkan sikap peduli dan memberi perhatian
pribadi tanpa membedakan status sosial.
Jawablah pertanyaan di bawah ini yang menyangkut pengalaman Anda setelah Anda
menerima atau mengalami pelayanan di Instalasi RS Mata Cicendo Bandung, dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban pertanyaan berikut:
Subyek Jawaban
Tenaga farmasi sudah memberikan pelayanan dengan ramah.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Tenaga farmasi sudah memberikan pelayanan tanpa memandang status social dan kedudukan pasien.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Tenaga farmasi sudah menjelaskan mengenai pemakaian obat dengan baik.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Tenaga farmasi sudah menjelaskan pemakaian obat dengan sopan.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Tenaga farmasi telah memberikan perhatian yang baik terhadap pasien.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
112
D. Kuesioner Kepuasan
Mohon diberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban pertanyaan berikut:
Subyek Jawaban
Apakah di kemudian hari Anda memerlukan pelayanan kesehatan, Anda akan kembali ke RS Mata Cicendo dan membeli obat yang telah diresepkan dokter di Instalasi/ Apotek RS Mata Cicendo?
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Anda akan menganjurkan orang lain yang berobat di RS Mata Cicendo untuk membeli obat yang telah diresepkan dokter di Instalasi farmasi Apotek RS Mata Cicendo?
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Apabila ada Instalasi Farmasi/Apotek lain yang memberi penawaran yang sama dengan Instalasi Farmasi/Apotek RS Mata Cicendo, apakah Anda tetep memilih Apotek RS Mata Cicendo?
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Pelayanan Instalasi Farmasi RSMC sudah berhasil memuaskan Anda.
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
SetujuSangat Setuju
Apakah ada saran yang dapat Anda berikan bagi Instalasi farmasi Rumah Sakit Mata Cicendo untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanannya?.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
TERIMA KASIH ATAS KERJA SAMA BAPAK/IBU DALAM MENGISI KUESIONER INI
113
OUTPUT ANALISA SPSS VERSI 13.0
RELIABILITAS
VALIDITAS
CORRELATION ANALYSIS
114
LINEAR REGRESSION
115
REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 41 a a c d a e b 4 4 4 5 5 3 5 1 1 1 1 5 1 5 32 b b a d b e b 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 b d b d a e b 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 4 4 34 a c b d c e b 2 3 4 5 4 1 4 3 5 5 4 4 4 4 45 a b b b d e b 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 b b b b d e b 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 37 b d a b b e b 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 58 a d a b b e a dekat 3 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 39 b d a b d e a a 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5
10 a e a d c c b 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 511 b b a d c e a rujukan4 2 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 312 a a a d b e b 5 4 5 5 5 4 4 2 5 2 5 4 2 4 413 a d a d c a b 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 414 b d d b a e 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 515 b c a a d c b c 2 2 1 2 2 2 5 5 5 5 5 1 3 5 116 b c d a a e a a 3 3 5 4 5 4 2 4 4 4 3 4 4 2 317 b c b b b e a e 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 318 b c a b b e a e 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 419 a a b d a e b 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 320 a a b d a e b 3 3 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 3 3 321 b b d d a e b 2 2 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 322 a e a d a e b 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 423 b e a d b c b 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 524 b c b a a e a b 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 425 b d a d a e b 4 3 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 426 b c b d a e b 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 427 b a b d a e b 