tesis lassarus final

Upload: fajriansyah-teguh-putra

Post on 06-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tteeee

TRANSCRIPT

1

75

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKemiskinan merupakan masalah multi dimensi yang sangat kompleks dan tidak dapat secara mudah dilihat dari suatu angka absolut. Kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan (ketidakmampuan secara ekonomi) saja, tetapi juga mencakup kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, baik laik-laki maupun perempuan dalam menjalani kehidupan secara martabat dan manusiawi. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi terpenuhimya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari tindak kekerasan, dan hak partisipasi dalam kehidupan sosial politik. Hak-hak dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak lainnya.Pemeliharaan kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang tanpa membedakan status sosial dan ekonomi. Perkembangan kehidupan sosial yang semakin komplek telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan, sejak dari pelayanan pengobatan, pemeliharaan kesehatan preventif sampai kepada sistem pembiayaan dan penyediaan jaminan pemeliharaan kesehatan.Kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia dan merupakan investasi dalam pembangunan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia sebagaimana telah dicantumkan dalam UUD 1945, juga telah disebutkan dengan jelas dalam UU No. 23 Tahun 1992 sebagaimana diperbarui dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.Kesehatan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, dimana kesehatan sangat terkait dengan hak hidup sesorang sehingga pemenuhan akan kebutuhan kesehatan sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan hak fundamental bagi setiap individu sehingga negara wajib menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, dimana hal ini sejalan dengan amanah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap individu, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan hak dasar yang harus dipenuhi bagi setiap individu dan dalam pemenuhannya pemerintah berperan sebagai stimulator, regulator dan provider.UUD 1945 pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Untuk itu UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN turut menegaskan bahwa jaminan kesehatan merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial, dimana pada hakekatnya jaminan kesehatan bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seluruh kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara yaitu dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat. Dengan kata lain seluruh kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu harus atau perlu adanya suatu pelayanan.Pemerintah merupakan suatu kelembagaan atau organisasi yang menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah proses berlangsungnya kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam mengatur kekuasaan suatu Negara. Penguasa dalam hal ini pemerintah yang menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum, yang di jalankan oleh penguasa administrasi Negara yang harus mempunyai wewenang. Pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa jika masyarakat sudah mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu pelayanan yang baik,maka masyarakat juga akan menjalankan kewajibannya dengan penuh kesadaran.Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Puskesmas.Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu system yang disebut dengan Sistem Kesehatan. Pada intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pembiayaan kesehatan sehingga system pembiayaan akan menjadi jelas, sarana dan prasarana kesehatan dan kualitas sumber daya serta peningkatan mutu pelayanan juga perlu mendapat perhatian.Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak di butuhkan oleh masyarakat. Tidak mengherankan apabila bidang kesahatan perlu untuk selalu di benahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat.pelayanan kesehatan yang di maksud tentunya adalah pelayanan yang cepat , tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah Negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit-rumah sakit maupun Puskesmas yang ada di Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya.baik melalui penyediaan peralatan pengobatan,tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti kantin, ruang tunggu, apotik, dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar benar memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat dan cepat.Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap individu dan semua warga Negara berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Program jaminan sosial pada dasarnya adalah sebuah program untuk mewujudkan kesejahteraan melalui pendekatan sistem, dimana negara dan masyarakat secara bersama-sama ikut bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya.Konstitusi Negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945 terutama pada Pasal 28 (ayat 3) dan Pasal 34 (ayat 2) mengamanatkan bahwa Jaminan Sosial adalah hak setiap warga negara dan Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu.Munculnya permasalah permasalahan di bidang kesehatan ditandai dengan adanya transisi kesehatan misalnya transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemoligi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi perilaku misalnya dengan pemikiran yang beralih dari tradisional ke modern yang cenderung beresiko. Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.Adanya transisi ini serta akibat terjadinya globalisasi ekonomi, maka jumlah jenis penyakit meningkat dan terjadi perubahan jenis penyakit yang diderita masyarakat sehingga biaya pelayanan kesehatan yang ditanggung masyarakat semakin besar, mahal dan banyak masyarakat yang masih kurang mampu untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah mengeluarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial yang mengatur bagaiman pemerintah berkewajiban untuk member jaminan sosial kepada seluruh penduduk Indonesia baik berupa jaminan biaya pelayanan kesehatan,tunjangan hari tua dan sebagainya.Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Miskin) yang diberlakukan dengan SK Menkes (No.1241/Menkes/SK/XI/2004 dimana pemerintah menunjuk PT.Askes (persero) sebagai Badan Pelaksana (Bapel). Pada saat program JPKMM dilaksanakan maka segala bentuk identitas keluarga miskin seperti kartu JPS (Jaminan Pelayanan Sosial), kartu KS (Kartu Sehat), kartu KIKM (Kartu Identitas Keluarga Miskin) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) masih dapat dipergunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan dengan biaya dari pemerintah pusat. Adanya evaluasi dalam rangka efisiensi dan efektivitas maka pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraan JPKMM menjadi program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dengan jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional. Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut, Kementerian Kesehatan membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota sedangkan bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota, dimana data inilah yang diakses Kementerian Kesehatan sebagai acuan pemberian dana miskin dalam bentuk program pelayanan kesehatan Jamkesmas.Dalam pelaksanaan program Jamkesmas masih banyak masyarakat miskin yang tidak tercakup alokasi sasaran kuota tersebut sehingga pemerintah daerah perlu memberikan dana tambahan yang diambil dari APBD untuk program pelayanan kesehatan masyarakat miskin dalam bentuk program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) adalah suatu penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah yang kepesertaan, pelayanan kesehatan, badan penyelenggara dan pengorganisasiannya ditetapkan oleh pemerintah daerah dan dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Dasar hokum pelaksanaan Jamkesda kabupaten Indragiri Hilir mengacu kepada Perda Prop.Riau No.7 Tahun 2011 dimana peserta Jamkesda adalah seluruh masyarakat Riau yang miskin dan tidak mampu di luar kuota Jamkesmas, Askes, Jamsostek, Asabri dan bentuk Jaminan kesehatan lainnya..Pelaksanaaan program Jamkesda tahun 2012 dilaksanakan dengan beberapa penyempurnaan pada aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan dan pengorganisasian. Pada aspek kepesertaan, data bersumber dari TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan). Pada aspek pelayanan kesehatan dipergunakan sistem INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups) tentang penetapan tarif pelayanan rumah sakit berdasarkan Kepmenkes No.440 tahun 2012 meliputi cara pembayaran perawatan pasien, baik rawat jalan dan rawat inap berdasarkan diagnosis atau kasus yang relatif sama.Pada aspek pendanaan, Kementerian Kesehatan melalui tim pengelola Jamkesda melakukan upaya perbaikan mekanisme pertanggung jawaban dana Jamkesda secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasaran, akuntabel, efesien dan efektif. Pada aspek pengorganisasian, dilakukan penguatan peran Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesda di pusat, propinsi, kabupaten dalam hal peningkatan sumber daya untuk memperluas cakupan kepesertaan Jamkesda dan pemberian bantuan dana tambahan (suplementasi) serta hal-hal lainnya yang tidak dijamin oleh program Jamkesda.Pelaksanaan program Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2013 meliputi pelayanan dasar dan rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas pembantu, pelayanan rawat jalan rujukan dan rawat inap rujukan di RSUD Puri Husada Tembilahan di Tembilahan, RSUD Raja Musa di Guntung dan RSUD Tengku Sulung di Pulau Kijang.Jumlah alokasi kuota peserta Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2012 sebanyak 68.000 peserta yang tersebar di 20 kecamatan dengan jumlah penduduk sebanyak 749.315 jiwa. Jika tahun 2012 jumlah peserta 68.000 dengan anggaran yang disediakan Rp. 3.790.000.000, maka pada tahun 2013 jumlah peserta naik menjadi 97.500 dengan anggaran yang disediakan Rp. 4.484.000.000. Pelaksanaan program Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan pada tahun 2013 masih dijumpai kendala meliputi (1) penyempurnaan kebijakan pemerintah daerah , (2) keterlambatan pembayaran jasa pelayanan medis dan bahan habis pakai. Adanya berbagai permasalahan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2013.

B. Perumusan MasalahKeberhasilan pelayanan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) merupakan upaya pemerintah daerah untuk memajukan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bentuk pelayanan kesehatan daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan optimal. Mekanisme pelaksanaan program Jamkesda perlu penyempurnaan dalam hal kebijakan kepesertaan dan kebijakan anggaran. Untuk itu peneliti ini melihat bagaiman pemanataun pelaksanaan program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) Di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013 ?

C. Tujuan Umum Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pelaksanaan program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) Di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013. D. Manfaat Dan Kegunaaan Penelitian1. Signifikansi SosialUntuk mendapatkan informasi dalam rangka memaksimalkan program Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.2. Signifikansi IlmiahHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penulisan konsep ilmiah dalam kajian yang sama.

E. Sifat dan Langkah PenelitianPenelitian ini menggunakan desain penelitian kajian administrasi dokumen dengan teknik wawancara. Langkah-langkah yang dilakukan adalah identifikasi kepustakaan yang relevan sehingga dapat digambarkan kerangka rasional dan selanjutnya dirumuskan masalah khusus penelitian dalam rancangan penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian tertentu akan dicapai tujuan khusus tersebut.

