join tesis final

Upload: daengarjuna

Post on 18-Oct-2015

262 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Join Tesis Final

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    DEFORMASI SLOT BEBERAPA PRODUK BRAKET STAINLESS STEEL AKIBAT GAYA TORQUE PADA KAWAT

    STAINLESS STEEL

    TESIS

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar spesialis ortodonti

    Atika Zairina 1006785396

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

    DEPARTEMEN ORTODONTI JAKARTA JUNI 2013

  • ii Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik

    yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Atika Zairina

    NPM : 1006785396

    Tanggal : 19 Juni 2013

    Tanda Tangan :

  • iii Universitas Indonesia

    HALAMAN PENGESAHAN

    Tesis in diajukan oleh : Nama : Atika Zairina NPM : 1006785396 Progam Studi : Ortodonti Judul Tesis : Deformasi Slot Beberapa Produk Braket Stainless Steel Akibat Gaya Torque pada Kawat Stainless Steel Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti pada Program Studi Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing I : drg. Erwin Siregar, Sp.Ort (K) ( )

    Pembimbing II : drg. Nia Ayu Ismaniati, MDSc, Sp.Ort (K) ( )

    Penguji I : drg Krisnawati, Sp. Ort (K) ( )

    Penguji II : Prof. Dr. drg. Faruk Hoesin, MDs, Sp.Ort (K) ( )

    Penguji III : drg. Nada Ismah, Sp. Ort ( )

    Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 19 Juni 2013

  • iv Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMA KASIH

    Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedoketeran Gigi Universitas Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih kepada Yang terhormat drg. Erwin Siregar, Sp.Ort. (K) selaku pembimbing pertama dan penguji, atas segala dukungan, waktu, dan bimbingan kepada saya selama pembuatan tesis.

    Yang terhormat drg. Nia Ayu Ismaniati, MDSc. Sp.Ort. (K) selaku pembimbing kedua dan penguji, atas segala dukungan, waktu dan bimbingan yang diberikan kepada saya selama pembuatan tesis.

    Yang terhormat drg. Krisnawati, Sp.Ort. (K) selaku Kepala Bagian Spesialis Ortodonti, dan ketua penguji.

    Yang terhormat Prof.Dr.drg. Faruk Hoesin, MDs, Sp.Ort. (K) selaku penguji yang telah banyak memberi masukan terhadap penulisan tesis.

    Yang terhormat drg. Nada Ismah, Sp.Ort. selaku penguji yang juga memberikan masukan terhadap penulisan tesis ini.

    Yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Ortodonti yang telah memberi ilmu, masukan dan dukungan selama perkuliahan.

    Yang terhormat Bapak Ronald dan Bapak wahyu dari Perusahaan Teknik Surya Sarana Dinamika Bandung, serta Bapak Gani dari Laboratorium Biomedis Paska Sarjana UI yang telah berkenan mendukung pelaksanaan penelitian, memberi masukan, bantuan dan ide selama penelitian.

    Keluarga tercinta : Papaku Zony Amry Tambunan, SE, MBA dan Mamaku Derityani Lhastiningsih, yang selalu memberikan doa dan dukungan selama perkuliahan. Papi dan Mami mertua yang selalu berdoa dan juga dukungan moril dalam masa-masa perkuliahan.

    Keluargaku tercinta : Suami Reindel Zulfikar Ngabito, SE, M.M., yang selalu tidak hentinya memberikan dukungan, doa, semangat, inspirasi dan kesabaran di saat-saat perkuliahan, pembuatan tesis hingga selesainya pembuatan tesis ini, Anakku tercinta Aurellia Zahrani Ngabito dan Afdhilla Zahabia Ngabito yang selalu memberikan semangat dan cinta dan selalu berdoa dalam sholatnya agar maminya cepat lulus. Alhamdulillah doa kalian semua memberikan motivasi, penguat dan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

  • v Universitas Indonesia

    Adikku Nia Zairini Tambunan dan Kakakku Iman yang dalam kesibukannya masing-masing selalu memberikan doa dan dukungan dalam perkuliahan.

    Sahabatku Amie, Ferla dan Citra yang sangat energik, penuh semangat yang tidak henti-hentinya menginspirasiku menyelesaikan pembuatan tesis ini

    Dan juga bantuan dari klinik :Suster Nurhayati dan drg Ike fishuri yang banyak membantu tetap berjalannya klini selama masa perkuliahan. Tidak lupa juga bantuan yang cukup besar dari orang-orang rumah Andi, Ulfah, Yani, Teteh, Ale, Roy yang setia dan sabar dalam mebantu saya dalam urusan rumah tangga.

    Kepada teman-teman Orto angkatan 2010 : Irwin, Citra, Samson, Irma, Marissa, Tuti, Hanny, Sabrina, dan Pipit serta my roomate Mba Lia yang sangat kompak, banyak memberi masukan dan memberi warna diskusi dalam perkuliahan ini. Semoga angkatan kita terus kompak.

    Seluruh pegawai Departemen Ortodonti yang telah membantu dan memberi dukungan selama masa perkuliahan khususnya Pak Dedi dan Pak Ridwan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan, dukungan dan doanya sehingga tesis ini berakhir dengan sangat baik.

    Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu, dan apabila masih terdapat kekurangan, penulis berharap dapat menjadi masukan di kemudian hari. Semoga penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran gigi.

    Jakarta, Juli 2013

    Penulis

  • vi Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai civitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : drg. Atika Zairina NPM : 1006785396 Program studi : Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Departemen : Ortodonti Fakultas : Kedokteran Gigi Jenis Karya : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royaty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

    Deformasi Slot Beberapa Produk Braket Stainless Steel Akibat Gaya Torque pada Kawat Stainless Steel

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilih Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 19 Juni 2013

    Yang Menyatakan

    (Atika Zairina)

  • vii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Atika Zairina Program Studi : Ortodonti Judul : Deformasi Slot Beberapa Produk Braket Stainless Steel Akibat Gaya Torque pada Kawat Stainless Steel Pendahuluan: Braket ortodonti merupakan komponen penting dalam piranti ortodonti cekat karena menghantarkan gaya dari kawat ke struktur gigi dan jaringan pendukungnya sehingga terjadi pergerakkan gigi. Komposisi logam dan proses manufaktur braket Stainless Steel mempengaruhi sifat fisik dan mekanis, salah satunya kekerasan dan kekuatan. Tetapi, beberapa pabrik mengurangi biaya produksi dengan mengabaikan proses manufaktur yang sesuai dengan standarisasi. Hal ini dapat menyebabkan deformasi slot braket khususnya saat diaplikasikan gaya torque. Deformasi slot braket dapat mengurangi besar gaya torque yang akan dihantarkan ke gigi dan jaringan pendukungnya sehingga hasil perawatan tidak efektif dan efisien. Beberapa braket Stainless Steel yang beredar dipasaran masih diragukan kualitasnya dalam perawatan ortodonti. Tujuan: Untuk membandingkan besar gaya torque akibat sudut puntir 300dan 450 kawat Stainless Steel serta deformasi slot permanen akibat gaya torque tersebut antara kelompok merk braket (3M, Biom, Versadent, Ormco dan Shinye). Metode Penelitiian: Lima puluh braket Stainless Steel edgewise dari 5 kelompok merk braket (n=10) di lem ke akrilik. Masing-masing braket dilakukan pengukuran tinggi slot dengan mikroskop stereoskopi, lalu diaplikasikan puntiran kawat melalui alat yang sudah dibuat pada penelitian ini sehingga diperoleh besar gaya torque. Setelah uji torque, dilakukan kembali pengukuran tinggi slot braket. Deformasi slot pemanen dihitung dari selisih dua tahapan pengukuran tinggi slot yaitu sebelum dan sesudah aplikasi gaya torque Hasil: Analisis statistik menunjukkan perbedaan bermakna besar gaya torque pada sudut puntir 300 dan 450 antara Biom dan Shinye dengan Omrco. Gaya torque paling besar yaitu pada merk braket 3M (300= 442,12 gmcm dan 450= 567,99 gmcm) , sedangkan yang terkecil adalah Biom (300= 285,50 gmcm, 450=361,38 gmcm). Perbedaan deformasi slot braket terjadi hampir pada semua kelompok merk braket. Deformasi slot braket hanya terjadi pada merk braket Biom (2,82 m) dan Shinye (2,52 m). Kesimpulan: Bentuk geometri slot, komposisi, proses manufaktur braket Stainless Steel dan sudut puntir kawat mempengaruhi besar gaya torque. Komposisi AISI 303 dan 17-4 PH serta proses manufaktur melalui MIM menghasilkan deformasi slot braket yang kecil dan secara klinis tidak signifikan. Kata kunci: Deformasi slot, torque, braket Stainless Steel, kawat Stainless Steel .

  • viii Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Atika Zairina Study Program : Orthodontics Title : Slot Deformation Various Stainless Steel Bracket Products Due To The Torque Force of Stainless Steel Wire Introduction: Orthodontic bracket is an important component in fixed orthodontic appliances for distributing force to the structure of the tooth and its supporting tissues, causing tooth movement. Alloy composition and manufacturing process Stainless Steel bracket affects the physical and mechanical properties, one of which hardness and strength. However, some manufacturers reduce costs at the manufacturing process in accordance with standards. This can cause deformation of the bracket slot especially when applied torque force. In addition, slot deformation can reduce the torque force that will be transmitted to the tooth and its supporting tissues so that the treatment is ineffective and inefficient. Therefore, some Stainless Steel brackets quality in the market is still questionable for orthodontic treatments. Objective: To determine the deformation of the bracket slot of five brands (3M, Biom, Versadent, Ormco and Shinye) due to the force Stainless Steel wire with torsional angle of 45 and the amount of torque force with torsional angle of 30 and 45. Methods: Fifty Stainless Steel Edgewise brackets from five bracket groups brands (n = 10) is attached onto an acrylic. Each bracket slot height was measured with a microscope stereoscopy, then applied torsion wire through torque apparatus that has been made for this study to obtain the amount of torque force. Once the torque test has been done, then the width of bracket slot is re-measured. Deformation slot calculated from measurements of height difference between before and after the torque test. Results: Statistical analysis shows differences in slot bracket deformation in all group of bracket brands. But, clinically permanent slot deformation deformation occurs only on Biom (2.82 m) and Shinye (2.52 m). Repeated measure ANOVA comparison showed significant differences in the amount of torque at torsion angle of 300 and 450 between Biom and Shinye with Omrco. The 3M transmitted highest load (300 = 442,12 gmcm and 450 = 567,99 gmcm), while the lowest is Biom (300 = 285,50 gmcm and 450 = 361,38 gmcm). Conclusion: Stainless Steel bracket slot deformation is influenced by several factors specifically geometry bracket slot, the composition of the metal, manufacture and torsional angle wire. Alloy composition of AISI 303 and 17-4 PH and manufacture by the method of metal injection molding (MIM) has the smallest deformation. Key Words: Slot deformation, torque, Stainless Steel brackets, Stainless Steel wire

  • ix Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iiHALAMAN PENGESAHAN iiiKATA PENGANTARivHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viABSTRAK viiABSTRACTviiiDAFTAR ISI ixDAFTAR GAMBAR xiDAFTAR TABELxiiiDAFTAR GRAFIKxivDAFTAR LAMPIRAN xv1. PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah 31.3 Tujuan Penelitiian 31.4 Manfaat Penelitian 4

