tesis

Upload: andi-ulfa-tenri-pada

Post on 15-Jul-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JUDUL PENELITIAN PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIK DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BERBASIS LESSON STUDY, MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING, DAN MOTIVASI BELAJAR DI SMP NEGERI 1 GALIS BANGKALAN OLEH : MOHAMMAD SADALI PROGRAM STUDY TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PROGRAM PASCA SARJANA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang

Isu tentang pendidikan di Indonesia masih hangat untuk diperdebatkan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah tingkat kompetensi dan relevansinya (Siskandar:2003). Laporan United Nation Development Program tahun 2005 mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke 110 dari 117 negara. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu dipandang penting agar matematika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya prestasi belajar siswa. Hasil survei dari asosiasi penilaian pendidikan Internasional, The Third Internasional Mathematics and Science Study pada tahun 1999 menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika anak Indonesia untuk SMP berada pada urutan 34 dari 38 Negara, dimana Malaysia diurutan ke-14 dan Singapura diurutan teratas (Hartadji, 2001:4). Berdasarkan informasi tersebut, dilakukan observasi di SMP Negeri 1 Galis Kabupaten Bangkalan pada tanggal 23 Maret 2011 dan diperoleh keterangan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas VII di sekolah tersebut masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa hanya mencapai 5,54 dan nilai ujian tengah semester dengan rata-rata 4,27. nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut kurikulum, yakni sebesar 6,5 dapat dikatakan bahwa nilai matematika tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang diharapkan. Dari hasil observasi lebih lanjut, tanggal 25 Maret 2011 terlihat bahwa model pembelajaran yang digunakan guru matematika di SMP Negeri 1 Galis Kabupaten Bangkalan khususnya di kelas VII lebih didominasi oleh model pembelajaran langsung dengan menggunakan kombinasi beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, tugas, tanya jawab dan sebagainya. Namun demikian siswa masih belum aktif dalam proses belajar- mengajar. Siswa cenderung diam dan enggan dalam mengemukakan pernyataan maupun pendapat. Peneliti menduga model pembelajaran inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa khususnya siswa kelas VII SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. Wawancara dengan beberapa orang siswa kelas VII yang diambil secara random menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting sangat rendah. Siswa cendrung belajar dengan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya. Demikian pula kemampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan atau soal-soal secara

umum sangat rendah, Pemahaman terhadap cara siswa menyelesaikan soal-soal uraian menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menyelesaikan soal-soal secara sistematis (yakni visualisasi masalah, mendeskripsikan, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi). Mereka menyelesaikan soal-soal dengan cara trial and error dengan mencocokan soal-soal dengan rumus-rumus yang dihafalkannya, juga mereka kurang senang terhadap pembelajaran matematika, mereka menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan, sulit dan membosankan. Dari observasi awal tersebut disimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika yang dilaksanakan saat ini relatif masih rendah,. yang dapat dilihat dari prestasi belajar yang ditunjukan oleh hasil tes ulangan harian dan ulangan tengah semester tergolong rendah. demikian juga motivasi belajar mereka sangat rendah, ini terlihat dari beberapa tanggapan siswa tentang matematika yang menganggap matematika adalah momok, pelajaran yang sulit, pelajaran yang memeras otak.. Data-data tersebut di atas menurut hemat peneliti ada beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah antara lain : (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sangat monotun. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintraksi dengan teman sejawat atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. (3) Guru kurang memotivasi siswa tentang pelajaran matematika (4) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematis, mereka mulai dengan difinisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. hal ini teramati pula dari catatan-catatan matematika siswa yang tidak jauh berbeda dengan catatan matematik, karena isinya hanya kumpulan rumus-rumus matematika. (5) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. (6) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya. Dalam pembelajaran hususnya matematika, diharapkan anak merasa bermain dalam belajar. sehingga meski pelajaran matematika tergolong serius, dalam penyampaian materi yang inovatif, anak-anak bisa senang. Salah satu aspek pembelajaran matematika, siswa dibiarkan berimprovisasi. Misalnya, siswa dibiarkan mengembangkan sendiri terhadap eksak matrikulasi matematika. Cara ini dapat mencerdaskan peserta didik yang tidak terpaku pada materi tertentu yang disampaikan para guru. Pembelajaran matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain (Hartoyo,2000:24) Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran koperatif model STAD, karena model ini lebih cocok untuk siswa SMP, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada pembelajaran kooperatif model STAD, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah langkah pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif model STAD siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka memahami konsep-konsep yang direncanakan oleh guru (Ahmadi, 1997: 79). .