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

Istilah kesehatan dalam kehidupan sehari hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraanya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokter pun mangatakan bahwa pasiennya sehat manakala hasil pemeriksaan yang dilakukan seluruh tubuh pasiennya berfungsi secara normal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Menurut Depkes Republik Indonesia konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hnaya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemmapuan atau ketidak mampuan manusia beradaptasi engan lingkungan baik secara biologis, psokologis maupun sosio budaya.Dalam UU No.23 Tahun1992 tentang kesehatan gratis dinyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai salah satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur unsur fisik, mental dan social yang didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. (UU No.23 Tahun1992 tentang kesehatan).Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dan semua warga negara berhak atas kesehatan termasuk masyarakat miskin, oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya memenuhi hak warga negara untuk tetap hidup sehat, dengan mengutamakan pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin sebagimana diamanatkan konsitusi dan undang-undang, Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan untuk menfokuskan pada pelayanan masyarakat miskin yaitu suatu kebijakan pemerintah melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, dengan harapan dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran, disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan masyarakat miskin umumnya. Sejak konperensi di Alma-Ata tahun 1978 WHO ( World Health Organization, Organisasi Kesehatan Sedunia ) telah mencetuskan Deklarasi Alma-Ata yang pada dasarnya menyepakati bahwa primary health care, atau pelayanan kesehatan dasar, adalah kunci untuk mencapai tujuan Health for all the worlds people by the year 2000 kesehatan untuk semua. (Sulastomo. 2000 :306) Pada tahun 2000, akses ke pelayanan kesehatan masih banyak menjumpai hambatan, semua Negara sebagaimana dilaporkan oleh Bank Dunia (1993), menghadapi problema yang sama dalam penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan, yaitu kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan yang sangat drastis dan mutu pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Lima konsep dasarnya adalah sebagi berikut : ( World Health Organization, 1987)1. Atas dasar pemerataan, pelayanan kesehatan harus dapat mencakup seluruh masyarakat.2. Pelayanan kesehatan harus efektif, efisien, dapat terjangkau dan diterima oleh masyarakat.3. Pelayanan kesehatan harus mencakup pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.4. Masyarakat dan perseorangan harus berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan harus dapat swasembada.5. Upaya pelayanan kesehatan harus mencakup juga dan berkaitan dengan faktor-faktor sosial lainnya seperti lingkungan, ekonomi dan lain-lain. (Lo Siauw Ging. 1995 : 1) Dengan strategi seperti tersebut diatas memang tampak sekali keberhasilan dalam perbaikan indikantor-indikator kesehatan dasar seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, angka kematian balita dan sebagainya, tetapi ketika pada tahun 1990 dilakukan penelitian ulang, didasari bahwa walaupun pelayanan dasar tetap menjadi tumpuan, hasilnya ternyata bukan hanya itu, diperlukan pula sarana rumah sakit sebagai pendukung tempat rujukan. Fahmi Idris mengatakan (2009 :7) bahwa cita-cita deklarasi Alma Ata World Health Organization (WHO) ini dianggap gagal, sehingga perlu menggeser strategi pendekatan : dari komunitas (pelayanan Puskesmas) ke arah keluarga, yang sifatnya akan lebih personal. A. Perbandingan sistem pelayanan kesehatanDalam setiap Negara tentunya memiliki suatu kebijakan yang mengatur akan pelayanan kesehatan untuk masyarakatnya, sebab tingkat kesehatan yang baik tentunya diperlukan bagi suatu Negara sebagai salah satu faktor untuk mencapai kemakmuran. Studi mengenai sistem pelayanan kesehatan dewasa ini banyak dikembangkan sebab studi ini memberikan pemahaman mengenai berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan suatu Negara akan kesehatan, faktor yang membentuk pengembangan pendekatan tersebut, serta memberikan pemahaman akan perbandingan sistem pelayanan kesehatan yang berlaku di Amerika Serikat dengan sistem pelayanan kesehatan yang berlaku di Negara lain.Dalam membandingkan mengenai sistem pelayanan kesehatan di setiap Negara tentunya terdapat hal-hal yang menjadi orientasi dari pendekatan yang digunakan, Howard Leichter (1979 : 6-8) dalam wollinsky menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi orientasi pendekatan yakni kebijakan publik, kebijakan hasil, dan kebijakan dampak. Dalam kebijakan publik terdiri dari suatu rangkaian tindakan dari tujuan negara yang kemudian diikuti dengan pengesahan suatu kebijakan yang dibentukoleh pihak berwewenang (pada umumnya adalah pemerintah). Kebijakan hasil lebih kepada bagaimana peran pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan yang sebelumnya telah mereka buat, pemerintah juga dimungkinkan untuk melimpahkan atau memberikan mandat kepada organisasi non pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan yang diberlakukan pemerintah. Semisalnya pelaksanaan program peningkatan tenaga medis untuk mengakomodir kebutuhan tenaga medis dalam menangani kesehatan masyarakat. Kemudian yang terakhir adalah kebijakan dampak, dalam kebijakan ini cenderung melihat kepada dampak yang dihasilkan dari pengimplementasian kebijakan yang dibentuk pemerintah sehingga mampu dilihat seberapa baik pencapaian dari pelaksanaan kebijakan. Semisalnya saja di suatu Negara ditemukan fakta bahwa walaupun sudah dilaksanakan program pelayanan kesehatan gratis serta peyediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat, namun tingkat kesehatan sebagian masyarakatnya masih sangat rendah, maka dimungkinkan kondisi tersebut merupakan dampak dari distribusi pelayanan kesehatan yang kurang baik, sistem birokrasi yang lambat dan sebagainya.

B. Faktor yang mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatanSetiap kebijakan publik yang berlaku pada tiap Negara tentunya terdiri dari penyatuan dari berbagai sifat yang terdapat dari Negara tersebut. Maka ketika terdapat kebijakan pelayanan kesehatan yang belaku pada Negara tertentu tidak lantas kebijakan tersebut secara mutlak dapat diberlakukan pada Negara lain sebab pada tiap Negara tentunya memiliki beberapa faktor atau karakteristik tertentu yang mempengaruhi kebijakan publik yang seperti apa yang sebaiknya diberlakukan. Beberapa faktor tersebut diantaranya tingkat pendidikan, kondisi lingkungan, pertahanan nasional suatu Negara, kondisi perekonomian, sistem pemerintahan yang digunakan, dan sebagainya.Robert alford dan Howar Leichter, menjelaskan bahwa terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari kebijakan publik pada suatu negara diantaranya adalah faktor situasional, faktor struktur, faktor budaya, dan faktor lingkungan. Pada faktor situasional, merupakan faktor yang diakibatkan adanya suatu kondisi tertentu yang sifatnya tidak permanen. Semisalnya saja kondisi pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang menurun tajam ketika terjadi krisis ekonomi. Kemudian pada faktor struktur cenderung bersifat permanen yang berlaku pada struktur masyarakat dan termasuk pada struktur politik, ekonomi,serta demografi. Faktor budaya menekankan kepada bagaimana mainstream dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Semisalnya saja pada suatu Negara, dalam kebudayaannya menonjolkan sikap individualism sebab kapitalisme amat kuat dalam diri mereka sehingga dalam kasus pelayanan kesehatan ada kecenderungan bagi masyarakat yang memiliki kemampuan financial yang baik mampu menggunakan uangnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik dan sebaliknya pada masyarakat kelas bawah. Kondisi berbeda ditunjukkan pada Negara kesejahteraan dimana pada umumnya kuat dengan budaya hidup bersama-sama dimana peran masyarakat dan pemerintah-pun cukup besar dalam meratakan kesejahteraan Negara tersebut, sehingga dalam hal pelayanan kesehatan, pada umumnya pelayanan kesehatan dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Yang terakhir merupakan faktor lingkungan, faktor lingkungan yang dimaksud disini adalah suatu konsisi lingkungan diluar sistem politik namun sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kondisi politik itu sendiri. Semisalnya saja terdapat hubungan kekerabatan yang baik antar dua Negara, sehingga akan lebih mudah untuk kedua Negara tersebut untuk saling bekerjasama dan mungkin untuk menyebarkan sistem kesehatan, sistem kesejahteraan dan sebagainya, antar satu sama lain.

C.Tipe dari sistem pelayanan kesehatanMilton Roemer (1991) membangun suatu variasi dari tipe sistem pelayanan kesehatan yang kemudian dikembangkan oleh Don light. Mereka mengidentifikasikan empat tipe dari sistem pelayanan kesehatan, yakni asuransi swasta dengan pelayanan kewirausahaan swasta, asuransi nasional dengan regulasi layanan perusahaan swasta, asuransi nasional dengan regulasi layanan publik, serta asuransi nasional dengan sistem milik Negara.

D. Identifikasi Program Jamkesda1. Pengertian Program JamkesdaProgram Jamkesda adalah program untuk masyarakat miskin diluar kuota Jamkesmas dengan biaya pelayanan kesehatan dijamin oleh Pemda. Saat ini RSUD bekerja sama dengan pemda kabupaten untuk melayani masyarakat dalam pelayanan kesehatan. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Bagi Pemerintah Daerah yang mempunyai kemampuan keuangan, maka masyarakat miskin diluar kuota Jamkesmas pelayanan kesehatannya di tanggung oleh Pemerintah daerah yang penyelenggaraanya berbeda-beda. Pertanyaan yang harus terjawab adalah Dapatkah uang yang disediakan Pemerintah Daerah dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip asuransi sosial seperti Jamkesmas dengan nama Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut :1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 22H dinyatakan bahwa daerah mempunyai kewajiban mengembangkan sistem jaminan sosial. Dengan demikian maka Pemerintah Daerah diwajibkan mengembangkan sistem jaminan sosial yang didalamnya adalah termasuk jaminan kesehatan. 2. Keputusan Mahkamah Konsititusi dalam Judicial Review pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 diputuskan bahwa : 1. Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 5 ayat (1) tidak bertentangan dengan UUD 1945 selama dimaksud oleh ketentuan tersebut adalah pembentukan badan penyelenggara Jaminan Sosial Nasional tingkat Nasional yang berada dipusat.2. Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 5 ayat (3) bertentangan dengan UUD 1945 karena materi yang terkandung didalamnya telah tertampung dalam Pasal 52 yang apabila diertahankan keberadaanya akan menimbulkan multitafsir dan ketidakpastian hukum.3. Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 5 ayat (2) walaupun tidak dimohonkan dalam potitum namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari ayat (3) sehingga jika dipertahankan keberadaanya akan menimbulkan multitafsir dan ketidakpastian hukum.4. Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 52 yang dimohonkan tidak cukup beralasan. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota, dalam lampiran Peraturan Pemerintah tersebut pada huruf B tentang pembagian urusan pemerintahan Bidang Kesehatan dalam sub bidang pembiayaan kesehatan Pemerintahan Daerah Provinsi mempunyai kewenangan melakukan :1).Pengelolaan/penyelenggaraan, bimbingan, pengendalian jaminan pemeliharaan kesehatan skala provinsi, 2). Bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional ( tugas perbantuan). Sementara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan melakukan 1). Pengelolaan/penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatansesuai dengan kondisi lokal, 3). Menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional ( tugas perbantuan). Dari tigal hal tersebut diatas maka Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Daerah. Namun demikian agar dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan mengikat maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

2. Tujuan Program JamkesdaTujuan program Jamkesda adalah untuk meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.Program Jamkesda dilaksanakan agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh pelayanan dan pembiayaan kesehatan yang ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Pelayanan kesehatan program Jamkesda kabupaten dikelola dinas kesehatan kabupaten dengan melibatkan Puskesmas di tiap kecamatan sedangkan pelayanan kesehatan program Jamkesda di RSUD dalam hal menangani kasus rujukan penyakit dari berbagai Puskesmas.