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 428 a c d d a e b 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 529 b c a d b e b 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 330 b d a d b e b 2 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 431 b a b d a e b 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 332 b e b d d e b 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 433 b e a c d a b 4 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 434 b e d d a e b 4 4 4 5 5 3 5 1 1 1 1 5 1 5 335 a c b d b a b 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 436 b c d d d e a dekat 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 4 4 337 b c b a a e b 2 3 4 5 4 1 4 3 5 5 4 4 4 4 438 b b d d a e a dekat 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 339 a d e d b c b 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 340 a b b b c c b 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 541 b b c b b e b 3 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 342 a e c b c c a d 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 543 b c b d a e b 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 544 a d d b a a a c 4 2 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 345 a c b d a c a dekat 5 4 5 5 5 4 4 2 5 2 5 4 2 4 446 a e d d a c a e 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 447 b e b b d e b 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 548 a c b a a a a c 2 2 1 2 2 2 5 5 5 5 5 1 3 5 149 a c e c b e b 3 3 5 4 5 4 1 4 4 4 3 4 4 1 350 a b c d b e b 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 351 a c d d b a a a 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 452 a e c b a e b 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 353 a e d d d e b 3 3 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 3 3 3
No.Karakteristik Responden Kehandalan Empati Kepuasan
116
54 b c a d a e a a 2 2 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 355 b a b b a e b 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 456 b b b d a e b 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 557 b a b d a e b 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 458 b c b d b e a e 4 3 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 459 b d d b c e b 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 460 b c b b a e b 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 461 b c a d a a a e 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 562 a c b a a e b 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 363 b b c b a e b 2 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 464 a b d d a ce a e 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 365 a c b b b e b 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 466 a d b b d e b 4 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 467 a c b d d e b 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 568 b d c d b e a e 2 2 1 2 2 2 5 5 5 5 5 1 3 5 169 b c d b b abcdeb 3 3 5 4 5 4 2 4 4 4 3 4 4 2 370 a a b d b e a d 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 371 a e b b b e b 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 472 a c b d b e a dekat 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 373 a c b d a b b 3 3 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 3 3 374 b c b b d a b 2 2 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 375 b a a d a a a a 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 476 a a b d b a b 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 577 a e e d a c a f 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 478 a c d d c e b 4 3 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 479 b d a b b ce a e 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 2 3 3 480 b d a d a e b 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 481 b b b d a e b 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 582 b b a b b b b 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 383 a d e b b e a 2 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 484 b e a d b c b 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 385 b