Selain perlu adanya perubahan model pembelajaran, siswa butuh motivasi, butuh kasih sayang dan harga diri, disamping motivasi untuk belajar kebutuhan dasar paling penting adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkat yang lebih tinggi. Sebagai misal, pencarian pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik orang-orang yang mencapai aktualisasi diri. Siswa yang tidak yakin bahwa mereka dapat dicintai atau tidak yakin dengan kemampuannya sendiri akan cenderung untuk membuat pilihan yang aman: bergabung dengan kelompoknya, belajar hanya untuk tes tanpa ada minat untuk mengembangkan ide-ide, dan sebagainya. Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu memotivasi belajar siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif dan menyenangkan,. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Dari berbagai pengalaman seorang guru masih belum dapat mengevaluasi sejauh mana efisiensi dan efektiftas rancangan pembelajaran yang telah disusun ketika diterapkan dalam kelas. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk melakukan refleksi seorang guru dalam mengelola kelas sehingga kekurangan dan kelemahan-kelemahan dapat segera diketahui dan selanjutnya dapat digunakan untuk perbaikan yang menyangkut strategi pembelajaran, model yang diterapkan maupun metode yang digunakan . Hambatan yang dihadapi adalah secara psikologis guru belum siap untuk mendapat kritik dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas oleh teman sejawat maupun kepala sekolah sebagai supervisor. Lesson study dipandang sebagai kegiatan yang efektif dalam mengevaluasi pembelajaran. Selanjutnya dapat di pergunakan utk membuat refleksi dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan seorang guru bersama-sama. Atas dugaan di atas, maka peneliti tertarik untuk mencoba suatu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Kooperatif Model Student Teams Achievement Division (Stad) berbasis Lesson Study. B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adaalah sebagai berikut : Adakah perbedaan prestasi belajar matematika kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study dan kolompok siswa yang mengikuti pembelajaran Inkuiri terbimbing ? Adakah perbedaan prestasi belajar matematika kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah? Adakah interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika kelompok siswa yang mengikuti pembelajarn kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study dan kolompok siswa yang mengikuti pembelajaran Inkuiri terbimbing

Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang; (1) peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study pada SMP Negeri 1 Galis (2) peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan Inkuiri terbimbing pada SMP Negeri 1 Galis. (3) model pembelajaran inovatif dengan menggunakan pendekatan lesson study untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematiaka yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi guru, dan birokrasi pendidikan (pemerintah) dalam menyusun strategi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru. Untuk menambah wawasan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama ini. Sebagai masukan bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam upaya meningkatkan kemampuan guru.dan sebagai bahan masukan untuk referensi penelitian lebih lanjut. E. Pembatasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran pada pokok persoalan maka perlu diadakan pembatasan istilah yang berhubungan dengan judul penelitian Model Pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study. Model pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study merupakan model pembelajaran kooperati model STAD yang dalam pelakasanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah penerapan model kooperatif model STAD yang dalam prosesnya menggunkan lesson study yang merupakan pembelajaran kolaboratif dimana dalam pembelajaran melibatkan beberapa guru serumpun. Satu guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran dan beberapa guru yang lain sebagai observer atau pengamat. Model Pembelajaran Inquiri terbimbing Model Pembelajaran Inquiri terbimbing adalah model pembelajaran yang dalam pelakasanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah penerapan model inkuiri terbimbing Motivasi belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi Belajar Matematika Prestasi Belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa berupa nilai tes setelah dilaksanakan perlakuan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran

Guru adalah jabatan dan pekerja profesioal, indikator untuk mengukur keprofesionalan adalah jika kelas yang diasuh menjadi surganya siswa untuk belajar, atau kehadiran seorang sebagai guru di kelas selalu dinantikan siswa. (Sugiyanto, 2008: 5). Sudahkah pembelajaran kita mencapai kondisi yang demikian? Selain tugas profesional tersebut guru juga harus berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan evaluator. Jika peran ini dijalankan dengan baik dan benar maka usaha memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal kearah pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Insya Allah dapat dicapai. Perlu diingat bahwa kemampuan menerapkan pendekatan PAIKEM tersebut diperlukan model pembelajaran yang inovatif. Joyce dan Weil (1986) menjelaskan bahwa hakikat mengajar adalah membantu siswa memperoleh informasi, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara belajar bagaimana belajar. Banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha meningkatkan kualitas guru, antara lain; model pembelajaran Inquir, model pembelajaran kooperatif learning, model pembelajaran Terpadu, Model pembelajaran Quantum, dan model pembelajaran Berbasis Masalah, dan lain-lain, namun dalam kajian pustaka ini peneliti akan membahas model pembelajaran inquiri terbimbing dan model pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) 1. Pembelajaran Kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD)

Konsep pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) ) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam Ismail, 2002 : 12). Pembelajaran Kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Harta (2009: 45) prinsip dasar pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif, hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu teknik yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Lie (2004: 27) dalam Sugiyanto (2008: 10) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (Ibrahim, dkk, 2000: 20). a. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD

Menurut Slavin dalam isjoni (2010:51) menyattakan bahwaproses pembelajaran kooperatif model STAD melalui lima tahapan yaitu : 1) Tahap penyajian materi

Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, memberikan persepsi. Dalam mengembangkan materi perlu adanya penekanan terhadap : 1),pengembangan materi pembelajaran 2) belajar adalah memahami makna,3) memberikan umpan balik 4) memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah,5) beralih ke materi selanjutnya jika siswa sudah memahami permasalahan.

2)

Tahap kegiatan kelompok

Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari, dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua kelompok memahami materi yang dibahas,dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Anggota tim atau kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran malalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. 3) Tahap tes individual

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai. Skor perolehan individu didata dan diarsipkan yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. 4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu

Perhitungan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal, Perhitungan skor perkembangan kelompok menurut slavin (dalam Ibrahim, dkk, 2000: 57) yaitu : Langkah 1. Menetapkan skor awal Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu Langkah 2. Menghitung skor kuis terkini Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini Langkah 3. Menghitung skor perkembangan Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau malampui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang di berikan di bawah ini Tabel 2.2 Daftar poin perkembangan siswa Skor tes Poin perkembangan >10 poin dibawah skor dasar1-10 poin dibawah skor dasar10 poin diatas skor dasar >10 poin diatas skor dasar nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar) 0 10 20 30

30

(Ibrahim, dkk, 2000 : 57) 5) Tahap pemberian penghargaan kelompok

Pemberian penghargaan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikatagorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Tingkat penghargaanya yaitu : a) b) c) a. Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik (good team) Kelompok yang memperoleh rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat (great team) Kelompok yang mempunyai rat-rat skor 25 sebagai kelompok super (super team) Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD

1) Dalam pembelajaran koperatif tipe STAD, pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuannya itu melalui interaksi dengan orang lain. Hal ini diharapkan pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna bukan hanya sekedar hafalan. 2) Dengan adanya interaksi antara anggota kelompok, siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuannya dari hasil diskusi dengan anggota kelompoknya. Hal inipun diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bahwa setiap individu mempunyai perbedaan pandangan. 3) Dengan bekerja kelompok diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan persoalan-persoalan materi pelajaran dengan bantuan temanya. 4) Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat kemampuan, jenis kelamin maupun rasnya diharapkan dapat membentuk rasa hormat sesama siswa. Dengan kata lain antar anggota saling menghargai dan membantu sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa sosial yang tinggi. 5) Dengan diadakannya tugas, diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya, sehingga diharapkan kerjasama diantara siswa dapat terjalin dengan baik Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD 1) Penggunaan waktu yang relatif banyak

2) Apabila kemampuan guru yang kurang memadai atau sarana dan prasaran tidak cukup tersedia, maka pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat sulit untuk dilaksanakan Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD 1) Dalam pembelajaran koperatif tipe STAD, pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuannya itu melalui interaksi dengan orang lain. Hal ini diharapkan

pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna bukan hanya sekedar hafalan. 2) Dengan adanya interaksi antara anggota kelompok, siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuannya dari hasil diskusi dengan anggota kelompoknya. Hal inipun diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bahwa setiap individu mempunyai perbedaan pandangan. 3) Dengan bekerja kelompok diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan persoalan-persoalan materi pelajaran dengan bantuan temanya. 4) Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat kemampuan, jenis kelamin maupun rasnya diharapkan dapat membentuk rasa hormat sesama siswa. Dengan kata lain antar anggota saling menghargai dan membantu sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa sosial yang tinggi. 5) Dengan diadakannya tugas, diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya, sehingga diharapkan kerjasama diantara siswa dapat terjalin dengan baik Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD 1) Penggunaan waktu yang relatif banyak

2) Apabila kemampuan guru yang kurang memadai atau sarana dan prasaran tidak cukup tersedia, maka pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat sulit untuk dilaksanakan

2.

Pembeljaran Berbasis Lesson study Sejarah Lesson Study

Lesson Study di Jepang. Lesson Study dikembangkan di Jepang sejak tahun 1900-an. Guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri. Lesson Study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata yogyo yang berati lesson atau pembelajaran, dan kentyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran. (Tim UPI, 2007: 20). Lesson Study bisa dilaksanakan oleh kelompk guru-guru di suatu distrik atau diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang, semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah berkumul untuk melaksanakan lesson study. Lesson Study Telah Menjadi Milik Dunia. The Third Intenational Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi untuk membandingkan pencapaian prestasi belajar matematika dan IPA kelas 8. Penyebaran lesson study di dunia pada tahun 1995 di latar belakangi oleh TIMSS. Empat puluh satu negara terlibat dalam TIMSS, dua puluh dari empat puluh satu Negara memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari Amerika Serikat. NegaraNegara yang memperoleh skor matematika yang lebih tinggi dari Amerika Serikat antara lain Singapura, Korea, Jepang, Kanada, Prancis, Australia, Ireland. Sementara hanya 7 negara yang memperoleh skor matematika secara signifikan lebih rendah dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania, Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait, Colombia, dan Afrika Selatan. Posisi pencapaian belajar matematika siswa-siswa SMP Kelas 2 (dua) di Amerika Serikat membuat negara itu melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan Jerman. Tim Amerika Serikat melakukan perekaman video pembelajaran matematika di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat untuk dilakukan analisis terhadap pembelajaran tersebut. Pada waktu itu, Tim Amerika Serikat menyadari bahwa Amerika Serikat tidak memiliki sistem untuk melakukan

peningkatan mutu pembelajaran, sementara Jepang dan Jerman melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan. Amerika Serikat selalu melakukan reformasi tapi tidak selalu melakukan peningkatan mutu. Selanjutnya ahli-ahli pendidikan Amerika Serikat belajar dari Jepang tentang lesson study. Sekarang lesson study telah berkembang di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan diyakini lesson study sangat potensial untuk pengembangan keprofesionalan pendidik yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Lesson Study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project) yang diimplemantasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia/UPI), IKIP Yogjakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta/UNY) dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitas Negeri Malang /UNM) bekerja-sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency). Tujuan Umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia, sementara tujuan khususnya dalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. b. Konsep Dasar Lesson Study.

Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip inquiri terbimbing, Lesson Study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan lesson study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup; (1) tahap perencanaan (planning), (2) tahap implementasi (action) pembelajaran dan observasi, dan (3) tahap refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. a) Tahap perencanaan

Pada tahap ini hal-hal yang akan dilakukan adalah: Pertama, Identifikasi masalah pembelajaran yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study, dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media/ alat peraga, dan proses evaluasi dan prestasi belajar yang akan dicapai. Kedua, Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study) tentang; 1) pemilihan materi pembelajaran, 2) pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa, serta 3) jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut. Ketiga, Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikatorindikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Keempat, Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas : 1) Rencana Pembelajaran (RP) ,2) Lembar Kerja siswa (LKS), 3) Media atau alat peraga pembelajaran, 4)

Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran, 5) Lembar observasi pembelajaran. Tahap Implementasi dan Observasi. Pada tahap ini seorang guru pemandu melakukan implementasi rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun tersebut di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan rekaman video (audio visual) yang meng close-up kejadian-kejadian khusus (pada guru pemandu dan siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil lesson study, di samping itu dapat digunakan sebagai bahan diseminasi kepada khalayak yang lebih luas. Tahap Refleksi. Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh pakar/guru lain yang ditunjuk. Pertama, guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran tersebut di atas diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi. Kedua, observer (guru lain/pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Ketiga, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. 3. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Definisi inkuiri terbimbing

Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, jadi inkuiri berarti penyelidikan (Ahmadi, 1997:76). Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik, materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru (Ahmadi, 1997: 79). Menurut Carin dan Sund (1975), yang dimaksud dengan inkuiri ialah The process of investigasing a problem. Inquiry differs from problem solving in that an individual may origainate the problem and develop his own strategies for obtaining information. Unlike problem solving there is not set pattern to inquiry. An individual may be be involved in may methods of obtaining information and be may take intuitive aporoaches to the problem. The and product of inquiry may result in a to the problem. The end product of inquiry may result in a discovery. Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari suatu gejala. Wayne Welch berpendapat bahwa metode penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri. Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan, pengukuran, eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental (Koes, 2003:12-13). Dalam pembelajaran matematika dengan pembelajaran inkuiri, guru harus membimbing siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri. Atas dasar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, W.R Romey (1968,h.22) membedakan inkuiri menjadi dua tingkat, yaitu : a) Inkuiri dengan aktivitas terstruktur

Dalam inkuiri dengan Aktivitas terstruktur siswa memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu. b) Inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur

Dalam inkuiri dengan Aktivitas Tidak Terstruktur,hanya terdapat penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih dan menggunakan prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang diperolehnya, menganalisisnya dan kemudian menarik kesimpulan. Sedangkan Carin dan Sund (2000:111) berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa SMP adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut. a) b) siswa. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir

c) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri. d) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa padatujuan yang diharapkan. e) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

f) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, inkuiri terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana diperlukan. Dalam model ,siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisa sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru, sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Dengan metode inkuiri terbimbing siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba(trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guruakan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Perlu diingat bahwa memang memang model ini memerlukan waktu yang relative banyak dalam pelaksanaan, akan tetapi prestasi belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara

langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini bias dilakukan baik secara perseorangan atau kelompok. Secara sederhana peran siswa dan guru dalam model penemuan terbimbing dapat digambarkan sebagai berikut : Penemuan terbimbing Peran guru Peran siswa Sedikit bimbingan Menyatakan persoalan Menemukan pemecahan Banyak bimbingan Menyatakan persoalanMemberikan bimbingan Mengikuti petunjukMenemukan penyelesaian Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Menurut Memes (2000:42), ada enam langkah yang diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu : a) b) c) d) e) f) Merumuskan masalah. Membuat hipotesa. Merencanakan kegiatan. Melaksanakan kegiatan. Mengumpulkan data. Mengambil kesimpulan.

Menurut Rachmadi Widdiharto, M.A (2004:5-6) agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut : a) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b) Dari data yang diberikan guru siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS. c) Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari analisis yang dilakukannya.

d) Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. e) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalitas konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya, disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur. f) Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal tambahan untuk memerikasa apakah hasil penemuan itu benar. Kelebihan dan kekurangan model inkuiri terbimbing Kelebihan dan kekurangan menurut Marzano dalam Rachmadi Widdiharto, M.A (2004:6-7)

Kelebiahan model pembelajaran inkuiri terbimbing : a) b) c) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri Mendukung kemampuan problem solving siswa

d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. e) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Kekurangan model pembelajaran inkuiri terbimbing : a) Untuk materi tertentu waktu yang tersita lebih lama

b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini . dilapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. c) Tidak semua topic cocok disampaikan dengan model inkuiri terbimbing. Motivasi belajar Di sekolah, kebutuhan dasar paling penting adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkat yang lebih tinggi. Sebagai misal, pencarian pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik orangorang yang mencapai aktualisasi diri. Siswa yang tidak yakin bahwa mereka dapat dicintai atau tidak yakin dengan kemampuannya sendiri akan cenderung untuk membuat pilihan yang aman: bergabung dengan kelompoknya, belajar hanya untuk tes tanpa ada minat untuk mengembangkan ide-ide, menulis karangan yang tidak kreatif, dan sebagainya. Guru yang berhasil membuat siswa merasa senang dan membuat mereka merasa diterima dan dihormati sebagai individu, lebih besar peluangnya untuk membantu mereka menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Apabila siswa dikehendaki menjadi pelajar yang mandiri, mereka harus yakin bahwa guru akan merespon secara adil dan konsisten kepada mereka dan bahwa mereka tidak akan ditertawakan atau dihukum karena murni berbuat kekeliruan Konsep Penting Motivasi Belajar adalah sebagai beikut : Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik). Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.

Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Membentuk kebiasaan belajar yang baik Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok Menggunakan metode yang bervariasi, dan Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Raymond dan Judith (2004:24) mengungkapkan ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu Budaya. Masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkan dan menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh agama, undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapan-harapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anakanak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Halhal ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak.