3. Prinsip Dasar Program JamkesdaJaminan kesehatan daerah diselenggarakan dengan prinsip: kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib bagi masyarakat miskin dan tidak mampu di propinsi Riau yang belum memiliki jaminan kesehatan dan dana amanat.

E. Faktor-Faktor Berhubungan Program Jamkesda1. Manajemen Jamkesda di Indragiri HilirSetiap kebijakan tentunya banyak komponem yang terlibat, begitu juga dengan program Jamkesda di kabupaten Indragiri Hilir melibatkan berbagai komponem diantaranya: Tim pengelola program Jamkesda kabupaten dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota selaku manager yang bertindak dalam perencanaan, mengorganisasikan, kepemimpinan dan pengawasan. Sedangkan pelaksana program Jamkesda adalah Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit daerah sebagai pelaksana kasus rujukan rawat jalan dan rawat inap. Dalam hal ini kepala Desa selaku pejabat Desa yang menentukan kepesertaan pasien atas dasar status ekonomi masyarakat yang berhak mendapatkan pelayanan Jamkesda.

a. Penyelenggaraan Adapun dasar penyelenggaraan Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir ini adalah sebagai berikut :1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820)3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495)4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548)5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436)6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) 7. Peraturan daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Riau8. Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 4 Tahun 2013 Tetang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Indragiri HilirPenyelengaraan jaminan kesehatan daerah diselenggarakan oleh Provinsi dan Kabupatan. Untuk mencapai kepesertaan jaminan bagi seluruh penduduk dilaksanakan secara terintegrasi antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten mengintegrasikan kebijakan jaminan kesehatan dalam perencanaan pembangunan daerah tercermin dalam APBD, dimana penyelenggaraan jaminan kesehatan secara terintegrasi. Pengintegrasian kebijakan penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah di Provinsi dan Kabupaten dituangkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan Rencana Kerja dan Anggaran. Mekanisme kebijakan pengintegrasian penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah dijabarkan dan ditetapkan dalam APBD masing-masing Provinsi dan Kabupaten.b. Pendanaan

Dasar Pendanaan jaminan kesehatan masyarakat di kabupaten Indragiri hilir adalah :1. Peraturan daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Riau2. Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 4 Tahun 2013 Tetang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir3. Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 11 Tahun 2013 Tetang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Indragiri HilirPembiyaan bagi peserta Jaminan Kesehatan Daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah Provinsi menyediakan pembiayaan pelayanan di RSU Provinsi dan rujukan ke RSU Pusat. Pemerintah Kabupaten menyediakan pembiayaan pelayanan mulai dari Puskesmas sampai dengan RSUD Kabupaten.

c. Pelaksanaan Pelayanan Dalam Kepesertaan

Program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di kabupaten Indragiri Hilir dimulai pada tahun 2011 dengan peserta 40.000 jiwa. kemudian di tahun 2012 berjumlah 50.000 jiwa dan pada tahun 2013 berjumlah 90.000 peserta. Dan pada tahun 2013 program Jamkesda sudah memasuki tahun keempat, dan diharapkan memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat. Sasaran kepesertaan Jamkesda adalah peserta yang sudah mempunyai kartu Jamkesda dan penduduk kabupaten Indragiri Hilir yang belum memiliki kartu Jamkesda dengan syarat memiliki KTP dan KK miskin yang ditandatangani kepala desa.Jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) diharapkan dapat meningkatkan umur harapan hidup , menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita, disamping itu dapat terlayaninya kasus-kasus penyakit pada masyarakat miskin.Setiap kebijakan tentunya punya dasar hukum yang kuat sebagai dasar pelaksanaan kebijakan tersebut. Begitu juga dengan Jamkesda juga mempunyai dasar hukum dalam pelaksanaannya, yaitu :1) UUD 1945 Pasal 34 hasil Amandemen tahun 2002, penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakya Indonesia terutama bagi keluarga miskin adalah tanggung jawab Pemerintah2) Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional3) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan nasionalKepesertaan Jamkesda meliputi :1) Tahun 2013 akan dilakukan updating data kepesertaan Jamkesda sejumlah 90.000 peserta melalui melalui adendum SK Bupati, updating data ini dimaksudkan dalam penyempurnaan data kepesertaan dikarenakan adanya :a) Sinkronisasi kartu baru Jamkesda tahun 2013 dengan peserta Jamkesda sejumlah 90.000 jiwa.b) Adanya peserta Jamkesda yang meninggal duniac) Adanya perpindahan penduduk.2) Setiap orang miskin dan tidak mampu sebagai peserta Jamkesda yang memiliki kartu peserta Jamkesda berjumlah 90.000 peserta yang ditetapkan melalui SK Bupati Nomor 16 Tahun 2010 tentang penetapan peserta program Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2010, dan SK Bupati Nomor 118 Tahun 2011 tentang penetapan peserta tambahan program Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir dan data ini didata langsung oleh seluruh Desa di kabupaten Indragiri Hilir sebagai dasar penetapan jumlah sasaran peserta oleh Bupati Indragiri Hilir. 3) Seluruh penduduk Kabupaten Indragiri Hilir yang memiliki KTP dan KK Indragiri Hilir.Dengan dimilikinya database dan kartu kepesertaan sasaran menjadi lebih pasti serta mengurangi kemungkinan ketidaktepatan sasaran. Terhadap SK Bupati tentang penetapan peserta Jamkesda yang diterbitkan pada tahun 2010 dan 2011, untuk kemudian dilakukan updating data kepesertaan secara berkala terkait dengan mutasi peserta yang meninggal, pindah alamat, perubahan status ekonomi, bayi baru lahir dari keluarga peserta Jamkesda dan anggota keluarganya yang belum terdaftar. Updating yang dilakukan, untuk selanjutnya dilakukan addendum SK Bupati tentang perubahan kepesertaan Jamkesda. Updating data kepesertaan Jamkesda menjadi sah setelah adanya addendum Keputusan Bupati tentang perubahan kepesertaan Jamkesda untuk dijadikan kepesertaan Jamkesda tahun 2012.a. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesda :a) Otomatis menjadi peserta Jamkesda dan berhak mendapatkan hak kepesertaan sepanjang orangtua bayi tersebut sebagai peserta Jamkesda.b) Bila membutuhkan pelayanan kesehatan dapat langsung diberikan, dengan menggunakan kartu Jamkesda orang tuanya.c) Pelayanan kesehatan diberikan dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan (lihat Tata Laksana Pelayanan Kesehatan).b. Pasien terlantar yang tidak memiliki identitas yang dirawat di PPK Jamkesda (diperkuat dengan Rekomendasi dari Dinas Sosial).c. Seluruh pasien pada saat terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa), dimana KLB ditetapkan oleh Dinas Kesehatan melalui SK Bupati.d. Penderita Gizi Kurang dan Gizi Buruk.Bila terjadi kehilangan kartu JAMKESDA, peserta tetap dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan dilakukan pengecekan database kepesertaan dan selanjutnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

d. Pelaksanaan Pelayanan Jamkesda di Puskesmas dan Rumah Sakit.a. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) patuh terhadap standar-standar pelayanan yang ada termasuk standar obat (formularium) sehingga pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan yang wajar, tidak berlebihan dan benar-benar sesuai indikasi medik. b. PPK dapat menggunakan obat-obat yang diluar formularium sepanjang obat tersebut merupakan Live Saving dan harus ada persetujuan dari Komite Medik PPK dan Tim pengelola Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir.c. Upaya-upaya peningkatan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit dan PPK lainnya akan diterapkan standar pelayanan medis Daerah, standar jenis dan harga alat medis habis pakai (AMHP), jenis dan harga obat dan lainnya sehingga tercipta standarisasi pelayanan kesehatan yang terkendali mutu dan harganya sehingga akan lebih mendorong pada akuntabilitas dan transparansi.d. Diberlakukan pola pembayaran sesuai dengan tarif PERDA untuk Puskesmas dan INA-CBGs untuk di Rumah Sakit (PPK lanjutan), kecuali tindakan bedah/ operasi menggunakan tarif PERDA Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum sesuai tarif kelas III.PPK tersebut adalah :1) Puskesmas Rawat Jalan dan Rawat Inap dan jaringannya di Kabupaten Indragiri Hilir2) RSUD Indragiri Hilir3) Untuk pasien yang dirujuk ke PPK lanjutan II dan III (PPK yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Riau) akan menjadi tanggungan Jamkesda Propinsi Riau, dan Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir dengan sistem tidak tumpang tindih/overlapping, sesuai dengan mekanisme/pedoman pelaksanaan Jamkesda Propinsi Riau.Jika pasien tidak mempunyai kartu peserta Jamkesda dapat menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang ditanda tangani oleh Kepala Desa, diketahui oleh Camat dan diketahui oleh Bupati Indragiri Hilir yang dimandatkan ke Asisten III Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat).

e. Ketentuan Pelayanan di Puskesmas dan Rumah Sakita. Setiap peserta Jamkesda mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi: pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) dan rawat inap tingkat pertama (RITP), pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.b. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik, bukan berupa uang tunai.c. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan.d. Pelayanan kesehatan dasar (rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat pertama) diberikan di Puskesmas dan jaringannya. e. Pelayanan tingkat lanjut (rawat jalan dan rawat inap kelas III) berdasarkan rujukan, yaitu :1) RSUD Indragiri Hilir2) RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan RSUD yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Riau.f. Untuk mendapat pelayanan, status kepesertaan ditetapkan merujuk pada ketentuan umum kepesertaan Program Jamkesda.g. Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK harus dilakukan secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu.