    2. TINJAUAN PUSTAKA 62.1 Logam Stainless Steel dalam Bidang Ortodonti 62.2 Braket Stainless Steel 9

    2.2.1 Manufaktur Braket Stainless Steel 102.2.1.1 Metal Injection Molding (MIM)112.2.1.2 Brazing pada Braket Stainless Steel 132.2.1.3 Laser Welded pada Braket Stainless Steel 15

    2.3 Kawat Stainless Steel 172.3.1 Manufaktur Kawat Stainless Steel 18

    2.4 Sifat Mekanis Stainless Steel 192.5 Braket Edgewise23

    2.5.1 Sejarah Braket Edgewise 232.5.2 Prinsip Perawatan dengan Sistem Edgewise26

    2.6 Biomekanika Torque di Perawatan Ortodonti282.6.1 Torque Gigi Insisivus Atas 302.6.2 Interaksi Slot Braket dengan Kawat Stainless Steel dalam Aplikasi Gaya Torque312.6.3 Pengukuran Slot Braket 34

    2.7 Kerangka Teori37

    3. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL.. 38

    3.1 Kerangka konsep383.2 Hipotesis383.3 Variabel Penelitian383.4 Definisi Operasional 38

  • xUniversitas Indonesia

    4. METODE PENELITIAN414.1 Desain Penelitian414.2 Waktu dan Tempat Penelitian414.3 Sampel Penelitian 414.4 Alat dan Bahan Penelitian 434.5 Cara Kerja Penelitian 464.6 Alur Penelitian 494.7 Manajemen dan Analisis Data 50

    5. HASIL PENELITIAN 525.1 Penelitian Pendahuluan 525.2 Pengukuran Perbedaan Besar Gaya Torque dengan Sudut Puntir 300 53

    dan 4505.3 Pengukuran Deformasi Slot Braket Akibat Gaya Torque 57

    6. PEMBAHASAN617. KESIMPULAN DAN SARAN71

    7.1 Kesimpulan717.2 Saran 71

    DAFTAR PUSTAKA 73

    UCAPAN TERIMAKASIH

  • xi Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Manufaktur braket dengan proses Metal Injection Molding ............ 12

    Gambar 2. Scanning Electron Microscopy dari braket dengan teknik MIM menunjukkan porusitas permukaan yang luas ........................ 13

    Gambar 3. Braket yang terdiri dari komponen sayap dan dasar braket yang disambung dengan brazing alloy ............................................. 14

    Gambar 4. Foto tiga dimensi manufaktur braket dengan metode laser welded . 16 Gambar 5. Scanning electron micrographs dari mesh braket yang dibuat

    dengan laser dan mesh braket normal .............................................. 17

    Gambar 6. Kurva Stress-strain kawat ortodonti ................................................. 21 Gambar 7. Piranti Angless E arch ..................................................................... 23 Gambar 8. Piranti Angles Pin and Tube ........................................................... 24 Gambar 9. Piranti Angles Ribbon Arch ............................................................ 24 Gambar 10. Braket edgewise standar dengan satu sayap .................................... 25 Gambar 11. Braket edgewise standar dengan dua sayap (twin braket) .............. 28 Gambar 12. First order bend pada kawat rahang atas (kiri) dan

    rahang bawah (kanan). Second order bend pada gigi insisivus rahang atas dan Third order bend dengan kawat rektangular ............................................................................ 29

    Gambar 13. Kawat rektangular yang dipuntir sehingga menghasilkan gaya

    kopel untuk memperoleh torque pada gigi ..................................... 31 Gambar 14. Kehilangan torque gigi insisvus atas sebesar 100

    dan 150 gram menyebabkan efek retrusif ke lingual sebesar 2,7 mm dam 4 mm........................................................................... 33

    Gambar 15. Torque play antara slot braket dengan kawat .................................. 33 Gambar 16. Kontak antara ujung tepi kawat dengan dinding slot braket saat aplikasi gaya torque sebesar 3 Ncm dapat menyebabkan notching pada dinding slot braket ............................ 34 Gambar 17. Titik pengukur slot .......................................................................... 34 Gambar 18. Mikroskop stereo merk Carl Zeiss .................................................. 35

  • xii Universitas Indonesia

    Gambar 19. Pengukuran tinggi slot dengan masing-masing tiga garis di sayap mesial dan sayap distal ...................................................... 36

    Gambar 20. Foto braket yang diukur tinggi slot dari sayap mesial dan sayap distal ................................................................................................ 36

    Gambar 21. Alat rakitan uji torque yang digunakan dalam penelitian ............... 43 Gambar 22. Servomotor Merk Cool Muscle dengan crosshead sebagai

    pemberi gaya pada kawat ................................................................ 44 Gambar 23. Chart recorder sebagai layar yang manampilkan besar

    gaya torque dalam bentuk digital .................................................... 44 Gambar 24. Mikroskop stereoskopi merk Carl Zeiss.......................................... 45 Gambar 25. Tampilan software Axiocam pada layar komputer ......................... 45 Gambar 26. Lem Super Bonder Merk Loctite nomor 495 .................................. 45 Gambar 27. Mounting disc akrilik ...................................................................... 45 Gambar 28. Kawat Stainless Steel merk 3M ....................................................... 46 Gambar 29. Sampel yang sudah dipasang ke alat uji torque .............................. 47 Gambar 30. Tampilan besar gaya torque dalam satuan gramsentimeter (gmcm) 48 Gambar 31. Pengukuran besar gaya torque dengan cara melihat

    chart recorder yang sudah diprogram kedalam servomotor dalam skala momen (gram sentimeter) ........................................... 54

    Gambar 32. Foto braket kelompok A, B, C, D dan E sebelum dan sesudah

    pemberian gaya torque kawat Stainless Steel .019x .025 dengan sudut puntir 450 ................................................................... 58

    Gambar 33. Foto sebelum dan sesudah pemeberian gaya torque terlihat

    pelebaran tinggi slot pada garis A (putih) lebih banyak daripada garis B (merah) ................................................................. 66

    Gambar 34. Foto mikroskop stereo Braket 3M, Braket Biom, Braket Shinye . 68 Gambar 35. Foto mikroskop strereo braket kelompok A,B,C,D dan E

    menunjukkan perbedaan bentuk slot braket dan sudut dasar slot braket ........................................................................................ 69

  • xiii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perbandingan sifat mekanis alloy yang digunakan sebagai kawat ortodonti .................................................................................... 22

    Tabel 2. Kode identitas braket berdasarkan nomor urut sampel yang melalui randomisasi .............................................................................. 54

    Tabel 3. Hasil pengukuran besar gaya torque pada sudut puntir 300 dan 450

    untuk setiap kelompok braket ............................................................... 55 Tabel 4. Hasil pengukuran perbedaan gaya torque pada sudut puntir

    300 dan 450 antara kelompok braket ..................................................... 56 Tabel 5. Hasil pengukuran tinggi slot braket sebelum dan sesudah uji

    torque (deformasi slot braket) pada masing-masing kelompok braket . 59 Tabel 6. Hasil pengukuran perbedaan deformasi deformasi slot braket

    antara kelompok A,B,C,D,E akibat gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 dengan sudut puntir 450 ...................................................... 60

    Tabel 7. Analisis post-hoc untuk perbedaan deformasi slot braket antara

    kelompok A,B,C,D,E akibat gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 dengan sudut puntir 450 ..................................................... 60

  • xiv Universitas Indonesia

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1. Plot Bland-Altman untuk pengukuran tinggi slot braket dengan mikroskop stereo ..................................................................... 55

    Grafik 2. Besar gaya torque akibat sudut puntir 300 dan 450 pada setiap kelompok merk braket ......................................................................... 56

    Grafik 3. Perbedaan besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 di antara braket kelompok A,B,C,D,E ................................................. 57

    Grafik 4. Grafik perbedaan deformasi slot braket antara kelompok A,B,C,D,E 60

  • xv Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Uji statistik deskriptif untuk besar gaya torque pada sudut puntir 300 dan 450 ................................................................. 78

    Lampiran 2. Uji multivariat untuk besar gaya torque pada sudut puntir 300 dan 450 ..................................................................................... 78

    Lampiran 3. Uji Post Hoc untuk besar gaya torque pada sudut puntir 300 dan 450 ..................................................................................... 79

    Lampiran 4. Uji statistik deskriptif untuk deformasi slot braket ........................ 79

    Lampiran 5. Uji T-test berpasangan (tinggi slot sebelum dan sesudah uji torque) pada masing-masing kelompok merk braket ................................. 80

    Lampiran 6. Uji Kruskall Wallis untuk untuk perbedaan deformasi slot antara kelompok merk braket ........................................................ 80

    Lampiran 7. Uji Mann-Whitney untuk perbedaan deformasi slot braket antara kelompok merk braket ........................................................ 81

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Perawatan ortodonti dengan menggunakan piranti cekat merupakan perawatan

    gigi yang paling banyak diminati, hal ini karena makin bertambahnya kesadaran

    masyarakat untuk memiliki susunan gigi-geligi dan senyum yang baik sehingga

    penampilan wajah lebih menarik. Kebutuhan perawatan ortodonti di Indonesia

    meningkat dari berbagai kalangan anak-anak, remaja dan dewasa.1 Piranti ortodonti

    yang beredar di Indonesia di impor dari mancanegara.

    Komponen piranti ortodonti dengan kualitas baik dan sesuai standarisasi proses

    pembuatan merupakan hal penting yang patut diperhatikan. Piranti ortodonti cekat

    terdiri dari tiga komponen yaitu braket, kawat dan assesori (modul elastomerik, kawat

    ligatur, pegas ulir, karet elastik).1,2 Pertimbangan dalam memilih piranti ortodonti

    salah satunya adalah sifat mekanis yang dimiliki, karena berpengaruh terhadap

    mekanoterapi dan hasil klinis perawatan ortodonti.3,4

    Braket ortodonti merupakan komponen penting dalam piranti ortodonti cekat

    karena menghantarkan gaya dari kawat ke struktur gigi dan jaringan pendukungnya

    sehingga terjadi pergerakkan gigi.5,6,7. Pergerakkan gigi dalam perawatan ortodonti

    dihasilkan dari interaksi antara kawat dengan braket dan ditunjang jaringan

    periodonsium yang sehat.

    Braket ortodonti dapat terbuat dari logam Stainless Steel, Titanium, keramik,

    dan polikarbonat (plastik).4 Braket Stainless Steel paling banyak digunakan karena

    lebih ekonomis, tidak mudah fraktur atau deformasi, tahan korosi dan

    biokompatibel.8 Sistem standarisasi komposisi logam Stainless Steel dilakukan oleh

    American Iron and Steel Institute (AISI) dengan mencantumkan nomor identifikasi

    tipe Stainless Steel yang beredar di pasar.5,6,8 Komposisi logam dan proses

    manufaktur braket Stainless Steel mempengaruhi sifat fisik dan mekanis, salah

    satunya kekerasan dan kekuatan.6,10 Beberapa pabrik mengurangi biaya produksi

  • 2

    Universitas Indonesia

    dengan mengabaikan proses manufaktur yang sesuai dengan standarisasi. Hal ini

    tentu saja merugikan, karena berdampak pada hasil perawatan kurang baik. Jadi,

    kualitas braket yang baik adalah salah satu syarat untuk dapat menghantarkan gaya

    yang optimal dan adekuat sehingga menghasilkan pergerakkan gigi yang

    diinginkan.6,8,9

    Salah satu jenis pergerakkan gigi dalam perawatan ortodonti adalah torque.