Keluarga. Berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya. Sekolah. Ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang memenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan. Diri anak itu sendiri Murid-murid yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik dan masih bisa menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter pintar, berkualitas, mempunyai identitas, bisa mengatur diri sendiri sudah pasti mempengaruhi motivasi belajarnya. Dilihat dari peranannya, maka orang tua dan guru paling berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar siswa.Kerja sama antara kedua komponen ini akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara ke duanya harus dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tua akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan motivasi anak. C. Prestasi belajar Matematika

Sebelum dijelaskan mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sudah dijelaskan dimuka bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan / aktivitas tertentu. Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 895) prestasi diartikan sebagai yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan Arifin (1991: 3), menjelaskan bahwa prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha belajar, prestasi berarti prestasi belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan / pengalaman dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Purwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil

yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Shofiana (2008 : 34) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Selain itu, Wiriatmadja (2005:23) mendefinisikan hasil sebagai suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok dalam bidang tertentu. Banyak kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan hasil, semuanya tergantung dari kesenangan setiap individu. Djuwariyah (2008:37) menjelaskan bahwa prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Soetjipto (2004: 8) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:52), prestasi belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid. Sedangkan Tirtaraharja (1981:19) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari apa yang dipelajari di sekolah. Berdasarkan beberapa pengertian yang diajukan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Pada dasarnya segala sesuatu yang dilaksanakan berorientasi pada suatu hasil. Hasil adalah sesuatu yang dihadapi dari usaha yang dilakukan. Demikian pula halnya dengan belajar yang senantiasa mengharapkan suatu hasil yang baik. Prestasi belajar tersebut dapat diukur dengan menggunakan alat tes prestasi belajar, baik melalui lisan dan tulisan ataupun dalam bentuk unjuk kerja. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Terkait dengan dengan uraian ini, maka Haling (2006:107) mengemukakan secara jelas mengenai penilaian atau evaluasi ini sebagai berikut : Penilaian merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi, disamping itu, penilaian juga berfungsi untuk mengetahui berhasil

tidaknya pelaksanaan pembelajaran. Alat pembelajaran yang biasa digunakan adalah; (a) Tes, yaitu suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pebelajar lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. (b) Non Tes, yaitu untuk menilai aspekaspek tingkah laku yang meliputi kegiatan observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian, check list dan inventori. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa dalam bentuk nilai dalam satu mata pelajaran atau keterampilan tertentu. Kerangka berfikir. Berdasarkan kajian teori sebagaimana diuraikan diatas, maka untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini terlebih dahulu diajukan hipotesis atas dasar kerangka berfikir sebagai berikut : Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang baru bagi siswa, melalui pengalaman belajar tersebut akan menghasilkan suatu tujuan yang telah sesuai direncanakan oleh siswa dan disampaikan oleh para ahli tentang belajar bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengambil stimulasi lingkungan melewati pengelolaan informasi menjadi kapabilitas baru. Pembelajaran yang telah dirumuskan secara rinci dengan mempertimbangkan berbagai aspek pendekatan dan berbagai ranah (domain) mana yang akan diukur, akan berdampak positif terhadap pembelajaran matematiika yang menitik beratkan pada ketrampilan proses. Disamping itu ketrampilan siswa tidak sebagai obyek dalam pembelajaran tetapi sebagai subyek. Hubungan, komunikasi, bimbingan dan fungsi guru sebagai fasilitator merupakan konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) akan lebih bermakna. Kebermaknaan tersebut akan nyata bila siswa termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, sebab motivasi merupakan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tumbuhnya motivasi internal siswa dipengaruhi oleh motivasi eksternal dimana salah satunya adalah peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Hasil observasi awal dan pengalaman pribadi sebagai guru, kegiatan pembelajaran yang melibatkan guru sebagai salah satu faktor ekternal yang mampu mengawal motivasi siswa sampai pada puncak peningkatan ranah kognitif dalam bentuk prestasi kurang diperhatikan. Guru lebih banyak disibukkan oleh kegiatan yang bersifat administratif dan penilaian sebagaimana tuntutan kurikulum. Pembelajaran kooperatif model STAD berbasis Lesson study sebagai kegiatan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar yang berbasis lesson study yaitu pendekatan pembelajaran kolaboratif antar kelompok guru dalam satu rumpun atau kelompok guru antar mata pelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dapat menjadi akomodatif dari segala bentuk problematika guru dan siswa, karena lesson study merupakan kegiatan pengkajian pembelajaran. Melalui bengkel pembelajaran ini segala permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa akan mulai cair. Bila kegiatan tersebut terjadi dalam setiap sekolah dengan demikian tentu prestasi belajar bukan lagi merupakan permasalahan yang rumit untuk dipecahkan. E. HIPOTESIS

Berdsarkan permasalahan dan kerangkai berfikir yang didasari oleh deskripsi teori serta kajian empirik yang relevan, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Ada perbedaan prestasi belajar matematika kelompok siswa yang mengikuti pembelajarn kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study dan