2. Evaluasi Program JamkesdaEvaluasi yang dilakukan dalam suatu program untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian pelaksanaan program penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di RSUD Puri Husada Tembilahan serta pencapaian keberhasilan program Jamkesda tersebut.1. Ruang Lingkup EvaluasiPendataan masyarakat miskin meliputi data base kepesertaan dan kepemilikan kartu tanda Jamkesda, dokumentasi dan penanganan keluhan pasien. Pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi kunjungan masyarakat miskin ke RSUD Puri Husada Tembilahan, jumlah kasus rujukan, pola penyakit rawat jalan dan rawat inap. pelaksanaan penyaluran dana meliputi pencairan dana ke RSUD Puri Husada Tembilahan, verifikasi klaim tagihan dan pertanggung jawaban keuangan.

2. Mekanisme EvaluasiEvaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Daerah dan Pemda Kabupaten. Evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulan, semester maupun tahunan, melalui pertemuan dan koordinasi, pengelolaan pelaporan program (pengolahan dan analisis), kunjungan lapangan dan supervisi dan penelitian langsung.

3. Pelaporan Pelaksanaan Program JamkesdaTim Pengelola Jamkesda wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) secara berkala kepada Kepala Daerah Propinsi dan Kepala Daerah Kabupaten/Kota 1 (satu) bulan sekali dan per 1 (satu) semester. Kepala Daerah Kabupaten/Kota harus menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pengembangan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di daerahnya kepada Kepala Daerah Propinsi setiap 6 (enam) bulan sekali.

3. Kerangka RasionalEvaluasi Pelaksanaan Jamkesda dilakukan telaah hubungan antara:

Indikator OutputJasa Dokter, Perawat dan Bahan terpakai habis/obatKlaim Pelayanan AdministrasiIndikator InputKebijakan Anggaran JamkesdaKebijakan Kepesertaan program JamkesdaIndikator ProsesPelayanan Pasien Jamkesda

4. Masalah Khusus Penelitian 1. Bagaimana kebijakan anggaran program Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013?2. Bagaimana kebijakan kepesertaan program Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013?

BAB IIIRANCANGAN PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian1. Diketahuinya kebijakan kepesertaan program Jamkesda Di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013?2. Diketahuinya kebijakan anggaran program Jamkesda Di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013?

B. Desain penelitianPenelitian ini merupakan kajian deskriptif yang mengedepankan pemaparan dari umum ke khusus dalam mengolah dan menganalisa hasil penelitian ini.

15C. Waktu dan Lokasi PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir yang akan dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

D. Metode Penelitian1. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam menjelaskan tentang pemantauan pelaksanaan program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir ini, maka data yang diperlukan adalah:a. Data Primer, yaitu data yang berkaitan dengan masalah penelitian, yang meliputi data tentang perumusan, penetapan kebijakan teknis, kebijakan penganggaran dan kepesertaan Jamkesdab. Data Sekunder, data pendukung diantaranya berhubungan dengan lokasi penelitian, data peserta Jamkesda dan informan penelitian yang dapat dlihat pada table berikut ini.Informan pada penelitian ini terdiri dari Penanggung Jawab Program Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan, dimana informan utama yaitu:Tabel 3.1. Status Informan Penelitian : NoStatus InformanPerwakilan

1Pelaksana program Jamkesda (Bapel) 1

2Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan1

3Pemegang program Jamkesda di RSUD1

Data Olahan Lapangan : 2013Pengembilan ketiga jenis informan ini diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat terhadap pemantauan pelaksaan program Jaminan Kesehatan Daerah ini, sehingga hasil yang diharapkan dapat memadai dan menjadi acuan untuk perbaikan program ini ke depan.

2. Pengumpulan DataJenis data terdiri atas data sekunder dan data primer. Data primer didapat dari wawancara mendalam dengan informan terutama yang menyangkut input dan output. Sedangkan sumber data primer adalah yang menyangkut proses. Sumber data sekunder adalah berkas laporan yang menyangkut pelaksanaan Jamkesda.

3. Pengolahan dan Analisa DataAnalisa data dilakukan pada saat transkrip pertama dilakukan. Dari permulaan penelitian, peneliti mulai menginterpretasikan pengertian yang mungkin terdapat pada data yang disajikan. Kesimpulan akhir tentang data tidak dibuat sampai semua data telah terkumpul, sebelumnya analisa secara sistematis telah dilakukan dan antara hubungan-hubungan telah dibuat jelas (Brockopp, Hastings, & Tolsma, 1995). Metode yang digunakan adalah metode Parse (1990), Parse telah mengembangkan suatu metode yang sekarang digunakan pada penelitian. Parse mendeskripsikan proses analisanya secara rinci dan terdiri dari :1. Menggali hal-hal penting dari deskripsi kata demi kata. Hal-hal yang penting digali adalah suatu ide pokok yang dideskripsikan oleh informan.2. Mensintesa hal-hal penting. Hal-hal yang penting untuk disintesa adalah suatu ungkapan ide pokok. 3. Merumuskan suatu perbandingan dari deskripsi setiap informan. Perbandingan tersebut adalah pertanyaan terkonsep tidak langsung oleh peneliti yang menghubungkan ide pokok hal-hal penting yang disintesa oleh informan.4. Menggali konsep pokok dari perbandingan yang dirumuskan dari setiap informan.5. Mensintesa suatu struktur pengalaman langsung dari konsep yang digali. Suatu struktur yang disintesa adalah suatu pertanyaan terkonsep oleh peneliti yang menghubungkan dengan konsep pokok. Struktur sebagai jawaban yang dikembangkan dari pertanyaan penelitian.

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Input

1. Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan Jamkesda

Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) adalah salah satu bentuk perlindungan social untuk menjamin seluruh penduduk Kabupaten Hulu Sungai Selatan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (dalam hal ini kebutuhan akan hidup sehat).Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka dapat diketahui bahwa penyelenggaraan Jamkesda mengacu pada prinsip-prinsip :a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan semata-mata untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakatb. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medic yang cost effective dan rasional.c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitasd. Transparan dan akuntabelBerdasarkan hasil wawancara mendalam tentang kebijakan terhadap pelaksanaan Jamkesda seperti pernyataan berikut :kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan jakesda, untuk kepersertaan Jamkesda adanya pendataan yang dilakukan pemerintah terhadap masrakat miskin, dan kemudian memberikan kartu Jamkesda kepada masyarakat, kemudian memberikan bantuan dana ke rumah sakit agar berlangsungnya kegiatan Jamkesda dirumah sakit (informen 1)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa kebijakan pemerintah sangat memberikan bantuan yang penuh kepada pelaksnaan Jamkesda baik dari segi kepersertaan maupun dana operasional rumah sakit.

2. Kebijakan Anggaran Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2013 dan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pedoman Jaminan Kesehatan daerah pada bab V dijelaskan bahwa pembayaran pelayanan kesehatan bersumber dari APBD kabupaten Indrahiri Hilir tahun 2013 /2013. Angaran tersebut disesuaikan dengan tingkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.Hasil wawancara mendalam tentang penetapan kepersertaan oleh informan (Tim Pengelola Jamkesda) dalam pelaksanaan program Jamkesda seperti pernyataan berikut :Kalau kita tim pengelola di Dinas hanya menentukan quota masyarakat yang mendapatkan kartu Jamkesda dengan jumlah anggran dana yang diberkan. Dana yang didapatkan oleh rumah sakit juga berdasarkan klaim Jamkesda yang diajukan setiap bulan ke dinas kesehatan dan telah mendaptkan perngesahan dari tim verifikasi Informan 2)

Anggaran dana yang kita terima setiap tahun berkisar 3 milyar sampa 6 milyiar, tapi itu tidak mutlak karena dana yang dikucurkan orang dinas biasanya berdasarkan klaim dari jumlah pasien Jamkesda yang berobat ke rumah sakit dan diajukan oleh penanggung jawab Jamkesda rumah sakit ke dinas kesehatan (informan 3)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa informan (penanggung jawab Jamkesda dan direktur RSUD Puri Husada Tembilahan) bahwa angaran dana yang diterima rumah sakit puri husada berdasarkan klaim Jamkesda yang diajukan oleh rumah sakit ke dinas kesehatan.