    Torque adalah perubahan inklinasi labio atau bukopalatal mahkota atau akar gigi.9,11

    Torque seringkali dipakai dalam mekanoterapi perawatan ortodonti sistem edgewise,

    bahkan sistem preadjusted juga masih menambahkan torque pada kawat. Aplikasi

    gaya torque paling sering pada gigi insisif sentral rahang atas bertujuan untuk

    memperoleh senyum lebih estetik dan hubungan insisif kelas satu yang membutuhkan

    gaya 50-200 gramsentimeter. 4,12-14. Gaya torque diperoleh dari aktivasi puntiran

    kawat di dalam slot braket. Menurut Lacoursiere dkk (2009), ekspresi torque yang

    dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya puntiran kawat, ukuran dan jenis kawat,

    komposisi kawat, play yang dibentuk antara kawat dan slot braket, inklinasi gigi, dan

    resistensi deformasi slot braket.13 Lacoursiere (2009) menitikberatkan bahwa

    deformasi slot braket merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam mengurangi

    ekspresi torque.13

    Deformasi dapat terjadi saat diaplikasikan gaya torque pada kawat, yaitu

    deformasi elastis dan deformasi plastis atau permanen.5,6,13. Deformasi elastis adalah

    deformasi yang sudah melewati batas proposional dan masih mungkin dapat kembali

    ke bentuk semula. Sedangkan, deformasi permanen adalah deformasi yang sudah

    melewati batas deformasi elastis dan tidak dapat kembali kebentuk semula.3,4

    Penelitian oleh Kapur (1999) bahwa deformasi elastis yang terjadi dapat mengurangi

    besar gaya torque yang akan dihantarkan kegigi dan jaringan pendukungnya, dan

    deformasi plastis juga terjadi pada beberapa merk braket Stainless Steel yang diteliti.5

    Beberapa braket Stainless Steel yang beredar di pasar tidak mencantumkan

    komposisi dan proses manufaktur sehingga kualitasnya dalam perawatan ortodonti

    masih diragukan. Untuk mendapatkan hasil perawatan yang baik maka operator atau

    ortodontis harus menggunakan material ortodonti yang berkualitas baik juga.

  • 3

    Universitas Indonesia

    Berbagai penelitian di luar negeri yang membandingkan deformasi slot braket

    akibat gaya torque dari berbagai jenis braket Stainless Steel sudah dilakukan.6,13,14

    Namun, penelitian tersebut menggunakan merk braket yang tidak beredar di

    Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang membandingkan besarnya

    gaya torque yang dihasilkan dan deformasi slot dari berbagai merk braket Stainless

    Steel yang memang beredar dan digunakan di Indonesia.

    Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui mengenai

    besarnya gaya torque yang dihasilkan dan deformasi slot braket dari beberapa merk

    braket Stainless Steel yang beredar di Indonesia.

    1.2 Rumusan Masalah Penelitian

    1. Berapakah besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 pada braket

    kelompok A,B,C,D dan E dengan sudut puntir 300 ?

    2. Berapakah besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 pada braket

    kelompok A,B,C,D dan E dengan sudut puntir 450?

    3. Apakah terdapat perbedaan besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025

    di antara braket kelompok A,B,C,D,E dengan sudut puntir 300 dan 450 ?

    4. Apakah terdapat deformasi slot pada braket kelompok A,B,C,D,E akibat gaya

    torque kawat Stainless Steel .019x.025 dengan sudut puntir 450 ?

    5. Apakah terdapat perbedaan deformasi slot braket antara kelompok A,B,C,D,E

    akibat gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 dengan sudut puntir 450 ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x .025 pada braket

    kelompok A,B,C,D dan E dengan sudut puntir 300.

    2. Mengetahui besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x .025 pada braket

    kelompok A,B,C,D dan E dengan sudut puntir 450.

    3. Mengetahui perbedaan besar gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 di

    antara braket kelompok A,B,C,D,E dengan sudut puntir 300 dan 450 .

  • 4

    Universitas Indonesia

    4. Mengetahui deformasi slot pada braket kelompok A,B,C,D,E akibat gaya

    torque kawat Stainless Steel .019x.025 dengan sudut puntir 450.

    5. Mengetahui perbedaan deformasi slot braket antara kelompok A,B,C,D,E

    akibat gaya torque kawat Stainless Steel .019x.025 dengan sudut puntir 450.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ortodonti

    1. Memberikan pemahaman mengenai perbedaan kualitas beberapa merk

    braket Stainless Steel khusunya dalam menghantarkan gaya torque yang

    sesuai untuk pergerakkan gigi

    2. Mengetahui adanya deformasi slot braket yang dapat terjadi pada beberapa

    merk braket Stainless Steel dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

    deformasi tersebut.

    3. Dengan adanya hasil penelitian ini, maka diharapkan para ortodontis dapat

    memilih braket Stainless Steel dengan sifat mekanis yang baik, sehingga

    hasil perawatan ortodonti lebih efektif dan efisien.

    Bagi institusi pendidikan

    1. Memberikan informasi kepada klinik ortodonti RSGMP FKG UI mengenai

    perbedaan beberapa merk braket Stainless Steel khususnya dalam hal besar

    gaya torque yang dihasilkan dan deformasi slot braket, sehingga membantu

    dalam pemilihan braket yang akan digunakan.

    Bagi pasien dan masyarakat

    1. Memberikan edukasi ke pasien mengenai pilihan piranti ortodonti yang

    digunakan dalam perawatan ortodonti.

    2. Memberikan edukasi ke masyarakat mengenai dampak masalah yang

    disebabkan kualitas braket Stainless Steel yang buruk terhadap hasil

    perawatan ortodonti.

  • 5

    Universitas Indonesia

    Bagi Peneliti

    1. Menambah pengetahuan peneliti mengenai beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi perbedaan besarnya gaya torque pada beberapa merk

    braket Stainless Steel.

    2. Menambah pengalaman peneliti untuk membuat alat uji penelitian yang

    tepat guna dan akurat.

  • 6

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Logam Stainless Steel dalam Bidang Ortodonti

    Stainless Steel (SS) pertama kali ditemukan pada tahun 1913 oleh ahli

    metalurgi Inggris bernama Harry Brearly. Penemuan ini awalnya tidak sengaja

    menambahkan kromium pada baja rendah karbon dan menyebabkan baja tersebut

    menjadi tahan karat.15 Penelitian terhadap Stainless Steel terus berkembang dan tahun

    1930-an mulai diproduksi. Stainless Steel dalam metalurgi adalah alloy besi dengan

    kandungan kromiun 10,5%-11%. Penambahan kromium (Cr) bertujuan meningkatkan

    ketahanan korosi dengan membentuk lapisan oksida (Cr2O3) di permukaan logam

    Stainless Steel. Unsur lain selain besi, karbon dan kromium yaitu Nikel, Molybdenum

    dan Titanium dengan komposisi yang berbeda-beda sehingga menghasilkan variasi

    sifat mekanis dari beberapa produk Stainless Steel yang beredar di pasar. 8

    Stainless Steel banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan

    contohnya industri, peralatan rumah tangga, medis dan alat kedokteran gigi, salah

    satunya di bidang ortodonti. Sebelum Stainless Steel ditemukan, bahan dasar kawat,

    spur, ligatur dan braket ortodonti terbuat dari emas 14-18 karat. Emas memilliki

    ketahanan korosi yang tinggi tetapi harganya sangat mahal. Stainless Steel mulai

    digunakan dalam bidang ortodonti pada tahun 1933, ketika Archi Brusse menjelaskan

    mengenai sifat Stainless Steel untuk bidang ortodonti pada pertemuan American

    Society of Orthodontist (ASO).16 Awal tahun 1940, Begg dan Wilcox bekerja sama

    membuat kawat ortodonti yang kemudian dikenal Australia Stainless Steel.

    Kepopuleran Stainless Steel semakin meningkat dikalangan ortodontis karena

    memiliki kombinasi sifat mekanis yang baik, tahan korosi dan harga ekonomis.

    Stainless Steel digunakan dalam bidang ortodonti sebagai bahan dasar braket, kawat,

    molar tube, band, pegas dan lain-lain.8,16 Komposisi dan manufaktur Stainless Steel

    yang berbeda-beda menghasilkan beberapa jenis Stainless Steel dan diklasifikasikan

    oleh American Iron and Steel Institute (AISI).

  • 7

    Universitas Indonesia

    Klasifikasi Stainless Steel didasarkan pada struktur metalurginya, yaitu

    Austenitik, Ferritik, Martensitik, Duplek dan Precipitation Hardening .

    1. Austenitik Stainless Steel

    Austenitik Stainless Steel memiliki mikrostruktur face centre cubic.

    Penambahan 8% Nikel pada alloy ini mencegah transformasi austenit ke martensit

    saat pendinginan, sehingga austenit lebih stabil walaupun pada suhu kamar. Austenit

    SS banyak digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi khususnya ortodonti

    karena sifatnya yang tahan korosi di rongga mulut dan keuletan (ductility) yang

    tinggi.15,17 Tipe AISI 304L SS dan 303 banyak digunakan sebagai bahan dasar braket

    ortodonti dengan komposisi 18-20% kromium (Cr), 8-10% Nikel, sedikit Mangan,

    Silikon dan karbon 0,03%. AISI 303 adalah tipe austenitik Stainless Steel pertama

    yang merupakan campuran 18% kromium dan 8% Nikel, dan sedikit Selenium.

    Sedangkan tipe 316L SS memiliki kandungan Nikel lebih tinggi, 2-3% Molybdenum

    dan karbon yang lebih rendah untuk menambah resistensi terhadap korosi

    intergranular. Tipe AISI 302 dengan komposisi 17-19% kromiun, 8-10% Nikel dan

    0,08% karbon biasanya digunakan untuk kawat ortodonti.8 Oleh karena mikrostuktur

    austenit yang stabil, maka proses pemasanan austenit SS tidak dapat mengeraskan

    logam tersebut. Pemanasan dengan suhu 400-9000C akan membentuk ikatan

    kromium karbid sehingga kromium di permukaan akan berkurang dan menyebabkan

    Stainless Steel mudah korosi.3,4,15

    2. Ferritik Stainless Steel

    Alloy ini adalah tipe AISI 400 dengan sifat ketahanan korosi yang cukup baik

    walaupun tidak sebaik austenitik SS disebabkan kandungan kromium yang lebih

    rendah. Komposisinya mengandung kromiun 11,5-27%, karbon 0,20% dan tanpa

    Nikel.3 Walaupun banyak digunakan dalam bidang industri, tetapi alloy ini jarang

    digunakan dalam bidang kedokteran gigi.