kolompok siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing . Ada perbedaan prestasi belajar matematika kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar . BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi). eksperimen semu (quasi) adalah suatu penelitian yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis(Sunarto, 1984:2). Dalam penelitian semacam ini peneliti mengidentifikasi tiga ciri yaitu : 1).suatu variable bebas yang dapat dimanipulasi, 2). Semua variable lainnya kecuali variable bebas dipertahankan tetap, 3). Pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat yang diamati. Dalam penelitian ini ada empat variabel yaitu dua variabel bebas, satu variabel moderator dan satu variabel terikat. Variabel bebas (independent variabel) adalah pembelajaran koperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study dan pembelajaran Inkuiri terbimbing , variabel moderatornya adalah motivasi belajar dan variabel terikatnya (dependent variabel) adalah prestasi belajar matematika . Rancangan ini dipilih karena eksperimen dilakukan dikelas tertentu dengan kelas yang ada. Dalam menentukan subyek untuk kedua kelompok eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang telah ada. Dengan demikian randominasi tidak bisa dilakukan karena di SMP Negeri 1 Galis kelas yang ada hanya empat maka empat kelas tersebut diambil semua sebagai sampel penelitian, dua kelas sebagai kelas eksperimen dan dua kelas sebagai kelas kontrol. Siswa responden / kelas yang sudah dipilih dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu : 1) kelompok A untuk siswa yang diberi perlakuan pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study, 2) kelompok B untuk siswa yang diberi perlakuan pembelajaran Inkuiri terbimbing . Masing-masing kelompok kelas akan diberikan materi / pokok bahasan mata pelajaran matematika yang sama yakni pokok bahasan bangun datar segitiga kelas VII semester 2 dengan menggunakan metode yang berbeda, sedangkan durasi waktu, bahan, media, guru untuk kedua kelompok ditentukan sama sehingga diupayakan semaksimal mungkin kondisi sampel adalah homogin. Kelompok kelas selanjutnya akan menjalani evaluasi belajar dengan bahan, waktu pelaksanaan dan alat ukur yang sama untuk mencari nilai tentang skor tertinggi, rata-rata dan skor terendah kemudian dilakukan perbandingan secara statistik. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah sebagai berikut : (Cooper ,1999:392) O1 X1 O2 O3 O5 X1 X2 O4 O6

O7 Dimana :

X2

O8

O1,O3,O5,O7 = Hasil pretes bidang study matematika dari kedua kelompok O2,O4,O6,O8 = Hasil postes bidang study matematika dari kedua kelompok X1 = penggunaan jenis pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study X1 = penggunaan jenis pembelajaran inkuiri terbimbing

Selain itu kedua kelompok akan diteliti untuk mengetahui motivasi belajar masing-masing kelompok siswa dengan melakukan angket pada siswa. Sebelum dilakukan eksperimen/perlakuan akan diberikan pretes terlebih dahulu agar diperoleh kesetaraan atau homoginitas pada kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian. Untuk menguji hal ini digunkan uji kesetaraan dua sampel. B. Populasi dan Sampel Populasi Menurut Suharsimi Arikunto(1998:150) populasi adalah keseluruhan subyek yang hendak digeneralisasikan, sedang menurut Hadi (1984:70) populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sample-sample yang akan diambil dalam suatu penelitian. Melihat definisi diatas maka dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Galis Kabupaten Bangkalan Sampel Sampel adalah yang menjadi subyek sesungguhnya dari suatu penelitian (kooencoroningrat : 1986;89). Dalam penelitian subyek yang diambil dengan menggunakan teknik random sampling atau sampel acak.Tehnik pengambilan sampelnya dengan mencampur subyek-subyek dalam populasi sehingga semua subyek dalam populasi dianggap sama. Dengan demikian setiap subyek dalam populasi memiliki hak yang sama untuk memperoleh kesempatan atau cange untuk dipilih menjadi sampel. ( Arikunto, 1980 : 120 ). Subyek/sampel dalam penelitian ini adalah kelompok siswa kelas 7A , 7B, 7C, dan 7D. Karena di SMP Negeri 1 Galis kelas 7 nya hanya ada empat maka semua populasi digunakan sebagai subyek penelitian atau sampel. Berdasarkan data yang ada sebaran siswa adalah sebagai berikut : Tabel 3. 2 Sebaran sampel NAMA SEKOLAH KELAS JUMLAH SISWA SMP NEGERI 1 GALIS 7A 7B 7C 7D

JUMLAH Variabel Variabel berasal dari kata inggris Variable yang berarti gejala yang dapat berubah-ubah. Menurut Sugiono (2006); variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati . Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu Variabel menurut Sugiono (2008 ;61) Variabel Independen atau Variabel Bebas Variabel independen atau variabel bebas disebut juga sebagai variabel prediktor, stimulus, antecedent. Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) . Dalam penelitian ini sebagai variabel independen atau variabel bebas adalah metode pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lesson study dan pembelajaran kooperatif model Studen Team Achiefemen Division (STAD) Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabl independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini sebagai variabel dependen atau variabel terikat adalah prestasi belajar matematika Variabel Moderator Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi untuk memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel terikat. Dalam penelitian ini sebagai variabel moderator adalah motivasi belajar siswa. Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga hubungan antara variabel independen atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel terikat tidak terganggu oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono;200864). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel kontrol adalah guru, bahan ajar, media pembelajaran. keadaan kelas, dan alokasi waktu. Definisi operasioanal dari masing-masing variabel Definisi operasional variabel yang terdapat dalam penelitian ini perlu mendapat penjelasan atau definisi agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dan kerancuan sekaligus memberikan maksud dan arah yang jelas Definisi operasional pembelajaran koperatif mdel Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis lesson study. Merupakan model pembelajaran kooperati model STAD yang dalam pelakasanaan pembelajaran

mengikuti langkah-langkah penerapan model kooperatif model STAD yang dalam prosesnya menggunkan lesson study yang merupakan pembelajaran kolaboratif dimana dalam pembelajaran melibatkan beberapa guru serumpun. Satu guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran dan beberapa guru yang lain sebagai observer atau pengamat. Model Pembelajaran Inquiri terbimbing Model Pembelajaran Inquiri terbimbing adalah model pembelajaran yang yang dalam pelakasanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah penerapan model inkuiri terbimbing Motivasi belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi Belajar Matematika Prestasi Belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa berupa nilai tes setelah dilaksanakan perlakuan. Faktor yang diselidiki untuk mampu menjawab permasalahan, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : Faktor siswa : yaitu melihat aktivitas/kegiatan siswa dalam mempelajari matematika khususnya pada saat mempelajari pokok bahasan bangun datar segitiga kelas VII Faktor guru : yaitu melihat atau memperhatikan guru dalam menyajikan materi pelajaran serta teknik yang digunakan guru dalam menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing berbasis lesson study dan kooperatif kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) Faktor sumber pelajaran : yaitu melihat sumber atau bahan pelajaran yang digunakan, apakah sudah dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan. D. Metode Pengumpulan Data Langkah-langkah Pengumpulan Data. Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua macam instrumen yaitu : Instrumen yang berfungsi sebagai pendukung pembelajaran didalam kelas yaitu : a) b) Silabus dan Rencana program Pengajaran (RPP) Angket motivasi