3. Kebijakan Kepesertaan Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan

Peserta Program Jamkesda adalah setiap orang yang terdaftar dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan setelah terdaftar sebagai peserta Jamkesda yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu JPK Mandiri. KTP sementara tidak diperbolehkan lagi kecuali dalam keadaan/kondisi tidak tersedianya blangko KTP maka yang menandatangani adalah pihak Kantor Kecamatan setempat (Sekretaris Kecamatan) sedangkan penerbitan KTP sementara dari Kepala Desa dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan (Direktur RSUD RSUD Puri Husada Tembilahan dan pemegang program Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan) persyaratan terhadap pasien Jamkesda yang berobat ke Rumah Sakit, bahwa setiap pasien yang berobat disesuaikan dengan perjanjian kerja sama antara RSUD dan dinas kesehatan sebagai pengelola Jamkesda di Kabupaten seperti pernyataan sebagai berikutPasien datang ke RSUD dengan membawa kartu Jamkesda dan Surat Rujukan dari Puskesmas kebagian pendaftaran, tapi pasien yang datang tanpa membawa kartu Jamkesda masih dilayanani dengan syarat 2 jam setelah pasien datang ke RSUD keluarga melengkapi administrasi, kemudian dilanjutkan ke bagian dokter spesialis sesuai dengan penyakit pasien, Pelayanan yang diberikan sama saja dengan pelayanan pasien umum lainnya.tindakan medis sesuai manlak yang sudah ada dan obat obat yang diberikan sesuai dengan formularium obat Jamkesda (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan diatas yang dijelaskan informan bahwa pelayanan yang diberikan secara umum dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Setiap pasien Jamkesda yang berobat ke Rumah sakit telah memiliki kartu tanda peserta Jamkesda, tapi untuk pasien yang tidak memiliki kartu tanda peserta masih akan tetap dilayani untuk mendapatkan penanganan dengan syarat harus segera menyelesaikan administrasi kepersertaan seperti surat keterangan miskin, KTP dan KK. Berikut data jumlah pasien Jamkesda dan pasien yang menggunakan Surat Keterangan Miskin yang berobat di RSUD Puri Husada Tembilahan:

Tabel 4.1. Jumlah Pasien Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan tahun 2012

Jenis PelayananJumlah PasienAnggaran

Rawat Jalan25637.764.618,91

Rawat Inap343435.325.479,82

Total599474.089.855,71

Tabel 4.2. Jumlah Pasien Surat Miskin di RSUD Puri Husada TembilahanTahun 2012Jenis PelayananJumlah PasienAnggaran

Rawat Jalan763108.279.774,08

Rawat Inap337438.611.557,9

Total1.100591. 891.332

Table 4.3 Jumlah Pasien Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahantahun 2013Jenis PelayananJumlah PasienAnggaran

Rawat Jalan1.999175.381.198,62

Rawat Inap593934. 524.627,55

Total1.7381.105.905.826,2

Tabel 4.4. Jumlah Pasien Surat Miskin di RSUD Puri Husada Tembilahan tahun 2013

Jenis PelayananJumlah PasienAnggaran

Rawat Jalan773111.613.092,2

Rawat Inap228367.773.767,9

Total1.001479.386.860,1

Sementara itu berdasarkan data yang diperoleh dilapangan terdapat kasus tidak layak administrasi untuk rawat jalan dan rawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :Tabel 4.5DAFTAR KASUS TIDAK LAYAK ADMINISTRASI

PASIEN RAWAT JALAN TAHUN 2013

DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN

NOBULANBIAYA PELAYANANJUMLAH PASIENKETERANGAN

1Januari 3,368,511.92 22OrangTdk Lengkap ADM

2Februari 980,780.90 7OrangTdk Lengkap ADM

3Maret 4,068,102.69 27OrangTdk Lengkap ADM

4April 1,296,632.55 9OrangTdk Lengkap ADM

5Mei 2,882,752.57 18OrangTdk Lengkap ADM

6Juni 2,991,979.99 19OrangTdk Lengkap ADM

7Juli 6,879,109.04 46OrangTdk Lengkap ADM

8Agustus 1,319,466.76 9OrangTdk Lengkap ADM

9September 4,123,924.16 26OrangTdk Lengkap ADM

10Oktober 2,138,890.79 15OrangTdk Lengkap ADM

11November 4,011,629.04 26OrangTdk Lengkap ADM

12Desember 549,432.33 4OrangTdk Lengkap ADM

TOTAL 34,611,212.74 228Orang

Tabel 4.6DAFTAR KASUS TIDAK LAYAK ADMINISTRASI

PASIEN RAWAT INAP TAHUN 2013

DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN

NOBULANBIAYA PELAYANANJUMLAH PASIENKETERANGAN

1Januari14,594,892.00 7OrangTdk Lengkap ADM

2Februari 18,024,236.00 6OrangTdk Lengkap ADM

3Maret 10,982,399.00 6OrangTdk Lengkap ADM

4April 25,480,902.00 9OrangTdk Lengkap ADM

5Mei 41,256,748.00 18OrangTdk Lengkap ADM

6Juni 29,340,911.00 11OrangTdk Lengkap ADM

7Juli 30,379,424.00 14OrangTdk Lengkap ADM

8Agustus 5,088,651.00 2OrangTdk Lengkap ADM

9September 50,074,389.00 17OrangTdk Lengkap ADM

10Oktober 8,284,765.00 3OrangTdk Lengkap ADM

11November 34,473,643.00 16OrangTdk Lengkap ADM

12Desember0.00 -OrangTdk Lengkap ADM

TOTAL267,980,960.00 109

B. Proses Pelayanan Kepesertaan Jamkesda

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesda di kabupaten Indragiri Hilir adalah, sebagai berikut: 1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar dapat berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati. Penggunaan Surat Keterangan Tidak mampu (SKTM) hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan, kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.3. Apabila peserta Jamkesda memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (RSUD) disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency.4. Pelayanan rujukan di atas meliputi :a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakitb.Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakitc. Pelayanan obat-obatand. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit, maka peserta harus menunjukkan kartu peserta Jamkesda atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit. Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh Bapel Jamkesda, dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan6. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di Rumah Sakit, peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit. 7. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat darurat di Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas Jamkesda. Bila berkas sudah lengkap, petugas jamkesda mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap sebagaimana item 5 dan 6 diatas.8. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu dimana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud diatas maka Direktur RS dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Yang dimaksud pada kondisi tertentu pada butir 8 di atas meliputi anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM. Pelayanan atas anak terlantar, gelandangan, pengemis dibiayai dalam program ini. Hasil wawancara mendalam terhadap informan (Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan, Kasi Pelayanan RSUD Puri Husada Tembilahan dan pemegang program Jamkesda) tentang penentuan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Arifin Achmad seperti pernyataan berikut:Pelayanan yang didapatkan oleh pasien Jamkesda yan datang berobat ke rumah sakit puri husada sama saja dengan pelayananan yang didapatkan oleh pasien umum, pelayana yang diberikan berdasarkan tingkat kegawadaruratannya, tidak ada penolakan pasien selagi merka melengkapi semua syarat administrasi Jamkesda, untuk pasien yang belum melengkapi kita kasih waktu tenggang 2x 24 jam untuk melengkapi administrasinya(Informan 2)

Pelayanan yang berikan berdasarkan kondisi penyakit pasien dan keterbatasan pelayanan yang diberikan di RSUD Puri Husada Tembilahan, untuk pasien yang tidak dapat kita tangani akan kita rujuk ke RSUD Arifin Achmad, dan sama-sama kita ketahui bahwa RSUD Arifin Achmad adalah rumah sakit rujukan provinsi yang telah memiliki sumber daya yang maksimal. (Informan 3)

Berdasarkan pernyataan diatas yang dijelaskan informan bahwa pelayanan pasien Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan sudah sesuai dengan standard dan prosedur pelayanan. Hasil wawancara mendalam tentang kebijakan khusus pemerintah untuk pelayanan Jamkesda seperti pernyataan berikut :Tidak adanya kebijakan khusus dalam pelaksanaan Jamkesda, pemrintah telah menberikan kebijakan untuk jaminan kesehatan bagi semua msyarakat miskin untuk mendaptkan pelayanan kesehatan gratis dirumah sakit dengan syarat adanya surat peserta Jamkesda yang didapat dari pendataan masyarakat miskin yang dilakukan oleh pihak desa, pemerintah hanya ingin memberikan pelayanan terbaik melalui Rumah Sakit Puri Husada (informan 2)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa informan (pemegang program Jamkesda) tidak adanya kebijakan khusus dalam pelaksanaan Jamkesda, semua peserta Jamkesda harus mendapatkan pelayanan terbaik.

C. Output

1. Sistem klaim dana pelayanan Jamkesda

Pembayaran biaya pelayanan kesehatan kepada rumah sakit dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah yang berlaku, dimana dana untuk pelayanan tingkat lanjut program Jamkesda di rumah sakit kabupaten disalurkan langsung dari kas daerah pemerintah kabupaten melalui DPA Dinas Kesehatan dan penyalurannya dengan mekanisme klim. Besar tarif dan jasa pelayanan kesehatan yang diajukan berdasarkan grouping software Kementerian Kesehatan (software INA-CBGs) (Perda Nomor 4 tahun 2013).Hasil wawancara mendalam tentang perubahan data kepesertaan oleh informan (Penanggung jawab Jamkesda RSUD Puri Husada Tembilahan dan Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan) dalam pelaksanaan program Jamkesda seperti pernyataan berikut Klaim yang dilakukan oleh pemegang program Jamkesda kepada dinas kesehatan dilaporkan setiap bulan sesuai dengan jumlah pasien yang berobat dan bagaimana pelayanan yang mereka dapat sesuai SOP ketentuan pelayanan yang ditanggung oleh dana Jamkesda, setelah mengajukan klaim kemudian setelah adanya tim verifikasi dari dinas untuk mengesahkan pengajuan klaim. (Informan 2)Berdasarkan pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa informan (pemegang program Jamkesda) setiap klim diajukan setiap bulan dan diverifikasi oleh dinas kesehatan

2. Sistem Pengucuran Dana Jamkesda dari Pemerintah ke RSUD Puri Husada TembilahanPengajuan penggantian biaya/klaim ditandatangani oleh Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan dengan melampirkan :a. Daftar rekapitulasi pasien yang dilayanib. Daftar rincian biaya pelayanan kesehatan ditandatangani Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan dan verifikator independen.c. Besar tariff dan jasa pelayanan kesehatan di atur dalam grouping software Kementerian Kesehatan.d. RSUD Puri Husada Tembilahan mengirimkan laporan pemanfaatan dana klaim ke tim pengelola Jamkesda kabupaten.e. Tim pengelola Jamkesda kabupaten melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan laporan ke tim koordinasi kabupaten.Biaya jasa medis dan pelayanan (dokter dan perawat dan bahan habis pakai / obat) ditetapkan oleh Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan setinggi-tingginya 44 % atas biaya pelayanan kesehatan yang dilakukan. (Perda No 4 Tahun 2013).44 % jasa medis/jasa pelayanan tersebut meliputi biaya untuk pemberi pelayanan dalam rangka observasi, diagnose, pengobatan, tindakan medis, perawatan, konsultasi, visited an pelayanan medis lainnya untuk pelaksanaan administrasi pelayanan RSUD Puri Husada Tembilahan. Hasil wawancara mendalam tentang sistem pengucuran dana Jamkesda ke RSUD Puri Husada Tembilahan dari pemerintah yang mendapatkan jaminan kesehatan seperti pernyataan berikut Pengucuran dana dari pemerintah ke RSUD tidak begitu sulit yang penting kita sudah mengajukan klaim ke dinas kesehatan dan sesudah mendapat persetujuan klaim dari tim verifikasi kita tinggal mengajukan ke bagian keuangan kabupaten (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dijelaskan informan (pemegang program Jamkesda) bahwa sistem pengucuran dana Jamkesda tidaklah terlalu rumit jika pemegang program telah mengajukan klaim dan mendapatkan persetujuan dari tim verifikasi program Jamkesda.