    3. Martensitik Stainless Steel

    Tipe Martensitik Stainless Steel dapat dikeraskan dengan cara dipanaskan (heat

    treatment) sehingga memiliki sifat kekerasan yang baik, tetapi ketahanan korosi

  • 8

    Universitas Indonesia

    paling rendah dibandingkan austenitik dan ferritik SS. Komposisinya mengandung

    kromium 12-14%, Molybdenum 0,2-1%, Nikel 0-2%, dan karbon 0,1-1%.15

    4. Precipitation Hardening Stainless Steel

    Precipitation hardening (PH) Stainless Steel adalah kombinasi optimal dari

    sifat-sifat tipe martensitik dan austenitik yaitu lebih kuat dan ketahanan korosi yang

    baik. Kekuatan (tensile strength) yang tinggi disebabkan oleh proses heat treatment

    yang menghasilkan presipitat (endapan) salah satu atau lebih elemen Copper,

    Aluminium, Titanium, Niobium dan Molybdenum yang memang ditambahkan ke

    dalam alloy Stainless Steel.18 Tipe 17-4 PH banyak digunakan dalam berbagai bidang

    kedokteran gigi termasuk sebagai bahan dasar braket ortodonti. Komposisi utama tipe

    17-4 PH yaitu kromium 17% dan Nikel 4% dengan penambahan Copper 4% dan

    Niobium 0,3%. 6,8 Menurut penelitian Flores (1994) braket ortodonti dengan bahan

    dasar tipe 17-4 PH memiliki titik yield strength yaitu batas antara deformasi elastik

    dan deformasi plastik yang tinggi.6 Dengan kata lain, braket yang terbuat dari bahan

    dasar 17-4 PH apabila diberikan gaya sebesar 0,2 lbs tidak mudah terjadi deformasi

    permanen sehingga gaya yang dihantarkan tetap stabil. Selain kekuatan dan

    ketahanan korosi yang baik, proses manufaktur lebih mudah dan menghasilkan braket

    dengan ukuran lebih kecil daripada braket Stainless Steel lainnya sehingga estetik

    lebih baik.6

    5. Rangkap (Duplek) Stainless Steel

    Duplex Stainless Steel memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitik dan

    ferritik. Kombinasi dari kedua tipe tersebut menghasilkan kekuatan dua kali lipat

    lebih baik daripada austenitik SS dan tidak mudah fraktur dibandingkan dengan

    ferritik SS.8,19 Selain itu, sifat tahan korosi dalam mulut terutama korosi karena

    gaya/tekanan (stress corrosion cracking ) lebih baik daripada austenitik SS.

    Komposisinya mengandung kromium yang tinggi 18-30%, Molybdenum yang tinggi

    0,1-4,5 % dan Nikel lebih rendah 1,35-6%, , tembaga dan besi. Nitrogen ditambahkan

    untuk menambah kekuatan dan tahan korosi. Tipe 2304 dan 2205 Duplex SS

    digunakan sebagai bahan dasar braket ortodonti dan indikasi untuk pasien yang alergi

  • 9

    Universitas Indonesia

    Nikel. Penelitian oleh Platt dkk (1997) melaporkan bahwa 2205 Duplex SS lebih

    tahan korosi dibandingkan tipe AISI 316L sebagai bahan dasar braket ortodonti. 19

    2.2 Braket Stainless Steel

    Braket ortodonti merupakan salah satu komponen penting piranti ortodonti

    cekat. Braket adalah komponen pasif yang menyalurkan gaya dari kawat ke seluruh

    jaringan pendukung gigi. Braket pertama kali terbuat dari emas yang kemudian

    digantikan oleh material Stainless Steel pada tahun 1930-an. Selain braket Stainless

    Steel, material braket dari plastik dan keramik mulai dikembangkan untuk

    memperbaiki estetik braket.9

    Braket plastik (polikarbonat) pertama kali diteliti oleh Newman tahun 1969.

    Ttetapi, kepopuleran braket ini tidak dapat bertahan lama dan menurut Tamizharasi

    dkk (2010) bahwa braket plastik mudah terjadi diskolorosasi pada enamel akibat

    penyerapan air dan mudah terjadi deformasi saat aplikasi gaya torque.20 Upaya untuk

    memperbaiki kekuatan braket yaitu mengkombinasikan material dengan keramik atau

    logam.

    Braket keramik dipasarkan tahun 1987 dan disambut baik oleh kalangan

    ortodontis. Walaupun secara estetik baik, tetapi kurang memberikan hasil klinis yang

    memuaskan.20 Kapur (2004) melaporkan bahwa braket keramik mudah terjadi fraktur

    terutama saat diberi gaya lingual torque dibandingkan braket Stainless Steel.5

    Penelitian lainnya yaitu oleh Nishio dkk (2009) membuktikan bahwa braket keramik

    mudah fraktur ketika pasien mengunyah makanan keras dan menyebabkan lapisan

    tipis enamel gigi yang menempel pada braket ikut retak saat debonding. Upaya

    mengatasi kekurangan tersebut yaitu dengan mengganti slot pada braket keramik

    dengan slot yang terbuat dari logam Stainless Steel.21 Harga bahan dasar braket

    keramik dan proses manufakturnya yang sulit menyebabkan harga braket mahal.

    Beberapa literatur melaporkan bahwa braket yang terbuat dari Stainless Steel

    dapat menerima gaya torque sebesar 100-200 gm-cm tanpa terjadi fraktur

    dibandingkan braket keramik atau braket plastik.11,20 Oleh karena itu, meskipun

    secara estetik kurang baik, braket Stainless Steel masih menjadi pilihan utama

  • 10

    Universitas Indonesia

    ortodontis karena mempunyai banyak keunggulan baik dalam sifat mekanik maupun

    fisik apabila dibandingkan dengan braket keramik atau plastik.8,20

    2.2.1 Manufaktur Braket Stainless Steel

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat dari braket adalah proses

    manufaktur, komposisi alloy dan brazing. Metode dasar manufaktur braket Stainless

    Steel umumnya melalui penggilingan (milling) atau pengecoran (casting). Namun,

    dalam beberapa tahun terakhir ditemukan metode terbaru yaitu metal injection

    molding (MIM), yang kemudian lebih sering digunakan untuk manufaktur braket

    ortodonti dibandingkan kedua proses lainnya. Proses penggilingan menggunakan

    mata pisau untuk memotong batangan atau pipa logam, dapat menyebabkan

    permukaan slot braket lebih kasar. Manufaktur braket melalui proses pengecoran

    (casting) yaitu bahan dasar dilelehkan dalam tungku listrik, lalu baja leleh tersebut

    dicor ke dalam cetakan.10 Biaya manufaktur melalui proses pengecoran paling mahal

    dibandingkan teknik MIM dan penggilingan. MIM lebih ekonomis dibandingkan

    kedua proses tradisional tersebut, karena bahan dasar yang dibutuhkan untuk

    membuat bahan mentah lebih murah dan juga limbah dari bahan mentah dapat diolah

    kembali. Pengecoran (casting) menghasilkan produk braket yang presisi, akan tetapi

    membutuhkan biaya paling mahal karena logam yang digunakan lebih banyak dan

    tidak dapat memproduksi dalam jumlah banyak. Sementara penggilingan (milling)

    kurang menghasilkan produk braket dengan ukuran yang presisi. Selain lebih murah,

    MIM menghasilkan braket dalam bentuk satu kesatuan (single piece appliance),

    sehingga dapat mencegah terjadinya korosi.10,22 Namun, kekurangan proses MIM

    berdasarkan penelitian oleh Zinelis dkk (2005) dilaporkan bahwa terjadi porus pada

    beberapa braket yang mungkin disebabkan penyusutan saat proses sintering

    (pemanasan tanpa menyebabkan meleleh).23 Walaupun proses MIM merupakan

    teknologi terbaru dan kompetitif dalam manufaktur braket, akan tetapi masih

    diperlukan penelitian klinis dan laboratorik untuk lebih menyempurnakan proses

    tersebut.23,24 Menurut Gioka dkk (2004) manufaktur slot braket yang buruk dapat

    menyebabkan masuknya partikel logam, terbentuknya cekungan (groove) dan goresan

  • 11

    Universitas Indonesia

    sehingga mengurangi area kontak antara kawat dengan dinding slot braket sehingga

    gaya yang disalurkan juga berkurang.12 Kapur (2004) menyimpulkan juga bahwa

    kualitas manufaktur braket yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat

    menambah resistensi braket terhadap gaya torque, sehingga tidak mudah terjadi

    deformasi permanen pada slot braket.25

    2.2.1.1 Metal Injection Molding (MIM)

    Metai Injection Molding mulai berkembang di Amerika pada awal tahun 1980-an

    dan menjadi terobosan di bidang industri untuk memproduksi bagian-bagian kecil

    dengan bentuk yang rumit. Dalam bidang ortodonti, beberapa piranti seperti braket,

    asesori dibuat dengan proses MIM. Proses MIM adalah metode kompaksi dari

    campuran serbuk logam dengan polimer yang kemudian di injeksikan ke dalam

    cetakan. Metode ini dapat menghasilkan braket dengan toleransi yang akurat, karena

    penyusutannya terjadi konsisten dan dapat diperhitungkan dalam desain cetakan.23,26

    Tahap pertama yaitu persiapan bahan mentah yang terdiri dari campuran bubuk

    logam 55-65% dengan bahan pengikat 45-35%, dilanjutkan tahap kedua dengan

    injeksi bahan mentah ke dalam cetakan (green part). Selanjutnya pada tahap ketiga

    cetakan yang berisi green part dipanaskan atau dilarutkan dengan air untuk

    menghilangkan bahan pengikat yang disebut juga debinding dan dihasilkan cetakan

    brown part. Pada tahap ini dilakukan proses pemanasan (age hardening).23,26,27 Tahap

    ini sebaiknya dilakukan hati-hati, karena suhu, waktu dan tingkat pendinginan yang

    diaplikasikan dapat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik Stainless Steel.27 Tahap

    terakhir yaitu proses sintering brown part pada suhu 14000C. Penyusutan yang terjadi

    pada tahap ini sekitar 17-22% dari bentuk awal, oleh karena itu bahan mentah pada

    tahap awal dibuat lebih besar 17-22% (Gambar 1).23-26.