Menurut W.S. Winkel SJM. Sc (1982:65) menyatakan bahwa kuesioner /angket tertulis untuk keperluan bimbingan merupakan suatu daftar kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga. Jadi metode angket adalah cara pengumpulan data penelitian yang berupa pertanyaan tertulus yang dibuat oleh peneliti dan harus dijawab secara tertulis. Karena daftar pertanyaan telah disusun oleh peneliti yang sudah disesuaikan dengan tujuan penelitian. Alasan penggunaan metode angkeantara lain : efisiensi waktu, tenaga dan juga biaya, penggunaan metode angket yang terpenting adalah keakuratan dan kesesuaian data yang dipeoleh dengan tujuan penelitian, hal ini karena responden tinggal memilih alternative jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya sendiri. Jenis Angket yang digunakan Angket pilihan , karena jawaban telah tersedia dan responden hanya memilih jawaban-jawaban, yang paling cocok dengan keadaan dirinya sendiri.

Dalam menyususn kuesioner ini peneliti menggunakan skala Liker, skala likert ini disebut juga Methode of Summated Rating karena nilai peringkat setiap jawaban atau tanggapan dijumlahkan sehingga mendapat nilai Total (Hadi ; 1987). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu (Sugiyono, 2001:86). Didalam skala Likert alternatif jawaban selalu berbentuk rating seperti : seringkali, sering, jarang, jarang sekali, tidak pernah. Jadi dengan skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa SMP Negeri 1 Galis Kabupaten Bangkalan. Angket pertanyaan ini menggunakan lima alternatif jawaban dengan bobot skor sebagai berikut: Jawaban a diberi skor 5 Jawaban b diberi skor 4 Jawaban c diberi skor 3 Jawaban d diberi skor 2 Jawaban e diberi skor 1 Rincian angket motifasi belajar berdasarkan indikatornya disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Kisi-kisi angket Motivasi belajar No Indikator No butir soal Jumlah 1 Keinginan untuk bertanya 1,4,19 3 2 Perhatian terhadap mata pelajaran 2,3,15,17,18,20 3 Ketenangan didalam kelas 5,13 2 4 Perhatian terhadap tugas-tugas 6,9,11,12,14 5 5 Kemauan berdiskusi 8,10 2 6 Kemampuan untuk berprestasi 7,16 2 JUMLAH 20 Instrumen Penilaian Prestasi belajar matematika Untukmengukur prestasi belajar matematika siswa digunakan tes prestasi belajar matematika pada kompetensi dasar bangun datar segitiga kelas VII. Tes ini disusun dan dikembangkan dalam bentuk tes obyektif. Kisi-kisi soal , sebaran soal, dan butir soal terlampir. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Baik buruknya suatu tes dapat diketahui dari tingkat validitas dan reliabilitas tes. Analisis validitas dan realibilitas butir soal tes prestasi belajar siswa dengan menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi atau content validity mempersoalkan apakah isi butir soal tes yang diujikan mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak. Cara untuk menguji validitas isi (content validity) adalah dengan pendekatan rasional yaitu membandingkan kisi-kisi soal dengan butir soalnya. Dalam kisi-kisi dimuat data tentang pokok bahasan/sub pokok bahasan atau kompetensi dasar serta aspek yang diukur yaitu kognitif, afektif, psikomotor, sehingga dengan menggunakan satu kisi-kisi soal dapat digunakan untuk melakukan uji validitas isi (content validity). Peneliti berasumsi bahwa instrument tes prestasi belajar atau butir soal yang digunakan sudah memenuhi sarat sebagai instrument yang baik yaitu butir soal yang sudah dinyatakan valid dan reliable tanpa uji empiris.

6

Dalam menyusun instrument tes prestasi belajar atau butir soal melalui langkah-langkah berikut : Butir soal yang digunakan sebagai sebagai instrument prestasi belajar diambil dari bank soal yang terdiri dari soal-soal ujian nasional, soal-soal ujian semester yang disusun oleh MGMP Matematika Butir soal sudah disesuaikan dengan pokok bahasan/sub pokok bahasan atau kompetensi. Seluruh butir soal yang digunakan sudah melalui telaah butir soal oleh MGMP matematika kluster bermutu Kab. Bangkalan Instrrumen yang digunakan sudah dikonsultasikan ke nara sumber tempat peneliti bertugas yaitu kepada pengawas bidang study. Pengumpulan data dalam penelitian ini dikembangkan melalui langkah-langkah berikut : Pembuatan Instrumen Pelaksanaan Pre-tes Pemberian Perlakuan Perolehan prestasi belajar matematika E. Metode Analisis Data