BAB VPEMBAHASAN

A. Kebijakan Kepesertaan Dalam Pelaksanaan Program JamkesdaPerangkat desa dalam hal ini Kepala Desa merupakan orang yang berperan dalam menentukan peserta Jamkesda. Masalah kepesertaan Jamkesda selalu saja menjadi topik yang tak pernah habis dibahas. Penetapan pendataan masyarakat miskin ini sesuai dengan prinsip manajemen tentang pengorganisasian menurut Notoadmodjo (2007) merupakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pelaksanaan kepesertaan Jamkesda oleh pegawai di RSUD Puri Husada Tembilahan secara umum belum berjalan baik. Dimulai dari penentuan masyarakat miskin atau kurang mampu yang hanya melalui penilaian : 1) subjektif tanpa melihat indikator masyarakat miskin yang telah ditetapkan. 2) Belum adanya database kepesertaan yang akurat, 3) pemutakhiran data masyarakat miskin tidak baik dan 4) adanya perbedaan data antar instansi. Masih terdapat resiko masyarakat miskin belum dapat memperoleh pelayanan kesehatan gratis dan tidak tercakup dalam Jamkesda. Data base hendaknya diverifikasi secara terjadwal mulai dari tingkat Desa/kelurahan hingga Kabupaten/Kota. Hal ini tentu membutuhkan biaya yang cukup besar, namun jika hanya ditentukan oleh Kepala Desa akan menyebabkan rawan nepotisme menjadi tidak bisa dihindari dan bisa saja kurang tepat sasaran. Selanjutnya bagi pasien yang tidak memiliki kartu Jamkesda tetap mendapatkan pelayanan gratis melalui Jamkesda dengan mengunakan KK dan KTP Kabupaten Indragiri Hilir Tembilahan (Manlak, 2012). Keadaan ini mengisyaratkan bahwasannya pasien yang mendapatkan Jaminan Kesehatan manjadi tidak berbatas. Seleksi terhadap orang yang mampu yang menggunakan Jamkesda menjadi longgar dan berakibat terhadap penyimpangan dana yang seharusnya digunakan untuk masyarakat miskin atau kurang mampu akhirnya didapatkan oleh orang yang mampu. Pengawasan kepesertaan menjadi rendah karena persyaratan terlalu mudah. Semestinya setelah 3 Tahun berjalan tidak ada lagi kepesertaan Jamkesda menggunakan KK dan KTP. Hal ini akan memberikan dampak terhadap membludaknya alokasi anggaran Jamkesda hingga berbuah hutang. Sejak 2 tahun terakhir (Tahun 2010 dan 2011) Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan mengalami ketekoran atau berhutang. Ada juga perangkat Desa yang menguruskan SKTM pasien, yang tentunya ini menimbulkan tanda tanya, karena pada dasarnya pengurusan ini gratis. Namun ada juga perangkat Desa yang bersedia mengurus Surat Keterangan Miskin tersebut walaupun membutuhkan harus mengeluarkan biaya administrasi. Anggapan atau persepsi masyarakat yang keliru tentang pengurusan SKTM yang lama dan berbelit perlu diluruskan. Pada dasarnya tidak ada yang sulit asalkan masyarakat membawa persyaratan yang lengkap yaitu surat rujukan, KK dan KTP serta SKTM. Untuk itu perlu kerjasama dengan lintas sektoral dalam hal ini camat untuk mensosialisasikan melalui spanduk atau alat media lainnya tentang cara mengurus SKTM yang gratis dan persyaratan administrasinya.Permasalahan kepesertaan Jamkesda ini juga dialami oleh sebagian masyarakat tentang persyaratan memiliki kartu Jamkesda yang tidak sepenuhnya dapat dimiliki oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan.Berdasarkan pengumpulan data dan informasi yang diperoleh oleh Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (UPKP2) ada beberapa permasalahan terkait dengan distribusi kartu dan proses pendataan peserta Jamkesda tambahan.Permasalahan itu antara lain,adanya penerima kartu Jamkesda, dimana nama yang terdaftar ternyata sudah meninggal, penerima Jamkesda, penerima Jamkesda yang juga sudah menerima kartu Jamkesmas, penerima dua kartu (dobel) Jamkesda, peserta Jamkesda yang sudah pindah alamat namun masih terdaftar sebagai penerima kartu Jamkesda pada alamat asalnya. Selain itu, prosedur dalam melakukanpendataan warga yang akan diusulkan menerima Jamkesda tambahan, ditemukan terdaftar pada puskesmas berbeda. Proses pendataan penerima kartu Jamkesda, dimana ada yang langsung didata oleh bidan desa/kelurahan, didata oleh kader posyandu bekerjasama dengan perangkat desa/kelurahan, dan juga didata oleh petugas Puskesmas yang berkoordinasi dengan petugas kecamatan untuk mendata warga yang akan diajukan.UPKP2 juga menemukan masalah, bahwapimpinan di Puskesmas ataupun bidan memiliki kesulitan dalam pendataan, khususnya terkait penentuan kriteria warga yang layak untuk dicalonkan, selain karena bukan kompetensi meraka, mereka menilai perangkat desa dianggap lebih kompeten karena mengetahui kondisi riil di lingkungannya.Selain itu,pimpinan Puskesmas menilai waktu yang diberikan untuk pendataan warga yang akan diajukan memperoleh Jamkesda tambahan terlalu singkat, padahal diperlukan ketelitian dan akurasi data yang akan diserahkan. Waktu distribusi kartu Jamkesda bersamaan dengan pendataan calon peserta Jamkesda tambahan dapat menimbulkan permasalahan tersendiri, karena distribusi yang belum selesai, warga yang sebetulnya sudah tercatat dalam daftar penerima Jamkesda dapat mengusulkan diri sebagai peserta Jamkesmas atau Jamkesda tambahan. Itu dapat menimbulkan data ganda.Menyikapi permasalahan diatas, dinas kesehatan perlu mengupayakan pendataan yang baik dengan bekerjasama dengan lintas sektoral agar permasalahan pendataan kepesertaan di atas perlu di evaluasi. Petunjuk pelaksanaan yang lebih jelas terkait pendataan calon peserta Jamkesda tambahan yang meliputi kriteria penerima Jamkesda tambahan, prosedur pendataan, dan proses pengajuan data ke dinas kesehatan. Terkait dengan prosedur pendataan, untuk memperoleh data yang akurat perlu melibatkan perangkat desa, kader posyandu, petugas puskesmas, bidan desa serta RW/RT di kelurahan/desa. Dinas Kesehatan perlu meminta dan menegaskan kepada Puskesmas, bahwa data yang akan diajukan ke dinas kesehatan adalah data yang memang tidak ada lagi permasalahan (valid), khususnya masyarakat yang sudah menerima kartu Jamkesda. Dinas Kesehatan harus membatasi masa berlakunya kartu Jamkesda dan masa berlakunya penggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk persyaratan penerima kartu Jamkesda. Dinas Kesehatan perlu melakukan update data secara berkala terkait dengan masyarakat yang berhak menerima kartu Jamkesda. Berdasarkan hasil penelitian Sylva (2011) tentang Efektifitas pengelolaan program Jamkesda di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 tentang adanya persyaratan dalam kepesertaan Jarnkeda yang terdiri dari persyaratan umum maupun persyaratan khusus. Dengan adanya persyaratan dalam kepesertaan Jamkesda digunakan untuk maksud mengidentifikasi kelayakan kepesertaan agar benar-benar peruntukan program tersebut dapat menyentuh kepada masyarakat yang membutuhkan. Persyaratan khusus kepesertaan Jamkesda diantaranya memenuhi kriteria yaitu luas lantai per anggota rumah tangga, jenis lantai rumah terbuat dari tanah, dinding rumah terbuat dari bambu, tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar (WC), sumber air minum bukan air bersih, penerangan yang digunakan bukan listrik, bahan memasak digunakan kayu/arang , tidak memiliki aset/barang berharga maksimal Rp. 500.000. Kriteria ini dapat dijadikan acuan oleh RSUD Puri Husada Tembilahan agar kepesertaan Jamkesda lebih tepat sasaran dan tidak ada peserta yang dilayani dengan hanya menggunakan KK /KTP saja, namun penentuan perserta Jamkesda juga tidak mutlak ditentukan oleh Kepala Desa, dalam hal ini perlu dibentuk tim koordinasi yang melibatkan lintas sektoral agar kepesertaan Jamkesda tepat sasaran.Selain itu, RSUD Puri Husada Tembilahan dapat melaksanakan sistem informasi data base peserta Jamkesda berbasis online seperti dalam penelitian Dyah (2012) tentang sistem informasi data base peserta Jamkesmas atau Jamkesda pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo berbasis online, menggunakan PHP & My SQL. Program aplikasi PHP dan My SQL ini dibuat agar penataan pengolahan data lebih tertata rapi, dimana sebelumnya pendataan bantuan sosial serta masyarakat miskin menggunakan spreedsheet microsoft excel yang memiliki beberapa kekurangan jika di tinjau dari segi arsitektur perangkat lunak. Dengan melakukan migrasi pada sistem pengelolaan data base management system maka penataan serta storage lebih tertata dengan rapi dan real time dengan demikian permasalahan kepesertaan yang diuraikan diatas dapat diatasi dengan baik. Permasalahan penting lainnya di RSUD Puri Husada Tembilahan adalah :1. Pemberian Surat Keterangan Tidak mampu (SKTM) yang kurang tepat sasaran, dimana adanya masyarakat yang sebenarnya mampu berobat dengan biaya sendiri, namun tetap mengurus SKTM. tanpa di survey terlebih dahulu, SKTM dengan mudah dikeluarkan oleh perangkat Desa tanpa melihat kriteria pemberian kartu Jamkesda. Padahal di sisi lain, RSUD Puri Husada tidak boleh menolak pelayanan bila terdapat pasien yang menggunakan SKTM, karena pasien wajib dilayani baik.2. Masyarakat yang sebenarnya tidak mampu tidak mendapatkan SKTM untuk pengurusan kartu Jamkesda.3. Pasien yang berobat dengan SKTM harus melengkapi persyaratan paling lama 2x24 jam, sehingga beban biaya yang harus ditetapkan dibiayai Jamkesda dapat diurus.