c b a a e a b 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 486 b d a d a e b 4 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 487 b c b d a e b 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 588 b a b d a e b 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 489 a c d d a e b 4 3 4 1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 490 b c a d b e b 4 3 4 4 1 4 3 3 4 4 3 3 3 3 491 b d a d b e b 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 492 b a b d a e b 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 593 b e b d d e b 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 394 b e a c d a b 2 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 495 b e d d a e b 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 396 a c b d b a b 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 497 b c d d d e a dekat 4 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 498 b c b a a e b 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 499 b b d d a e a dekat 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4
100 a d e d b c b 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3101 a b b b c c b 1 1 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2102 b b c b b e b 1 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3103 a e c b c c a d 2 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 5 5 3104 b c b d a e b 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
117
PERHITUNGAN METHOD OF SUCCESSIVE INTERVAL
Method of Successive IntervalCount Answer 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 1 3Count Answer 2 13 12 1 12 6 10 5 10 3 2 1 1 2 7 1Count Answer 3 27 47 1 24 10 18 18 14 5 12 23 14 13 28 39Count Answer 4 48 37 74 47 62 60 51 57 67 67 62 61 71 50 44Count Answer 5 14 7 25 20 25 14 29 21 27 21 16 25 16 18 17Check Sum Count 104 104 104 104 104 104 104 104 104 104 104 104 104 104 104Prop. Answer 1 0.019 0.01 0.0288 0.0096 0.0096 0.019 0.00962 0.019 0.019 0.019 0.019 0.028846 0.0192 0.01 0.029Prop. Answer 2 0.125 0.12 0.0096 0.1154 0.0577 0.096 0.04808 0.096 0.029 0.019 0.01 0.009615 0.0192 0.07 0.01Prop. Answer 3 0.26 0.45 0.0096 0.2308 0.0962 0.173 0.17308 0.135 0.048 0.115 0.221 0.134615 0.125 0.27 0.375Prop. Answer 4 0.462 0.36 0.7115 0.4519 0.5962 0.577 0.49038 0.548 0.644 0.644 0.596 0.586538 0.6827 0.48 0.423Prop. Answer 5 0.135 0.07 0.2404 0.1923 0.2404 0.135 0.27885 0.202 0.26 0.202 0.154 0.240385 0.1538 0.17 0.163Check Sum Prop. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1Cumul. Answer 1 0.019 0.01 0.0288 0.0096 0.0096 0.019 0.00962 0.019 0.019 0.019 0.019 0.028846 0.0192 0.01 0.029Cumul. Answer 2 0.144 0.13 0.0385 0.125 0.0673 0.115 0.05769 0.115 0.048 0.038 0.029 0.038462 0.0385 0.08 0.038Cumul. Answer 3 0.404 0.58 0.0481 0.3558 0.1635 0.288 0.23077 0.25 0.096 0.154 0.25 0.173077 0.1635 0.35 0.413Cumul. Answer 4 0.865 0.93 0.7596 0.8077 0.7596 0.865 0.72115 0.798 0.74 0.798 0.846 0.759615 0.8462 0.83 0.837Cumul. Answer 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1Z Val. Answer 1 -2.1 -2.3 -1.9 -2.3 -2.3 -2.1 -2.3 -2.1 -2.1 -2.1 -2.1 -1.9 -2.1 -2.3 -1.9Z Val. Answer 2 -1.1 -1.2 -1.8 -1.2 -1.5 -1.2 -1.6 -1.2 -1.7 -1.8 -1.9 -1.8 -1.8 -1.4 -1.8Z Val. Answer 3 -0.2 0.2 -1.7 -0.4 -1.0 -0.6 -0.7 -0.7 -1.3 -1.0 -0.7 -0.9 -1.0 -0.4 -0.2Z Val. Answer 4 1.1 1.5 0.7 0.9 0.7 1.1 0.6 0.8 0.6 0.8 1.0 0.7 1.0 0.9 1.0Z Val. Answer 5Dens. Answer 1 0.05 0.03 0.07 0.03 0.03 0.05 0.03 0.05 0.05 0.05 0.05 0.07 0.05 0.03 0.07Dens. Answer 2 0.23 0.21 0.08 0.21 0.13 0.19 0.12 0.19 0.10 0.08 0.07 0.08 0.08 0.14 0.08Dens. Answer 3 0.39 0.39 0.10 0.37 0.25 0.34 0.30 0.32 0.17 0.24 0.32 0.26 0.25 0.37 0.39Dens. Answer 4 0.22 0.13 0.31 0.27 0.31 0.22 0.34 0.28 0.32 0.28 0.24 0.31 0.24 0.26 0.25Dens. Answer 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00SV Answer 1 -2.44 -2.68 -2.28 -2.68 -2.68 -2.44 -2.68 -2.44 -2.44 -2.44 -2.44 -2.28 -2.44 -2.68 -2.28SV Answer 2 -1.44 -1.56 -1.83 -1.56 -1.81 -1.54 -1.87 -1.54 -1.84 -1.90 -1.98 -1.83 -1.90 -1.76 -1.83SV Answer 3 -0.62 -0.41 -1.71 -0.72 -1.21 -0.85 -1.09 -0.92 -1.47 -1.33 -1.14 -1.28 -1.31 -0.83 -0.82SV Answer 4 0.37 0.73 -0.30 0.22 -0.11 0.22 -0.06 0.07 -0.24 -0.07 0.14 -0.09 0.01 0.23 0.34SV Answer 5 1.61 1.94 1.29 1.42 1.29 1.61 1.20 1.39 1.25 1.39 1.54 1.29 1.54 1.48 1.51Min SV -3.44 -3.68 -3.28 -3.68 -3.68 -3.44 -3.68 -3.44 -3.44 -3.44 -3.44 -3.28 -3.44 -3.68 -3.28Y1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1Y2 1.99 2.12 1.45 2.12 1.87 1.90 1.81 1.90 1.59 1.53 1.46 1.45 1.53 1.92 1.45Y3 2.82 3.27 1.57 2.96 2.47 2.59 2.59 2.52 1.97 2.10 2.30 2.00 2.13 2.84 2.47Y4 3.80 4.41 2.99 3.90 3.57 3.65 3.61 3.50 3.20 3.37 3.57 3.19 3.45 3.91 3.62Y5 5.04 5.61 4.58 5.10 4.97 5.04 4.88 4.83 4.68 4.83 4.98 4.58 4.98 5.16 4.79