  • 12

    Universitas Indonesia

    Gambar 1. Manufaktur braket dengan proses Metal Injection Molding.(Sumber: Zinelis, 2005)23

    Menurut Staffolani (1999), beberapa pabrik menggunakan jenis alloy yang

    bervariasi dalam membuat braket dengan teknik MIM.28 Namun, komposisi elemen

    dalam alloy yang digunakan memiliki pengaruh terhadap biokompatibel, resisten

    korosi dan pelepasan ion dari piranti ortodonti tersebut. Braket ortodonti yang

    diproduksi melalui teknik MIM merupakan bentuk tunggal dengan dimensi toleransi

    yang ketat yaitu 0,3% sehingga lebih tahan korosi dibandingkan melalui teknik

    brazing dan 97 % nilai kepadatan hampir sama dengan kepadatan material

    dasarnya.24 Kerugian teknik ini adalah porus pada permukaan braket yang mungkin

    disebabkan penyusutan green part saat proses pelelehan. Walaupun secara teori

    disebutkan memiliki nilai kepadatan yang baik, tetapi faktor lainnya seperti jenis

    bubuk, metode debinding, suhu dan waktu untuk tahap pelelehan dapat memberikan

    efek porus selama proses manufaktur. 23,26

    Porus pada braket ortodonti dapat mengurangi sifat mekanis contohnya

    kekerasan dan tahan korosi. Kekerasan (hardness) yang berkurang terutama pada

    komponen sayap mempengaruhi distribusi gaya torque dari kawat ke struktur

    jaringan pendukung gigi sehingga ekspresi torque tidak maksimal. Hal ini disebabkan

    karena kontak maksimal antara dinding slot dengan kawat berkurang dan mudahnya

  • 13

    Universitas Indonesia

    terjadi deformasi permanen sayap braket (Gambar 2).24 Oleh karena itu, kontrol

    kualitas produk braket dengan teknik MIM dari beberapa pabrik sebaiknya

    mencantumkan informasi mengenai bahan dasar yang digunakan dan tahapan proses

    manufaktur.24

    Gambar 2. Scanning Electron Microscopy dari braket dengan teknik MIM menunjukkan

    porusitas permukaan yang luas.(Sumber: Eliades, 2009)24

    2.2.1.2 Brazing pada Braket Stainless Steel

    Brazing adalah proses sambungan dua logam dengan memanaskan dan

    menambahkan logam pengisi (filler). Dalam bidang material ortodonti, metode

    brazing biasanya digunakan untuk perekatan titik-titik retensi (mesh) ke dasar braket

    dan penyambungan antara dasar braket dengan komponen sayap. Metode ini dapat

    mengkombinasikan sifat tertentu dari alloy, contohnya alloy dengan sifat yang lebih

    kaku digunakan untuk brazing komponen sayap sehingga tidak mudah patah saat

    menerima gaya dan alloy yang lebih lentur digunakan untuk komponen dasar braket

    sehinga mempermudah ortodontis saat proses pelepasan braket (debonding).24

    Kualitas penyambungan dengan metode ini dipengaruhi oleh pengetahuan optimal

    mengenai prosedur brazing, suhu yang dibutuhkan, logam pengisi dan bahan flux.

  • 14

    Universitas Indonesia

    Logam pengisi yang digunakan yaitu perak, emas, Nikel dan tembaga (Gambar

    3).24,29

    Gambar 3. Braket yang terdiri dari komponen sayap dan dasar braket yang disambung dengan

    brazing alloy. (Sumber:Zinelis, 2005)23

    Logam pengisi perak digunakan dalam bidang industri termasuk ortodonti.

    Tetapi, proses brazing dengan perak pada logam Stainless Steel menyebabkan

    terlepasnya ion tembaga (Copper) dan Zinc yang berbahaya dalam rongga mulut. 10,24

    Penelitian oleh Zinelis dkk (2004) melaporkan bahwa alloy brazing yang

    mengandung ion tembaga dan Zinc memiliki efek sitotoksik yang tinggi dan

    berbahaya untuk pasien ortodonti.29 Proses brazing menggunakan pemanasan dengan

    suhu yang tinggi yaitu 540-8700C sehingga terbentuk endapan kromium karbid yang

    dapat menyebabkan korosi pada logam Stainless Steel. Korosi yang terjadi dapat

    menyebabkan patahnya komponen sayap dari dasar braket saat perawatan ortodonti

    ataupun saat proses melepaskan braket (debonding). 22

    Penelitian dikembangkan untuk menemukan logam pengisi yang lebih aman

    digunakan pasien ortodonti. Beberapa manufaktur menggunakan emas dengan

    kelebihannya yaitu titik persambungan dasar braket dengan komponen sayap lebih

    lentur, kuat dan tidak mudah patah. Namun, bahan dasar emas ini juga masih

    menyebabkan korosif terutama di perekatan mesh pada dasar braket karena Stainless

    Steel tidak semurni emas sehingga terjadi pelepasan ion-ion dalam logam Stainless

  • 15

    Universitas Indonesia

    Steel. Pelepasan ion dari material ortodonti termasuk braket merupakan hal yang

    harus dihindari karena dapat menyebabkan reaksi alergi dan efek sitotoksik pada

    pasien.24,29

    Bahan dasar lain yang dapat digunakan pada proses brazing braket ortodonti

    adalah Nikel dan tembaga. Nikel kurang biokompatibel karena pelepasan ion Nikel

    dapat menyebabkan reaksi alergi tingkat tinggi. Sementara, bahan dasar tembaga

    sangat dibatasi karena mudah terlepasanya ion Copper (Cu) ke dalam rongga mulut.

    Selain bersifat toksik, pelepasan ion-ion tersebut dapat menyebabkan berkurangnya

    kekuatan sambungan terutama antara komponen dasar braket dengan sayap sehingga

    mempengaruhi struktur integritas braket. Pemilihan bahan dasar brazing yang optimal

    untuk manufaktur braket ortodonti adalah hambatan dalam teknik ini, karena bahan

    dasar tersebut harus memenuhi kriteria metalurgi untuk pencampuran dengan

    Stainless Steel, resisten korosi, menghasilkan kekuatan mekanik di area

    persambungan terutama antara komponen sayap dengan dasar braket dan bebas dari

    elemen yang bersifat toksik seperti Kadmiun, Nikel, Tembaga, Zinc. 22,24

    Berdasarkan uraian diatas, berbagai jenis bahan dasar brazing yang digunakan

    dengan Stainless Steel tidak memberikan kualiats braket yang ideal dan bersifat

    korosif. Oleh karena kelemahan tersebut maka mulai diperkenalkan teknik baru yaitu

    laser welded. 22

    2.2.1.3 Laser Welded pada Braket Stainless Steel

    Pengelasan (welding) adalah penyatuan dua logam dengan mengaplikasikan

    panas, tekanan atau keduanya tanpa menambahkan logam filler. Teknik welding ada

    tiga yaitu spot welding, pressure welding dan laser welding. Laser welded

    diperkenalkan untuk manufaktur braket Stainless Steel sebagai alternatif metode

    brazing. Laser welded adalah penyatuan dua logam dengan sinar intensitas tinggi dan

    koheren yang difokuskan pada area persambungan untuk melelehkan kedua

    permukaan logam.30 Metode ini menyatukan komponen sayap dengan dasar braket

    lebih sempurna, terlihat batas antara persambungan lebih jelas (Gambar 4).22

  • 16

    Universitas Indonesia

    Gambar 4. Foto tiga dimensi manufaktur braket dengan metode laser welded . (Sumber: Eliades T, 2007)22

    Keuntungannya dibandingkan metode brazing adalah area persambungan

    lebih baik sehingga sifat mekanis yang lebih baik dan lebih tahan korosi.22

    Biokompatibilitas dibuktikan pada penelitian oleh Sestini dkk (2006) yang

    menemukan bahwa terdapat toleransi yang baik dari sel osteoblas, fibroblas, dan

    keratinocytes terhadap laser welding. Selain digunakan untuk menyatukan komponen

    sayap dengan dasar braket, teknologi laser juga digunakan untuk membentuk mesh

    braket. Permukaan dasar braket yang halus diberi perlakuan berupa sinar laser

    Nd:YAG untuk menciptakan retensi untuk bahan adhesif. Sinar laser yang

    dipancarkan akan melelehkan dan menguapkan logam, serta membentuk lubang

    retensi pada permukaan dasar braket (Gambar 5).31

    Gambar 5. Scanning electron micrographs dari mesh braket yang dibuat dengan laser dan mesh

    braket normal . (Sumber : Sorel, 2002)31

    Perkembangan teknik laser welded untuk manufaktur braket berjalan pesat

    sejalan dengan meningkatnya kualitas braket ortodonti yang lebih ideal. .

  • 17

    Universitas Indonesia

    2.3 Kawat Stainless Steel

    Kawat adalah komponen aktif dari piranti ortodonti karena menghasilkan gaya

    untuk menggerakkan gigi. Jenis alloy yang pertama kali digunakan sebagai kawat

    ortodonti adalah emas pada awal abad 20. Penemuan Stainless Steel ditahun 1930

    mulai diaplikasikan untuk bahan dasar dalam bidang ortodonti. Kawat Stainless Steel

    mulai menggantikan kawat emas karena memiliki kekuatan, daya pegas yang lebih

    baik, sifat tahan korosi dan harga lebih murah. Selain itu, kawat Stainless Steel dapat

    dibentuk, kekakuan baik dan biokompatibel. Jenis alloy lain yang sekarang digunakan

    untuk kawat ortodonti yaitu Nikel Titanium dan Beta Titanium. Variasi dari

    komposisi dan manufaktur setiap alloy menghasilkan sifat mekanis yang berbeda-

    beda, sehingga penggunaan jenis kawat disesuaikan dengan tahap perawatan

    ortodonti dan tujuan pergerakkan gigi yang direncanakan. 32

    Komposisi alloy Stainless Steel yang paling sering digunakan untuk

    manufaktur kawat ortodonti adalah tipe austenit 18-8 (18% kromium dan 8 %

    Nikel).33 Walaupun beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa alloy

    Stainless Steel tipe 17-4 PH (Precipitation Hardening) memiliki yield strength yang

    lebih tinggi dan resilien yang lebih baik dibandingkam alloy kawat Stainless Steel

    yang biasa digunakan, akan tetapi tipe alloy ini kurang digemari sebagai kawat

    ortodonti.19,33

    Kawat ortodonti Stainless Steel terdiri dari penampang bulat berukuran .014,

    .016, .018 dan penampang rektangular berukuran .016x.016, .016x.022,

    .017x.025, .018x.025, .019x.025 dan .021x.025. Variasi dimensi tersebut

    mengindikasikan bahwa kawat Stainless Steel dapat digunakan pada semua tahap

    perawatan. Kawat Stainless Steel penampang bulat digunakan pada tahap awal

    perawatan dengan aplikasi bending agar lebih lentur sehingga dapat masuk ke posisi

    gigi yang tidak beraturan. Sejak diperkenalkan sistem straight wire oleh Andrew

    tahun 1979 maka mulai berkembang jenis alloy lain yaitu Nikel Titanium. Kawat

    Stainless Steel masih digunakan dalam tahap awal perawatan karena harga lebih

    murah dan biokompatibel terutama untuk pasien yang alergi terhadap Nikel.16,20,32

  • 18

    Universitas Indonesia

    Kawat penampang rektangular digunakan pada tahap retraksi dan tahap akhir

    perawatan ortodonti. Salah satu pergerakkan gigi dalam tahap akhir perawatan

    ortodonti adalah pergerakkan akar gigi arah fasio/bukolingual (torque). Pergerakkan

    torque membutuhkan kawat rektangular yang berukuran hampir sama dengan slot

    braket yang digunakan.25,32 Alternatif lain untuk pergerakkan torque dapat

    menggunakan kawat Beta Titanium. Menurut OBrien (1997), kawat Beta Titanium

    memiliki sifat kekakuan (modulus elastisitas) lebih rendah dibandingkan Stainless

    Steel, tetapi kemampuan menyimpan energi (resilien) lebih besar. Hal tersebut

    mempengaruhi perbedaan klinis antara kawat Stainless Steel dengan Beta Titanium

    saat aplikasi gaya torque.32 Sifat mekanis akan dibahas lebih rinci dalam bab

    selanjutnya.