Data yang diperoleh dari penelusuran dokumen dan hasil wawancara di lapangan berkaitan dengan kebijakan program Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir, ditemukan bahwa untuk mendapatkan layanan paket program Jamkesda membutuhkan berbagai persyaratan. Dalam hal ini di antaranya adalah bahwa program Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir pada prinsipnya tidak hanya ditujukan kepada masyarakat miskin, tetapi menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan gratis tersebut, masyarakat diharuskan terdaftar dalam kepesertaan program Jamkesda yang ditunjukkan dengan kepemilikan kartu peserta Jamkesda. Untuk mendapatkan kartu peserta dan memperoleh pelayanan kesehatan gratis, masyarakat diharuskan melengkapi berkas-berkas administrasi yang telah ditentukan oleh Badan Pelaksana (BAPEL) Jamkesda.

Dengan banyaknya ketentuan dan persyaratan untuk mendapatkan pelayanan program, tentunya membutuhkan pemahaman secara mendalam kepada masyarakat sebagai sasaran program. Pemahaman ini penting agar dalam proses pelaksanaannya tidak terjadi kesalahpahaman antara pengelola kebijakan dan pengguna layanan. Agar pemahaman masyarakat terhadap program tersebut, maka pihak pelaksana program selayaknya melakukan sosialisasi program kepada masyarakat, dalam hal ini pihak Bapel Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir sebagai pelaksana program Jamkesda telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat adalah dengan mengadakan proses pendataan dan kepemilikan kartu Jamkesda ke desa-desa dan mensosialisasikannya kepada masyarakat. Upaya tersebut akan memberikan nilai manfaat bagi masyarakat untuk memahami program Jamkesda secara mendalam tentang masyarakat miskin dan proses serta persyaratan terkait dengan program kesehatan tersebut. Namun demikian, hal yang terpenting dalam melakukan sosialisasi program Jamkesda adalah tercapainya tujuan yang terkandung dalam program tersebut. Bentuk pemahaman yang diharapkan bukan hanya sekedar keberadaan dari program itu, tetapi lebih jauh adalah pemahaman akan prosedur yang harus dilakukan oleh pengguna kartu Jamkesda untuk mendapatkan pelayanan terkait dengan program Jamkesda tersebut.Masyarakat sebagai obyek dari program Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir, pada kenyataannya belum sepenuhnya memahami secara detail dan mendalam terkait kebijakan ini. Di mana pemahaman sebagian masyarakat terbatas pada adanya layanan kesehatan gratis yang disediakan oleh pemerintah daerah, tetapi secara teknis lainnya belum terlalu dipahami. Selanjutnya informan lainnya mengemukakan bahwa pemahaman akan program Jamkesda terbatas pada keberadaan program ini sebagai layanan kesehatan gratis, dan tidak memahami prosedur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Bahkan menganggap bahwa untuk mendapatkan layanan tersebut, harus melalui pengurusan administrasi yang berbelit, dan tidak pernah merasakan langsung sosialisasi dari pihak pelaksana program.Kondisi ini mencerminkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat terhadap program Jamkesda tergantung bagaimana cara mereka memahami proses pelayanan kesehatan gratis. Jika kemudian dikaitkan dengan konsepsi kebijakan, maka semestinya pemahaman dari penerima program harus sejalan dengan prosedur administrasi program Jamkesda. Hal ini agar dalam pelaksanaannya, masyarakat dapat mengikuti aturan dan jalur yang telah ditentukan. Masih munculnya keberagaman pemahaman di masyarakat terhadap pelaksanaan program Jamkesda yang dikemukakan pihak pelaksana, bahwa upaya sosialisasi program masih diperlukan. Setidaknya upaya sosialisasi program ini sedapat mungkin bisa menyentuh seluruh segmen masyarakat. Dimana bukan hanya masyarakat miskin sebagai pengguna program Jamkesda, tetapi juga pemahaman kepada para petugas kesehatan tentang persyarat penggunaan kartu Jamkesda. Sehingga sinkronitas antara masyarakat dengan petugas kesehatan dapat sejalan dalam meminimalisir kesalahpahaman ketika masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan fasilitas program Jamkesda.Dalam hal kebijakan kepesertaan Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir adalah masih banyaknya masyarakat miskin yang belum menjadi peserta program Jamkesda, yang ditandai dengan kepemilikan kartu Jamkesda yang masih sedikit dibandingkan dengan penggunaan SKTM ketika berobat ke RSUD Puri Husada. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam Peraturan Daerah tentang Jamkesda, salah satu syarat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis yang dibiayai oleh Jamkesda adalah terdaftar sebagai peserta.Menurut pengelola Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir, bahwa pemahaman masyarakat terhadap program ini sudah cukup tinggi. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan kartu Jamkesda dalam berobat ke RSUD Puri Husada. Kepesertaan Jamkesda memang tidak hanya ditujukan pada golongan tertentu saja, namun mencakup seluruh masyarakat miskin di Kabupaten Indragiri Hilir. Kepesertaan Jamkesda yang dikemukakan oleh pengelola di atas merupakan rekapitulasi dari data kepesertaan masyarakat miskin yang berasal dari data di BPS dan data peserta Jamkesmas serta sumber lainnya yang menggambarkan kehidupan masyarakat di kabupaten Indragiri Hilir.Jika merujuk pada data dan penjelasan terkait kepesertaan Jamkesda, maka dapat dikemukakan bahwa mayoritas masyarakat miskin yang berobat ke RSUD Puri Husada Kabupaten Indragiri Hilir terdaftar sebagai peserta Jamkesda. Sebagai pelaksana program yang berhubungan langsung dengan pelayanan di bidang administrasi, tentunya Bapel Jamkesda dituntut memiliki kapasitas baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas ini diperlukan agar dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pelayanan kepesertaan. Sehingga ketersediaan petugas yang menjadi pelayan kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Karena seringkali dalam hal pelayanan, masyarakat merasakan ketidakpuasan diakibatkan dalam prosedur administrasi dianggap berbelit dan menyulitkan mereka. Apa yang telah dilakukan oleh pegawai di Bapel Jamkesda Kabupaten mengindikasikan bahwa jumlah pegawai masih terbatas. Kondisi ini mempengaruhi proses pelayanan dengan banyaknya tugas dan fungsi yang harus dilakukan. Selain kurangnya petugas di Sekretariat Bapel, hal yang menjadi kendala terkait ketersediaan petugas di bidang pelayanan kepesertaan di kecamatan dan kelurahan. Di mana tidak ada pegawai Bapel Jamkesda yang ditempatkan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Hal ini menjadi kendala terkait pelayanan administrasi peserta pada saat mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Puri Husada. Keadaan yang demikian menunjukkan bahwa jumlah petugas Jamkesda masih kurang dengan banyaknya tugas dan fungsi yang diembannya. Akibatnya, keluhan masyarakat yang terkait pelayanan administrasi masih sering terdengar. Selain keterbatasan personel, juga didukung oleh tingkat pemahaman masyarakat terhadap Jamkesda tersebut, sehingga mengakibatkan banyaknya masyarakat yang tidak terakamodir dalam program tersebut.