118
JAWABAN RESPONDEN SETELAH DIUBAH DENGAN MSI
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 41 a a c d a e b 3.805 4.41 2.9864 5.1001 4.9728 2.587 4.88326 1 1 1 1 4.577575 1 5.16 2.4672 b b a d b e b 3.805 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 3.6213 b d b d a e b 2.818 3.27 2.9864 2.956 3.5704 2.587 2.58819 1.899 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 3.91 2.4674 a c b d c e b 1.993 3.27 2.9864 5.1001 3.5704 1 3.61377 2.52 4.684 4.83 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.6215 a b b b d e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.4676 b b b b d e b 2.818 4.41 2.9864 2.1176 3.5704 3.652 2.58819 1.899 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.4677 b d a b b e b 3.805 4.41 4.5776 5.1001 4.9728 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 4.7938 a d a b b e a dekat2.818 2.12 4.5776 3.898 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 3.91 2.4679 b d a b d e a a 3.805 4.41 4.5776 3.898 3.5704 3.652 4.88326 3.501 3.197 4.83 3.571 4.577575 3.4494 5.16 4.793
10 a e a d c c b 5.045 3.27 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 5.16 4.79311 b b a d c e a rujukan3.805 2.12 4.5776 2.956 3.5704 2.587 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 1.92 2.46712 a a a d b e b 5.045 4.41 4.5776 5.1001 4.9728 3.652 3.61377 1.899 4.684 1.53 4.977 3.189146 1.5303 3.91 3.62113 a d a d c a b 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 4.684 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62114 b d d b a e A 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 3.4494 3.91 4.79315 b c a a d c b c 1.993 2.12 1 2.1176 1.8669 1.899 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 1 2.1292 5.16 116 b c d a a e a a 2.818 3.27 4.5776 3.898 4.9728 3.652 1.81151 3.501 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 1.92 2.46717 b c b b b e a e 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 3.91 2.46718 b c a b b e a e 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62119 a a b d a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 1.92 2.46720 a a b d a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 1.899 1.81151 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 2.1292 2.84 2.46721 b b d d a e b 1.993 2.12 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.594 2.104 2.296 2.001753 2.1292 2.84 2.46722 a e a d a e b 5.045 3.27 4.5776 5.1001 3.5704 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 3.571 4.577575 3.4494 3.91 3.62123 b e a d b c b 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 5.16 4.79324 b c b a a e a b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62125 b d a d a e b 3.805 3.27 2.9864 2.1176 3.5704 3.652 3.61377 3.501 4.684 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 3.62126 b c b d a e b 3.805 3.27 2.9864 3.898 1.8669 3.652 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 2.001753 2.1292 2.84 3.62127 b a b d a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 4.9765 5.16 3.62128 a c d d a e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 4.9728 3.652 4.88326 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 4.79329 b c a d b e b 2.818 3.27 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.46730 b d a d b e b 1.993 3.27 2.9864 2.1176 2.4673 3.652 2.58819 1.899 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62131 b a b d a e b 3.805 3.27 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.967 2.104 3.571 3.189146 3.4494 2.84 2.46732 b e b d d