    2.3.1 Manufaktur Kawat Stainless Steel

    Manufaktur kawat ortodonti Stainless Steel diproses melalui beberapa tahap yaitu

    pelelehan (melting), pengecoran (casting), penggulungan (rolling) dan penarikan

    kawat (drawing).3,9

    1. Pelelehan (melting)

    Sifat fisik material dipengaruhi oleh proses/tahapan manufakturnya, pemilihan

    bahan mentah untuk di olah dan teknik pelelehan. Suhu yang dibutuhkan

    tergantung dari titik leleh jenis Stainless Steel yang digunakan sebagai bahan

    mentah. Teknik pelelehan bisa menggunakan tungku atau vakum leleh. Menurut

    Thompson (2000), teknik vakum leleh dapat mempertahankan homogenitas

    struktur kimia dibanding dengan alat tungku.34

    2. Pengecoran (Casting)

    Pengecoran Stainless Steel yang sudah dilelehkan yaitu dengan menuangkan ke

    dalam cetakan lalu didinginkan (cold working) sehingga diperoleh bentuk batang

    (ingot). Mikrostruktur ingot terdiri dari kristal-kristal yang mempengaruhi sifat

    mekanis yang akan dihasilkan. Proses dan suhu pendinginan (cold working)

    menyebabkan terbentuk kristal baru yang menggumpal di permukaan ingot.

  • 19

    Universitas Indonesia

    Struktur kristal logam yang dihasilkan dalam setiap tahap proses manufaktur

    akan mempengaruhi sifak fisik dan mekanis kawat Stainless Steel. 9

    3. Penggulungan (Rolling) dan Penarikan Kawat (Drawing)

    Tahap mekanik yang pertama yaitu menggulung ingot menjadi batang logam

    yang panjang dengan diameter lebih kecil. Penggulungan kawat menyebabkan

    ikatan antar kristal sangat kuat. Setelah penggulungan dilakukan penarikan kawat

    dengan memasukkan kawat yang sudah digulung ke lubang kecil sehingga

    dihasilkan kawat ortodonti. Walaupun struktur kristal tidak mengalami

    perubahan saat proses penggulungan dan penarikan, tetapi proses tersebut

    dilakukan berulang kali dan dapat menyebabkan keretakan di permukaan. Untuk

    mengatasi hal tersebut dilakukan annealing yaitu proses pemanasan dan

    pendinginan dengan suhu dan waktu yang terkontrol.3,4 Proses pemanasan (heat

    treatment) bertujuan untuk menghilangkan tegangan sehingga mengurangi

    kemungkinan patah dan menambah resilien kawat. Perubahan ukuran kristal saat

    pemanasan dan pendinginan dapat dikontrol dengan suhu dan waktu yang sesuai.

    Suhu untuk pemanasan tergantung dari titik leleh jenis Stainlees Steel yang

    digunakan, biasanya dengan suhu 4000C-5000C selama 30 menit.9,33 Sifat

    mekanis Stainless Steel banyak dipengaruhi oleh proses manufaktur logam

    tersebut. Oleh karena itu, pabrik pembuat kawat ortodonti harus menjalankan

    prosedur manufaktur kawat sesuai standar sehingga dihasilkan kawat ortodonti

    yang berkualitas.

    Kawat rektangular dibuat dengan cara menggulung kawat bulat dan membentuknya

    menjadi rektangular. Hal ini menyebabkan tepi kawat rektangular bulat dan

    mempengaruhi interaksi dengan slot braket yang akan dibahas lebih lanjut di bab

    berikutnya. 33

    2.4 Sifat Mekanis Stainless Steel

    Sifat mekanis suatu material adalah sifat yang berhubungan dengan gaya atau

    energi dari material tersebut. Sifat mekanis tersebut menggambarkan keuntungan,

    kerugian, dan keunikan dari suatu material. Terminologi mengenai beberapa sifat

  • 20

    Universitas Indonesia

    mekanis material akan dijelaskan khususnya sifat mekanis yang dimiliki Stainless

    Steel. Sifat mekanis diukur berdasarkan kemampuan material untuk mencegah

    terjadinya deformasi permanen dan fraktur ketika diberi gaya.3 Menurut Thurow

    (1972) ada tiga karakteristik dasar yang diutamakan dalam perawatan ortodonti yaitu

    kekakuan/modulus elastisitas (stiffness), kekuatan (strength) dan working range.9

    Modulus ini dianggap sebagai ukuran kekakuan material. Semakin besar nilai

    modulus elastisitas maka semakin kaku suatu material. Modulus elastisitas (E) adalah

    rasio dari stress dan strain.. Stress adalah daya tahan material terhadap gaya yang

    diberikan (gaya/unit area), sedangkan strain adalah fraksi perubahan dimensi karena

    adanya gaya (defleksi/panjang unit). Pengukuran sifat mekanis dapat digambarkan

    melalui kurva Stress-strain (Gambar 6).3,35

    Kekuatan (strength) dari suatu material ditentukan dari nilai proportional

    limit, yield strength (yield point) dan ultimate tensile strength Ketiganya

    menunjukkan deformasi elastis, deformasi permanen dan kombinasi deformasi elastis

    dan permanen. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk akibat diberi gaya sampai

    batas proporsional (proportional limit) yang apabila gaya dihilangkan maka kembali

    ke bentuk semula. Deformasi elastis terjadi bila stress dan strain masih sebanding.

    Saat terjadi deformasi elastis, ada kemampuan untuk menyimpan energi yang disebut

    resilien. Apabila material diregangkan melebihi batas elastik, maka material tersebut

    tidak akan kembali ke bentuk semula atau mengalami deformasi plastis/permanen.9

    Jarak/ besarnya aktivasi elastik sebelum terjadi deformasi permanen disebut working

    range, hal ini menentukan kemampuan material untuk mempertahankan

    kelenturannya sehingga dapat mengerakkan gigi yang malposisi. Jadi, deformasi

    plastis/permanen adalah perubahan bentuk yang menetap/permanen akibat gaya yang

    melebihi yield strength dan terjadi bila stress dan strain sudah tidak sebanding.3,9,33

    Kombinasi deformasi elastis dan permanen ditunjukkan melalui titik yield

    strength, yaitu batas antara deformasi elastik dan deformasi plastik atau sudah terjadi

    deformasi plastik (0,1%). contohnya apabila kawat dibengkokan atau dipuntir dengan

    gaya diatas dari titik yield strength, maka tidak akan kembali ke bentuk semula. Titik

    ultimate tensile strength yaitu batas kemampuan material dalam menerima gaya

  • 21

    Universitas Indonesia

    maksimum yang dicapai setelah terjadi deformasi permanen sampai material patah.

    Jarak dari titik yield strength sampai titik kegagalan (failure point) menunjukkan

    kemampuan kawat untuk dibengkokkan sampai kawat tersebut patah atau besarnya

    deformasi permanen sebelum kawat patah. 35

    Gambar 6. Kurva Stress-strain kawat ortodonti. (Sumber : Proffit, 2007)35

    Karakteristik lainnya adalah kekerasan (hardness) yaitu kemampuan material

    untuk menerima deformasi permanen tanpa mengalami patah. Kekerasan suatu

    material berhubungan dengan kekuatan (strength) dan keuletan (ductility). Secara

    umum, apabila kekerasan dan kekuatan meningkat, maka keuletan akan berkurang.

    Oleh karena itu, beberapa manufaktur mencoba menghasilkan material yang

    rmemiliki kekuatan dan kekerasan yang baik tanpa mengurangi keuletan.36

    Stainless steel yang digunakan sebagai bahan dasar material kawat ortodonti

    memiliki keunikan, keuntungan dan kerugian dibandingkan jenis kawat lainnya.

    Stainless Steel memiliki nilai modulus elastisitas berkisar 160-180 Gpa, yang

    dipengaruhi proses manufaktur, komposisi alloy (terutama kandungan karbon), proses

    wire drawing dan heat treatment.3,4,33 Modulus elastisitas Stainless Steel paling tinggi

    diantara alloy lain yang digunakan dalam bidang ortodonti, contohnya Kobalt

    Kromiun Nikel, Beta Titanium dan Nikel Titanium sehingga lebih kaku dan gaya

  • 22

    Universitas Indonesia

    yang dihasilkan besar.37 Nilai yield strength juga lebih tinggi dibandingkan jenis

    kawat ortodonti lainnya dan bervariasi yaitu 1100-1500 Mpa sehingga kawat

    Stainless Steel lebih mudah dibengkokkan. Nilai yield strength dapat meningkat

    menjadi 1700 Mpa setelah proses heat treatment.33,37 Menurut Brantley (2001),

    perbedaan saat proses heat treatment dapat mempengaruhi kandungan karbon dalam

    alloy Stainless Steel sehingga mempengaruhi sifat mekanis yang dihasilkan material

    tersebut.4 Jadi, keuntungan sifat mekanis yang dimiliki Stainless Steel adalah lebih

    ekonomis, biokompatibel, mudah dibengkokkan, dapat disolder dan welding,

    sedangkan kerugiannya adalah gaya yang dihasilkan besar, kurang lentur dan gaya

    defleksi kecil.3,4 Berdasarkan sifat mekanis yang dimiliki kawat Stainless Steel, maka

    kawat tersebut sering digunakan dalam tahap retraksi anterior dan tahap penyelesaian

    contohnya unruk memperoleh ekspresi torque dan koordinasi lengkung gigi.33

    Tabel 1. Perbandingan sifat mekanis alloy yang digunakan sebagai kawat ortodonti. (Sumber:Ferracane, 2001)37

    Stainlees Steel yang digunakan sebagai bahan dasar braket juga memiliki

    keuntungan dan kerugian dibandingkan material lainnya seperti keramik, plastik dan

    Titanium.5,8,20 Komposisi dan proses manufaktur yang ideal menghasilkan beberapa

    keuntungan sifat mekanis braket Stainless Steel yaitu lebih kuat, tidak mudah

    deformasi permanen, tahan korosi dan biokompatibel.8 Oleh karena itu, Stainless

    Steel cocok digunakan sebagai bahan dasar braket ortodonti. 8

  • 23

    Universitas Indonesia

    2.5 Braket Edgewise

    2.5.1 Sejarah Braket Edgewise

    Awal abad tigapuluh, Edward H. Angle memperkenalkan ortodonti melalui 4

    sistem yaitu E-arch, Pin and Tube, Ribbon arch dan mekanisme edgewise. E-arch

    yaitu desain lengkung kawat berdiameter besar dengan ligatur di setiap gigi dan

    molar band di gigi molar juga screw untuk ekspansi lengkung rahang sehingga

    dicapai oklusi yang baik (Gambar 7). Namun, kegagalan dari sistem E-arch yaitu

    hubungan aksial gigi yang tidak baik. Angle menyimpulkan bahwa pergerakkan gigi

    sebaiknya bodily agar hasil perawatan lebih stabil sehingga dikembangkan desain

    piranti Pin and Tube. Dalam perkembangannya ternyata piranti ini kurang efisien

    karena Pin harus di solder sesuai dengan aksial setiap gigi sehingga membutuhkan

    waktu yang lama saat kontrol (Gambar 8).16,38

    A B

    Gambar 7. Piranti Angless E arch. (Sumber:Graber, 2000)38

  • 24

    Universitas Indonesia

    Gambar 8. Piranti Angles Pin and Tube . (Sumber:Graber, 2000)38

    Sistem ketiga yaitu Ribbon arch dengan slot vertikal yang lebih mudah

    digunakan dibandingkan kedua sistem sebelumnya, akan tetapi kontrol akar sangat

    minimal sehingga pergerakkan gigi hanya tipping (Gambar 9).38 Berdasarkan

    kegagalan dari piranti sebelumnya, Angle mengganti desain braket menjadi slot

    horisontal yang kemudian dikenal slot edgewise. Istilah edgewise mengacu pada

    kemampuan braket tersebut untuk menerima kawat berpenampang melintang

    segiempat dengan dimensi terbesar horisontal.39 Awalnya braket edgewise standar

    hanya memiliki satu sayap dengan slot berbentuk rektangular dan tiga dinding yang

    berukuran .022x.028 inchi . Desain braket seperti ini menjadi pilihan utama piranti

    ortodonti cekat sampai tahun 1970an (Gambar 10).9,39

    Gambar 9. Piranti Angles Ribbon Arch. (Sumber:Graber, 2000)38

  • 25

    Universitas Indonesia

    Gambar 10. Braket edgewise standar dengan satu sayap. (Sumber : Thurow, 1972)9

    Tahun 1930 Angle meninggal dunia dan perkembangan sistem edgewise

    dilanjutkan oleh muridnya yaitu Charles H Tweed. Braket edgewise di modifikasi

    menjadi dua sayap (twin braket) dengan dua alur kawat yang terpisah (Gambar 11).