B. Kebijakan Anggaran Dalam Pelaksanaan Program Jamkesda Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan anggaran akan selalu mengikuti setiap kebijakan yang diterapkan. Ketercukupan anggaran untuk pembiayaan program kebijakan akan sangat mempengaruhi berjalannya program tersebut. Karena pada prinsipnya keberadaan aparat pelaksana harus diikuti oleh ketersediaan anggaran menjadi penggerak dari kebijakan yang akan dilaksanakan. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian lain dari tulisan ini, bahwa kebijakan penganggaran program Jamkesda tidak sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah daerah. Tetapi masyarakat yang tidak masuk kategori miskin, diharuskan membayar administrasi kartu berobat dan pelayanan medis di UGD sebesar Rp. 11.500,- (Sebelas ribu lima ratus rupiah) saat berobat pertama bila tidak memiliki kartu Jamkesda pada saat berobat. Sehingga kesannya adalah masyarakat miskin yangs seharusnya disubsidi oleh pemerintah harus membayar biaya untuk pertama kali berobat bila tidak bias menunjukkan kartu Jamkesda. Sehingga kebijakan pembiayaan program Jamkesda terhadap masyarakat dianggap tidak mampu mencukupi klaim dari peserta Jamkesda. Di mana dengan jumlah peserta yang terus meningkat, tidak dibarengi dengan ketaatan membayar administrasi secara rutin. Implikasinya adalah peserta Jamkesda kembali dibebani pembayaran pada saat mendapatkan pelayanan kesehatan ketika pelayanan tersebut membutuhkan pembayaran secara tunai. Keterbatasan anggaran yang dikeluhkan oleh pelaksana Jamkesda sesungguhnya nampak dari data yang ada. Jika didasarkan dari dokumen yang penulis peroleh, bahwa memang pemasukan dari administrasi peserta jauh lebih kecil dari klaim pembayaran peserta. Jumlah klaim pembayaran jauh melebihi dari jumlah penerimaan administrasi peserta. Selisih yang cukup besar tersebut tentunya menjadi masalah serius bagi Badan Pelaksana dalam pengelolaan kegiatan. Selain itu, sudah dapat ditebak bahwa untuk menutupi kekurangan tersebut tentu dibutuhkan anggaran dari pemerintah. Implikasinya kemudian akan menyebabkan terganggunya APBD karena dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk menutupinya. Padahal diharapkan dengan adanya kebijakan ini, tidak menimbulkan efek lain terhadap program atau kebijakan lainnya.Tim Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan yaitu Tim Pengelola, Bendahara dan verifikator. Hal ini sesuai dengan Manlak (Pedoman Pelaksanaan) dan Juknis (Petunjuk Teknis) Jamkesda tentang pengorganisasian dalam menyelenggarakan Jamkesda. Tugas dari Tim pengelola ini mulai dari menyiapkan peraturan dalam bentuk Peraturan Bupati atau mengurus Perda tarif pelayanan, melakukan sosialisasi Jamkesda terhadap lintas sektoral, mengatur kebijakan-kebijakan terkait dengan penentuan quota peserta Jamkesda, mencetak kartu Jamkesda yang telah diusulkan oleh perangkat Desa serta mengatur kebijakan lainnya yang berhubungan dengan Jamkesda termasuk pembayaran kalim yang diajukan oleh Puskesmas melalui tarif Perda yang berlaku dan klaim RSUD Puri Husada Tembilahandengan pola tarif INA CBGs.Dasar penentuan dana anggaran Jamkesda di indragiri hilir masih belum menggunakan kajian yang matang, Tahun 2011 kepersertaan Jamkesda adalah 40.000 jiwa, Tahun 2011 sebanyak 50.000 jiwa dan Tahun 2012 mencapai 90.000 jiwa diluar peserta Jamkesda yang menggunakan KK dan KTP. Dengan jumlah penduduk RSUD Puri Husada Tembilahan sebesar 508.886 jiwa, 44,69% diantaranya mendapatkan Jaminan kesehatan seperti Jamkesmas 104, 265 jiwa), ASKES (29,878 jiwa), dan Jamkesda (90.000 jiwa). Namun demikian walaupun masyarakat tidak mempunyai kartu Jamkesda maka diberikan kelonggaran bagi masyarakat miskin dan kurang mampu diluar Kartu Jamkesda dengan menggunakan KK dan KTP Kabupaten Indragiri Hilir Tembilahan saja bisa mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan jaringannya maupun di RSUD RSUD Puri Husada Tembilahan. Dalam hal ini masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir bisa mencapai 60% yang mendapatkan Jaminan Kesehatan.Pola tarif yang ditetapkan hendaknya ada perubahan secara terjadwal dan disesuaikan dengan kelayakan. Sehingga keadaan ini tidak menimbulkan keengganan pemberi layanan dalam merawat pasien yang ditanggung Jamkesda. Sehingga tidak ada lagi isu-isu dari RSUD Arifin Achmad di Pekanbaru yang menyatakan bahwa pasien Jamkesda terlalu mudah untuk dirujuk yang mestinya dapat dirawat dan ditangani kasusnya di RSUD Puri Husada.Keterlambatan pembayaran klaim ke rumah sakit maupun PPK lainnya tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi pemberi layanan. tentunya hal ini dapat disikapi dengan pembayaran klaim yang terjadwal sehingga dapat dimaklumi oleh pemberi pelayanan baik di Puskesmas maupun di RSUD.Selama ini pelayanan pasien Jamkesda sudah berjalan baik, terbukti banyak pasien yang tertolong atas pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Namun demikian tentu saja masih terdapat banyak kelemahan. Pedoman pelaksanaan Jamkesda telah dibuat dan dirancang oleh Tim Pengelola Jamkesda Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir perlu diperbaiki terutama pada aspek kesepertaan Jamkesda, updateting kepesertaan. Masalah kepesertaan ini perlu dibuat pedoman yang lebih rinci yang dalam hal ini tidak ditentukan oleh kepala Desa saja, penentuan tarif serta kajian penilaiaan kelayakan tarif. Hal ini sesuai dengan pedoman pelaksanaan Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan bahwa aspek evaluasi mesti dilakukan oleh Tim pengelola Jamkesda. Evaluasi tersebut bisa dari kepesertaan, tarif, dan kelayakan tarif.Didukung dengan hasil penelitian Abdurrahman (2012) tentang Kebijakan pemerintah daerah dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Kecamatan Bacan Tengah Kabupaten Halmahera Selatan yang menyatakan bahwa evaluasi pelaksanaan Jamkesda perlu dilakukan setiap tahun agar tidak lagi terdapat kendala kendala dalam pelaksanaanya.Rumah sakit merupakan pemberi layanan kesehatan tingkat lanjutan dalam Jamkesda, dengan ketentuan pasien harus mengikuti aturan yang berlaku seperti penggunaan obat generik, ruang perawatan kelas III dan gratis. Seluruh fasilitas yang ada bisa digunakan peserta Jamkesda sesuai kebutuhan dan dokter yang memeriksa meliputi dokter umum dan spesialis. Berbeda dengan tanggapan masyarakat ketika berobat ke Rumah Sakit, masih ada keluhan pelayanan disana sini. Perbedaan perlakuan layanan yang dirasakan, prosedur berobat yang dirasakan sulit, antrian yang lama akan menimbulkan ketidaknyamanan sehingga akan menimbulkan persepsi yang keliru terhadap pelayanan.Program Jamkesda yang dilaksanakan di RSUD Puri Husada Tembilahan memakai pola berjenjang. Maksudnya pasien Jamkesda tidak serta merta dapat langsung berobat ke RSUD Puri Husada Tembilahantanpa rujukan dari Puskesmas diwilayah pasien tersebut tinggal. Kenyataannnya dilapangan adalah pasien pengguna Jamkesda yang berobat ke RSUD Puri Husada Tembilahan dapat langsung berobat dan mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Puri Husada Tembilahan.

Berdasarkan table 4.1, table 4.2, table 4.3, dan table 4.4 pada bab sebelumya terlihat perkembangan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun peserta pengguna kartu Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir, namun demikian tentunya hal itu masih sangat jauh dari harapan, karena jumlah anggaran yang dianggarkan untuk hal demikian masih cukup tinggi.Namun demikian pada kasus ketidaklayakan administrasi masih terdapat pelayanan kesehatan yang cukup tinggi dengan menggunakan KK/KTP saja untuk berobat ke RSUD Puri Husada Tembilahan sebagaimana terlihat pada table table 4.5 dan table 4.6 pada bab sebelumnya.

Tabel 4.5 dan tabel 4.6 pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan pada masyarakat miskin yang tidak memiliki administrasi lengkap dapat dikatakan cukup tinggi (lebih kurang 30 %) dibanding dengan pengguna surat miskin.Sesuai dengan hasil penelitian Dwi (2010) tentang Kualitas pelayanan program Jamkesmas dan Jamkesda di RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo Purwokerto Kabupaten Banyumas yang merekomendasikan peserta Jamkesmas atau Jamkesda agar menggunakan pola rujukan yang baik dan benar dan lebih peduli karena hal tersebut bisa menekan biaya klaim dan mengingat tingkat hunian yang tinggi ruang kamar kelas III bagi peserta Jamkesmas dan Jamkesda.Baik pemberi pelayanan di Puskesmas maupun di Rumah Sakit sama-sama mengeluhkan tarif jasa pelayanan yang rendah., waktu pencairan klaim yang lama. Hal tersebut perlu disikapi dengan adanya mekanisme manajemen yang jelas tentang tarif jasa pelayana yang sebaiknya dilakukan perubahan sesuai kelayakan dan kemampuan daerah setidaknya sekali dalam 3 tahun. begitu juga dengan pencairan yang lama perlu disikapi dengan manajemen yang baik agar pencairan dilakukan sesuai dengan waktunya.Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan memakai 3 (tiga) kebijakan pola tarif yaitu 1) berdasarkan Perda untuk klaim Puskesmas dan 2) berdasarkan software INA-CBGs untuk klaim RSUD Puri Husada Tembilahan, 3) selain itu dilakukan kerjasama Jamkesda antara Provinsi Riau dengan RSUD Puri Husada Tembilahan dengan menggunakan sistem budget sharing. Kebijakan Provinsi Riau ini tentunya sangat membantu Kabupaten yang ada di Provinsi Riau termasuk RSUD Puri Husada Tembilahan sehingga tidak memberatkan anggaran daerah. Kebijakan ini berlaku untuk kasus rujukan. Transportasi rujukan dari RSUD Puri Husada Tembilahan ke RSUD Arifin Acmad menggunakan biaya Jamkesda Kabupaten. Sedangkan biaya pelayanan kesehatan yang diterima pasien termasuk rujukan ke Pusat menggunakan dana Jamkesda Provinsi Riau.Pola tarif Rumah Sakit untuk pasien Jamkesda yang ditetapkan melalui INA CBGs sudah tidak layak lagi untuk masa-masa sekarang, sehingga tentunya ada kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah agar biaya operasional yang dikeluarkan Rumah Sakit untuk pasien tanggungan Jamkesda maupun kelayakan tarif jasa pelayanan pemberi pelayanan sesuai dengan keadaan dan masa-masa sekarang.Sesuai dengan hasil penelitian Sesuai Dwi (2010) tentang Kualitas pelayanan program Jamkesmas dan Jamkesda di RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo Purw