e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 1.899 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 2.84 3.62133 b e a c d a b 3.805 4.41 2.9864 2.956 2.4673 3.652 4.88326 4.83 3.197 2.104 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62134 b e d d a e b 3.805 4.41 2.9864 5.1001 4.9728 2.587 4.88326 1 1 1 1 4.577575 1 5.16 2.46735 a c b d b a b 3.805 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 3.62136 b c d d d e a dekat2.818 3.27 2.9864 2.956 3.5704 2.587 2.58819 1.899 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 3.91 2.46737 b c b a a e b 1.993 3.27 2.9864 5.1001 3.5704 1 3.61377 2.52 4.684 4.83 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62138 b b d d a e a dekat3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.46739 a d e d b c b 2.818 4.41 2.9864 2.1176 3.5704 3.652 2.58819 1.899 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.46740 a b b b c c b 3.805 4.41 4.5776 5.1001 4.9728 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 4.79341 b b c b b e b 2.818 2.12 4.5776 3.898 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 3.91 2.46742 a e c b c c a d 3.805 4.41 4.5776 3.898 3.5704 3.652 4.88326 3.501 3.197 4.83 3.571 4.577575 3.4494 5.16 4.79343 b c b d a e b 5.045 3.27 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 5.16 4.79344 a d d b a a a c 3.805 2.12 4.5776 2.956 3.5704 2.587 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 1.92 2.46745 a c b d a c a dekat5.045 4.41 4.5776 5.1001 4.9728 3.652 3.61377 1.899 4.684 1.53 4.977 3.189146 1.5303 3.91 3.62146 a e d d a c a e 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 4.684 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62147 b e b b d e b 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 3.4494 3.91 4.79348 a c b a a a a c 1.993 2.12 1 2.1176 1.8669 1.899 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 1 2.1292 5.16 149 a c e c b e b 2.818 3.27 4.5776 3.898 4.9728 3.652 1 3.501 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 1 2.46750 a b c d b e b 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 3.91 2.46751 a c d d b a a a 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62152 a e c b a e b 2.818 3.27 1.5685 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 1.92 2.46753 a e d d d e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 1.899 1.81151 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 2.1292 2.84 2.46754 b c a d a e a a 1.993 2.12 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.594 2.104 2.296 2.001753 2.1292 2.84 2.46755 b a b b a e b 5.045 3.27 4.5776 5.1001 3.5704 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 3.571 4.577575 3.4494 3.91 3.62156 b b b d a e b 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 5.16 4.79357 b a b d a e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62158 b c b d b e a e 3.805 3.27 2.9864 2.1176 3.5704 3.652 3.61377 3.501 4.684 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 3.62159 b d d b c e b 3.805 3.27 2.9864 3.898 1.8669 3.652 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 2.001753 2.1292 2.84 3.62160 b c b b a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 4.9765 5.16 3.62161 b c a d a a a e 3.805 4.41 2.9864 3.898 4.9728 3.652 4.88326 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 4.79362 a c b a a e b 2.818 3.27 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.46763 b b c b a e b 1.993 3.27 2.9864 2.1176 2.4673 3.652 2.58819 1.899 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62164 a b d d a ce a e 3.805 3.27 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.967 2.104 3.571 3.189146 3.4494 2.84 2.467
No.Karakteristik Responden Kehandalan Empati Kepuasan
119