Uji Prasyarat Uji Normalitas Analisis data awal digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. (Sudjono;2002) Pengujian ini dilakukan dengan mengamati histogram atas nilai residual dan grafik normal probability plot. Deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2000: 212). Untuk uji Normalitas varians dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 14.0 Uji Homogenitas Varian Uji homogenitas varian bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dianalisisnhomogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas varian digunakan rumus : Kriteria Ho diterima jika deangan dk pembilang = (n-1) dan dk penyebut = (n-1) dengan taraf signifikan 0,05 (Sudjana, 2002) Untuk uji hipotesis data harus memiliki varians homogen. Untuk uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 14.0 Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen ini mampu mengukur apa saja yang hendak diukurnya, mampu mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Djunaidi Lababa (2008) mengungkapkan bahwa mengungkap aspek-aspek yang hendak diteliti, maka diperlukan alat ukur yang baik dan berkualitas. Alat ukur tersebut dapat berupa skala atau tes . Sebuah tes yang baik harus memilik beberapa kriteria antara lainvalid, reliable, standar,ekonomis dan praktis. Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam bahasa yang hampir sama bahwa validitas adalah ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan hungsi ukurnya. Kevalidan sebuah alat ukur tergantung pada bagaimana hasil tes tersebut diinterpretasikan dan digunakan. Validitas merupakan penilaian menyeluruh dimana bukti empiris dan logika teori mendukung pengambilan keputusan serta tindakan berdasarkan skor tes atau model-model penilaian yang lain. Jika dikaitkan dengan bidang psikologi, penggunaan validitas dapat dijumpai dalam tiga kontek yaitu validitas penelitian, validitas soal dan validitas alat ukur. Validitas penelitian merupakan derajad kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas soal berkaitan dengan kesesuaian antara suatu soal dengan soal lain. Sedangkan validitas alat ukur merujuk pada kecermatan ukurnya suatu tes. Validitas tes dapat dibagi tiga kelompok utama yaitu : 1) validitas isi (conten validity), 2) validitas konstruk (construct validity) dan 3) validitas kriteria (criterion related validity). Meskipun idealnya validitas dapat dilakukan dengan memakai semua bentuk validitas tes tersebut, tetapi pengembang tes dapat memilih bentuk validitas dengan melihat tujuan pengembang tes. Dalam penelitian ini validitas kriteria (criterion related validity) yaitu validitas yang disusun berdasarkan criteria yang telah ada sebelumnya. Kevalidan alat ukur dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain yang dijadikan criteria. Untuk memperoleh validitas criteria diperlukan pengujian dengan menggunakan korelasi. Formula yang digunakan untuk mencari nilai validitas dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment (Pearson) yang dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : = koefisien korelasi product moment x y n = variable pertama = variable kedua = jumlah data

(Arikunto, dalam Priyatno, 2008:54) Besarnya r tiap butir pernyataan dapat dilihat dari hasil analisis SPSS pada kolom Corrected items Total correlation. Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb) adalah 0.3. JIka korelasi sudah lebih besar dari 0.3, pertanyaan yang dibuat dikategorikan shahih/valid (Setiaji, 2004: 59). Untuk uji validitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 14.0 Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir yang valid, yang diperoleh melalui uji validitas. Selanjutnya untuk melihat tingkat reliabilitas data, SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas, jika Cronbach Alpha (G) > 0.6 maka reliabilitas pertanyaan bisa diterima

(Setiaji 2004 : 59). Untuk uji Reliabilitasbutir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 14.0 F. Analisis Data Analisis data Motivasi belajar

Analisis data motivasi belajar siswa digunakan skala Likert. Selanjutnya untuk mengetahui motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah digunakan kriteria kontinum berskala yaitu : 1 Motivasi rendah 2 3 Motivasi tinggi 4 5

Setelah data terkumpul kemudian masing-masing data dianalisis yang terlebih dahulu ditentukan rerata skor angket motivasi belajar matematika dibagi dengan jumlah butir soal, kemudian diinterpretasikan kedalam skala tersebut diatas dengan rumus : Uji Hipotesis Dalam hal ini ada tiga hal yang dilakukanyaitu uji keberbedaan(uji beda rata-rata), Analisis varian satu faktor (One Way Anova) dan Analisa varian dua faktor (Two-Way Anova) Uji keberbedaan (uji beda rata-rata) Dalam uji keberbedaan ini peneliti mengadakan 1) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran kooperatif model STAD berbasis lesson study pada SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. 2) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran inkuiri terbimbing pada SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. 3) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran kooperatif model STAD berbasis lesson study yang bermotivasi tinggi pada SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. 4) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran kooperatif model STAD berbasis lesson study yang bermotivasi rendah pada SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. 5) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran inkuiri terbimbing yang bermotivasi tinggi pada SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. 6) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran inkuiri terbimbing yang bermotivasi rendah pada SMP Negeri 1 Galis Bangkalan. 7) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran kooperatif model STAD berbasis lesson study dan pembelajaran inkuiri terbimbing di SMP Negeri 1 Galis Bangkalan 8) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran kooperatif model STAD berbasis lesson study dan pembelajaran inkuiri terbimbing yang bermotivasi tinggi di SMP Negeri 1 Galis Bangkalan

9) Analisis keberbedaan prestasi belajar matematika kelas VII dengan pembelajaran kooperatif model STAD berbasis lesson study dan pembelajaran inkuiri terbimbing yang bermotivasi tinggi di SMP Negeri 1 Galis Bangkalan Hipotesis yang diajukan adalah : Ho : 1 = 2 = 0 H1 : 1 2 0 Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis Jika thitung < ttabel maka Jika thitung > ttabel maka Ho diterima Ho ditolak

Dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 14.0 Analisa varian Satu Faktor (One Way Anova) Hipotesis yang diajukan adalah : Ho : 1 = H1 : 1 2 = 3 = 0 (rata-rata populasi identik ) 2 3 = 0 (rata-rata populasi tidak identik )