    Braket edgewise awalnya hanya memiliki satu ukuran slot .022 karena saat itu kawat

    yang digunakan terbuat dari emas. Perkembangan material kawat Stainless Steel saat

    itu menghasilkan pemikiran untuk membuat braket dengan slot .018, dengan alasan

    mengurangi jarak antar braket sehingga kawat lebih fleksibel dan gaya lebih ringan. 9,16

    Gambar 11. Braket edgewise standar dengan dua sayap (twin braket).

    (Sumber: Thurow, 1972)9

  • 26

    Universitas Indonesia

    Perkembangan braket sistem edgewise standar kemudian diperbaharui oleh

    Lawrence Andrews pada tahun 1976. Andrews meneliti mengenai prinsip oklusi ideal

    dan kemudian merevolusi braket edgewise standar menjadi braket preadjusted

    edgewise. Berbeda dengan sistem edgewise standar yang menggunakan wire bending,

    sistem modern edgewise atau dikenal juga straight wire mulai mengaplikasikan

    preskirpsi braket untuk setiap gigi. Preskripsi yang diaplikasikan ke braket yaitu

    angulasi slot untuk koreksi mesiodistal, inklinasi dasar braket untuk memperoleh

    torque dan jarak dari dasar braket ke dasar slot sebagai koreksi posisi in-out gigi. 2,12

    Prinsip sistem modern edgewise adalah memperoleh posisi akurat gigi dengan

    preskripsi braket yang berbeda-beda untuk setiap gigi sehingga mengurangi

    kebutuhan wire bending. Andrews membuat beberapa serial braket untuk kasus tanpa

    pencabutan dan dengan pencabutan. Hal ini kurang efisien dan ekonomis karena

    ortodontis harus stok braket dalam jumlah yang banyak.2 Selanjutnya, Ronald Roth

    merekomendasikan untuk menggunakan hanya satu serial braket Andrew dengan

    preskripsi untuk kasus pencabutan. Roth (1979) menambahkan torque pada segmen

    anterior rahang atas dan tip pada gigi kaninus.2,12,20

    Perkembangan terbaru yaitu braket preskripsi MBT yang diperkenalkan oleh

    Richard McLaughlin, John Bennet dan Hugo Trevisi tahun 1990. Preskripsi MBT

    memiliki perbedaan dengan preskripsi Roth dan Andrews yaitu penambahan torque

    di segmen anterior rahang atas dan lingual crown torque di segmen anterior rahang

    bawah. Pengurangan tip pada braket preskripsi MBT di rahang atas bertujuan untuk

    mengurangi kebutuhan penjangkaran.20

    2.5.2 Prinsip Perawatan dengan Sistem Edgewise

    Pergerakkan gigi dalam ortodonti ada tiga bidang yaitu oklusogingival,

    mesiodistal dan labio atau bukopalatal. Pergerakkan gigi pada perawatan ortodonti

    diperoleh dari gaya aktif kawat yang didistribusikan ke gigi dan struktur jaringan

    pendukungnya. Kawat ortodonti Stainless Steel memiliki dua jenis penampang yaitu

    bulat dan rektangular, keduanya digunakan dalam sistem edgewise. Mekanoterapi

  • 27

    Universitas Indonesia

    perawatan ortodonti untuk memperoleh posisi gigi yang ideal biasanya di buat

    tekukan pada kawat (wire bending).9,39

    Jika dipakai kawat penampang bulat, maka gigi bebas bergerak di sekeliling

    kawat atau disebut juga pergerakkan tipping, sedangkan dengan kawat penampang

    rektangular maka pergerakkan gigi lebih terkontrol karena gaya friksi/gesek antara

    kawat dengan slot bertambah besar.39 Sistem edgewise membagi tekukan (bending)

    menjadi tiga yaitu first order bend, second order bend dan third order bend.2,35,38

    First order bend yaitu tekukan pada kawat untuk kompensasi perbedaan

    ketebalan kontur permukaan labial gigi atau posisi in-out gigi. Menurut Graber

    (2000), first order bend mempengaruhi ekspansi lengkung gigi. First order bend pada

    piranti braket edgewise modern dipreskripsikan ke dasar braket. Hal ini mengurangi

    kebutuhan tekukan pada kawat, walaupun untuk beberapa kasus first order bend

    masih dilakukan pada piranti braket edgewise modern.38

    Second order bend adalah salah satu bagian yang penting dalam tahap akhir

    perawatan ortodonti. Tekukan pada kawat dilakukan dalam arah vertikal untuk

    koreksi angulasi arah mesiodistal sehingga diperoleh angulasi yang diinginkan.35,38

    Third order bend atau torque termasuk dalam tahap akhir perawatan ortodonti

    yang diaplikasikan hanya pada kawat rektangular. Gaya torque tersebut diperoleh

    melalui puntiran kawat, sehingga saat diinsersikan ke dalam slot braket memberikan

    pergerakkan akar arah bukolingual.9,35,38 Aplikasi gaya torque dari kawat tidak

    terbatas hanya pada sistem edgewise saja, tetapi masih diaplikasikan juga pada sistem

    preadjusted dengan menambahkan torque pada kawat. Hal ini mungkin disebabkan

    karena ukuran slot braket yang dihasilkan dari proses manufaktur tidak sesuai dengan

    preskripsi awalnya (Gambar 12).40

  • 28

    Universitas Indonesia

    Gambar 12. A: First order bend pada kawat rahang atas (kiri) dan rahang bawah (kanan). B:Second

    order bend pada gigi insisivus rahang atas dan C:Third order bend dengan kawat rektangular. (Sumber: Proffit , 2007)35

    2. 6 Biomekanika Torque di Perawatan Ortodonti

    Menurut Archambault dkk (2010) definisi torque dalam bidang ortodonti yaitu

    perubahan inklinasi arah labio atau bukopalatal akar gigi akibat gaya dari kawat yang

    dipuntir didalam slot braket.11 Thurow (1972) mendefinisikan torque sebagai momen

    dari kawat rektangular yang dipuntir dan kontak dengan slot braket sehingga dapat

    merotasi gigi di sekitar centre of resistance.9 Sedangkan, torsion adalah

    regangan/strain pada kawat yang dipuntir akibat reaksi terhadap gaya torque

    tersebut.9,28 Menurut Isaacson (1993), mekanika third order bend pada piranti

    edgewise yaitu kawat rektangular dimasukkan ke slot braket sehingga menghasilkan

    gaya kopel yaitu dua gaya dengan besar yang sama tetapi berlawanan arah sehingga

    merotasi gigi di sekitar centre of resistance.41 Satuan untuk momen torque yaitu

    gramsentimeter (gmcm) yang berarti besarnya gaya (Force=F) dikali jarak lurus

    antara centre of resistance ke titik aplikasi gaya (Gambar 13).21,41

  • 29

    Universitas Indonesia

    Gambar 13. Kawat rektangular yang dipuntir sehingga menghasilkan gaya kopel untuk

    memperoleh torque pada gigi. (Sumber : Isaacson dkk, 1993).41

    Secara umum, perubahan inklinasi gigi arah labio atau bukopalatal dipengaruhi oleh

    faktor kawat (jenis material kawat, bentuk penampang kawat, dimensi kawat,

    deformasi kawat dan sudut puntir kawat), braket (bahan material, proses manufaktur,

    desain, ukuran slot, bentuk slot, metode ligasi, dan deformasi slot braket), dan

    morfologi gigi.14,21,25 Material braket mempengaruhi kekuatan untuk menerima gaya

    yang diaplikasikan melalui kawat ortodonti. Braket ortodonti dapat terbuat dari

    Stainless Steel, Monokristalin, Polikarbonat dan Titanium.20,42

    Beberapa literatur melaporkan bahwa braket yang terbuat dari Stainless Steel

    dapat menerima gaya torque sebesar 100-200 gmcm tanpa terjadi fraktur

    dibandingkan braket keramik atau braket plastik.12,42 Feldner (1994) menyimpulkan

    bahwa gaya torque yang optimal sebesar 175 gm-cm.42 Sedangkan, menurut Kapur

    dkk (1999) braket titanium memiliki dimensi slot braket yang lebih stabil saat

    diberikan gaya torque dibandingkan braket Stainless Steel.5 Hasil penelitian oleh

    Lacoursiere (2009) menyimpulkan bahwa terjadi pelebaran slot braket Stainless Steel

    setelah aplikasi gaya torque dengan sudut puntir akhir 510, yang berarti terjadi

    deformasi permanen pada slot braket.13 Deformasi slot braket dapat mengurangi

    besarnya gaya torque yang akan dihantarkan ke gigi dan jaringan pendukungnya.11

    Morfologi dan sudut antara sumbu longitudinal akar dan mahkota gigi juga

    mempengaruhi gaya torque yang dihasilkan. Selain itu, jaringan biologis setiap

    individu memberikan respon yang berbeda-beda terhadap gaya torque yang

    dihantarkan.14

  • 30

    Universitas Indonesia

    2.6.1 Torque Gigi Insisivus Atas Kontrol inklinasi gigi insisivus atas arah labiopalatal dengan aplikasi third

    order bend (torque) merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan

    piranti sistem edgewise.41,44 Tujuan torque pada gigi insisivus atas untuk memperoleh

    hasil perawatan dengan senyum lebih estetik dan hubungan insisivus kelas satu

    (overjet dan overbite 2mm). Beberapa literatur menyimpulkan bahwa gaya untuk

    torque gigi insisivus sentral rahang atas yaitu 50-200 gmcm.11,13,14,43

    Andrew (1972) melaporkan bahwa angulasi labiopalatal gigi insivus atas dan

    bawah mempengaruhi oklusi posterior dan lebar lengkung gigi.45 Hipotesis Andrew

    (1972) yaitu apabila torque gigi insisivus kurang adekuat maka akan mempengaruhi

    ruang pada lengkung gigi. Hal ini dilaporkan bahwa apabila empat gigi insisivus

    maksila diberikan palatal root torque sebesar 50 maka dihasilkan ruang 1 mm pada

    lengkung gigi.12,44-46 Kapur (2004) menyimpulkan beberapa faktor lokal yang

    berpengaruh dalam menghasilkan gaya torque yang sesuai yaitu inklinasi normal

    gigi, jarak braket dari tepi insisal mahkota gigi, variasi bentuk anatomi gigi dan

    akurasi pemasangan braket.25

    Untuk memperoleh hubungan segmen bukal kelas I, idealnya angulasi gigi

    insisivus atas terhadap bidang palatal adalah 1100 dan gigi insisivus bawah terhadap

    bidang mandibula 920. Apabila terjadi perubahan angulasi dari nilai 1100, maka relasi

    segmen bukal tidak akan ideal walaupun overjet dan overbite terkoreksi. Hipotesis

    mengenai pengaruh angulasi gigi insisivus terhadap relasi segmen bukal diteliti oleh