65 a c b b b e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 1.899 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 2.84 3.62166 a d b b d e b 3.805 4.41 2.9864 2.956 2.4673 3.652 4.88326 4.83 3.197 2.104 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62167 a c b d d e b 3.805 4.41 1.4523 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 3.4494 3.91 4.79368 b d c d b e a e 1.993 2.12 1 2.1176 1.8669 1.899 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 1 2.1292 5.16 169 b c d b b abcdeb 2.818 3.27 4.5776 3.898 4.9728 3.652 1.81151 3.501 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 1.92 2.46770 a a b d b e a d 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 3.91 2.46771 a e b b b e b 3.805 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62172 a c b d b e a dekat2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 1.92 2.46773 a c b d a b b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 1.899 1.81151 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 2.1292 2.84 2.46774 b c b b d a b 1.993 2.12 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.594 2.104 2.296 2.001753 2.1292 2.84 2.46775 b a a d a a a a 5.045 3.27 4.5776 5.1001 3.5704 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 3.571 4.577575 3.4494 3.91 3.62176 a a b d b a b 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 5.16 4.79377 a e e d a c a f 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62178 a c d d c e b 3.805 3.27 2.9864 2.1176 3.5704 3.652 3.61377 3.501 4.684 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 3.62179 b d a b b ce a e 3.805 3.27 2.9864 3.898 1.8669 3.652 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 1.452333 2.1292 2.84 3.62180 b d a d a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 4.9765 5.16 3.62181 b b b d a e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 4.9728 3.652 4.88326 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 4.79382 b b a b b b b 2.818 3.27 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.46783 a d e b b e a 1.993 3.27 2.9864 2.1176 2.4673 3.652 2.58819 1.899 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62184 b e a d b c b 3.805 3.27 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.967 2.104 3.571 3.189146 3.4494 2.84 2.46785 b c b a a e a b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 1.899 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 2.84 3.62186 b d a d a e b 3.805 4.41 2.9864 2.956 2.4673 3.652 4.88326 4.83 3.197 2.104 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62187 b c b d a e b 5.045 5.61 4.5776 5.1001 4.9728 5.045 4.88326 4.83 4.684 4.83 4.977 4.577575 4.9765 5.16 4.79388 b a b d a e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62189 a c d d a e b 3.805 3.27 2.9864 1 3.5704 3.652 3.61377 3.501 4.684 3.366 3.571 3.189146 3.4494 2.84 3.62190 b c a d b e b 3.805 3.27 2.9864 3.898 1 3.652 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 2.001753 2.1292 2.84 3.62191 b d a d b e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 4.577575 4.9765 5.16 3.62192 b a b d a e b 3.805 4.41 2.9864 3.898 4.9728 3.652 4.88326 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 4.79393 b e b d d e b 2.818 3.27 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.46794 b e a c d a b 1.993 3.27 2.9864 2.1176 2.4673 3.652 2.58819 1.899 3.197 3.366 3.571 2.001753 3.4494 3.91 3.62195 b e d d a e b 3.805 3.27 2.9864 3.898 3.5704 2.587 3.61377 3.501 1.967 2.104 3.571 3.189146 3.4494 2.84 2.46796 a c b d b a b 3.805 4.41 2.9864 3.898 3.5704 1.899 2.58819 2.52 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 2.84 3.62197 b c d d d e a dekat3.805 4.41 2.9864 2.956 2.4673 3.652 4.88326 4.83 3.197 2.104 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62198 b c b a a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 3.62199 b b d d a e a dekat2.818 3.27 2.9864 2.956 2.4673 2.587 3.61377 3.501 3.197 3.366 1.456 3.189146 3.4494 2.84 3.621
100 a d e d b c b 2.818 4.41 2.9864 2.956 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 3.571 3.189146 3.4494 3.91 2.467101 a b b b c c b 1 1 2.9864 3.898 4.9728 3.652 2.58819 3.501 3.197 2.104 2.296 3.189146 3.4494 3.91 1.452102 b b c b b e b 1 2.12 2.9864 2.956 2.4673 2.587 3.61377 2.52 1.967 3.366 2.296 3.189146 3.4494 3.91 2.467103 a e c b c c a d 1.993 2.12 2.9864 2.956 3.5704 3.652 2.58819 3.501 3.197 3.366 2.296 3.189146 4.9765 5.16 2.467104 b c b d a e b 2.818 3.27 2.9864 3.898 3.5704 3.652 3.61377 3.501 3.197 3.366 2.296 3.189146 3.4494 2.84 2.467