    Sangcharearn (2007) yang menyatakan bahwa apabila angulasi gigi insisivus

    bertambah maka hubungan molar cenderung berubah menjadi kelas III, dan

    sebaliknya apabila angulasi gigi insisivus berkurang maka hubungan molar senderung

    menjadi kelas II.46

    Pemberian torque yang tidak sesuai dapat menyebabkan gigi insisivus menjadi

    retroklinasi (undertorqued) sehingga mengurangi ruang yang tersedia di lengkung

    gigi dan menghambat pergerakkan ke distal (retraksi) gigi-geligi anterior.47 Protraksi

    gigi posterior juga dapat menyebabkan efek resiprokal di segmen anterior dan

    menyebabkan kehilangan torque yaitu pergerakkan tipping ke lingual. Menurut

  • 31

    Universitas Indonesia

    Siatkowski (1999) bahwa kehilangan torque pada segmen anterior sebesar 100 dapat

    menyebabkan gigi tipping ke lingual sebesar 2,7 mm dan apabila sebesar 150 maka

    gigi tipping ke lingual 4 mm. Hal ini tentu saja akan merubah hubungan

    anteroposterior khususnya segmen anterior rahang atas dan bawah. Selain itu, senyum

    pasien juga menjadi kurang estetik karena gigi terlihat memanjang (efek retrusif)

    (Gambar 14).47 Kapur (2004) menambahkan bahwa inklinasi ideal gigi di akhir

    perawatan sebaiknya diperhatikan untuk mencegah terjadinya relaps.25

    Gambar 14. Kehilangan torque gigi insisvus atas sebesar 100 dan 150 menyebabkan efek

    retrusif ke lingual sebesar 2,7 mm dam 4 mm. (Sumber: Siatkowski,1999)47

    2.6.2 Interaksi Slot Braket dengan Kawat Stainless Steel dalam Aplikasi Gaya Torque

    Slot braket adalah bagian dari braket untuk tempat perlekatan kawat ortodonti

    dan dinyatakan dalam 1/1000. Ukuran slot braket yang beredar sekarang adalah

    .018x.025 dan .022x.028. Slot braket awalnya pada tahun 1920-an hanya

    diperkenalkan satu ukuran yaitu .022x.028, hal ini karena menyesuaikan jenis kawat

    emas yang digunakan.40 Mekanisme edgewise yang diperkenalkan oleh Angle saat

    itu menitikberatkan pada pergerakkan torque sehingga dikembangkan slot braket

    ukuran .022x.028 yang sesuai dengan ukuran kawat emas .022x.028. Selanjutnya,

  • 32

    Universitas Indonesia

    tahun 1930-an mulai dikembangkan material kawat yang terbuat dari Stainless Steel

    dengan keunggulan sifat pegas lebih baik dan harga lebih murah, tetapi lebih

    kaku.16,40,49 Penggunaan kawat Stainless Steel pada slot .022 berkembang pesat,

    tetapi dikhawatirkan gaya yang dihantarkan menjadi lebih besar sehingga terjadi

    kerusakkan jaringan pendukung gigi. Hal tersebut mendorong pemikiran untuk

    membuat braket dengan slot .018, sehingga kawat Stainless Steel lebih fleksibel dan

    gaya lebih ringan. Braket slot .018 mulai diperkenalkan pada tahun 1955, yang

    kemudian dilanjutkan dengan penemuan ukuran kawat yang lebih kecil. Hal ini

    adalah perkembangan pemikiran peneliti yang ingin memperbaiki sistem perawatan

    ortodonti saat itu sehingga lahirlah sistem light wire.40,49

    Karakteristik slot braket yang ideal yaitu memilki kekakuan dan kekerasan

    sehingga dapat menerima gaya yang diaplikasikan dari kawat, tidak mudah deformasi

    plastis dan fraktur. Permukaan slot sebaiknya tidak terlalu kasar dan tidak porus agar

    saat pemberian gaya torque kawat dapat berkontak penuh dengan dinding slot

    braket.12,24,42 Proses manufaktur braket yang berbeda-beda mempengaruhi

    karakteristik dan akurasi ukuran slot. Bahkan, walaupun proses manufakturnya sama

    untuk satu merk braket tetapi ukuran slot dapat berbeda-beda.42 Material slot braket

    dari Stainless Steel jarang fraktur, tetapi terjadi deformasi plastis. Deformasi plastis

    saat pemberian gaya torque menyebabkan gaya yang dihantarkan berkurang sehingga

    pergerakkan gigi terhambat .21,22

    Ekspresi maksimal torque diperoleh dengan insersi kawat yang berukuran

    hampir sama dengan ukuran slot braket.43 Tetapi, untuk insersi kawat ke dalam slot

    braket diperlukan selisih antara dimensi vertikal atau tinggi slot braket dengan

    dimensi vertikal kawat. Dengan kata lain, tinggi slot braket harus lebih besar dari

    dimensi vertikal kawat.43 Hal tersebut dikenal juga dengan istilah play yaitu sudut

    antara kawat dengan dinding slot braket.

    Hubungan antara play, tinggi slot braket dan ukuran kawat diteliti oleh Joch

    (2010) yang memformulasikan bahwa nilai torque klinis yaitu selisih antara play

    dengan preskripsi torque di braket (Gambar 15).42 Braket edgewise tidak memiliki

    preskripsi tip dan torque maka nilai torque klinis sama dengan play.

  • 33

    Universitas Indonesia

    Gambar 15. Torque play antara slot braket dengan kawat. = Torque play/sudut yang dibentuk

    antara slot braket dengan kawat, = sudut antara garis tengah slot dengan garis ortogonal. (Sumber: Joch, 2010)42

    Penelitian Sebanc dkk (1984) melaporkan bahwa kawat Stainless Steel

    .019x.025 di slot braket .022 membentuk play 11-140.48 Creekmore (1979)

    menjelaskan bahwa kawat Stainless Steel .019x.025 di slot braket .022

    menghasilkan play sebesar 10,50 yang efektif dalam menghasilkan pergerakkan

    torque gigi. Jadi, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya play adalah

    ukuran dan material slot braket yang digunakan, bentuk slot braket, ukuran dan

    material kawat, bentuk tepi/ujung kawat.21,25,43. Manufaktur kawat rektangular berasal

    dari proses menggulung/rolling kawat bulat, sehingga bentuk tepi kawat sedikit

    membulat (tidak bersudut 900).47 Sebanc dkk (1984) menjelaskan bahwa kawat

    rektangular ternyata memiliki bentuk tepi membulat yang mempengaruhi nilai play

    dan torque yang dihasilkan.48 Semakin bulat bentuk tepi maka play semakin besar.

    Untuk setiap penambahan play 0,001 inci dalam slot, maka braket akan kehilangan

    torque sebesar 40.47,48

    Menurut Morina dkk (2008), penambahan play dapat juga disebabkan karena

    deformasi slot braket khususnya modulus elastisitas dinding slot braket sehingga

    dimensi vertikal slot melebar akibat aplikasi gaya torque.14 Penelitian oleh Fischer

    Brandies (2000) menyimpulkan bahwa kekerasan material berpengaruh terhadap

    resistensi deformasi saat diberi gaya torque sebesar 100-300 gmcm. Aplikasi gaya

  • 34

    Universitas Indonesia

    torque 300 gmcm menyebabkab notching di dinding slot. Hal ini dapat mengurangi

    besar gaya torque yang akan disalurkan ke gigi dan jaringan pendukungnya sehingga

    secara klinis ekspresi torque pada gigi tidak maksimal dan waktu perawatan menjadi

    lebih lama (Gambar 16). 51

    Gambar 16. Kontak antara ujung tepi kawat dengan dinding slot braket saat aplikasi gaya

    torque sebesar 3 Ncm dapat menyebabkan notching pada dinding slot braket. (Sumber : Fischer Brandies,2000)51

    2.6.3 Pengukuran Slot Braket Kesulitan untuk mengukur tinggi slot braket disebabkan bentuk slot braket

    yaitu tepi yang membulat dan antara dinding slot insisal dan gingival tidak

    paralel atau membentuk trapezoid.47,48 Cash dkk (2004) mengukur tinggi slot

    yaitu tinggi atap slot (A) dan tinggi dasar slot (B) dari arah lateral dan

    menyimpulkan bahwa jenis braket yang berbeda memiliki benuk slot yang

    berbeda pula. Alat ukur untuk mengukur tinggi slot adalah mikroskop stereo. 40

    Gambar 17. Titik pengukur slot. (A) atap slot (B) dasar slot. (Sumber:Cash, 2004)40

  • 35

    Universitas Indonesia

    Mikroskop stereo adalah varian mikroskop optik yang memiliki dua lensa

    optik dengan dua jalur terpisah sehingga memberikan sudut pandang yang sedikit

    berbeda antara mata kanan dan mata kiri. Benda yang diamati dengan mikroskop

    ini dapat dilihat secara tiga dimensi. Mikroskop stereo memiliki perbesaran 7-30

    kali, seringkali digunakan untuk objek yang berukuran relatif besar. Sumber

    cahaya dihasilkan dari lampu halogen yang dipasang dekat meja preparat dan

    dibungkus tangkai serat optik. Tangkai serat optik memberikan operator

    keleluasaan untuk memilih kondisi pencahayaan yang sesuai dengan sampel.

    Mikroskop stereo dilengkapi dengan kamera CCD (Charge couple device) dan

    diintegrasikan dengan perangkat lunak komputer tiga dimensi. Pengukuran benda

    dapat dilakukan dengan perangkat lunak komputer yang memiliki skala

    pengukuran. 52

    Gambar 18. Mikroskop stereo merk Carl Zeiss.

    (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Stereo_microscope.)52

    Penelitian lainnya yang menggunakan alat mikroskop stereo yaitu Kapur dkk

    (1999), membandingkan deformasi slot braket Stainless Steel dengan braket

    Titanium setelah diberikan gaya torque. Pengukuran slot braket yaitu mengukur

    sisi mesial slot oklusogingiva dari arah frontal dengan pembesaran 30x. Tinggi

    slot braket diukur pada tiga pasang titik di sayap mesial dan tiga pasang di sayap

    distal dari arah frontal, kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Kesulitan dari arah

    frontal adalah gambar yang dihasilkan tidak memiliki batas yang jelas karena

    gambaran tiga dimensinya.5,50

  • 36

    Universitas Indonesia

    Gambar 19. Pengukuran tinggi slot dengan ma